TUNTUNAN
PERAWATAN JENAZAH
~ Menurut Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah ~
Masjidillah Press
Surabaya
Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok,
dan tiada seorangpun yang mengetahui di bumi
mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Teliti.
~ Surah Luqman: 34 ~
Masjidillah
Karang Menjangan 108 Surabaya
https://masjidillah.wordpress.com/
www.facebook.com/masjidillah
[email protected]
hp./WA. 0857 33 484 101
1
1.1
Menghadapi Sakarotul Maut
Tanda-Tanda Kematian Seseorang
Pada umumnya, namun tidak selalu, orang yang mendekati mati dapat diketahui
dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Kaki terasa lebih dingin, jari kaki dan tangan nampak hijau kebiru-biruan
b. Telinga nampak lebih pipih
c. Mata bila disorot lampu tidak bereaksi
d. Denyut nadi mulai melemah
e. Mengeluarkan bau khas calon jenazah karena keluar kotoran
1.2
Menghadapi Orang yang Sedang Sakarotul Maut
Pada saat orang sedang sakaratul maut, harus selalu ditunggu dengan
bergantian supaya tidak terlalu payah, dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Kalau memungkinkan, luruskan kedua kakinya membujur ke arah kiblat
dan kepala diangkat sedikit supaya mukanya menghadap kiblat.
b. Dijaga kesucian dan kebersihan pakaian dan tempatnya.
c. Agar keluarga selalu berdekatan dengannya.
d. Dengan hati-hati memberikan nasihat supaya bertobat dan berbaik
sangka kepada Allah serta mengharapkan ampunan dan rahmat-Nya.
e. Dianjurkan agar berwasiat apabila meninggalkan harta benda di hadapan
dua orang saksi adil.
f. Diingatkan dengan santun agar mengucapkan Laa ilaaha illallaah; kalau
sudah mengucapkan, biarkan. Kalau lupa atau berhenti diingatkan lagi
dengan pelan dan hati-hati. Kalau sudah lupa-lupa, agar dituntun terus
dengan suara yang jelas dan pelan-pelan.
g. Berilah pengertian kepada keluarganya agar bisa memahami dengan
ikhlas bahwa kematian adalah kehendak dan pilihan Allah, dan pilihan
Allah adalah yang terbaik untuk semuanya.
1.3
Menghadapi Orang yang Baru Saja Meninggal
Begitu mengetahui bahwa seseorang telah meninggal, lakukanlah hal-hal
sebagai berikut:
a. Pejamkan matanya
1
b. Katupkan mulutnya, kalau perlu dibantu dengan tali dari kain, diikatkan
melingkar dari dagu, pipi, pelipis dan ubun-ubun
c. Lemaskan tangan dan kakinya
d. Letakkan kedua tangannya dengan sedekap di atas dadanya dan diikat
kedua telapak tangannya
e. Luruskan kedua kakinya, dengan diikat pergelangan kaki dan kedua ibu
jarinya
f. Dibujurkan tubuhnya menghadap kiblat
g. Tutup seluruh tubuhnya, dari kepala, wajah sampai ujung kakinya
h. Ucapkan kalimat tarji’ yaitu:
ِ صي ب ِِ ا
ِ ِ
ِ ف ِاِاخي ر
ِ ِاالالَه َمااأْجرِِ ِا,اِّاوااَِّااِلَي ِه اارِاجعو َن
اامْ َها
ُ ْ ُْ ُ
ْ ُ ْ َ َ ّا َا
َ َ ْ ام
ً ْ َ ْ اوا ْخل
Artinya: Sesungguhnya kita sekalian adalah milik Allah dan akan kembali
kepadanya. Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku dan gantilah
musibah ini dengan yang lebih baik bagiku. [al-Baqarah 156, Shahih
Muslim, Musnad Ahmad]
i. Ke udia
e
a a do’a
ِ
ِِ
اع ِقبِ ِه ِاِاالْغَاابِ ِريْ َنا
اخلُْافهُ ِ ا
ْ ْ َاو
َ اوْاارفَ ْع....
