FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
Jl.Raya Kali Gawe Km. 04 Semarang Phone (024) 6583584 Psw. 509
Website : www.unissula.ac.id, E-mail :
[email protected]
1
Teknologi Tepat Guna
1
POMPA AIR
A. POMPA BAMBU
1. PENDAHULUAN
Di daerah pedesaan sebagian besar cara pengambilan air terdiri dari sumur masih
menggunakan timba. Hal ini kurang menguntungkan bila dihitung dari segi waktu
dan tenaga yang dipakai untuk menimba air.
Kegunaan pompa air perlu dikenalkan kepada masyarakat pedesaan. Mereka perlu
didorong untuk mencoba cara yang lebih menguntungkan dalam pengambilan air.
Waktu dan tenaga yang biasanya digunakan untuk menimba air dapat
dimanfaatkan untuk mengerjakan pekerjaan lain.
Dalam bahasan berikut akan dijelaskan cara pembuatan pompa air yang dapat
dikerjakan oleh masyarakat pedesaan. Bahan dan alat-alatnya mudah diperoleh di
desa dan biayanya pun murah. Pemakaian serta pemeliharaannya juga mudah.
2. URAIAN SINGKAT
Pembuatan pompa bambu ini mudah dan sederhana. Bahan dan alat juga dapat
diperoleh dengan mudah. Pompa bambu ini menghisap air dari dalam sumur, dan
menekan/mendorong air ke bak penampungan. Pompa bambu terdiri dari :
bambu; tabung piston; pengungkit; bambu penghubung dengan
klep dan dudukan pompa.
3. BAHAN
1. 2 (dua) batang bambu yang tua dan kering.
2. Kayu keras ukuran 6 x 12 cm, panjang 1,5.
3. Kayu keras ukuran 3 x 2 cm, panjang 2,5 m.
4. Kayu keras bentuk silinder (diameter sama dengan bambu).
5. Kayu ukuran panjang 1 m, lebar 4 cm dan tebal 4 cm.
2
Teknologi Tepat Guna
6. Kulit lunak yang telah dimasak, diameter 20 cm.
7. Meni.
8. Cat.
9. Paku kecil (0,1 inci) ukuran 2 cm, 5 cm dan 15 cm.
10. Tali ijuk.
11. Kawat ban bekas mobil diameter 5 cm sebanyak 2 buah.
12. Seng tipis.
13. Baut dan mur ukuran 3/8 inci 1 buah, panjang 20 cm dan 1 cm.
14. Bambu kecil diameter 5 cm, panjang 10 cm 3 buah.
4. PERALATAN
1. Gergaji
2. Pisau raut
3. Pahat
4. Sugu
5. Tali ijuk atau tali plastik
6. Golok/parang
7. Kikir kayu atau parut
8. Catut/gegep
9. Paku
10. Palu
5. PEMBUATAN
1. Membuat sumur
a. buat sumur dengan diameter 1 m dan kedalaman 7 m
b. kedalaman air sumur 2 m
c. tinggi bibir sumur 1 m
2. Bentuk dasar pompa bambu (Gambar 1)
a. bambu I : panjang sama dengan kedalaman sumur
b. bambu II : untuk tabung piston, yang di dalamnya terdapat piston
3
Teknologi Tepat Guna
c. bambu III : untuk menyalurkan air ke bak penampungan
Bambu I, II, dan III dihubungkan dengan bambu kecil yang
mempunyai kelep karet. (Gambar 1.)
3. Komponen pompa bambu
a. Pompa bambu terdiri dari bambu, piston, pengungkit, bambu
penghubung dengan kelep, dan dudukan pompa. Potong bambu 7,6
meter, kemudian buat lubang untuk menempelkan bambu
penghubung dengan jarak 20 cm dari atas (Gambar 2).
Gambar 1. Bentuk Dasar Pompa Bambu
4
Teknologi Tepat Guna
Gambar 2. Pembuatan Bambu I
b. Ukuran untuk tabung piston (bambu II) (lihat Gambar 3a; 3b).
Potong bambu untuk menyalurkan air ke bak penampungan
(bambu III).
Gambar 3a
Gambar 3b
5
Teknologi Tepat Guna
Gambar 3a. Pembuatan Tabung Piston (Bambu II) Dengan Satu Ruas
Gambar 3b. Pembuatan Tabung Piston (Bambu II) Dengan Dua Ruas
Keterangan :
Lubang I = menghubungkan dengan bambu I
Lubang II = menghubungkan dengan bambu III
Panjang bambu III (Gambar 4) tergantung pada tingginya bak
penampung, sedang panjang dari bambu ke bak tergantung pada jarak
sumur ke bak penampung.
Gambar 4. Pembuatan bambu III
Keterangan :
Lubang 1 = menghubungkan dengan bambu II
Lubang 2 = menghubungkan dengan bak penampungan
4. Membuat bambu penghubung dan kelepnya:
a. Bambu kecil diameter 4 cm, panjang 10 cm, harus pas betul
dengan lubang-lubang yang ada di bambu I, II, III. (Gambar 5).
6
Teknologi Tepat Guna
Gambar 5. Cara Pembuatan Bambu Penghubung
b. Cara membuat kelep seperti Gambar 6.
Gambar 6. Cara Membuat dan Memasang Klep
5. Membuat piston
a. Piston terdiri dari : tangkai piston; kayu piston bagian atas dan
bawah; dan kulit piston. Lihat Gambar 7.
Gambar 7. Piston
b. Tangkai piston, ukuran tangkai piston : lebar 6 cm; tebal 3 cm dan
panjang 42 cm. Cara membuatnya lihat Gambar 8.
7
Teknologi Tepat Guna
Gambar 8. Tangkai Piston
c. Kayu biston bagian atas dan bawah merupakan 2 silinder kayu
dengan diameter 7,5 cm dan 7 cm, tebal 2 cm. Bagian tengah
diberi lubang
dengan diameter 1,5 cm. Lihat Gambar 9.
Gambar 9. Kayu Piston
d. Dibutuhkan 2 kulit piston (atas, bawah dang tengah). Kulit piston
bagian atas dan bawah berdiameter 7,5 cm. Kulit piston bagian
tengah berdiameter 12,5.
Cara memasang piston lihat Gambar 10.
8
Teknologi Tepat Guna
Gambar 10. Cara Pemasangan Piston
Keterangan :
1. Kayu piston bagian atas 4. Kulit piston bagian bawah
2. Kulit piston bagian atas 5. Kayu piston bagian bawah
3. Kulit piston bagian tengah 6. Paku penguat
6. Membuat pengukit pompa
Kayu pengungkit pompa berukuran panjang 1 m (100 cm); lebar 6 cm dan
tebal 4 cm.
Cara buat lihat Gambar 11
Gambar 11. Pengungkit Pompa.
7. Membuat dudukan pompa
Bahan kayu ukuran 6 x 12 cm, panjang 1 m, 35 cm dan 15 cm dudukan
9
Teknologi Tepat Guna
pompa terdiri dari kayu mendatar untuk menempel bambu-bambu I, II, III.
Kayu tegak untuk pengungkit. (Gambar 12, 13)
Gambar 12. Membuat Dudukan Pompa
10
Teknologi Tepat Guna
Gambar 13. Merangkai Dudukan Pompa
11
Teknologi Tepat Guna
8. Merangkai pompa bambu. (Gambar 14)
Gambar 14. Merangkai Pompa Bambu
6. PENGGUNAAN
1. Pemompaan harus teratur dan hati-hati
2. Pompa dipakai setiap hari
7. KEUNTUNGAN
1. Daya tahan pompa cukup lama
2. Kapasitas air yang diperoleh cukup besar
3. Air yang terhisap ke atas jernih
12
Teknologi Tepat Guna
8. KERUGIAN
Apabila bahan yang digunakan (bambu) tidak cukup tua, kering dan tebal, akan
mengakibatkan kerusakan pada rangkaian bambu. Kerusakan tersebut akan
menyebabkan konstruksi dari bambu-bambu tersebut berubah dan tidak berfungsi
lagoi.
9. DAFTAR PUSTAKA
1. Kismosudirdjo, Prijono. Pompa bambu. Bandung : Terate, 1982, 35 hal.
2. Pompa bambu ini pernah dicoba dan banyak dipakai di Daerah Jawa Barat
dan Jawa Tengah.
10. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052,
250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
13
Teknologi Tepat Guna
B. POMPA TALI
1. PENDAHULUAN
Di daerah pedesaan sebagian besar cara pengambilan air terdiri dari sumur masih
menggunakan timba. Hal ini kurang menguntungkan bila dihitung dari segi waktu
dan tenaga yang dipakai untuk menimba air.
Kegunaan pompa air perlu dikenalkan kepada masyarakat pedesaan. Mereka perlu
didorong untuk mencoba cara yang lebih menguntungkan dalam pengambilan air.
Waktu dan tenaga yang biasanya digunakan untuk menimba air dapat
dimanfaatkan untuk mengerjakan pekerjaan lain.
Dalam bahasan berikut akan dijelaskan cara pembuatan pompa air yang dapat
dikerjakan oleh masyarakat pedesaan. Bahan dan alat-alatnya mudah diperoleh di
desa dan biayanya pun murah. Pemakaian serta pemeliharaannya juga mudah.
2. URAIAN SINGKAT
Pompa tali sangat menguntungkan untuk digunakan di daerah pedesaan. Cara
pemakaianya tidak memerlukan tenaga yang besar. Wanita dan anak-anak dapat
dengan mudah menggunakan pompa tali untuk memperoleh air. Air yang dapat
diambil dengan pompa ini keadalamannya terbatas (.... 25 m).
