Jurnal Buana Bastra
Tahun 5. No.1 April 2018
Sinkretisme dalam Novel Laskar Kesanghyangan Karya Kusyoto
Muhammad fajar
(Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas PCRI Adi Buana Surabaya)
M. Shoim Anwar
(Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas PCRI Adi Buana Surabaya)
Abstract
This research was motivated by the literary works to lift and offers a variety of
issues and religious values in a novel environment. A work Satra can not escape from the
condition of society and cultural situation in a region where the literature was coming
from. This study describes the theory of syncretism that include belief in a religion, the
religious values contained in the novel, the social aspect, legal aspect, in the novel Laskar
Kesanghyangan Kusyoto work. All aspects are related to the aspects of life. Data research
is using descriptive qualitative research because this study is not concerned with the
numbers and the data obtained an overview of the research’s object. Research data has a
source which a novel untitled Laskar Kesanghyangan Kusyoto’s work. While the research
object is any dialog or sentence that contains theory and elements of syncretism of the
novel.
Keywords: novel, syncretism, religious values, analysis.
dengan
pendapat
Warren
(dalam
Nurgiyantoro, 2007: 3) yang menyatakan
bahwa membaca sebuah karya sastra fiksi
berarti menikmati cerita dan menghibur
diri untuk memperoleh kepuasan batin.
Karya sastra merupakan karya imajinatif
yang dipandang lebih luas pengertiannya
daripada karya fiksi.
Ada beberapa masalah yang muncul
saat membahas masalah karya sastra.
Nurgiyantoro
(2007:31-32)
mengemukakan
bahwa
salah
satu
penyebab sulitnya pembaca dalam
menafsirkan karya sastra, yaitu disebabkan
novel merupakan sebuah struktur yang
kompleks, unik, serta mengungkapkan
sesuatu secara tidak langsung. Oleh karena
itu, perlu dilakukan suatu bukti-bukti hasil
kerja analisis. Pengkajian terhadap karya
fiksi, berarti penelaah, penyelidikan, atau
mengkaji, menelaah, menyelidiki karya
fiksi tersebut.
Aspek-aspek pokok kritik sastra
adalah analisis, interpretasi (penafsiran),
dan evaluasi atau penilaian. Karya sastra
merupakan sebuah sebuah struktur yang
PENDAHULUAN
Pada zaman modern sekarang ini
kedudukan sastra semakin meningkat
dan semakin penting. Sastra tidak
hanya memberikan kenikmatan dan
kepuasan batin, tetapi juga sebagai
sarana
penyampaian
pesan
moral
kepada masyarakat atas realitas sosial.
Karya sastra tercipta dalam kurun waktu
tertentu dapat terjadi penggerak tentang
keadaan dan situasi yang terjadi pada
masa penciptaan karya sastra itu, baik
sosial budaya, agama, politik, ekonomi,
dan pendidikan, selain itu karya sastra
dapat digunakan sebagai dokumen
sosial budaya yang menangkap realita
dari masa tertentu, akan tetapi bukan
menjadi keharusan bahwa karya sastra
yang tercipta merupakan pencerminan
situasi kondisi pada saat karya sastra
ditulis. Salah satu bentuk “susastra”
sebagai
penuangan
ide
kreatif
pengarang adalah novel.
Sastra dapat berfungsi sebagai karya
seni yang bisa digunakan sebagai sarana
menghibur diri pembaca. Hal ini sesuai
32
Jurnal Buana Bastra
Tahun 5. No.1 April 2018
sesepuh yang ditulis dan dirangkum
kembali dalam sebuah karya fiksi legenda.
Pemilihan
novel
Laskar
Kesanghyangan juga sudah memulai dari
beberapa proses seperti pembacaan
berulang-ulang dan pemilihan teori yang
digunakan bagaimana teori ini bisa
digunakan dalam menganalisis novel
tersebut.untuk penelitian dalam lingkup
sastra dengan menggunakan salah satu
teori sastra, pertama kali harus dimengerti
dahulu mengenai teori itu, kemudian
mengenai metodenya. Dalam hal ini, teori
yang digunakan sebagai pendekatan sastra
adalah
sinkretisme.