َ ِا
َ ْ ِاد َر َجتَهُ ِاِاالْ َم ْهديا
َ اَلالَ ُه َماا ْغف ْرل
ِ
ِباالْعالَ ِمْاوافْسحالَه ِاِاقَ ِْا
ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ اَ َر
َ ُااولَه
َ َََوا ْغف ْرل
Artinya: Ya Allah! Berilah ampunan kepada .... (sebut namanya). Dan
angkatlah derajatnya dalam golongan orang yang mendapat petunjuk,
dan gantilah ia bagi keluarga yang ditinggalkannya. Ampunilah kami
dan ampunilah dia, wahai Tuhan semesta alam, lapangkanlah ia dalam
kuburnya. [Shahih Bukhari, Sunan Abu Dawud]
j. Menyebarluaskan berita kematiannya
k. Mempersiapkan keperluan perawatan jenazah
l. Keluarga (ahli waris) segera menyelesaikan hak utang-piutangnya
2
2
2.1
Tuntunan Perawatan Jenazah
Hukum Merawat Jenazah
Merawat jenazah hukumnya Fardhu (Wajib) Kifayah, artinya bahwa kewajiban
itu cukup dikerjakan oleh kelompok masyarakat. Apabila tidak ada yang
merawat jenazah, maka seluruh masyarakat akan dituntut dihadapan Allah dan
berdosa. Sedang bagi yang mengerjakannya akan mendapatkan kebaikan dan
pahala dihadapan Allah (swt).
Merawat jenazah sebaiknya segera dilakukan, tidak perlu menunggu
terkumpulnya semua keluarga (ahli waris).
2.2
Syarat dan Persiapan yang Harus Disiapkan
a. Syarat-syarat orang yang memandikan jenazah
Muslim, berakal sehat dan baligh
Niat karena Allah
Amanah (menjaga kerahasiaan yang ada pada jenazah)
Mengetahui hukum dan tata cara memandikan jenazah
Laki-laki bila jenazahnya laki-laki, wanita bila jenazahnya wanita,
kecuali suami istri
b. Syarat jenazah yang dimandikan
Muslim
Ada wujud tubuhnya walaupun sebagian
Bukan orang yang mati Syahid
c. Kebutuhan yang perlu disiapkan
Tempat yang tertutup untuk memandikan jenazah
Air suci secukupnya dalam 3 (tiga) bak, dengan rincian sebagai
berikut:
Satu bak air dicampur dengan daun bidara/sebangsanya
Satu bak air tanpa campuran
Satu bak air dicampur dengan kapur barus
Handuk untuk membersihkan bekas air menempel di badan jenazah
Kain kering untuk mengganti kain yang basah
Tempat tidur atau sejenisnya, yang dipergunakan untuk
membaringkan jenazah, diusahakan agar arah kepala lebih tinggi
3
Tambahan: kapas/spon, sarung tangan, gayung, gunting, dan tempat
untuk mengumpulkan barang yang kotor
2.3
Pelaksanaan Memandikan Jenazah
a. Niat ikhlas karena Allah (swt)
b. Jenazah diangkat dan diletakkan pada tempat yang telah disiapkan
dengan posisi menghadap Kiblat
c. Lepaskan seluruh pakaiannya dan yang melekat di tubuh, serta tutuplah
bagian kemaluan jenazah selama memandikan
d. Dibersihkan dulu bagian mulut, hidung, telinga dan dubur sambil ditekan
secara pelan agar kotoran keluar dengan tuntas
e. Kemudian mulai dimandikan, dengan cara:
i. Mulai memandikan dari anggota badan sebelah kanan terutama
anggota bagian wudhu (tapi bukan mewudhukan), dengan bilangan
gasal, yaitu 3 (tiga) kali atau secukupnya
Contoh:
Pertama, dengan air yang dicampur daun bidara
Kedua, dengan air bersih, dan
Ketiga (terakhir), dengan air kapur barus
ii. Selesai dimandikan, jenazah dikeringkan dengan handuk atau
sejenisnya, bersamaan dengan ini, kain yang basah diganti dengan
yang kering
iii. Untuk jenazah perempuan, setelah dihanduki rambutnya dijalin
menjadi 3 (tiga) pintalan
f. Kemudian ditutup lebih dahulu seluruh tubuhnya pakai kain yang kering
sebelum ditempatkan di tempat mengkafani
PERHATIAN!
a. Yang lebih berhak memandikan jenazah adalah keluarga atau ahli waris
laki-laki oleh orang laki-laki atau suami oleh istri dan sebaliknya yang
u’min
b. Dalam memandikan jenazah supaya tidak memperlakukan jenazah
dengan kasar
c. Menutup jenazah, terutama bagian yang tercela serta tidak
menyebarluaskan aibnya.
