Prosiding Seminar Nasional Meteorologi dan Klimatologi dalam Rangka Memperingati Hari
Meteorologi Dunia ke-66
LONG MEMORY MODELS TO FORECASTING TEMPERATURE
Rezzy Eko Caraka1, Wawan Sugiyarto2 ,Hasbi Yasin1, Zulkifli Mahmud4
1
Department of Statistics Diponegoro University, Indonesia
2
Queensland University of Technology (QUT), Brisbane, Australia
3
Department of Informatics Engineering, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Indonesia
*corresponding author :
[email protected]
ABSTRAK
Model Autoregressive Fractionally Integrated Moving Average (ARFIMA) merupakan pengembangan dari
model ARIMA. Suatu proses dikatakan mengikuti model ARFIMA jika nilai d adalah riil. Penelitian ini
dilakukan untuk pemodelan ARFIMA pada data temperature di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau.
Dengan menentukan nilai d dengan metode estimasi Exact Maximum Likelihood (EML) dan modified
profile likelihood (MPL),.Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa temperature dari tahun 2014
hingga 2016 cenderung meningkat dengan model terbaik ARFIMA(p,d,q) ARFIMA(1,0.170363,2) dengan
nilai AIC 3.10532737 diharapkan masyarakat Karimun dapat lebih waspada terhadap anomali cuaca yang
terjadi dan aspek yang akan ditimbulkan
Katakunci: Temperature : Long Memory : ARFIMA : Peramalan : Karimun
ABSTRACT
Autoregressive Fractionally Integrated Moving Average (ARFIMA) models is a development of the ARIMA
models. A process is said to follow the ARFIMA models if the value of d is allowed to take integer values
The purposes of this research were to analyze data of temperature 2014 to 2016 in Karimun, Riau Island
with d estimation method of exact maximum likelihood (EML) and modified profile likelihood (MPL). Based
on analysis the best model is ARFIMA(p,d,q) ARFIMA(1,0.170363,2) with AIC 3.10532737. People in
Karimun are expected to be more alert to weather anomalies occur and the aspects that will be generated
Keywords: Temperature : Long Memory : ARFIMA : Forecasting : Karimun
1. Pendahuluan
Indonesia adalah negara maritim yang wilayahnya terbentang dari Sabang sampai Merauke
dimana dua pertiga bagiannya adalah laut dan memiliki garis pantai sepanjang 80.000 kilometer yang
berada pada posisi 7°20' LU – 14°LS dan 92°BT – 141°BT. Indonesia dikenal sebagai Negara maritim.
Indonesia merupakan Negara yang terletak di daerah ekuator dan diapit oleh dua benua yaitu Asia dan
Australia dan secara umum iklim di Indonesia adalah tropis. Indonesia sangat luas, secara local atau
daerah per daerah bisa terjadi perbedaan iklim.
Peramalan adalah suatu kegiatan memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang
berdasarkan nilai sekarang dan masa lalu dari suatu peubah (Makridakis, 1999). Peramalan merupakan
suatu unsur yang sangat penting terutama dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Adanya
tenggang waktu antara suatu peristiwa dengan peristiwa yang terjadi mendatang merupakan alasan
utama bagi peramalan dan perencanaan. Dalam situasi tersebut peramalan merupakan alat yang penting
dalam perencanaan yang efektif serta efisien.Pemilihan metode dalam peramalan tergantung pada
beberapa aspek penilitian yaitu aspek waktu, pola data, tipe model sistem yang diamati, dan tingkat
keakuratan peramalan. Penggunaan metode tersebut dalam peramalan harus memenuhi asumsi-asumsi
yang digunakan
1
Prosiding Seminar Nasional Meteorologi dan Klimatologi dalam Rangka Memperingati Hari
Meteorologi Dunia ke-66
Sesuai dengan Dewantara (2012), cuaca dan iklim merupakan sebuah proses fenomena di
atmosfer yang keberadaannya sangat penting dalam berbagai aktivitas kehidupan. Perhatian mengenai
informasi cuaca dan iklim semakin meningkat seiring dengan meningkatnya fenomena alam yang tidak
lazim terjadi atau biasa disebut dengan cuaca ekstrim yang sulit untuk dikendalikan dan dimodifikasi.
Contoh fenomena ekstrim tersebut adalah meningkatnya temperature udara saat siang hari dan
dinginnya temperature udara saat malam hari, hujan deras dan angin kencang di musim kemarau, banjir
bandang dan tsunami yang melanda berbagai daerah di belahan dunia, serta angin kencang dan gempa
bumi yang menyebabkan kerusakan hebat pada rumah penduduk. Dampak yang ditimbulkan oleh cuaca
ekstrim tersebut dapat diminimalisir dengan penyediaan informasi mengenai peluang terjadinya cuaca
ekstrim seperti prediksi temperature , curah hujan di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu,
prediksi terjadinya gempa, angin kencang dan gelombang laut yang berpotensi mengakibatkan bencana
alam.
