Academia.eduAcademia.edu

Dinamika Hubungan Indonesia Dengan Filipina rumput laut

Dinamika Hubungan Indonesia Dengan Filipina dalam Meningkatkan Daya Saing Rumput Laut Periode 2012-2015 Viqie Syahdinar 1210412068 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL 2015 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem ekonomi pasar adalah suatu sistem ekonomi dimana seluruh kegiatan ekonomi mulai dari produksi, distribusi dan konsumsi diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar.Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda.Perdagangan internasional sering dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya tambahan yang diterapkan pada barang ekspor impor, dan juga regulasi non tarif pada barang impor. Secara teori, semua hambatan-hambatan inilah yang ditolak oleh perdagangan bebas.(Smith, 1776) Namun dalam kenyataannya, perjanjian-perjanjian perdagangan yang didukung oleh penganut perdagangan bebas ini justru sebenarnya menciptakan hambatan baru kepada terciptanya pasar bebas. Perjanjian-perjanjian tersebut sering dikritik karena melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan besar. Dalam analisis ekonomi yang didapati pada masa ini, sistem ekonomi seperti yang diterangkan oleh adam smith dinamakan ekonomi pasar bebas. Dalam sistem ekonomi ini kegiatan-kegiatan dalam perekonomian sepenuhnya diatur oleh mekanisme pasar yang invisible hand. Interaksi diantara penjual dan pembeli di pasar (pasar barang dan produksi) akan menentukan corak produksi nasional yang akan diwujudkan dan caranya produksi nasional tersebut akan dihasilkan. Dengan kata lain sistem yang dianut pasar bebas ialah pasar yang dimana tidak (diperlukan) adanya campur tangan pemerintah. Sehingga demand dan supply barang-barang produksi di atur (dikendalikan) seluruhnya oleh sistem mekasnisme pasar. Dimana disana sangat memungkinkan terjadinya berbagai macam sistem pasar baik monopoli, oligopoli, pasar persaingan sempurna, monopolistik dan lain-lain. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal dan kesatuan basis produksi dimana terjadi free flow atas barang, jasa, (Kees, Bartens, 2000) faktor produksi, investasi dan modal serta penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN yang kemudian diharapkan dapat mengurangi kesenjangan ekonomi dan kemiskinan diantara negara-negara anggotanya melalui sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan. bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian sistem perdagangan bebas antar negara-negara anggota ASEAN. MEA menjadi realisasi tujuan akhir integrasi ekonomi yang dianut dalam visi tahun 2020.Didasarkan pada konverensi kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas.Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan untuk Komunitas ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat ke depan,  (PTRI ASEAN, 2014) karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA): Pasar dan basis produksi tunggal, Kawasan ekonomi yang kompetitif, Wilayah pembangunan ekonomi yang merata, dan Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global. Karakteristik ini saling berkaitan kuat.Dengan Memasukkan unsur-unsur yang dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus memastikan konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur serta pelaksanaannya yang tepat dan saling mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan yang relevan. Rumput laut menjadi salah satu komoditas unggulan dalam program revitalisasi perikanan disamping udang dan tuna. Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dan juga keunggulannya, diantaranya : peluang pasar ekspor yang terbuka luas, harga relatif stabil, juga belum ada batasan atau kuota perdagangan bagi rumput laut; teknologi pembudidayaannya sederhana, sehingga mudah dikuasai; siklus pembudidayaannya relatif singkat, sehingga cepat memberikan keuntungan; kebutuhan modal relatif kecil; merupakan komoditas yang tidak tergantikan, karena tidak ada produk sintetisnya; usaha pembudidayaan rumput laut tergolong usaha yang padat karya, sehingga mampu menyerap tenaga kerja. Permintaan rumput laut meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan pertumbuhan industri berbasis rumput laut, serta kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali kepada produk-produk hasil alam. Rumput laut Indonesia semakin diperhitungkan di pasar dunia. Itu tergambar dari permintaan akan rumput laut jenis eucheuma cotonidalam tabelberikut: Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan 2014 Pada tahun 2014, total permintaan dunia terhadap rumput laut Indonesia sebesar 226,33 juta dollar AS. di mana Indonesia mampu mensuplai sebesar 20,74 persen kebutuhan dunia terhadap rumput laut. Dari 100% total ekspor rumput laut Indonesia Sejumlah 51,71% diekspor ke China sekitar 115 juta dollar AS, serta sisanya di ekspor ke Filipina (12,28 %) sekitar 27 juta dollar AS, Vietnam (7,70%) sekitar 15 juta dollar AS, Chili (4,57%) sekitar 11 juta dollar AS, Inggris (3,18%) sekitar 7 juta dollar AS, Amerika Serikat (3,29%) sekitar 7,2 juta dollar AS, Jerman (3,89%) sebesar 9 juta dollar AS, Hongkong (1,46%) sekitar 3,3 juta dollar AS, Korea (2,96%) sekitar 6,7 juta dollar AS, Prancis (1,89%) sekitar 4,5 juta dollar AS, dan negara lainnya (7,19%) sekitar 15,8 juta dollar AS (KKP, 2014) Kendati sejumlah pesaing mulai tumbuh, seperti Filipina, Malaysia, Brazil, India, namun rumput laut jenis euceomacotoni produk Indonesia masih jauh lebih bagus.  