NAMA : AMOS TENOUYE
NIM : 22211021
GMAIL:
[email protected]
PENERAPAN MITIGASI BENCANA PADA ARSITEKTUR DAN
LINGKUNGAN PESISIR DI PULAU SERANGAN PASCAREKLAMASI
Abstrak
Pulau Serangan Bisa Dikatakan Sebagai Satu-Satunya Hasil Reklamasi Terbesar Di Bali Yang
Memiliki Berbagai Daya Tarik Wisata Seperti Adanya Pura Sakenan Sebagai Salah Satu Pura
Dhang Khayangan, Wisata Pantai Dan Bahari, Watersport, Budidaya Terumbu Karang Dan
Rumput Laut Serta Budidaya Penyu Sehingga Pulau Serangan Dikenal Dengan Sebutan “Pulau
Penyu”. Tulisan Dengan Metode Penulisan Kualitatif Deskriptif Ini Disajikan Dengan Tujuan
Untuk Mengidentifikasi Penerapan Mitigasi Bencana Pada Arsitektur Dan Lingkungan Pulau
Serangan Pascareklamasi. Hasil Analisa Didapatkan Temuan Bahwa Wilayah Yang Paling Padat
Ditinggali Penduduk Di Pulau Serangan Adalah Wilayah Permukiman Penduduk Yang Berada
Di Sisi Barat Laut Yang Notabene Wilayah Yang Paling Aman Namun Tetap Beresiko Terjadinya
Bencana Gempa Disertai Tsunami. Penerapan Arsitektur Dan Lingkungan Tanggap Bencana,
Pulau Serangan Telah Menerapkannya Dengan Baik Terbukti Dengan Adanya Bangunan
Tempat Evakuasi Sementara Tsunami (TES) Sekaligus Sehari-Hari Difungsikan Sebagai Pasar
Desa. Keberadaan TES Tsunami Ini Sangat Vital Baik Dari Sisi Tata Letak, Kapasitas Yang Bisa
Ditampung Serta Sistem Evakuasinya. Integrasi Lingkungan Terhadap Keberadaan TES
Tsunami Ini Perlu Ditingkatkan Seperti Penempatan Sistem Petanda Diperbanyak,
Penempatan Zona Greenbelt Berupa Hutan Mangrove Yang Berhadapan Dengan Laut Lepas
Serta Penempatan Bebatuan Sebagai Penahan Gelombang Air Laut Juga Perlu Diperbanyak
Sehingga Dapat Mereduksi Kecepatan Tsunami Apabila Terjadi Sekaligus Menjaga Ekosistem
Laut Dan Darat.
Kata Kunci : Mitigasi Bencana, Arsitektur Dan Lingkungan Pesisir, Pascareklamasi
Membangun Fasilitas Mega Wisata Sebagai
‘Medan Magnet’ Pariwisata Baru Di
1. PENDAHULUAN
Pulau Serangan Bisa Dikatakan Sebagai
Satusatunya Tempat Di Bali Yang Telah
Denpasar, Meskipun Pada Kenyataannya
Melaksanakan Reklamasi Besar-Besaran
Reklamasi Tersebut Harus Terhenti Karena
Tahun 1995-1998 Dengan Tujuan Untuk
Faktor Ekonomi, Politik, Sosial Serta Faktor39
Faktor Lainnya. Hingga Saat Ini, Pulau
Laut. Selain Itu, Beberapa Ratus Kilometer
Serangan Terkenal Dengan Image Kawasan
Di Selatan Pulau Serangan Terletak Salah
Sebagai “Pulau Penyu” Karena Merupakan
Satu Zona Tumpukan Tektonik Utama Di
Pusat Tempat Penangkaran Penyu.Selain
Bumi
Itu, Citra Kawasan Pulau Serangan Telah
Merupakan Area Sumber Utama Gempa
Terbentuk Karena Adanya Pura Sakenan,
Bumi Berpotensi Tsunami. Para Ahli
Wisata Pantai Dan Bahari, Watersport,
Geologi Dan Tsunami Menganggap Pulau
Budidaya Terumbu Karang Dan Rumput
Serangan Sebagai Salah Satu Area Beresiko
Laut, Serta Terdapatnya Kampung Nelayan
Tinggi Bahaya Dampak Tsunami Di Kota
Bugis Dan Bali Yang Menambah Daya Tarik
Denpasar Di Masa Depan, Karena Setiap
Wisata Pulau Serangan. Terlebih Lagi
Tsunami Besar Yang Menjangkau Pulau
Dengan Telah Dibangunnya Jembatan
Serangan Akan Berdampak Parah Pada
Penghubung Pulau Bali Dan Pulau Serangan
Penduduk
Tahun
Pariwisatanya
1998,
Sangat
Memudahkan
Wisatawan Menuju Pulau Serangan. Selain
(Lempeng
Indo-Australia),
Dan
Yang
Pengembangan
Itu, Adanya Isu Tentang Pembangunan Eco
(Sutarja, 2015).