Pada masa yang akan datang temperature pada daerah tertentu diramalkan akan semakin
meningkat karena terjadinya global warming sehingga diperlukan peramalan mengenai temperature
atau temperature pada suatu lokasi. Peneliti memiliki dua pandangan mengenai global warming yang
terjadi saat ini. Pertama adalah fenomena aktifitas yang terjadi pada matahari dan kedua adalah faktor
manusia. Perhatian mengenai informasi cuaca dan iklim semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya fenomena alam yang tidak lazim terjadi atau biasa disebut dengan cuaca ekstrim yang
sulit untuk dikendalikan dan dimodifikasi
Metode yang sering digunakan adalah Autoregressive Integrated Moving Average ARIMA
namun ARIMA belum menitikberatkan kejadian yang memiliki memori yang panjang atau long
memory .Sehingga diperlukan metode peramalan yang mampu mengakomodasi adanya identifikasi
ketergantungan lag atau long memory yaitu dengan menggunakan Metode Autoregressive Fractionally
Integrated Moving Average (ARFIMA) sehingga diharapkan dengan menggunakan Metode ini dapat
diterapkan pada kajian data temperature khusunya di kabupaten karimun kepulauan riau
2. Metode Penelitian
2.1. Temperatur
Temperature udara adalah faktor yang berperan penting untuk menganlisis anomali cuaca yang
terjadi pada di daerah tertentu. Temperature udara memiliki pengertian sebagai tingkat atau derajat
panas dari kegiatan molekul dalam atmosfer yang dinyatakan dengan skala Celcius, Fahrenheit, atau
skala Reamur.Perlu diketahui bahwa temperature udara antara daerah satu dengan daerah lain sangat
berbeda.
Adapun faktor yang berpengaruh terhadap cuaca pada suatu daerah antara lain adalah
A. Sudut Datangnya Sinar Matahari
Sudut datang sinar matahari terkecil terjadi pada pagi dan sore hari, sedangkan sudut terbesar
pada waktu siang hari tepatnya pukul 12.00 siang. Sudut datangnya sinar matahari yaitu sudut yang
dibentuk oleh sinar matahari dan suatu bidang di permukaan bumi. Semakin besar sudut datangnya
sinar matahari, maka semakin tegak datangnya sinar sehingga temperature yang diterima bumi semakin
tinggi. Sebaliknya, semakin kecil sudut datangnya sinar matahari, berarti semakin miring datangnya
sinar dan temperature yang diterima bumi semakin rendah.
B. Tinggi Rendahnya Tempat
Semakin tinggi kedudukan suatu tempat, temperatur udara di tempat tersebut akan semakin
rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah kedudukan suatu tempat, temperatur udara akan
semakin tinggi. Perbedaan temperatur udara yang disebabkan adanya perbedaan tinggi rendah suatu
daerah disebut amplitudo.
Alat yang digunakan untuk mengatur tekanan udara dinamakan termometer. Garis khayal yang
menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tekanan udara sama disebut Garis isotherm. Salah
satu sifat khas udara yaitu bila kita naik 100 meter, temperature udara akan turun 0,6 °C. Di Indonesia
temperature rata-rata tahunan pada ketinggian 0 meter adalah 26 °C. Misal, suatu daerah dengan
ketinggian 5.000 m di atas permukaan laut temperature nya adalah 26 °C × -0,6 °C = -4 °C, jadi
2
Prosiding Seminar Nasional Meteorologi dan Klimatologi dalam Rangka Memperingati Hari
Meteorologi Dunia ke-66
temperature udara di daerah tersebut adalah -4 °C. Perbedaan temperatur tinggi rendahnya suatu daerah
dinamakan derajat geotermis. Temperature udara rata-rata tahunan pada setiap wilayah di Indonesia
berbeda-beda sesuai dengan tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan laut.
C. Angin dan Arus Laut
Angin dan arus laut mempunyai pengaruh terhadap temperatur udara. Misalnya, angin dan arus dari
daerah yang dingin, akan menyebabkan daerah yang dilalui angin tersebut juga akan menjadi dingin.
D. Lamanya Penyinaran
Lamanya penyinaran matahari pada suatu tempat tergantung dari letak garis lintangnya. Semakin
rendah letak garis lintangnya maka semakin lama daerah tersebut mendapatkan sinar matahari dan
temperature udaranya semakin tinggi. Sebaliknya, semakin tinggi letak garis lintang maka intensitas
penyinaran matahari semakin kecil sehingga temperature udaranya semakin rendah. Indonesia yang
terletak di daerah lintang rendah (6 °LU – 11 °LS) mendapatkan penyinaran matahari relatif lebih lama
sehingga temperature rata-rata hariannya cukup tinggi.
E. Awan
Awan merupakan penghalang pancaran sinar matahari ke bumi. Jika suatu daerah terjadi awan
(mendung) maka panas yang diterima bumi relatif sedikit, hal ini disebabkan sinar matahari tertutup
oleh awan dan kemampuan awan menyerap panas matahari. Permukaan daratan lebih cepat menerima
panas dan cepat pula melepaskan panas, sedangkan permukaan lautan lebih lambat menerima panas
dan lambat pula melepaskan panas. Apabila udara pada siang hari diselimuti oleh awan, maka
temperatur udara pada malam hari akan semakin dingin.