Untuk rumput laut jenis eucheumacotoni, Indonesia memiliki produksi nasional sebesar 169 ribu ton setahun dan 10 persen di antaranya diproduksi di Bali.Harga rumput laut jenis eucheumacotoni sekitar Rp 10.000 sampai Rp. 13.000 per kilogram. Luasnya wilayah laut Indonesia memberikan kesempatan untuk meraup keuntungan bagi Indonesia sendiri terlihat dari meningkatnya produksi rumput laut Indonesia. Tahun Produksi Volume Ekspor US$ 2010 3,9 jt Ton 126jt Kg 135 jt 2011 5,1 jt Ton 159rb Ton 162 jt 2012 6,5 jt Ton 174rb Ton 177 jt 2013 9,2 jt Ton 181rb Ton 209 jt 2014 10,2 jt Ton 206rb Ton 226 jt Sumber : Ditjen Perikanan Budidaya KKP dalam Kordi (2015). pada tahun 2014 mencapai 10,2 juta ton (Cocon, 2011) dimana sebelumnya pada tahun 2010 produksi rumput laut Indonesia hanya mencapai 3,9 juta ton. Hal ini memberikan harapan bagi Indonesia bahwa rumput laut sangat bisa diandalkan sebagai sumber mata pencaharian masyarakat pesisir.cara budidaya murah dan cukup mudah serta pasarnya yang masih terbuka lebar membuat Indonesia optimis dapat bersaing di sector rumput laut. indonesia merupakan produsen terbesar rumput laut di dunia, khususnya jenis “Eucheuma cottonii” yang jumlahnya mencapai 9,3 juta ton pada 2013 berdasarkan data sementara statistic Food and Agriculture Organization (FAO) yang dikeluarkan pada Maret 2015. Sedangkan untuk rumput laut jenis “Gracilaria sp”, pada 2013 Indonesia menempati urutan kedua setelah Tiongkok, dengan produksi sebesar 975 ribu ton (KKP, 2015). Anugerah sumber daya rumput laut yang dimiliki Indonesia belum mampu dirasakan dan dimanfaatkan secara optimal, dimana nilai tambah produk rumput laut belum sepenuhnya secara langsung dirasakan oleh Indonesia sendiri.Indonesia masih sebatas menjadi eksportir bahan mentah sementara mendapatkan nilai tambah lebih dirasakan oleh negara-negara importer rumput laut Indonesia. Ironisnya setiap tahun Indonesia harus mengimpor barang setengah jadi atau barang yang sudah matang, inilah yg menyebabkan Indonesia memiliki posisi tawar rendah karena pada kenyataannya harga komoditas rumput laut lebih banyak dikendalikan oleh negara-negara importer. Dengan minimnya kemampuan Indonesia dalam mengolah rumput laut menjadi kendala bagi Indonesia dalam meraup nilai tambah dari sektor rumput laut. Masih sedikitnya industri pengolahan rumput laut Indonesia seperti PT.Agaraindo Bogatama menjadi salah satu faktor utama bahwa Indonesia membutuhkan kerjasama dengan negara lain dalam membangun industri pengolahan sektor rumput laut. Selama ini Indonesia dan Filipina menjadi pesaing dalam sektor rumput laut.Dalam perjanjian ASEAN Economic Community (AEC) yang telah disepakati negara-negara anggota ASEAN membawa negara ASEAN menuju pasar bebas atau masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) Hal ini menjadi faktor utama Indonesia dan Filipina berdamai dalam persaingan rumput laut dengan melakukan kerjasama di sector rumput laut. Indonesia-Filipina melakukan kerjasama dengan adanya kesepakatan yang ditanda tangani melalui Memorandum of Understanding (MoU) pada September 2014. MoU tersebut ditandatangani oleh Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) dengan Seaweed Industry Association of the Phillipines (SIAP). ARLI dan SIAP sepakat untuk melakukan kerjasama pengolahan dan pemasaran sejumlah 50 ribu ton atau senilai 50 juta USD dan mengembangkan produksi serta promosi rumput laut dari hulu hingga hilir. kerjasama yang dilakukan Indonesia dan Filipina menjadi “Win-Win Solution” untuk kedua negara. Dengan kerjasama yang telah disepakati Filipina tetap dapat mempertahankan pangsa pasarnya yang sering terganggu taifun dan Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah produknya. Sebagai produsen dan eksportir rumput laut, Indonesia dan Filipina dapat bekerjasama dari hulu sampai hilir (Kemendag, 2014) Hilirisasi rumput laut yang membutuhkan penelitian dan pengembangan dapat diperoleh dari kerjasama yang disepakati kedua negara seperti transfer teknologi Filipina ke Indonesia dan Filipina sangat membutuhkan bahan baku dari Indonesia. Pada tahun 2015 Indonesia telah mengekspor 10.000 ton rumput laut ke Filipina sedangkan total target ekpsor rumput laut ke Filipina mencapai 50.000 ton, jumlah ini hanya mencapai 20% dari total target (Kemenperin, 2014). Kementrian Perdagangan berpendapat bahwa dengan berjalannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Indonesia harus mulai melihat dengan perspektif baru.Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) identik dengan pasar bebas yang berhubungan dengan persaingan. Indonesia melihat dengan cara lain bahwa tidak dengan persaingan, untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Indonesia memilih untuk mencoba berkolaborasi demi memenuhi kebutuhan rumput laut kawasan ASEAN dan dunia. potensi besar di sektor rumput laut dan pasar dunia yang besar dalam kebutuhan rumput laut menjadi sasaran utama Indonesia menggandeng Filipina untuk bekerja sama. Anggapan Kementrian Perdagangan RI, alasan Indonesia memilih Filipina untuk bekerja sama dalam pengembangan rumput laut dari hulu hingga hilir yaitu Filiipina dan Indonesia menjadi negara produksi dan eksportir rumput laut terbesar di dunia. Mentransfer tekhnologi dalam pengembangan rumput laut. Indonesia dan Filipina berada di satu kawasan (ASEAN) Menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dan memaksimalkan pasar rumput laut dunia. Filipina menjadi pesaing Indonesia di sektor rumput laut. Menarik Investor Filipina di lain sektor perdagangan seperti kelapa sawit. Kerjasama di sektor rumput laut juga bisa meningkatkan hubungan yang lebih erat antara Indonesia dengan Filipina.penguatan kerja sama merupakan hal penting dalam persiapan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen rumput laut terbesar di dunia.Diantaranya dengan memperkuat industri pengolahan rumput laut nasional, sehingga menjadi salah satu komoditas perikanan budidaya yang dapat menjadi unggulan ekspor Indonesia. Selain untuk meningkatkan nilai tambah produk, juga sekaligus untuk meningkatkan kemandirian dan menjunjung kedaulatan bangsa.Dengan kondisi ini, maka rumput laut memiliki posisi yang strategis dalam menopang perekonomian nasional melalui peningkatan penerimaan devisa negara sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan pembudidaya dan masyarakat sekitar lingkungan budidayanya. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan dua pertiga wilayahnya adalah lautan memiliki banyak kawasan yang sangat potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut.Salah satu kawasan tersebut adalah Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).  Sejak ditetapkan sebagai kawasan minapolitan perikanan budidaya pada tahun 2010, produksi rumput laut di daerah ini terus mengalami peningkatan.Dimana tahun 2014, total produksinya mencapai 2.400 ton. Filipina adalah salah satu eksportir rumput laut di dunia. Melayani pasar utama seperti Amerika Serikat, Spanyol, Austria, Belgia, Meksiko, Denmark, Thailand, Brazil, China, dan Australia.Industri rumput laut di Filipina dimulai pada tahun 1960 sebagai industri kecil untuk menjadi mata penaharian petani di daerah pesisir.Di antara spesies komersial rumput laut yang dihasilkan di Filipina termasuk rumput laut merah: Eucheuma cottonii dan E. spinosum (untuk karagenan) dan Gracillaria dan Gelidium (untuk agar-agar).Perkembangan industri karagenan mulai di Cebu, di mana mereka mendirikan fasilitas pengolahan karagenan semi-halus untuk makanan hewan di tahun 1978.Setelah penelitian konstan dan pengembangan, fasilitas pengolahan karagenan halus pertama diluncurkan pada tahun 1986.Tingkat pertumbuhan ekspor 24,70% untuk rumput laut dan carrageenan dari tahun 2009-2013 dan setiap tahunnya Filipina mengekspor lebih dari 40.000 metrik ton ke Amerika Serikat, Jepang, Australia, Korea, Taiwan dan negara-negara lain (Sandu, 2013). Tantangan pasar bebas dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), harus memacu semangat pembudidaya dalam melakukan budidaya sesuai anjuran pemerintah.  Dimana budidaya dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan kemandirian, memberikan nilai tambah dan juga ramah lingkungan sesuai dengan program kebijakan pembangunan perikanan budidaya yaitu Menuju Perikanan Budidaya yang Mandiri, Berdaya Saing dan Berkelanjutan.  Tantangan budidaya rumput laut ke depan akan semakin berat. Hal ini harus segera di antisipasi dengan memunculkan teknologi-teknologi baru yang ramah lingkungan sehingga dapat mendukung keberlanjutan usaha budidaya sekaligus menjaga lingkungan sekitarnya. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total ekspor rumput laut Indonesia di tahun 2014 mencapai USD 226,23 juta, di mana nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 39,25 persen terhadap ekspor tahun 2013 yang tercatat sebesar USD 162,45 juta. Sementara ekspor rumput laut pada periode Januari-Mei 2015 tercatat hanya USD 75,73 juta, atau menurun 12,88 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2014(ARLI, 2015). Rumusan Masalah Bagaimana Dinamika Hubungan kerjasama Indonesia dengan Filipina dalam meningkatkan daya saing rumput laut? Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan kerjasama tradisional yang terkait dengan sektor rumput laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk kerjasama sektor rumput laut Indonesia-Filipina dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana hambatan dan tantangan dalam menjalankan kerjasmasa sektor rumput laut Indonesia-Filipina. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini ialah: Manfaat akademis adalah untuk memberikan informasi dan data di dalamjurusan Hubungan Internasional yang berhubungan dengan permasalahanyang dibahas dalam penelitian ini. Manfaat praktis adalah dapat mengetahui bagaimana strategi Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di sektor rumput laut.. Tinjauan Pustaka Sebagai satu negara yang sudah berkembang dan selalu bekerjasama dengan negara lain, Indonesia dituntut untuk dapat mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sehingga tidak tertinggal dengan negara-negara lain. Negara Indonesia adalah suatu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka yaitu membuka kesempatan yang luas untuk mengadakan hubungan perdagangan dengan negara lain melalui ekspor maupun impor. Dalam penelitian dengan judul “ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR RUMPUT LAUT INDONESIA KE CHINA” oleh Kiki Ardi membahas tentang ekspor rumput laut Indonesia ke China.sebagai negara maritim dengan kepulauan terbesar di dunia. Indonesia kaya akan sumber daya laut Indonesia diperkirakan mencapai 6,7 juta ton per tahun. Jumlah itu terbagi di perairan Indonesia sekitar 4,4 juta ton dan perairan zone ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI) sekitar 2,3 juta ton per tahun. Selain itu juga terdapat perairan karang yang luasnya mencapai 6800 kilometer persegi ataukalau di hitung panjangnya 17.500 kilometer.Di dalam terumbu karang hidup kurang lebih 263 jenis ikan laut (kompas, 2000). Dari berbagai ekspor yang ada di Indonesia salah satunya adalah ekspor hasil laut yaitu rumput laut yang merupakan hasil laut, produk hasil laut tersebut di nominalkan oleh perikanan.Ekspor rumput laut Indonesia seringkali mengalami pasang surut, kayanya potensi sumber laut Indonesia terutama rumput laut tidak memberikan jaminan tingginya ekspor hasil laut Indonesia terutama rumput laut.Walaupun kaya dengan potensi sumber daya laut namun sumber daya laut tidak sepenuhnya dinikmati terbatasnya peralatanyang dimiliki aparat keamanan (TNI-AL dan POLAIRUD). Rumput laut yang di ekspor berupa bahan baku yang belum diolah sejak diambil dari habitatnya dan hanya ditangani secara khusus untuk proses pemasarannya .rumput laut Indonesia di ekspor ke negara China adalah rumput laut yang digunakan untuk bahan baku yang digunakan baik untuk dikonsumsi ataupun untuk dijadikan bahan baku kosmetik. Harga Ekspor Rumput laut Indonesia ke china misalnya harga dalam negeri Indonesia mengekspor rumput lautnya dalam bentuk harga perkilo yaitu Rp13.000 /kg untuk proses pengiriman menggunakan container yang berAC karena rumput laut adalah salah satu jenis bahan yang mudah busuk dalam 1container bermuatan 20 ton rumput laut. Dalam penyebarannya lebih berpotensi atau hidup di perairan Indonesia bagian timur seperti rumput laut yang mempunyai kualitas bagus yang tumbuh di perairan kupang NTT, Maluku utara , Papua. Potensi rumput laut yang dihasilkan di Indonesia bagian timur mempunyai potensi yang sangat tinggi banyak diminati oleh konsumen international karena mereka menilai bahwa rumput laut yang dihasilkan Indonesia mempunyai kualitas yang sangat bagus bahkan sulit untuk mendapatkan pesaing dari rumput laut yang dihasilkan oleh negara lain. Adanya masalah pokok bagi perekonomian Indonesia adalah ketidak seimbangan neraca pembayaran sekalipun masalah devisit neraca pembayaran bagi suatu perekonomian pada umumnya lebih dirasakan, namun tidaklah berarti bahwa surplus neraca pembayaran yang cukup besar tidak menimbulkan masalah. Ini mempunyai arti bahwa paling tidak dari segi ekonomi keadaan neraca pembayaran yang dianggap bagi perekonomian ialah neraca pembayaran yang seimbang (soediyono, 1994 : 132). Nilai mata uang rupiah yang turun terhadap nilai mata uang dollar Amerika diharapkan dapat meningkatkan nilai ekspor Indonesia.Karena harga komoditi ekspor rumput laut Indonesia dinilai murah oleh konsumen luar negeri. Tingkat investasi yang tinggi juga dapat meningkatkan pendapatan negara dimana diharapkan tingkat investasi tinggi sehingga para pengusaha rumput laut dapat meningkatkan jumlah produksinya yang akan berpengaruh juga pada nilai eksor rumput laut Indonesia di pasar international. Tingkat Inflasi China yang tinggi dapat menimbulkan hasrat mengkonsumsi atau mengolah menjadi bahan jadi yang tinggi pula maka dapat berpengaruh meningkatkan nilai ekspor rumput laut Indonesia.Untuk itulah peran pemerintah sangatlah penting dalam membantu untuk meningkatkan ekspor rumput laut Indonesia ke China. Dalam penelitian diatas, berbeda dengan penelitian yang penulis akan teliti. Perbedaannya yaitu penelitian diatas hanya menjelaskan tentang ekspor rumput laut Indonesia ke China untuk meningkatkan devisa negara. Dari segi aktor, penelitian diatas berbeda dengan penelitian yang penulis teliti.Aktor yang dibahas oleh peneliti diatas adalah Indonesia dan China, sementara penelitian yang penulis bahas adalah Indonesia dan Filipina.Dari penetilian diatas