Academia.eduAcademia.edu

Artikel ke 9

The aim of research enhance the ability to speak in describing the image using the write-pair share in class X 8, in the academic year 2014/2015. Classroom action research conducted in two cycles. The research instrument was a questionnaire, observation, and practice tests speak. Data analysis using descriptive. The result of study are Cycle 1 an average percentage of 50.2%, the criteria of "Good", Cycle 2 average of 78.6%, including the criteria of "Very Good". Concluded use the write method pair share can increase students' skills in speaking English in describing the image so that teachers can implement this method in teaching and learning to improve their speaking ability.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MENDESKRIPSIKAN GAMBAR MENGGUNAKAN WRITE PAIR SHARE PADA KELAS X 8 SMAN 1 KRAMAT Eny Khusnul Hartati *) Key Words: speaking, descriptive text , picture. write pair share Abstract The aim of research enhance the ability to speak in describing the image using the write-pair share in class X 8, in the academic year 2014/2015. Classroom action research conducted in two cycles. The research instrument was a questionnaire, observation, and practice tests speak. Data analysis using descriptive. The result of study are Cycle 1 an average percentage of 50.2%, the criteria of "Good", Cycle 2 average of 78.6%, including the criteria of "Very Good". Concluded use the write method pair share can increase students' skills in speaking English in describing the image so that teachers can implement this method in teaching and learning to improve their speaking ability. Abstrak Tujuan penelitian adalah meningkatkan kemampuan berbicara dalam mendeskripsikan gambar menggunakan metode write pair share pada siswa kelas X 8, tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus. Instrumen penelitian terdiri dari kuisioner, observasi, dan tes praktek berbicara. Analisis data meng-gunakan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Siklus 1 rata-rata prosentasi 50,2%, kriteria “Baik”, Siklus 2 rata-rata 78,6%, termasuk kriteria “Amat Baik”. Disimpulkan bahwa peng-gunaan metode write pair share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara bahasa Inggris dalam mendeskripsikan gambar sehingga guru dapat menerapkan metode ini dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. SMA Negeri 1 Kramat ISSN 2339-0417 Pendahuluan Berdasarkan Peraturan Menteri Pendi-dikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi kelulusan seko-lah dasar dan menengah, untuk SMA (Sekolah Menengah Atas) pada mata pelajar-an bahasa Inggris ada empat ketrampilan yang harus dikuasai/dimiliki siswa yaitu : mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Berbicara sebagai salah satu skill dalam pembelajaran bahasa Inggris yang harus dimiliki atau dikuasai oleh siswa SMA dirasa masih kurang. Ketrampilan berbicara dalam bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Kramat masih rendah berdasarkan hasil observasi dan nilai atau hasil belajar siswa. Menurut Chaney, Speaking is a process of building and sharing meaning through the use of verbal and non verbal symbols, in a variety of context(1998:3), maksudnya bahwa berbicara merupakan proses mencipta dan berbagi makna dengan menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal dalam berbagai konteks. Untuk berbicara bahasa Inggris, masing-masing siswa dapat me-nyampaikan gagasan/ide kepada orang lain dengan memahami konteks yang dihadapi baik secara verbal dan non verbal dengan berpedoman pada unsur bahasa yang tepat sesuai dengan konteks kejadiannya. Menurut Yoykey, ketrampilan berbi-cara : speaking