Jadi
haruslah
dimengerti apakah sinkretisme itu dan
seluk beluk serta metodenya.
Karya sastra lahir karena adanya
keinginan
dari
pengarang
untuk
mengungkapkan eksistensinya sebagai
manusia yang berisi ide, gagasan, dan
pesan tertentu yang diilhami oleh imajinasi
dan realitas sosial budaya pengarang serta
menggunakan media bahasa sebagai
penyampainya. Karya sastra merupakan
fenomena sosial budaya melibatkan
kreativitas manusia. Karya sastra lahir dari
pengekspresian endapan pengalaman yang
telah ada dalam jiwa pengarang secara
mendalam melalui proses imajinasi
Nurgihantoro, (2007:57).
Dibutuhkannya
pemahaman
masyarakat terhadap karya sastra yang
dihasilkan pengarang, maka penelitian ini
menggunakan
teori
Sinkretisme.
Sinkretisme adalah suatu proses perpaduan
dari beberapa paham-paham atau aliranaliran agama atau kepercayaan. Pada
sinkretisme
terjadi
proses
pencampuradukkan berbagai unsur aliran
atau faham, sehingga hasil yang didapat
dalam bentuk abstrak yang berbeda untuk
mencari keserasian, keseimbangan. Istilah
ini bisa mengacu kepada upaya untuk
bergabung dan melakukan sebuah analogi
atas beberapa ciri-ciri tradisi, terutama
dalam teologi dan mitologi agama, dan
dengan demikian menegaskan sebuah
kesatuan pendekatan yang melandasi
komplek, maka untuk memahaminya perlu
adanya analisis, yaitu penguraian terhadap
bagian-bagian
atau
unsur-unsurnya.
Sesungguhnya, analisis itu merupakan
salah satu sarana penafsiran atau
interpretasi. (Pradopo, 2008: 93)
Novel dapat dikaji dari beberapa
aspek, misal penokohan, isi, cerita, setting,
alur dan makna. Semua kajian itu
dilakukan hanya untuk mengetahui sejauh
mana karya sastra dinikmati oleh
pembaca. Tanggapan pembaca terhadap
satu novel yang sama tentu akan berbedabeda sesuai dengan tingkat pemahaman
dan daya imajinasi mereka, misal pada
novel karya Kusyoto yang berjudul Laskar
Kesanghyangan.
Novel
Laskar
Kesanghyangan
karya
Kusyoto
menggambarkan warna-warni kehidupan
pada masa kesultanan Cirebon. Novel ini
menarik untuk dianalisis karena didalam
novel ini menceritakan realita kehidupan
masyarakat
dan
petinggi-petinggi
kesultanan Cirebon.
Latar belakang pemilihan novel
Laskar Kesanghyangan karya Kusyoto
sebagai objek material penelitian adalah
adanya unsur kehidupan masyarakat Jawa
kuno khusunya pada masa kesultanan
Cirebon.
Tujuan
penelitian
untuk
mengetahui bagaimana sinkretisme yang
terjadi terhadap kehidupan masyarakat
didalam novel. Diharapkan penelitian ini
dapat memberikan manfaat terhadap
perkembangan
budaya
Jawa
pada
umumnya, khususnya budaya Jawa Kuno
zaman Wali Songo. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa karya sastra
merupakan implementasi sinkretisme
budaya Jawa, Hindu (Siwa), Buddha
dalam hubungan yang mutualistik dan
bersifat positif.