Tahun 2014, Pemerintah Provinsi Bali
Resort Berupa Museum, Pusat Kreativitas,
Melalui Badan Penanggulangan Bencana
Hotel, Villa, Kawasan Marina, Dan Gedung
Daerah (BPBD) Telah Membangun Salah
Opera Berbentuk Kura-Kura Yang Didirikan
Satu Ruang Komunal Berupa Tempat
Di Tengah Laut Yang Dimulai Tahun 2018
Evakuasi Sementara (TES) Yang Terintegrasi
Tentunya
Akan
Dengan Pasar Pulau Serangan Atas Bantuan
Wisatawan
Lokal
Lebih
Dan
Menyedot
Asing
Dana Dari Badan Nasional Penanggulangan
Untuk
Mengunjungi Pulau Serangan (Bali, 2016).
Bencana
Namun, Dibalik Banyaknya Potensi Wisata,
Bangunan TES Berdiri Di Atas Lahan Hasil
Ternyata
Memiliki
Reklamasi Laut Oleh Pihak Investor PT. Bali
Ancaman Bencana Gempa Bumi Dan
Turtle Island Development (BTID) Dan
Tsunami Karena Letak Pulau Berada Di
Sudah
Pesisir Selatan Yang Menghadap Samudra
Kepemilikan Dan Pengelolaan Dari Desa
India Serta Topografi Dan Elevasi Datan
Pakraman Serangan Tahun 1998, Melalui
Pulau Yang Relatif Rendah Yaitu Hanya
Kesepatan
Setinggi 1-2 Meter Dari Permukaan Air Laut
Momerandum Of Understanding (Mou)
Yang Membuatnya Rentan Terendam Air
Tanggal 14 Oktober 1998, Menjadi Pusat
Pulau
Serangan
40
(BNPB).
Diserahkan
Yang
Seperti
Untuk
Tertuang
Diketahui,
Menjadi
Dalam
Aktivitas Ekonomi Di Pulau Serangan Dalam
Dampak Yang Dihasilkan Oleh Bencana
Wujud Pasar Desa (Darmawan, 2018).
Adalah
Bangunan
Ini
Korban
Bangunan
Mitigasi
Menjadi
Satu-Satunya
Bencana
Gempa
Perencanaan
Jalur
Bencana.
Pada
Evakuasi
Dasarnya
Perencanaan Jalur Evakuasi Ini Ada 2
Disertai Tsunami Di Pulau Serangan.
Macam,
Keberadaan
Bangunan Maupun Jalur Evakuasi Pada
Bangunan
TES
Tsunami
Sebagai Mitigasi Bencana Seharusnya
Yaitu
Jalur
Evakuasi
Pada
Lingkungan Permukiman.
Didukung Dengan Perencanaan Arsitektur
Dan Lingkungan Yang Komprehensif Dan
A. Jalur Evakuasi Pada Bangunan / Gedung
Dapat
Perencanaan Jalur Evakuasi (Escape Route)
Meminimalisir Parahnya Dampak Dari
Pada Bangunan/Gedung Terutama Yang
Bencana
Berlantai
Bersifat
Holistic
Gempa
Sehingga
Disertai
Tsunami.
Banyak
Dilakukan
Dengan
Pada
Membuat Tangga Darurat Atau List Yang
Serangan
Dapat Langsung Berhubungan Dengan
Setidaknya Harus Mengakomodir Lima
Ruang Luar. Biasanya Tangga Darurat
Konsep Perencanaan Yaitu Perencanaan
Diletakkan
Jalur Penyelamatan Dan Evakuasi, Kawasan
Bangunan Ataupun Tepat Di Tengah-
Pelindung, Zona Aman, Ruang Terbuka Dan
Tengah Yang Merupakan Inti Bangunan.
Vegetasi, Serta Fasilitas Umum Dalam
Hal Ini Dimaksudkan Agar Akses Untuk
Permukiman Tanggap Bencana (Sukawi,
Keluar Masuk Gedung Lebih Mudah Dan
2008). Selain Itu Penentu Tanggap/Tidak
Aman.
Penerapan
Mitigasi
Arsitektur
Pesisir
Bencana
Pulau
Pada
Bagian
Samping
Terhadap Bencana Pada Perencanaan
Arsitektur Suatu Kawasan Ditentukan Oleh
B. Jalur
Evakuasi
Pada
Lingkungan
Fungsi, Lokasi, Orientasi, Tipe, Dan Umur
Perumahan/Permukiman
Bangunan (Wikantari, 2017).
Pada Perencanaan Suatu Permukiman
Seharusnya Dipertimbangkan Mengenai
2. KAJIAN LITERATUR Konsep Perencanaan
Sistem Perencanaan Jalur Servis/Pelayanan
Arsitektur Pada Lingkungan Yang Tanggap
Lingkungan. Karena Sistem Ini Merupakan
Bencana 1) Jalur Penyelamatan Evakuasi
Rancangan
(Escape Route)
Kendaraan Servis (Seperti Pengangkut
Selain Bangunan Tahan Gempa, Yang
Sampah, Pengangkut Barang, Kendaraan
Diperlukan Dalam Upaya Meminimalkan
Pemadam
41
Arus
Kebakaran
Pergerakan
Termasuk
Dari
Juga
Ambulan) Dari Suatu Kaveling Atau Blok
Servis/Pelayanan
Lingkungan Tertentu, Yang Dipetakan Pada
Pembangunan Bangunan Penyelamat, Pola
Hirarki/Kelas Jalan Yang Ada Pada Kawasan
Permukiman Yang Ditata Dengan Baik Dan
Perencanaan. Hal Ini Penting Karena
Sejajar Garis Pantai, Pantai Dilindungi
Apabila Suatu Ketika Terjadi Bencana,
Tanaman Keras Seperti Bakau Dan Kelapa.
