Academia.eduAcademia.edu

GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL (KEL.10).docx

MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTI SOSIAL Disusun oleh : Laeli Agustia (1511415053) Aulia Sabrina (1511415076) JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PENDAHULUAN Ketika anda mendengar berita mengenai tindak kejahatan yang menggemparkan, yang pelakunya mempunyai pengalaman tindak kriminal yang begitu banyak. Anda mungkin akan bertanya apakah individu tersebut tidak mempunyai moralitas. Ada kemungkinan bahwa tersebut mempunyai gangguan yang didiagnosis sebagai gangguan kepribadian antisosial, yang dicirikan dengan kurangnya rasa hormat akan moral sosial dan aturan yang ada. Psikopat adalah kata-kata yang sering digunakan kepada orang-orang yang memiliki gangguan kepribadian anti sosial. Pemberitaan akan gangguan tersebut masih tetap ada, terutama ketika tercermin dalam tindak kejahatan dalam kekerasan. Pertimbangkan kasus Ted Bundy, seorang yang telah memerkosa dan membunuh puluhan wanita dengan sadis pada tahun 1974-1978. Disamping brutal, Bundy memiliki daya tarik yang dapat menipu orang lain. Ia kelihatan seperti orang yang tidak tahu apa-apa, sama sekali tidak ada rasa penyesalan atas kejahatannya. Biasanya, kasus dari gangguan kepribadian sosial tidaklah seekstrim pembunuhan berantai seperti yang dilakukan Ted Bundy, tetapi menunjukkan kurangnya perhatian terhadap apa yang benar dan apa yang salah. Orang yang menglami ganggun tersebut menyebabkan kebinasaan dalam masyarakat. Sehingga menjadi fokus dari sebagian besar penelitian. Gangguan kepribadian antisosial merupakan gangguan yang secara umum menggelisahkan dengan dengan estimasi prevalensi seumur hidup sebesar 4,5 persen pria dewasa dan 8 persen wanita dewasa di Amerika serikat (Robbins dan Regier, 1991). DEFINISI Sebelum kita membahas tentang gangguan kepribadian anti sosial, alangkah baiknya kita mengetahui apa itu gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian (personality disorder) khas adalah suatu gangguan berat dalam kontitusi karakteriologis dan kecenderungan perilaku dari seseorng, biasanya meliputi beberapa bidang dari kepribadian, dan hampir selalu berhubungan dengan kesulitan pribadi dan sosial. Gangguan kepribadian meliputi sebuah pola maladaptif dari pengalaman batin dan perilaku yang bertahan lama, kembali ke masa remaja dan masa dewasa yang termanifestasi sedikitnya dua dari area berikut ini: (1) kognisi, (2) pengaruh, (3) fungsi interpersonal, (4) pengendalian impuls. Dalam debat pendapat untuk mendukung pendekatan gangguan kepribadian yang berdasarkan dimensi, beberapa peneliti menekankan pada fakta bahwa diagnosis Axis II yang paling umum diterima adalah “gangguan kepribadian tanpa pengecualian”. Gangguan kepribadian antisosial ini juga masuk dalam kategori gangguan kepribadian khas dimana individu tersebut mengalami permasalahan dengan kondisi sosial atau hubungan dengan orang lain. GAMBARAN TENTANG GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL Gangguan ini sering disebut psikopat atau sosiopat. Atau dissosial (ICD-10). Individu dengan gangguan kepribadian anti sosial biasanya secara terus menerus melakukan tingkah laku kriminal atau anti sosial, namun tingkah laku ini tidak sama dengan melakukan kriminalitas. Gangguan kepribadian ini lebih menekankan pada ketidakmampuan individu untuk mengikuti norma-norma sosial yang ada selama perkembangan masa remaja dan dewasa. Sebelum mendapatkan diagnosis gangguan kepribadian antisosial (karena diagnosis ini hanya dapat diberikan kepada individu yang berusia di atas 18 tahun), biasanya mereka telah memenuhi kriteria untuk mendapatkan diagnosis conduct dissorder pada masa remajanya. Individu dengan kepribadian anti sosial biasanya mampu menampilkan tingkah laku yang menawan, memiliki kemampuan verbal yang baik, bahkan mampu menarik perhatian lawan jenis dengan perilakunya yang pandai merayu. Di sisi lain individu yang sejenis ini seringkali menganggap perilaku individu dengan kepribadian anti sosial sebagai manipulatif dan terlalu menuntut. Walaupun penilaian luarnya tampak positif, apabila terapis menelusuri riwayat kehidupannya, biasanya dipenuhi dengan perilaku berbohong, membolos, kabur dari rumah, mencuri, berkelahi, memakai obat-obat terlarang, dan bebrbagai aktivitas illegal lainnya yang biasanya dimulai sejak masa kanak-kanak. Mereka tidak dapat dipercaya dan tidak memiliki tnaggung jawab, oleh karena itu, setelah dewasa individu