DRAMA SATU BABAK
BER(C)I(N)TA
Karya Zulfa Nasrulloh
Berdasarkan definisinya cinta adalah kata sifat. Huruf C dan N di dalam naskah ini adalah inisial dari dua nama tokoh yang terikat sifat dan menghimpit huruf I atau ideologi sebagai pertentangan diantara keduanya. Hingga akhirnya mereka menemukan gerak konstan, inisiatif perasaan, ketika cinta menjadi kata kerja. Tentunya saat itu mereka sedang bercinta.
PENGANTAR
Drama ini dibuat bulan Juli 2014 sebagai respon terhadap pesta politik pemilihan presiden di Indonesia. Ketika itu bursa calon presiden yang banyak mengerucut hingga dua calon presiden. Beberapa calon yang tersingkir itu akhirnya merapat pada calon terkuat dalam lingkaran koalisi partai. Saat itu terjadi persaingan dua media dalam pencitraan dua calon presiden terkuat tersebut. Dua media itu bertikai secara sehat dan ‘kurang sehat’, menjadi ciri khas dari pesta politik saat itu.
Drama ini mengangkat peristiwa intervensi salah satu pemilik media terhadap wartawan demi kepentingan pencitraan. Sebab ruang fiksi memiliki kekuatan hukum tersendiri, maka naskah ini secara keseluruhan hanyalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama, peristiwa, latar dan tempat, semua disusun demi kepentingan kemanusiaan dan penyampaian makna agar semakin menyadarkan publik dan pembaca.
Bandung, Juli 2014
Penulis
ZN
DRAMATIC PERSONAE
Chandra : Produser Lapangan TV Satu
Nira : Presenter TV Satu yang juga calon istrinya Chandra
Sardi : Reporter TV Satu yang pro terhadap calon presiden No. 1
Mail : Kameramen TV Satu yang lebih pro terhadap calon presiden No. 2
Warga 1
Warga 2
Latar waktu : Pagi dan siang hari
Latar Tempat : Porong Sidoarjo (Di atas tanggul bencana lumpur)
DRAMA INI DI MULAI PAGI HARI, DI ATAS TANGGUL PORONG SIDOARJO.
SEBELUM LAYAR DIBUKA ATAU LAMPU DINYALAKAN TERDENGAR RIUH TERIAKAN DAN BENCANA. TERDENGAR TERIAKAN TENTANG LUMPUR, PANAS, DAN KATA-KATA LAIN YANG MUNGKIN TERLINTAS DI PIKIRAN ORANG-ORANG YANG PUTUS ASA. ATAU DAPAT PULA DIBUAT GAMBAR BERGERAK ATAU PERISTIWA YANG SERUPA.
KEGADUHAN ITU LAMBAT LAUN HILANG SEPERTI MENGGAMBARKAN KENANGAN. HINGGA LAYAR TERBUKA ATAU LAMPU DINYALAKAN.
ADEGAN 1
DI KAWASAN BENCANA LUMPUR. SUARA MUSIK LEBIH RIANG DAN ENERGIK. DI ATAS TANGGUL CHANDRA NAMPAK MENGARAHKAN SARDI DAN MAIL UNTUK KEPENTINGAN BERITA DAN GAMBAR. MEREKA NAMPAK SIBUK DENGAN TUGAS MASING-MASING. TAK JAUH DARI SANA NIRA NAMPAK SENDIRI MENATAP RUMAH YANG TINGGAL ATAP TERTUTUP LUMPUR KERING. LUMPUR RETAK-RETAK. SEMENTARA DI KEJAUHAN, SEMBURAN LUMPUR PANAS NAMPAK SEPERTI AIR MANCUR.
CHANDRA MENDEKATI NIRA. NIRA BERPALING PERGI DAN AKHIRNYA MEREKA BERDUA PUN PERGI KE SUATU TEMPAT (TIDAK TERLALU JAUH). HINGGA TERSISA DI SANA SARDI DAN MAIL.
MAIL
Pasti tentang pernikahan mereka. Seharusnya resiko ini sudah mereka pertimbangkan sebelumnya. Di bulan pemilu begini, Jurnalis pasti sedang sibuk-sibuknya.
SARDI
Sebenarnya atasan juga terlalu berlebihan.
MAIL (mengacungkan dua jari)
Kalau aku sih salam damai saja. Haha.
SARDI
Kacau kau, ini TV Satu, jangan cari perkara.
MAIL
Lho kenapa? Aku hanya menyuarakan kedamaian. Ada yang salah?
SARDI
Alah, jangan basa-basi. Sebenarnya aku tak begitu ambil pusing. Mau begini (mengangkat satu jari) atau begini (mengangkat dua jari) itu hak kamu, tapi kamu harus pandai-pandai menempatkan diri. Kamu sedang di TV Satu, hal-hal seperti itu bisa jadi perkara besar.