hanya membahas tentang kekurangan daya saing Indonesia dalam pengolahan rumput laut menjadi faktor Indonesia melakukan ekspor. Sedangkan dengan penelitian yang penulis bahas Indonesia selain kekurangan daya saing serta industry rumput laut, persaingan antara Indonesia dan Filipina dalam sektor rumput laut dan akan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 menjadi faktor utama Indonesia menggandeng Filipina dalam sektor rumput laut. Selanjutnya adalah jurnal penelitian yang ditulis oleh Tri Joko Waluyo M.Si yang membahas tentang ekspor rumput laut ke Jepang dengan judul “KERJASAMA PERDAGANGAN RUMPUT LAUT INDONESIA DENGAN JEPANG TAHUN 2008-2012”.Jepang merupakan salah satu negara pengkonsumsi seafood terbanyak di dunia, hal ini ditunjukkan oleh data pada tahun 2006, Jepang mengeluarkan dana sebesar US$ 14.487.519 atau sekitar 28% dari total barang konsumsi yang Jepang 44% Amerika Serikat 23% Lainnya 16% Uni Eropa 8% Singapura 5% Hongkong 3% Taiwan 1% Jepang Amerika Serikat lainnya Uni Eropa Singapura Hongkong Taiwan 9 diimpor oleh Jepang, yang totalnya bernilai US$ 50.399.351. permintaan Jepang terhadap barang konsumsi sendiri mencakup 10% dari total impor Jepang yang bernilai US$ 518.637.735. Nilai rumput laut yang diimpor oleh Jepang sendiri ialah US$ 49.586. Di Jepang rumput laut sangat digemari dan telah menjadi budaya dalam mengkonsumsi rumput laut dan juga kegunaan lainnya. Dimanfaatkan untuk bahan pangan (Nori, Wakame, Kurage), warga Jepang mengkonsumsi rumput laut telah menjadi budaya atau menjadi kebiasaan seperti halnya di Indonesia yang masyarakatnya mengkonsumsi tempe dan tahu dan dipercaya memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi dan sekarang ini warga Jepang mengkonsumsi rumput laut sebagai ekstrak pembuatan minuman. Dalam industri farmasi Jepang menggunakan rumput laut sebagai bahan pembuatan kapsul untuk obat-obatan, dan dalam bidang industri kandungan alginat dalam rumput laut digunakan untuk pembuatan kertas supaya lentur dan bahan tambahan untuk pembuatan cat tahan air. Kementerian Perdagangan berupaya untuk melakukan pendekatan agar pelaku usaha Jepang berinvestasi di Indonesia. Direktur Pengembangan Produk Ekspor dan Ekonomi Kreatif Kementerian Perdagangan Gatot Prasetyo Adjie mengatakan bahwa, Pasar Jepang merupakan salah satu pasar utama produk Indonesia khususnya furnitur kayu, suku cadang mobil, dan rumput laut. Oleh karena itu, akses pasar ke Jepang akan terus diperluas dan ditingkatkan secara berkelanjutan. khusus untuk rumput laut, ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam sajian masakan Jepang. Jenis yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah spesies Eucheuma cottonii yang hidup di air laut. Sebagian besar hasilnya digunakan sebagai bahan baku industri kosmetik dan farmasi. Selain itu ada pula Gracilaria sp. yang dikembangkan di air payau.Selama ini pasar utama rumput laut Indonesia adalah Jepang yang membeli dalam bentuk bahan mentah.Jepang merupakan negara tujuan ekspor potensial mengingat rumput laut sangat populer dan tak bisa dipisahkan dari sajian makanannya.Produk olahan berupa Nori banyak digunakan dalam makanan di antaranya sebagai pembungkus sushi dan onigiri.Di Jepang rumput laut banyak digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, cat, tekstil, film, makanan ternak, keramik, kertas, dan fotografi.Produk turunannya, carrageenan dapat digunakan sebagai bahan pengenyal, pengemulsi, pengental, dan penjernih untuk bahan pencampur alami juga untuk pupuk.Meskipun potensial, ekspor ke Jepang selama ini masih terkendala ketentuan ketat dalam Sanitary and Phytosanitary Measures, yakni standar yang mengatur keselamatan dan kesehatan makanan.Rumput laut memiliki berbagai manfaat di antaranya mencegah kanker, menurunkan tekanan darah, menyerap garam dalam tubuh serta kaya serat untuk memperlancar metabolisme tubuh. Didalam penelitian ini membahas tentang bagaimana pasar rumput laut Indonesia ke Jepang.Para masyarakat Jepang yang terbiasa mengkonsumsi rumput laut menjadikan pasar rumput laut Indonesia ke Jepang naik.Seperti pada jurnal penelitian yang dijelaskan diatas bahwa Indonesia selama ini hanya mengekspor rumput laut mentah. Diantara kedua jurnal penelitian diatas tidak jauh berbeda. Kedua penelitian diatas lebih menjelaskan faktor-faktor apa saja yang membuat Indonesia mengekspor rumput lautnya. Selanjutnya dalam penelitian yang berjudul “STATUS RUMPUT LAUT INDONESIA” yang diteliti oleh Cocon S.Pi membahas tentang peluang dan tantangan Indonesia dalam sektor rumput laut.Sebagai bagian dari Coral Triangel, Indonesia memang disuguhi begitu besar potensi Tropical seashores within3 perairan dengan segenap sumberdaya dan WHERE KAPPAPHYCUS GROWS BESTkeanekaragaman hayati yang ada. Rumput GLOBAL CORAL TRIANGLE 6laut salah satu komoditas yang saat inimenjadi trend di pasar perdagangan global East Africa Solomon Islands Timor Leste 1%pun mampu tumbuh subur di perairan bumi Pacific Oceania 3% West Africa 4% Philippinespertiwi