Academia.eduAcademia.edu

BERSIH dan Harapan Perubahan Demonstrasi Aman di Malaysia

BERSIH dan Harapan Perubahan Demonstrasi Aman di Malaysia Artikel ini terbit di http://www.pojoksamber.com/bersih-dan-harapan-perubahan-demonstrasi-aman-di-malaysia/ September 11, 2015. Muhammad Febriansyah Demonstrasi besar di pusat kota Kuala Lumpur yang berlangsung pada 29-30 Agustus kemarin menorehkan beberapa catatan penting. Dilihat dari jumlah kehadiran yang diperkirakan melebihi 200,000 orang dan mampu membuat mereka bertahan selama 34 jam telah mencipta sejarah baru bagi gerakan prodemokrasi yang dilihat semakin mendapat dukungan rakyat yang lebih luas. Namun, tidak semua sejarah harus ditulis dengan tinta emas. Kesuksesan demonstrasi Bersih 4 menarik massa begitu banyak merupakan suatu prestasi yang luar biasa sekaligus menunjukkan kelemahan organisernya karena mereka tidak bisa (atau tidak mau) memanfaatkan potensi massa sebesar itu untuk dikerahkan supaya mendapat hasil perjuangan yang maksimal. Walaupun aksi turun ke jalan semakin sering terjadi seiring dengan menguatnya masyarakat sipil, tetapi kita tidak akan melihat aksi serupa dalam skala dukungan yang sama dalam waktu terdekat. Belum berkembangnya kesadaran untuk mengusahakan pembangunan gerakan di tingkat basis massa yang berifat sektoral dan siap digerakkan setiap waktu menjadi penghalang kepada kontinuitas gerakan sehingga banyak momentum terlewati. Di sisi lain belum ada kondisi materil yang bisa membuat rakyat bergerak secara spontan turun ke jalan seperti yang pernah terjadi ketika tercetusnya reformasi tahun 1998. Pada waktu itu, akibat krisis ekonomi dan pengaruh dari gelombang reformasi di Indonesia, kemarahan rakyat terhadap Mahathir memuncak ketika Anwar Ibrahim dipecat sebagai Wakil Perdana Menteri. Tanpa komando puluhan rakyat turun ke jalan menghadiri pentas orasi Anwar Ibrahim. Satu lagi aksi spontan turun ke jalan hanya terjadi ketika rakyat (khusus pendukung oposisi) memberikan reaksi terhadap hasil pemilu terakhir tahun 2013 yang dianggap penuh kecurangan. Selebihnya, aksi demonstrasi dalam jumlah besar selalunya membutuhkan persiapan yang lebih lama dan diadakan pada hari libur. Jika ada aksi bersifat spontan untuk menanggapi isu-isu tertentu, selalunya hanya melibatkan para aktivis dan berskala kecil. Tetapi aksi-aksi kecil semacam ini juga terkadang berperan untuk memanaskan suhu menjelang sebuah aksi demonstrasi yang lebih besar. Selain mengutip dari beberapa sumber, informasi yang digunakan di dalam tulisan ini adalah berdasarkan observasi langsung penulis di lapangan. Sejak Bersih 2.0, berbagai aksi solidaritas Bersih dilakukan juga secara serentak di berbagai kota dalam dan luar negeri. Namun tulisan ini terbatas kepada aksi demonstrasi Bersih di Kuala Lumpur saja. Bersih: Penggerak Demonstrasi Demonstrasi baru-baru ini disebut Bersih 4 karena Gabungan Pilihanraya Bersih dan Adil (BERSIH), yaitu sebuah koalisi longgar yang terdiri dari 62 LSM telah menginisiasi empat demonstrasi besar sejak tahun 2007. Koalisi ini dibentuk pada tahun 2006 bersama beberapa partai oposisi untuk menuntut reformasi sistem pemilu setelah kemenangan terbesar koalisi pemerintah Barisan Nasional (BN) dalam sejarah pada pemilu tahun 