MAIL
Berdamai itu penting kawan. Daripada satu jari begini? (mengangkat jari tengah) nanti kerusuhan justru bukan lagi cuma guyonan. Lagian jurnalis kan independen, lalu di sini hanya kau dan aku. Jadi bagaimana?
SARDI
Bagaimana apanya?
MAIL (mengangkat dua jari)
Damai kan?
SARDI (mengangkat jari tengah)
Damai!
Kalau aku sebenarnya sulit menerima dua jarimu itu. Kurang sreg di hati. Seperti memilih kucing kurus yang disengaja kurus supaya kucing-kucing gendut di belakangnya bisa ambil posisi.
MAIL
Jangan suka mengumbar aib sendiri. Justru itu alasan aku terganggu dengan satu jarimu itu, karena semua juga tau, kuda jantan yang senang berlari di rumput hijau itu sudah diikat kontrak buat jadi delman para petinggi partai.
SARDI
Hus! Kamu harus lihat tempat!
MAIL
Bokri bakal jadi menteri kalau Bowo jadi presiden.
SARDI
Itu isu.
MAIL
Kamu juga tau kenapa kita akhirnya kesini.
SARDI
Ya, aku lihat beritanya beberapa minggu ini. Televisi sebelah memang kampungan.
MAIL
Berarti kita juga sebentar lagi bakal jadi wartawan kampungan.
SARDI (nampak kesal)
ADEGAN 2
CHANDRA DAN NIRA DATANG DENGAN WAJAH KURANG BERSAHABAT. CHANDRA MELIHAT ANEH KEKASIHNYA. TAPI NIRA MENGAMBIL JARAK DAN MEMUTUSKAN MENYENDIRI DI SALAH SATU TEPI TANGGUL. CHANDRA AKHIRNYA MENGONTROL KAMERA DAN KESIAPAN BERITA.
CHANDRA
Bagaimana berita tambahannya? Nanti siang kita On Air.
SARDI (menyerahkan berita)
Ini. Nira mungkin bisa menambahkan.
CHANDRA (memeriksa berita)
Ini kurang efektif. Ini coret. Ini coret juga. Pokoknya bagian paling penting dari pemberitaan ini adalah bantuan Brantaspindo telah diberikan pada masyarakat. hal-hal tentang bantuan itu harus kita tonjolkan. Berita tambahan itu yang harus kamu cari. Coba kasih ke Nira.
SARDI MENEMUI NIRA DAN MEMINTA NIRA MENAMBAHKAN BERITANYA. TAPI NIRA NAMPAK TIDAK ANTUSIAS BAHKAN MENOLAK DAN SARDI NAMPAK MEMBUJUK NIRA SAMPAI AKHIRNYA MENYERAH. SEMENTARA DI WAKTU YANG SAMA, CHANDRA BERBINCANG DENGAN MAIL TENTANG PENGAMBILAN GAMBAR.
MAIL
Posisi ini pas untuk wawancara.
CHANDRA
Hati-hati dengan atap rumah dan semburan lumpur itu! Usahakan mengambil view yang tidak ada atap rumah dan semburan lumpurnya.
MAIL
Jadi lagu lama masih kita mainkan? Haha. Padahal Bokri sudah mengurungkan niatnya untuk jadi presiden. Untung Nira presenternya. Angin gersang Porong jadi tidak terlalu buruk.
PRODUSER
Tentang maksud dari berita ini, kita jangan terlalu berpikir keras. Percuma, jika kita masih di sini, hal seperti itu hanya akan menjadi gosip saja.
MAIL
Tapi tentunya akan lebih hangat gosip pernikahan kalian yang batal gara-gara berita ini. Haha.
CHANDRA
Brengsek!
SARDI MENDATANGI CHANDRA DAN MAIL.
SARDI
Chan, Nira gak mau.
CHANDRA
Apalagi sih? Heran!
MAIL DAN SARDI BERBISIK DAN MEMUTUSKAN PERGI.
CHANDRA
Kalian mau kemana?
MAIL
Beli rokok.
SARDI
Aku sarapan. Lapar.
CHANDRA
Jangan terlalu lama. Oh iya, jangan lupa pakai Helm!
MAIL
Aduh, santai saja. Kita kan jurnalis.
SARDI
Anti tilang! Haha.
SARDI DAN MAIL PERGI.
ADEGAN 3
CHANDRA MENEMUI NIRA YANG SEDANG MENATAP HAMPARAN LUMPUR KERING YANG RETAK-RETAK. BARANGKALI JUGA NIRA MEMANDANG SEMBURAN LUMPUR YANG ENTAH KAPAN BERHENTI. DAN NIRA MEMEGANGI PERUTNYA. HAL INI YANG TERLIHAT SERING IA LAKUKAN.
CHANDRA
Aku kadang heran, bagaimana kampung seluas ini bisa lenyap percuma, tapi begitulah bencana.
