LITERATURE REVIEW
KEPUASAN KERJA: PENGARUH KOMUNIKASI DAN LINGKUNGAN KERJA
Tugas (UAS) ini dibuat untuk mata kuliah Perilaku Organisasi
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Mukmin Suryatni,MM
Disusun oleh :
Ria Ariyanti Oktaviana (A1B022359)
H MSDM
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MATARAM
2024/2025
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komunikasi dan lingkungan
kerja terhadap kepuasan kerja berdasarkan tinjauan literatur. Kepuasan kerja merupakan aspek
penting yang memengaruhi produktivitas dan kinerja organisasi. Komunikasi yang efektif, baik
secara horizontal maupun vertikal, dapat meningkatkan rasa keterlibatan karyawan,
mengurangi konflik, dan menciptakan suasana kerja yang kondusif. Di sisi lain, lingkungan
kerja yang nyaman, meliputi aspek fisik seperti kebersihan dan pencahayaan, serta aspek
psikologis seperti hubungan antarindividu, berkontribusi secara signifikan terhadap
kesejahteraan karyawan. Berdasarkan hasil kajian literatur, ditemukan bahwa komunikasi dan
lingkungan kerja secara sinergis berkontribusi terhadap peningkatan kepuasan kerja. Hubungan
ini menunjukkan bahwa organisasi perlu memberikan perhatian pada strategi komunikasi yang
inklusif dan perbaikan lingkungan kerja untuk menciptakan kondisi kerja yang optimal.
Temuan ini memberikan wawasan praktis bagi manajemen dalam meningkatkan kesejahteraan
dan kinerja karyawan.
Kata Kunci : Kepuasan Kerja, Komunikasi, Lingkungan Kerja, Produktivitas, Kesejahteraan
Karyawan
Abstract : This study aims to analyze the influence of communication and work environment
on job satisfaction based on a literature review. Job satisfaction is a crucial factor affecting
organizational productivity and performance. Effective communication, both horizontal and
vertical, enhances employee engagement, reduces conflicts, and fosters a conducive working
atmosphere. Similarly, a supportive work environment, including physical aspects such as
cleanliness and lighting, as well as psychological aspects like interpersonal relationships,
significantly contributes to employee well-being. The literature review findings indicate that
communication and work environment synergistically impact job satisfaction. This relationship
highlights the need for organizations to implement inclusive communication strategies and
improve workplace conditions to optimize employee performance. These findings provide
practical insights for management to enhance employee well-being and productivity.
Keywords : Job Satisfaction, Communication, Work Environment, Productivity, Employee
Well-being
1. PENDAHULUAN
Sumber daya yang paling penting bagi keberlangsungan perusahaan dalam mencapai tujuannya
adalah sumber daya manusianya. Sumber daya manusia perusahaan berfungsi sebagai panduan untuk
sukses, dan kepuasan kerja adalah faktor yang harus dilacak saat berkembang (Dalena, Ali, &
Ediwarman, 2020). Masuk akal bahwa sumber daya manusia perlu ditangani dengan baik. Mewujudkan
kebahagiaan kerja bagi seluruh karyawan adalah salah satunya. Tenaga kerja pasti akan terpengaruh
oleh ini. Karyawan berfungsi sebagai aset bagi organisasi, menyumbangkan vitalitas, bakat, dan
orisinalitas. Lingkungan kerja fisik dan non fisik harus ramah dan nyaman bagi karyawan sebagai
hasilnya. Tempat kerja, kenyamanan saat ini, kerapian, pencahayaan, ketenangan, dan hubungan antar
rekan kerja adalah bagian dari lingkungan kerja (Sulistyawati, Setyadi, & Nawir, 2022). Lingkungan
kerja organisasi berperan dalam membuat karyawannya nyaman dan mendorong produktivitas.
Interaksi interpersonal antara penyelia dan rekan kerja juga merupakan bagian dari ini di dalam
perusahaan. Lingkungan kerja yang positif tentunya akan meningkatkan perasaan kepuasan kerja
karyawan. (Putranto, Suryoko, & Waloejo, 2013).
Dalam sebuah perusahaan, komunikasi sama pentingnya dengan lingkungan kerja. Kerja sama
mereka akan meningkat dengan meningkatnya komunikasi. Saling menghormati, kepercayaan,
transparansi, dan akuntabilitas semua dapat dipupuk melalui komunikasi yang efektif (Fauziah, Ali, &
Ediwarman, 2020). Atasan menggunakan komunikasi dengan bawahannya untuk melaksanakan tugas
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Agar hubungan profesional tetap
berjalan. komunikasi harus efektif. Karena menyangkut kehidupan organisasi, yang dikomunikasikan
dari satu pihak ke pihak lain, komunikasi terus-menerus sangat penting. Jika pekerja, dapat bekerja
dalam suasana yang nyaman dan ada komunikasi yang baik antar staf, maka akan menimbulkan
kepuasan kerja (Safitri, Husniati, & Permadhy, 2021). Secara umum, lingkungan kerja yang buruk dan
komunikasi yang buruk di tempat kerja adalah penyebab utama ketidakbahagiaan kerja. Karyawan
menanggapi ketidakpuasan dengan berbagai cara, termasuk penurunan kinerja, pemogokan, dan
mengomunikasikan ketidakpuasan mereka.