3. BAHAN
1. Ban luar bekas mobil : 1 buah.
2. Pipa pralon diameter ¾ inci : panjang tergantung dalamnya sumur.
3. Sambungan pipa (sok) : tergantung dalamnya sumur
4. Tali plastik diameter 8 0,5 cm : panjang tali 3 kali panjang pipa
5. Besi beton diameter 8 mm sebanyak 4 batang @ 20 cm, 4 batang @ 40
cm, 4 batang @ 50 cm
6. Pipa besi diameter ¾ inci sepanjang 50 cm
7. Papan dan balok kayu
8. Semen, paku, kawat secukupnya.
14
Teknologi Tepat Guna
4. PERALATAN
1. Gergaji besi
2. Gergaji kayu
3. Palu
4. Pisau pahat kayu
5. Tang
5. PEMBUATAN
1. Roda pemutar
a. Ban luar bekas disayat bagian sampingya sehingga menghasilkan 2
buah lingkaran
b. Membuat 8 lubang segi empat, sisinya 1 cm. Letaknya kira-kira 2
cm dari lingkaran dalam
c. Membengkokkan potongan besi beton yang panjangnya 40 cm
menjadi bentuk U (bengkokkan ke empatnya)
d. Ambil keempat besi beton ukuran 20 cm, dan bengkokkan
sehingga membentuk huruf V
e. Bengkokkan besi yang panjang 30 cm dibuat persegi pada kedua
ujungnya
f. Tangkupkan kedua lingkaran ban yang bagian dalamnya berada di
sebelah luar. Pasang besi-besi yang berbentuk U dan V seluruhnya.
Kemudian ujung-ujung besi U dipasang ke dalam pipa besi.
Setelah itu pantek dengan paku supaya kuat, seperti Gambar 1
15
Teknologi Tepat Guna
Gambar 1. Pemasangan pipa besi U dan V pada ban
g. Pasang keempat besi yang berbentuk z, satukan untuk batang
pemutar, lalu pantek dengan paku hingga kuat. (Gambar 2).
16
Teknologi Tepat Guna
Gambar 2. Pemasangan pipa besi Z pada ban
h. Pasang pipa pendek pada batang pemutar sebagi pegangan,
kemudian ikat dengan kawat.
i. Potong 2 buah papan dengan ukuran 15 x 30 cm, tebal 2 cm. Juga
2 buah papan dengan ukuran 6 x 30 x 3 cm. Pasang keempat papn tersebut,
kemudian ikat dengan kawat, tetapi as pipa harus tetap dapat berputar denngan
mudah. Pipa yang kelihatan harus dibungkus dengan ban dalam bekas supaya
as pipa tidak bergeser (Gambar 3 dan 4).
Gambar 3. Pemasangan papan ban pada batang pemutar
17
Teknologi Tepat Guna
Gambar 4. Pemasangan ban dalam bekas pada batang pemutar
2. Dudukan bagian bawah
a. Membuat keping papan seperti Gambar 5.
Gambar 5. Bentuk keping papan
b. Supaya ujung pipa melebar, panaskan diatas api. Tusuk kayu bulat
yang runcing pada lubang pipa, agar waktu tali berputar dapat
bergerak dengan lancar. Kemudian rakit pipa di antara 2 papan
yang diikat dengan tali plastik (Gambar 6)
18
Teknologi Tepat Guna
Gambar 6. Pemasangan pipa dalam papan
3. Simpul dan sambungan tali
a. Untuk membuat simpul gunakan alat bantu berupa belahan bambu.
Jarak antar simpul 25-35 cm. Jumlah simpul disesuaikan dengan
panjang tali/kedalaman sumur. (Gambar 7 dan 8).
Gambar 7. Cara membentuk simpul tali
19
Teknologi Tepat Guna
Gambar 8. Cara membentuk simpul tali
b. Sambungan tali seperti Gambar 9
Gambar 9. Cara penyambungan tali
4. Dudukan pompa
a. Dibuat dari pasangan bata dan semen (Gambar 10)
Gambar 10. Bentuk dudukan pompa
20
Teknologi Tepat Guna
5. Cara pemasangan dan pemakaian :
a. Ukur panjang pipa sesuai dengan kedalaman sumur. Masukkan tali
yang telah bersimpul ke dalam lubang pipa.
b. Pasang roda pemutar pada dudukannya
c. Masukkan pipa berserta tali ke dalam sumur.
d. Masukkan ujung pipa melalui lubang yang tersedia untuk saluran
air.
e. Pasang tali pada roda pemutar, dan sambung kedua ujungnya. Tali
dipasang agak longgar agar waktu diputar simpul tidak
menyangkut pada ujung pipa.
f.
Coba diputar, yang ada dalam pipa arahnya harus ke atas. Setelah
diputar beberapa kali air akan menyembul keluar melalui ujung pipa. (Gambar
11 dan 12).
Gambar 11. Cara kerja pompa tali
21
Teknologi Tepat Guna
Gambar 12. Pemakaian pompa tali
6. KEUNTUNGAN
1. Memudahkan pengambilan air dari dalam sumur, karena air dapat
langsung disalurkan ke tempat-tempat penyimpanan melalui pipa yang
disediakan.
2. Pompa tali ini dapat menaikkan air dari kedalaman sekitar 25 m.
3. Wanita dan anak-anak dapat memutar pompa tali ini.
7. KERUGIAN
Tidak dapat digunakan pada sumur yang mempunyai kedalaman lebih dari 25 m
8. DAFTAR PUSTAKA
1. Haryoto. Membuat Pompa Tali. Jakarta : PT. Penebar Swadaya, 1982. 23
hal.
2. Pompa tali pernah dicoba dan banyak dipakai di daerah Wamena, Irian
Jaya
9. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052,
250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
22
Teknologi Tepat Guna
C. POMPA SISTIM BALOK PENJEPIT
1. PENDAHULUAN
Di daerah pedesaan sebagian besar cara pengambilan air terdiri dari sumur masih
menggunakan timba. Hal ini kurang menguntungkan bila dihitung dari segi waktu
dan tenaga yang dipakai untuk menimba air.
Kegunaan pompa air perlu dikenalkan kepada masyarakat pedesaan. Mereka perlu
didorong untuk mencoba cara yang lebih menguntungkan dalam pengambilan air.
Waktu dan tenaga yang biasanya digunakan untuk menimba air dapat
dimanfaatkan untuk mengerjakan pekerjaan lain.
Dalam bahasan berikut akan dijelaskan cara pembuatan pompa air yang dapat
dikerjakan oleh masyarakat pedesaan. Bahan dan alat-alatnya mudah diperoleh di
desa dan biayanya pun murah. Pemakaian serta pemeliharaannya juga mudah.
2. URAIAN SINGKAT
Pompa hisap sistim balok penjepit dapat digunakan pada sumur yang mempunyai
kedalaman 15-20 m. Bahan dan alat mudah didapat di daerah pedesaan. Pompa
hisap tekan ini telah disederhanakan untuk memenuhi kebutuhan di daerah
pedesaan.
3. BAHAN
1. Besi (yang sudah digalvanisir)
2. Baut
3. Mur
4. Batang (diameter 12 mm)
5. Sambungan diameter ganda
6. Pipa cabang T
7. Pipa air
8. Kayu (jenis yang keras)
9. Lain-lain :
a. kulit tahan air atau karet
b. meni timah/meni besi
23
Teknologi Tepat Guna
c. bahan pengawet kayu (karboleum)
d. semen
4. PERALATAN
1. Bor kayu
2. Kunci tangkai
3. Gergaji besi dan kayu
4. 2 (dua) buah tang pipa
5. Pita ukur
6. Kikir kayu/sugu kayu
7. Alat tap dan pisau ulir untuk membuat ulir sekerup
Tabel 1. Ukuran-Ukuran yang dipakai
Tinggi
Penaikan
<5m
Diameter maksimum
silinder
10 cm
Diameter maksimum
pompa
10 cm
Panjang
Pegangan
20 + 80 cm
8m
8 cm
7 cm
20 + 90 cm
12 m
7 cm
5 cm
20 + 100 cm
15 m
6 cm
4 cm
20 + 110 cm
5. PEMBUATAN
1. Dibuat silinder, katup kaki dan pengisap
a. Silinder pompa, terdiri dari pipa galvanisir panjangnya +/- 60 cm
yang bagian atasnya dilengkapi dengan ulir sebelah luar. Bagian
dalam dari silinder harus selicin mungkin untuk menghindari
kerusakan pada torak penghisap. Ukuran serta cara pemasangan
seperti Gambar 1.
24
Teknologi Tepat Guna
Gambar 1. Silinder pon
b. Torak penghisap, merupakan suku cadang dari pompa yang
menentukan tinggi tekan maksimal dan kapasitas pompa. Untuk
tinggi penaikan yang lebih dari 12 meter dapat dipasang 2 buah
penghisap (Gambar 2).
Penghisap dibuat dari lempengan karet yang diberi 6 ayau 8 buah
lubang (Gambar 3) kemudian dengan katup kulit dipasang pada
batang torak.
25
Teknologi Tepat Guna
Gambar 2. Torak pengisap ganda
Gambar 3. Karet penghisap penampang berllubang-lubang
26
Teknologi Tepat Guna
c. Katup kaki, untuk mencegah mengalirnya kembali air yang telah
terdapat dalam silinder menuju lubang masuk. Katup ini dipasang
pada bagian bawah silinder pompa (Gambar4).
Gambar 4. Penutup kaki
2. Pemasangan rumah pompa
a. Kontruksi rumah pompa dengan balok penjepit (Gambar 5),
caranya dengan menjepit tabung pompa dengan 2 buah balok
penjepit yang ditahan pada penahan-penahan pegangan dengan 2
buah baut panjang (Gambar 6).
27
Teknologi Tepat Guna
b. Potongan pompa seperti ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 5. Kontruksi rumah pompa tanpa sambungan las
28
Teknologi Tepat Guna
Gambar 6. Pemasangan rumah pompa
Gambar 7. Potongan rumah pompa
29
Teknologi Tepat Guna
3. Pegangan pompa
a. Terbuat dari kayu keras ukuran minimal 6 x 6 cm
b. Pegangan pompa 80-120 cm (Gambar 8). Salah satu ujungnya
harus diserut menjadi bentuk yang dapat dipegang, sedang pada
ujung lainnya dihubungkan batang torak dengan jarak antara
lubang engsel dan lubang pemasangan batang toral kira-kira 20
cm.
Gambar 8. Pegangan pompa
c. Gambar 9, merupakan batang pompa yang dihubungkan pada
pegangan dengan bantuan suatu balok engsel pada bagian atas
balok diberi 2 buah mur. Batang pompa harus dijepit kokoh dalam
balok pengikat.
Gambar 9. Pemasangan batang torak pada pegangan
30
Teknologi Tepat Guna
4. Pemasangan akhir pompa
a. Apabila rumah pompa dan silinder pompa telah siap maka semua
suku cadang dicat dengan meni timah atau besi, sedang bagianbagian kayu dilindungi dengan bahan pengawet kayu.
b. Torak penghisap dan klep kaki dipasang dengan tepat dalam
silinder, sedang silinder dipasang pada tabung pompa. Kemudian
semua alur diberi lapis ter untuk mencegah karat.
c. Gambar 10, cara memperpanjang batang torak
d. Perakitan dapat dilihat pada Gambar 11, 12, 13, dan 14.