NIRA (tersenyum getir)
Mereka pasti merindukan kampung halamannya.
CHANDRA (memeluk dan hendak mencium leher Nira).
Seperti aku.
NIRA (Menghindari ciuman)
CHANDRA (Sedikit kecewa tapi akhirnya tersenyum mengerti)
Kenapa lagi?
NIRA
Dari kemarin ibu menelpon terus. Membatalkan pernikahan itu tidak sesederhana yang kamu pikirkan.
CHANDRA
Bukan batal, tapi ditunda. Kamu bisa sedikit menenangkan ibu.
NIRA
Ibu kecewa. Pending seminggu itu membuatnya resah. Ia takut kalau aibnya menyebar. Aku juga resah. Kamu juga tau bagaimana orang-orang di kampungku. Mereka suka sekali cari perkara. Apalagi urusan nikah seperti ini. Sudah tiba-tiba, lalu dipending. Kamu kira mereka tidak akan curiga?
CHANDRA
Ya habis bagaimana? Sekarang sedang genting-gentingnya pemilu. Pak Bokri pemilik TV SATU yang punya BRANTASPINDO ini, bertanggungjawab untuk kemenangan Pak Bowo. Jadi butuh berita khusus buat pencitraan.
Kemarin aku minta cuti dan diterima. Tapi gak tau kenapa tiba-tiba keputusan Bos berubah. Bahkan undangan pernikahan kita pun tidak membuatnya berubah pikiran. Ditambah rating kamu sebagai presenter sedang tinggi.
Aku bisa apa?
NIRA
Jadi karier aku harus buruk? Aku juga heran, bagaimana bisa seseorang yang baru empat bulan kerja sudah jadi presenter utama!
CHANDRA
Sudahlah, hanya seminggu kita mengurus berita di Sidoarjo.
NIRA
Padahal koresponden di sini juga bisa kalau hanya buat berita seperti ini.
CHANDRA
Kamu yang terbaik, mereka perlu yang terbaik untuk berita khusus ini. Lagian kita juga butuh uang. Pernikahan dan persalinan butuh biaya yang tidak sedikit. Ujung-ujungnya buat si kecil juga (mengelus perut kekasihnya sambil tersenyum) Hanya seminggu ditunda, setelah itu kita pulang dan menikah.
NIRA
Dan usia kandungan ini genap tiga bulan.
CHANDRA
Tiga bulan?
NIRA
Kok kaget? Masa lupa?
CHANDRA
Rasanya baru kemarin.
NIRA
Kemarin bagaimana?
(jeda) Atau jangan-jangan, kemarin kamu sama siapa?
CHANDRA
Ya sama kamu. Mana berani kalau sama yang lain.
NIRA
Yang lain? Tuh kan! Siapa yang lain?
CHANDRA
Engga, engga, maksudku bukan begitu. Cuma sama kamu aku pacaran, dan berarti sama kamu juga aku berani cinta-cintaan.
NIRA
Gimana lagi cara aku percaya sama kamu? Kamu itu terlalu banyak improve. Kehawatiran aku tentang kebiasaan kita berpelukan dan berciuman, kebablasan juga kan akhirnya?
CHANDRA
Itu bukan kecelakaan, itu cinta. Wajar. Pacaran kita sudah cukup umur untuk hubungan seperti itu. (melihat Nira yang masih berwajah ketus) Kamu gak percaya sama aku? Seminggu lagi dan semua sudah diatur, kita akan pulang lalu menikah. Syah!
NIRA
Iya, tapi ditunda!
CHANDRA
Ada bedanya?
NIRA
Itu yang membuat kamu sulit lagi dipercaya!
(jeda, keduanya saling diam.)
Dan jangan pernah mengatakan semua yang telah terjadi dengan kita adalah suatu kewajaran!
CHANDRA
Apa bedanya?
ADEGAN 4
SARDI DAN MAIL DATANG DENGAN WAJAH YANG BERSUNGUT-SUNGUT. SARDI MEMANGGIL-MANGGIL CHANDRA, SEDIKIT BERTERIAK. TAPI CHANDRA DAN NIRA MASIH DENGAN SITUASINYA SEOLAH SARDI DAN MAIL MEMANG SELALU BEGITU, MEMILIKI KABAR YANG SELALU TERDENGAR BESAR.
SARDI
Ada masalah Chan, warga belum dapat ganti rugi dari BRANTASPINDO.
CHANDRA
Apa? Jangan main-main kamu!
MAIL
Tadi kita nanya-nanya tukang warung, katanya tiga bulan ini mereka belum menerima ganti rugi yang dijanjikan BRANTASPINDO.
CHANDRA
Bagaimana bisa? Padahal berita yang diinginkan TV SATU itu soal ganti rugi BRANTASPINDO yang lunas dibayar.
MAIL (kepada Chandra)
Ganti berita?