Penting untuk dipahami bahwa terdapat cara-cara untuk dapat menjaga kepuasan kerja karyawan,
salah satunya dengan menciptakan komunikasi yang efektif dan lingkungan kerja yang nyaman dan
aman. Keberhasilan mengelola suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh kegiatan pemanfaatan sumber
daya manusia. Keberhasilan suatu organisasi tergantung pada komunikasi internalnya, yang
menumbuhkan interaksi timbal balik antara semua anggota, baik itu berupa arahan, rekomendasi,
pendapat, atau kritik. (M. P. P. Saputra & I. Adnyani, 2018). Kemampuan organisasi untuk
meningkatkan kepuasan kerja karyawan akan dipengaruhi secara signifikan dan berdampak positif
dengan penggunaan sumber daya manusia yang efektif. (Paripurna & Diatmika, 2013). Pengaruh
komunikasi dan kondisi lingkungan kerja terhadap tingkat kepuasan karyawan menjadi fokus utama
dalam menjalin komunikasi yang efektif serta menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan aman.
Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan ”Literature Review” sebagian elemen yang
memengaruhi komunikasi dan lingkungan kerja untuk diteliti serta dievaluasi dalam artikel ini. Secara
khusus, tujuan dari penulisan literature review ini adalah untuk menganalisis dampak faktor eksternal,
seperti komunikasi dan lingkungan kerja, terhadap kepuasan karyawan.
1) Pengaruh Komunikasi terhadap Kepuasan Kerja.
2) Pengaruh Lingkugan Kerja terhadap Kepuasan Kerja.
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Kepuasan Kerja
2.1.1 Definisi Kepuasan Kerja
Robbins (2003), mendefinisikan kepuasan kerja ialah tingkat kepuasan kerja seseorang ditentukan
oleh bagaimana mereka biasanya berperilaku terhadap pekerjaannya (Dhermawan, Sudibya, & Utama,
2012). Tingkat kepuasan kerja yang tinggi dan perilaku positif di tempat kerja juga ada. Suwarno dan
Juni Priansa (2011) mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan kesan seseorang terhadap
pekerjaan yang dilakukannya dapat diturunkan dari perilakunya dan berbagai sudut pandang yang ada
di tempat kerja. (Haryadi et al., 2022). Hasibuan (2011), mengungkapkan kepuasan kerja ialah memiliki
pekerjaan yang dinikmati akan menghasilkan perilaku emosional yang menyenangkan. (Nabawi, 2019).
Menurut Robbins (2008) kepuasan kerja merupakan sikap seseorang terhadap pekerjaannya secara
umum. Selain itu, pekerjaan yang menuntut interaksi dengan rekan kerja, atasan, kebijakan organisasi,
standar kinerja, keadaan kerja, dll. (Gofur, 2018).
Faktor penting dalam menentukan kinerja perusahaan menurut penelitian terdahulu adalah
kepuasan kerja. Penelitian ini juga menemukan hubungan antara kepuasan kerja dan gaji, stres kerja,
pemberdayaan, kebijakan dan administrasi perusahaan, prestasi, pertumbuhan pribadi, hubungan
dengan rekan kerja, dan kondisi kerja secara umum. Organisasi mendapatkan keuntungan dari kepuasan
karyawan karena pekerja konten lebih berdedikasi dan terdorong, yang dapat meningkatkan kualitas
output mereka (Saputra & Adnyani, 2018). Kepuasan kerja dihasilkan dari lingkungan kerja saat ini di
dalam perusahaan. Kepuasan kerja merupakan cerminan dari bagaimana perasaan karyawan tentang
tempat kerja mereka, termasuk apakah mereka bahagia atau tidak bahagia, nyaman atau tidak nyaman.
Tingkat kepuasan kerja akan diungkapkan oleh perilaku karyawan yang positif atau negatif. Kepuasan
kerja karyawan bersifat dinamis, artinya terkadang bervariasi. Karyawan mungkin tidak pernah merasa
tidak puas dengan pekerjaannya, tetapi mereka akan merasa puas jika manajemen berubah. Untuk
memberi karyawan tempat kerja yang menyenangkan, pebisnis harus selalu inovatif.
Penelitian yang dilakukan oleh (Area, 2022) meneliti tentang melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja. Dia sampai pada kesimpulan bahwa fasilitas peralatan, perilaku
karyawan, lingkungan tempat kerja karyawan, tantangan pekerjaan, sistem penghargaan yang adil,
dukungan lingkungan kerja, dan sikap rekan kerja adalah semua elemen yang mempengaruhi kepuasan
kerja di tempat kerja. (Area, 2022) Lingkungan fisik dan non fisik merupakan dua macam faktor yang
berdampak pada kebahagiaan karyawan. Kedua elemen ini memiliki dampak besar pada kepuasan kerja.
Berdasarkan pengertian diatas dapat dibuat kesimpulan bahwa kepuasan kerja itu adalah suatu keadaan
dimana seorang karyawan itu merasa bangga, gembira, merasa diperlakukan adil, diakui dan
diperhatikan oleh atasannya, serta merasa nyaman karena pekerjaannya. Menurut (li & Pustaka, 2011),
terdapat berbagai teori kepuasan kerja, antara lain:
1) Teori Keseimbangan (Equity Theory), Menurut teori ini, kepuasan atau ketidakpuasan seseorang
akan bergantung pada apakah dia mempersepsikan keadilan untuk sesuatu atau aspek tertentu. Menurut
gagasan ini, pemerataan terdiri dari tiga faktor, yaitu:
1. Inputs: Segala sesuatu yang dianggap berharga dan digunakan karyawan dalam pekerjaan mereka.
Misalnya, kemampuan, pengetahuan, dan lain sebagainya.
2. Outcomes: segala sesuatu yang berharga yang dialami seseorang sebagai hasil usahanya, seperti
kompensasi, imbalan, dan lain sebagainya.