Novel Laskar Kesanghyangan juga
menceritakan kisah-kisah para kesatria
pantai utara Kesultanan Cirebon, berlatar
sejarah awal mula berdirinya Pedukuhan
Lembah Cimanuk (kini Indramayu) pada
masa pemerintahan Raden Bagus Arya
Wiralodra. Kisah ini bersumber dari
Babad Tanah Dermayu serta pitutur para
33
Jurnal Buana Bastra
Tahun 5. No.1 April 2018
nilai religius dalam novel Laskar
Kesanghyangan karya Kusyoto dengan
tinjauan konsep sinkretisme.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penulis akan mengemukakan tentang
sinkretisme yang terdapat dalam novel
Laskar Kesanghyangan karya Kusyoto
Kusyoto,2013. Dan berhasil menemukan
unsur sinkretis yang terdapat dalam cerita
novel tersebut.
Novel
Laskar
Kesanghyangan
(Kusyoto,2013) adalah novel karya
Kusyoto yang menceritakan tentang
sebuah perlawanan sebuah kelompok atau
golongan dengan penguasa kerajaan atau
Raja yang saat itu berkuasa adalah Sunan
Gunung Jati Purba. Perlawanan tersebut
dimulai dari penculikkan pemuda-pemuda
di berbagai percentilan (desa). Bukti data
yang terdapat dalam novel: “Culik
sebanyak-banyaknya
pemuda
dari
berbagai pedukuhan dan pecantilan, cuci
otak mereka dan jadikan Laskar
Kesanghyangan” (Kusyoto,2013:17)
Kutipan tersebut menggambarkan
bagaimana usaha para pemberontak yaitu
Laskar
Kesanghyangan
terhadap
pemerintahan kerajaan atau kesultanan
Cirebon pada saati itu, dan mencuci otak
para pemuda dari berbagai pedukuhan atau
pencantilan atau desa untuk dijadikan
pasukan untuk memberontak kesultanan.
Sementara itu di dalam novel pastilah ada
tokoh-tokoh yang bersangkutan dalam
unsur sinkretisme baik percakapan atau
kutipan dalam novel. Diantaranya:
1. Raden Bagus Arya Wiralodra
2. Raden Puronegoro
3. Wulung Balang
4. Raden Menjangan Wulung
5. Prabu Sri Krishna
6. Kesatria Pandawa Lima
7. Duryudana
8. Semar
9. Cakra Udaksana
memungkinkan untuk berlaku inklusif
pada agama lain.
Sinkretisme juga terjadi umumnya
disastra, musik, memperwakilkan seni dan
lain ekspresi budaya. Sinkretisme mungkin
terjadi diarsitektur, sinkretik politik,
meskipun dalam istilah klasifikasi politik
memiliki arti sedikit berbeda.
Sinkretisme
diterapkan
dalam
penelitian ini karena salah satu teori yang
dikemukakan oleh sejumlah ahli adalah
teori mengenai “sinkretisme”, atau
percampuran antara Islam dengan unsurunsur lokal Jawa dalam cara yang tidak
genuine dan sedikit agak dipaksakan.
Sebutan
“sinkretisme”
sebetulnya
mengandung semacam ejekan: bahwa
Islam tidak lagi tampil sebagai dalam
wujudnya yang asli, tetapi sudah
tercampur dengan unsur-unsur yang
eksternal sifatnya. Islam yang “sinkretis”,
sebagaimana kita lihat dalam masyarakat
Jawa, dengan demikian menggambarkan
suatu genre keagamaan yang sudah jauh
dari sifatnya yang “murni” di tempat
asalnya di Timur Tengah. Hal itu
termanifestasi dalam kehidupan mistik
kejawen sebagai praktek religi masyarakat
Jawa yang disebut agama Jawa.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian cukup banyak
metode yang dikenal, akan tetapi
penggunaan suatu metode harus sesuai
dengaan objek penelitian dan tujuan
penelitian. Adapun jenis metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif. Metode kualitatif adalah metode
yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialaminya
oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain –
lain, secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata – kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah (Moleong, 2011 : 6 ).
