Tasawuf:
Menyelami Makna
Menggapai Kebahagiaan Spritual
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang
terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku
terhadap:
i. Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan
peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian
ilmu pengetahuan;
iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran,
kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan
ajar; dan
iv. Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin
Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Tasawuf:
Menyelami Makna
Menggapai Kebahagiaan Spritual
Dr. Sehat Sultoni Dalimunthe, M.A.
TASAWUF:
MENYELAMI MAKNA MENGGAPAI KEBAHAGIAAN SPRITUAL
Sehat Sultoni Dalimunthe
Desain Cover :
Herlambang Rahmadhani
Sumber :
https://www.shutterstock.com
Tata Letak :
Gofur Dyah Ayu
Proofreader :
Avinda Yuda Wati
Ukuran :
viii, 225 hlm, Uk: 15.5x23 cm
ISBN :
978-623-02-2736-3
ISBN Elektronik :
978-623-02-2827-8
Cetakan Pertama :
April 2021
Tahun Terbit Digital :
2021
Hak Cipta 2021, Pada Penulis
Isi diluar tanggung jawab percetakan
Copyright © 2021 by Deepublish Publisher
All Right Reserved
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.
PENERBIT DEEPUBLISH
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Website: www.deepublish.co.id
www.penerbitdeepublish.com
E-mail:
[email protected]
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, buku Tasawuf: Menyelami Makna Menggapai
Kebahagiaan Spiritual ini selesai walaupun kelahirannya lebih lama dari
“umur kandungannya”. Selawat serta salam saya sampaikan kepada
manusia paling sufi walaupun tidak ada yang menyebutnya sebagai sufi
yang menjadi teladan umat, Muhammad Saw.
Kelahiran buku ini adalah tanggung jawab moral intelektual penulis
sebagai dosen STAIN Malikussaleh Lhoksemuawe tahun 2005-2017.
Sebagai dosen pengampu mata kuliah Tasawuf yang tidak sempat terbit
sewaktu penulis masih menjadi dosen di lembaga itu. Penulis berencana
buku ini terbit sebelum mutasi ke IAIN Padangsidimpuan. Penulis mutasi
ke IAIN Padangsidimpuan Februari 2017, maka buku ini terlambat lahir
3,8 tahun. Inilah yang penulis katakan dengan lahir lebih lama dari umur
kandungannya.
Filsafat Islam yang menurut Mulyadhi Kertanegara berkembang
pesat dalam tasawuf bagi para ilmuwan sekarang menjadi menarik.
Menarik karena ia berupa mistik yang tidak masuk akal manusia, tapi
kadang-kadang empirik hasilnya.
Menulis buku apalagi berhubungan dengan mata kuliah bagi dosen
merupakan arsip sebagian pemahamannya terhadap apa yang telah
diajarkan. Dalam konteks ini, saya mengucapkan terima kasih kepada
mahasiswa-mahasiswa saya di STAIN Malikussaleh dan STAI al-Muslim
Matang. Buku ini adalah arsip sebagian pemahaman penulis tentang
tasawuf. Cukuplah mahasiswa berdebat tentang pemahaman dosennya
terhadap pemikiran yang tertulis daripada sekadar perkataan (lisan).
Akhirnya, sebagai anggota keluarga, saya ucapkan terima kasih
kepada istri dan anak-anakku. Siapa pun yang berkarya itu, pastilah ada
vi
dukungan keluarga baik langsung atau tidak. Jika permasalahan keluarga
sedang memburuk, tentulah seorang penulis akan terganggu berpikir dan
menulis. Untuk itu, saya ucapkan terima kasih kepada istriku Habibah,
S.Ag. juga kepada putra-putriku Farhan Fazlul Rahman Dalimunthe yang
saat ini sedang studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kepada Arif
Rahman Dalimunthe yang sedang studi di MAN 2 Padangsidimpuan.
Kepada Qorinah Rahman Dalimunthe yang sedang studi di SMP N1
Gunung Tua dan kepada Taufik Hidayah Rahman Dalimunthe yang sedang
studi di SD Plus Tadika Raya Aek Haruaya, Kecamatan Portibi Kabupaten
Padang Lawas Utara.