4
2.4
Persiapan Mengkafani Jenazah
a. Disiapkan dahulu kain yang baik, bersih dan putih
b. Jenazah laki-laki 3 (tiga) helai kain, masing-masing berukuran 135 cm x
240 cm
c. Jenazah perempuan 5 (lima) helai kain, masing-masing berbentuk:
1) Kain biasa (135 cm x 240 cm)
2) Jubah (135 cm x 340 cm) dilubangi pada arah kepala
3) Baju kurung (135 cm x 240 cm) dilubangi pada arah kepala
4) Sarung (135 cm x 140 cm) dan
5) Kerudung (100 cm x 100 cm) dibentuk segitiga
5
d. Ukuran kain disesuaikan dengan besar kecilnya jenazah dan tidak
berlebihan (boros)
e. Cawat/celana dalam jika dibutuhkan, tetapi bukan keharusan
f. Memberikan wewangian terbaik yang dimiliki dalam setiap lembar kain
kafannya dan pada badan jenazah
2.5
Pelaksanaan Mengkafani Jenazah
a. Kain digelar, untuk:
1) Jenazah laki-laki, 1 helai kain digelar ditengah, satu helai kain lagi
digelar di atasnya agak bergeser ke kanan dan satu helai kain lagi
digelar agak bergeser ke kiri
2) Jenazah perempuan:
Pertama, kain biasa digelar ditengah
Kedua, jubah digelar di tengah persis di atas kain lembar pertama
dengan posisi lobang tepat berada di leher,
Ketiga, baju kurung digelar di atasnya lagi dengan posisi berada pada
bagian atas badan dengan lobang persis di leher,
Keempat, sarung digelar di atasnya pada arah badan bagian bawah,
Kelima, kerudung digelar pada bagian kepala.
b. Setelah kain digelar, jenazah diangkat dan diletakkan di atasnya,
1) Jenazah laki-laki, dilulut dahulu dengan minyak wangi, kemudian
dililitkan kain yang paling atas bersamaan dengan itu diambil kain
penutupnya, lalu dililitkan kain yang kedua dan ketiga.
6
2) Jenazah perempuan, dilulut dahulu dengan minyak wangi, kemudian
diikat kerudungnya, dililitkan dengan urut kain sarung, baju kurung,
mantel jaz dan kain biasanya.
PERHATIAN!
Bagi seseorang yang meninggal dunia dalam keadaan ihram, jenazahnya:
a. Tidak diberi minyak wangi
b. Dikafani dengan kain ihram yang dipakai dan tidak ditutup kepalanya
(kepala terbuka)
2.6
Persiapan Mensholati Jenazah
a. Jenazah diletakkan di tempat yang paling depan tengah, dengan posisi
membujur dan posisi kepala erada di se elah ka a arah ka’ ah
b. Bagi orang yang akan menshalatkannya memenuhi dulu syarat-syarat
syahnya shalat, antara lain: Suci dari najis dan hadats, menutup aurat,
dan menghadap kiblat
c. “halat je azah dilakuka de ga erja a’ah sebanyak 3 shaf, 5 shaf dan
seterusnya (tetap bilangan gasal), bisa dilakukan di dalam masjid
d. Imam berdiri pada arah kepala jenazah, jika jenazah laki-laki dan pada
arah lambung atau tengah, jika jenazah perempuan
2.7
Pelaksanaan Mensholati Jenazah
Shalat jenazah dilakukan dengan empat takbir diakhiri salam, ta pa ruku’ da
sujud.
Takbir Pertama
a. Berdiri tegak, lalu dengan niat ikhlas karena Allah, mengangkat tangan
sampai bahu, ibu jari sejajar telinga, dan telapak tangan menghadap
Kiblat, jari-jari tidak terlalu renggang atau rapat, seraya membaca takbir
(Allahu Akbar), lalu tangan diturunkan dan telapak tangan kanan
diletakkan pada punggung telapak tangan kiri di dada.