2.2. Analisis Runtun Waktu
Data runtun waktu (time series) adalah jenis data yang dikumpulkan menurut urutan waktu dalam
suatu rentang tertentu. Adapun waktu yang digunakan dapat berupa harian, mingguan, bulan, tahun, dan
sebagainya (Wei, 2006). Beberapa alasan menggunakan analisis runtun waktu adalah:
1. Adanya pola berulang.
2. Kondisi saat ini terkait dengan kondisi (nilai data) pada periode sebelumnya.
3. Peramalan kondisi di periode mendatang dapat dilakukan jika mampu mengetahui pola pergerakan
data dari waktu ke waktu.
2.2.1. Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)
Apabila pola data stasioner terhadap mean tidak dipenuhi maka perlu dilakukan suatu cara untuk
membuat menjadi stasioner. Runtun waktu yang tak stasioner dapat diubah menjadi stasioner dengan
melakukan pembedaan. Secara umum proses pembedaan pada suatu data runtun waktu dengan orde d dapat
ditulis
� = − �� ,
dengan nilai d=1,2,…,n. Proses pembedaan orde pertama dapat ditulis
� = � −�−
� = −
dengan
� adalah observasi pada waktu ke-t, t=1,2,…,n,
� − adalah observasi pada satu periode sebelumnya (t-1), dan
� adalah data setelah pembedaan.
Apabila pola data stasioner dalam variansi tidak dipenuhi, maka dapat dilakukan transformasi data
untuk menstasionerkan data tersebut.
Bentuk umum ARIMA(p,d,q) adalah
�
− �� = �
�
dengan
�
disebut operator autoregressive,
�
− � disebut operator generalized autoregressive non stasioner, dan
�
disebut operator moving average yang diasumsikan invertible.
3
Prosiding Seminar Nasional Meteorologi dan Klimatologi dalam Rangka Memperingati Hari
Meteorologi Dunia ke-66
2.2.2
Autoregressive Fractionally Integrated Moving Average (ARFIMA)
Proses ARIMA sering dinyatakan sebagai proses jangka pendek (short memory) karena
autokorelasi antara � dan � + turun secara cepat untuk → ∞, dalam kasus-kasus tertentu autokorelasi
turun lambat secara hiperbolik untuk lag yang semakin besar. Hal ini menunjukan adanya hubungan antara
pengamatan yang jauh terpisah atau memiliki ketergantungan jangka panjang (Assaf, 2006).
Autocorrelation function (ACF) dikatakan proses memori jangka panjang jika lim ∑ = |� | tidak
→∞
konvergen. Fungsi autokorelasi berkala � dikatakan mengikuti proses memori jangka pendek jika
lim ∑ = |� | < ∞, dan sebaliknya Fungsi autokorelasi berkala � dikatakan mengikuti proses memori
→∞
jangka panjang jika lim ∑
→∞
=
|� | = ∞ Selain itu, long memory juga dapat dideteksi dengan melihat plot
ACF yang ditunjukkan dengan autokorelasinya turun secara hiperbolik.
Model Autoregressive Fractionally Integrated Moving Average (ARFIMA) merupakan
pengembangan dari model ARIMA. Suatu proses dikatakan mengikuti model ARFIMA jika nilai d adalah
riil. ARFIMA disebut juga ARIMA yang nilai d tidak hanya berupa nilai integer, melainkan termasuk juga
nilai-nilai riil yang disebabkan oleh adanya memori jangka panjang. Menurut Barkoulas (1996), model
ARFIMA(p,d,q) dapat ditulis
�,
� = , ,…,
�
∇� � = �
dengan level integrasi d merupakan bilangan riil dan � ~��
, � . Filter pembeda ∇� pada rumus di atas
disebut Long Memory Filter (LMF) yang menggambarkan adanya ketergantungan jangka panjang dalam
deret. Filter ini diekspansikan sebagai deret Binomial
�
∇ =
−
�
∞
= ∑( ) −
=
Menurut Hosking (1981), karakteristik deret yang fractionally integrated untuk berbagai nilai d
adalah
1. | | ≥ menyatakan proses panjang dan tidak stasioner.
< < menyatakan proses berkorelasi panjang stasioner dengan adanya ketergantungan positif
antar pengamatan yang terpisah jauh yang ditunjukkan dengan autokorelasi positif dan turun lambat
dan mempunyairepresentasi moving average orde tak hingga.
3. − < < menyatakan proses berkorelasi panjang stasioner dengan memiliki ketergantungan
negatif yang ditandai dengan autokorelasi negatif dan turun lambat serta mempunyai representasi
autoregressive orde tak hingga.
4.
= menyatakan proses berkorelasi pendek.
2.
Untuk fungsi autokovariansi dan autokorelasi dapat dicari sebagai berikut. Fungsi autokovariansi
dari {� } adalah
−
−
!
� = � ,�− =
− ! − − !
sehingga fungsi autokorelasi dari {� } adalah
�
− ! + − !
� =
=
,
= , ,…
�
− ! − !
− � !
�
dengan � = {
.