Objek penelitian adalah sasaran yang
akan diteliti yang tentu saja tidak terlepas
dari masalah penelitian (Al-Ma’ruf, 2009:
10-11). Objek penelitian ini adalah nilai-
Sementara
itu
aspek-aspek
sinkretisme
dalam
novel
Laskar
Kesanghyangan adalah Sinkretisme terjadi
di dalam novel Laskar Kesanghyangan,
34
Jurnal Buana Bastra
Tahun 5. No.1 April 2018
berlandaskan keyakinan (Koentjaraningrat
1984:41).
Sementara itu aspek agama Islam
membahas Dalam bidang sastra pengaruh
Islam juga mengalami pengubahan baik
cerita dan tokoh dalam dunia pewayangan
maupun pada karya seni suluk, seperti
contoh Sunan Ampel yang memiliki cara
men-dewanisasi dengan menunjukkan
kelemahan dan kekurangan seorang dewa
dan
sebagai
sesembahan
melalui
pengubahan cerita seperti semacam Hyang
Manik Maya (Batara Guru) dan Hyang
Ismaya (Semar) dan masih banyak lagi
upaya mengambil unsur-unsur budaya
lama dengan memasukkan nilai-nilai
Islam.
Dari berbagai literature dan sejarah
dapat disimpulkan dari sinilah proses
sinkretis terjadi pada masa penyebarluasan
Islam pada masa itu yang dapat di terima
oleh masyarakat dan petinggi-petinggi
daerah. Karena cara yang digunakan juga
memandang sosial kultural masyarakat
pada saat itu yang masih menganut budaya
lama dan lebih menekankan kepada
akomodatif
dan
lentur
sehingga
masyarakat dapat menerima ajaran atau
aliran baru dari sebuah agama baru karena
sesuai dengan sosial dan dinamika
kehidpuan mereka.
Dalam merucutkan permasalahan
dalam
penelitian
penulis
juga
membicarakan tentang Islam yang
sinkretis yang mana masyarakat Jawa
sangat yakin akan adanya Allah, dan
seperti pada muslim yang pada umumnya.
Mereka juga mengakui bahwa nabi
Muhammad adalah Rosulnya, mereka juga
tau bahwa Alquran merupakan kitab suci
yang berisikan firman-firman Allah yang
berisi himbauan, pahala, dan ancaman.
Namun, orang Jawa juga tahu akan sebuah
konsep dari agama lain, mahkluk gaib dan
kekuatan sakti serta melakukan ritual dan
upacara yang tidak ada sangkut pautnya
dengan agama Islam yang resmi. Hal ini
tidak dapat disalahkan atau bahkan
dibenarkan mengingat masuknya Islam
pada masa sejarah juga menyesuaikan
dimana cerita tentang Mahabharata dan
peperangan
di
Kurusetra,
yaitu
Bharatayuda. Yang dimana identik dengan
unsur dan agama Hindu ini diselipkan ke
dalam novel yang beraliran Islam dan
telah terjadi sinkretisasi dalam novel ini.
Peng-Islam-an
pada
masa
Kesultanan Cirebon itu terjadi secara
damai karena metode yang dipakai oleh
para Wali dalam berdakwah menggunakan
berbagai metode salah satunya dengan
metode sastra sperti halnya nama-nama
dewa dari agama Hindu dirubah menjadi
nama-nama 25 nabi dalam Islam, metode
yang dilakukan oleh para Wali sangat
akomodatif dan lentur, yakni dengan
menggunakan unsur-unsur budaya lama
(Hinduisme dan Buddhisme), tetapi secara
tidak langsung memasukkan nilai-nilai
islam kedalam unsur-unsur lama tersebut.
Para Wali sangat tekun dan benar-benar
memahami
kondisi
sosialkultural
masyarakat Jawa. Dari metode ini disebut
pula
dengan
metode
sinkretisme.
Sebagaimana contoh dalam kutipan diatas
dimana kalimat syahadat telah disisipkan
dalam sastra Mahabharata yang dimana
lekat dengan unsur Hindu, metode seperti
inilah yang digunakan oleh para Wali
untuk mengejarkan dakwah dalam
menyebarkan agama Islam pada saat itu.