2004. Sebagai sebuah negara yang diperintah secara semi otoriter atau kompetitif otoritarian (Levitsky & Way 2010), memang sistem pemilu yang ada menyulitkan oposisi untuk menang. Dalam sistem pemilu First Past the Post yang digunakan di Malaysia, kemenangan tidak ditentukan oleh suara pemilih keseluruhan (popular vote). Dalam pemilu terakhir tahun 2013, koalisi oposisi Pakatan Rakyat telah memenangi popular vote sebesar 52%, namun mereka tetap kalah dalam jumlah kursi di parlemen. Bersih dibentuk untuk menuntut reformasi sistem pemilu. Tuntutan mereka pun masih minimal dan bersifat teknis seperti mendesak penggunaan tinta permanen, menolak pemilihan melalui pos, pembersihan daftar pemilih di Dapil, dan hak siar untuk partai oposisi di dalam media. Bukan satu kebetulan jika Bersih muncul ketika Revolusi Berwarna (colour revolution) sedang menjadi fenomena global di negara-negara otoriter dan semi otoriter. Dan juga bukan rahasia lagi jika agenda perubahan rezim melalui jalan damai tersebut disponsori oleh AS dengan menjadikan LSM lokal sebagai proksi. Bersih sendiri mengakui bahwa aktivitas mereka mendapat dukungan finansial dari National Democratic Institute (NDI) dan Open Society Institute (OSI) milik George Soros. Debra Chong. Bersih Repudiates Foreign Funding Claim (27 Juni 2011). The MalaysianInsider. Diakses dari http://www.themalaysianinsider.com/mobile/malaysia/article/Bersih-repudiates-foreign-Christian-funding-claim/. NDI yang didanai oleh National Endowment for Democracy (NED) terkenal banyak mensponsori pembentukan gerakan serupa di berbagai negara. Aksi Bersih pertama pada 10 November 2007 diikuti oleh 40 ribu demonstran berkaos kuning, yang mencatatkan sejarah sebagai aksi besar pertama setelah gelombang reformasi tiarap seiring mendekamnya Anwar Ibrahim di dalam penjara. Tujuan mereka long march ke Istana negara adalah untuk menyerahkan memorandum kepada raja supaya sistem pemilu direformasi gagal karena direpresi oleh polisi, namun aksi ini sangat besar pengaruhnya dalam membuka kembali kesadaran rakyat tentang perlunya aksi turun ke jalan. Beberapa minggu sebelumnya lebih 2000 orang pengacara telah melakukan long march menuntut pembersihan sistem kehakiman. Dua bulan setelah Aksi Bersih, giliran 30.000 masyarakat India yang diorganisir oleh Hindu Rights Action Front (HINDRAF) turun ke jalan menuntut kesamaan hak. Represi pemerintah terhadap aksi Bersih dan Hindraf telah membuka mata rakyat tentang kekejaman pemerintahnya, dan mereka membalasnya melalui pemilu. Ketiga aksi tersebut adalah seperti gempa yang menimbulkan tsunami politik di Malaysia. Untuk pertama kalinya BN terpaksa melepaskan lima buah negeri federalnya ke oposisi dan harus kehilangan mayoritas 2/3 kursi parlemen pada pemilu tahun 2008. Sejak saat itu, Bersih identik dengan tuntutan reformasi sistem pemilu dan aksi demonstrasi berkaos kuning. Padahal dalam mendesak tuntutannya, Bersih sendiri sebenarnya lebih memilih cara audiensi dan diplomasi dengan pemerintah, terutama Suruhanjaya Pilihan Raya (SPR), institusi yang menjalankan pemilu. Demonstrasi aman merupakan jalan terakhir yang ditempuh jika upaya diplomasi mereka gagal. Artinya, Bersih tidak punya kepentingan untuk melakukan pengorganisasian di tingkat basis