skill is a skill and like other skill, it must be practiced continuously. The teacher role is becoming important for students later. There are many keys to support speaking skill by listening cassette, watching tv, watching film, practicing with foreigners, practicing with partners, and practicing with other medium (suatu ketram-pilan/keahlian dan seperti ketrampilan yang lain, ketrampilan ini harus di praktekkan secara terus menerus. Selanjutnya, peranan guru menjadi penting bagi siswa. Ada banyak kunci/cara mendukung/mengem-bangkan ketrampilan berbicara antara lain mendengarkan kaset, menonton TV, me-nonton film, praktek dengan orang asing, praktek dengan pasangan dan praktek dengan media lain). Media yang digunakan dalam meningkatkan ketrampilan berbicara dalam mendeskripsikan sesuatu/seseorang yaitu media gambar. Dengan melihat gambar yang ada siswa dapat mendeskripsikan apa yang dilihat dalam gambar. Dari gambar yang ada mereka dengan langsung dapat berbicara untuk menyampaikan apa yang dilihat, di sinilah bahwa gambar dapat merangsang ingatan mereka kemudian mereka ucapkan. Menurut Nunan, (2003), mengajar berbicara adalah mengajarkan siswa untuk: (1) menghasilkan suara dan pola-pola suara dalam bahasa Inggris, (2) menggunakan tekanan kata dan kalimat, intonasi, dan ritme dari bahasa, (3) memilih kata dan kalimat yang tepat menurut fungsi social yang tepat, pemirsa, situasi dan dan subyek masalah, (4) mengorganisir pemikiran mereka dalam urutan yang bermakna dan logis, (5) meng-gunakan bahasa sebagai alat untuk mengung-kapkan nilai-nilai dan pendapat/keputusan, (6) menggunakan bahasa dengan cepat dan terpercaya dengan jeda-jeda yang tidak alami yang di sebut sebagai lancar. Sebagaimana disampaikan oleh Nunan, bahwa guru memi-liki peranan yang penting dalam meningkat-kan ketrampilan berbicara, siswa harus dapat memiliki enam kriteria tersebut. Tipe Dasar berbicara (Basic Types of Speaking) ada 5 yaitu: (1) Imitative/Imitasi : kemampuan meniru kata atau frase atau mungkin juga kalimat; (2) Intensive/intensif: kemampuan mendemonstrasikan bahasa lisan yang berhubungan dengan grammar, frase, lecikal, phonology (seperti: elemen prosodic – intonasi, stress, ritme, juncture); (3) Responsive/Responsif: Kemampuan me-respon percakapan, sapaan, percakapan kecil, permohonan, komentar dan sejenisnya; (4) Interactive/interaktif: Jenis ini lebih panjang dan komplek daripada responsif yang mana kadang meliputi perubahan-perubahan yang banyak/pelaku-pelaku yang banyak; (5) Ex-tensive/ekstensif/Monolog: pidato(speeches, presentasi lisan/oral presentation, dan ber-cerita(Brown Dauglas, H, 2004). Dalam penelitian ini kemampuan ber-bicara mendeskripsikan gambar termasuk jenis ektensif dimana siswa berbicra secara monolog. Siswa dengan melihat gambar dapat menyampaikan deskripsi lesan di depan kelas kepada teman sekelasnya setelah sebelumnya siswa bersama dengan kelom-poknya mendiskripsikan gambar tersebut secara belajar bersama/ cooperative learning. Berbicara Descriptive (Description) Purpose : To describe a particular person/thing/place Text Organization : Identification (mention the name, occupation, profession, and career, mention the special participat) Description (mention the part, quality, and characteristics of the subject being described) Language Features : The use of imperative sentence/ command/simple present tense e.g. : Cut the onion! She always helps everybody The use of linking verbs/relating verbs e.g. : She is beautiful The use of adjectives nd compound adjectives e.g. : a five hundred seated football stadium a beautiful long hair girl The use of degrees comparison e.g. : The weather in Jakarta is better