b. Kemudian membaca surah al-Fatihah
ِ ْ ١(ااِّاالَر ْْ ِناالَرِحي ِما
ِ
ِ اِّار
)ا٣()االَر ْْا ِناالَرِحي ِاما٢(ْا
َ بِ ْس ِم
َ باالْ َعاالَم
َ َ )ااَْ ْم ُد
ِ ِ ِ ِمال
ِ
ِ َّ )ااه ِد
االصَرا َطاالْ ُم ْستَ ِق َيما
ْ ٥(ْا
ُ )اإَِ َكانَ ْعبُ ُد َاوإِ ََ َكانَ ْستَع٤(كايَ ْوماالدي ِنا
َ
7
ِ وباعلَي ِهماوََاال َا
َِ ِ
ِ ُ اعلَْي ِهما َغ ِْْاالْم ْغ
)ا٧(ْا
َ ضآل
َ يناأَنْ َع ْم
ْ َ ت
َ ْ َْ ض
َ
َ )اصَرا َطاالذ٦(
ْآم
Takbir Ke dua
a. Selesai membaca surah al-Fatihah lalu bertakbir (Allahu Akbar)
b. Dila jutka
e a a do’a shalawat Na i:
ِ ِ
ٍ
ٍ ِ
ِ َاوعل
ىاآلا
َ اص ِل
َ اعلَىاابْ َراهْي َم
َ ت
َ اصالَْي
َ اَلالَ ُه َم
َ اعلَىا َُ َمد َاو َعلَىاآلا َُ َمداا َك َم
ِ ِ
ٍ ِ
ِ ِ
ٍ
ِ َاوعل
ىاآلا
َ اعلَىا َُ َمدا
َ اعلَىاابْ َراهْي َم
َ ت
َ ابْ َراهْي َم َاوََ ِرْك
َ ااَ َرْك
َ وعلَىاآلا َُ َمدا َك َم
ِ اِب ر ِاهيم ِاِاالْعالَ ِم
َِ َك
اْْي ٌدا َِ ْي ٌاد
َ ْاان
َ ْ َ َ ْ َْ
Takbir Ke tiga
a. Selesai membaca shalawat lalu bertakbir (Allahu Akbar)
b. Lalu e a a do’a:
ِ
ِِ
ِ
اءا
ام ْد َخلَهُ َاوا ْاغ ِسْالهُ ِاَِ ٍا
ُ اَلالَ ُه َماا ْغف ْرلَهُ َاو ْارَْْهُ َاو َعافه َاو ْاع
َ فا َعْهُ َاوا ْكاِرْمانُُزلَهُ َاوَو اس ْع
ساا َوابْ ِدالْهُا
ض ِام َناال َدنَ ِا
اونَ ِق ِه ِام َن ْا
َوثَا ْل ٍاجا َوبََرٍد َا
ُ َباا الَبْي
ُ االَطَا ََا َك َماايَُ قَىاالث َْو
ِ اامنااَهلِ ِهاوزوجااخي ر
ِ
ِ
اام ْن َازْوِج ِه َاوقِ ِهافِْت َاةَاالْ َق ِْْا
َ ااخْي ًراام ْن
َ ًادااِرِ َاواَ ْها
َ َد اًار
ً ْ َ ً ْ َ َ ْ ْ اخْي ًر
اباالَا ِار
َ َو َع َذ
Artinya: Ya Allah a pu ilah dia, berilah rah at kepada ya,
maafkanlah dia selamatkanlah dia (dari beberapa hal buruk),
tempatkanlah dia di tempat yang mulia (surga), luaskanlah kuburnya,
mandikanlah ia dengan air dan salju, bersihkanlah ia dari segala
kesalahan sebagaimana pakaian putih dibersihkan dari kotoran.