Dalam
aspek-aspek
ini
juga
membahas juga aspek agama yang mana
aspek ini adalah aspek agama Islam dan
aspek agama Hindu. Dimana aspek agama
Hindu , membahas tentang pengaruh dari
agama Hindu terhadap dunia sastra
khususnya sastra Jawa. Seperti yang sudah
di ketahui sebelum kedatangan agama
Islam di Indonesia khususnya di pulau
Jawa, agama Hindu telah menjadi agama
mayoritas masyarakat dan anggota
kerajaan di pulau Jawa. Pengaruh agama
Hindu dalam masa kerajaan ditandai
dengan adanya konsep bahwa raja adalah
sebagai
jelmaan
dewa,
hal
itu
memungkinkan bahwa seorang raja dalam
suatu kerajaan pada masanya diyakini
dapat memantapkan dan memakmurkann
masyarakat kerajaan yang ia pimpin yang
35
Jurnal Buana Bastra
Tahun 5. No.1 April 2018
Tuhan. Melalui penghayatan mistik yang
dalam, kesadaraan itu akan mucul dengan
sendirinya. Kesadaran terhadap kodrat, tak
berarti kita sebagai umat atau manusia
hanya diam. Kita manusia atau sebagai
umatnya tetap melakukan iradat (usaha).
Mistik kejawen, tak lain merupakan usaha
itu sendiri secara batin. “Tidak usah heran,
anak muda. Bukankah dizamanmu, tidak
ada yang mustahil bila Gusti Allah
menghendaki?”(Kusyoto,2013:37)
Dari kutipan dialog tersebut bahwa
pemegang kekuasaan di semseta ini
hanayalah Allah tuhan yang maha kuasa
jika ia menghendaki apapun bisa terjadi.
Mungkin ini pesan
moral
yang
disampaikan oleh penulis kepada peneliti
ataupun pembaca novel bagaiamana
Tuhan berperan penting dalam kehidupan
manusia.
Sebagaiamana yang diungkapkan
oleh Zoetmulder, dalam Manunggaling
Kawula Gusti tahun 2000. Hal:213.
Berpendapat
“sifat khas yang menandai uraianuraian itu dapat diringkas sbb.,manusia di
dalam Tuhan. Di sanalah tempatnya yang
sejati, ke sanalah ia harus kembali, karena
oleh emanai ia seolah-olah berada di luar
Tuhan. Kata “mulih” yang sering dipakai
untuk melukiskan terleburnya manusia di
dalam Tuhan, di sini mempunyai arti yang
padat ialah “menuju ke tempat ia harus
berada”, sekalipun dalam hal ini arti
“kembali”termuat
dalamnya,
karena
tempat itu sekaligus merupakan asal-usul
manusia”
Pandangan ini pun tidak berdiri
sendiri tetapi ada hubungannya dengan
mistik Islam. Di sana pun kita akan
berjumpa dengan bersemayamnya Tuhan
di dalam hati manusia. Persemayaman
Tuhan di dalam diri manusia lebih
mengingatkan kita akan ajaran mengenai
sifat-sifat dalam tinjauan agama Hindu
daripada mistik Islam itu sendiri, dalam
aajaran agama Hindu memaparkan ajaran
yang paling tersohor mengenai sifat-sifat
berpribadi yang berada “di dalam lubuk
hati manusia, lebih kecil daripada sebutir
dengan lingkup kehidupan masyarakat
yang pada saat itu masih banyak yang
menganut budaya lama, seperti halnya
berhala dan menyembah patung-patung
dewa ataupun melakukan ritual dan
upacara yang dianggap keramat.