3. Comparisons Persona: Kontras Perbandingan masukan dan hasil yang dihasilkannya.
2) Teori Perbedaan (Discrepancy Theory), (li & Pustaka, 2011) mengemukakan bahwa seseorang dapat
menilai kepuasan kerja dengan mengevaluasi perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang
sebenarnya dialami.
3) Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfilment Theory) menurut teori ini, terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan karyawan menentukan apakah mereka puas atau tidak dalam pekerjaannya. Selama mereka
menerima apa yang mereka butuhkan, karyawan akan senang. Sejauh mana tuntutan karyawan
ditangani menentukan seberapa puas mereka nantinya.
4) Teori Pandangan Kelompok Sosial (Social Reference Group Theory) menurut teori ini, kepuasan
kerja karyawan sangat bergantung pada pandangan dan pendapat kelompok yang dianggap karyawan
sebagai kelompok referensi mereka, bukan hanya pada pemenuhan kebutuhan.
5) Teori Dua Factor (Two Factor Theory), teori yang dikemukakan oleh Hezberg bahwakepuasan kerja
dan ketidakpuasan kerja bukanlah variabel continue, merupakan faktor kelima. Situasi yang
mempengaruhi perilaku seseorang terhadap pekerjaannya dibagi menjadi dua kategori berdasarkan
temuan penelitian Herzberg, yaitu:
1. Kepuasan intrinsik atau motivator, faktor atau situasi yang terbukti menjadi sumber kepuasan yang
terdiri dari: prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, dan pengembangan potensi
individu.
2. Kepuasan ekstrinsik atau hygiene factors, yaitu unsur-unsur yang diketahui menjadi sumber
ketidakpuasan, seperti stabilitas dan posisi pekerjaan, pengawasan teknis, kebijakan dan administrasi
bisnis, gaji, dan hubungan interpersonal.
6) Teori Pengharapan (Expectancy Theory), enyatakan bahwa seseorang akan berperilaku atau
bertindak dengan cara tertentu, misalnya karena mereka termotivasi untuk memilih terlalu banyak
tindakan atau perilaku lain karena tindakan tersebut akan menghasilkan hasil yang mereka antisipasi.
Peneliti sebelumnya telah banyak meneliti karakteristik kepuasan kerja ini, diantaranya ialah sebagai
berikut: (Dhermawan et al., 2012) Haryadi et al. (2022), (Nabawi, 2019), (Gofur, 2018), (Wibowo, Al
Musadieq, & Nurtjahjono, 2014), (Novelia, 2011), (et al., 2020).
2.1.2 Indikator Kepuasan Kerja
Berikut indikator kepuasan kerja yang dikutip oleh (Nabawi, 2019):
a. Gaji, jumlah yang diperoleh sebagai kompensasi untuk melakukan pekerjaan, dan apakah itu adil dan
memadai.
b. Pekerjaan itu sendiri, yaitu khususnya isinya dan apakah ada elemen yang memuaskan.
c. Rekan kerja, yaitu khususnya teman yang bekerja bersama secara teratur.
d. Atasan, ialah orang yang terus-menerus memberikan arahan atau perintah kepada karyawan.
e. Promosi, yaitu kemungkinan seseorang dapat maju melalui kenaikan jabatan.
f. Lingkungan kerja, baik dari lingkungan fisik maupun non fisik.
Indikator kepuasan kerja menurut (Prestasi et al., 2013) adalah sebagai berikut:
- Upah adalah imbalan yang cukup besar yang diberikan kepada pegawai sesuai dengan volume atau
sifat pekerjaannya, dan besarnya ditentukan berdasarkan kesepakatan.
- Rasa aman, hal ini merupakan kebutuhan dasar semua para pekerja dan hanya bisa didapatkan melalui
"sebuah hubungan yang penuh kehangatan dan dilandasi rasa percaya". Jika hal ini didapatkan maka
akan membuat seseorang merasa bahwa dirinya dicintai, diinginkan, dan dihargai.
- Pengaruh antar pribadi.
- Keadaan tempat kerja meliputi udara, suhu, cahaya, suara, getaran, dan lokasi tempat kerja. Variabelvariabel ini harus dipenuhi untuk melakukan aktivitas pekerjaan dan mengubah bahan dan peralatan
menjadi produk kerja.
e. Peluang pengembangan dan peningkatan diri.
2.2 Komunikasi
2.2.1 Definisi Komunikasi
James A.F. Stones mengatakan bahwa komunikasi merupakan suatu proses ketika seseorang
berusaha menyampaikan pengertian melalui pergantian peran. Metode komunikasi seseorang dengan
orang lain disebut sebagai mode komunikasi mereka. Ada banyak orang yang terlibat dalam
komunikasi, dan setiap orang menyatakan sesuatu kepada yang lain. Komunikasi menurut Olteanu
(2013) adalah omunikasi sebagai interaksi antara pembicara dan pendengar. Dibutuhkan dua orang atau
lebih untuk melakukan proses komunikasi (Sari & Pujiastuti, 2020). Brent D. Rubben dalam
Muhammad (2011) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses yang melibatkan hubungan antara
orang, kelompok, organisasi, dan komunitas melalui penciptaan, transmisi, dan penggunaan informasi
untuk mempengaruhi lingkungan. Untuk memenuhi tujuan organisasi, suatu organisasi membutuhkan
komunikasi yang efektif antara bawahan dan atasan (Sukarja & Machasin, 2016).