ini. Sumber dari SEAplant.net Indian 5% 7% 15% Ocean 3%menyebutkan bahwa perairan Indonesia Papua New Guinea hampir menguasai 65 % potensi perairan coral Latin seacoast seacoast 6% America 14%tri angel yang potensial untuk tumbuh within 10 o within 10 o 6% Malaysia N/S latitude N/S latitude. kembangnya berbagai jenis rumput laut 118,043 KM 83,556 KM khususnya jenis Kappaphycus alvarezii, jauh Coral Triangle Indonesia mengungguli potensi negara-negara lainnya 71% 65%yaitu berturut-turut Philipina sebesar 15%,Kepulauan Solomon 7%, Malaysia 5%, Papua Nugini 5% dan Timor Leste sebesar 1%. Berbagai jenis rumput laut ekonomis tinggi dan telah berhasil dibudidayakan di Perairan Indonesia secara umum berasal dari jenis alga merah (Rhodophyceae) antara lain Eucheuma cottonii /Kappaphycus alvarezii doty, E. Spinosum, dan Gracilaria sp; Ptylopora dan Halymenia sp. Dari aspek pasar menunjukan bahwa perkembangan pasar rumput laut di perdagangan global menunjukkan trend kenaikan yang cukup tinggi, seiiring dengan peningkatan kebutuhan bahan bakuindustri baik untuk food grade, pharmaeutical maupun industryal grade. Melihat rumput laut menjadi komoditas unggulan nasional dan telahsecara nyata mampu menggerakan ekonomi lokal, regional dan nasional serta menjadi salah satu kegiatan usaha yang mampu menyentuh peran pemberdayaan masyarakat secara luas, maka kebijakan industrialisasi rumput laut saat ini telah menjadi issue penting dan telah ditindak lanjuti melalui nota kesepahaman mengenai Ptylopora pengembangaan kawasan budidayadan industri rumput laut di 7 Propinsi yakni Propinsi NTT, NTB, Sulawesi Tengah, Maluku, MalukuUtara, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan. Nota kesepahamn tersebut dibangun denganmelibatkan 6 lembaga/kementerian yakni Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian PDT,Kementeria Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UMKM, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal.Strategi pengembangan teknologi berbasis mutu dan keamanan pangan (food safety)Pencaiapan target peningkatan produksi rumput laut, bukan berarti dalam perjalanannya tidakmengalami kendala, namun demikian pada kenyataanya kendala tersebut seringkali muncul dan berpotensi menghambat proses pengembangan rumput laut Indonesia Permasalahan utama yangsaat ini dihadapi terkait : permasalahan ketersediaan bibit bermutu dimana saat ini mulai terjadi degradasi kualitas bibit pada beberapa kawasan budidaya. permasalahan jaminan mutu hasi lproduksi budidaya yang berpotensi mengganggu rantai pasok (suply chain) rumput laut. Penerapan teknologi belum yang sepenuhnya menerapkan terwujudnya quality assurance, apalagi food safety, dan traceability. permasalahan terhadap pengendalian hama penyakit maupun dampak lingkungan perairan yang fluktuatif. Dalam upaya menjawab permasalahan teknologi budidaya di atas, Ditjen Perikanan Budidaya telah melakukan langkah kebijakan konkrit yang secara langsung menopang terhadap peningkatan produksi rumput laut, antara lain: Pertama, penerapan teknologi budidaya berkelanjutan melalui penerapan prinsip-prinsip Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) pasa setiap proses produksi. Direktorat Produksi Tahun 2010 telah membuat acuan penerapan pelaksanaan CBIB serta petunjuk teknis penilaian sertifikasi CBIB budidaya rumput laut, sehingga diharapkan ke depan telah mulai berkembang unit usaha budidaya rumput laut yang tersertifikasi. Kedua, Penyediaan bibit rumput laut yang berkualitas, melalui pengembangan kebun bibit rumputlaut di kawasan sentral budidaya rumput laut serta kebijakan alokasi subsidi bibit rumput laut. Ketiga, Pembinaan intensif secara berkelanjutan baik teknis maupun non teknis. Upaya tersebutdalam bentuk monitoring, evaluasi, kegiatan temu lapang, serta kegiatan lain yang secara langsung mendukung aktivitas usaha budidaya; Ke-empat, Dukungan dana penguatan modal, upaya tersebut melalui alokasi DPM, Paket Wirausaha,subsidi benih, PUMP, peluncuran skame kredit semisal KUR dan KPPE. Dalam penelitian diatas lebih membahas tentang bagaimana kondisi sektor rumput laut Indonesia hingga tahun 2010 sehingga hanya melihat dari sisi domestic saja, hanya potensi ekspor bahan mentah rumput laut yang berkaitan dengan Ilmu Hubungan Internasional. Berbeda dengan penelitian yang akan penulis bahas. Dalam penelitian yang dibahas oleh penulis juga membahas tentang potensi sektor rumput laut Indonesia, tetapi didalam penelitian yang dibahas oleh penulis adalah kondisi sektor rumput laut Indonesia dari tahun 2010 hingga sekarang atau tahun 2015 untuk mencukupi data yang akan penulis teliti Kerangka Pemikiran Kerjasama Bilateral Interaksi Antar negara sekarang ini tidak bisa dihindari karena suatu negara membutuhkan negara lain dari sektor ekonomi, politik, maupun keamanan. Akibat interaksi antar negara munculah masalah-masalah yang beraneka ragam seperti masalah nasional, regional dan global.Masalah tersebut dengan adanya masalah tersebut pemerintah melakukan pendekatan untuk