than Bandung She is more beautiful than her mother Bentuk umum dari media gambar te-rangkum dalam pengertian dari media grafis. Karena media gambar merupakan bagian dari pembuatan media grafis. Sebelum kita mengetahui lebih lanjut mengenai media gambar ada baiknya kita mengetahui lebih dahulu pengertian dari media grafis. Menurut I Made Tegeh ((2008) media grafis atau graphic material adalah suatu media visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan, atau symbol visual yang lain dengan maksud untuk menikthisarkan, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data kejadian. Batasan tersebut member gambaran bahwa media grafis merupakan media dua dimensi yang dapat dinikmati dengan menggunakan indra pengelihatan. Dari pengertian media grafis di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa memang benar media gambar merupakan bagian yang utuh dari media grafis tersebut karena pada dasarnya media gambar meru-pakan kumpulan dari beberapa titik dan garis yang memvisualisasikan gambara sebuah benda atau seorang tokoh yang dapat mem-perjelas kita dalam memahami benda atau tokoh tersebut. Menurut  I Made Tegeh (2008), yang dimaksud dengan media gambar dilihat dari pandangan media grafis adalah gambar gambar hasil lukisan tangan, hasil cetakan, dan hasil karya seni fotografi. Penyajian ob-yek dalam bentuk gambar dapat disajikan melalui bentuk nyata maupun kreasi khayal-an belaka sesuia dengan bentuk yang pernah dilihat oleh orang yang menggambarnya. Kemampuan gambar dapat berbicara banyak dari seribu kata hal ini mempunyai makna bahwa gambar merupakan suatu ilustrasi yang memberikan pengertian dan penjelasan yang amat banyak dan lengkap dibandingkan kita hanya membaca dan  memebrikan suatu kejelasan pada sebuah masalah karena sifatnya yang lebih konkrit (nyata). Tujuan penggunaan gambar dalam pembelajaran adalah : (1) menerjemahkan symbol verbal, (2) mengkonkritkan dan memperbaiki kesan-kesan yang salah dari ilustrasi lisan. (3) memberikan ilustrasi suatu buku, dan (4) membangkitkan motivasi belajar dan menghidupkan suasana kelas. Write Pair Share adalah strategi yang diadopsi dari think pair share (Kagan, 1992), metode ini adalah metode yang digunakan untuk menyampaikan bahasa lesan yang mendorong siswa untuk memformulasikan pemikiran mereka dalam tulisan sebelum menyampaikan secara lesan dengan seluruh teman kelas. Metode ini dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk berbicara dan memotivasi pembicara/siswa yang masih ragu dengan menyiapkan latihan tertulis. Teman sekelas dengan cepat menulis suatu respon untuk pertanyaan yang disampaiakan guru., kemudian membaca respon dengan jelas kepada pasangan dan mendiskusi-kannya. Write pair share merupakan metode pembelajaran yang mengkombinasikan/men-dorong pembelajaran yang refleksif dan aktif dan metode ini meliputi tiga langkah : (1) siswa merespon suatu pertanyaan atau per-nyataan dengan menulis jawaban di dalam catatan mereka, (2) setiap siswa mendis-kusikan hasil kerjanya dengn pasangannya untuk menguatkan pendapat/gagasannya un-tuk mendapatkan persetujuan, berdebat dan memecahkan masalah ketidaksetujuan, dan untuk menyempurnakan/memperluas keku-rangan pada respon asli tulisan mereka, (3) respon respon tersebut/hasil kerja di bagikan atau disampaikan kepada seluruh kelas dan lebih jauh lagi akan mendapatkan klarifikasi atau pertanyaan dari guru. Langkah pertama adalah refleksi, langkah kedua aktif, dan langkah ketiga merupakan elemen keduanya. Write pair share dilakukan sedikitnya 5 menit atau selama 15 menit, tergantung pada kekomplekan dari pertanyaan/pernya-taan/topic/tugas yang diminta. Ketrampilan berbicara bahasa Inggris