Maka
Sebisa
Mungkin
Lingkungan,
Kendaraan
Penyelamat Dapat Segera Menuju Lokasi
2) Kawasan Pelindung
Untuk Memberi Pertolongan. Identifikasi
Identifikasi Yang Termasuk Dalam Kawasan
Alur Penyelamatan Jika Terjadi Bencana:
Pelindung Antara Lain:
A. Pengadaan Zona
Tersedianya Jalur Pedestrian Ke Daerah
Daerah Permukiman.
Yang Lebih Tinggi. Jalan Untuk Jalur
B. Perencanaan
Evakuasi.
Pembangunan
Struktur
Aman Di
Struktur
Penyangga
(Tanggul Penahan, Hutan Bakau, Dll)
Gedung
C. Perencanaan Zona Penyangga Produktif
Bertingkat, Harus Memperhatikan Jalur
(Tambak, Sawah)
Evakuasi Yang Lebih Baik (Missal: Tangga
D. Perencanaan Jalur Hijau Berlapis Untuk
Darurat Di Luar Gedung).
Tata Ruang Yang Berbasis Bencana Yang
Menyaring Puing/Sampah Jika Terjadi
Sudah Menyiapkan Diri Dengan Tempat
Banjir.
E. Pelestarian Alam Sebagai Bagian Dari
Dan Rute Evakuasi Bila Banjir Atau
Kebakaran
Atau
Bencana
Kawasan Penyangga. Tidak Melakukan
Lainnya
Terjadi.
Penggundulan Hutan. Pada Daerah
Tata Ruang Yang Berbasis Bencana Yang
Permukiman,
Sudah Menyiapkan Diri Dengan Tempat
Dengan Bangunan, Sehingga Tingkat
Dan Rute Evakuasi Bila Banjir Atau
Resapan Air Ke Dalam Tanah Berkurang,
Kebakaran
Dengan
Atau
Bencana
Lainnya
Tidak
Dimana
Telah
Tersedianya
Padat
Daerah
Resapan Yang Cukup. Jika Terjadi Hujan
Terjadi.
Dengan Curah Hujan Yang
Tinggi
Selain Itu, Perlu Diperhatikan Jalur Evakuasi
Menyebabkan
Hujan
Pada Bangunan (Tangga Darurat Dan Lift)
Menjadi Air Permukaan Yang Berpotensi
Dan
Menyebabkan Banjir.
Lingkungan
(Perancangan
Permukiman
Permukiman
Yang
Mempertimbangkan Perencanaan Jaluar
42
Sebagian
Air
3) Zona Aman
Baik Untuk Permukiman. Penggunaan
Pada Perencanaan Yang Berfungsi Sebagai
Pepohonan Untuk Menyerap CO2 Serta
Permukiman,
Menurunkan Suhu Udara Sehingga Dapat
Mengenai
Harus
Segala
Diperhatikan
Yang
Mengurangi Penggunaan AC. Antara Pantai
Menyangkut Rencana Tata Bangunan Dan
Dengan Area Perumahan Ditanami Oleh
Lingkungan. Hal Ini Dimaksudkan Agar
Pepohonan Pantai Yang Kuat Dan Memiliki
Penataan Lingkungan Perumahan Dapat
Volume
Lebih Optimal. Selain Itu Dengan Adanya
Penyerapan CO2).
Penataan Tersebut Maka Juga Akan
Pembangunan
Tercipta Pemetaan Yang Jelas Mengenai
Space)
Peruntukan
Dimaksimalkan
Lahan.
Sesuatu
Salah
Satu
Yang
Daun
Yang
Ruang
Dan
Taman
Yang
Lebat
(Untuk
Terbuka
(Open
Kota
Nantinya
Dapat
Dapat
Termasuk Dalam Tata Rencana Bangunan
Dipergunakan Sebagai Ruang Darurat Kota.
Dan Lingkungan Yang Perlu Diupayakan Jika
Ruang Darurat Kota Tersebut Dilengkapi
Dikaitkan Dalam Hal Bencana, Adalah
Dengan Kebutuhan Akan Air Bersih, KM /
Adanya Zona Aman Bencana. Zona Aman
WC Untuk Buang Air Besar, Alat Komunikasi
Dapat Berupa Ruang Terbuka Pada Suatu
Dan Gudang Untuk Menyimpan Makanan
Kawasan Permukiman Yang Pada Fungsi
Dan Obat-Obatan Untuk Beberapa Hari
Sebenarnya Dapat Sebagai Lahan Hijau
Sambil
Seperti Lapangan Dan Hutan. Dapat Pula
Sehingga Kita Tidak Lagi Mendengar Berita
Berupa Bangunan Keselamatan/Mengungsi
Pengungsi Kelaparan Dan Tidak Makan
Jika
Selama 2 Hari Atau Lebih Karena Belum
Terjadi
Bencana,
Yang
Fungsi
Menunggu
Bantuan
Dating.