2 serta � =
−� !}
−�
Ketika memodelkan time series memori jangka panjang, model ARFIMA memberikan hasil yang
tidak dapat diperoleh dengan model tak fraksional ARIMA. Parameter pembedaan fraksional menangkap
adanya fenomena jangka panjang tanpa menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan dengan model
ARMA. Masalah yang mungkin muncul dalam memodelkan time series jangka panjang dengan ARMA
antara lain.
4
Prosiding Seminar Nasional Meteorologi dan Klimatologi dalam Rangka Memperingati Hari
Meteorologi Dunia ke-66
1. Dengan menggunakan model ARMA untuk menangkap fenomena jangka panjang (long memory),
apabila parameter AR atau MA mampu menangkap fenomena jangka panjang maka pendekatan
untuk jangka pendek akan terabaikan. Sebagai contoh, dengan parameter AR(1) tidak mungkin
dapat memodelkan korelasi yang tinggi pada siklus sepuluh tahunan. Masalah yang sama muncul
dalam memodelkan ketergantungan jangka panjang yang negatif.
2. Sebaliknya, jika dugaan akan adanya fenomena jangka panjang pada deret diabaikan untuk
mendapatkan model yang lebih baik untuk fenomena jangka pendek, maka tidak ada cara yang
tepat dalam menggambarkan parameter AR dan MA untuk menggambarkan karakteristik jangka
panjang pada deret, walaupun sebenarnya peneliti menemukan fenomena jangka panjang pada
deret.
Model ARFIMA(p,d,q) lebih dapat diterima bahkan untuk permasalahan tidak fraksional
ARMA(p,q). Model ARFIMA akan tak stasioner jika ≥ . Bagaimanapun juga ketergantungan jangka
panjang ini berhubungan dengan seluruh > yang menangkap fenomena jangka panjang tanpa
berpengaruh terhadap jangka pendeknya.
Keuntungan yang didapat jika menggunakan model ARFIMA(p,d,q) adalah
1. Mampu memodelkan perubahan yang tinggi dalam jangka panjang (long term persistence).
2. Mampu menjelaskan struktur korelasi jangka panjang dan jangka pendek sekaligus.
3. Mampu memberikan model dengan parameter yang lebih sederhana (parsimony) baik untuk data
dengan memori jangka panjang maupun jangka pendek.
Uji signifikansi parameter model dilakukan untuk membuktikan bahwa model yang didapatkan cukup
memadai. Bila estimasi parameter � pada model ARFIMA adalah �̂, sedangkan estimasi standar error dari
estimasi parameter adalah
�̂ , maka hipotesis yang digunakan dalam pengujian parameter adalah
i.
H : � = (parameter tidak berpengaruh terhadap model)
H : � ≠ (parameter berpengaruh terhadap model)
ii.
statistik uji
iii.
�ℎ
��
̂
�
= ��(�̂)
kaidah pengambilan keputusan. Tolak H0 jika |�ℎ
�� |
> ��
2
�−
banyaknya observasi, dan p adalah jumlah parameter yang ditaksir.
, dengan n adalah
1. Pengujian Diagnostik Model
Suatu model dibangun dengan batasan-batasan (asumsi), sehingga kesesuaian model juga
dipengaruhi oleh pemenuhan asumsi-asumsi yang telah ditetapkan. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui apakah model yang telah diestimasi cukup cocok dengan data runtun waktu yang
diramalkan.Pada pengujian diagnostik ini dilakukan analisis nilai sisa. Model dikatakan memadai
jika nilai sisa adalah white noise, yaitu nilai sisa mempunyai mean nol dan variansi konstan, serta
nilai sisa tidak berkorelasi. Selain itu nilai sisa juga harus memenuhi asumsi distribusi normal.
Apabila ternyata model tidak memenuhi asumsi tersebut, maka harus dirumuskan kembali model
yang baru, yang selanjutnya diestimasi dan parameternya diuji kembali.
2. Pemilihan Model Terbaik
Suatu model setelah diidentifikasi memungkinkan terbentuknya lebih dari satu model yang
sesuai. Untuk memilih model terbaik pada analisis time series, kriteria pemilihan model biasanya
didasarkan pada statistik yang diperoleh dari nilai sisa. Pada penelitian ini pemilihan model terbaik
didasarkan pada Akaike Info Criterion (AIC) yang diperkenalkan oleh Akaike pada tahun 1973.
AIC digunakan untuk menemukan model yang dapat menjelaskan data dengan parameter bebas
yang minimum. Model yang dipilih adalah model dengan nilai AIC terendah. Rumusan AIC adalah
sebagai berikut.
5
Prosiding Seminar Nasional Meteorologi dan Klimatologi dalam Rangka Memperingati Hari
Meteorologi Dunia ke-66
dengan
�
� =(
�
)
∑
�
= Sum Square Error =∑ =∑(�̂ − � ) ,
= jumlah parameter dalam model, dan
= jumlah observasi (sampel).