Kepada semua insan akademis, penulis berharap kritik dan sarannya
untuk penyempurnaan karya ini lewat e-mail
[email protected]
Aek Haruaya, 12 Oktober 2020
S2D
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................... vii
PENGANTAR: MENGENAL IDENTITAS TASAWUF ..................... 1
A.
Pengertian ................................................................................. 1
B.
Sejarah Tasawuf...................................................................... 34
C.
Komentar Ulama tentang Tasawuf: Pro dan Kontra ................. 39
D.
Tasawuf Sunni dan Falsafi ...................................................... 41
KISAH-KISAH SUFISTIK ................................................................. 43
A.
Kisah Nabi Muhammad saw.................................................... 43
B.
Kisah Khulafa al-Rasyidin ...................................................... 46
C.
Kisah Sahabat ......................................................................... 54
D.
Kisah Aulia ............................................................................. 59
TASAWUF SUNNI DAN FALSAFI: MAQAMAT DAN AHWAL ... 63
A.
Maqamat ................................................................................. 63
B.
Ahwal ................................................................................... 105
BINTANG SUFI ................................................................................ 116
A.
Rabiatul al-Adawiyah (95-185 H/717-801)............................ 116
B.
Dzunnun al-Misri (796-856).................................................. 122
C.
Al-Husein ibn Mansur al-Hallaj (858-922) ............................ 126
D.
Abu Yazid al-Bistami (874-947) ........................................... 130
E.
Ibn `Arabi (468-543H/1076-1148)......................................... 142
F.
Abdul Qodir Jilani (1077-1166) ............................................ 151
G.
Bahauddin Naqsabandi (1318-1389)...................................... 164
viii
TAREKAT ..........................................................................................178
A.
Tarekat Qodiriyah ..................................................................181
B.
Terekat Naqsyabandiyah ........................................................185
TELADAN TOKOH ...........................................................................190
A.
Teladan Para Pejabat ..............................................................191
B.
Teladan Ulama.......................................................................197
C.
Teladan Cendekiawan ............................................................213
DAFTAR BACAAN ............................................................................ 221
PROFIL PENULIS ............................................................................... 224
1
PENGANTAR:
MENGENAL IDENTITAS TASAWUF
Aneka pendapat tentang tasawuf untuk mengenalnya akan
dikemukakan secara panjang lebar agar dasar pemahaman tentang bidang
ilmu ini semakin kuat.
A.
Pengertian
Harun Nasution mengatakan bahwa tasawuf adalah jalan menuju
Tuhan. Kalimat memuat dua kata kunci penting, yaitu jalan dan tujuannya
Tuhan. Sebagai jalan, tasawuf adalah salah satu jalan mengenal Tuhan.
Jalan mengenal Tuhan bisa juga diartikan, jalan mendekatkan diri
kepadaNya. Bisa juga maksudnya, metode sistematis untuk menuju Tuhan.
Lebih teknis kelak dalam tasawuf dikenal dengan tarekat. Tarekat itu
bagaikan organisasi yang memandu jalan menuju Tuhan.
Tarekat ini bisa juga diibaratkan dengan kendaraan menuju Tuhan.
Contohnya Tarekat Naqsyabandiyah, punya sistem dan rute menuju
Tuhan. Tarekat Qodariyah juga punya sistem dan rute menuju Tuhan.
Tarekat Khalidiyah dan lain-lain juga punya sistem dan rute yang bisa saja
ada kesamaan dan perbedaannya antara satu dengan yang lainnya.
Tujuan bertasawuf sebagaimana dikemukakan Harun Nasution
adalah “Menuju Tuhan”. Terminal terakhir perjalanan itu adalah tempat di
mana bisa bertemu dengan Tuhan. Bertemu dengan Tuhan, jangan
dipahami secara fisik, walaupun ada yang berpendapat kelak di akhirat
orang yang masuk surga dapat bertemu denganNya. Karena tasawuf adalah
konsepnya di dunia, maka bertemu dengan Tuhan dapat dipahami secara
spiritual. Pertemuan spiritual dengan Tuhan bisa memungkinkan jika
43
KISAH-KISAH SUFISTIK
Kisah-kisah sufistik bagi sebagian orang menarik dibaca dan
didengarkan. Bagi sebagian lainnya, khususnya kaum rasional bisa saja
tidak menarik karena diragukan kebenarannya karena bertentangan dengan
logika.