dengan kepribadain antisosial biasanya berkaitan dengan kasus penyiksaan pada pasangan hidup, pada anak, pelacuran, dan mengendarai kendaraan dalam keadaan mabuk. ETIOLOGI Biologi Adanya keabnormalan pada otak. Berbagai gangguan otak disebut sebagai penyebab gangguan kepribadian antisosial. Termasuk kelemahan pada bagian lobus prefrontal pada korteks serebrum (Goethals dkk, 2005), area otak yang terlibat dalm merencanakan masa depan dan menaggapi hal yang berbau pada implikasi moral. Dalam tugas yang membutuhkan stimulus afektif, orang yang skor psikopatinya tinggi akan menunjukkan respons yang cepat berubah pada bagian otak yang menangkap emosi yang diterjemahkan. (Gordon, Baied, & End, 2004). Karena keturunan. Berdasarkan hasil penelitian,anak yang orang tuanya memiliki catatan gangguan kepribadian antisosial lebih mudah mengembangkan gangguan ini, terutama jika mereka dibesarkan dalam lingkungan keluarga adopsi yang kurang baik. Akan tetapi, anak yang tidak memiliki kecenderungan biologis akan gangguan ini tidak akan mengalami simtom gangguan walaupun mereka dibesarkan pada tempat yang sagat buruknya. Perspektif Psikologi Penelitian korelasional menemukan bahwa banyak orang anti sosial depresif dan cemas. Disharmoni di rumah, ketidakkonsistennya dia dalam pengasuhan anak dapat mengibatkan anak kacau mengenai benang merah. Orang tua yang terlalu permisif dan kurang memperhatikan tingkah lau anak yang tidak benar. Orang tua yang tiak menunjukkan afeksi akan mengahsilkan anak yang dingin dan berjarak dalam hubungan dengan orang lain di kemudian hari. Perspektif Sosiokultural. Perspektif Sosiokultural pada gangguan kepribadian anti sosial terfokus pada pengaruh keluarga, lingkungan, dan pengalaman sosialisasi yang dapat mengembangkan gaya hidup psikopat. DIAGNOSIS Diagnosis tingkah laku antisosial yang saat ini digunakan dalam DSM-IV-TR diambil dari hasil pemikiran Hervey Cleckley dari bukunya di tahun 1941. The Mask Of Sanity, menggambarkan percobaan ilmiah pertama untuk mencatat dan mengaktegorisasikan tingkah laku kepribadian psikopat, sebuah karya yang terbitan terbarunya melejit setelah lebih dari 30 tahun kemudian (Cleckley, 1976). Cleckley mengembangkan suatu kriteria bagi psikopat penggolongan jenis kepribadian dengan kelompok sifat yang membentuk inti dari gangguan kepribadian antisosial. Karakteristik Cleckley tersebut mencakup tidak adanya penyesalan atau rasa malu pada saat melakukannya; kurangnya penilaian atau kegagalan untuk belajar dari pengalaman; sangat egosentris dan tidak memiliki cinta. Kurang respek terhadap beberapa. Cleckley menggunakan istilah semantik dementia untuk mrnangkap ketidkamapuan psikpat untuk bertindak dengan cara yang benar dalam mengekpresikan emosinya. Tingkah laku mengerikan tersebut ditutupi engan daya tarik fisik. PENANGANAN Menangani gangguan Anti Sosial : Sukar ditangani Orang ini akan mengubah tingkah laku kalau menyadari bahwa tingkah lakunya salah akbiatnya akan merasa depresif dan bersalah. Tujuan terapi untuk membuat klien merasa tidak enak mengenai dirinya dan situasinya. Caranya : Pendekatan komprehensif, menunjukkan bahwa tingkah lakunya merusak diri dan selfis. Terapi kelompok dapat berguna karen umpan balik dari kelompoknya mempunyai pengaruh yang kuat. Kalau terapi ini berhasil maka orang itu akan merasa tidak berdaya dan sangat sedih, tetapi ini jarang terjadi. KASUS GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL Tonny seorang pemimpin geng remaja jalanan yang mempunyai reputasi orang jahat di sekitarnya. Ia tumbuh di lingkungan keluarga yang berantakan, ibunya menikah lagi denngan seorang pria yang kasar, suka minum minuman keras dan pelacuran. Di usia 18 tahun, Tonny pertama kali masuk penjara karena kasus merampok dan menikam seorang wanita tua dengan kejam, sebelum keluar masuk penjara seperti itu dengan kasus pengedaran obat-obat terlarang, pencurian mobil, sampai pemalsuan uang. Hingga suatu hari ia bebas dari penjara dan bertemu wanita di bar lalu menikah dengannya keesokan harinya. Dua minggu kemudian, ia memukul istrinya,karena sering protes akan kebiasannay meminum minuman keras dan sering terlibat dalam sifat yang tidaak senonoh. Ia meniggalkan istri yang sedang menandung anak tersebut menolak mengakui anak tersebut. Posisinya yang snagat enak sebagai pengedar narkoba dan pemimpin jaringan prostitusi anak, dia sama sekali tidak merasa menyesal atas perbuatannya dan mengatakan “hidup telah membuat saya seperti ini.”