Gambar 10. Perpanjangan batang torak dengan bantuan
sambuangan berulir / dilas
31
Teknologi Tepat Guna
Gambar 11. Pemasangan pompa
Keterangan :
1. Penutup celah antara lempengan dasar dan tutp sumur dengan
semen
2. Pembuatan suatu lantai miring agar air bocoran dapat mengalir
tanpa mencemari sumur
Gambar 12. Penutupan sumur guna mencegah pencemaran oleh air
bocoran
32
Teknologi Tepat Guna
Gambar 13. Suku Cadang Utama Sebuah Pompa Hisap
Gambar 14. Prinsip kerja sebuah pompa hisap
33
Teknologi Tepat Guna
6. PEMELIHARAAN
1. Kencangkan baut dan mur yang longgar
2. Cat secara teratur suku cadang yang berkarat
3. Ganti suku cadang yang aus dan rusak
4. Perbaiki semen yang retak-retak
7. KEUNTUNGAN
Penggunaan pompa penghisap ini dapat mencapai tinggi penaikan sebesar 15
sampai 20 m
8. KERUGIAN
1. Dengan sistem balok penjepit, kekuatan dari pompa berkurang dan tidak
tahan lama.
2. Pengerjaan konstruksi lebih rumit
9. DAFTAR PUSTAKA
Pompa Hisap. Publikasi TOOL (Belanda) Terjemahan : Pusat Dokumentasi
Informasi PTP-ITP, Bandung.
10. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
34
Teknologi Tepat Guna
D. POMPA HISAP SISTIM PENGELASAN
1. PENDAHULUAN
Di daerah pedesaan sebagian besar cara pengambilan air terdiri dari sumur masih
menggunakan timba. Hal ini kurang menguntungkan bila dihitung dari segi waktu
dan tenaga yang dipakai untuk menimba air.
Kegunaan pompa air perlu dikenalkan kepada masyarakat pedesaan. Mereka perlu
didorong untuk mencoba cara yang lebih menguntungkan dalam pengambilan air.
Waktu dan tenaga yang biasanya digunakan untuk menimba air dapat
dimanfaatkan untuk mengerjakan pekerjaan lain.
Dalam bahasan berikut akan dijelaskan cara pembuatan pompa air yang dapat
dikerjakan oleh masyarakat pedesaan. Bahan dan alat-alatnya mudah diperoleh di
desa dan biayanya pun murah. Pemakaian serta pemeliharaannya juga mudah.
2. URAIAN SINGKAT
Pompa hisap ini merupakan hasil teknologi tepat guna, namun sudah diganti
dengan sistim yang lebih baru sehingga pembuataannya murah dan mudah
dirawat.
3. BAHAN
1. Besi (yang sudah digalvanisir)
2. Baut
3. Mur
4. Batang (diameter 12 mm)
5. Sambungan diameter ganda
6. Pipa cabang T
7. Pipa air
8. ayu (jenis yang keras dan tahan retak)
9. Lain-lain:
a. kulit tahan air atau karet
b. meni timah/meni besi
c. bahan pengawet kayu (karboleum)
d. semen
4. PERALATAN
35
Teknologi Tepat Guna
1. Bor kayu
2. Kunci tangkai
3. Gergaji besi dan kayu
4. 2 (dua) buah tang pipa
5. Pita ukur
6. Kikir kayu/sugu kayu
7. Alat pengelas
8. Alat tap dan pisau ukir untuk membuat ukir sekrup.
Ukuran-Ukuran yang dipakai
Tinggi
Penaikan
<5m
Diameter maksimum
silinder
10 cm
Diameter maksimum
pompa
10 cm
Panjang
Pegangan
20 + 80 cm
8m
8 cm
7 cm
20 + 90 cm
12 m
7 cm
5 cm
20 + 100 cm
15 m
6 cm
4 cm
20 + 110 cm
5. PEMBUATAN
1. Dibuat silinder, katup kaki dan pengisap
a. Silinder pompa, terdiri dari pipa galvanisir panjangnya 60 cm yang
bagian atas dilengkapi dengan ulir sebelah luar. Bagian dalam dari
silinder harus selicin mungkin untuk menghindari kerusakan pada
torak penghisap.
b. Torak penghisap, merupakan suku cadang dari pompa yang
menentukan tinggi tekan maksimal dan kapasitas pompa. Untuk
tinggi penaikan yang lebih dari 12 meter dapat dipasang 2 buah
penghisap (Gambar 2).
Penghisap dibuat dari lempengan karet yang diberi 6 ayau 8 buah
lubang (Gambar 3) kemudian dengan katup kulit dipasang pada
batang torak.
36
Teknologi Tepat Guna
Gambar 1. Karet penghisap penampang berlubang-lubang
c. Bentuk dari penghisap kayu (Gambar 2a, 2b).
Gambar 2a. Potongan penghisap
37
Teknologi Tepat Guna
Gambar 2b. Tempat menutupnya (merayapnya) Penghisap dengan
dinding silinder
d. Katup kaki, untuk mencegah mengalirnya kembali air yang telah
terdapat dalam silinder menuju lubang masuk. Katup ini dipasang
pada bagian bawah silinder pompa (Gambar 3).
Gambar 3. Katup kaki
38
Teknologi Tepat Guna
2. Pemasangan rumah pompa
Kontruksi rumah pompa dengan sambungan las seperti pada Gambar 4,5,
dan 6.
Gambar 4. Rumah pompa
Gambar 5. Pegangan pompa
39
Teknologi Tepat Guna
Gambar 6. Pemasangan rumah pompa dengan peyampungan las
3. Pegangan pompa
a. Terbuat dari kayu keras ukuran minimal 6 x 6 cm
b. Pegangan pompa (Gambar 7) . Salah satu ujungnya harus diserut
menjadi bentuk yang dapat dipegang, sedang pada ujung lainnya
dihubungkan batang torak dengan jarak antara lubang engsel dan
lubang pemasangan batang torak kira-kira 20 cm.
40
Teknologi Tepat Guna
Gambar 7. Pegangan pompa
c. Gambar 8 merupakan batang pompa yang dihubungkan pada
pegangan dengan bantuan suatu balok engsel pada bagian atas
balok diberi 2 mur. Batang pompa harus dijepit kokoh dalam balok
pengikat.
Gambar 8. Pemasangan batang torak pada pegangan
4. Pemasangan akhir pompa
a. Rumah pompa dan silinder pompa dan semua suku cadang dicat
dengan meni timah atau besi, sedang bagian-bagian kayu
dilindungi dengan bahan pengawet kayu.
b. Torak penghisap dan klep kaki dipasang dengan tetap dalam
silinder, sedang silinder dipasang pada tabung pompa. Kemudian
semua alur diberi lapis untuk mencegah karat.
c. Cara untuk memperpanjang batang torak (lihat Gambar 9).
41
Teknologi Tepat Guna
d. Perakitan dapat dilihat pada Gambar 10, 11, 12, dan 13.
Gambar 9. Perpanjangan batang torak dengan Bantuan sambungan
berulir atau dilas
Gambar 10. Pemasangan pompa
42
Teknologi Tepat Guna
Gambar 11. Penutupan sumur guna mencegah Pencemaran oleh air
bocor
Gambar 12. Suku cadang utama sebuah pompa hisap
43
Teknologi Tepat Guna
Gambar 13 Langkah Hisap
6. PEMELIHARAAN
1. Pemeriksaan dengan cara mengencangkan kembali baut dan mur
2. Mengecat kembali secara teratur suku cadang yang berkarat
3. Menggantikan suku cadang yang aus atau rusak
4. Memperbaiki semen yang retak-retak.
7. KEUNTUNGAN
1. Dengan memakai pengelasan pada rumah pompa, kekuatannya lebih baik
dan tahan lama.
2. Penggunan pompa penghisap ini dapat mencapai tinggi penaikan air
sampai 15-20 m
8. KERUGIAN
Pompa hisap ini tidak berlaku bagi sumur-sumur bor (tubewells) yang
berdiameter beberapa desimeter. Apabila diameter silinder terlalu besar maka
pemompa menjadi terlalu berat, sedangkan apabila diameter terlalu kecil maka air
yang dihasilkan terlampau sedikit.
9. DAFTAR PUSTAKA
Pompa Hisap. Publikasi Tool (Belanda). Terjemahan : Pusat Dokumentasi PTPITB Bandung.
10. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
44
Teknologi Tepat Guna
2
PENJERNIHAN AIR
A. PENJERNIHAN AIR DENGAN CARA PENYARINGAN I
1. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air
minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara
penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar
limbah rumah tangga maupun limbah industri.
Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab
ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya
mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung
kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan
lain-lain.
2. URAIAN SINGKAT
Penjernihan air minum secara sederhana ini merupakan penjernihan air dengan
cara penyaringan. Bahan penyaringan yang digunakan adalah pasir dan
tempurung kelapa.
3. BAHAN DAN PERALATAN
1. 2 (dua) drum ijuk
2. pipa PVC dengan diameter ¾ inci
3. kran air
4. pasir
5. kerikil
6. potongan bata – cat
7. gergaji
8. parang
9. besi
45
Teknologi Tepat Guna
10. bor
11. kuas
12. ember
13. cangkul
4. PEMBUATAN
1. Membuat pipa penyaringan lihat Gambar 1. :
a. Ambil 2 pipa PVC diameter 0,75 inci dengan panjang 35 cm.
b. Pipa PVC dilubangi teratur sepanjang 20 cm.
c. Bagian dari pipa yang dilubangi dibalut dengan ijuk kemudian ijuk
diikat dengan tali plastik
d. Salah satu ujung pipa dibuat ulir.
Gambar 1. Pipa Penyaring
2. Pemasangan pipa penyaring (lihat Gambar 2.).
Pipa penyaring dipasang pada drum pengendapan dan penyaringan dengan
jarak 10 cm dari dasar drum.
