*WARTEG*
By Indria Guntarayana,STh,MTh,M.Mis
*PEPELING RASUL PAULUS*
Refleksi 2 Timotius 4
*A. PENDAHULUAN*
Belajar dari Pesan Pessan ( Jawa :_Pepeling_) Rasul Paulus dimana mengharuskan Timotius menanamkan perasaan-perasaan semacam itu ke dalam pikiran orang-orang Kristen khususnya pada Jemaat Efesus supaya mereka dapat mencegah diri disesatkan oleh guru-guru yang hendak memaksakan ajaran agama Yahudi.
_Amatilah, pelayan-pelayan Yesus Kristus yang baik adalah mereka yang rajin di dalam pekerjaan mereka, bukan orang-orang yang berusaha memajukan gagasan-gagasan baru, melainkan yang selalu mengingatkan saudara-saudara kita akan hal-hal yang telah mereka terima dan dengar. Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya_ (2Ptr. 1:12). _Dan di bagian lain dikatakan bahwa, Aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan_ (2Ptr. 3:1).
Sementara itu Rasul Yudas berkata, oleh karena itu aku ingin mengingatkan kamu (Yud. 1:5). Lihatlah, para rasul dan utusan-utusan jemaat menganggap bahwa bagian utama dari pekerjaan mereka adalah untuk mengingatkan para pendengar mereka, sebab umumnya kita ini mudah lupa dan lamban untuk belajar dan mengingat perkara-perkara Allah.
Jadi, dengan diingatkan, kita terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kita ikuti selama ini. ARTINYA APA ??? Perhatikan baik-baik,
1. Bahkan para pelayan Tuhan sendiri perlu bertumbuh dan bertambah dalam pengetahuan akan Kristus dan ajaran-Nya. Mereka harus terdidik dalam soal-soal pokok iman.
2. Cara terbaik bagi para pelayan Tuhan untuk bertumbuh dalam pengetahuan dan iman adalah dengan mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara mereka. Sementara kita mengajar orang-orang lain, kita juga mengajar diri kita sendiri.
3. Orang-orang yang diajar oleh para pelayan Tuhan adalah saudara-saudara seiman, dan harus diperlakukan sebagaimana layaknya saudara-saudara, sebab para pelayan Tuhan bukanlah pemerintah atas orang-orang yang dipercayakan kepada mereka.
*B. ESENSI PESAN RASUL PAULUS*
*I. Pada bagian ini Rasul Paulus sangat menekankan pentingnya beribadah kepada Timotius dan orang-orang lain*: _Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua_ (ay. 7-8).
Adat istiadat Yahudi yang memenuhi pikiran sebagian orang tidak ada hubungannya dengan mereka. Tetapi, Latihlah dirimu beribadah, artinya, pikirkan untuk selalu menjalankan ibadah (Yun Eusebia). Orang-orang yang ingin menjadi saleh harus melatih diri beribadah. Untuk ini dibutuhkan suatu latihan yang tetap dan terus-menerus. Alasannya diambil dari kegunaan beribadah.
Latihan badani terbatas gunanya, atau hanya berguna untuk waktu yang singkat. Pantang makan dan tidak menikah serta perbuatan-perbuatan serupa itu, walaupun baik sebagai tindakan mati raga dan penyangkalan diri, namun hanya sedikit gunanya. Perbuatan-perbuatan itu tidak banyak berpengaruh. Apa gunanya kita bermati-raga jika kita tidak mati terhadap dosa?
Amatilah dan pahamilah Gesss !!!!,
1. Ada banyak hal yang dapat diperoleh dengan beribadah. Beribadah akan mendatangkan manfaat sepanjang umur hidup kita, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.
2. Keuntungan beribadah banyak terdapat di dalam janji itu. Dan janji yang diberikan kepada orang-orang saleh berkaitan dengan hidup yang sekarang ini, tetapi secara khusus janji-janji itu berkaitan dengan kehidupan yang akan datang. Sebagian besar janji-janji di dalam Perjanjian Lama merupakan berkat-berkat yang bersifat sementara, namun di bawah Perjanjian Baru berkat-berkat itu bersifat rohaniah dan kekal. Jika orang-orang saleh hanya memperoleh sedikit hal-hal baik dari kehidupan yang sekarang ini, hal-hal baik itu akan ditambahtambahkan kepada mereka di dalam kehidupan yang akan datang.