NIRA (sejenak peduli, tapi berpaling dan mengelus perutnya. Matanya masih diisi pikirannya)
CHANDRA
Harus dipastikan dengan benar! (telepon berbunyi) sebentar,
(mengangkat telepon)
Iya pak. Baru saja saya tau. Kok begini Pak? (Jeda) Akan kami usahakan. Iya, tentu kami mengerti. Iya. Tentu. Siap Pak. Ada. Uang masih ada. Iya. Iya. Tapi Pak soal (terputus) Ah! Sial! (menelepon balik Bosnya) Ah, pulsa habis lagi! Nira, HPmu?
NIRA
Pantas saja kita yang dikirim. Aku gak ada pulsa! (sambil menatap lumpur).
CHANDRA
Ah! (meminta pada yang lain tapi jawabannya sama, akhirnya mengirim SMS)
SARDI
Menurutku, kita buat berita dari sudut pandang lain. Sulit kalau memaksakan berita ganti rugi. Terlalu verbal! Bagaimana dengan feature? Feature yang berbicara tentang sisi-sisi baik warga Porong. Menurutku berita seperti itu lebih implisit dan tidak dogmatis.
CHANDRA (Tidak memperhatikan Sardi dan terus mengetik pesan pada ponselnya)
NIRA (kepada Mail yang sedang makan)
Aku minta makanannya! Cuaca di sini membuat perutku cepat lapar!
CHANDRA
Ini masalah serius! Kita briefing dulu!
MEREKA BERKUMPUL
CHANDRA
Kita akan tetap menyiarkan berita ganti rugi itu! Atasan membayar dan mengirim kita intinya untuk menyiarkan berita itu! Dan itu langsung nanti siang. Kita tidak punya banyak waktu. 5 jam dari sekarang kita harus sudah berkumpul lagi dengan materi berita.
SARDI
Maaf memotong, aku sudah mengerti tentang job ini sejak kamu hubungi minggu lalu. Ini soal TV sebelah kan?
NIRA
Ngapain lagi mereka?
MAIL
Makanya Mba Nira banyak nonton TV sebelah juga dong, biar berimbang. Mereka menjelek-jelekan Brantaspindo. Bokri kena tampar, Bowo ikut merah pipinya. Haha.
NIRA
Soal elektabilitas Pak Bowo ya?
SARDI
Dia habis-habisan mendukung Pak Bowo. Dan TV sebelah membuat berita kampungan.
MAIL
Berita cerdas.
SARDI
Cerdas kepalamu? Kepentingan partai Pak Bokri kan koalisi, syah-syah saja kalau TVnya memberi porsi lebih untuk pemberitaan. Soal dia bakal jadi menteri atau tidak, belum ada fakta valid tentang itu. Masih isu! Ini tiba-tiba dihajar pemberitaan Brantaspindo, perasaan sedang genting berita pemilu?
MAIL
Ya, syah juga kan kalau TV sebelah memihak?
SARDI (kepada Chandra)
Tawaranku bikin feature, suapaya beritanya lebih realistis saja. Masyarakat sudah cerdas. Justru kalau tiba-tiba dijawab dengan berita ganti rugi seperti ini terlalu reaksioner. Terlebih fakta di lapangan berbeda. Akibatnya masyarakat semakin antipati. Ayolah, di zaman sekarang apa yang masih menjadi rahasia? Semua bakal mudah terbongkar.
MAIL
Kenapa ga dibayar saja ya masyarakatnya? Bokri kan kaya.
SARDI (menunjuk arah lumpur)
Kamu liat saja bencana ini segede apa!
CHANDRA
Pokoknya soal berita kasus ini, atasan meminta kita tetap di plan A. Dia punya alasan lain hingga berita ini ga bisa ditawar lagi.
NIRA (berteriak kesal)
Tapi warganya belum dapat bantuan!
(Jeda)
SARDI (sambil tersenyum kepada Nira)
Jadi kita akan membuat berita palsu Mba Nira.
NIRA (kepada Chandra, heran)
Apa?
CHANDRA (diam)
NIRA
Nggak, nggak, aku gak mau.
MAIL
Kita hanya pegawai. Ada ide yang lebih baik?
NIRA
Ya, kita realistis saja. Atau usul Sardi bisa dipakai? Pokoknya aku gak mau bohong. Kalian enak ada di balik layar, terus aku? Pada akhirnya aku kan yang harus menyiarkan berita dan berbohong?
(kepada Chandra)
Chandra?!
CHANDRA
Gak ada pilihan.
NIRA (menggeleng kecewa dan pergi)
CHANDRA
Nira!
(ke yang lain)
Biar aku urus dia. Sekarang kalian pergi ke kantor kepala desa menemui Pak Karyaman. Wawancarai dia mengenai uang ganti rugi. Dia sudah ditelpon pusat untuk soal wacananya. Kalian tinggal pakai pertanyaan standar saja, dia sudah mengerti harus menjawab apa. (mereka hendak pergi) Eh, sebentar! Ini! (menyerahkan uang) beli amplop, isi 500 500. Cari dua orang narasumber untuk siaran langsung nanti.