=(
�
)(
�
)
3. Metode Penelitian
Data yang digunakan adalah temperature Stasiun Meteorologi Raja Haji Abdullah Tanjung Balai Karimun
Provinsi Kepulauan Riau dari January 2014 sampai dengan February 2016 yang diolah menggunakan
AFRIMA. Tahapan analisis adalah sebagai berikut
a. Statistika Deskriptif
Ini dilakukan untuk melihat pola dari data temperature . Pada tahap ini akan dilihat karakteristik
dari data temperature
b. Pengujian Long Memory
Long memory pada data dapat dilihat dari plot ACF yang autokorelasinya turun lambat secara
hiperbolik.
c. Pembentukan Model ARFIMA
Model ARFIMA diperoleh dengan cara sebagai berikut.
1. Membuat time series plot.
2. Melakukan transformasi yang sesuai apabila data tidak stasioner dalam varians.
3. Menentukan nilai d dengan metode estimasi Exact Maximum Likelihood (EML).
4. Penetapan beberapa model ARFIMA(p,d,q) berdasarkan plot ACF dan plot PACF.
5. Mengestimasi model yang sudah terbentuk.
6. Melakukan pemilihan model yang signifikan.
Suatu model ARFIMA dikatakan signifikan apabila p-value<0,05.
7. Menguji syarat asumsi dari residual model yang signifikan.
8. Memilih model terbaik ARFIMA.
d. Peramalan
Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar.1
6
Prosiding Seminar Nasional Meteorologi dan Klimatologi dalam Rangka Memperingati Hari
Meteorologi Dunia ke-66
Gambar 1. Diagram Alur Penelitian
Untuk mempermudah analisis statistika deskriptif dibuat GUIDE atau GUI builder merupakan sebuah
graphical user interface (GUI) yang dibangun dengan obyek grafik seperti tombol (button), kotak teks,
slider, menu dan lain-lain. Alasan utama menggunakan GUI karena dapat memudahkan end-user untuk
mengoperasikan program yang telah dibuat. Jika tidak ada GUI, maka user harus bekerja melalui interface
command line yang tentu saja lebih sulitdapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. GUI Statistika Deskriptif
7
Prosiding Seminar Nasional Meteorologi dan Klimatologi dalam Rangka Memperingati Hari
Meteorologi Dunia ke-66
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Wilayah Kajian Kabupaten Karimun
Kabupaten Karimun adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Ibu kota
Kabupaten Karimun terletak di Tanjung Balai Karimun. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 7.984 km²,
dengan luas daratan 1.524 km² dan luas lautan 6.460 km². Kabupaten Karimun terdiri dari 198 pulau dengan
67 diantaranya berpenghuni. Karimun memiliki jumlah penduduk sebanyak 174.784 jiwa. Kabupaten
Karimun Berbatasan dengan Kepulauan Meranti di sebelah Barat, Pelalawan dan Indragiri Hilir di Selatan,
Selat Malaka di sebelah utara, dan Kota Batam di sebelah Timur
Gambar 3. Kabupaten Karimun
4.2 Statistika Deskriptif
Nilai temperature minimum sebesar 20℃ terjadi pada 20 January 2015 dan temperature maksimum
sebesar 30.40℃ terjadi pada 06 Mei 2014. Data ini mempunyai range yang lebar untuk data temperature
yaitu sebesar 10.40℃ dengan rata rata . ℃ dan standar deviasi 1.1214. Pada standar deviasi dapat dilihat
penyimpangan temperature pada kabupaten karimun apabila nilai standar deviasi positif maka
menunjukkan angka deviasi diat rata-rata sedangkan apabila nilai standar deviasi negative menunjukkan
bahwa nilai deviasi dibawah rata-rata. Selain itu nilai varian dari data temperature sebesar 1.474 artinya
bahwa keragaman dari data temperature hanya sebesar 1.474, semakin besar nilai varian maka semakin
tidak seragam temperature yang terjadi di kabupaten karimun.
8
Prosiding Seminar Nasional Meteorologi dan Klimatologi dalam Rangka Memperingati Hari
Meteorologi Dunia ke-66
Gambar 4. Statistika Deskriptif
Pada Gambar 4. Dapat dilihat bahwa terdapatnya outlier dengan identifikasi symbol (+) memiliki
interpretasi bahwa terdapat 10 hari pada rentang penelitian bulan January 2014 sampai bulan February 2016
yang diidentifikasi temperature terendah maupun tertingi selama kurung waktu penelitian tersebut. Nilai
skewness -2.238 memiliki arti bahwa data temperature condong berada ke kiri karena memiliki ekor kiri
yang panjang dibandingkan dengan ekor kanan yang jauh lebih pendek. Nilai kurtosis yang diperoleh lebih
besar dari 3, hal ini menunjukkan bahwa data temperature kabupaten karimun menghasilkan kurva
leptokurtis (meruncing).
4.3 Pengujian Long Memory
Sebelum melakukan pembentukan model ARFIMA, dilakukan pengujian long memory pada data
in sample temperature untuk mengetahui ada tidaknya ketergantungan jangka panjang. Pada penelitian ini
untuk mendeteksi adanya long memory pada data dengan melihat plot ACF PACF data temperature .