A.
Kisah Nabi Muhammad saw.
Dalam pembahasan ini akan dikemukakan mukjizat Nabi
Muhammad saw. dan sebagian perilaku mulai yang istimewa dan
supralogis.
Dalam hal makan, nabi menurut hadis yang diriwayatkan Bukhari,
tidak pernah kenyang selama tiga hari berturut-turut dengan
mengkonsumsi roti gandum sampai beliau meninggal dunia. Dalam hadis
yang diriwayatkan Tirmidzi dari A`isyah malah disebutkan bahwa nabi
tidak pernah kenyang satu hari dari roti dan daging.
َ َ َ َ َ ُ ُ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َ ُ َ ُ ْ َ
ْ ََشا م ِْن َب ْطن ِب
ًّ َ ِم و ََع ًء
ٌّ
ب
س
آد
سمِعت رسول اّللِ صَّل اّلل عليهِ وسلم يقول ما مَل
ِ
ِ
ِ
ِ
ٍ
َ ُ ُ َ
ٌ َُُ
ٌ َُُ ََ ََ َ َ َ ْ َ ْ
ٌ ُُ
َ َ ثل
اب ْ ِن آد َم أكَل ٌت يُق ِْم َن ُصلبَ ُه فإِن َكن ال َمالة فثلث ل َِط َعامِهِ وثل
َِشابِهِ َوثلث
َ
ِسه
ِ ِلِ َف
Artinya, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam
bersabda: "Manusia tidak memenuhi wadah yang buruk melebihi perut,
cukup bagi manusia beberapa suapan yang menegakkan tulang
punggungnya, bila tidak bisa maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga
untuk minumnya dan sepertiga untuk nafasnya." (H.R. Tirmidzi)
63
TASAWUF SUNNI DAN FALSAFI:
MAQAMAT DAN AHWAL
A.
Maqamat
Perjalanan calon sufi yang mengikuti tarekat tertentu memulai
perjalanan dan memiliki tingkatan-tingkatan sampai mencapai garis finish
yang disebut dengan maqâmât. Maqâmât jamak dari maqâm yang berarti
“posisi” atau peringkat. Dalam tasawuf lebih populer diterjemahkan
stasiun kata Mulyadhi Kartanegara. Seakan-akan jalan tasawuf menuju
Tuhan harus melalui beberapa stasiun dan harus dilalui secara bertahap.
Kalau dalam sekolah, maqâmât ini bagaikan jenjang pendidikan sampai
terakhir.
Dalam setiap jenjang perjalanan (maqam), calon sufi mengalami
keadaan mental yang disebut dengan ahwâl. Ahwâl jamak dari hâl yang
berarti keadaan batin calon sufi atau perasaan yang dialami oleh calon sufi
ketika mengikuti jalan sufi.
Pengalaman dan perasaan batin para sufi ketika mengikuti
perjalanan menuju Tuhan ada yang berbeda karena pengalaman ini bersifat
subjektif. Subjektivitas pengalaman itu bisa ditarik hal-hal yang objektif.
Boleh jadi dalam literatur tasawuf tidak dibahas bagaimana
seseorang sudah dapat disebutkan seorang sufi atau calon sufi. Secara
teoretis, aliran tasawuf itu ada dua, yaitu tasawuf sunni dan tasawuf falsafi
(Alwi Shihab, 2002: xix). Kedua aliran ini sama-sama melalui jalan
menuju Tuhan. Sampai di mana berakhirnya jalan menuju Tuhan itu,
antara tasawuf Sunni dan Falsafi memiliki perbedaan. Adapun tasawuf
modern yang disebutkan oleh Hamka, tidak dimasukkan oleh para ahli
tasawuf dalam salah satu aliran, walaupun substansinya dapat dipahami
116
BINTANG SUFI
A.
Rabiatul al-Adawiyah (95-185 H/717-801)
Ada yang menulis Rabiah lahir di Basrah tahun 95 H/717 M.