bagi siswa di SMA Negeri 1 Kramat masih dianggap sulit karena berbagai alasan dian-taranya adalah kurangnya kosa kata yang dimiliki oleh siswa, kurangnya pemahaman pada unsur bahasa yang digunakan dalam berbicara. Kurangnya latihan berbicara juga kurangnya minat untuk berbicara. Sesuai dengan kompetensi dasar 10.2. Mengung-kapkan makna dalam teks monolog seder-hana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk narrative, descriptive dan news item. Dengan mendasarkan pada fakta tentang kemampuan berbicara bahasa Inggris yang rendah dan teori-teori yang berkaitan dengan kemampuan berbicara maka timbul pertanyaan: (1) Bagaimana mengimplemen-tasikan metode write pair share untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas X SMA Negeri 1 Kramat? dan (2) Apakah write pair share dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas X SMA Negeri 1 Kramat? Secara khusus penelitian bertujuan untuk: (1) Menjelaskan implementasi metode write pair share dalam mendeskripsikan gambar untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Kramat, Tegal; (2) Membuk-tikan apakah metode write pair share dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris bagi siswa kelas X SMA Negeri 1 Kramat Tegal. Metode Penelitian Penelitian ini adalaha penelitian tin-dakan kelas, dengan menggunakan metode penelitian deskriptif/kualitatif. Subyek pene-litian adalah siswa kelas X 8, SMA Negeri 1 Kramat, Kabupaten Tegal, tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah siswa 32, dengan 22 perem-puan dan 10 laki-laki. Peneliti memilih kelas ini sebagai subyek penelitian karena hasil penilaian berbicara rendah dimana dari 32 siswa hanya 12 yang sudah dapat berbicara sesuai dengan kriteria penilaian ketrampilan berbicara, dan 20 siswa yang lain masih belum sesuai dengan ketentuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui tes dan non tes. Tes digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar sedangan non tes digunakan untuk mendapatkan data tentang pendapat siswa tentang metode write pair share, akitivitas siswa dalam proses pembelajaran. Adapun alat yang digunakan adalah kuesioner dan panduan observasi. Kuesioner dberikan sebelum dan sesudah penerapan metode write pair share untuk mendeskripsikan gambar berupa 10 pertanyaan dengan cara menentukan pilihan jawaban dari 4 pilihan yang di berikan yaitu: sangat setuju, setuju, sangat tidak setuju dan tidak setuju. Observasi dilakukan oleh kolaborator. Proses pengamatan berlangsung dalam ke-giatan proses pembelajaran di kelas pada setiap siklus dengan lembar observasi berupa ceklis/checklist. Dan tes dilakukan dalam 2 bentuk pre-tes dan post tes pada setiap siklus dalam bentuk praktek berbicara mendeskripsikan gambar dengan pensekoran sesuai dengan pedoman pensekoran yang menggunakan kriteria sebagai berikut: ekspresi/expression (1-20), intonasi/intonation (1–20), peng-ucapan/pronounciation (1-20), isi/content (1-20), dan grammar/tata bahasa (1-20). Skor maksimal 100. Teknik analisis data yang digunakan berupa teknik analisis deskriptif/qualitatif. Dalam menganalisa hasil kuesioner dan observasi dilakukan dengan teknik deskriptif dan hasil tes prakter berbicara pada pre-test dan post-test pada siklus 1 dan 2 dengan menggunakan teknis analisis kuantitatif dengan membandingkan hasil pada siklus 1 dengan 2. Analisis yang dilakukan hanya berupa hasil rata-rata (rerata) dari nilai perolehan. Jika 75% siswa memperoleh 75 keatas maka proses pembelajaran praktek berbicara “Amat Baik”, jika hanya 50% siswa memperoleh 75 keatas maka proses pembelajaran dengan kriteria “Baik”, jika kurang dari 50% siswa yang memperoleh 75 keatas maka proses pembelajaran dengan kriteria “Kurang”. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil kuesioner, observasi dan tes praktek berbicara yang sudah dilak-sanakan pada penelitian ini yang meliputi 2 siklus bahwa kemampuan berbicara siswa meningkat dengan menggunakan metode write pair share. Hasil lebih jelas dalam tabel 1. Table 1. Hasil Observasi Siswa oleh Kolaborator Siklus Activity Expression Intonation Pronounciation Content Grammar Siklus 1 14 13 15 25 13 Prosentasi 44% 41% 47% 78% 41% Siklus 2 20 25 26 32 23 Prosentasi 63% 78% 81% 100% 71% Rata-rata 53, 5% 59,5% 64% 89% 56% Table 2. Hasil pre-kuisioner, post-kuisioner, pre-tes, pos-tes, dan observasi Kegiatan Pre-kuisioner Post kuisioner Pre-Tes Pos-Tes Observsi kolaborator Siklus 1 27,94 30,75 75.15 77.65 65% ( Baik ) Siklus 2 30,90 1,95 77.80 82.56 88 % (Amat Baik) Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa hasil kegiatan siswa pada masing-masing siklus dimana pada siklus pertama jumlah siswa yang berbicara dengan ekspresi yang sesuai 10 dengan prosentasi 31%, dengan intonasi yang tepat 12 siswa dengan prosentasi 38%, pengucapan yang tepat 15 siswa dengan prosentasi 47%, dan 23 siswa dengan content yang tepat prosentasi 72%, dan 13 siswa dengan grammar yang tepat, prosentase 41%, sehingga jumlah rata-rata prosentasi 50,2%, kriteria “Baik”. Sedangkan pada siklus kedua jumlah siswa yang ekspresinya tepat 20, dengan prosentasi 63%, dan siswa dengan intonasi yang tepat 25 dengan prosentasi 78%, siswa dengan pengucapan yang tepat 26 dengan prosentasi 81%, siswa dengan content yang tepat 27 prosentasi 84%. Siswa dengan grammar yang tepat 21, prosentase 66 %. Jumlah rata-rata 78,6%, termasuk criteria “Amat Baik”. Hasil seluruh kegiatan tes yang dilaksanakan dalam siklus 1 dan 2 yang berupa pre-kuisioner, post-kuisioner, pre-tes, pos-tes, dan observasi dijabarkan dalam tabel 2. Tabel 2. menunjukkan bahwa hasil pa-da siklus 2 lebih meningkat dari siklus 1, dimana pada siklus 1, skore untuk pre-kuisioner 27,94 kriteria sedang, sedangkan hasil pos kuisioner menjadi 30,75 kriteria tinggi, pre-tes 75,15 sedangkan pos-tes nya menjadi 77,65, dan hasil observasi kola-borator 65% dengan kriteria baik. Sementara itu pada siklus 2, skore pre-kuisioner 30,90, pos-kuisioner 31,95, pre-tes 77,80, pos-tes 82,56, dan observasi kolaborator 88%, kriteria amat baik. Pembahasan Dalam penelitian ini, peneliti mene-kankan peningkatan kemampuan berbicara untuk mendeskripsikan gambar mengguna-kan metode write pair share. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dimana masing-masing siklus dilaksanakan urutan kegiatan berupa: perencanaan, aktifitas/ kegiatan, observasi dan refleksi. Dalam kegiatan perencanaan, kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan se-gala administrasi yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan berupa: menyusun RPP, menyusun kuisioner, dan menyusun soal tes. Membentuk kelompok dalam bentuk berpasangan atau 2 orang dalam kelompok. Dalam pembentukan kelompok siswa memilih sendiri pasangan masing-masing dengan demikian pasangan tersebut dapat bekerjasama dengan baik dalam kegiatan ini. Aktivitas dalam kegiatan ini, peneliti menjelaskan tentang teks deskriptif, unsur-unsur bahasa yang digunakan seperti simple present tense/kalimat imperative yang meru-pakan salah satu unsur bahasa yang diguna-kan dalam menulis teks deskriptif kepada seluruh siswa yang sudah membentuk pa-sangan masing-masing. Siswa diajak mema-hami bagaimana menulis dan menyampaikan deskriptif teks dengan unsur-unsur bahasa yang digunakan seperti simple present tense kalimat imperatif untuk dapat menulis des-kriptif teks dengan mendeskripsikan gambar yang dipilih