SARDI
Tidak mungkin menggunakan narasumber. Aku takut mulut mereka bocor. Nanti itu siaran langsung dan kita tidak tau seberapa besar kemarahan warga.
MAIL
Cari tau dong!
SARDI
Lu kira mudah? Terus kalau misalkan mereka bilang mau nurut apa kata kita, misalnya mereka mau bilang kalau mereka udah dapat ganti rugi, lu bisa menjamin, waktu siaran nanti, mereka gak berkata sebaliknya?
MAIL
Bener juga, tetap saja beli kucing dalam karung.
SARDI
Kalau masalah ini, warga bukan lagi kucing, tapi macan!
CHANDRA
Oke, itu masuk akal. Tapi aku masih perlu model. Hanya sekedar model, tidak ada wawancara. Amlop itu pasti cukup pantas buat mereka.
MAIL
Kalau cuma diem di depan kamera, buat apa dibayar?
SARDI
Lu lulus gak sih kuliahnya? Kalau ada warga menatap kamera, apapun yang disebutkan presenter nanti bakal jadi pembenaran berita.
CHANDRA
Cukup?
MAIL DAN SARDI MENGANGGUK MALU, MEREKA PUN PERGI DENGAN TERGESA
ADEGAN 5
CHANDRA MENARIK NAFAS PANJANG-PANJANG MELIHAT NIRA TERMENUNG SENDIRI DI PINGGIR TANGGUL. IA PUN MENYIAPKAN DIRINYA UNTUK MEMBUJUK NIRA YANG SEDANG KESAL DAN KECEWA. SEMENTARA NIRA MASIH MENATAP LUMPUR DAN MENGELUS PERUTNYA.
CHANDRA (mendekati Nira)
NIRA
Kamu gak bisa bujuk aku! Biar Sardi saja yang sekalian jadi presenter!
CHANDRA
Jangan gitu dong. Kamu hanya perlu baca berita, bilang ke kamera masyarakat sudah dapat ganti rugi. Hanya itu. Sederhana kan?
NIRA
Sederhana? Kamu bilang sederhana? Gila!
CHANDRA
Apanya yang gila?
NIRA
Kamu yang gila!
CHANDRA
Iya aku ngerti, tapi kamu harus profesional. Kita lagi kerja. Jangan kekanak-kanakan begini.
NIRA
Kamu lebih dari anak-anak! Anak-anak saja mengerti mana kelakuan baik dan buruk. Lha kamu? Sudah tau buruk, bicara soal media, pencitraan, tapi masih saja dilakukan! Itu lebih dari anak bayi!
CHANDRA
Terus TV SATU punya aku? Iya? Hingga aku bisa membuat berita seenaknya ?
NIRA (tertawa sinis)
Rupanya kamu sepengecut ini.
CHANDRA
Kok pengecut?
NIRA
Kamu kan produser di sini, kamu bisa melakukan sesuatu Chandra. Aku hanya ingin kamu jujur.
CHANDRA
Iya, lalu kita kehilangan pekerjaan kita!
NIRA
Kenapa tidak?
CHANDRA
Apa? Kita mau menikah Nira. Kita mau membangun kehidupan keluarga. Kita butuh semua ini! Kita butuh kerjaan, penghasilan, butuh karir yang baik. Kamu kira semua itu mudah?
NIRA
Kalau semua itu susah, kenapa kamu hamilin aku? Kenapa kamu melakukannya seakan-akan kamu udah siap? Hah?
CHANDRA
Kok jadi bahas itu? Kita sedang berbicara berita dan profesional.
NIRA (membentak)
Iya aku gak mau!
HENING. MEREKA BERDUA TERDIAM SEJENAK DENGAN PIKIRANNYA MASING-MASING.
NIRA
Aku kira kamu sudah siap.
CHANDRA
Siap apa? Menikahi kamu? Aku udah siap! Dan sekarang kamu yang mau menghancurkan segala persiapan itu!
NIRA
Berarti kamu belum siap!
CHANDRA
Astaga! Kapan aku bilang gak siap nikahin kamu? Aku udah siap, sudah siap dengan segala resikonya.
NIRA
Kalau begitu hentikan berita bohong itu!
CHANDRA
Itu bunuh diri! Kita bakal kehilangan pekerjaan dan masa depan kita. Kenapa dengan kamu Nira? Kenapa sulit sekali mengerti?
NIRA
Iya, aku memang sulit sekali mengerti, kenapa aku mau nikah sama orang yang gak punya prinsip kayak kamu.
CHANDRA
Oh, jadi itu prinsip? Mengorbankan hal besar untuk hal sepele kayak gini?