Dengan demikian, beliau lebih muda 15 Tahun dari Imam Abu Hanifah
yang lahir tahun 80 H. Beliau meninggal pada saat umurnya Imam Syafii
35 Tahun. Dari sisi umur dan tempat tinggalnya, Rabiah mengenal Imam
Abu Hanifah dan Imam Syafi`i. Kemungkinan juga Imam Malik juga
mengenalnya, walaupun Imam Malik selama hidupnya berada di Madinah.
Imam Malik lahir 711 M dan meninggal 795 M. Dengan demikian Imam
Malik lebih tua dari Rabiah 6 tahun, meninggal juga lebih duluan Imam
Malik 6 tahun dari Rabiah. Dari data tersebut sangat memungkinkan
keduanya saling mengenal walaupun tidak dekat. Sedangkan Imam Ahmad
ibn Hanbal lahir tahun 780 dan meninggal 855 M. Pada saat Ahmad ibn
Hanbal lahir, umurnya Rabiah 63 tahun. Sedangkan ketika Rabiah
meninggal, umur Imam Ahmad berumur 21 tahun. Besar kemungkinan
Imam Ahmad mengenal atau setidaknya mengetahui Rabiah al-`Adawiyah.
Dengan demikian, Rabiah al-`Adawiyah kemungkinan mengenal empat
imam mazhab Sunni tersebut.
Tidak membicarakan Rabiatul al-Adawiyah dalam tasawuf bagaikan
makan tanpa sayur maupun tanpa lauk pauk. Siapa pun yang belajar
tasawuf tidak pernah mendengar nama Rabiatu al-Adawiyah, diragukan
bawah ia pernah belajar tasawuf. Yang tidak mengenalnya bagaikan orang
yang mengaku alumni Pondok Modern Gontor, tapi tidak bisa berbicara
bahasa Arab. Begitulah pentingnya Rabiayah al-Adawiyah dalam kajian
tasawuf. Ia salah seorang bintang, khususnya dalam konsep mahabbah.
178
TAREKAT
Di dalam Al-Qur’an ditemukan kata طريقempat kali dalam Q.S. alNisa/4: 169, Thaha/20: 63,77, dan Ahqab/46: 30. Sementara kata ()طريقة
ditemukan dua kali dalam Q.S. Thaha/20: 104 dan Jin/72: 16. Al-Ragib alAshfahani (2000: 303) menjelaskan bahwa kata thariq berarti jalan yang
dilalui dengan jalan kaki. Dari makna jalan berarti lebih sempit lagi dari
gang ()زقاق. Thariq sangat spesifik sekali, seperti jalan tikus atau jalan
khusus yang harus ada penunjuk jalannya (guide). Dari sini dapat dipahami
bahwa tarikat harus memiliki pembimbing sebagai penunjuk jalan menuju
Tuhan yang disebut dengan mursyid.
Dari pengertian thariq dalam Al-Qur’an, maka benarlah apa yang
disebut oleh Mulyadhi Kertanegara (2006: 15) bahwa tariqah adalah jalan
kecil (path) bukan jalan raya (road). Jalan yang besar itu disebut Mulyadhi
dengan syariat.
Dalam nomenklatur pendidikan Islam kata metode menggunakan
istilah thariqah. Metode mengajar ()طريقة التعليم. Sementara dalam bentuk
mudzakkar ( )طريقbiasa diartikan dengan jalan. Dalam tasawuf tarekat
diartikan jalan yang dilalui untuk menuju Tuhan. Para ulama menawarkan
berbagai macam jalan menuju Tuhan.
Tasawuf yang kelahirannya disebutkan pada abad ke-3 H walaupun
masih lebih tepat dalam bentuk gerakan-gerakan zuhud. Menurut Ira M.