3. Membuat drum pengendapan (lihat Gambar 2 dan 3)
a. Buat lubang dengan bor besi 10 cm dari dasar pada dinding drum
untuk pipa penyaring.
b. Pasang pipa penyaring yang sudah dibalut pada soket yang sudah
tersedia (lihat keterangan No. 2)
c. Pasang kran
46
Teknologi Tepat Guna
d. Buat lubang pada dasar drum dengan tutup.
Gambar 2. Pemasangan Pipa Penyaring
4. Membuat drum penyaring (lihat Gambar 2 dan 3)
a. Buat lubang untuk pemasangan pipa penyaring dengan jarak 10 cm
dari dasar drum.
b. Isi drum berturut-turut dengan krikil setebal 20 cm, ijuk 5 cm,
arang 10 cm, ijuk 10 cm dan potongan bata 10 cm.
5. Penyusunan drum endapan dan penyaringan (lihat Gambar 3)
a. Drum pengendapan dan penyaringan disusun bertingkat.
b. Kran-kran ditutup dan air diisikan ke dalam drum pengendapan
c. Setelah 30 menit air dari drum pengendapan dialirkan ke dalam
drum penyaringan.
d. Aliran air yang keluar dari drum penyaringan disesuaikan dengan
masukan dari drum pengendapan.
47
Teknologi Tepat Guna
Gambar 3. Cara Kerja Penyaring Air
5. KEUNTUNGAN
1. Air hasil penyaringan cukup bersih untuk keperluan rumah tangga.
2. Membuatnya cukup mudah dan sederhana pemeliharaannya.
3. Bahan-bahan yang digunakan mudah didapatkan di daerah pedesaan.
6. KERUGIAN
1. Pemeliharaan memerlukan ketelitian dan cukup memakan waktu seperti :
48
Teknologi Tepat Guna
a. Drum pengendapan dan drum penyaring harus dibersihkan, jika
aliran air yang keluar kurang lancar. Ijuk, kerikil, potongan bata,
pasir dicuci bersih, kemudian dijemur sampai kering.
b. Arang tempurung biasanya paling lama 3 bulan sekali harus
diganti dengan yang baru.
c. Tidak bisa digunakan untuk menyaring air yang mengandung
bahan-bahan kimia seperti air buangan dari pabrik, karena cara ini
hanya untuk menyaring air keruh, tapi bukan menyaring air yang
mengandung zat kimia tertentu.
2. Untuk keperluan air minum harus dimasak terlebih dahulu sampai
mendidih.
7. DAFTAR PUSTAKA
Penjernihan Air. Bandung : Puslibang Fisika Terapan
8. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 / Cisitu 21/154-D – Bandung 40134 - INDONESIA;
Tel.+62 22 250 3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250
3050
2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
49
Teknologi Tepat Guna
B. PENJERNIHAN AIR DENGAN CARA PENYARINGAN II
1. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air
minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara
penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar
limbah rumah tangga maupun limbah industri.
Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab
ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya
mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung
kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan
lain-lain.
2. URAIAN SINGKAT
Cara penjernihan air ini sama dengan cara penyaringan I. Perbedaanya terletak
pada penyusunan drum atau bak pengendapan dan bak penyaringan, serta susunan
lapisan bahan penyaring.
3. BAHAN
1. 10 (sepuluh) kg arang
2. 10 (sepuluh) kg ijuk
3. pasir beton halus
4. batu kerikil
5. 2 (dua) buah kran 1 inci
6. batu dengan garis tengah 2-3 cm
4. PERALATAN
1. 1 (satu) buah bak penampungan
2. 1 (satu) buah drum bekas
5. PEMBUATAN
1. Sediakan sebuah bak atau kolam dengan kedalaman 1 meter sebagai bak
penampungan.
50
Teknologi Tepat Guna
2. Buat bak penyaringan dari drum bekas. Beri kran pada ketinggian 5 cm
dari dasar bak. Isi dengan ijuk, pasir, ijuk tebal, pasir halus, arang
tempurung kelapa, baru kerikil, dan batu-batu dengan garis tengah 2-3 cm
(lihat Gambar).
Gambar 1. Penyaringan Air secara Fisis
6. PENGGUNAAN
1. Air sungai atau telaga dialirkan ke dalam bak penampungan, yang
sebelumnya pada pintu masuk air diberi kawat kasa untuk menyaring
kotoran.
2. Setelah bak pengendapan penuh air, lubang untuk mengalirkan air dibuka
ke bak penyaringan air.
51
Teknologi Tepat Guna
3. Kemudian kran yang terletak di bawah bak dibuka, selanjutnya beberapa
menit kemudian air akan ke luar. Mula-mula air agak keruh, tetapi setelah
beberapa waktu berselang air akan jernih. Agar air yang keluar tetap
jernih, kran harus dibuka dengan aliran yang kecil.
7. PEMELIHARAAN
1. Ijuk dicuci bersih kemudian dipanaskan di matahari sampai kering
2. Pasir halus dicuci dengan air bersih di dalam ember, diaduk sehingga
kotoran dapat dikeluarkan, kemudian dijemur sampai kering.
3. Batu kerikil diperoleh dari sisa ayakan pasir halus, kemudian dicuci bersih
dan dijemur sampai kering.
4. Batu yang dibersihkan sampai bersih betul dari kotoran atau tanah yang
melekat, kemudian dijemur.
8. KEUNTUNGAN
1. Air keruh yang digunakan bisa berasal dari mana saja misalnya : sungai,
rawa, telaga, sawah dan sumur.
2. Cara ini berguna untuk desa yang jauh dari kota dan tempatnya terpencil.
9. KERUGIAN
1. Air tidak bisa dialirkan secara teratur, karena air dalam jumlah tertentu
harus diendapkan dulu dan disaring melalui bak penyaringan.
2. Bahan penyaring harus sering diganti.
3. Air harus dimasak lebih dahulu sebelum diminum
10. DAFTAR PUSTAKA
Water Purification. Joint Program Development Centre, Institute of Technology
Bandung and Indonesia Voluntary Workers Agency (BUTSI) of the Department
of Manpower Trasmigration and Cooperatives, 1977.
11. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
52
Teknologi Tepat Guna
C. PENJERNIAHAN AIR DENGAN CARA PENYARINGAN DAN
BAHAN KIMIA I
1. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air
minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara
penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar
limbah rumah tangga maupun limbah industri.
Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab
ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya
mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung
kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan
lain-lain.
2. URAIAN SINGKAT
Penjernihan air ini memakai teknologi penjernihan dengan cara kimia dan proses
penyaringan. Bahan mimia yang digunakan adalah kaporit, bubuk kapur dan
tawas. Bahan-bahan ini mudah didapat di daerah pedesaan atau kota-kota kecil di
seluruh Indonesia. Bahan penyaring yang dibutuhkan adalah kerikil, pasir, ijuk
dan arang aktif.
3. BAHAN DAN PERALATAN
1. 2 (dua) kg arang aktif
2. 3 (tiga) kg ijuk
3. pasir halus
4. batu kerikil
5. bubuk kapur 10 gram
6. tawas 10 gram
7. kaporit 2,5 gram
8. 2 (dua) buah drum bekas
9. 2 (dua) buah kran ukuran ½ cm
53
Teknologi Tepat Guna
4. PEMBUATAN
1. Lubangi kedua drum 5 cm dari bagian bawah, dan diberi kran. Drum I
untuk bak pengendapan, drum II untuk bak penyaring.
2. Letakkan drum I lebih tinggi dari drum II hubungkan kedua drum tersebut,
lihat gambar.
Gambar 1. Penyaringan Air Secara Kimiawi
3. Isilah drum II (bak penyaringan) berturut-turut dengan batu kerikil setebal
5 cm; arang setebal 5 cm; ijuk setebal 5 cm dan pasir halus setebal 15 cm
(lihat Gambar 1 dibawah)
4. Isilah drum I (bak pengendapan) dengan air yang akan dijernihkan.
Bubuhi dengan 10 gram tawas (untuk 100 liter air) kemudian aduk selama
5 menit. Tambahkan bubuk kapur sebanyak 10 gram dan kaporit 2,5 gram,
54
Teknologi Tepat Guna
kemudian aduk perlahan-lahan selama 2-3 menit. Tujuan mengaduk, agar
butir-butir lumpur menjadi besar dan mengendap.
5. PENGGUNAAN
1. Lakukan proses pengendapan ini pada waktu malam hari sehingga pada
waktu pagu hari, air dapat dialirkan ke bak penyaringan dan siap untuk
dipakai.
2. Buka kran pada bak penyaringan untuk mendapatkan air yang bersih.
6. PEMELIHARAAN
1. Bersihkan endapan lumpur pada bak pengendapan sesering mungkin.
2. Apabila jalan air pada drum/bak penyaringan kurang lancar, cucilah pasir
kerikil dan ijuk sampai bersih.
3. Apabila air bersih yang dihasilkan berbau kaporit sangat tajam, gantilah
arang aktif dengan yang baru.
7. KEUNTUNGAN
1. apat digunakan untuk air sungai, rawa, sumur,sawah dan telaga.
2. Menghasilkan air yang jernih, tidak berbau, tidak asam, tidak payau.
8. KERUGIAN
1.
2.
3.
4.
Air tidak dapat dialirkan secara teratur.
Hanya dapat menjernihkan air dengan jumlah tertentu saja.
Bak harus sering dibersihkan.
Cara ini tidak dibenarkan untuk air yang tercemar bahan kimia buangan
air pabrik.
9. DAFTAR PUSTAKA
Water Purification. Joint Program Development Centre, Institute of Technology
Bandung and Indonesia Voluntary Workers Agency (BUTSI) of the Department
of Manpower Trasmigration and Cooperatives, 1977.
10. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
55
Teknologi Tepat Guna
D. PENJERNIAHAN AIR DENGAN CARA PENYARINGAN DAN
BAHAN KIMIA II
1. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air
minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara
penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar
limbah rumah tangga maupun limbah industri.
Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab
ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya
mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung
kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan
lain-lain.
2. URAIAN SINGKAT
Cara penjernihan air ini hampir sama dengan cara terdahulu. Perbedaan hanya
terletak pada susunan penyaring pada bak penampung. (lihat Gambar). Cara
penyaringan ini dapat mengurangi kuantitas kuman bakteri dalam air keruh.
3. BAHAN DAN PERALATAN
1.
Kaporit
2.
Batu kapur
3.
Tawas
4.
Bak penyaring
5.
Pecahan genteng
6.
Pasir
7.
Kerikil
8.