NIRA (Terheran-heran)
Sepele? Jangan-jangan kamu mengira kelakuan kamu yang sudah hamilin aku juga sepele! Iya? Asal kamu tahu, ini berat Chandra.
CHANDRA
Pembahasan itu udah selesai. Aku bakal menikahi kamu. Apalagi?
NIRA
Kamu gak ngerti!
CHANDRA
Iya, aku memang gak pernah ngerti jalan pikiran kamu!
HENING. MEREKA BERDUA TERDIAM LAGI DENGAN KEMARAHAN DAN PIKIRAN MASING-MASING.
NIRA (Sedih)
Kamu memang tidak siap.
CHANDRA (Menarik nafas panjang)
Nira, cukup! Kita akan menikah seminggu lagi, kita butuh pekerjaan ini. Aku minta kamu mengerti keadaannya. Aku mohon, sekarang kamu bersikap profesional saja. Hanya itu, profesional!
NIRA
Sayang, ini gak profesional! (suara meninggi) Berbohong itu bukan profesional!
CHANDRA (Membentak)
Aku produser kamu! Aku lebih ngerti gimana itu profesional!
NIRA (Menangis sambil balas membentak)
Tentu! Kamu memang paling pandai! Sementara aku presenter kamu yang bodoh! Bawahan kamu yang gak nurut!
CHANDRA
Nira!
NIRA
Iya kan? Aku cuma presenter biasa yang bisa kamu nikmatin seenaknya!
CHANDRA (hendak menampar)
Nira!
NIRA
Kenapa ditahan?
CHANDRA
Ah!
ADEGAN 6
CHANDRA BERPALING SAMBIL BERSUNGUT-SUNGUT. NIRA MENANGIS. MEREKA BERDUA SALING DIAM. ANGIN DAN KEHENINGAN MENEMANI MEREKA.
CHANDRA
Kalau kamu tetap tidak bisa, terpaksa aku minta Sardi yang jadi presenter.
NIRA (berwajah ketus)
Tidak perlu. Biar aku saja. Semuanya juga mau berakhir.
CHANDRA
Maaf, aku kelepasan.
NIRA
Kapan aku tidak memaafkan kamu?
CHANDRA
Iya aku salah. Seharusnya aku lebih mengerti kamu
NIRA (menggelengkan kepala)
Nggak, seharusnya aku sudah mengerti kamu dari dulu.
CHANDRA
Maksud kamu apa?
NIRA
Iya, harusnya aku sudah mengerti kalau sesuatu yang dimulai dengan kesalahan akan tetap menjadi kesalahan. Aku hampir saja melakukan kesalahan besar untuk kedua kalinya.
CHANDRA
Kamu kecapean Nira.
NIRA
Iya aku capek. Tapi kamu tidak perlu khawatir. Aku masih bisa menyiarkan berita itu. Ya, terkadang kita memang sulit menghindari kesalahan.
CHANDRA
Kita memang harus saling mengerti!
NIRA
Lalu setelah itu, biarkan aku mengurus anak ini sendirian.
CHANDRA
Jangan gila Nira!
NIRA
Kasihan anak ini, dia sudah menanggung kesalahan orang tuanya. Dan tiba-tiba dia juga harus tau kalau orang tuanya menyedihkan. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Anakku tidak boleh mengenal ayahnya yang pengecut.
CHANDRA
Kamu tidak bisa membatalkan pernikahan kita! Aku juga punya hak atas anak itu!
NIRA
Kamu juga tidak bisa memaksa aku untuk menikah dengan kamu! Aku tidak boleh melakukan kesalahan besar untuk kedua kalinya!
CHANDRA
Kesalahan apa?
NIRA
Kesalahan kita!
(jeda)
Asal kamu tau, kesalahan besar itu datangnya dari yang kecil, dari sesuatu yang kamu bilang sepele. Kejadian tadi sudah cukup menggambarkan kita kedepannya. Aku tidak mau masa depan seperti itu. Anak ini punya hak untuk bahagia!
CHANDRA
Kamu kira anak ini akan bahagia tanpa ayah kandung di sampingnya? Kamu kira dia bakal bahagia dengan hidup yang sengsara?
NIRA
Siapa yang menentukan kesengsaraan? Kamu?
CHANDRA (sejenak terdiam)
Setidaknya kita bisa menjadi keluarga yang utuh!
NIRA
Buat apa? Buat apa, kalau di hati kita tidak ada kebenaran yang utuh!
CHANDRA
Kamu bicara seolah-olah hanya kita saja yang wajib berbuat benar! Dunia sekarang punya aturannya Nira! Kita juga harus paham tentang ini.
NIRA
Dan jika semua orang berpikir sama seperti kamu, tidak ada lagi orang yang benar di dunia ini!
CHANDRA
Ini terlalu jauh Nira.
NIRA
Memang. Ini memang tidak sederhana.