Lapidus (2000: 256) perkembangan tasawuf sejalan dengan perkembangan
mazhab-mazhab hukum. Baru pada akhir abad ke-4 Hijriyah, ulama
menulis buku yang disebut dengan tasawuf. Abu Bakar ibn Abi Ishaq alKalabadzi (w.380) telah menulis buku yang berjudul, التعرف لمذهب أهل
التصوف. Abu Nasr al-Sarraj al-Thusi (w. 378 H) menulis buku yang
berjudul ( اللماع في التصوفCahaya dalam Tasawuf). Abu Qosim Abdul
190
TELADAN TOKOH
Teladan tokoh dalam bab ini, khusus mengetengahkan orang-orang
Indonesia. Karena pembaca kemungkinan besar orang Indonesia, maka
menyebutkan teladan tokoh dari Indonesia menjadi tepat, mengingat tokoh
tersebut masih banyak dikenal masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan
metode pendidikan akhlak, bahwa tokoh itu perlu dikenal orang yang
meneladani atau setidaknya, ada orang yang masih mengenalnya, dan
kemudian menuturkannya kepada orang lain. Dalam ulumul hadis
setingkat tabi`i. Tabi` mendapat kabar dari sahabat yang pernah berjumpa
dengan Rasulullah saw. Teladan tokoh dalam bab ini, mereka yang masih
hidup sekarang atau masih hidup orang yang berjumpa dengan tokoh itu.
Jika tidak berjumpa, di sinilah peran dari studi biografi tokoh. Tulisan ini
lebih banyak merujuk pada studi biografi tokoh.
Latar belakang bab ini, berangkat dari hadis yang menyuruh
manusia untuk menyebut-nyebut kebaikan orang yang sudah meninggal.
اذكروا َماسن موتاكم
Artinya, “Sebutlah kebaikan-kebaikan si mati”.
Hadis ini pertama kali secara sadar penulis dengar dan terus
terngiang di telinga, ketika ada seorang sahabat alumni Gontor tahun 1989
bernama Fazrul Haq meninggal. Prof. Dr. Ramli Abdul Wahid, Dosen UIN
Sumatera Utara sebagai alumni al-Azhar dimana almarhum juga alumni alAzhar, memberi kata ta`ziyah dan menyebutkan hadis di atas.
Hadis itu diriwayatkan oleh Ibn Hibban dan Hakim dengan matan
yang lebih lengkap.
221
DAFTAR BACAAN
`Arabi, Ibn. 2002. Isyarat Ilahi: Tafsir Juz `Amma Ibn `Arabi. Terjemahan
Cecep Ramli Bihar Anwar. Jakarta: Hikmah.
`Arabi, Ibn. 1994. Sufi-Sufi Andalus. Terjemahan M.S. Nasrullah.
Bandung: Mizan.
Dalimunthe, Sehat Sultoni dan Asmar Yami Dalimunthe. 2015.
Petualangan Ilmiah Pendidikan Islam dari Jakarta ke Medan.
Depok: Indie Publishing.
Huffadh, Darul. 2015. Etta: Meniti di Dalam Cahaya. Sidoarjo: Daffa
Publishing.
Frager, Robert. 2013. Obrolan Sufi. Terjemahan Hilmi Akmal. Jakarta:
Zaman.
Hajjat, Muhammad Fauqi. 2013. Tasawuf Islam dan Akhlak. Terjemahan
Kamran As`at Irsyadi dan Fakhri Ghazali. Cet. 2. Jakarta: Amzah.
Hilal, Ibrahim. 2002. Tasawuf: Antara Agama dan Filsafat. Terjemahan
Ija Suntana dan E. Kusdian. Bandung: Pustaka Hidayah.
Al-Ghazali, Imam. Ihya Ulumuddin. Jilid IV.
Isa, `Abdul Qadir. Haqaiq `An al-Tashawwuf. Ebook.
Isa, Abdul Qadir. 2005. Hakekat Tasawuf. Jakarta: Qisthi Press.
Jumantoro. Totok dan Samsul Munir Amin. 2005. Kamus Ilmu Tasawuf.
t.k: Amzah.
Kertanegara, Mulyadhi. 2006. Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta:
Erlangga.
222
Khalid, Khalid Muh. Karakteristik Perihidup Enam Puluh Sahabat
Rasulullah. Terjemahan Mahyuddin Syaf. dkk. Bandung:
Diponegoro.
Loir, Chambert Hendri dan Calaude Guillot. 2007. Ziarah dan Wali di
Dunia Islam. Terjemahan PT. Serambi. Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta.
Mulyati, Sri, dkk. 2004. Tarekeat-Tarekat Mu`tabarah di Indonesia:
Mengenal dan Memahami. Jakarta: Prenada Media.
Muslim, Imam. Shahih Muslim. Juz VIII. Semarang: Toha Putra.