Gantilah rumah yang lebih baik (di surga) dari pada rumahnya (di dunia),
dan berilah keluarga yang lebih baik (di surga) dari pada keluarganya (di
dunia), dan berilah jodoh yang lebih baik (di surga) daripada jodohnya
di du ia , jagalah ia dari fit ah kubur da siksa eraka . [Sunan Abu
Dawud, Sunan Ibnu Majah]
8
Takbir Ke empat
a. “elesai e a a do’a ke udia bertakbir (Allahu Akbar)
b. Lalu e a a do’a lagi
ِ اَلالَه َماا ْغ ِف ارا ِْيِ ااوميِتِ ااوصغِ َِْاّاوَكبِ َِْاّاوذَ َك ِرَّاواأُنْاثا َّااوش
اه ِد َّ َاو َغائِبَِااالالَ ُه َما
ََ َ َ
َ
َ ْ َ َ َ ََ َ َ ْ ُ
ِ
ِ منااأَحي ياتَه ِامَاافَأ ا
ِ
اِامااَللاَ ُه َما
اعلَىاا ِال ْس َا
َ ُاعلَىاا ِالَْْان َاوَم ْناتَ َوفَ ْي تَهُامَاافَتَ َوفَه
َ َحايِه
ْ
ُ َْ ْ ْ َ
ِ
َْ ََ
ُاَ ِرْمَاااأَ ْجَرُ َاوَاَاتُضالَاَاابَ ْع َدا
Artinya: Ya Allah a pu ilah ka i ya g asih hidup da ya g telah
matiyang hadir (ada) dan yang tidak ada, yang kecil (muda) dan yang
tua, yang laki-laki dan perempuan. Ya Allah kepada orang-orang yang
Engkau hidupkan diantara kami, maka hidupkanlah dia dalam (keadaan)
Islam, dan kepada orang-orang yang Engkau matikan dari kami, maka
matikanlah ia dalam (keadaan) iman. Ya Allah, jangan Engkau
menjauhkan kami dari pahalanya, dan jangan Engkau menyesatkan
ka i sesudah ya . [Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasai, Musnad Ahmad]
Jika Jenazah masih anak-a ak, do’a ya g di a a adalah
ااواَ ْجًرا
ْ له َم
ُ َاَل
َ ًااوفَ َرط
َ ااج َع ْلهُالََاا َسلَ ًف
Artinya: Ya Allah, jadikanlah ia pendahulu (penjemput) dan pelebihan
(tabungan) serta pahala bagi kami. [Shahih Bukhari, Musnad Ahmad,
Sunan Ibnu Majah]
Diteruskan menoleh ke kanan dengan membaca salam
َِ ُاَل َساَماعلَي ُكماور ْْة
َ ََ ْ ْ َ ُ
ُااّ َاوبََرَكاتُاه
Dilanjutkan menoleh ke kiri dengan membaca salam
ااِّ َاوبََرَكاتُاهُاااا
َ ُاعلَْي ُك ْم َاوَر َْْة
َ اَل َساَ ُم
9
PERHATIAN!
a. Jika seseorang meninggal karena: syahid, jelas munafiq, dan bunuh diri
tidak di sholati
b. “holat Je azah dilakuka tidak pakai ruku’, sujud da duduk
c. Lebih baik Imam sholat jenazah dari keluarga atau kerabat terdekat
d. Sebelum sholat dilaksanakan sebaiknya disampaikan tentang haqqul
adami (sangkut paut utang piutang)
2.8
Persiapan Penguburan Jenazah
a. Siapkan tempat penguburan dan menggalinya dengan baik, dan cukup
sesuai besar kecilnya jenazah
b. Siapkan batu nisan
c. Siapkan keranda
d. Bila penggalian liang lahat telah selesai, jenazah dibawa ke kuburan
dengan cepat, diam (tidak berbicara) dan tidak kasar
e. Pelayat mengiringinya dengan berjalan kaki di sekelilingnya, dan yang
berkendaraan berada di belakangnya
f. Ketika asuk ku ura
e a a do’a se agai berikut:
ِ ِ ِاَلساماعلَي ُكماداراقَوٍمامؤِم
ااَللَ ُه َماََ ََْ ِرْمَاا.ااُّابِ ُك ْماََ ِح ُق ْو َن
َ َاشاء
َ ْ َاواَّاا ْن
َ ْ ْ ُ ْ َ َ ْ ْ َ َُ َ
اَ ْجاَرُه ْم َاوََاتَ ْفتَِاابَ ْع َد ُه ْام
10
Artinya: Salam sejahtera kepadamu, wahai perumahanan orang-orang
mukmin, dan Insya Allah kami akan menyusul kamu sekalian. Ya Allah,
janganlah Engkau menjauhkan kami dari pahala mereka dan janganlah
Engkau timbulkan fitnah kepada kami sepeninggal mereka. [Sunan Ibnu
Majah, Musnad Ahmad]
2.9
Pelaksanaan Penguburan Jenazah
a. Keranda diletakkan membujur dengan posisi kepala berada pada arah
kaki
b. Lalu keranda dibuka dan jenazah diangkat bersamaan dengan itu
keranda ditarik dari arah kaki
c. Jika jenazah perempuan, di atas liang lahat dibentangkan kain atau
sejenisnya, lalu jenazah dimasukkan ke dalam liang lahat dari arah kaki
d. Kemudian jenazah diletakkan dalam liang lahat dengan posisi
menghadap ke arah kiblat, sambil membaca
َِ اِّاوعلَىاس َِةارسوِل
ِ
او َسلَ َما
اعلَْي ِه َا
َ َاصل
َ ُّىاا
َ ّاا
ْ ُ َ ُ َ َ َ ب ْس ِاما
Artinya: Dengan nama Allah dan atas nama (mengikuti) perilaku
Rasulullah (saw). [Musnad Ahmad, Sunan at-Tirmidzi]
Atau:
ِىاملَ ِةارسوِل َا
ِ َااِّاوعل
اعلَْي ِه َاو َسلَ َما
َ َصل
َ ُّىاا
َ َ َ بِ ْس ِم
َ ااّا
ُْ َ
Artinya: Dengan nama Allah dan atas nama (mengikuti) sunnah
Rasullullah (saw).
