red0;
TUGAS MATA KULIAH MORFOLOGI
KATA
oleh
PALUPI BUDI UTAMI
0202513029 / Reguler B
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
Jelaskan kata sebagai satuan fonemis, leksikal, sintagmatis, dan paradigmatis!
Kata sebagai satuan fonemis
Kata sebagai satuan fonemis adalah kata merupakan bentuk yang mempunyai susunan fonologis yang stabil dan tidak berubah dan kemungkinan memiliki mobilitas dalam kalimat (Chaer 2003:163).
Contoh :
Kata sikat memiliki urutan fonem /r/, /u/, /m/, /a/, /h/. Urutan fonem tidak dapat dirubah menjadi /r/, /a/, /m/, /u/, /h/ karena akan menjadikan kata tersebut tidak bermakna. Atau apabila dapat menjadi sebuah kata yang berterima maknanya misalnya menjadi /h/, /a/, /r/, /u/, /m/, tentu maknanya akan menjadi berbeda.
Kata sebagai satuan leksikal
Kata sebagai satuan leksikal adalah dimana kata berupa komponen-komponen makna yang bersenyawa membentuk satuan makna leksikal (Wedhawati dkk, 2006:45-46). Atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa kata sebagai satuan leksikal berkaitan dengan makna leksikal yang telah dimiliki oleh sebuah kata sebelum mengalami proses morfologis.
Contoh :
Kata ‘rumah’ telah memiliki makna leksikal, yaitu sebuah bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal.
Kata sebagai satuan sintagmatis
Kata sebagai satuan sintagmatis merupakan satuan yang tersusun secara linear bersama dengan satuan lain di dalam sintagma. Sintagma adalah satuan yan tersusun dari dua satuan atau lebih secara linear. Kata sebagai satuan sintagamatis ditandai oleh mobilitas sintagmatisnya, yaitu sekurang-kurangnya satu dari empat gejala berikut: (1) dapat disendirikan, (2) dapat digantikan posisinya oleh yang lain, (3) dapat dipisahkan oleh satuan lain, dan (4) letaknya di dalam deretan bisa berbeda-beda.
Contoh:
Saya membeli es buah.
Saya membuat es buah.
Saya meminum es buah.
Kata sebagai satuan paradigmatis
Kata sebagai satuan paradigmatis merupakan satuan yang bersama-sama dengan kata lain tertata di dalam paradigmanya masing-masing. Kata-kata yang separadigma ditandai oleh terdapatnya pangkal yang sama.
Contoh:
D
D-D
melakukan aktivitas berulang
Me-D-kan
melakukan kegiatan dengan sengaja
di-D
dikenai perbuatan
makan
makan-makan
memakan
dimakan
minum
minum-minum
meminum
diminum
baca
baca-baca
membaca
dibaca
Klitik
Pengertian klitik menurut beberapa sumber berbeda adalah sebagai berikut.
Linguistik Umum (Abdul Chaer 153 : 2003)
Klitik adalah salah satu satuan linguistik yang memiliki bentuk-bentuk singkat, biasanya hanya stau silabel, secara fonologis tidak mendapat tekanan dan kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat pada bentuk lain tetapi dapat dipisahkan.
Asas-asas Linguistik Umum (J. W. M. Verhaar 119 : 2012)
Klitik adalah suatu morfem yang pendek yang tidak dapat diberi aksen atau tekanan apa-apa, melekat pada kata atau frasa yang lain dan memuat arti yang tidak mudah dideskripsikan secara leksikal.
Kridalaksana (1982:87)
Klitik adalah bentuk terikat yang secara fonologis tidak mempunyai tekanan sendiri dan yang tidak dianggap morfem terikat karena dapat mengisi gatra pada tingkat frasa atau klausa, tetapi tidak mempunyai ciri-ciri kat karena tidak dapat berlaku sebagai bentuk bebas.
Contoh klitik :
dasa- : dasadarma
dwi- : dwitunggal
catur- : caturwarga
ekstra- : ekstraketat
inftra- : inframerah
-ku : bajuku
-isme : monoisme
-mu : sikapmu
-nya : katanya
Leksem
Beberapa pengertian leksem dari beberapa sumber adalah sebagai berikut.
Morfologi Bahasa Indonesia Pendekatan Proses (Abdul Chaer 23 : 2008)
Dalam kajian morfologi, leksem adalah wadah dari suatu bentuk yang akan menjadi kata. Sedangkan menurut kajian semnatik, leksem adalah bahasa yang memiliki sebuah makna.
Kridalaksana (1982:98)
Pengertian leksem menurut Kridalaksana adalah :
Satuan leksikal dasar yang abstrak yang mendasari pelbagai bentuk inflektif suatu kata. Contoh: sleeps, sleept, sleeping, adalah bentuk-bentuk dari leksem sleep.
Kata atau frasa yang merupakan satuan bermakna; satuan terkecil dari leksikon.
Leksem merupakan satuan leksikal yang abstrak, yang merupakan abstraksi dari sejumlah kata yang bentuk gramatikalnya berbeda, tetapi makna leksikalnya sama.
Contoh leksem :
pulang pulang
memulangkan
dipulangkan
berpulang
Morfem
Ada beberapa pengertian morfem dari berbagai sumber yang berbeda. Contohnya adalah sebagai berikut.
Linguistik Umum (Abdul Chaer 2003:146-147)
Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna dan dapat hadir berulang-ulang dalam berbagai bentuk.
Morfologi Bahasa Indonesia Pendekatan Proses (Abdul Chaer 2008:13)
Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna. Maksud dari terkecil adalah satuan tersebut sudah tidak dapat dianalisis menjadi lebih kecil lagi tanpa merusak maknanya.
Asas-asas Linguistik Umum (J. W. M. Verhaar 2012:106)
Morfem adalah suatu satuan abstrak yang dapat berupa segmental (utuh), dapat berupa nol, dapat juga berupa nada tertentu.
Contoh-contoh morfem :
Sebagai satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna, morfem terbagi dalam beberapa jenis yaitu:
Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Contoh morfem bebas :
pulang
makan
rumah
bagus
buku
Contoh morfem terikat :
me-
ter-
ber-
juang
henti
Morfem Utuh dan Morfem Terbagi
Contoh morfem utuh :
{meja}
{kursi}
{pisau}
{kecil}
{laut}
Contoh morfem terbagi :
{ke-/-an}
{per-/-an}
{me-/-an}
Morfem Segmental dan Suprasegmental
Contoh morfem segmental :
{lihat}
{sikat}
{lah}
{ber}
Contoh morfem suprasegmental :
Morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental yaitU:
tekanan
nada
durasi
Morfem Beralomorf Zero
Morfem beralomorf zero adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental melainkan berupa kekosongan dan tidak berlaku dalam bahasa Indonesia.
Morfem Bermakna Leksikal dan Tidak Bermakna Leksikal
Contoh morfem bermakna leksikal :
{kuda}
{pergi}
{lari}
{merah}
Contoh morfem tak bermakna leksikal :
{ber-}
{me-}
{ter-}
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
___________. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Verhaar, J. W. M. 2012. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wedhawati, dkk. 2006. Tata Bahasa Mutakhir. Yogyakarta: Kanisius.