Courtland L. Boove dan John V. Thill (2003) mendefinisikan komunikasi sebagai proses
penerimaan dan penyampaian pesan. Sedangkat menurut Pace et al. (2013) dan Handoko (2003),
komunikasi adalah proses penyampaian makna berupa gagasan atau informasi dari satu orang ke orang
lain. Transmisi pemahaman ini melibatkan lebih dari sekadar kata-kata yang diucapkan; itu juga
memperhitungkan hal- hal seperti jeda vokal, nada, dan emosi wajah. Transfer yang efektif tidak hanya
memerlukan pengangkutan data, tetapi juga pengiriman dan penerimaan pesan, yang keduanya sangat
bergantung pada keterampilan khusus (membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, dll.) untuk
memfasilitasi pertukaran informasi (Maulina, 2018). Secara umum tujuan komunikasi adalah untuk
memastikan bahwa apa yang kita katakan dapat dipahami oleh orang lain, sehingga mereka dapat
menerima gagasan kita dan mengambil tindakan. Singkatnya, komunikasi berusaha untuk
mengantisipasi pemahaman, serta kesepakatan dengan ide-ide, dan perilaku.
Dengan mengkomunikasikan kepada pekerja apa yang diharapkan dari mereka, bagaimana
melakukan tugas mereka secara efektif, dan apa yang diharapkan dari mereka, komunikasi membantu
pertumbuhan motivasi. Banyak peluang awal karyawan untuk keterlibatan sosial berasal dari rekan
kerja mereka. Metode kunci untuk mengungkapkan ketidakpuasan atau kepuasan di antara anggota
kelompok adalah komunikasi. Ekspresi emosional perasaan dan kepuasan kebutuhan sosial
diungkapkan melalui komunikasi. Kemampuan untuk memfasilitasi pengambilan keputusan adalah
tujuan akhir dari komunikasi. Individu dan kelompok dapat bertukar informasi melalui komunikasi
untuk membuat keputusan dan mentransfer informasi untuk menemukan dan mengevaluasi pilihan yang
berbeda.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pengertian diatas bahwa komunikasi itu adalah suatu proses
atau tindakan menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima, melalui komunikasi lisan lewat
pelafalan kata-kata dan penggunaan bahasa, misalnya percakapan. Dan melalui komunikasi tertulis
yang dilakukan melalui tulisan, contohnya mengirim surat. Menurut Bungin yang mengutip pernyataan
Sendjaja dalam bukunya "Mengenal Sosiologi Komunikasi" ada empat tujuan komunikasi dalam
sebuah organisasi, sebagai berikut:
1) Fungsi informatif
Komunikasi digunakan untuk memastikan bahwa setiap orang mendapat informasi dan mampu
melakukan berbagai tanggung jawab atau pekerjaan mereka, komunikasi digunakan untuk
menyampaikan informasi sebanyak mungkin ke seluruh organisasi.
2) Fungsi regulative
Fungsi regulative ini merupakan peraturan yang berlaku dalam suatu perusahaan terkait dengan. peran
pengaturan ini. Efektivitas peraturan ini di semua lembaga dipengaruhi oleh dua unsur. Pertama,
penyelia atau mereka yang berada lebih jauh dalam rantai manajemen, khususnya mereka yang
memiliki kewenangan untuk mengontrol bagaimana semua informasi dikomunikasikan.
3) Fungsi persuasive
Manajemen, kontrol, dan operasionalisasi organisasi tidak hanya membutuhkan posisi dan kekuasaan,
tetapi juga kemampuan persuasif jika setiap anggota ingin menjadi lebih dari sekadar pegawai rutin
atau pegawai dalam posisi tugas.
4) Fungsi integrative
Peran ini berupaya untuk mempromosikan interaksi formal dan informal di (Sukarja, 2015)antara
anggota organisasi melalui berbagai kegiatan komunikasi, termasuk kunjungan lapangan yang dihadiri
oleh seluruh anggota.
Peneliti sebelumnya telah banyak meneliti karakteristik kepuasan kerja ini, diantaranya ialah sebagai
berikut: Fabiana Meijon Fadul (2019), Nisa (2016), (Nurmayanti & Sudrajat, 2021), (Sari & Pujiastuti,
2020), (Sukarja, 2015), (Wibowo et al., 2014), Fredy & Keifer (1967), Ii & Teori (2014).
2.2.2 Indikator Komunikasi
Indikator komunikasi menurut (Yuda & Hasan, 2016) antara lain:
a. Komunikasi Vertical Kebawah (Downdward Communication)
Komunikasi yang menunjukkan arus informasi dari atasan atau pimpinan kepada bawahannya disebut
sebagai komunikasi ke bawah.
b. Komunikasi Vertical Keatas (Upward Communication)
Transmisi komunikasi dari bawahan ke atasan atau dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih
tinggi dikenal sebagai komunikasi ke atas.
c. Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication)
Pesan antara individu dalam organisasi yang memiliki tingkat kekuasaan yang sama disebut sebagai
komunikasi horizontal.
d. Komunikasi Diagonal (Diagonal Communication)
Komunikasi diagonal terjadi ketika dua tingkat organisasi yang berbeda terlibat.
Adapun indikator menurut Soemarmo (Hendriana, Rochaeti & Sumarmo, 2017) adalah sebagai berikut:
- Menyatakan benda-benda nyata
- Menjelaskan ide
- Menjelaskan serta membuat pernyataan
- Mendengar dan kemudian berdiskusi.
- Membuat asumsi dan membangun argument (Rahmawati, Bernard, & Akbar, 2019).