Ijuk
9.
arang
4. PEMBUATAN
1.
Sediakan kaporit 0,20 gram, batu kapur 2 gram, dan tawas 2 gram.
Cairkan bahan tersebut dalam sendok makan.
56
Teknologi Tepat Guna
2.
Sediakan bak air yang dapat menampung air keruh sekitar 20 liter,
kemudian kaporit, batu kapur dan tawas yang sudah dicairkan dimasukkan
ke dalam bak tersebut dan diaduk 5 menit, didiamkan 10 menit (Catatan :
pada waktu diaduk bak harus disumbat)
3.
Setelah didiamkan 10 menit, sumbat dibuka dan alirkan air keruh tersebut
ke bak penyaring yang berisi pecahan genting, pasir, kerikil, ijuk dan
arang. Tebal pecahan genteng 2-5 cm, pasir 15 cm, kerikil 5 cm, ijuk 5
cm, arang 10 cm dan ijuk lagi 5 cm (lihat gambar).
4.
Air hasil penyaringan ditampung dalam ember atau bak yang bersih.
5.
Air bersih tersebut dituangkan ke dalam tempayan untuk disimpan.
6.
Air bersih siap dipergunakan
7.
Air bersih dituangkan ke dalam ceret, kemudian direbus sampai mendidih
yang lamanya sampai kira-kira 30 menit.
8.
Air yang sudah direbus, setelah dingin dituangkan ke dalam gelas. Air
bersih dan sehat tersebut siap untuk diminum.
57
Teknologi Tepat Guna
5. INFORMASI LEBIH LANJUT
1.
2.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
58
Teknologi Tepat Guna
E. PENJERNIHAN AIR DENGAN BIJI KELOR (MORINGA
OLEIFERA)
1. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air
minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara
penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar
limbah rumah tangga maupun limbah industri.
Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab
ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya
mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung
kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan
lain-lain.
2. URAIAN SINGKAT
Penjernihan air dengan biji kelor (Moringa Oleifera) dapat dikatakan penjernihan
air dengan bahan kimia, karena tumbukan halus biji kelor dapat menyebabkan
terjadinya gumpalan (koagulan) pada kotoran yang terkandung dalam air.
Cara penjernihan ini sangat mudah dan dapat digunakan di daerah pedesaan yang
banyak tumbuh pohon kelor. Bentuk daun, bunga, dan buah kelor dapat
dilihat pada Gambar.
3. BAHAN
Biji kelor yang sudah tua betul dan kering
59
Teknologi Tepat Guna
Gambar 1. Biji Kelor
4. PEMBUATAN
1.
Kupas biji kelor dan bersihkan kulitnya.
2.
Biji yang sudah bersih dibungkus dengan kain, kemudian ditumbuk
sampai halus betul. Penumbukan yang kurang halus dapat menyebabkan
kurang
sempurnanya proses penggumpalan.
3.
Campur tumbukkan biji kelor dengan air keruh dengan perbandingan 1 biji
: 1 lt air keruh.
4.
Campur tumbukkan biji kelor dengan sedikit air sampai berbentuk pasta.
Masukkan pasta biji kelor ke dalam air kemudian diaduk.
5.
Aduklah secara cepat 30 detik, dengan kecepatan 55-60 putaran/menit.
60
Teknologi Tepat Guna
6.
Kemudian aduk lagi secara berlahan dan beraturan selama 5 menit dengan
kecepatan 15-20 putaran/menit.
7.
Setelah dilakukan pengadukan, air diendapkan selama 1-2 jam. Makin
lama waktu pengendapan makin jernih air yang diperoleh.
8.
Pisahkan air yang jernih dari endapan. Pemisahan harus dilakukan dengan
hati-hati agar endapan tidak naik lagi.
9.
Pada dasar bak pengendapan diberi kran yang dapat dibuka, sehingga
endapan dapat dikeluarkan bersama-sama dengan air kotor.
Gambar 2. Diagram Proses
61
Teknologi Tepat Guna
5. KEUNTUNGAN
1.
Caranya sangat mudah
2.
Tidak berbahaya bagi kesehatan
3.
Dapat menjernihkan air lumpur, maupun air keruh (keputih-putihan,
kekuning-kuningan atau ke abu-abuan)
4.
Kualitas air lebih baik :
a.
Kuman berkurang
b.
Zat organik berkurang sehingga pencemaran kembali berkurang
c.
Air lebih cepat mendidih
6. KERUGIAN
1.
Kelor tidak terdapat disemua daerah
2.
Air hasil penjernihan dengan kelor harus segera digunakan dan tidak dapat
disimpan untuk hari berikutnya.
3.
Penjernihan dengan cara ini hanya untuk skala kecil.
7. DAFTAR PUSTAKA
Al Azharia Jahn, Samia. Traditional Water Purification in Tropical Developing
Countries : Existing Methods and Potential Application. Eschborn : GTZ, 1981.
8. INFORMASI LEBIH LANJUT
1.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052,
250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2.
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
62
Teknologi Tepat Guna
F. PENGOLAHAN AIR GAMBUT UNTUK DAERAH RAWA
PASANG SURUT
1. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air
minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara
penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar
limbah rumah tangga maupun limbah industri.
Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab
ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya
mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung
kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan
lain-lain.
2. URAIAN SINGKAT
Pengolahan air gambut menjadi air sehat bisa digunakan di daerah rawa seperti di
Kalimantan dan Sumatera yang mengandung gambut. Untuk itu diperlukan suatu
cara pengolahan air gambut yang sederhana dan terjangkau oleh masyarakat di
daerah tersebut. Caranya dengan menggunakan pasir sebagai saringan.
3. BAHAN
1.
Air gambut (yang berwarna coklat, kandungan zat organik tinggi; pa
rendah; kesadahan rendah)
2.
Zat pengumpul (tanah liat yang berwarna hitam dan berbau busuk)
3.
Pasir (diambil 03-1,2 mm)
4. PEMBUATAN
Proses pengolahannya terdiri dari dua tahap, yaitu:
1.
Dalam drum, air gambut dicampur dengan lempung. Setelah diaduk terjadi
proses penggumpulan, penyampuran, penyerapan dan pengendapan.
2.
Proses penyaringan (filtrasi)
Dalam tabung penyaring, air yang mengalir dari drum mengalami proses
filtrasi (fisik dan kimia) sehingga menghasilkan air bersih yang memenuhi
persyaratan Departemen Kesehatan RI.
63
Teknologi Tepat Guna
5. PENGGUNAAN
Petunjuk Operasi
Gambar 1.Diagram Proses
1.
Air gambut dimasukkan ke dalam drum/tong kira-kira sebanyak 200 liter
semua kran dalam keadaan tertutup.
2.
Siapkan tanah lempung kira-kira sebanyak 40 sendok makan (1/2 kg),
kemudian larutkan dalam ember kecil dengan air kira-kira 2 lt.
3.
Masukkan larutan dalam ember tadi ke dalam drum melalui ayakan,
kemudian aduk dengan jalan memutar batang pengaduk selama 5-10
menit.
4.
Biarkan air dalam drum selama 45-60 menit agar kotoran mengendap.
5.
Kran 1 dan 3 dibuka untuk mendapatkan air bersih.
Catatan : Media penyaring harus dalam keadaan terendam air, baik ketika
operasi maupun tidak beroperasi.
6. PEMELIHARAAN
1.
Pembersihan Drum
Setiap kali setelah dipakai, drum harus dibersihkan dengan cara :
a.
Kran 1 dan 2 ditutup
b.
Kran 4 (penguras) dibuka, kemudian dibilas dengan air sampai
bersih.
2.
Pembersihan Saringan (Filter)
Pembersihan saringan dilakukan paling lama seminggu sekali, atau kalau
air yang keluar dari kran 3 sudah mulai keruh/berwarna dengan cara
sebagai
berikut :
a.
Tutup kran 1,3 dan 4 kemudian buka kran 2 (penguras)
b.
Tuangkan air bersih ke dalam tabung filter perlahan-lahan, sampai
air yang keluar dari kran 2 bersih kembali.
64
Teknologi Tepat Guna
7. KEUNTUNGAN
1.
Teknologi yang sederhana, diwujudkan dalam bentuk instalasi pengolahan
air gambut yang murah, mudah dikelola dan dirawat.
2.
Pembuatan instalasi ini masih dapat disederhanakan lagi dengan
memanfaatkan bahan-bahan setempat serta dapat dikerjakan sendiri,
sehingga biaya pembuatan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.
8. DAFTAR PUSTAKA
Pengolahan air gambut individual untuk daerah rawa pasang surut (bergambut).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman Badan Penelitian dan
Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum, 1986. Jl. Pattimura No. 20,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
9. INFORMASI LEBIH LANJUT
1.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2.
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
65
Teknologi Tepat Guna
G. “JEMPENG” (SARINGAN BATU CADAS) DI BALI
1. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air
minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara
penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar
limbah rumah tangga maupun limbah industri.
Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab
ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya
mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung
kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan
lain-lain.
2. URAIAN SINGKAT
Sumber air minum yang umum digunakan oleh masyarakat desa Kerobokan, Bali
berasal dari sumur gali, dan dari saluran irigasi sawah yang disaring dengan
Jempeng yaitu saringan air yang terbuat dari batu cadas. Alat penyaring air
minum ini merupakan teknologi yang telah membudaya di masyarkata di desa
tersebut. Cara ini dapat digunakan di daerah yang banyak terdapat batu cadas.
3. BAHAN
1.
Batu cadas, tergolong ke dalam jenis tanah keras/padat seperti : batu
gunung.
2.
Beton (koral, pasir dan semen)
3.
Kolam
4. PERALATAN
1.
Alat penyaring air minum “Jempeng” untuk menyaring air kolam yang
berasal dari saluran irigasi sawah.
2.
Jempeng bentuk U atau jempeng bentuk W atau jempeng setengah sgi
enam.
5. PEMBUATAN
Jempeng yang umum dipakai oleh penduduk rata-rata ketebalan dindingnya
66
Teknologi Tepat Guna
berkisar 7 sampai 12 cm, tinggi 60 cm dan diameternya 40 cm diukur dari luar.
Gambar 1. Bentuk dan ukuran jempeng
Macam/jenis jempeng Bali :
a. Jempeng bentuk U, jempeng ini keseluruhannya terbuat dari batu cadas.