9
Prosiding Seminar Nasional Meteorologi dan Klimatologi dalam Rangka Memperingati Hari
Meteorologi Dunia ke-66
Gambar 5 Plot ACF dan PACF
4.4 Pembentukan Model ARFIMA
Dalam pemodelan time series, pada umumnya tahap identifikasi diawali dengan melihat time series
plot dari data in sample temperature .
Gambar 6 Plot Time Series Data Temperature
Berdasarkan Gambar 6. dapat diketahui bahwa data belum stasioner terhadap varian sehingga perlu
dilakukan transformasi Box-Cox. Dalam melakukan transformasi Box-Cox, terlebih dahulu dicari nilai.
Pada penelitian ini, untuk menentukan nilai yang tepat menggunakan Box-Cox Transformation.Nilai
yaitu 0 sehingga Menurut Wei (1990) transformasi yang sesuai apabila nilai = adalah ln �. Oleh karena
itu, langkah selanjutnya adalah melakukan transformasi ln terhadap data in sample TEMPERATURE . Data
hasil transformasi tersebut digunakan untuk analisis selanjutnya.
4.5 Menenetukan nilai d
Untuk mengetahui adanya ketergantungan jangka panjang pada data, dilakukan identifikasi terlebih
dahulu. Identifikasi dilakukan dengan melihat nilai estimasi parameter d dari data pengamatan. Estimasi
10
Prosiding Seminar Nasional Meteorologi dan Klimatologi dalam Rangka Memperingati Hari
Meteorologi Dunia ke-66
dapat dilakukan dengan metode Hurst Exponent yang dapat diperoleh dari aggregated variance, rescaled
range statistics(R/S), dan modified rescaled range statistics (MR/S), uji KPSS, rescaled varians (V/S),
gaussian semiparametric estimation (GSP), GPH (log periodgram estimation), exact maximum likelihood
(EML), modified profile likelihood (MPL), non-linear least squares (NLS), dan lain sebagainya. Pada
penelitian ini digunakan EML dan MPL dengan hipotesis nol adalah d=0 dan daerah penilaian adalah 0,5<d<0,5 (Chi dan Ni, 2007). Selain itu digunakan Metode aggregated variance.
Dari nilai H dapat dicari nilai parameter d, dengan rumus d=H-0,5. Bila 0,5<H<1 dan 0<d<0,5
maka terdapat long memory pada data (Assaf, 2006). Dalam penelitian ini, pada estimasi parameter dari
model-model ARFIMA menggunakan d yang sama. Nilai parameter differencing d ditentukan dengan
metode estimasi Exact Maximum Likelihood (EML). Diperoleh nilai parameter differencing d yaitu
0.170363. Setelah diperoleh nilai d, langkah selanjutnya adalah menetapkan beberapa model
ARFIMA(p,d,q) berdasarkan plot ACF dan PACF dan setelah
4.6 Penetapan beberapa model ARFIMA(p,d,q) berdasarkan plot ACF dan plot PACF
Pada penelitian ini, model ARFIMA(p,d,q) ditetapkan berdasarkan plot ACF dan PACF. Langkahlangkah untuk menampilkan plot ACF dan PACF data in sample TEMPERATURE setelah transformasi .
Partial Autocorrelation Function for Transformasi
(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)
1.0
Partial Autocorrelation
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-1.0
1
5
10
15
20
25
30
35
Lag
40
45
50
55
60
65
Gambar 7. Plot PACF Data Trans_temperature
Berdasarkan Gambar 7, plot PACF tampak terpotong pada suatu lag. Ini menunjukkan
kecenderungan data memiliki model Autoregressive (AR). Pada plot PACF adapun kemungkinan model
untuk proses long memory adalah ARFIMA(1,d,0), ARFIMA(2,d,1), ARFIMA(1,d,2), ARFIMA(2,d,0),
ARFIMA(2,d,1), dan ARFIMA(2,d,2), dengan d=0.170363.
