Academia.eduAcademia.edu

TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA

apakah tujuan penciptaan manusia?

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan Allah SWT berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nuftah, alaqah dan mudqah sehingga menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, menusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah SWT. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan mempergunakan bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah umumnya dipahami secara lahiriah. Hal ini menimbulkan pendapat bahwa manusia benar-benar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa, maka segala sesuatu dapat terjadi. Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah, tidak berarti bahwa semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut mengalami reaksi kimia. Oleh karena itu, bahan-bahan pembuat manusia disebut dalam Al-Qur’an hanya merupakan petunjuk manusia dimana sebenarnya bahan-bahan pembentuk manusia yaitu ammonia, humus dan air yang terdapat pada tanah, untuk kemudian bereaksi kimiawi. Tentunya Allah SWT menciptakan manusia dan seluruh ciptaannya dengan tujuan dan fungsi tertentu. Maka dari itu penulis akan membahas tentang tujuan penciptaan manusi di muka bumi dengan merujuk dari ayat-ayat Al-Qur’an Tujuan Makalah Sebagai pemenuhan tugas Agama Islam Untuk mengetahui apa saja tujuan penciptaan manusia Untuk mengetahui dalil apa saja yang berhubungan dengan tujuan penciptaan manusia Manfaat Makalah Memahami tujuan penciptaan manusia Mengetahui fungsi dan peranan manusia dalam islam Mengerti tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah dan khalifah Allah BAB II PEMBAHASAN Setiap penciptaan pasti memiliki tujuan. Robot diprogram untuk mematuhi setiap perintah pembuatnya, begitu juga manusia yang diciptakan untuk beribadah mematuhi setiap perintah-Nya dan menjahui semua larangan-Nya.   Seperti firman Allah dalam Al-Quran surat Adz Dzaariat ayat 56.  وَمـَﺎﺨَلََقْـتُﺍُلْجِنَّ وَٱﻹِْ ﻨﺲَ ﺇِﻵَ ﻟِڍـَﻌْﺐۥدۥونِِ                               “Dan tidak Ku-ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah kepada-Ku.” Misi penciptaan manusia adalah untuk penyembahan kepada sang pencipta, Allah SWT. Pengertian penghambaan kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam sholat saja.Penyembahan berarti ketundukan manusia kepada hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini, baik yang menyangkut hubungan vertikal maupun horizontal. Penyembahan manusia kepada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang baik dan adil. Oleh karena itu penyembahan tersebut harus dilakukan secara sukarela tanpa paksaan, hanya karena Allah (penyembahan yang sempurna dari seorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai khalifah di muka bumi). Keseimbangan alam dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh.Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan tegaknya hukum.Hukum kemanusiaan yang telah Allah tekankan. Kekacauan kehidupan manusia tidak sekedar akan menghancurkan tatanan kehidupan kemanusiaan mereka sendiri, tetapi juga dapat menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang lain. وَمـَآٲَرْسَـلـْنـٰكَ ٳِﻻﱠرَﺤْﻤَﺔً ﻠِّﻠﻌَـٰﻠﻤِﻴﻥَ                                       “Dan tidaklah kami mengutus kamu melainkan untuk menjadikan rahmat bagi semesta alam” (Al-Anbiya 107) Maka jelaslah kesatuan manusia dan alam semesta ini dapat terjaga dengan baik jika manusia dapat menjalankan fungsi kekhalifahannya dimuka bumi ini.Manusia dibekali akal selain naluri yang membedakan dengan hewan. Dan akal pula yang sering kali membuat manusia memiliki agenda sendiri ketika melakukan penciptaan, bahkan tak jarang bertentangan dengan misi penciptaan dirinya.Islam merupakan sistem hidup yang tidak memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Apa yang kita lakukan di dunia menjadi rujukan dimana kelak Allah SWT akan menempatkan kita, surga atau neraka. Para seniman, budayawan muslim, serta para ulama yang dimotori oleh Djamaludin Malik menyatakan, bahwa yang disebut dengan kebudayaan, kesenian Islam ialah manivestasi dari rasa, cipta dan karsa manusia muslim dalam mengabdi kepada Allah untuk kehidupan umat manusia. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhnya Aku hendak menciptakan khalifah di muka bumi ini”. Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?. Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Al-Baqoroh 130). Manusia diciptakan akan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Manusia bertugas menyuburkan bumi dengan menjalankan syariat.Untuk menjalankan tugasnya, manusia dilengkapi dengan perangakat yang sempurna.Perangkat itu dianugerahkan Allah secara bertahap, agar menusia dapat memiliki waktu untuk mengembangaka potensi itu. Pada saat lahir manusia, belum bisa melihat dan juga berbahasa seperti sekarang. Mereka baru bisa mendengar. Setelah itu diberikanlah penglihatan, kemudian ia mengembangkan organ-organ geraknya agar dapat berdiri dan berjalan, ia mendapatkan informasi berupa suara, warna, rasa, bau dan tekstur, mulailah memiliki kemampuan berbahasa. Dia mulai dapat mempelajari hidup. Akalnya semakin berkembang. Saat akalnya berkembang inilah seharusnya manusia diajarkan tentang Allah dan syariat yang dibebankan padanya.Sebab pada masa ini, nafsu dan emosi manusia belum sempurna, sehingga akal masih mendominasi fikiranya.Akal adalah elemen hati yang patuh kepada Allah.Emosi dan keinginannya belum sempurna. Dia baru memiliki keinginan makan, minum, perasaan sayang yang tulus, perasaan marah, sedih, senang, dsb. Jika pada masa ini manusia diberi informasi dan pelatihan yang cukup tentang Allah, syariat, akhlak mulia, tugas manusia, insya Allah manusia tersebut akan mudah menjalankan tugas-tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Maka sangat penting nuntuk mengembangkan akal secara maksimal pada tahap-tahap awal. Setelah kedewasaan akal dan emosi berkembang, mulailah nafsu dan tubuhnya mulai menjadi sempurna.Ia mulai memahami dan mengalami apa yang disebut syahwat terhadap lawan jenis. Mulai saat itulah ia harus berdiri menjalankan tugasnya sebagai khalifah. Tetapi ada satu hal yang mungkin dilupakan manusia, yaitu kedewasaan ruh. Dan ternyata tidak semua manusia berkembang dengan pesat diwaktu dini dalam hal ini. Mungkin hanya ruh pada nabi dan rosul saja yang berkembang pesat disaat masih bayi. Sedangkan yang lain berumur tujuh tahun barulah berkembang pesat dan ada pula yang ruhnya malah makin kedil tidak berkembang. Ruh inilah yang didalamnya terdapat potensi pengenalan kepada Allah yang telah menciptakan segalanya. Ruh inilah yang akan mencintai Allah. Dan itulah tujuan manusia diciptakan agar mengenal Allah. Dengan mengenal Allah, ibadah dan perjalanan kita tidak salah alamat, dengan syariat Allah, ibadah dan perjalanan kita tidak salah cara. Allah mengajarkan manusia untuk menyembahNya agar manusia tidak menyembah selain-Nya. Sebab nenyembah dan mencintai yang selain Dia akan menyebabkan manusia menjadi resah gelisah dan gundah gulana. Seharusnya kita sadar bahwa kita hanyalah kta hanya suatu ciptaan.Allah menciptakan kita bukan sekedar iseng. Allah menciptakan kita untuk suatu yang besar,untuk menjadi khalifah di bumi. Tetapi kita sering melupakan Allah disebabkan kta terlalu asyik dengan pekerjaan kita.Dan tidaklah kita ciptakan langit dan bumi dan segalanya yang ada diantara keduanya dengan bermain-main (QS. Al-Anbiya’: 16). Maka biarlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka (Az-Zukhruf: 83). Sesunggunya kami telah mengemukakan amanat pada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesunguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh (QS. Al-Ahzab: 72). Tujuan Penciptaan Manusia Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam solat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut hubungan vertical (manusia dengan Tuhan) maupun ibadah sosial yang menyangkut horizontal ( manusia dengan alam semesta dan manusia). Penyembahan manusia pada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang adil dan baik.Oleh karena itu penyembahan harus dilakukan secara sukarela, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia termasuk pada ritual-ritual penyembahannya. Dalam hal ini Allah berfirman: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyambah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki  supaya mereka member aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (Adz-Dzaariyaat, 51:56-58). Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan dengan dekimikian itulah agama yang lurus. (Bayyinah, 98:5) Penyembahan yang sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan  dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta. Keseimbangan alam dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan pada kehidupan manusia tidak sekedar akan menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang lain, inilah tujuan penciptaan manusia di tengah-tengah alam semesta. 2.     Fungsi dan Peranan Manusia dalam Islam Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain. Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah : Belajar (An Naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an. Mengajarkan ilmu (Al Baqarah : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayyan. Membudayakan ilmu (Al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia. Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan syahwat.Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat : 56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”. Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir nanti.Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang tuanya yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS Al A’raf : 172. “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu? ”. Mereka menjawab, ”Betul (Engkau Tuhan Kami),kami menjadi saksi” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, ”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan misi yang telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah di sini adalah seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam dengan syariah-syariah yang telah diajarkan Rosulullah kepada umat manusia.Dan manusia yang beriman sejatilah yang mampu memikul tanggung jawab ini.Karena kholifah adalah wali Allah yang mempusakai dunia ini. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah Kewajiban manusia kepada khaliknya adalah bagian dari rangkaian hak dan kewajiban manusia dalam hidupnya sebagai suatu wujud dan yang maujud.Didalam hidupnya manusia tidak lepas dari adanya hubungan dan ketergantungan.Adanya hubungan ini menyebabkan adanya hak dan kewajiban. Hubungan manusia dengan allah adalah hubungan makhluk dengan khaliknya. Dalam masalah ketergantungan, hidup manusia selalu mempunyai ketergantungan kepada yang lain. Dan tumpuan serta ketergantungan adalah ketergantungan kepada yang maha kuasa, yang maha perkasa, yang maha bijaksana, yang maha sempurna, ialah allah rabbul’alamin, Allah Tuhan yang Maha Esa. Kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, tergantung kepada izin dan ridho Allah. Dan untuk itu Allah memberikan ketentuan-ketentuan agar manusia dapat mencapainya. Maka untuk mencapainya kebahagian dunia dan akhirat itu dengan sendirinya kita harus mengikuti ketentuan-ketentuan dari allah SWT. Apa yang telah kita terima dari allah SWT. Sungguh ak dapat dihitung dan tak dapat dinilai dengan materi banyaknya. Dan kalau kita mau menghitung-hitung nikmat dari Allah, kita tidak dapat menghitungnya, karena terlalu amat sangat banyaknya.Secara moral manusiawi manusia mempunyai kewajiban Allah sebagai khaliknya, yang telah memberi kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya. Jadi berdasarkan hadits AL-Lu’lu uwal kewajiban manusia kepada Allah pada garis besar besarnya ada 2 : Mentauhidkan-Nya yakni tidak memusyrik-Nya kepada sesuatu pun. Beribadah kepada-Nya. Orang yang demikian ini mempunyai hak untuk tidak disiksa oleh Allah, bahkan akan diberi pahala dengan pahala yang berlipat ganda, dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat bahkan dengan ganda yang tak terduga banyaknya oleh manusia. Dalam al-quran kewajiban ini diformulasikan dengan Iman dan Amal Saleh. Beriman dan beramal saleh itu dalam istilah lain disebut takwa. Dalam ayat (Q.S Al-Baqarah ayat 177) iman dan amal saleh, yang disebut takwa dengan perincian : Iman kepada Allah : kepada hari akhir, kepada malaikat-malaikat, kepada kitab-kitab, dan kepada nabi-nabi. Amal saleh : Kepada sesama manusia : dengan memberikan harta yang juga senang terhadap harta itu, kepada kerabatnya kepada anak-anak yatim kepada orang-orang miskin kepada musafir yang membutuhkan pertolongan (ibnu sabil) Kepada Allah : menegakan / mendirikan shalat, menunaikan zakat. Kepada diri sendiri : menempati janji apabila ia berjanji, sabar delam kesempitan, penderitaan dan peperangan. Kesemuanya itu adalah dalam rangka ibadah kepada allah memenuhi manusia terhadap khalik. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus di pertanggung jawabkan di hadapan-Nya.Tugas hidup yang di pikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.Manusia menjadi khalifah, berarti manusia memperoleh mandate Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang di berikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya m,engolah dan mendayagunakanvapa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan oleh Allah. Agar manusia bisa menjalankan kekhalifahannya dengan baik, Allah telah mengajarkan kepadanya kebenaran dalam segala ciptaan-Nya dan melalui pemahaman serta penguasaan terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam ciptaan-Nya, manusia bisa menyusun konsep-konsep serta melakukan rekayasa membentuk wujud baru dalam alam kebudayaan. Dua peran yang di pegang manusia di muka bumi. Sebagai khalifah dan ‘abd merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup,  yang sarat dengan kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Oleh karena itu hidup seorang muslim akan di penuhi dengan amaliah, kerja keras yang tiada henti, sebab bekerja bagi seorang muslim adalah membentuk satu amal shaleh. Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan sebagai makhluk Allah, bukanlah dula hal yang bertentangan melainkan suatu kesatuan yang padu dan tidak terpisahkan. Kekhalifahan adalah realisasi dari pengabdiannya kepada Allah yang menciptakannya. Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia jatuh ke tingkat yang paling rendah. Dengan demikian, manusia sebagai khalifah Allah merupakan satu kesatuan yang menyampurnakan nilai kemanusiaan yang memiliki kebebasan berkreasi dan sekaligus menghadapkannya pada tuntutan kodrat yang menempatkan posisinya pada ketrbatasan. BAB III KESIMPULAN Ditegaskan dalam Al-quran surat Adz-Dzaariyat: 56 وَمـَﺎﺨَلََقْـتُﺍُلْجِنَّ وَٱﻹِْ ﻨﺲَ ﺇِﻵَ ﻟِڍـَﻌْﺐۥدۥونِِ                               “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia supaya mereka menyebah kepada-Ku”. Surat Al-Baqoroh 30: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat “sesunguhnya aku hendak menjadika khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “ mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbis dengan memuji Engkau dan mensucikan Engaku?”. Tuhan berfirman “sesungguhnya Aku mengtahui apa yang tidak kamu ketahui”. Dari dua ayat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan diciptakannya manusia (dari sisi manusia) adalah untuk mengabdi kepada Allah dan emnjadi khalifah di muka bumi.    Dapat dijelaskan pula berdasarkan firman Allah surat Thoha ayat 14 ٳِنَّـﻨِـيْ اَ ﻨَـﺎ اﷲۥ ﻻَٓﺇِِِﻠـﮫۥﺇِﻻّ اَﻨَـﺎْﻔَـﺎﻋْﺒۥدْﺒِﻰوَأََﻘِﻢِٱﻠﺼﱠﻠَﯛﺓََﻠِﺫِﻜْرِىٓ﴿١٤﴾        “Sesungguhnya aku ini adalah Allah tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku”. Dan berdasarkan ayat diatas penulis tambahkan bahwa tujuan Allah menciptakan manusia adalah agar Allah dikenal oleh mahkluknya.Benar bahwa Allah sudah agung tanpa atau dengan penciptaan manusia, tapi tujuan akhir manusia itu sendiri adalah kesempurnaan manusia. Kesempurnaan manusia bisa dicapai dengan taqwa dan beribadah kepada Allah SWT.   DAFTAR PUSTAKA Azra, Azyumrdi, dkk. 2002. Pendidikan agama islam untuk perguruan tinggi umum. Jakarta: depag. Muhayati, Siti, dkk. 2009. Pendidikan agama islam diperguruan tinggi. Madiun www.google.co.id/m?q=tujuan+penciptaan +manusia http://tafany.wordpiess.com/2007/1c/27/hakikat-manusia-menurut-islam-by-ana-a-aprianti-muhammad-siti-khotipah/ http://dennyprabowo.multiply.com/jurnal/item/6 http://febrinaismyname.blogspot.com/2011/09/makalah-tujuan-penciptaan-manusia.html - al Quran https://aristasefree.wordpress.com/tag/tujuan-penciptaan-manusia/ 10