3. Terdapat banyak takhayul dan dongeng nenek-nenek tua pada zaman rasul-rasul pada waktu itu (Jangan ditafsirkan bebeda konteks atau untuk menghakimi .. be careful) Walaupun Timotius adalah seorang yang sangat luar biasa, ia tidak dikecualikan dari nasihat itu, jauhilah takhayul, dan seterusnya.
4. Tidak cukup jika kita hanya menjauhi takhayul dan dongeng nenek-nenek tua belaka, tetapi kita juga harus melatih diri untuk beribadah. Kita tidak saja harus berhenti berbuat jahat, tetapi _kita juga harus belajar berbuat baik_ (Yes. 1:16-17), dan harus melatih diri kita untuk beribadah. Dan
5. Pada akhirnya, orang-orang yang sungguh-sungguh saleh, yaitu yang taat beribadah, sama sekali tidak akan menderita kerugian, tak peduli apa pun jadinya dengan orang-orang yang melakukan latihan badani, karena ibadah itu mengandung janji, dan seterusnya.
*II. Dorongan agar kita terus bertekun di jalan-jalan ibadah dan melatih diri untuk beribadah, meskipun harus menghadapi banyak kesulitan dan tawar hati di dalamnya*.
Rasul Paulus telah berkata bahwa ibadah itu berguna dalam segala segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini (ay. 8). Namun, pertanyaannya adalah, apakah keuntungannya seimbang dengan kerugiannya? Karena, jika tidak seimbang, itu berarti bukanlah keuntungan. Ya, kita yakin bahwa ibadah itu pasti akan membawa keuntungan. Berikut ini adalah perkataan Rasul Paulus lainnya yang tepat, patut untuk diterima sepenuhnya, yaitu bahwa segala jerih payah dan kerugian kita di dalam pelayanan bagi Allah dan pekerjaan ibadah akan dibalas dengan berlimpah-limpah, sehingga meskipun kita menderita kerugian bagi Kristus, kita tidak dibiarkan merugi oleh-Nya. Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup (ay. 10).
Amati dan pahamilah Gesss !!!!!,
1. Orang-orang yang beribadah harus berjerih payah dan bersiap-siap untuk menghadapi perlawanan. Mereka harus bekerja dengan baik dan pada saat yang sama harus mengalami kesukaran. Perjuangan hebat dan kesukaran harus kita hadapi di dalam dunia ini, bukan saja sebagai manusia, melainkan juga sebagai orang-orang kudus.
2. Orang-orang yang berjerih payah serta harus menghadapi perlawanan di dalam melayani Tuhan dan pekerjaan ibadah dapat bergantung pada Allah yang hidup bahwa mereka tidak menderita kerugian oleh semuanya itu. Biarlah hal ini menguatkan hati mereka, bahwa kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup.
Perenungan akan hal ini, bahwa Allah yang telah berjanji dan menjamin untuk menjadi Tuan yang akan membayar upah kita adalah Allah yang hidup, hidup selama-lamanya, dan menjadi sumber kehidupan bagi semua orang yang melayani Dia, haruslah dapat membesarkan hati kita di dalam segala pelayanan dan di dalam segala jerih payah kita bagi Dia, khususnya mengingat bahwa Dia adalah Juruselamat semua manusia.
Artinya apa Gess ???
(1) Oleh penyelenggaraan pemeliharaan-Nya, Ia melindungi orang-orang serta memperpanjang hidup anak-anak manusia.
(2) Allah memiliki kehendak baik agar semua orang memperoleh keselamatan kekal, dan tidak menghendaki seorang pun binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Ia tidak berkenan kepada kematian orang-orang berdosa. Sampai saat ini, Ia adalah Juruselamat bagi semua orang, sehingga tidak seorang pun dibiarkan tinggal dalam keadaan putus asa seperti halnya dengan malaikat-malaikat yang telah jatuh. Nah, jikalau sudah sedemikian heabtnya Dia menjadi Juruselamat semua manusia, maka kita dapat menyimpulkan bahwa terlebih lagi Ia akan memberikan balasan bagi orang-orang yang mencari dan melayani Dia. Jika Ia memiliki kehendak yang demikian baik bagi semua ciptaan-Nya, terlebih lagi Ia akan menganugerahkan kebaikan bagi mereka yang menjadi ciptaan baru, yaitu mereka yang telah dilahirkan kembali. Ia adalah Juruselamat bagi semua orang, terutama bagi mereka yang percaya. Dan keselamatan yang Ia sediakan bagi orang-orang yang percaya, cukup untuk membalas segala pelayanan dan perjuangan mereka.