untuk setiap demonstrasinya. Puluhan ribu massa yang datang dalam setiap demonstrasi Bersih adalah rakyat biasa, anggota maupun partisan koalisi Pakatan Rakyat yang terdiri dari tiga partai oposisi, yaitu Partai Islam Semalaysia (PAS/ Islam Pedesaan), Democratic Action Party (DAP/Tionghoa urban), dan Partai Keadilan rakyat (PKR/campuran). Bersih yang terdiri dari puluhan LSM memerlukan program kerja yang menonjol untuk kepentingan pendanaan mereka. Sedangkan partai oposisi perlu reformasi sistem pemilu untuk menenangkannya, selain melemahkan pemerintah melalui aksi rakyat. Jadi, demonstrasi Bersih adalah manifestasi vulgar dari simbiosis mutualisme masyarakat sipil dan partai oposisi. Pemerintah BN sadar bahwa semakin menjalarnya sentimen anti pemerintah, maka sistem pemilu yang menguntungkan mereka adalah benteng terakhir untuk tetap berkuasa. Oleh sebab itu pemerintah bersikeras menolak tuntutan Bersih meskipun harus menghadapi demonstrasi yang bagi Bersih, adalah pilihan terakhir jika diplomasi menemui jalan buntu. Itulah mengapa perlu waktu yang lama untuk mengadakan demonstrasi Bersih 2.0 pada 9 Juli 2011, yakni empat tahun setelah demonstrasi pertama. Menjelang pemilu seterusnya yang bisa dilakukan kapan saja, sekali lagi Bersih berhasil menghimpun lebih 50.000 massa turun ke jalan yang terpusat di beberapa titik walaupun banyak tindakan pre-emptive yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegahnya. Mulai dari mengatakan bahwa perhimpunan itu ilegal, melarang pemakaian kaos kuning, melakukan blokade jalan, dan berbagai bentuk ancaman lainnya. Tindakan yang diambil untuk membubarkan demonstrasi juga lebih represif dilakukan dengan penyemburan wáter cannon dan penangkapan. Total sekitar 1600 orang ditahan sebelum, ketika, dan setelah aksi tersebut. Represi terhadap peserta demonstrasi menebalkan lagi sentimen anti pemerintah yang kembali ditunjukkan dalam demonstrasi Bersih 3.0, 28 April 2012. Untuk pertama kalinya, Bersih ingin menduduki Dataran Merdeka (Merdeka Square) yang menjadi landmark bersejarah di tengah kota Kuala Lumpur. Langkah ini dipengaruhi oleh fenomena global yang dimulai dari Arab Spring dan Occupy Wall Street (OWS) di mana demonstran di berbagai negara menjadikan pendudukan squares sebagai simbol kemenangan perjuangan mereka. Pengaruh tersebut pertama kali nampak dalam aktivitas sekelompok anak muda yang menamakan kegiatan mereka Occupy Dataran. Sejak bulan Juli 2011, bahkan sebelum OWS tercetus, setiap malam minggu belasan hingga puluhan aktivis menduduki Dataran Merdeka dan melakukan berbagai kegiatan diskusi dan simulasi sampai menjelang subuh. Aktivitas mereka mencapai puncaknya ketika beberapa kelompok mahasiswa dari berbagai universitas melakukan demonstrasi menuntut pendidikan gratis. Mereka mengakhiri long march di Dataran Merdeka dan berkemah di sana menjelang dilaksanakannya demonstrasi Bersih 3.0. Aktivitas kelompok Occupy Dataran dan mahasiswa yang menduduki Dataran Merdeka mendapat sambutan antusias masyarakat yang semakin marah dengan pemerintah. Mereka menjadikan pendudukan itu sebagai pemanasan menjelang demonstrasi Bersih. Namun seperti yang akan dijelaskan nanti, kemarahan rakyat ini tidak diakumulasikan oleh pemimpin Bersih sehingga