Sesungguhnya Adalah Bangunan Fasilitas
Mendapat Bantuan.
Umum.
Mewujudkan Kota Tanggap Bencana Dapat
Dilakukan
Dengan
Memperbanyak
4) Ruang Terbuka Dan Vegetasi
Vegetasi Di Taman Kota Yang Merupakan
Terdapat Batas Antara Area Pantai Dengan
Habitat Hewan Liar Seperti Burung Dan
Area Perumahan Yang Dapat Mengurangi
Serangga Lain Yang Dapat Juga Berfungsi
Tingkat Arus Air Laut Yang Masuk Saat
Sebagai Peringatan Dini Terhadap Bencana.
Bencana. Batas Salah Satunya Dapat
Kita Perlu Belajar Banyak Dari Masyarakat
Berupa Tanaman Keras (Bakau, Nipah,
Kaki Gunung Merapi Untuk Menumbuhkan
Waru, Kelapa). Pantai Berbentuk Lurus Dan
Kepekaan Terhadap Perubahan Alam Yang
Dilindungi Oleh Tanaman Keras Relative
Ditandai Dengan Prilaku Hewan Liarnya.
43
Akan Melindungi Hantaman Gelombang
5) Fasilitas Umum Dalam Permukiman
Tsunami
Tanggap Bencana
Ketika
Sehingga
Mencapai
Gerakan
Daratan
Air
Dapat
Pada Area Pinggiran Kota, Fasilitas Umum
Diperlambat Karena Adanya Hutan
(Pertokoan, Sekolah, Gedung Pertemuan
Bakau.
Warga) Yang Melayani Area Permukiman
2) Perlindungan Lain Di Garis Pantai Adalah
Dikelompokkan Dekat Dengan Rumah-
Pembangunan Dinding Penahan Secara
Rumah Yang Membutuhkannya. Sehingga
Horizontal Maupun Vertikal Yang Akan
Para Penghuni Tidak Perlu Mengendarai
Berfungsi Sebagai Penahan Gelombang
Kendaraan
Dan Memperlemah Daya Desak Air
Bermotor
Mereka
Untuk
Mencapainya. Sementara Di Kota-Kota
Kearah Daratan.
Besar, Layout Polisentris (Multi Pusat) Kota
3) Pembangunan Fisik Perkotaan Perlu
Dapat Mengurangi Jarak Tempuh Dari Area
Untuk
Pinggiran Kota Ke Fungsi-Fungsi Utama
Mempertimbangkan
(Komersial, Pusat Pemerintahan, Dll) Yang
Bangunan, Tata Letak Dan Perlindungan
Terletak Di Pusat Kota. Fasilitas Umum
Terhadap Desakan Air Yang Masuk Ke
Diletakkan Pada Jarak Yang Aman Dan
Dalam Kota Serta Mengurangi Sebanyak
Posisi Sentral Dari Perumahan Sehingga
Mungkin Jalur Jalan Yang Vertikal
Mudah
Terhadap
Dicapai.
Pusat-Pusat
Sejumlah
Disediakan
Fasilitas
Unit
Sejumlah
Ditata
Kembali
Garis
Dengan
Struktur
Pantai
Serta
Umum
Untuk
Membangun Bangunan Secara Linier
Perumahan
Yang
Pada Jalan Yang Sejajar Dengan Garis
Dilayaninya.
Pantai.
4) Perlindungan
Terhadap
Sempadan
Pantai.
Konsep Penataan Ruang Kota Pantai
Konsep Penataan Ruang Kota Pantai Yang
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan
Perlu Diperhatikan Pada Kota Antara Lain
Mitigasi Bencana Pada Arsitektur Pesisir
(Edyanto, 2011):
Di Pulau Serangan Pascareklamasi
1) Perlindungan Dalam Kawasan Pembatas
Kota
Dan
Garis
Pantai
Dalam
Akan
Membahas
Peneran
Mitigasi
Bencana Pada Arsitektur Pesisir Di Pulau
Mempertahankan Perlindungan Alam
Serangan Pascareklamasi, Dikolaborasikan
Dalam Bentuk Hutan Bakau Sebagai
Dua
Sabuk Hijau Alam (Green Belt) Yang
44
Teori
Yang
Telah
Dipaparkan
Sebelumnya Sehingga Didapatkan Detail
Pembahasan Mengenai Upaya Mitigasi
Bencana Dari Sudut Pandang Arsitektur
Dan Lingkungan Pesisir, Yaitu :
1) Adanya Jalur Penyelamatan Evakuasi
Sebelum
Mengidentifikasi
Penyelamatan
Dalam
Upaya
Jalur
Mitigasi
Bencana Di Pulau Serangan, Terlebih
Dahulu
Diidentifikasi
Wilayah
Pulau
Serangan Terbagi Menjadi Tiga Zonasi Yang
Rawan Bencana Tsunami Yaitu Wilayah
Milik Investor PT. BTID Yang Berada Di
Gambar 1 Analisa Zonasi Wilayah Rawan
Tsunami
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)
Sebelah Kanan Kanal Wisata Masuk Dalam
Kategori Wilayah Yang Cukup Beresiko Dan
Sangat Beresiko Terkena Bahaya Tsunami
Berdasarkan Analisa Dari Wilayah Yang
Karena Berhadapan Langsung Dengan Laut
Diduga
Lepas. Untungnya, Wilayah Ini Sebagian
Tertinggi (Sangat Beresiko) Hingga Prioritas
Besar Hanya Terdiri Dari Lahan Kosong
Paling Rendah (Aman Beresiko) Terhadap
Berpasir Dan Ditumbuhi Oleh Tanaman
Bencana
Liar. Sedangkan Wilayah Permukiman
Diidentifikasi
Penduduk Yang Berada Di Sebelah Kiri
Berlantai 1, 2, 3, Dan 4 Untuk Mendapatkan
Kanal Termasuk Wilayah Aman Beresiko
Kemungkinan Titik-Titik Bangunan Yang
Terkena Tsunami. Wilayah Ini Terdiri Dari 7
Dapat Dijadikan Sebagai Tempat Evakuasi
Banjar Adat Dan Dinas Serta 1 Kampung
Darurat Saat Terjadi Tsunami.