Di sini kita melihat bahwa
[1] Kehidupan seorang Kristen adalah kehidupan penuh jerih payah dan perjuangan. Kita berjerih payah dan berjuang.
[2] Paling-paling yang akan kita tanggung di dalam kehidupan sekarang ini adalah perlawanan atas pekerjaan baik kita, atas pekerjaan iman kita, dan jerih payah kasih kita.
[3] Orang-orang Kristen sejati menaruh pengharapan mereka kepada Allah yang hidup, sebab terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, atau kepada apa saja selain Allah yang hidup. Dan orang-orang yang percaya kepada-Nya tidak akan dipermalukan. Percayalah kepada-Nya setiap waktu.
[4] Secara umum Allah adalah Juruselamat bagi semua orang, sebab Ia telah menempatkan mereka semua dalam keadaan dapat diselamatkan. Namun, secara khusus Ia adalah Juruselamat bagi orang-orang yang percaya. Oleh karena itu, ada penebusan umum, dan ada juga penebusan khusus.
*III. Tugas dan Panggilan kepada Timotius*,
*1. Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu, semua yang telah diajarkan oleh Rasul Paulus kepada Timotius*._ “Perintahkan kepada mereka untuk melatih diri mereka beribadah, ajarkan kepada mereka kegunaan ibadah, dan katakanlah bahwa jika mereka melayani Allah, maka mereka melayani satu Pribadi yang pasti akan menyelamatkan mereka.”_
*2. Supaya Timotius hidup dengan segala kesungguhan dan kecermatan diri sehingga mendatangkan rasa hormat bagi dirinya meskipun ia masih muda*,
_“Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda, yaitu janganlah memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk menganggap rendah kemudaanmu.”_ Kemudaan orang muda tidak akan dianggap rendah jika ia tidak membuat dirinya sendiri dipandang rendah oleh kesia-siaan dan kebodohan perbuatan orang muda. Orang-orang muda dapat berperilaku bagaikan orang yang sudah tua, sehingga karena itu mereka dapat bermegah jika dianggap rendah.
*3. Untuk menegaskan ajarannya dengan teladan yang baik, jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dan seterusnya*.
Amatilah dan camkan Gesss !!!!!, orang-orang yang mengajar melalui ajaran mereka harus mengajar juga melalui kehidupan mereka, kalau tidak mereka akan meruntuhkan dengan sebelah tangan sendiri apa yang telah mereka bangun dengan tangan lainnya. Mereka harus menjadi teladan, baik dalam perkataan maupun di dalam tingkah laku mereka. Percakapan mereka harus bersifat mendidik. Dan hal seperti ini akan menjadi suatu teladan yang baik: tingkah laku mereka harus lurus. Dan hal seperti ini akan menjadi suatu teladan yang baik: mereka harus menjadi teladan di dalam kasih, atau kasih kepada Allah dan semua orang kudus, menjadi teladan di dalam roh, yaitu memikirkan hal-hal yang rohani dan menyembah di dalam roh. Juga, menjadi teladan di dalam iman, yaitu di dalam pengakuan iman Kristen, dan teladan di dalam kesucian atau kemurnian.
*4. Rasul Paulus memerintahkan dia untuk belajar dengan rajin, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan di dalam mengajar* (ay. 13).
Meskipun Timotius memiliki karunia-karunia yang luar biasa, namun ia harus tetap menggunakan cara-cara yang biasa. Atau, ayat itu dapat juga diartikan sebagai pembacaan Kitab-kitab Suci di hadapan jemaat. Ia harus membaca dan menasihati, artinya membaca dan menjelaskan secara terperinci, membaca dan menekankan mengenai apa yang ia bacakan kepada mereka. Ia harus menjelaskan secara terperinci baik dengan cara menasihati maupun dengan cara mengajar. Ia harus mengajar mereka baik mengenai apa yang harus mereka lakukan dan apa yang harus mereka percayai.
Implikasinya apa buak kita Gesss !!!!
(1) Para pelayan Tuhan harus mengajarkan dan memerintahkan hal-hal yang telah diajarkan kepada mereka sendiri dan hal-hal yang telah diperintahkan kepada mereka. Mereka harus mengajar jemaat untuk melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkan Kristus (Mat. 28:20).
(2) Cara terbaik bagi para pelayan Tuhan untuk menghindari dipandang rendah adalah dengan mengajarkan dan melakukan hal-hal yang telah diperintahkan kepada mereka. Tidak heran kalau ada pelayan-pelayan Tuhan yang dianggap rendah karena mereka tidak mengajarkan hal-hal ini, atau karena bukannya menjadi teladan yang baik bagi orang-orang percaya, mereka malah secara langsung melakukan tindakan yang bertentangan dengan pengajaran-pengajaran yang mereka beritakan. Sebab para pelayan Tuhan harus menjadi teladan bagi kawanan domba mereka.