Bentuk dari agama Islam orang Jawa
pada umumnya disebut Kejawen atau
agama Jawi, yaitu merupakan bagian
kompleks dan keyakinan dari konsep
Hindu-Buddha yang cenderung ke arah
mistik bercampur jadi satu dan diakui
sebagai agama Islam. Varian agama Islam
santri yang notabene sama sekali tidak
lepas dari unsur-unsur animism, unsurunsur Hindu-Buddha, justru lebih dekat
pada dogma-dogma ajaran Islam yang
sebenarnya. (Joko Widagdo 2004:47)
Setelah
membicarakan
tentang
bagaimana Islam sinkretis peneliti juga
membahas tentang nilai-nilai religius yang
terkandung dalam novel dari tinjauan
sinkretisme.
Dalam
novel
Laskar
Kesanghyangan karya Kusyoto nilai
religius tergambarkan dalam kutipan.
“Atas petunjuk Yang Maha Kuasa,
sang Krishna, dengan keyakinan serta
kepasrahan
total
pada
Tuhannya,
melesatkan senjata mustika berupa panah
sakti bernama Cakra Udaksana ke langit
seribu lima ratus tahun yang akan datang
dengan tujuan menghadirkan ksatria yang
memiliki ilmu atau ajian Lembu Sekilan.”
(Kusyoto,2013:32)
Dari kutipan diatas bagaimana sang
Sri Krishna pasrah kepada Tuhannya
untuk
diberikan
petunjuk,
seolah
memberikan kita gambaran sebagai
peneliti bagaimana kita berapsrah diri
kepada sang pencipta pemilik semesta ini
dan kita hanya bisa berusaha sedang
pemberi takdir adalah sang Kuasa.
Meskipun jika didalami dari kutipan
tersebut maka akan tergambarkan sebuah
hal yang biasa dikatakan mistik dalam hal
ini adalah mistik kejawen (Jawa). Namun,
tidak bisa dipungkiri sedikit demi sedikit
akan memupuk sikap sadar terhadap
kodrat (takdir) Tuhan. Apapun yang
dilakukan manusia, telah dikodratkan oleh
36
Jurnal Buana Bastra
Tahun 5. No.1 April 2018
dalam lingkup sopan santun berbahasa,
seperti pada masyarakat Jawa pada
umumnya dimana kita berbicara harus
melihat dengan siapakah kita berbicara
lebih tua atau muda, dengan kasta
(pangkat dalam Kesultanan) Masyarakat
Jawa dalam hal berbicara juga memandang
kedudukan (status) ditentukan oleh banyak
hal
seperti,
kekayaan,
keturunan,
pendidikan, pekerjaan, usia, kekeluargaan
dan kebangsaan, tetapi yang terpenting
adalah pilihan bentuk dua gaya, begitu
juga gaya bicara dalam semua hal
ditentukan untuk sebagian oleh status
relative (keakraban) para pembicara.
beras atau gandum ataua sebutir biji sawi
atau sebutir jewawut”, yang sama dengan
Brahma dan oleh karena itu “lebih besar
daripada bui, daripada angkasa, daripada
langit”.penyamaaan jiwa individual dan
jiwa semesta alam merupakan jantung
theology Hindu. Sukarlah, bila tidak
musthail, menentukan mana bagian Islam
dan mana bagian Hindu, atau yang disebut
Jawa-Hindu dalam pengaruhnya terhadap
ajaran mengenai “Tuhan di dalam diri
manusia”,
seperti
sekarang
yang
ditemukan di pulau Jawa.
Setelah membahas tentang nilai
religius yang terdapat pada novel, penulis
juga membahas tentang folosofi wayang
dalam kehidupan dan Tuhan dalam
masyarakat
Jawa,
Wayang
atau
pewayangan bukan sekedar hiburan disaat
masyarakat Jawa mempunyai kegiatan saja
dan sarana seni pertunjukkan disaat hari
libur panjang atau lain sebagainya namun
wayang atau pewayangan memiliki arti
lebih dalam da nada kaitannya dengan
filosofi kehidupan manusia dengan Tuhan.