e. Tanah bekas galian liang lahat dimasukkan kembali dengan dipadatkan
dan dirapikan, kemudian ditancapkan batu nisan berada pada arah
kepala
11
2.10 Do’a Selesai Penguburan Jenazah
Selesai mengubur dan sebelum meninggalkan tempat penguburan pelayat
mengambil tanah dan menaburkannya dari arah kepala tiga kali, lalu berdiri di
sisi ya, da
e a a do’a se agai erikut:
ِ اَلالَه َماا ْغ ِفرلَهاوارْهاوعافِ ِهاواعفاعْهاوا ْكاِرمانُزلَهاوو ِاسعام ْدخلَهااوج
افا
َ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ ُ ْ َ ُ َ ُ ْ َ َ َ ُ َْ ْ َ ُ ْ ُ
ِ ِ ِ اََرضاعن
ِ ِ
ِ اع َذ
االلَ ُه َماثَبِْت اهُا َِلْ َق ْوِلا.اباالَا ِر
َ اجْبِه َاوقه
َ اباال َق ِْْ َاواَع ْذ ُام ْن
َ اع َذ
َ َْ َ ْ
ِ ِالثَاب
ِت ِاِااَْيَاةِاالدُنْيَااواََ ِخراة
َ َ
Artinya: Ya Allah ampunilah dia, berilah rahmat kepadanya, maafkanlah
dia selamatkanlah dia (dari beberapa hal buruk), tempatkanlah dia di
tempat yang mulia (surga), luaskanlah kuburnya dan lembutkanlah bumi
tempat tidurnya dan jauhkan dia dari siksa kubur dan lindungilah dia dari
siksa neraka. Ya Allah teguhkanlah dia dengan perkataan yang benar di
du ia da akhirat . [Sunan Abu Dawud, Shahih Bukhari-Muslim]
PERHATIAN!
a. Wanita tidak diperkenankan mengikuti penguburan. Boleh ziarah setelah
penguburan selesai.