. ANALISIS KASUS : EVALUASI MULTI AKSIAL Aksis I Tidak ditemukan gejala klinis yang bermakna. Aksis II F60.2 Gangguan Kepribadian Dissosial Pedoman diagnostik Gangguan kepribadian ini biasanya menjadi perhatian diebabkan adanya perbedaan yang besar antara perilaku dan norma sosial yang berlaku. Ditandai oleh : Sikap tidak peduli dengan perasaan orang lain Sikap yang amat sangat tidak bertanggung jawabberlangsung terus menerus (persisten) seta tidak peduli dengan norma-norma. Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, meskipun tidak ada esulitan untuk mngembangkannya. Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan. Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari hukuman; Sangat cenderung menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionaliasi masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat. Untuk diagnosis dibutuhkn paling sedikit tiga dari di atas. Tonny memiliki perbedaan kepribadian yang khas. Karena memenuhi point a, dia tidak bisa menjaga peraaan, buktinya sewaktu temannya sakit Tonny menjenguk padahal jaun. Point b, tidak bertanggung jawab, juga tidak peduli norma-norma, dibuktikan dengan kebiasanaya yang mengkonsumsi minuman keras dan narkoba, ia juga meninggalkan istrinya, artinya ini menunjukkan dia tidak bertanggung jawab. Point c, Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, dia menceraikan istrinya padahal belum lama menikah. Pada point e, dia juga merasa tidal beralah atas segala yang dlikkukannya. Sudah lebih dari 3 point dan Tonny didiagnosis mengalami gangguan kepribadian dissosiatif. Aksis III : Tidak ada diagnosis. Aksis IV Stressor Psikososial : sedari kecil ibu menikah lagi, dan mendapat tekanan dari ayah baru yang kasar. Aksis V GAF Scale 60 – 51 gejala sedang (moderate) disabilitas sedang. Pada Tonny ditemukan gejala-gejala seperti tidak menjaga perasaan orang lain, dia berbohong, agresif dan cepat marah, terlihat dari aktiviatnya yang memalsukan uang dan melakukan pemukulan pada istrinya. Lalu tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap keluarganya, sampai-smapai meninggalkan istri yang sedang mengandung dan tidak ma bertangung jawab atas bayinya. Juga melakukan tindakan-tindakan penyerangan terhadap orang lain terutama pada wanita tua. Juga melanggar norma-norma yang ada dengan mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Sehingga menurut buku PPDGJ III , Tonny didiagnosis sebagai Gangguan Kepribadian Dissosial (F60.2) Orang dengan gangguan tersebut tidak dapat berubah dengan cepat. Sebenarnya, mereka tidak suka untuk mencari sendiri bantuan professional karena mereka menganggap tidak adanya alasan untuk berubah (Hare, 1993; Widiger,1998). Jika mereka pergi ke klinisi, sering kali mereka diperintahkan oleh pengadilan. Di samping itu, dengan melakukan sesi terapi, klien mungkin hanya mencoba untuk mengesankan seorang hakim atau pengawas dari niat yang serius untuk melakukan perubahan. Pada situasi seperti itu, klinisi mungkin akan kesulitan apakah harus memercayai klien atau tidak. Tanpa menyerah terhadap klien atau menjalankan treathment berdasarkan bias prasangka, klinisi haruslah bearhati-hati untuk jangan terlalu optimistis. Orang dengan gangguan kepribadian antisosial hanya akan mengubah tingkah lakunya ketika mereka menyadari bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan. Oleh karena itu, tujuan dari terapi, bukan untuk membantu orang ini merasa lebih baik, tetapi lebih kepada memperburuk perasaan mereka terhadap diri mereka sendiri dan situasi yang mereka hadapi. Untuk melakukan hal tersebut, pertama-tama, klinisi harus mengambil pendekatan konfrontatif, memperlihatkan ketidakpercayaan akan kebohongan yang buat klien, sementara secara berkala memberi tanggapan balik terhadap klien akan keegoisan atau sikap lain yang sama. Kelompok terapi sangat membantu dalam proses tersebut karena umpan balik dari teman sebaya yang tidak gampang ditipu dapat memberikan dampak yang kuat. Ketika proses terapeutik berhasil, klien mulai menyesal dan merasa bersalah akan tingkah lakunya, dan diikuti oleh perasaan putus asa dan sedih yang harapannya dapat membawa perubahan perilaku. Selalu diingat bahwa hasil yang positif seperti demikian sangat sulit untuk dicapai. DAFTAR PUSTAKA Halgin, Richard P., & Whitbourne, Susan Krauss. 2011. Psikologi Abnormal. Jakarta : Salemba Humanika Liftiah. 2015. Psikologi Abnormal. Semarang : Universitas Negeri Semarang Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan jiwa. Jakarta : Unika Atmajaya