CHANDRA
Lalu kenapa kita menambah rumit keadaan? Kenapa kita tidak buat sederhana saja? Menyelesaikan berita ini, pulang, menikah, dan hidup bahagia.
NIRA
Dan melakukan hal yang sama setiap saatnya? Kesalahan-kesalahan besar yang selalu kita anggap sederhana? Hah?
Sekarang kesalahan aku bertambah satu, aku salah pernah percaya sama kamu!
CHANDRA
Kamu bebas menilai apapun. Yang jelas kita sudah tidak punya waktu untuk berdebat.
NIRA
Aku sedang tidak berdebat!
CHANDRA
Kalau begitu selesai! Aku minta kamu jadi presenter nanti siang. Siapkan segalanya, kamu hanya perlu memberitakan beberapa menit saja, kalau warga Porong telah mendapat ganti rugi.
Ya, setelah siaran itu, barangkali kamu akan mengerti, kenapa semua ini harus kita jalani.
NIRA (Terdiam)
CHANDRA
Mengerti?
NIRA (kesal)
Aku sudah mengerti.
ADEGAN 7
MAIL DAN SARDI DATANG DENGAN DUA ORANG WARGA YANG HENDAK MENJADI MODEL DALAM BERITA. CHANDRA LEKAS MENDATANGI MEREKA DAN SEMUA SIAP-SIAP DI POSISI MASING-MASING.
SARDI
Ini dua warganya.
CHANDRA
Oke. Bu, Ibu hanya perlu diam saja menatap kamera ya! Nanti presenter akan berbicara di samping ibu. Uangnya cukup kan Bu?
WARGA 1
Ya, Pak, Terimakasih!
CHANDRA
Bagus kalau begitu.
(kepada semua tim) Baik semuanya siap-siap di posisi!
CHANDRA MENDEKATI NIRA SEMENTARA MAIL DAN SARDI MENGARAHKAN WARGA.
CHANDRA (sambil berbisik kepada Nira)
Hanya satu berita. Tanpa wawancara! Beritakan secara langsung pada kamera kalau bantuan telah diterima. Kamu bisa memulai dengan basa-basi, setelah itu perkenalkan dua orang warga di samping kamu. Mereka kamu perkenalkan sebagai warga yang telah mendapatkan ganti rugi. Setelah itu berita dimulai. Sudah dipersiapkan kata-katanya?
NIRA (Mengangguk)
CHANDRA
Warga yang kita jadikan model, tidak tau tentang maksud kita ini. Mereka kita bayar hanya untuk diam di samping kamu dan tersenyum. Berita ini singkat. Lakukan sebaik mungkin. (menatap dalam) Terima kasih sudah mengerti. Semua akan segera berakhir. (mengecup kening)
CHANDRA
Kamera?
MAIL
Ya?
CHANDRA MENDEKATI MAIL DAN BERBINCANG TENTANG TEKNIS PENGAMBILAN GAMBAR.
SEMENTARA ITU, NIRA MENDEKATI WARGA, DAN MENGOBROL SANTAI.
NIRA (basa-basi)
Sehat Bu?
WARGA 2
Alhamdulilah Mba.
NIRA (canggung)
Asalnya dari mana Bu? Eh, maaf, maksud saya rumah ibu tidak jauh dari sini?
WARGA 2 (tertawa)
Haha, ndak apa-apa Mba. Itu rumah saya di sana. (menunjuk lumpur kering yang hanya menyisakan atap) Sekarang hanya terlihat atapnya saja.
WARGA 1
Kalau punya saya sudah terendam semua Mba.
NIRA
Belum buat rumah baru Bu?
WARGA 2
Belum.
WARGA 1
Bagaimana bisa Mba, uangnya juga ndak ada.
WARGA 2
Uang ganti rugi kemarin keburu habis. Hehe.
NIRA
Dan sisanya belum dibayar penuh ya Bu?
WARGA 1
Iya Mba. Ndak tau gimana. Padahal kami yang serba kurang sekarang, sedang butuh buat keperluan sehari-hari.
NIRA TERSENYUM MIRIS.
CHANDRA (berteriak)
Baik semuanya, semua siap-siap di posisi masing-masing! 1 menit dari sekarang!
MAIL BERSIAP-SIAP DENGAN KAMERANYA, SARDI MENGARAHKAN WARGA DAN NIRA AGAK LEMAS MENEMPATI POSISINYA. HINGGA ABA-ABA DIMULAINYA BERITA PUN DIMULAI.
MAIL
Baik, Kamera standby! (memberi isyarat hitungan mundur dengan jarinya, 3,2,1,mulai)
NIRA TIDAK JUGA MEMULAI BERITA. CHANDRA DAN MAIL MEMBERI ISYARAT PADA NIRA UNTUK SEGERA BERBICARA PADA KAMERA. TAPI NIRA HANYA MENATAP KAMERA DENGAN MATA KOSONG DAN BIBIR GEMETAR YANG RAGU. SESEKALI MENATAP WARGA DI SAMPINGNYA. CHANDRA MEMBERI ISYARAT LEBIH KENCANG DAN KESAL MELIHAT KELAKUAN NIRA. NIRA PUN AKHIRNYA BERBICARA.