bahwa wayang bukan hanya sekedar
seni namun lebih masuk ke dalam arti dan
makna kehidupan dari manusia, sebagai
filsafat bagi orang Jawa sebagai usaha
untuk memperoleh pengertian dan
pengetahuan
tentang
arti
sebuah
kehidupan dengan menggunakan rasio dan
indar bati yang meliputi Jiwa, cipta, dan
rasa. Wayang juga sebagai gambaran akan
kehidupan masyarakat Jawa tentang arti
benar dan salah, hal ini karena wayang
sering memainkan Lakon (peran) dari
kisah Mahabharata dan Ramayana dengan
diselipkan tokoh lain seperti halnya para
Punakawan. Dari kisah-kisah roman inilah
pesan moral atau sekilas kehidupan
menggambarkan kehidupan yang baik dan
benar dan sebagai pengetahuan tatanan
kehidupan masyarakat Jawa.
Sementara itu aspek-aspek lain
seperti aspek hukum yang ada di dalam
novel lebih condong ke dalam aspek
hukum agama Islam dimana hukum rajam
yang berlaku dan sebagai bukti tertulis di
dalam novel. Lalu aspek aspek moral
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada
novel Laskar Kesanghyangan karya
Kusyoto dengan menggunakan teori
sinkretisme. Dapat ditunjukkan bahwa di
dalam novel Laskar Kesanghyangan
terdapat unsur sinkrestime, sebagai bukti
dalam proses penyembuhan kelima ksatria
Pandawa hanya dapat disembuhkan oleh
Raden Wiralodra yang mempunyai ajian
Lembu Sekilan dan kumandang adzan.
Dalam novel Laskar Kesanghyangan
karya Kusyoto dengan menggunakan teori
sinkretisme terdapat juga berbagai aspekaspek yang meliputi, aspek agama, aspek
hukum, dan aspek sosial. Dimana semua
aspek ini saling berhubungan di dalam
kehidupan yang ada di dalam novel.
Sedangkan nilai religius yang ada di dalam
novel adalah dalam menjalani kehidupan
ataupun
ketika
seorang
hamba
mendapatkan karunia ataupun musibah
kita harus selalu berserah kepada yang
maha kuasa, seperti halnya Sri Krishna
yang berserah diri kepada Tuhan agar
diberi petunjuk untuk membuka tabir
kutukan yang menimpa kelima ksatria
Pandawa.
SARAN
saran yang ingin diajukan peneliti yaitu:
1. Penelitian ini diharapkan menjadi
referensi bagi pengajaran dan pendidik
37
Jurnal Buana Bastra
Tahun 5. No.1 April 2018
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
bahasa dan sastra Indonesia secara
umum.
2. Penelitian ini diharapkan menjadi
referensi bagi mahasiswa yang ingin
melakukan penelitian tentang teori
sinkretisme, terutama tentang sebuah
budaya dan sosial yang berasal dari dua
agama yang berbeda.
3. Diharapkan penelitian ini dapat
digunakan
untuk
memperkaya
pengetahuan tentang sejarah agama di
suatu
daerah
tertentu,
tentang
kebudayaan
dan
sosialkultural
kehidupan masyarakat, dan dapat
mengerti dan memahami tujuan dari
mempelajari ilmu tentang sastra.
Woordward, Mark, R. 1999. Islam Jawa :
Kesalahan Normatif versus Kebatinan.
Yogyakarta: LKiS
Zoetmulder. 1991. Manunggaling Kawulo
Gusti: Pantheisme dan Monisme dalam
Sastra Suluk Jawa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2009. “Metode
Penelitian Sastra: Sebuah Pengantar”.
Hand Out Kuliah. Surakarta: FKIP –
UMS. 2006. Dimensi Sosial Keagamaan
dalam Fiksi Indonesia Modern. Surakarta:
Smart Media.
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Endraswara, Suwardi. 2014. Mistik
Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme, dan
Sufisme dalam Budaya Spiritual Jawa.
Yogyakarta: NARASI.
Geertz, Clifford.1989. Abangan, Santri,
Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan
Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Kusyoto. 2013. Laskar Kesanghyangan.
Yogyakarta: DIPTA.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
38