mendiskusikan hingga menyelesaikan masalah.Ini menjadi asal mula kerjasama bilateral (Holsti 1987, hlm.651).interaksi negara yang memicu terjadinya kerjasama bilateral antar negara dilakukan atas dasar kepentingan yang dimiliki atau yang ingin dicapai suatu negara. Kepentingan yang dimiliki setiap negara dalam melakukan kerjasama antar negara tidak semua dapat dipenuhi karena setiap kepentingan negara harus disepakati oleh negara yang menjalankan kerjasama bilateral. Kerjasama bilateral yang tidak bisa dihindari ini membawa negara-negara kepada kondisi ketergantungan dengan negara lain. Hal ini sering terjadi pada aktor-aktor internasional seperti negara maju dan negara berkembang.Kehidupan manusia yang kompleks membawa aktor-aktor internasional kepada kondisi ketergantungan, ditambah lagi terbatasnya suatu sumber daya yang dimiliki aktor internasional. Oleh karena itu kerjasama bilateral telah menjadi bagian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bahwa setiap negara di dunia ini akan melakukan interaksi antar negara yang mana terselenggaranya suatu hubungan internasional yang baik melalui berbagai kriteria seperti hubungan yang bersifat bilateral, multilateral dan ragional. Penulis memakai teori kerjasama bilateral berguna untuk menjelaskan kerjasama antar negara yaitu Indonesia dan Filipina.Didalam teori ini dapat menjelaskan bagaimana alasan Indonesia dapat memunculkan ide untuk melakukan kerjasama dengan Filipina.Adanya keunggulan dimasing-masing negara membawa negara melakukan kerjasama. Teori Perdagangan Bebas (FTA) Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) dengan ketentuan dari World Customs Organization yang berpusat di Brussels, Belgium.penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya. Perdagangan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda.Perdagangan internasional sering dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya tambahan yang diterapkan pada barang ekspor impor, dan juga regulasi non tarif pada barang impor.Secara teori, semua hambatan-hambatan inilah yang ditolak oleh perdagangan bebas.Namun dalam kenyataannya, perjanjian-perjanjian perdagangan yang didukung oleh penganut perdagangan bebas ini justru sebenarnya menciptakan hambatan baru kepada terciptanya pasar bebas.Perjanjian-perjanjian tersebut sering dikritik karena melindungi kepentingan perusahaanperusahaan besar. FTA diterima karena keuntungan yang diperoleh oleh negara-negara yang terlibat dari perdagangan internasional, yang berasal dari konsep keuntungan komparatif. Sebuah negara akan mengkhususkan diri dalam menghasilkan suatu produk jika memiliki keuntungan komparatif. Dengan pengkhususan macam ini, secara umum dunia dapat mengembangkan keluaran dunia total (total world output) dengan jumlah sumber daya yang sama, dan pada saat yang sama efisiensi ekonomi akan terus meningkat (Widyasanti. 2010 : 6). Hasilnya, secara teoritis, sebuah FTA dapat menjamin bahwa negara-negara yang terlibat dalam kesepakatan ini, akan memperoleh keuntungan dari hasil terbentuknya perdagangan (trade creation) dan pengalihan dagang (trade diversion) Teori perdagangan bebas dapat membantu penulis dalam menjelaskan situasi perdagangan bebas disuatu kawasan khususnya di ASEAN dalam kesepakatan ASEAN Economic Community (AEC) 2015.Perdagangan dan pasar bebas disuatu kawasan membawa negara-negara anggota didalam kawasan tersebut tertuntut untuk memiliki keunggulan dalam menghadapi persaingan bebas ASEAN.Kebijakan suatu kawasan yang disepakati harus dijalani secara mutlak secara langsung maupun tidak langsung. Konsep Daya Saing?? Konsep Rumput laut Rumput laut merupakan makro algae yang termasuk divisi Thallophyta, yaitu tumbuhan yang mempunyai struktur kerangka tubuh yang terdiri dari batang/Thalus dan tidak memiliki daun serta akar.Jenis rumput laut yang banyak di perairan Indonesia dan Filipina adalah Gracilaria, Gelidium, Eucheuma, Hypnea, Sargasum dan Tubrinaria.Rumput laut dikenal memiliki banyak manfaat dan banyak permintaan dari pasar global. Kualitas rumput laut yang baik dan diminati karena mengandung sumber karaginan, agar-agar dan alginate yang cukup tinggi dan cocok digunakan sebagai bahan baku industry makanan, pelembut rasa, pencegah kristalisasi es krim dan obat-obatan serta dapat diolah menjadi Biofeul. Sering bertambahnya permintaan dunia terhadap komoditas rumput laut mendorong industrialisasi budidaya rumput laut. Potensi dan kualitas rumput laut Indonesia dan Filipina dikenal dengan kualitas produksinya (Warta Ekspor 2013. Hlm 3). Ini menjadi peluang untuk Indonesia dan Filipina bekerja sama mengembangkan budidaya rumput laut dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Konsep rumput laut dapat membantu penulis untuk menjelaskan tentang apa itu rumput laut dan jenis rumput laut yang diperdagangkan didalam kesepakatan kerjasama Indonesia dan Filipina. Jenis rumput laut Euchuma Cottoniadalah jenis rumput laut yang banyak diproduksi di Indonesia dan memiliki pasar yang sangat besar.Karena