NIRA (Canggung)
Selama 7 tahun semburan lumpur dari kawasan PT. BRANTASPINDO Porong Sidoarjo belum juga berhenti. Janji BRANTASPINDO untuk memberikan uang ganti rugi pada masyarakat setiap tahunnya selalu menjadi berita yang menarik.
(menatap warga)
Telah hadir di samping saya dua orang warga yang rumahnya terendam lumpur.
(tinggal satu kalimat yang hendak Nira ucapkan terkait warga telah mendapatkan uang ganti rugi. Tapi seakan kata-kata itu terselip di pangkal lidahnya. Dan terlontar kalimat dari keresahannya)
Apakah pihak PT. BRANTASPINDO sudah memberikan ganti rugi penuh?
WARGA YANG DIBERIKAN PERTANYAAN ITU KAGET, DAN MENJAWAB DENGAN SPONTAN.
WARGA 1
Belum Mba. Sudah tiga bulan belum ada kabar. Kami di sini serba kekurangan Mba.
WARGA 2
Iya Mba. (menunjuk-nunjuk kamera) Bayar dong Bokri! Bayar!
NIRA
Baik. Begitu laporan langsung dari Porong Sidoarjo Jawa Timur. Saya Nira Rivanti melaporkan. Kembali ke studio.
CHANDRA TERDIAM, IA TIDAK BISA BERPIKIR SEHAT LAGI. MAIL DAN SARDI HANYA BISA TERTUNDUK BINGUNG.
CHANDRA (membentak)
Gila!
MAIL DAN SARDI SEGERA MENGAJAK DUA WARGA UNTUK MENINGGALKAN TEMPAT LOKASI. SEMENTARA NIRA DITARIK OLEH CHANDRA DAN MEREKA SALING BERHADAPAN.
CHANDRA
Apa yang kamu lakukan?
NIRA (diam)
CHANDRA
Apa yang kamu lakukan?!
NIRA
Melakukan hal yang sama dengan kamu! Memaksakan kehendak!
CHANDRA
Aku menyuruh kamu melakukan itu agar kamu tahu, semua akan baik-baik saja!
NIRA
Aku pun melakukan hal ini agar kamu tahu, setelah ini semua akan baik-baik saja!
CHANDRA (membentak)
Tidak! Kita kehilangan segalanya! Kita kehilangan pekerjaan! Masa depan! Puas kamu? Kenapa kamu melakukan ini Nira? Kenapa?
NIRA
Aku tidak kehilangan siapapun. Aku masih punya kamu dan anak ini.
CHANDRA
Ah! (Berpaling dan hanya diam)
NIRA
Jika menurut kamu semuanya telah berakhir, semua telah hancur, aku masih di sini! (berteriak) Penyebab semua kekacauan ini masih disini! Apa yang akan kamu lakukan sekarang? Hah? Membunuhku? Iya? Perempuan yang mencintaimu? Perempuan yang hanya ingin kekasihnya jujur? Hah?
CHANDRA (masih diam)
NIRA
Ucapkan perpisahan pada anakmu Chandra. Kita berpisah.
NIRA PERGI DENGAN KESEDIHANNYA.
CHANDRA
Bagus! Sekarang apa yang tersisa? Beginikah kebenaran yang kamu maksud? Kamu yang pergi dan aku harus hancur di sini? Aku masih dalam kesalahan, apa hal itu pun bukan sebuah kesalahan? Tidakkah ada tempat bagi orang yang ingin berubah? Hah?
NIRA MENGHENTIKAN LANGKAHNYA DAN TERDIAM.
NIRA (Menoleh)
Kebenaran bukan milikku. Tapi hidup dalam kejujuran selalu aku inginkan.
CHANDRA BERLARI HENDAK MEMELUK NIRA, TAPI LAMPU PADAM SEBELUM MEREKA SEMPAT BERPELUKAN.
TAMAT
BIODATA
Zulfa Nasrulloh, Lahir di Bandung, 21 Januari 1993. Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia UPI Bandung. Menulis puisi, prosa, drama, esai sastra, dan terpublikasikan di koran dan majalah lokal, nasional, serta media online. Cerpennya tergabung dalam antologi bersama Dari Kaboa Hingga Kartolamus (PAU:2014), Perempuan dan Bunga-Bunga (Obsessi Pers: 2014). Pernah terlibat beberapa pementasan teater. Sebagai aktor dalam Pinangan (Jurdiksatrasia, 2012), Suap (CD Teater, 2013), Mainan Gelas (Resital Teater lakon, 2014). Kini sedang aktif bergiat di Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS) UPI dan Sesebred Inc.