Bagian bawahnya berbentuk penyungkup setengah bola, badan saringan
berbentuk silinder, sedang bagian atasnya terbuka, sehingga penampang
vertikalnya berbentuk huruf U.
b. Jempeng berbentuk huruf W, tidak seluruhnya terbuat dari batu cadas. Sisi
bawah dan ketiga sisi samping, terbuat dari beton kedap air. Hanya satu
buah sisinya yaitu sisi tengah terbuat dari lempengan batu cadas, seang
bagian atasnya terbuka.
c. Jempeng yang bagian bawahnya berbentuk setengah segi enam, seperti
Gambar 1, keseluruhanya terbuat dari batu cadas.
67
Teknologi Tepat Guna
Badan jempengan berbentuk silinder dan bagian atasnya juga terbuka.
(1)
(2)
(3)
Gambar 2. Model-model jempeng
68
Teknologi Tepat Guna
6. PENGGUNAAN
Jempeng digunakan dengan cara diletakkan dalam aliran air supaya air meresap.
Daya kerja saringan jempeng dalam penggunaannya untuk menyaring air minum
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Besar kecilnya diameter pori bahan saringan
b. Derajat kekeruhan air
c. Suhu air
d. Derajat keasaman (ph) air
e. Tekanan air pada dinding saringan, dan
f. Tebal tipisnya dinding saringan
Air yang dihasilkan untuk jempeng dengan ketebalan 13 cm adalah 3,8 1/jam
7. KEUNTUNGAN
a. Daya saring jempeng tidak berpengaruh terhadap kesadahan air kolam stelah
disaring. Bahan baku jempeng (batu cadas) tidak mengandung unsur-unsur
kimia yang dpaat mempengaruhi kesadahan air kolam sebelum dan sesudah
disaring.
b. Saringan tersebut telah lama digunakan oleh masyarakat desa Kerobokan,
sehingga boleh dikatakan pemakaiannya telah membudidaya di kalangan
masyarakat desa tersebut.
c. Semakin tebal dinding jempeng, semakin kecil bakteri golongan coli setelah
penyaringan.
8. KERUGIAN
a. Rata-rata debit air minum yang dihasilkan oleh jempeng dengan ketebalan
dinding 13 cm, belum cukup untuk memenuhi kebutuhan air minum suatu
keluarga yang beranggotakan 5 orang lebih.
69
Teknologi Tepat Guna
b. Belum dapat diketahui setelah berapa lama jempeng tersebut perlu
dibersihkan dari lumut, ganggang/algae yang tumbuh pada permukaan
jempeng.
9. DAFTAR PUSTAKA
Kusnoputranto, Haryoto et al. Daya kerja “Jempeng” sebagai saringan sederhana
untuk me-nyaring air minum di desa Kerobokan, Kecamatan Kuta, Kab. Badung,
Bali. Dalam Lokakarya Penelitian dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna
Penyediaan Air Minum dan Pembuangan/Pengolahan Kotoran di
pedesaan. Cimacan, 2-4 Februari 1981. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I., Jl. Percetakan negara
I, Telp. 414-226, Jakarta.
10. INFORMASI LEBIH LANJUT
a.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052,
250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
b.
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
70
Teknologi Tepat Guna
H. PENJERNIHAN AIR MENGGUNAKAN ARANG SEKAM PADI
1. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air
minum, memasak , mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara
penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar
limbah rumah tangga maupun limbah industri.
Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam bab
ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya
mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung
kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan
lain-lain.
2. URAIAN SINGKAT
Sekam padi banyak terdapat didaerah pedesaan, namun penggunaan sekam padi
belum dimanfaatkan sepenuhnya. Uraian ini adalah salah satu cara memanfaatkan
sekam padi untuk memperoleh air bersih yang merupakan kebutuhan dasar bagi
masyarakat.
3. BAHAN DAN PERALATAN
1.
Arang sekam padi
2.
Kayu bakar
3.
Sampah-sampah/tanah
4.
Pipa
5.
Kerikil
6.
Kawat ram
7.
Lumpur
8.
Drum diameter 40 cm dan tinggi 72 cm
4. PEMBUATAN
1.
Dasar drum dibuat lubang-lubang kecil (diameter 2 mm) dan 4 lubang
dengan diameter 3,5 mm. Pada dinding drum diberi 6 lubang berdiameter
3,5 mm. Jarak antara masing-masing lubang 10 cm. Bagian kiri dan kanan
71
Teknologi Tepat Guna
drum dipasangi pipa yang panjangnya 15 cm. Pada bagian dasar dari drum
diberi kawat ram (lihat Gambar 1).
Gambar 1. Alat Pembuatan Arang Sekam Padi
2.
Tungku pembakaran :
Tungku pembakaran adalah tungku rumah tangga yang dimodifikasi untuk
pengarangan kayu bakar. Lihat Gambar 2.
72
Teknologi Tepat Guna
Gambar 2. Tungku Pembakaran Sekam Padi
3.
Alat penjernihan air terdiri atas 2 bagian :
a.
Alat pengendapan yang terbuat dari drum.
b.
Alat penyaringan yang dibuat dari gentong. Pada dasar gentong
diberi kerikil dan arang sekam padi setebal dari 10 sampai 20 cm
di atasnya. Di atas arang sekam padi diberi ijuk.
4.
Pembuatan arang sekam padi :
a.
Secara tradisional arang sekam padi dibuat dalam suatu lubang
yang berukuran : panjang 50 cm, tinggi 30 cm dan diameter 50 cm,
dengan kapasitas 5 kg. Sekam dibakar di atas tungku singer.
Sekam yang sudah terbakar ditutup tanah dan diatasnya diberi
sampah. Pada salah satu sudut lubang diberi pipa udara.
b.
Cara lain dengan menggunakan drum sebagi tungku pembakaran.
Temperatur pada waktu pengarangan 400°-600°C dan lama
73
Teknologi Tepat Guna
pengarangan 2,5 jam. Bahan bakar kayu yang digunakan 5 kg,
untuk 5 kg sekam padi.
Gambar 3. Alat Penjernihan Air
5. PENGGUNAAN
Proses penyaringan air:
1.
Tahap pertama pengendapan
2.
Tahap kedua penyaringan dengan arang sekam padi kira-kira 10 cm
tebalnya. Proses penyaringan ini bekerja selama 6 jam/hari.
6. KEUNTUNGAN
1.
Dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk keperluan keluarga
74
Teknologi Tepat Guna
2.
Pengarangan sekam padi mudah dikerjakan oleh masyarakat pedesaan
sendiri.
3.
Relatif murah
4.
Hasil penjernihan memenuhi syarat kesehatan.
5.
Sekam padi mudah diperileh di pedesaan.
7. KERUGIAN
Pembakaran harus sempurna, apabila pembakaran”tidak sempurna” (kekurangan
oksigen) arang sekam padi dan abu akan bercampur.
8. DAFTAR PUSTAKA
Asril, Lutan. Penjernihan air menggunakan arang sekam padi skala keluarga
untuk daerah pedesaan. Dalam kumpulan makalah : Lokakarya penelitian dan
pengembangan teknologi tepat guna penyediaan air minum dan pembuangan
kotoran di pedesaan, Cimacan : 2-4 Februari 1981. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, 1981.
9. INFORMASI LEBIH LANJUT
1.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2.
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
75
Teknologi Tepat Guna
3
PENYIMPANAN AIR
SEDERHANA
A. GENTONG PENAMPUNGAN CARA CETAKAN
(KAPASITAS 250 LITER)
1. PENDAHULUAN
Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan
puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan
memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu
liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan perabotan
rumah tangga.
Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya
sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk
mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran
sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan
timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim
kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena
sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber
air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk
memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena
atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak
memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng
bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang
air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat
penyimpanan.
Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah
pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
76
Teknologi Tepat Guna
1.
Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
2.
Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
3.
Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
4.
Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
5.
Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
6.
Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
7.
Bak penampungan sumber air/mata air
Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang
dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena
: relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku
mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
2. URAIAN SINGKAT
Penyimpanan air memakai gentong cetakan ini sangat mudah dan sederhana, baik
cara pembuatan maupun pemeliharaannya.
3. BAHAN DAN PERALATAN
1.
Semen ¾ sak
2.
Pasir beton 10 ember kecil
3.
Plat besi tebal 2,5 meter panjang 3 meter
4.
Karung bekas 3 buah ukuran 125 x 112 cm
5.
Sekam padi 2 karung
6.
Jerami dan tali karung
7.
Sendok adukan besar dan kecil
8.
Ember kecil
9.
Plat besi
10.
Skop, pacul dan penyaring pasir
4. PEMBUATAN
1.
Pembukaan dan penyatuan kembali karung-karung. Tiga karung bekas
dibuka dari jahitannya, 2 karung disatukan dengan cara dijahit pada bagian
kiri dan kanan, sedang bagian atas dan bawah dibiarkan terbuka, 1 karung
dipergunakan untuk alas. Ukuran gentong air seperti Gambar 1.
77
Teknologi Tepat Guna
Gambar 1. Ukuran Gentong Air dari Ferrocement
2.
Pembuatan patron/model cetakan
Patron/model dijahit menurut bentuknya seperti Gambar 2 dan 3.
Gambar 2. Gambar Patron Model Gentong Air Dijahit dengan Tali
Karung.
Dipergunakan dua karung ukuran 125 x 112 cm yang sudah dijahit
kembali, kemudian balikkan arah ke dalam
78
Teknologi Tepat Guna
Gambar 3. Bentuk Patron yang sudah Dibalik Jahitannya
3.
Pembuatan kerangka dasar dan kerangka leher.
Lingkaran dari plat besi dengan garis tengah 58 cm dimasukkan pada
patron/model dengan cara dijahit untuk membentuk kerangka dasar,
sedang
kerangka leher menggunakan lingkaran plat besi dengan garis tengah 35
cm (Gambar 4 dan 5).
79
Teknologi Tepat Guna
Gambar 4. Patron/model Sesudah Diberi Kerangka Dasar.
Gambar 5. Patron/model Sudah Diberi Kerangka Dasar dan Kerangka
Leher
4.
Pengisian sekam padi atau pasir
Patron/model dengan kerangka dasar diletakkan pada karung bekas yang
dipakai sebagai dasar. Kemudian diisi sekam padi/pasir sampai rata dan
padat, sehingga berbentuk gentong, lihat Gambar 6 dan 7.