dengan waktu 1 - 30 menit. Simple present tense/ kalimat imperatif merupakan unsur bahasa yang memegang peranan penting pada jenis tek ini. Jika mereka kurang paham dengan pola kalimt tersebut maka dapat melakukan kerjasama dengan pasangan masing-masing sehingga dengan demikian dapat berbagi ide/gagasan yang dapat dituangkan melalui tulisan yang akan disampaikan secara lisan. Selanjutnya satu persatu siswa me-nyampaikan hasil tulisan secara lisan di depan kelas dengan waktu 1 – 5 menit. Pada siklus pertama dan kedua pasang-an masing-masing siswa berbeda. Dengan cara ini diharapkan diperoleh data yang menunjukkan kemampuan siswa secara me-nyeluruh. Pada siklus 1 yang dilaksa-nakan pada bulan Pebruari 2015, minggu pertama pertemuan 1 siswa mengerjakan kuesioner tentang ketrampilan berbicara dalam men-deskripsikan gambar, kemudian dilanjutkan dengan pre tes berupa praktek berbicara mendeskripsikan gambar secara indivudu, masing-masing siswa diberikan waktu 3-7 menit, dan dilanjutkan pada pertemuan 2, pada pertemuan 1 minggu kedua siswa me-nerima penjelasan tentang materi deskriptif teks dengan unsur-unsur bahasanya dan pada pertemuan 2 siswa mulai mendeskripsikan gambar dengan pasangan masing-masing menerapkan metode write pair share dimana masing-masing siswa menuliskan deskripsi gambar pilihan masing-masing kemudian didiskusikan dengan pasangannya hasil kerja mereka untuk saling mengecek hasil kerja masing-masing selama 1 – 15 menit dan selanjutnya disampaikan di depan kelas dalam waktu 3-7 menit kegiatan ini sekaligus sebagai kegiatan postes untuk dan dilan-jutkan pada pertemuan 1 pada minggu ketiga dan pada pertemuan ke 2 masing-masing siswa keempat pertemuan 1 siswa mengerjakan pos questioner dan pada pertemuan ke 2, kegiatan refleksi hasil kegiatan pada siklus 1 Pada siklus 2 di bulan April 2015, langkah-langkah kegiatan seperti pada siklus 1 dengan mengadakan revisi yang diperlukan yang terjadi pada siklus 1. Karena proses kegiatan yang telah dilaksanakan pada siklus 1 belum seluruh siswa berperan aktif se-hingga perlu dilanjutkan dengan siklus 2 dengan berbagai perbaikan atau revisi pada kekurangan yang ada. Masih adanya siswa yang belum mampu berbicara sesuai dengan ketentuan dalam mendeskripsikan gambar dan masih ada juga beberapa siswa/pasangan yang masih pasif dalam kegiatan merupakan alasan utama mengapa perlu diadakan siklus kedua dengan tujuan agar sebagian besar/ seluruh siswa aktif dalam kegiatan pembe-lajaran. Observasi, observasi dilaksanakan ber-dasarkan hasil dari kuesioner dan observasi langsung pada kegiatan pembelajaran pada siklus pertama dan kedua. Berdasarkan hasil kuesioner pada si-klus 1, pra kuesioner menunjukkan hasil sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam berbicara bahasa Inggris khususnya dalam hal ini berupa mendeskripsikan gambar siswa masih belum memahami benar struktur/skema tek deskriptif, unsur bahasa yang digunakan dalam jenis teks ini yaitu simple presen tense/kalimat imperatif, ku-rangnya kosakata yang dimiliki dan kurang-nya penerapan/latihan berbicara oleh siswa itu sendiri. Maka dilanjutkan dengan siklus 2 dengan perbaikan pada perencanaan berda-sarkan hasil observasi pada siklus 1. Siswa mengerjakan kembali pre-kuesioner dan post kuesioner, pre-tes dan pos test dan observasi oleh kolaborator pada proses kegiatan pem-belajaran. Refleksi, berdasarkan hasil observasi pada kegiatan pembelajaran pada siklus 1 baik oleh pengamat/kolaborator dan oleh peneliti itu sendiri bahwa pada siklus 1, hanya 60% siswa yang aktif dalam pene-rapan metode pembelajaran write pair share, jadi ada 40% siswa yang belum saling bekerjasama dengan pasangannay masing masing