Ada beberapa indikator komunikasi yang efektif menurut Sutardji (2016), yaitu (Williianti, 2020):
a. Pemahaman
apasitas untuk benar-benar memahami komunikasi dalam konteks yang dimaksud komunikator. Saling
pengertian adalah tujuan akhir dari komunikasi, dan untuk itu terjadi, baik komunikator dan komunikan
harus menyadari peran masing-masing. Komunikan dapat menerima pesan yang dikirimkan oleh
komunikator sedangkan komunikator dapat mengirimkan pesan.
b. Kegemaran
Proses komunikasi selain menyampaikan informasi dengan sukses, selain penyampaian informasi yang
efektif, komunikasi juga dapat berlangsung antara kedua belah pihak dalam lingkungan yang
menyenangkan. Orang akan merasa lebih nyaman bercakap-cakap di lingkungan yang lebih santai dan
menyenangkan daripada di lingkungan yang sempit. Dalam suasana seperti itu, komunikasi berjalan
lancar, dan akan menghasilkan kesan yang menarik.
c. Dampak terhadap perilaku
komunikasi sebagian besar digunakan untuk mengubah sikap. Ketika seseorang mengubah perilakunya
sebagai hasil komunikasi dengan orang lain, ini menunjukkan bahwa komunikasi
itu berhasil. Sebaliknya, jika sikap seseorang berubah, komunikasi menjadi tidak efektif.
d. Hubungan yang baik
Hal itu secara tidak sengaja memunculkan tingkat hubungan interpersonal dalam proses komunikasi
yang berhasil. Ketika dua orang berbagi visi yang sama, serupa dalam temperamen, atau sebaliknya,
hubungan akan berkembang secara alami.
e. Perilaku
Jika kedua belah pihak mengubah tindakannya terhadap komunikator dan komunikator setelah
bercakap-cakap, maka komunikasi berhasil. (DAULAY, 2021).
2.3 Lingkungan Kerja
2.3.1 Definisi Lingkungan Kerja
Menurut Wursanto (2009), Aspek fisik dan psikologis tempat kerja berpengaruh terhadap
karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. (Nabawi, 2019). Menurut Danang sunyoto
(2012) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai terdiri dari semua elemen yang mempengaruhi
seberapa baik karyawan melakukan tugas yang diberikan, seperti tingkat kebersihan, musik, dan
pencahayaan. (Technology, 2010). Suntoyono (2013) mengungkapkan bahwa lingkungan tempat kerja
lingkungan kerja meliputi segala sesuatu yang dekat dengan karyawan dan berpengaruh besar terhadap
hal-hal seperti kebersihan, kualitas udara, keselamatan kerja, dan pencahayaan (Nasution & DR. 2020).
Masing-masing faktor ini berdampak besar pada seberapa baik pekerja melakukan tugas yang diberikan
kepada mereka. Menurut Noah dan Stave (2012), integritas hubungan dengan rekan kerja merupakan
lingkungan kerja. Tempat kerja adalah lingkungan kerja dalam segala hal. Karyawan hadir di tempat
kerja, di mana mereka terlibat dalam tugas-tugas yang berhubungan dengan pekerjaan dan terlibat
dalam berbagai koneksi dengan karyawan lain (Josephine, 2017).
Menurut Sedarmayanti (2001), lingkungan kerja seseorang terdiri dari semua alat dan bahan yang
mereka gunakan, serta lingkungan tempat mereka beroperasi, serta proses kerja dan sistem organisasi
mereka, baik secara individu maupun kolektif. Menurut (Swastha dan Sukotjo, 2004:26), tempat kerja
juga dapat dilihat sebagai kumpulan variabel luar yang berdampak pada bisnis dan operasinya
(Pangestu, Mukzam, & Ruhana, 2017). Menurut keempat sudut pandang para ahli tersebut, lingkungan
kerja sepenuhnya didefinisikan sebagai situasi yang baik secara fisik maupun virtual dapat memberikan
kesan positif, aman, dan nyaman bagi karyawan yang dapat mempengaruhi cara mereka menjalankan
tugasnya. Dengan memberikan gagasan bahwa Anda merasa nyaman di tempat kerja, Anda dapat
mengurangi perasaan gelisah dan bosan di tempat kerja. Kenyamanan ini tidak diragukan lagi akan
berdampak pada seberapa termotivasi dan puas karyawan di tempat kerja. Di sisi lain, ketidaknyamanan
di tempat kerja bisa berakibat fatal karena mengurangi motivasi karyawan untuk pekerjaan mereka dan
menyebabkan ketidakpuasan kerja, yang mengurangi produktivitas mereka. (Aruan & Fakhri, 2015).
Lingkungan kerja yang khas terdiri dari lingkungan kerja psikologis dan fisik (Suwanto dan Priansa.
2011). Sedarmayanti (2011) membagi tempat kerja menjadi dua kelompok, antara lain: (Aruan &
Fakhri, 2015).
1) Lingkungan kerja fisik, yang terdiri dari semua elemen fisik eksternal yang dapat berdampak
langsung atau tidak langsung terhadap karyawan.
2) Lingkungan kerja non-fisik mencakup segala situasi di mana peristiwa-peristiwa berhubungan
dengan tempat kerja, termasuk interaksi dengan atasan dan rekan kerja.
3) Variabel sebelumnya telah melakukan penelitian signifikan pada variabel lingkungan kerja ini..
diantaranya ialah sebagai berikut: (Nabawi, 2019), (Firmansyah & Mahardhika, 2018), (Nasution &
DR. 2020), (Josephine, 2017), (et al., 2022).
2.3.2 Indikator Lingkungan Kerja
Indikator lingkungan kerja merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.