momentum untuk melakukan perubahan yang diinginkan menjadi terlewatkan. Sikap pemerintah yang mulai melembut dengan tidak melarang penggunaan kaos kuning dan tidak menganggap demonstrasi Bersih 3.0 sebagai ancaman terhadap stabilitas keamanan menunjukkan bahwa mereka telah belajar sesuatu. Namun pemerintah tetap melarang demonstrasi dilakukan di tempat itu. Sehari menjelang demonstrasi Dataran Merdeka telah ditutupi pagar dan kawat berduri. Rakyat yang sebagiannya datang dari luar Kuala Lumpur sudah memenuhi jalanan di sekitar Dataran Merdeka sejak pagi hari. Menjelang siang jumlah demonstran sudah melebihi seratus ribu. Untuk pertama kalinya, kemarahan rakyat ditujukan langsung kepada polisi. Mereka melempar motor patroli dan menghancurkan sebuah mobil polisi. Pemimpin Bersih yang tetap dengan prinsip demonstrasi aman ternyata tidak nyaman dengan keadaan itu segera mengatakan bahwa demonstrasi selesai jam dua sore lalu meminta demonstran membubarkan diri. Pesan itu tidak sampai kepada semua demonstran. Mereka yang berada paling dekat dengan barikade, tanpa instruksi siapapun berhasil melewati pagar penghalang dan masuk ke dalam Dataran Merdeka. Tanpa adanya kepemimpinan dari koordinator lapangan, massa langsung kocar-kacir dan berhasil dipukul mundur oleh semburan air dan gas air mata. Ketika bentrokan semakin meluas, sebagian pemimpin Bersih dan tokoh-tokoh elit oposisi sudah tidak lagi berada di tengah-tengah massa. Mereka berada di satu tempat mengadakan satu konferensi pers mengatakan bahwa demonstrasi dihentikan karena sudah mencapai objektifnya mengumpulkan seratus ribu massa. Padahal sampai beberapa jam kemudian, rakyat yang marah masih bertempur menghadapi represi polisi di jalanan. Yang paling jelas menunjukkan bahwa Bersih tidak percaya kepada kekuatan massa sebagaimana orang-orang kiri percaya adalah tidak adanya usaha untuk mengajak rakyat kembali turun memperingati Hari Buruh yang jatuh hanya tiga hari setelah demonstrasi itu. Jika sebagian aktivis bisa bertahan dua minggu berkemah di Dataran Merdeka menjelang aksi Bersih 3.0, mengapa tidak mau bertahan untuk tiga hari lagi? Bahkan satu-satunya partai kiri, Partai Sosialis Malaysia (PSM) yang mendukung Bersih dan berada di dalam komite aksinya tidak mampu atau tidak mau mempengaruhi pemimpin Bersih untuk meneruskan pendudukan. Menjelang Bersih 4 Kualitas hidup rakyat Malaysia menurun drastis sejak beberapa tahun terakhir seiring dengan tidak terkontrolnya harga properti dan inflasi. Kejatuhan nilai tukar Ringgit terhadap Dólar sudah sampai ke tahap menyamai krisis ekonomi 1998. Ketergantungan yang besar ekonominya dengan China juga ikut mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi susulan krsisis saham terbaru yang melanda negeri tirai bambu itu. Rencana pemerintah melaksanakan cukai progresif untuk barang dan pelayanan (good and service tax/GST) sebesar 6% pada 1 April 2015 ditolak keras oleh rakyat. Peringatan Mayday dua tahun terakhir bertemakan penolakan ini dengan jumlah kehadiran peserta yang jauh lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2014, untuk pertama kalinya partai-partai oposisi terlibat aktif mengerahkan massanya dalam demonstrasi Mayday yang pada tahun-tahun sebelumnya hanya dilakukan