Bugis.
45
Mendapat
Prioritas
Tsunami,
Letak-Letak
Bahaya
Selanjutnya
Bangunan
Gambar
2 Pemetaan Ketinggian
Bangunan Pada Wilayah Permukiman
Penduduk
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)
PASAR / TES
Terkait Dengan Lokasi Bangunan Pasar/TES
Tsunami Di Pulau Serangan, Jalur Evakuasi
Yang Memanfaatkan Jalan-Jalan Lokal
Legenda :
: Evakuasi Ke Bangunan TES
Tsunami
: Evakuasi Ke Kantor BKN
Denpasar
: Petanda Daerah Rawan Air Laut
Pasang
: Petanda Himbauan Evakuasi
Gempa
Gambar 3 Peta Evakuasi Gempa
Bumi Dan Tsunami
(Sumber:okumentasi Pribadi, 2020)
Pada Bangunan Pasar/TES Tsunami,
Jalur Evakuasi Menuju Lantai 3 Dan 4
Menggunakan Jalan Miring (Ramp)
Lebar 2 Meter Sehingga
Mempercepat Evakuasi. Terdapat
Sistem Petanda Disepanjang Ramp
Dan Bordes Sebagai Pemandu Jalan
Menuju Lantai 3. Di Lantai Puncak
Yaitu Lantai 4 Terdapat Tempat
Terbuka Yang Selain Menampung
Masyarakat Pulau Serangan, Juga
Sebagai Heliport (Tempat
Pendaratan Helicopter) BPBD Untuk
Mengevakuasi Masyarakat Menuju
Keluar Dari Pulau Serangan.
Telah Dirancang Dengan Baik Dengan Pola
Permukiman Yang Tegak Lurus Dengan
Jalur Pantai. Masyarakat Yang Tinggal Pada
7 Banjar Dan 1 Kampung Bugis Berada
Hampir
Tsunami,
Mengelilingi
Sehingga
Tsunami,
Bangunan
Andaikata
Masyarakat
TES
Terjadi
Dapat
Mempersingkat Waktu Mengungsi Ke
Bangunan Pasar/TES Tsunami. Sedangkan
Zonasi Permukiman Yang Berada Dekat
Dengan Pura Sakenan, Dapat Mengungsi Ke
Bangunan TES Tsunami Atau Menuju Zona
Aman Yaitu Ke Kantor BKN Denpasar Yang
Berada Di Jl.
Bypass Ngurah Rai.
46
Lahan Kosong Ini Merupakan Lahan Hasil
Reklamasi Milik PT. BTID Yang Sampai Saat
Ini Belum Termanfaatkan. Diharapkan
Pihak Investor Tidak Membangun Fasilitas
Massif Dalam Bentuk Bangunan Hunian Di
Pinggir Lepas Pantai Yaitu Di Sisi Timur Dan
Selatan Pulau Serangan Karena Sangat
Beresiko Tekena Dampak Paling Besar
Apabila
Terjadi
Sebaiknya
Bencana
Ditanam
Tsunami.
Tumbuhan
Yang
Berfungsi Sebagai Green Belt Contohnya
Tanaman Mangrove.
Gambar 4 Akses Evakuasi Pada TES
Tsunami
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)
Gambar 5 Zona Greenbelt Yang Sebaiknya
Dikonservasi Dengan Ditanam Hutan
Mangrove. (Sumber: Dokumentasi Pribadi,
2020)
2) Kawasan Pelindung Termasuk Sabuk
Hijau Alam (Green Belt) Serta Dinding
Penahan Pantai
Secara Tata Ruang, Penempatan Kawasan
Pelindung Yaitu Berupa Lahan Kosong Yang
3) Zona Aman
Terdiri Dari Lahan Berpasir Dan Tumbuhan
Penempatan
Liar Secara Tidak Sengaja Telah Sesuai
Sekaligus
Penempatannya
Memperhatikan
Yaitu
Berhadapan
Lokasi
TES
Bangunan
Pasar
Tsunami
Telah
Dari
Segi
Langsung Dengan Lepas Pantai. Sebaliknya,
Cakupan/Lingkup Wilayah Yang Akan
Lahan
Dievakuasi.