b. Setelah jenazah sampai dikuburan, pelayat tidak boleh duduk sebelum
jenazah diletakkan
12
c. Jika sampai di kuburan, penggalian liang lahat belum selesai dan jenazah
telah diletakkan, pelayat diperkenankan duduk dengan menghadap
kiblat dan tidak di atas kubur
d. Yang turun (menerima, dan meletakkan jenazah) di dalam liang lahat
adalah orang yang tadi malam tidak berhubungan suami istri (jimak)
e. Pelaksanaan penguburan tidak dilakukan pada waktu matahari hampir
atau sedang terbit atau terbenam dan ketika matahari persis di atas
kepala
f. Dilara g e i ggika ku ura
e giji g atau e a gu a gu a
permanen di atasnya, cukup memberi tanda di atasnya dengan batu
atau sebangsanya
g. Jika masuk dalam kuburan, berjalanlah di antara kubur dan melepas alas
kaki
3
3.1
Takziyah dan Ziarah
Takziyah
a. Pengertian takziyah
Takziyah adalah melawat keluarga jenazah baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk menghibur mereka dengan cara memberikan
ucapan belasungkawa, menshalatkan, menganjurkan bersabar dan tabah
dalam menghadapi dan menerima musibah dan cobaan serta
e do’aka je azah agar e dapatka a pu a se ua dosa da
kesalahannya kemudian ditempatkan di tempat yang mulia (surga
ja atu Na’i )
b. Tujuan takziyah
1) Mengurangi beban yang diterima
2) Mengurangi kesedihan yang dialami
3) Bisa menerima musibah dengan sadar dan ikhlas bahwa itu semua
adalah kehendak Allah (swt)
4) Menyerahkan segala sesuatu kepada Allah (swt)
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1) Jangan menangisi jenazah dengan berlebihan
2) Jangan menjelek-jelekkan jenazah
13
3) Jangan menambahi beban pada keluarga jenazah baik mental
maupun materi
4) Memberikan sumbangan materi baik berupa uang atau lainnya
5) Dianjurkan kepada pelayat agar membuatkan makanan untuk
keluarga jenazah
6) Dilarang meratapi jenazah, menampar pipi, merobek-robek pakaian,
dan meratap-ratapan jahiliyah (tidak mengapa menangis), berkumpul
di tempat keluarga sesudah dikubur, sehingga mereka membuatkan
makan bagi pelayat
3.2
Ziarah Kubur
a. Pengertian ziarah kubur
Ziarah kubur adalah mengunjungi suatu tempat yang di dalamnya
terdapat jenazah yang dikuburkan, baik yang ada hubungan saudara
maupun tidak
b. Tujuan ziarah kubur
1) Mengingatkan kepada yang bersangkutan bahwa manusia itu pada
akhirnya akan mati termasuk dirinya
2) Agar berhati-hati dalam meniti kehidupan di dunia, supaya
memperbanyak amal sholih, menjalankan ibadah dengan sungguhsungguh dan tertib, jangan sampai melakukan pelanggaran ajaran
Allah dan Rasulullah saw
3) Me do’aka ora g ya g telah e i ggal lebih dahulu dan dikubur di
kuburan itu
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1) Setelah sampai kuburan pada waktu masuk supaya mengucapkan
salam
2) Membuka alas kaki pada saat berjalan diantara kuburan, kecuali
jalan yang secara khusus dibuat untuk jalan
3) Me do’akan pada ahli kubur agar diampuni semua dosa-dosa dan
kesalahannya oleh Allah (swt), dan diterima semua amal-amal
kebaikannya
4) Tidak dibenarkan meminta-minta pada ahli kubur
5) Tidak dibenarkan menangis dengan keras (meratap)
6) Tidak dibenarkan membawa bunga-bunga apapun ketika berziarah
14
7) Tidak dibenarkan menjadkan jenazah sebagai perantara hubungan
kepada Allah
8) Sebaiknya wanita tidak sering-sering ziarah kubur
9) Duduk menghadap kiblat dan tidak duduk di atas kuburan seseorang
10) Ziarah kubur dianjurkan bagi setiap mukmin, dan bagi mukminat
diperbolehkan, akan tetapi tidak terlalu sering
11) Bila sa pai di ku ura
e gu apka sala da do’a se agai
berikut:
ِ
ِ ِ اَل َساَماعلَي ُكمادارقَوٍم
ااَللَ ُه َماََ ََْ ِرْمَاا.ااُّابِ ُك ْماََ ِح ُق ْو َن
َ َناشاء
َ ْ َاوإَِّاا
َ ْ ام ْؤم
ُ ْ ََ ْ َْ ُ
اَ ْجَرُه ْم َاوََاتَ ْفتَِاابَ ْع َد ُه ْام
Artinya: Salam sejahtera kepadamu wahai perumahanan orangorang mukmin, dan Insya Allah kami akan menyusul kamu sekalian.
Ya Allah, janganlah Engkau menjauhkan kami dari pahala mereka
dan janganlah Engkau timbulkan fitnah kepada kami sepeninggal
mereka. [Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad]
15
Dari Ibnu Umar (ra), ia berkata: Pernah Rasulullah (saw)
memegang bahuku sambil bersabda: “Hendaklah engkau
hidup di dunia ini seolah-olah orang asing atau penyebrang
jalan.”
Dan Umar juga pernah bekata: “Apabila engkau berada di
waktu pagi, janganlah engkau menunggu sore hari.
Pergunakanlah waktu sehatmu untuk waktu sakitmu, dan
waktu hidupmu untuk bekal kematianmu.”
~ Shaih Bukhari ~
16