oleh segelintir aktivis PSM dan yang lainnya. Aksi protes terhadap GST ini juga untuk pertama kalinya melibatkan kelompok anarkis Antifa yang langsung mencuri perhatian waktu itu karena bentrokan kecil yang mereka timbulkan dengan wartawan dan pendukung PAS, salah satu partai oposisi. Dalam aksi Mayday terakhir, kelompok ini kembali menarik perhatian karena 29 anggotanya ditangkap polisi karena tuduhan memprovokasi. Penolakan rakyat terhadap GST karena dilaksanakan di tengah mencuatnya isu pemborosan yang dilakukan oleh pemerintah, seperti pembelian pesawat operasional Perdana Menteri. Istri Najib sendiri, Rosmah Mansor sudah lama menjadi sasaran cemoohan karena gaya hidupnya dianggap terlalu mewah dan konsumtif. Rakyat dapat melihat ada korelasi yang jelas antara praktik korupsi yang semakin menjamur di pemerintahan dengan peningkatan beban pajak yang harus mereka tanggung. Apalagi pajak GST berlaku terhadap setiap individu tanpa terkecuali setiap kali mereka berbelanja atau menggunakan jasa. Bebannya langsung terasa di kantong detik itu juga. Tidak lama kemudian, satu persatu skandal besar yang melibatkan Perdana Menteri Najib dan perusahaan investasi yang dibentuknya setelah menjadi Perdana Menteri, 1 Malaysia Development Berhad (1MDB) terbongkar. Perusahaan itu berhutang sebesar 42 Milyar Ringgit dan terlibat beberapa transaksi bisnis yang mencurigakan. Salah satunya adalah pembelian aset perusahaan itu oleh perusahaan BUMN Tabung Haji dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga pasar. Transaksi ini dilihat sebagai bentuk talangan terhadap 1MDB yang terus merugi. Sejak itu 1MDB menjadi duri dalam daging bagi Najib. Puncaknya adalah dokumen rahasia yang dibuka kepada umum oleh blog Sarawak Report tentang aliran dana 1MDB yang masuk ke rekening pribadinya. Isu tersebut semakin tidak bisa ditutupi ketika koran Wall Street Journal (WSJ) yang berpusat di AS mengkonfirmasikan laporan Sarawak Report. Najib kemudian membentuk tim khusus yang terdiri dari Badan Audit Negara, Polisi, Jaksa Agung, Bank Negara, dan Suruhanjaya Pencegah Rasuah Malaysia (SPRM/ semacam KPK) untuk mengusut kebocoran 1MDB. Setelah berkali-kali menolak tuduhan tersebut akhirnya Najib mengakui bahwa uang sebesar 900 juta Dolar Amerika yang masuk ke rekeningnya tersebut adalah sumbangan dari seorang pendonor Timur Tengah dan digunakan untuk pemenangan pemilu yang lalu, bukan uang 1MDB. Pengakuan ini membuat konflik elit di kalangan UMNO dan pemerintahan semakin meruncing. Wakil Perdana Menteri, Muhyidin Yassin secara terbuka terus mendesak Najib menjelaskan tentang asal usul uang tersebut. Akibatnya ia bersama beberapa mentri kabinet lain yang vokal dipecat. Beberapa anggota tim khusus yang telah dibentuk oleh Najib untuk menyelidiki kasus kebocoran 1MDB ditarik masuk ke kabinet dan memecat Jaksa Agung sehingga membuat penyelidikan tim khusus tersebut berhenti. Polisi pun mengkriminalkan beberapa pejabat SPRM atas tuduhan membocorkan dokumentasi negara. Beberapa pejabat tinggi yang berkepentingan dalam penyelidikan kasus tersebut dipecat atau dimutasikan. Di tengah meningkatnya suhu politik elit dan pelemahan ekonomi global yang ikut menghantam nilai tukar Ringgit, pada bulan Juni 2014, Bersih kembali memanggil