Permukiman
Penempatannya
Apabila
Terjadi
Indikasi
Gempa Bumi Yang Berpotensi Tsunami,
Berada Disisi Paling Jauh Dari Lepas Pantai.
47
Setidaknya Wilayah Utara Dan Timur
Mengadakan Kegiatan Outbond Seperti
Pulau
Berbatasan
Perkemahan, Lomba 17 Agustus Dan Tahun
Langsung Dengan Laut Dapat Segera
Baru Dan Kegiatan Masyarakat Lainnya.
Evakuasi Ke Pasar/TES Tsunami. Dalam
Penempatan Zona Ruang Terbuka Dan
Keadaan Darurat, Setidak-Tidaknya Warga
Lapangan Ini Ditempatkan Di Wilayah
Dari 5 Banjar Yaitu Banjar Ponjok, Kaja,
Permukiman Padat Penduduk.
Serangan
Yang
Tengah, Kawan, Peken Dan Kampung
Bugis Dapat Mengungsi Di Bangunan Ini.
B
B
Apabila Waktu Masih Memungkinkan,
Tentunya Lebih Baik Mengungsi Keluar
Pulau Serangan.
B
Banjar Peken
Banjar Kawan
Banjar Kaje
Banjar Ponjok
Banjar Dukuh
Banjar Tengah
A
Gambar 7 Ruang Terbuka Sebagai Tempat
Berkumpul
A A
Mesjid dan Pos Kamling
(Kampung Bugis )
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)
Gambar 6 Cakupan Wilayah Evakuasi
Tsunami
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)
4) Ruang Terbuka Dan Fasilitas Umum
5) Pembangunan
Mempertimbangkan
Dalam Permukiman Tanggap Bencana
Pada
Konteks
Lingkungan
Fisik
Yang
Struktur
Bangunan, Tata Letak Dan Perlindungan
Sekitar
Terhadap Desakan Air Yang Masuk Ke
Pendukung Bangunan Pasar/TES Tsunami,
Dalam Kota Serta Mengurangi Sebanyak
Terdapat 2 Ruang Terbuka Yang Terdapat
Mungkin Jalur Jalan Yang Vertikal
Disebelah Timur Pasar/TES Tsunami Dan Di
Terhadap
Sebelah Barat Kampung Bugis. Sehari-Hari,
Garis
Pantai
Serta
Membangun Bangunan Secara Linier
Ruang Terbuka Sekaligus Fasilitas Umum
Pada Jalan Yang Sejajar Dengan Garis
Tanggap Bencana Ini Dimanfaatkan Sebagai
Pantai.
Tempat Parker Pura Dalem Cemara Dan
Pura Segara, Dan Tempat Jogging Dan
48
Terkait Dengan Fungsi Bangunan Sebagai
Deliniasi
Pasar (Penggerak Roda Perekonomian),
Penduduk. Namun, Apabila Dilihat Dari
Sangat Cocok Bermulti Fungsi Sebagai
Kedekatan Terhadap Wilayah Permukiman
Tempat Evakuasi Tsunami Karena Pasar
Terdapat, Posisi Pasar/TES Tsunami Berada
Yang Notabene Menjadi Medan Magnet
Hamper Di Tengahtengah Wilayah Padat
Masyarakat Di Pulau Serangan. Selain Itu,
Hunian. Sedangkan Arah Hadap/Orientasi
Letak Dari Pasar Desa Di Tengahtengah
Bangunan Mengarah Ke Sisi Timur Dan
Wilayah
Selatan,
Permukiman
Memudahkan
Dari
Yang
Wilayah
Mana
Permukiman
Sisi
Tersebut
Evakuasi Dari Segala Arah. Selain Sebagai
Merupakan Jalur Evakuasi Dan Area
Pasar Dan Tempat Evakuasi Tsunami, Pada
Berkumpul Masyarakat Sebelum Menaiki
Lantai 3 Bangunan, Sehari-Hari Difungsikan
Gedung
Sebagai
Anak-Anak
Pasar/TES Tsunami. Orientasi Dari Segi
Sekaligus Ruang Terbuka Semi Indoor.
Bentuk Pulau Juga Sudah Serah Dan Tegak
Lantai 2 Difungsikan Sebagai Void Sehingga
Lurus Dengan Arah Pesisir Pantai Baik Yang
Pasar
Sisi
Berbatasan Dengan Laut Dangkal Maupun
Menjadikan
Laut Dalam. Sehingga Saat Terjadi Tsunami,
Bangunan Ini Sangat Ramah Terhadap
Bangunan Tidak Menghadang Gelombak
Berbagai Usia Dan Kalangan Masyarakat.
Air Tsunami Karena Berada Sejajar Dengan
Tempat
Terasa
Ketinggian.