Tempat kerja, seperti yang didefinisikan oleh Nitisemito (2002), terdiri dari semua elemen yang
mungkin berdampak pada kemampuan seseorang untuk memenuhi tanggung jawab yang telah
didelegasikan kepadanya. Peneltian yang dilakukan oleh Kastoro (2008) menjelaskan bahwa
Lingkungan kerja yang baik adalah salah satu yang mempromosikan kemanjuran sosial tugas kerja yang
baik bagi karyawan, yang meningkatkan kepuasan kerja (Paripurna & Diatmika, 2013). Menurut
Sedarmayanti (2011) Empat indikator lingkungan kerja, yaitu: (Et.al, 2016).
a. Pencahayaan
Penerangan kantor yang tepat sangat penting untuk kebersihan kegiatan operasional bisnis karena
membantu meningkatkan moral staf dan memungkinkan mereka menghasilkan pekerjaan berkualitas
tinggi.
b. Suhu di tempat bekerja
Karyawan membutuhkan udara yang cukup untuk bernapas di kantor karena jumlah pergerakan udara
yang sehat membuat mereka tetap bugar secara fisik. Motivasi pekerja untuk menyelesaikan tugasnya
akan menurun atau semangat kerja mereka akan menurun jika lingkungan kerja terlalu panas.
c. Keamanan kerja
Moral dan kinerja karyawan secara signifikan dipengaruhi oleh rasa aman mereka. Keamanan dalam
konteks ini mengacu pada keamanan yang dapat diterapkan pada tempat kerja yang sebenarnya.
Karyawan akan gelisah, tidak bisa fokus pada pekerjaannya, dan semangat kerjanya akan turun jika
tempat kerja tidak aman.
d. Kebersihan.
Oleh karena itu, lingkungan tempat kerja harus dijaga kebersihannya. Karyawan dapat merasa nyaman
bekerja berkat kebersihan ruang kerja.
Sedarmayanti (2009) berpendapat bahwa indikator lingkungan kerja adalah sebagai berikut: (Saleh &
Utomo, 2018):
a. Pencahayaan
Suasana ruangan akan tampak suram jika penerangan minim. Selain itu, pekerja cenderung terlalu
memanjakan diri dan malas. Lebih baik mengatur pencahayaan terbaik yang tersedia dalam keadaan ini
sehingga pekerja dapat bekerja lebih efektif.
b. Suhu udara
Untuk mendukung kebutuhan fisik karyawan, harus ada sirkulasi udara yang memadai. Suhu udara
ruangan juga harus diperhitungkan. Hindari membuatnya terlalu panas atau terlalu dingin karena
keduanya jelas dapat berdampak pada seberapa efektif kinerja karyawan.
c. Kebisingan
Jaga agar tempat kerja tetap tenang agar tidak mengganggu para pekerja. Oleh karena itu, ruang perlu
menekankan suasana tenang. Kebisingan dari luar juga dapat mengganggu ketenangan. Dengan
mengurangi kebisingan, bisnis harus memperhatikannya.
d. Warna dan ruang gerak
Tidak dapat dipungkiri bahwa warna sebuah ruangan memiliki pengaruh terhadap lingkungan di
dalamnya. Warna-warna lembut harus digunakan di tempat kerja untuk menciptakan suasana yang tepat,
terutama dalam hal warna dinding. Lingkungan kerja harus memberikan ruang yang cukup bagi
karyawan. Hindari membiarkan ruangan menjadi terlalu luas. Jika terlalu banyak, tidak akan ada cukup
ruang untuk bergerak dan tidak akan nyaman.
e. Keamanan dan hubungan antar pegawai
Setiap orang mencari rasa aman. Personil keamanan yang kuat diperlukan mengingat hal ini. Termasuk
juga para karyawan. Pengaturan harus sadar keamanan. Karyawan tidak akan merasa aman atau betah
dalam bekerja jika tidak ada rasa aman. (Saleh & Utomo, 2018).
2.4 Kerangka Konseptual
Berdasarkan dengan rumusan masalah dan kajian teori yang sudah dibahas diatas serta relevan,
pembahasan pengaruh antar variabel tersebut dapat diperoleh kerangka berfikir atau conceptual
framework pada artikel ini adalah sebagai berikut :
Komunikasi
(X1)
H1
Kepuasan Kerja
(Y1)
H2
Lingkungan Kerja
(X2)
Gambar 1: Kerangka Konseptual
Berdasarkan analisis teoritis dan review temuan dari publikasi utama dan gambar dari kerangka
konseptual, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dan lingkungan kerja berdampak pada kepuasan
kerja.
2.5 Pengembangan Hipotesis
2.5.1 Komunikasi terhadap Kepuasan Kerja
Menurut penelitian Ali dan Haider (2012), terdapat tiga aspek komunikasi yang memiliki pengaruh
besar terhadap kepuasan kerja. Sumanang (2005) berpendapat bahwa komunikasi yang efektif memiliki
dampak yang signifikan terhadap kepuasan kerja pekerja. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa
komunikasi dan kepuasan kerja berhubungan erat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui apakah komunikasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.
(Ardiansyah, 2016). Hasil penelitian Hidayat (2013); Paripurna and Diatmika (2013); M. P. P. Saputra
and L. G. A. D. Adnyani (2018) Berpendapat bahwa komunikasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Mempertimbangkan uraian sebelumnya, hipotesis pertama pada penelitian ini adalah:
H1: Ada pengaruh yang signifikan dari komunikasi terhadap kepuasan kerja.
2.5.2 Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan kerja
Robbins (1996) (Septian & Pangestu, 2017) menyatakan Lingkungan kerja yang mendukung
merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kepuasan kerja. Bekerja membutuhkan suasana kerja
yang positif. Karyawan juga membutuhkan lingkungan kerja yang baik dan unsur-unsur yang
memfasilitasi pekerjaan mereka selain kenyamanan. Karyawan mungkin merasa lebih puas dengan
pekerjaannya sebagai akibat dari berbagai elemen yang mendukung pekerjaan mereka. Hasil penelitian
Lumentut and Dotulong (2015); Wibowo (2014); dan Aruan & Fakhri (2015). Berpendapat bahwa
lingkungan kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Mempertimbangkan uraian sebelumnya,
hipotesis pertama pada penelitian ini adalah:
H2: Ada pengaruh yang signifikan dari lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja.