80
Teknologi Tepat Guna
Gambar 6. Kerangka Dasar dan Kerangka Leher
Gambar 7. Patron dengan Kerangka Dasar dan Diisi Sekam Padi
5.
Penyiraman
Sebelum penempelan/plasteran adonan semen (semen, pasir, air), patron
yang sudah diisi sekam disiram dulu dengan larutan semen encer
(perbandingan semen : air = 1 : 3), guna memudahkan penempelan adonan
pada patron (Gambar 8).
Gambar 8. Cetakan Gentong
6.
Plasteran
Adukan semen dengan perbandingan = semen : pasir : air (2:6:5)
diplasterkan pada patron secara lapis demi lapis. Plasteran yang agak tebal
81
Teknologi Tepat Guna
dihindarkan untuk mencegah perontokan. Pemplasteran dihentikan setelah
mencapai tebal ± 2 cm. Setelah plesteran agak kering, bagian luar dioles
dengan campuran air dan semen (10:4). Kemudian mulut gentong
dibentuk sesuai dengan keinginan, lihat Gambar 9 dan 10.
Gambar 9. Gentong Air
Gambar 10. Mulut Gentong
7.
Pengambialn isian dan cetakan
Setelah 4 atau 5 hari diperkirakan gentong agak kuat, dengan hati-hati
gentong dimiringkan untuk mengeluarkan isian dan cetakan dari bagian
bawah.
8.
Pembuatan dasar gentong
Gentong diletakkan di atas karung sebagai dasar, kemudian dasar ditutup
82
Teknologi Tepat Guna
dengan adonan semen seperti pada plasteran sampai rata dengan tebal
yang sama. Mengerjakannya melalui mulut gentong.
5. PENGGUNAAN
Pemakaian gentong untuk penampungan :
Dibutuhkan 4 gentong. Pemakaiannya seperti pada Gambar 11 dan 12. Pipa
dipasang pada dinding gentong dengan melubangi dinding pada waktu masih
basah, atau menggunakan pahat dan palu jika dinding sudah terlanjur kering. Agar
tidak bocor, sela-selanya dilem semen.
Gambar 11. Pemakaian Gentong
83
Teknologi Tepat Guna
Gambar 12. Pemakaian Gentong
1.
Gentong 1
Digunakan untuk menempatkan air kotor yang baru diambil dari sungai.
Kran A dipasang pada dasar gentong untuk membersihkan endapan
lumpur. Kran B diletakkan 100 mm di atas kran A, gunanya untuk
mengatur aliran air yang masuk ke gentong 2. Gentong 1 diletakkan lebih
tinggi dari gentong 2 agar diperoleh tekanan air yang cukup.
2.
Gentong 2
Berfungsi sebagai saringan pertama yang mampu membersihkan 20 liter
air per jam. Sebagai penyaring air paling kotor, gentong 2 harus
dibersihkan tiap minggu dengan membuka kran C dan menutup kran B.
Air dari gentong 2 ini sudah cukup bersih, meskipun belum cukup sehat.
84
Teknologi Tepat Guna
Jika yang dibutuhkan hanya air bersih (bukan sehat), air bisa diperoleh
dari kran D.
3.
Gentong 3
Berfungsi sebagai saringan terakhir. Dapat menyaring dan menyehatkan
20 liter air per jam. Gentong ini harus dibersihkan tiap 2-3 bulan dengan
mengeruk lapisan atas pasir sedalam 2 cm.
4.
Gentong 4
Adalah gentong penampungan air bersih dan sehat. Dari tempat ini bisa
dibentuk sesuai dengan selera.
6. KEUNTUNGAN
Pembuatan patron/model mudah dan sederhana, karena karung yang digunakan
bisa dibentuk sesuai dengan selera.
7. KERUGIAN
1.
Pengerjaan plasteran agak rumit, karena bentuk patron/model bisa berubah
dari bentuk asli gentong.
2.
Pemakaian harus hati-hati, karena mudah pecah
8. DAFTAR PUSTAKA
1.
Ferro Cement untuk Wadah Air. Bandung : Pusat Informasi Dokumentasi
PTP-ITB bekerjasama dengan BUTSI dan TOOl (T.H.E. Negeri Belanda).
2.
Gentong Penampungan Air. Tarik IV (40), 1985 : p. 9-14.
9. INFORMASI LEBIH LANJUT
1.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2.
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
85
Teknologi Tepat Guna
B. DRUM AIR CARA KERANGKA KAWAT
(KAPASITAS 300 LITER)
1. PENDAHULUAN
Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan
puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan
memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu
liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
perabotan rumah tangga.
Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya
sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk
mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran
sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan
timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim
kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena
sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber
air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk
memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena
atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak
memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng
bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang
air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat
penyimpanan.
Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah
pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
1.
Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
2.
Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
3.
Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
4.
Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
5.
Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
86
Teknologi Tepat Guna
6.
Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
7.
Bak penampungan sumber air/mata air
Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang
dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena
: relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku
mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
2. URAIAN SINGKAT
Drum kerangka kawat yaitu drum yang dibuat dengan cara memberi kerangka
kawat sebagai penguat atau pemberi bentuk pola dasar. Kerangka tersebut ditutup
dengan adonan semen, pasir beton dan air.
3. BAHAN DAN PERALATAN
1.
Semen.
2.
Pasir beton 10 ember kecil.
3.
Kawat beton 60 meter.
4.
Kawat ayam ukuran lebar 1 meter sepanjang 5 meter.
5.
Kran air dan pipa ukuran ¾ inci.
6.
Tali kawat 1 kg.
7.
Sendok adukan besar.
8.
Sendok adukan kecil.
9.
Tang dan palu.
10.
Skop, pacul dan penyaringan pasir.
4. PEMBUATAN
1.
Pemotongan kawat beton
a.
Ukuran tinggi drum diperlukan 21 potong kawat beton dengan
panjang 1,02 meter. Bagian ujung atas dilekukan sepanjang 2 cm
dan bagian ujung bawah sepanjang 5 cm.
b.
Badan drum dibuat dari 10 potong kawat berukuran 2-5 cm,
dibentuk menjadi 10 lingkaran masing-masing berdiameter 65 cm.
c.
Dasar drum dibuat dari 5 potong kawat dengan ukuran 205 cm,
172,90 cm, 141,50 cm; 110 cm dan 78,70 cm dan dibentuk
87
Teknologi Tepat Guna
lingkaran masing-masing berdiameter 65,55; 45,35 dan 25 cm.
Dengan bantuan penguat 2 potong kawat yang dipasang silang
masing-masing panjang 65 cm untuk dasar drum. Gambar 1,2, dan
3.
Gambar 1. Ukuran Drum Air dari Ferrocement
88
Teknologi Tepat Guna
Gambar 2. Ukuran Drum
Gambar 3. Diameter Drum
2.
Pembuatan kerangka
Potongan-potongan kawat tersebut di atas dibentuk dengan menggunakan
89
Teknologi Tepat Guna
tali kawat. Jarak antara satu dengan lainnya 10 cm (10 x 10 cm). (Gambar
4).
Gambar 4. Pembuatan Kerangka
3.
Pemasangan kawat
Potongan kawat ayam dipasang dibagian dalam dan luar drum masingmasing berukuran 2,05 x 1 meter. Tali kawat dipakai untuk mengikat pada
bagian-bagian yang diperlukan, untuk membuat ketebalan kerangka ratarata 1,5-2 cm (Gambar 5 dan 6).
90
Teknologi Tepat Guna
Gambar 5. Pemasangan Kawat
Gambar 6. Ketebalan Kerangka
4.
Pemasangan kran air dan pipa pembersih
Kran dipasang 15 cm di atas dasar drum. Pada dasar drum dipasang pipa
91
Teknologi Tepat Guna
pembersih tepat di bawah kran air. Lihat Gambar 7.
Gambar 7. Pemasangan Kran
5.
Plasteran/Pengacian
a.
Plasteran dilakukan 2 kali
Plaster I : dilakukan di antara 2 kawat ayam dengan adukan semen,
pasir dan air : 2:6:5 tebal kurang lebih 2 cm.
Plaster II : berfungsi untuk menghaluskan plasteran I dengan
adukan semen dan air 4 : 10, tebal 0,50 cm bagian dalam, dan 0,50
cm bagian luar.
b.
Jadi tebal keseluruhan setelah plasteran I dan II menjadi 2,5
sampai 3 cm. Kemudian supaya licin seluruh permukaan diamplas.
5. KEUNTUNGAN
1.
Tidak mudah pecah, karena kerangka dibuat dari kawat.
2.
Pemakaiannya cukup lama.
3.
Perawatan mudah.
4.
Dapat menyimpan air dalam jumlah besar.
6. KERUGIAN
Apabila plasteran tidak rata dan kerangka kawat masih kelihatan, maka dalam
92
Teknologi Tepat Guna
pemakaiannya kawat akan mudah karatan, sehingga air yang tersimpan akan
tercemar dan mengganggu kesehatan.
7. DAFTAR PUSTAKA
1.
Ferro Cement untuk Wadah Air. Bandung : Pusat Informasi Dokumentasi
PTP-ITB, 1977.
8. INFORMASI LEBIH LANJUT
1.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2.
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
93
Teknologi Tepat Guna
C. BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN
2.500 LITER)
(KAPASITAS
1. PENDAHULUAN
Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan
puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan
memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu
liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
perabotan rumah tangga.
Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya
sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk
mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran
sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan
timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim
kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena
sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber
air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk
memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena
atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak
memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng
bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang
air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat
penyimpanan.
Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah
pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
1.
Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
2.
Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
3.
Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
4.
Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
5.
Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
94
Teknologi Tepat Guna
6.
Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
7.
Bak penampungan sumber air/mata air
Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang
dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena:
relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku
mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
2. URAIAN SINGKAT
Bambu selain dipakai untuk bahan bangunan dapat juga dipakai sebagai bak
penampung air dengan istilah Bambu Semen. Konstruksi tulangnya dibuat dari
bambu serta dilapisi oleh adukan mortar semen dan pasir.
3. BAHAN DAN PERALATAN
1.
9 (sembilan) sak semen.
2.
1m 3 pasir.
3.
0,2 m 3 kerikil.
4.
12 (duabelas) batang bambu.
5.
1 (satu) buah stop kran.
6.