Bermain
Lebih
Hal
Lega
Tersebut
Dari
Pola
LT.
Permukiman.
Lokasi
Pasar/TES
LT. 3
LT. 4
Tsunami Memang Diprioritaskan Berada Di
LT. 2
Wilayah Bali Selatan Karena Merupakan
LT.
LT.
Zona Wilayah Merah Yang Rawan Potensi
Tsunami.
LT. 1
Gambar 8 Efektivitas Fungsi Lt 1-4
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)
Dari Segi Lokasi Pada Peta, Posisi Pasar/TES
Tsunami Cenderung Berada Agak Ke Pinggir
Legenda :
: Pasar / TES Tsunami
: Kemungkinan Arah Datangnya Tsunami
Pesisir Laut Dibandingkan Radius Dan
Gambar 9 Lokasi dan Orientasi TES Tsunami
49
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)
Tipe
Bangunan
Pasar/TES
SSSSSSSSSSSSSS
Tsunami
Merupakan Bangunan Tidak Berpanggung
Berlantai 4. Dari Segi Bentuk, Bangunan Ini
Telah Menerapkan Bentuk Denah Atau
Potongan Sederhana Yaitu Berbentuk
Persegi Panjang Dengan Ukuran 40 X 16
Meter Yang Sesuai Dengan Salah Satu
Gambar 10 Permodelan Struktur
Bangunan
TES Tsunami Dalam Wujud 3 Dimensi
(Sumber: Sutarja, 2015)
Terapan Konsep Bangunan Tahan Gempa.
Proporsi Bangunan Yaitu Perbandingan
Panjang Lebar Dan Tinggi Bangunan Juga
Sudah Sesuai Yaitu 40 Meter Panjang : 16
Kelengkapan
Meter Lebar : 15 Meter Tinggi. Modul
Bangunan Juga Menjadi Tolak Ukur Dalam
Struktur
Dipergunakan
Konsep Bangunan Tahan Gempa. Pada
Bervariasi Yaitu Modul 4, 5, 7, Dan 8 Meter.
Bangunan Pasar/TES Tsunami, Komponen
Modul Struktur Ini Merupakan Modul
Bangunan Telah Lengkap Karena Terdiri
Standar Yang Umum Digunakan Pada
Dari Kepala (Rangka Dan Penutup Atap),
Konstruksi Gedung Bahan Beton Bertulang,
Badan/Tubuh (Dinding Dan Kolom), Dan
Sehingga Terlihat Seperti Bangunan Kotak-
Kaki
Kotak Yang Disusun. Akibatnya, Resiko
Antarkomponen Antara Pondasi Dengan
Bangunan Rusak Menjadi Minimal Karena
Kolom, Kolom Dengan Atap, Dan Kesatuan
Tubrukan Prilaku Modul Struktur Dapat
Antarkolom Dengan Sloof Dan Balok
Diminimalisir.
Cincin (Ring Balok) Yang Saling Terkait
Kolom
Yang
50
Komponen-Komponen
(Pondasi).
Sambungan
Sehingga Bila Terjadi Gempa Dapat Stabil.
Terhadap Sempadan Pantai Di Pulau
Dari Sisi Usia, Umur Bangunan Pasar Pasca
Serangan Sudah Terlaksana Dengan Baik
Renovasi Total Menjadi Bangunan Multi
Terutama Didi Timur Dan Selatan Pulau
Fungsi TES Tsunami Juga Terbilang Masih
Yang Berhadapan Langsung Dengan Laut
Sangat Baru Karena Baru Didirikan Tahun
Lepas, Tidak Terdapat Bangunanbangunan.
2014. Menurut Kepala Pusat Pengendali
Hanya Terdapat Beberapa Warung Dengan
Dan Operasi (Pusdalops) BPBD Bali, I Gde
Struktur
Made
Bangunan
Terdapat Disana Untuk Mengakomodir
YangDidirikan Diatas Lahan 6 Are Ini Juga
Kebutuhan Para Pemancing Dan Pelancong
Memiliki Keistimewaan Karena Tahan
Yang Ingin Berwisata Disana. Sedangkan
Gempa Dan Ancaman Dari Tsunami Yang
Pantai Sisi Utara Dan Barat, Hampir
Mencapai 12 Meter. Dengan Tinggi
Sebagian Besar Tidak Menerapkan Adanya
Bangunan Mencapai 15 Meter, Sesuai
Sempadan Bangunan Yang Sesuai Yaitu 100
Dengan Peraturan Gubernur (Pergub)
Meter Dari Bibir Pantai. Seluruh Bangunan
Juga Disesuaikan Dengan Kajian Tsunami
Yang
Yang
Mencapai
Tersebut Sebagian Besar Didominasi Oleh
Ketinggian 12 Meter Karena Sudah
Bangunan Permukiman Warga Setempat.
Terhambat Oleh Pulau Nusa Penida,
Hal Ini Bisa Dimaklumi Karena Sisi Utara
Perbukitan
Dan Barat Berbatasan Langsung Dengan
Jaya
Serataberana,
Mungkin
Terjadi
Uluwatu
Dan
Kawasan
Mangrove.