3. Metode Penelitian
Karya tulis ilmiah ini dibuat dengan memanfaatkan teknik penelitian kualitatif dan kajian literatur
untuk membantu mendapatkan penjelasan yang banyak atau berbeda dari variabel yang mempengaruhi
hasil dari variabel yang diteliti. Langkah pertama dalam metodologi artikel penelitian ini adalah
menggunakan Google Scholar untuk mengumpulkan data dari literatur artikel jurnal online. Pada
metode penelitian kualitatif dibahas secara mendalam pada bagian yang berjudul Kajian Pustaka
(review of literature), sebagai landasan untuk mengembangkan hipotesis yang akan digunakan untuk
membandingkan dengan temuan penelitian atau hasil penelitian sebelumnya, metodologi penelitian
kualitatif dibahas secara tuntas pada bagian Kajian Pustaka. Kajian kualitatif ini menunjukkan ciri-ciri
korelasional dan asosiatif.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Pengaruh Komunikasi terhadap Kepuasan Kerja
Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya, komunikasi mempunyai pengaruh terhadap
kepuasan kerja. Penulisan ini sependapat dengan beberapa penelitian sebelumnya Saputra & Adnyani
(2018), Putranto et al. (2012), Ardiansyah (2016). Afianto and Utami (2017), Komunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan informasi dan dapat dilakukan secara berkelompok, dan dapat dilakukan
secara tatap muka atau melalui alat komunikasi. Komunikasi membutuhkan pengirim, orang yang
memulai komunikasi untuk mentransfer pikiran mereka. Tanpa komunikasi, semuanya pasti tidak akan
berjalan dengan baik. Komunikasi adalah salah satu pondasi utama dalam menjalankan sebuah bisnis.
Oleh karena itu dibutuhkan komunikasi yang baik antar sesama pegawai dan atasan agar tidak terjadi
kesalahpahaman dalam menjalankan tujuan kinerja. Komunikasi yang baik juga akan meningkatkan
kepuasan kerja pegawainya. Hal ini di dukung oleh pernyataan Septiadi (2013), Carriere & Borque
(2008) dan Suastika & Putra (2013) yang menyatakan bahwa komunikasi berpengaruh positif terhadap
kepuasan kerja.
4.2 Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja
Lingkungan kerja juga mempengaruhi kepuasan kerja. Penulisan ini sependapat juga dengan
beberapa penelitian sebelumnya Septian & Pangestu (2017), Wibowo et al. (2014), Aruan & Fakhri
(2015). Sedarmayanti (2012). Lingkungan kerja ialah Kegiatan yang dilakukan karyawan dalam
organisasi. Budaya organisasi, lingkungan fisik, dan infrastruktur pendukung kami adalah yang utama.
Kantor harus memiliki suasana yang menyenangkan dan nyaman. Karyawan lebih produktif dalam
lingkungan kerja yang bahagia. Suasana kerja yang menyenangkan dan santai akan meningkatkan
kepuasan kerja karyawan. Hal ini di dukung oleh penyataan dari Raziq & Mulabakhsh (2015), dan Anas
(2013) yang menyatakan bahwa lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja.
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan dengan teori yang ada, pada artikel yang relevan serta pembahasannya maka dapat
dirumuskan hipotesis untuk riset selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja.
2. Lingkungan Kerja berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja.
Penlitian ini menyimpulkan bahwa komunikasi dan lingkungan kerja berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan kerja dalam organisasi semakin diperkuat dengan penulisan penelitian ini. Temuan
penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk
komunikasi dan lingkungan tempat kerja. Oleh karena itu, manajer harus berkomunikasi secara efektif
dengan anggota staf dan membangun suasana kerja yang ramah dan aman untuk memastikan bahwa
pekerja. senang dengan pekerjaan yang mereka hasilkan. Dengan demikian, hasil penelitian ini
menegaskan. bahwa komunikasi dan lingkungan kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja.
Limitasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu manajer mengelola organisasi, menumbuhkan
lingkungan kerja yang positif, dan memberikan gambaran tentang bagaimana memecahkan masalah
yang berkaitan dengan bagaimana komunikasi dan lingkungan tempat kerja mempengaruhi kepuasan
kerja.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran pada artikel ini adalah hasil penelitian yang belum cukup
lengkap untuk membenarkan pemikiran ulang. Sangat penting untuk melakukan studi tambahan tentang
kepuasan kerja untuk lebih memahami topik seperti bagaimana komunikasi di tempat kerja
memengaruhi kepuasan kerja, bagaimana lingkungan tempat kerja memengaruhi kepuasan kerja, dan
banyak lagi. Karena, belum banyak penelitian yang dilakukan tentang kepuasan kerja. Disarankan juga
untuk melakukan studi lebih lanjut untuk memasukkan faktor tambahan seperti gaji, insentif, loyalitas,
dan kompensasi dalam persamaan kepuasan kerja karyawan.
REFERENSI
Afianto, L D., & Utami, H. N. (2017). Pengaruh disiplin kerja dan komunikasi organisasi terhadap
kepuasan kerja dan kinerja karyawan (studi pada karyawan divisi marketing pt. Victory international
futures kota malang). Brawijaya University.
Ardiansyah, D. O. (2016). Pengaruh Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Dimediasi Oleh
Kepuasan Kerja (Studi Pada Bagian Produksi Pabrik Kertas PT. Setia Kawan Makmur Sejahtera
Tulungagung). Jurnal Bisnis dan Manajemen, 3(1).