Tabel.1 Estimasi Model
Keterangan
Model
Parameter
Coefficient P_value
d=0.170363 dengan konstanta
ARFIMA(1,d,0) AR(1)
0,0842831
0,040
Konstanta
27,7653
0,000
ARFIMA(1,d,1) AR(1)
0,791154
0,000
MA(1)
-0,717498
0,000
Konstanta
27.7656
0.195
11
Prosiding Seminar Nasional Meteorologi dan Klimatologi dalam Rangka Memperingati Hari
Meteorologi Dunia ke-66
ARFIMA(1,d,2)
ARFIMA(2,d,0)
ARFIMA(2,d,1)
ARFIMA(2,d,2)
tanpa konstanta
ARFIMA(1,d,0)
ARFIMA(1,d,1)
ARFIMA(1,d,2)
ARFIMA(2,d,0)
ARFIMA(2,d,1)
ARFIMA(2,d,2)
AR(1)
MA(1)
MA(2)
Konstanta
AR(1)
AR(2)
Konstanta
AR(1)
AR(2)
MA(1)
Konstanta
AR(1)
AR(2)
MA(1)
MA(2)
Konstanta
AR(1)
AR(1)
MA(1)
AR(1)
MA(1)
MA(2)
AR(1)
AR(2)
AR(1)
AR(2)
MA(1)
AR(1)
AR(2)
MA(1)
MA(2)
0,795842
-0.720978
-0.002543
27,7655
0,080273
0,049688
27,7647
0,798946
-0,002651
-0,724145
27,7655
0,000
0,000
0,000
0,000
0,051
0,226
0,000
0,000
0,961
0,000
0,000
-0,0354
0,688146
0,123287
-0,64979
27,7654
0,0842831
0,791154
-0,717498
0,795842
-0.720978
-0.002543
0,080273
0,049688
0,798946
-0,002651
-0,724145
0,865
0,000
0,562
0,000
0,000
0,040
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,051
0,226
0,000
0,961
0,000
-0,0354
0,688146
0,123287
-0,64979
0,865
0,000
0,562
0,000
4.7 Pemilihan Model yang Signifikan
Suatu model ARFIMA dikatakan signifikan apabila p_value<0,05. Berdasarkan Tabel 4.1, dipilih
beberapa model yang signifikan dengan p_value<0,05 yaitu ARFIMA( 1, 0,70363,0) dan ARFIMA( 1,
0,170363,2). Setelah diperoleh beberapa model ARFIMA yang signifikan, tahap selanjutnya dalam
penelitian ini adalah menguji syarat asumsi dari residual model ARFIMA yang signifikan atau pemeriksaan
diagnostik. Pada pemeriksaan diagnostik, dilakukan 3 uji terhadap residual model ARFIMA yang signifikan
yaitu uji normalitas, uji non heteroskedastisitas, dan uji non autokorelasi. Hasil pemeriksaan diagnostik
dari residual model ARFIMA yang signifikan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Diagnostik Residual Model ARFIMA
Model
Uji Normalitas
Uji Non Autokorelasi
Uji Non Heteroskedastisitas
ARFIMA( 1, 0,70363,0)
√
√
√
ARFIMA( 1, 0,170363,2)
√
√
√
12
Prosiding Seminar Nasional Meteorologi dan Klimatologi dalam Rangka Memperingati Hari
Meteorologi Dunia ke-66
4.8 Pemilihan Model Terbaik ARFIMA
Langkah terakhir dalam pembentukan model ARFIMA adalah pemilihan model terbaik ARFIMA.
Model terbaik ARFIMA dipilih berdasarkan nilai AIC terkecil. Nilai AIC dari model ARFIMA yang
signifikan disajikan pada Tabel 3
Tabel 3 Nilai AIC Model ARFIMA yang Signifikan
Model
AIC
ARFIMA( 1, 0,70363,0)
3.55584583
ARFIMA( 1, 0,170363,2)
3.10532737
Berdasarkan Tabel 3, dapat disimpulkan bahwa model terbaik ARFIMA pada penelitian ini adalah
ARFIMA( 1, 0,170363,2) karena memiliki nilai AIC terkecil.
− .
+
∅
−
∅
∇� � = ∅
�
∇
� =∅
�
,
� = − ,
,
− ,
�
Dilakukan perbandingan hasil ramalan model ARFIMA terbaik dengan temperature pada tanggal 08
february 2016 sampai 19 february 2016 dengan 08 february 2015 - 19 February 2015 dan juga 08 February
2014 sampai dengan 19 February 2014 yang didapatkan pada website bmkg
(http://dataonline.bmkg.go.id/ketersediaan_data) dan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4 Perbandingan Temperature Pada Tahun 2014 - 2016
Tanggal
Hasil Ramalan Tahun 2015 Tahun 2014
08 February 2016
28.0531*
27.7*
27.3*
09 February 2016
27.6307*
25.8*
27.6*
10 February 2016
27.7083*
27.7*
27.8*
11 February 2016
27.0537*
27.3*
28.1*
12 February 2016
27.5199*
27.7*
27.7*
13 February 2016
27.3409*
28.4*
28.2*
14 February 2016
27.2385*
27.8*
27.9*
15 February 2016
27.4413*
28.1*
27.7*
16 February 2016
27.4413*
27.9*
28.0*
17 February 2016
27.4563*
27.8*
28.1*
18 February 2016
27.3464*
27.5*
28.1*
19 February 2016
27.6191*
27.5*
27.7*
*Dalam satuan °c
Dapat dilihat pada tabel 4 terjadi perubahan yang begitu flukuatif pada tahun 2014 ke tahun 2016 untuk
memperjelas pola data dapat dilihat pada Gambar 8.
13
Prosiding Seminar Nasional Meteorologi dan Klimatologi dalam Rangka Memperingati Hari
Meteorologi Dunia ke-66
Perbandingan Temperature Pada Bulan
February Tahun 2014 Sampai 2016
29
28.5
28
27.5
27
26.5
26
25.5
6-Feb-16 8-Feb-16 10-Feb-1612-Feb-1614-Feb-1616-Feb-1618-Feb-1620-Feb-16
Hasil Ramalan
Tahun 2015
Tahun 2014
Gambar 8. Plot Temperature Pada Bulan February 2014, 2015 dan 2016
Untuk mendukung pendapatan regional Kabupaten Karimun yang mempunyai suhu rata-rata 24°c -27°c
pemerintah dapat mengoptimalkan budidaya kelapa, gambir, karet dan tanaman lainnya yang potensial.