untuk mendeskripsikan gambar yang dipilih, hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu; (1) siswa masih belum paham betul dengan metode pembelajaran yang dilaksanakan; (2) siswa masih belum me-mahami betul tentang materi deskriptif teks; (3) siswa masih belum paham benar tentang unsur bahasa yang digunakan dalam menulis deskriptif teks; (4) siswa kurang latihan berbicara/mengucapkan kosa kata bahasa Inggris sehingga pengucapan/pelafalan nya masih belum sesuai dengan ketentuan, (5) siswa kurang memahami bagaimana me-mulai dan menutup pembiaraan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut maka dilanjutkan dengan siklus 2 dengan merivisi atau mem-perbaiki kekurangan yang terjadi mulai dari menumbuhkan semangat siswa untuk mene-rapkan metode pembelajaran write pair share, menjelaskan bagaimana menulis des-kriptif dengan unsur bahasa yang digunakan, menumbuhkan semangat untuk berlatih ber-bicara pada peserta, menjelaskan cara-cara membuka dan menutup pembicaraan dalam menyampaikan deskripsi gambar. Pada siklus 2 sebagaimana dalam table diatas kemampuan berbicara siswa meningkat. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan dan Saran. Berdasarkan simpulan hasil penelitian tindakan kelas yng telah dilaksanakan penulis dapat menyimpul-kan bahwa: Dengan menggunakan metode write pair share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara bahasa Inggris. Dengan menggunakan metode write pair share dalaM mendeskripsikan gambar hasil belajar berbicara siswa meningkat. Dari hasil penelitian tindakan kelas ini, penulis mengharapkan pada para pembaca sebagai berikut: Bagi guru dapat mencoba untuk melak-sanakan penggunaan metode write pair share dalam kelas untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris. Dapat digunakan sebagai gambaran dalam melaksanakan kegiatan pembe-lajaran yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Brown H. Douglas, 2004, Language Assessment : principles and Classroom Practices, San Fransisco State University, United State of America. Burns Anne, 2009. Doing Action Research in English Language Teaching: A Guide for Practitioners, New York, Macquarie University, Sydney. Daryano, Drs., 2014, Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah beserta contoh-contohnya, Gaya Media Yogyakarta. Depdikbud. 1994. Kurikulum Bahasa Inggris tahun 1994 yang Disempurnakan untuk SMU. Jakarta; Depdikbud. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Inggris tahun 2006 untuk SMA. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Sauan Pendidikan Dasar dan Me-nengah. Kegiatan Pengkajian Otonomi Dikdasmen Direktorat Jenderal Pendi-dikan Dasar dan Menengah Departe-men Pendidikan Nasional. Hedge Tricia, 2002, Teacing and Learning in the Language lassroom, Oxford University Press, New York. Hamdani Nizar Alam, S.Pd.,MT., MM., M.Si., Hermana Dody , Dr., H., MBA., M.Si., (2008), Classroom Action Research Teknik Penulisan dan Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Rahayasa Research and Training Jacobs M. G., Lee Gan Siowack, Ball Jessica, 1995, Cooperative Learning: A Sourcebook of Lesson Plan for Teacher Education on Cooperative Learning, Oxford University Press. Slavin, Robert E., 1995, Cooperative Learning: theory, research, and practice, 2nd ed. Allyn & Bacon, A Simon & Schuster Company, Needham Heights, Massachusettes 02194 Sudarwati, Th.M., Grace Eudia, 2007, Look Ahead An English Course for Senior High School Students Year X, Jakarta: Erlangga. Yudhistira Dadang, , 2013, Menulis Penelitia Tindakan Kelas Yang APIK Asli Perlu Ilmiah Konsisten, PT Gramedia Widiasarana Indonesia. . Jurnal Pendidikan Kreatif Volume : 2 (2) April 2015 1