(3) Para pelayan Tuhan yang mau menyelesaikan pekerjaan mereka dengan hasil terbaik, harus peduli untuk belajar, supaya mereka dapat meningkat di dalam pengetahuan. Mereka juga harus memperhatikan pekerjaan mereka. Mereka harus membaca Kitab Suci, menasihati, dan mengajar di hadapan jemaat.
*5. Rasul Paulus memerintahkan Timotius untuk waspada agar jangan lalai, jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu* (ay. 14).
Karunia-karunia Allah akan melemah jika diabaikan. Ayat ini dapat dipahami baik sebagai jabatan yang diembannya ataupun sebagai kemampuan-kemampuannya untuk menjalankan jabatan itu. Untuk pengertian yang pertama, jabatannya itu ditahbiskan dengan cara yang biasa, sementara untuk pengertian yang kedua, karunia-karunianya diberikan secara luar biasa.
Tampaknya, untuk pengertian yang pertama, karena pentahbisannya dengan penumpangan tangan, dan seterusnya. Perhatikanlah di sini cara penahbisan yang Alkitabiah, yaitu pentahbisan dengan penumpangan tangan, dan penumpangan tangan itu dilakukan oleh sidang penatua. Amatilah, Timotius ditahbiskan oleh orang-orang yang memiliki jabatan dalam gereja. Pada bagian yang lain kita membaca mengenai penyampaian karunia yang luar biasa kepada Timotius melalui penumpangan tangan oleh Rasul Paulus sendiri (2Tim. 1:6), tetapi di sini ia ditahbiskan dalam jabatannya di gereja oleh penumpangan tangan sidang penatua.
(1) Kita dapat memperhatikan bahwa jabatan pelayanan merupakan suatu karunia. Jabatan itu adalah karunia dari Kristus. Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia mendapatkan pemberian-pemberian kepada manusia, dan Ia memberikan baik rasul-rasul maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar (Ef. 4:8, 11), dan pemberian ini merupakan pemberian yang sangat indah bagi jemaat-Nya.
(2) Para pelayan Tuhan tidak boleh melalaikan karunia yang telah diberikan kepada mereka, apakah itu karunia yang kita pahami sebagai jabatan pelayanan ataupun kemampuan-kemampuan untuk menjalankan jabatan itu. Baik yang satu ataupun yang lain sama sekali tidak boleh diabaikan.
(3) Meskipun ada nubuat mengenai Timotius ini (karunia itu diberikan melalui nubuat), namun penahbisannya masih tetap disertai dengan penumpangan tangan sidang penatua, artinya, oleh sejumlah penatua. Jabatan itu diberikan kepadanya dengan cara tersebut. Dan saya berpendapat bahwa penahbisan oleh sidang penatua itu sudah cukup memberikan jaminan, karena tidak tampak di sini bahwa Rasul Paulus berkeberatan dengan penahbisan Timotius. Benar bahwa ada karunia-karunia luar biasa yang dianugerahkan kepada Timotius oleh penumpangan tangan Rasul Paulus sendiri (2Tim. 1:6), namun jika Rasul Paulus berkeberatan dengan penahbisan Timotius ini, maka sidang penatua pun akan dipersoalkannya. Tetapi seperti yang disebutkan secara khusus oleh Paulus, ia tidak keberatan dengan cara itu, sehingga tampak sangat jelas bahwa sidang penatua memiliki kuasa dalam jabatan mereka untuk menahbiskan.
*6. Dengan dipercayakannya pekerjaan ini kepadanya, maka Timotius harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada pekerjaan itu* (TL), _“Hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang.”_
Timotius dikenal sebagai seorang yang bijaksana, namun ia tetap harus maju, dan menunjukkan bahwa ia bertumbuh di dalam pengetahuan. Artinya Apa ???
(1) Para pelayan Tuhan harus banyak melakukan perenungan. Sebelumnya mereka harus mempertimbangkan bagaimana dan apa yang harus mereka katakan. Mereka harus merenungkan kepercayaan besar yang diserahkan kepada mereka itu, mengenai harga dan nilai jiwa-jiwa yang tidak dapat binasa, serta mengenai pertanggungjawaban yang harus mereka berikan pada akhirnya.