Semi
Permanen
Melanggar
Saja
Sempadan
Yang
Pantai
Pulau Bali Yang Mana Tidak Terdapat
Ancaman Langsung Tsunami Dari Laut
Lepas Yang Berada Di Sisi Timur Dan
Selatan.
Gambar 11 TES Tsunami Pada Tahap
Pengerjaan Struktur Bangunan
(Sumber: Tribun Bali, 2018)
6)
Perlindungan
Pantai
Secara
Terhadap
Umum,
Sempadan
Perlindungan
51
Rendahnya Kuantitas Bangunan-Bangunan
Berlantai 2 Terlebih Lagi Berlantai 3 Dan 4.
Keterangan :
: Sempadan Pantai >100m (Sesuai)
: Sempadan Pantai <100 m (Tidak Sesuai)
Gambar 13 Jarak dan simulasi datangnya
Gambar 12 Penerapan Sempadan Di
Sepanjang Pantai
(Sumber: Hasil Analisa, 2020)
Menurut
Ramalan
Ancaman
Bahaya
Dan
Isu
Tsunami
ancaman tsunami menuju TES Tsunami
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)
Tentang
Gambar
Diatas,
Terlihat
Pulau
Bahwa Hanya Terdapat Kurang Lebih 2
Serangan Dengan Ketinggian Mencapai 12
Bangunan Yang Memiliki Ketinggian 4
Meter,
Hanya
Lantai Yang Kemungkinan Dapat Digunakan
Bangunan Berlantai 3 Dan 4 Di Wilayah
Tempat Evakuasi Sementara Terhadap
Permukiman Penduduk Saja Yang Dapat
Bencana Tsunami. Keberadaan Bangunan
Dijadikan
Evakuasi
Ini Sebaiknya Didukung Dengan System
Sementara. Posisi Dari Bangunan Berlantai
Petanda Yang Mengarahkan Masyarakat
3 Dan 4 Sebagian Besar Berada Di Wilayah
Yang Berada Di Pulau Serangan Untuk
Dekat Dengan Pasar. Bangunan Pasar
Menuju Bangunan Ini Ataupun Keluar Dari
Merupakan Bangunan Berlantai 4 Yang
Pulau
Difungsikan Pula Sebagai Tempat Evakuasi
Penghubung Pulau Bali Dengan Pulau
Sementara (TES) Tsunami. Sedangkan
Serangan.
Kemungkinan
Sebagai
Bangunan-Bangunan
Di
Berdasarkan
Besar
Tempat
Berlantai
3
Difungsikan Sebagai Rumah Tinggal.
Permasalahan Topografi Bangunan Yang
Relative Rendah Dan Nyaris Sejajar Dengan
Permukaan Laut Menjadi Alasan Mengapa
52
Serangan
Melewati
Jembatan
Disertai
Tsunami
Menerjang
Pulau
Bencana
Pada
Serangan.
5. KESIMPULAN
Penerapan
Mitigasi
Arsitektur
Dan
Serangan
Lingkungan Di Pulau
Pascareklamasi
Telah
Menerapkannya Dengan Baik Terbukti
Dengan
Adanya
Evakuasi
Bangunan
Sementara
Tsunami
Tempat
(TES)
Sekaligus Sehari-Hari Difungsikan Sebagai
Gambar 14 Beberapa Petanda Tentang
Bahaya Tsunami Dan Tempat
Evakuasinya
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2020)
Pasar Desa. Keberadaan TES Tsunami Ini
Sangat Vital Baik Dari Sisi Tata Letak,
Kapasitas Yang Bisa Ditampung Serta
Lokasi-Lokasi Penempatan System Petanda
Sistem Evakuasinya. Integrasi Lingkungan
Ini
Jalan
Terhadap Keberadaan TES Tsunami Ini
Wilayah
Perlu Ditingkatkan Seperti Penempatan
Permukiman Penduduk. Seperti Diketahui
Sistem Petanda Diperbanyak, Penempatan
Bahwa Jalan Lingkungan Di Wilayah
Zona Greenbelt Berupa Hutan Mangrove
Permukiman Penduduk Berada Mengitari
Yang Berhadapan Dengan Laut Lepas Serta
Wilayah Permukiman Penduduk Yaitu
Penempatan Bebatuan Sebagai Penahan
Berada
Gelombang
Diletakkan
Lingkungan
Di
Disepanjang
Mengitari
Pinggir
Yang
Berbatasan
Air
Laut
Juga
Perlu
Lsngsung Dengan Pesisir Pulau Serangan.
Diperbanyak Sehingga Dapat Mereduksi
Selain
Kecepatan
Itu,
Pada
Pura-Pura
Dhang
Tsunami
Apabila
Terjadi
Khayangan Jagat Seperti Pura Sakenan Dan
Sekaligus Menjaga Ekosistem Laut Dan
Pura
Darat.
Dalem
Susunan
Wadon
Juga
Ditempatkan System Petanda Peringatan
Dini Bahaya Tsunami Tersebut. Diharapkan
Dengan Adanya System Petanda Ini Dapat
Meminimalisir Jatuhnya Korban Jiwa Akibat
Kemungkinan
Musibah
Gempa
Yang
53