Aruan, Q. S., & Fakhri, M. (2015). Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan
Lapangan Departemen Grasberg. Modus, 27(2), 141-162.
DAULAY. R. (2021). PENGARUH KOMUNIKASI, MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI (Studi Pegawai Kantor Kec. Matraman Jakarta Timur). SEKOLAH
TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA JAKARTA.
Dhermawan, A., Sudibya, I. G. A., & Utama, I. W. M. (2012). Pengaruh motivasi, lingkungan kerja,
kompetensi, dan kompensasi terhadap kepuasan kerja dan kinerja pegawai di lingkungan kantor Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Bali. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis, dan Kewirausahaan, 6(2), 173184.
Dalena, M. N. R., Ali, S., & Ediwarman, E. (2020). Pengaruh Lingkungan Kerja dan Beban Kerja
terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Wisma Sehati BSD Tangerang Selatan. Studi IlmuManajemen dan
Organisasi, 1(2), 115-136.
Fauziah, S., Ali, S., & Ediwarman, E. (2020). Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja terhadap
Kinerja Karyawan pada PT Keo San Indonesia. Studi Ilmu Manajemen dan Organisasi, 1(2), 101-113.
Firmansyah, M. A., & Mahardhika, B. W. (2018). Pengaruh Faktor-Faktor Lingkungan Kerja Internal
Dan Pekerjaan Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Pada PT. Warnatama Cemerlang Gresik.
BALANCE: Economic, Business, Management and Accounting Journal, 15(02).
Gofur, A. (2018). Pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja pegawai. Jurnal Riset Manajemen Dan
Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT, 3, 295-304.
Hidayat, R. (2013). Pengaruh kepemimpinan terhadap komunikasi, kepuasan kerja, dan komitmen
organisasi pada industri perbankan. Makara Seri Sosial Humaniora, 17(1), 19-32.
Josephine, A. (2017). Pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan pada bagian produksi
melalui motivasi kerja sebagai variabel intervening pada PT. Trio Corporate Plastic (Tricopla). Agora,
5(2).
Lumentut, M. D., & Dotulong, L. O. (2015). Pengaruh motivasi, disiplin, dan lingkungan kerja terhadap
kepuasan kerja karyawan pada PT. Bank Sulut Cabang Airmadidi. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 3(1).
Maulina, I. (2018). Pengaruh Komunikasi, Self Esteem, Dan Self Efficacy Terhadap Kepuasan Kerja
Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Perawat Rumah Sakit Tgk. Fakinah Banda Aceh. Jurnal
Manajemen Inovasi, 8(2).
Nabawi, R. (2019). Pengaruh Lingkungan Kerja, Kepuasan Kerja dan Beban Kerja Terhadap Kinerja
Pegawai. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister Manajemen, 2 (2), 170-183.
Novelia, G. R. (2011). Pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen karyawan (studi pada Perusahaan
mcdonald di yogyakarta). UAJY.
Nurmayanti, L., & Sudrajat, A. (2021). Implementasi linear programming metode simpleks pada home
industry khasanah sari karawang. Jurnal Manajemen, 13(3), 431-438.
Pangestu, Z. S. D., Mukzam, M. D., & Ruhana, 1. (2017). Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja (Studi pada Karyawan Perum Perhutani Ngawi). Jurnal Administrasi Bisnis, 43 (1), 1,
10.
Paripurna, L. G. D., & Diatmika, G. (2013). Pengaruh kepemimpinan, lingkungan kerja dan komunikasi
terhadap kepuasan kerja karyawan, E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 2(5), 1-13.
Putranto, D. I., Suryoko, S., & Waloejo, H. D. (2013). Pengaruh komunikasi internal, kompensasi kerja
dan lingkungan kerja terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Kimia Farma Plant Semarang. Jurnal
Ilmu Administrasi Bisnis, 1(1), 82-91.
Rahmawati, N. S., Bernard, M., & Akbar, P. (2019). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematik
Siswa Smk Pada Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV). Journal on Education, 1(2),
344-352.
Safitri, L. I., Husniati, R., & Permadhy, Y. T. (2021). Pengaruh teamwork, disiplin kerja, dan iklim
organisasi terhadap kinerja karyawan: studi di rumah sakit x jakarta selatan. Studi Ilmu Manajemen dan
Organisasi, 2(2), 125-137.
Saleh, A. R., & Utomo, H. (2018). Pengaruh Disiplin Kerja, Motivasi Kerja, Etos Kerja dan Lingkungan
Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi di PT. Inko Java Semarang. Among
Makarti, 11(1).
Saputra, M. P. P., & Adnyani, L. (2018). Pengaruh Motivasi, Komunikasi dan Stres Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 8(1), 6961-6989.
Sari, S. M., & Pujiastuti, H. (2020). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ditinjau dari
Self-Concept. Kreano, Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 11(1), 71-77.
Sukarja, R. (2015). Pengaruh Kepemimpinan dan Komunikasi Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja
Pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Riau. Jurnal Tepak Manajemen Bisnis, 7(2), 270-284.
Sulistyawati, N., Setyadi, I. K., & Nawir, J. (2022). Pengaruh Lingkungan Kerja, Budaya Organisasi
dan Kepemimpinan Transformasional terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Millenial. Studi Ilmu
Manajemen dan Organisasi, 3(1), 183-197.
Wibowo, M., Al Musadieq, M., & Nurtjahjono, G. E. (2014). Pengaruh lingkungan kerja terhadap
kepuasan kerja karyawan (Studi pada karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Kandatel Malang):
Brawijaya University.