(2) Para pelayan Tuhan harus memberikan diri sepenuh hati di dalam hal-hal ini, mereka harus memperhatikan hal-hal ini sebagai pekerjaan dan urusan utama mereka, hiduplah di dalamnya.
(3) Dengan melakukan hal-hal ini, kemajuan mereka akan menjadi nyata di dalam segala sesuatu, dan juga di hadapan semua orang. Inilah cara bagi mereka untuk memperoleh kemajuan dalam pengetahuan dan kasih karunia, dan juga untuk memajukan orang-orang lain.
*7. Rasul Paulus menekankan hal ini kepada Timotius dengan sangat sungguh-sungguh*,
“Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu, perhatikan baik-baik apa yang engkau beritakan. Bertekunlah dalam semuanya itu, di dalam kebenaran yang telah engkau terima, dan dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu sendiri dan semua orang yang mendengar engkau.” Perhatikan baik-baik,
(1) Para pelayan Tuhan terlibat di dalam pekerjaan penyelamatan, yang menjadikan pekerjaannya itu sebagai pekerjaan yang baik.
(2) Perhatian para pelayan Tuhan pertama-tama haruslah untuk menyelamatkan diri mereka sendiri, “Pertama-tama selamatkanlah dirimu sendiri, dengan demikian engkau akan menjadi alat untuk menyelamatkan orang-orang yang mendengar engkau.”
(3) Dalam memberitakan firman, tujuan para pelayan Tuhan harus terarah kepada keselamatan orang-orang yang mendengar, dan kemudian kepada keselamatan jiwa mereka sendiri.
(4) Cara terbaik untuk mencapai kedua tujuan ini adalah dengan mengawasi diri kita sendiri, bukan mengawasi dan menghakimi orang lain. Amin
*C. PENUTUP*
Dalam surat tersebut Rasul Paulus meneguhkan Timotius tetap berdiri teguh di tengah-tengah kemerosotan yang marajalela. Dalam penguasa diri seorang Timotius, Paulus memberikan nasehat kepadanya, jangan pedulikan apa yang dipikirkan, dikatakan atau diperbuat orang lain. Paulus menegur Timotius harus memiliki hidup yang tertata rapi kehidupan sesuai dengan firman Tuhan. Serta Mampu seorang pemimpin menguasai dirinya sendiri agar kestabilan dalam berfikir dalam berperilaku dengan benar.
Ketekunan Timotius lebih harus berhati-hati dan lebih waspada menghadapi persoalan-persoalan terjadi. Dalam menghadapi ajaran-ajaran Palsu, Timotius serta mampu memberikan ajaran firman Tuhan kepada jemaat Efesus dari kepercayaan yang tidak sesuai dalam menerima doktrin ajaran sesat.
Surat Paulus mendorong Timotius untuk menghasilakan buah lebih baik, melalui ketekunan Timotius, ajaran, perbuatan, bahkan gaya hidup kesetiaan dalam Kristus
Bagaimanakah dengan Anda selama ini ????
Salam Warung Teologi
Tuhan Yesus Memberkati
REFERENSI
Kurniadi, Trisno. “Penguasaan Diri Hamba Tuhan Dalam Pelayanan Kajian Eksegetikal 2 Timotius 4:1-8.” Manna Rafflesia 3, no. 2 (1970): 131–156.
Nurdin, Christantio, Sekolah Tinggi, Teologi Lintas, Budaya Jakarta, and Informasi Artikel. “Melayani Berdasar Pikiran Dan Perasaan Kristus.” Semper Reformanda 3, no. 1 (2021): 13–20. https://ejournal.sttlintasbudaya.ac.id/index.php/JSR/article/view/8.
Tubagus, Steven. “Makna Kepemimpinan Daud Dalam Perjanjian Lama.” KINAA: Jurnal Kepemimpinan Kristen dan Pemberdayaan Jemaat 1, no. 1 (2020): 56–67. https://kinaa.iakn-toraja.ac.id/index.php/ojsdatakinaa/article/view/3.
Waharman. “Studi Eksegetis Ungkapan ”Kuasailah Dirimu Dalam Segala Hal” Dalam Ii Timotius 4:15a.” Manna Rafflesia 2, no. 1 (2015): 1–10. Wokas, Iva
Trifena Mayrina. “Sikap Hidup Hamba Tuhan Berdasarkan 2 Timotius 2:1-13.” CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika 2, no. 1 (2021): 16–30.
R.Budiman, Surat-Surat Pastoral I & Ii Timotius Dan Titus, ( PT.Bpk Gunung Mulia, Jakarta 1992 ), 1-50