Muslim, Imam. Shaheh Muslim. Juz VII. Semarang: Toha Putra.
Noer, Kautsar Azhari. 1995. Ibn `Arabi: Wahdatu al-Wujud dalam
Perdebatan. Jakarta: Paramadina.
Noer, Kautsar Azhari. 1995. Ibn al-`Arabi: Wahdatul Wujud dalam
Perdebatan. Jakarta: Paramadina.
Said, Ahmad Fuad. 1976. Sejarah Syeikh Abdul Wahab Tuan Guru
Babussalam. Langkat: Pustaka Babussalam.
Shihab, Alwi. 2002. Islam Sufistik. Cet. 2. Bandung: Mizan.
Shihab, M. Quraish. 2014. Membaca Sirah Nabi Dalam Sorotan al-Qur’an
dan Hadist-Hadits Shahih. Cet. IV. Jakarta: Lentera Hati.
Simuh. 2018. Sufisme Jawa. Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa.
Cet. II. Jakarta: Narasi.
Siroj, Said Aqil. 2006. Tasawuf Sebagai Kritik Sosial. Bandung: Mizan.
Smith, Margaret. 1997. Rabi`ah: Pergulatan Spritual Perempuan.
Terjemahan Jamilah Baraja. Surabaya: Risalah Gusti.
Tsabit, Muhammad Khalid. 2018. Ma`rifatul Auliya. Terjemahan M.
Tamam Wijaya. t.t: Qof.
224
PROFIL PENULIS
Sehat Sultoni Dalimunthe bin H. Abdul Rahman
Dalimunthe lahir di Gunung Tua, Senin, 4
Dzulhijjah 1392H/8 Januari 1973. Alumni Pondok
Modern Gontor Ponorogo tahun 1993. S-1 PAI
tahun 1999 di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung
(sekarang UIN). Magister Filsafat Pendidikan Islam
tahun 2002 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Doktor Filsafat Pendidikan Akhlak Tahun 2015 di
UIN Sumatera Utara. Dosen STAIN Malikussaleh Lhokseumawe sejak
tahun 2005-2016. Sejak 1 Februari 2017, pindah tugas ke IAIN
Padangsidimpuan. Karya tulis penulis yang diterbitkan: Cara Cepat
Belajar Bahasa Inggris (1994). Pesan Ramadhan dari Mesjid Istiqamah
PT. Arun NGL (2004: Editor). Risalah Ramadhan Tahun 2007-2008
(2010, Editor). Konsep Pendidikan Sang Pembaharu Yang Berpengaruh
(2010), Epistemologi Pendidikan Islam (2010), Islam Agama Kesehatan
(2010), Ke Mekah Apa Yang Kamu Cari (2011), Epistemologi Hukum
Islam (2011, Editor), Filsafat Ilmu: Mengembalikan Misi-Misi Ilmu
Berdasarkan AD/ART Filsafat (2011), Wisata Ilmiah Pendidikan Islam di
Pondok Surya: Mendesain Panorama Berpikir Para Doktor (2013),
Travelling Intelektual Pendidikan Islam: Dari Pondok Surya ke Sibah
Island (2013, Editor), Petualangan Ilmiah Pendidikan Islam dari Jakarta
ke Medan: Jihad Ilmiah Menuju Kesempurnaan (2014), Ontologi
Pendidikan Islam: Mengupas Hakekat Pendidikan Islam: (2015), Filsafat
Pendidikan Akhlak (2016), Menutur Agama Dari Atas Mimbar (2017).
Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Bangunan Ilmu Islamic Studies (2018).
Ontologi Pendidikan Islam: Mengupas Hakikat Pendidikan Islam dari
225
Konsep Khlaifah, Insan Kamil, Takwa, Akhlak, Ihsan, dan Khairul
Ummah, Edisi Revisi (2018). Islam Agama Kesehatan: Menganalisa
Konsep Islam Tentang Makanan, Minuman, Kebersihan, dan Ibadah
Shalat, Puasa, serta Haji, Edisi Revisi (2019), Jaringan Ulama Kedah dan
Tabagsel (2020), Sejarah Pendidikan Pesantren di Kabupaten Padang
Lawas Utara (2020).