rakyat untuk berdemonstrasi. Sebagian aktivis langsung melakukan aksi menuntut Najib mundur. Tuntutan ini lebih maju daripada demonstrasi-demonstrasi sebelumnya yang tidak pernah sampai kepada meminta Najib mundur. Jelas sekali Najib berada dalam posisi politik yang sangat lemah. Namun, di pihak oposisi pun sedang mengalami perpecahan yang tidak kurang parahnya. Koalisi Pakatan Rakyat yang dibentuk setelah pemilu 2008 dan merupakan satu-satunya harapan rakyat untuk menggantikan BN dalam sistem politik dua partai akhirnya pecah, hanya beberapa bulan setelah pemimpinnya, Anwar Ibrahim kembali ke penjara. Koalisi ini terbentuk dengan kesadaran untuk mengalahkan musuh bersama mereka, pemerintah BN yang sudah terlalu lama memerintah, bukan disebabkan oleh kesamaan atau kedekatan ideologi. Sosok Anwar Ibrahim selama ini dilihat mampu menjadi penengah kepada perbedaan mendasar di antara partai PAS dan DAP. Banyak kemenangan politik yang sudah dicapai oleh Pakatan Rakyat, terutama dalam politik elektoral dan menjalankan fungsinya sebagai oposisi yang kuat. Pengaruh Pakatan Rakyat jelas sekali terlihat kepada PAS. Partai yang sebelumnya hanya memiliki basis dukungan di pedesaan dan terasing dari dukungan bukan Melayu berubah menjadi lebih terbuka dan diterima oleh berbagai etnis dan masyarakat urban. Namun, penyingkiran beberapa pemimpin Islam progresif dalam kongres PAS bulan Juni yang lalu membawa PAS kembali ke jalan konservatif yang menumpukan kepada perjuangan Islam dan orang Melayu saja. Bersih 4: Jalannya Aksi Perpecahan dalam Pakatan Rakyat sangat dirasakan dalam demonstrasi Bersih 4 ini. PAS yang semakin terpinggirkan dalam politik oposisi memutuskan tidak mengerahkan anggotanya yang terkenal sebagai pengikut yang setia kepada pemimpin yang terdiri dari golongan ulama. Itulah mengapa dari segi komposisi etnis, demonstrasi Bersih 4 kali ini didominasi oleh masyarakat Tionghoa (melebihi 80% peserta yang hadir). Keadaan ini dijadikan sasaran oleh pemerintah dan media yang dikuasainya untuk memainkan sentimen SARA. Pemerintah sadar bahwa seperti demonstrasi-demonstrasi Bersih sebelumnya, mereka juga tidak bisa membendung aksi kali ini. Antusiasme masyarakat untuk menghadiri Bersih kali ini sangat besar. Bersih berhasil mengumpulkan 1,5 juta Ringgit (sekitar RP 6 milyar) sumbangan dari masyarakat dan penjualan 35 ribu helai kaos kuning yang laris seperti kacang goreng. Pemerintah tetap melakukan berbagai tindakan pre-emptive dengan menolak izin untuk demonstrasi, menyatakan Bersih 4 sebagai ilegal, dan ancaman-ancaman lainnya. Beberapa hari sebelum demonstrasi, Mentri Komunikasi memerintahkan untuk menyekat situs-situs internet dan media sosial yang menyebarkan informasi mengenai Bersih 4. Mentri Dalam Negeri pun telah mengatakan bahwa kaos kuning bertuliskan “Bersih 4” sebagai ítem terlarang dan pemakainya akan menghadapi resiko ditahan. Pernyataan kepala tentara yang menegaskan siap turun mengamankan demonstrasi jika diperlukan memberi bayangan bahwa demonstrasi nantinya akan berakhir dengan kerusuhan. Malam sebelum demonstrasi, polisi menyerbu sebuah gigs di Rumah Api, komunitas tempat berkumpulnya kelompok anak muda punk dan skinhead. 