jenis rumput laut ini memberikan berbagai manfaat untuk memenuhi kebutuhan manusia seperti bahan makanan, kosmetik dan bahan untuk obat farmasi. Alur Pemikiran Metode Penelitian Jenis Penelitian Penelitian ini meggunakan jenis penelitilian kualitatif. Penelitian kualitatifadalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderungmenggunakan analisis . Proses dan makna ( perspektif subyek ) lebih ditonjolkandalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agarfokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Menurut para ahli, setidaknyaterdapat lima tahapan sebagai patokan dalam penelitian kualitatif, yaitu sebagaiberikut: Mengangkat permasalahan. Permasalahan yang biasanya diangkat dalam penelitian ini adalah bersifat unik, khas, memiliki daya tarik tertentu, spesifik, dan terkadang sangat bersifat invidual ( karena beberapa penelitian kualitaif yang dilaksanakan memang hukan untuk kepentingan generalisasi). Memunculkan pertanyaan penelitian. Pertanyaan merupakan ciri khas dari penelitian kualitatif. Adalah sebagai spirit yang fungsinya sama penting seperti hipotesis dalam penelitian kuantitaif. Mengumpulkan data yang relevan. Data dalam penelitian kualitaif pada umumnya berupa kumpulan kata, kalimat, pernyataan, atau uraian yang mendalam. Melakukan analisis data Analisis data merupakan langkah berikutnya setelah data relevan diperoleh. e. Menjawab pertanyaan penelitian Tahap ini adalah tahapan terakhir dalam penelitian kualitaif. Dalam menjawab pertanyaan, peneliti dapat mengunakan gaya menulis yang lebih bebas, seperti narasi. Sehingga dalam menjawab pertanyaan penelitian dapat lebih menarik untuk dibaca. Teknik Pengumpulan Data a. Teknik pengumpulan Data Primer Teknik pengumpulan data primer didapatkan dengan menggunakan data-data resmi dalam menganalisis penelitian ini seperti dokumen-dokumen dalam lembaga internasional dan wawancara dengan narasumber b. Teknik pengumpulan Data Sekunder Sedangkan teknik pengumpulan data sekunder dapat diperoleh melalui studi pustaka (library research) dengan bahan pustaka seperti buku, jurnal, surat kabar, bulletin, serta media internet untuk memperoleh data yang lengkap, akurat dan relevan. Sistematika Pembabakan BAB I PENDAHULUAN Pada BAB ini menjelaskan tentang latar belakang dan permasalahan yang diangkat oleh penulis untuk diteliti dan dicari pertanyaan yang sekiranya tepat dengan latar belakang permasalahan penulis. Selanjutnya di bab ini juga dibahas mengenai tujuan, manfaat serta bagian-bagian teknis dari penelitian. BAB II BAB III BAB IV PENUTUP Pada bab ini dijelaskan bagaimana kesimpulan dan saran terkait dengan penelitian yang diteliti oleh penulis.pada bab sebelumnya. Daftar pustaka Buku Smith, Adam.an Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. Methuen & Co, LTD. 1776 Kees, Bartens.“Pengantar Etika Bisnis”. Kanisius. 2000 KJ, Holsti. International Politics: a framework of Analysis, New Delhi: Prentice-Hall of India. 1981 Valderrama, Diego. “Social and Economic Dimensions of Carrageenan Seaweed farming. FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE UNITED NATIONS” Rome. 2013 Reksoprayitno, Soediyono. “Pengantar Ekonomi Makro”. MBA.BPFE. Yogyakarta, 1994 Jurnal Widyasanti, Adininggar, Amalia. “PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL DAN DAYA SAING EKSPOR:KASUS INDONESIA”. Kementrian Perdagangan RI. 2010 Cocon. “Status rumput laut Indonesia: peluang dan tantangan” 2011 Dian. “Pangsa Pasar Rumput Laut Indonesia” 2011 United Nation Commodity Trade Statistics 2013 Dokumen Pemerintahan ASEAN, PTRI. “Karakteristik ASEAN Economic Community (AEC) 2015”. 2014 Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. “RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010-2014”.Nomor 3/PERMEN-KP/2014 Tim Peneliti Kementrian Kelautan dan Perikanan RI. “STATISTIK EKSPOR HASIL PERIKANAN MENURUT KOMODITI, PROVINSI DAN PELABUHAN ASAL EKSPOR 2012”. 2013 Kementrian Perdagangan RI. “Warta Ekspor Ditjen PEN/MJL/004/9/2013” September, 2013 Kementrian Kelautan dan Perikanan RI. “KOMODITAS RUMPUT LAUT KIAN STRATEGIS”. 2015 Kementrian Kelautan dan Perikanan RI. “Indonesia Jadi Produsen Rumput Laut “Cottonii” Terbesar Sedunia”.2015 Departement of Agriculture of Philippines. “Value Chain Analysis and Competitiveness Strategy : Carrageenan Seaweed in Mindanao” Artikel Elektronik “Komoditas Rumput Laut Indonesia Kian Strategis” http://www.djpb.kkp.go.id/index.php/mobile/arsip/c/221/KOMODITAS-RUMPUT-LAUT-KIAN-STRATEGIS/?category_id=8 diakses pada tanggal 26 september 2015 pukul 11.19 WIB http://www.bworldonline.com/content.php?section=Opinion&title=Seafood-and-aquaculture-exports&id=86638 http://www.kemenperin.go.id/artikel/5123/Pengembangan-Industri-Rumput-Laut-Olahan-Minim http://www.mb.com.ph/big-demand-for-seaweeds-but-production-low/ http://industri.bisnis.com/read/20140912/99/257019/filipina-bergantung-pada-pasokan-rumput-laut-indonesia http://investphilippines.gov.ph/philippines-and-indonesia-to-sign-mou-to-develop-seaweeds-industry/