Budidaya ikan laut di keramba jaring apung (floating cages) juga dapat dilakukan, karena fitoplankton laut
jenis Dunaliella sp. yang merupakan pakan alami bagi ikan mampu hidup pada salinitas 31 ppm
dengan suhu optimal 20°c - 40°c. Adapun ikan yang dapat di budidayakan adalah Ikan Kerapu macan dan
bawal bintang, yang mana keduanya merupakan komoditas ikan budidaya laut pasar ekspor dan memiliki
nilai ekonomis tinggi.Nyamuk penyebab demam berdarah akan berkembang biak dengan baik pada suhu
tersebut bahkan larva berkembang pada suhu 28°c sekitar 10 hari sehingga akan membuat angka kesehatan
akan menurun Pada tahun 2014 untuk setiap 10.000 penduduk tersedia 5 dokter, 9 bidan dan 16 Perawat
dan 2 rumah sakit untuk itu pemerintah Karimun dapat melakukan antisipasi dampak yang akan timbul
pada anomali cuaca.
5. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
ARFIMA(1,0.170363,2) memiliki nilai AIC lebih kecil dibandingkan dengan ARFIMA( 1, 0.0363,0)
hasil peramalan dengan menggunakan model ARFIMA(1,0.170363,2) lebih cocok untuk memprediksi
temperature di Karimun, Kepulauan Riau. Hasil peramalan untuk tanggal 08 february 2016 sampai 19
february 2016 di prediksi temperature akan berkisar pada 27°c
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar melakukan penelitian dengan memperhatikan faktor
yang kemungkinan dapat mempengaruhi hubungan temperature . Dengan adanya peramalan temperature
ini, diharapkan masyarakat Karimun dapat lebih waspada terhadap anomali cuaca yang terjadi dan aspek
yang akan ditimbulkan
14
Prosiding Seminar Nasional Meteorologi dan Klimatologi dalam Rangka Memperingati Hari
Meteorologi Dunia ke-66
PENGHARGAAN
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Stasiun Meteorologi Raja Haji Abdullah Tanjung Balai Karimun
Provinsi Kepulauan Riau berkat masukan yang begitu berarti untuk penelitian. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Kadi Mey Ismail, S.Pi ;Luthfilaudri Nadhira,B.Eng ; Moh.Yulianto K, S.Gz ; Rachmad Adi
Riyanto, S.TP ; drg.Robbykha Rosalien ; Muhamad Iqbal, S.Kom ; Syafira Fitri Auliya, S.T ; Akmad Faqih,
S.T ; Jonathan Saputra, S.Pd ; Muhammad Singgih, S.Pd ; Ghiska Ramahdita, S.T.,M.T.,M.Sc ; Meita
Aznira,S.Ds ; Dyah Savitri Pritadrajati, S.E yang telah memberikan kontribusi terhadap penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Assaf, A. 2006. Persistence and Long Memory Dependence In The Emerging Stock Market of Kuwait, The
Middle East Business and Economic Review, Volume 18 No.1, Windsor.
BPS. 2015. Karimun Dalam Angka 2015. Karimun.
Barkoulas, J.T. dan Baum C.F. 1996. Long Term Dependence in Stock Returns. Econometrics Letters, 53
Beran, J. 1994. Statistics for Long-Memory Processes. Chapman and Hall/CRC. New York.
Box, G.E.P., G.M.Jenkins, And G.C.Reinsel. 1994. Time Series Analysis : Forecasting and Control, third
edition. Prentice Hall, New Jersey.
Caraka, R.E.,Yasin,H, dan Suparti. 2015. Pemodelan Tinggi Pasang Air Laut di Kota Semarang
Menggunakan Maximal Overlap Discrete Wavelet Transform (MODWT). Jurnal Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika .Vol.2 No.2
ISSN:2355-7206 pp.104-114. Jakarta. DOI:
10.13140/RG.2.1.2237.7367
Dewantara, B.S. 2012. Peramalan Cuaca Tradisional.
http://www.bagassdsite.blogspot.com/2012/10/peramalan-cuaca-tradisional.html [16 Maret 2016]
Granger, C. W. J.; Joyeux, R. (1980). "An introduction to long-memory time series models and fractional
differencing". Journal of Time Series Analysis 1: 15–30.
Makridakis, S; S.C. Wheelwright dan V.E. McGee. 1999. Metode dan Aplikasi Peramalan. Edisi Kedua
Jilid Satu. Alih Bahasa Hari Suminto. Binarupa Aksara. Jakarta
Syamsuar,S. 2000. Model Autoregressive Untuk Temperature Udara Rata-Rata Bulanan Serang Banten,
Warta Lapan, Vol.2, No.1.Jakarta
Tsay, R.S. 2002. Analysis of Financial Time Series. John Wiley and Sons, Inc.New York.
Wei, W.W.S. 1990. Time Series Analysis: Univariate and Multivariate Method. Addison-Wesley P
15