163 orang ditahan, termasuk seorang warganegara Indonesia dan beberapa warganegara asing lainnya yang sedang menonton konser musik itu. Sebagian dari mereka adalah anggota kelompok Antifa yang dalam dua aksi Mayday terakhir dianggap memprovokasi massa. Konser musik berjudul Party Tonight, Revolution Tomorrow itu dituduh memiliki maksud untuk membuat kekacauan dalam demonstrasi seperti yang pernah mereka lakukan sebelum ini. Absennya kelompok Antifa tidak hanya memudahkan kerja polisi yang melakukan penjagaan minimal dalam aksi kali ini. Pihak Bersih juga dapat mempertahankan predikat aksi damai sampai demonstrasi selesai. Maka yang terjadi adalah suasana demonstrasi yang lebih mirip suporter tim sepak bola sedang mendukung kesebelasannya. Boleh juga digambarkan seperti Car Free Day di mana orang bebas hilir mudik dan melihat berbagai atraksi dari berbagai komunitas. Sekelompok orang membagikan kuntum bunga yang merupakan simbol revolusi berwarna di banyak negara. Bagi banyak orang, ini sungguh merupakan satu aktivitas keramaian akhir minggu yang jarang-jarang dan sayang untuk dilewatkan. Penutup Setiap mengakhiri demonstrasi, pemimpin Bersih selalu mengatakan bahwa jika tuntutan mereka tidak didengar, maka mereka akan mengorganisir satu lagi demonstrasi yang lebih besar. Persoalannya, berapa jumlah rakyat turun ke jalan yang diperlukan supaya semua tuntutan mereka dipenuhi? Jelas kesuksesan sebuah aksi massa tidak diukur dari kuantitas, melainkan strategi dan taktik yang tepat mengorganisasikan massa. Bagi pemimpin Bersih, berlangsungnya demonstrasi aman dengan dukungan solid massa merupakan sukses besar dan sesuai dengan rencana. Mereka selalu menegaskan bahwa Bersih 4 bukan mau menjatuhkan pemerintah. Pernyataan ini sangat kontradiktif dengan keinginan rakyat yang mereka tunjukkan dalam poster dan yel-yel. Bagi pemimpin Bersih, rakyat sudah meluahkan perasaan mereka. Bola sekarang kembali ke tangan elit politik apakah mereka mau melontarkan mosi tidak percaya kepada Najib di parlemen dan memaksanya mundur secara konstitusional? Jika Najib bersedia mundur, maka siapa saja dari partai UMNO dapat menggantikannya. Jalan Solusi lainnya oposisi dan BN bersama membentuk pemerintahan sementara. Namun opsi ini sangat sulit dipenuhi oleh BN, sama sulitnya dengan pilihan untuk mempertahankan Najib sebagai perdana mentri dengan reputasi yang tercoreng menghadapi pemilu akan datang. Bersih 4 telah menunjukkan bahwa rakyat Malaysia siap melawan. Mereka tidak takut keluar rumah dengan memakai kaos kuning walaupun sadar resiko ditangkap. Bagi mereka, Bersih hanya menyediakan ruang untuk mengekspresikan kemarahan mereka terhadap pemerintah. Bahkan banyak dari mereka tidak peduli dengan beberapa tuntutan Bersih yang lain yang berhubungan dengan pemilu. Mereka hanya mau Najib mundur. Demonstran sangat disiplin menjaga ketertiban dan mengikuti perintah organiser supaya tetap bertahan. Itulah batas maksimal pemimpin Bersih menguji kesiapan massa untuk perubahan. Saya membayangkan jika ada di kalangan pemimpin Bersih yang naik ke pentas dan bilang: “Ayo kita long march dan duduki kantor Najib sampai dia mundur”. Kalaupun tidak semua, sebagian massa akan bergerak dan hasil demonstrasi kemarin akan lain, sehingga mereka tidak perlu lagi bertanya: “kapan Bersih 5?”