1 (satu) buah Elbog.
7.
1 (satu) buah Pipa pengambilan.
8.
1 (satu) buah Pipa pengurasan.
9.
1 (satu) buah Pipa peluap.
10.
1 (satu) buah Botol plastik.
11.
Pipa pengukur, lot, kerekan, snar.
12.
Saringan kasa nyamuk 100 cm 2.
13.
Ijuk penyaring ½ kg.
14.
Gedeg (anyaman bambu).
15.
Papan.
16.
Ember.
17.
Tali.
18.
Sarung tangan.
95
Teknologi Tepat Guna
4. PEMBUATAN
1.
Kerangka
Sebelum mulai dengan pemasangan kerangka tulangan, potongan bambu
dibelah menjadi bagian-bagian selebar 1-1,5 cm dan dibuat anyaman
berlubang mata jala 3,5 – 4 cm.
Pembuatan kerangka dibedakan atas 3 bagian :
a.
b.
c.
Tulangan dinding :
tulangan tegak
tulangan mendatar
Tulangan dasar :
tulangan membujur
tulangan melintang
Tulangan tutup :
Sama dengan tulangan dasar ukuran dari masing-masing tulangan seperti
terlihat pada Gambar 1, 2, 3, dan 4.
Gambar 1. Rangka Anyaman Tangki Bambu Semen Kapasitas 2.500 liter
96
Teknologi Tepat Guna
Gambar 2. Rangka Pondasi Anyaman Bambu Kapasitas 2.500 liter
Gambar 3. Rangka tutup tangki bambu semen kapasitas 2.500 dan 10.000
liter
97
Teknologi Tepat Guna
Gambar 4. Potongan Tangki Bambu Semen Kapasitas 2.500 liter
2.
Perakitan
Untuk membuat kerangka dengan bentuk silindris yang bagus, buat dulu
garisan berbentuk lingkaran di tanah. Kemudian letakkan kerangka dasar
di atas lingkaran tadi. Kerangka dinding ditumpangkan di atas kerangka
dasar dengan membentuk lingkaran seperti yang terlihat pada Gambar 5.
98
Teknologi Tepat Guna
Gambar 5. Perakitan Kerangka Silindris
3.
Plasteran
a.
Sebelum plasteran dimulai, buat pondasi dengan ukuran seperti
Gambar 6 dan 7.
Gambar 6. Pondasi tangki bambu semen kapasitas 2.500 Liter
99
Teknologi Tepat Guna
Gambar 7. Plesteran Pondasi
b.
Kerangka yang sudah jadi diselimuti dengan anyaman bambu
(gedeg) sebelah luarnya diberi penguat dengan beberapa bilah
papan (Gambar 8).
Gambar 8. Kerangka Anyaman Bambu
c.
Kerangka yang terbungkus rapi diletakkan di atas plasteran dasar
tangki (Gambar 9). Kemudian plesteran pertama dilakukan dari
100
Teknologi Tepat Guna
sebelah dalam kerangka setelah ditunggu selama 2 jam supaya
agak kerinng, barulah bungkus gedeg dibuka dibiarkan terbuka
selama 1 jam, baru pekerjaan plaster dinding bagian luar bisa
dimulai (Gambar 10 dan 11).
Gambar 9. Kerangka di atas Plesteran
101
Teknologi Tepat Guna
Gambar 10. Plesteran Dinding Luar
Gambar 11. Plesteran Dinding Luar
102
Teknologi Tepat Guna
5. PENGGUNAAN
Pengambilan air dilakukan melalui kran.
6. PEMELIHARAAN
1.
Talang harus selalu bersih dari sampah dan kotoran tikus atau burung,
tidak bocor, serta berfungsi baik untuk mengalirkan air ke bak
penampungan air hujan.
2.
Bersihkan saringan atau lobang tempat masuk air dari sampah atau
kotoran.
3.
Periksalah keadaan dinding dan pondasi bak, apakah terdapat kebocoran
yang dapat menyebabkan air merembes ke luar. Amati apakah terdapat
jentik nyamuk di dalam bak. Jika ada jentik nyamuk, bak dikuras
(upayakan pengurasan pada musim hujan) dan tutup lobang tempat
masuknya nyamuk.
4.
Pada dasar bak harus ada air yang tertinggal, agar bak tidak pecah atau
retak.
5.
Saluran pembuangan air limbah berfungsi baik, tidak terdapat genangan
air yang dapat menjadi sarang nyamuk.
7. PERBAIKAN
1.
Perbaiki segera dinding lantai yang retak atau bocor dengan campuran
semen dan pasir 1:2. Selama perbaikan usahakan agar dinding bak tetap
dalam keadaan basah dengan memercikkan air pada dinding agar bak tidak
retak atau pecah.
2.
Ganti pipa atau kran yang rusak atau bocor.
3.
Ganti atau tambal talang air yang rusak atau bocor.
4.
Buatkan saluran baru atau perbaiki saluran lama, jika saluran pembuangan
air limbah tidak berfungsi dengan baik.
8. KEUNTUNGAN
1.
Persediaan air dapat dimanfaatkan dalam waktu yang cukup lama.
2.
Pemeliharaan mudah.
3.
Bisa dimanfaatkan untuk beberapa keluarga.
103
Teknologi Tepat Guna
9. DAFTAR PUSTAKA
1.
Rolloos, Hans. Tangki air hujan bambu semen. Bandung : Institut
Teknologi Bandung.
2.
Bak penampungan air bambu semen. Yogyakarta : Yayasan Dian Desa.
10. INFORMASI LEBIH LANJUT
1.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2.
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
104
Teknologi Tepat Guna
D. BAK PENAMPUNGAN AIR BAMBU SEMEN
(KAPASITAS 10.000 LITER)
1. PENDAHULUAN
Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan
puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan
memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu
liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
perabotan rumah tangga.
Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya
sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk
mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran
sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan
timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim
kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena
sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber
air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk
memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena
atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak
memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng
bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang
air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat
penyimpanan.
Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah
pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
1.
Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
2.
Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
3.
Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
4.
Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
5.
Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
105
Teknologi Tepat Guna
6.
Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
7.
Bak penampungan sumber air/mata air
Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang
dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena:
relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku
mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
2. URAIAN SINGKAT
Pemakaian bambu semen cukup mudah, bahan bisa diperoleh di daerah serta
teknik pembuatan hanya memerlukan keahlian teknis yang sangat minim.
Kapasitas bisa mencapai 10.000 liter yang dapat dimanfaatkan oleh tiga sampai
lima keluarga.
3. BAHAN DAN PERALATAN
1.
20 sak semen
2.
2m 3 pasir hitam
3.
25 batang bambu
4.
Stop kran 1 buah
5.
Elbog 1 buah
6.
Pipa pengambilan 1 buah
7.
Pipa pengurasan 1 buah
8.
Pipa peluap 1 buah
9.
Botol plastik 1 buah
10.
Pipa pengukur, lot, kerekan, snar
11.
Saringan kasa nyamuk 100 cm2 2
12.
Ijuk penyaring ½ kg
13.
Gedeg (anyaman bambu)
14.
Papan
15.
Ember
16.
Tali
17.
Sarung tangan
106
Teknologi Tepat Guna
4. PEMBUATAN
1.
Perlakuan sama dengan penampung air bambu semen kapasitas 2.500 liter
2.
Ukuran kerangka dasar seperti Gambar 1,2, dan 3.
Gambar 1. Rangka anyaman tangki bambu semen kapasitas 10.000 liter
Gambar 2. Rangka pondasi anyaman bambu kapasitas 10.000 liter
107
Teknologi Tepat Guna
Gambar 3. Potongan tangki bambu semen kapasitas 10.000 liter
5. PENGGUNAAN
Penggunaan sama dengan penampungan air bambu semen kapasitas 2.500 liter
6. PEMELIHARAAN
Sama dengan penampung air bambu semen kapasitas 2.500 liter
7. PERBAIKAN
Perbaikan sama dengan penampung air bambu semen kapasitas 2.500 liter
8. KEUNTUNGAN
Bisa digunakan oleh banyak keluarga dengan kapasitas penambungan air lebih
banyak
9. KERUGIAN
Perawatan lebih sulit bila dibandingkan dengan kapasitas 2.500 liter
10. DAFTAR PUSTAKA
1.
Rollos, Hans. Tangki air hujan bambu semen. Bandung : Institut
Teknologi Bandung
2.
Bak penampungan air bambu semen. Yogyakarta : Yayasan Dian Desa
11. INFORMASI LEBIH LANJUT
108
Teknologi Tepat Guna
1.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2.
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
109
Teknologi Tepat Guna
E. INSTALASI AIR BERSIH PIPA BAMBU METODE
TRADISIONAL
1. PENDAHULUAN
Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan
puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan
memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu
liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
perabotan rumah tangga.
Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya
sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk
mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran
sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan
timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim
kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena
sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber
air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk
memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena
atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak
memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng
bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang
air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat
penyimpanan.
Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah
pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
1.
Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
2.
Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
3.
Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
4.
Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
5.
Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
110
Teknologi Tepat Guna
6.
Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
7.
Bak penampungan sumber air/mata air
Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang
dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena
: relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku
mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
2. URAIAN SINGKAT
Pipa bambu dapat digunakan untuk menyalurkan air di daerah pedesaan. Pipa
bambu dapat digunakan sebagai pengganti pipa jenis lain yang sulit diperoleh
di pedesaan.
3. BAHAN DAN PERALATAN
1.
Bambu
2.
Pahat
3.
Palu
4. PEMBUATAN
1.
Hilangkan sekat pada ruas bambu, dengan pemotongan bentuk huruf V
2.
Kemudian sekat dihilangkan dengan pahat
3.
Penyampungan pipa dilakukan dengan menumpangkan ujung pipa bagian
hilir.
4.
Ujung-ujung tersebut dipotong miring agar mudah menumpangkannya
(Gambar 1).
111
Teknologi Tepat Guna
Gambar 1. Pemasangan Pipa Bambu
5. PENGGUNAAN
Cara ini digunakan untuk penyambungan yang tidak seberapa jauh jaraknya yaitu
jarak antara sumber air ke pemukiman. (Gambar 2 dan 3).
Gambar 2. Penyaluran Air Bersih
112
Teknologi Tepat Guna
Gambar 3. Penyaluran Air untuk Konsumen
6. PEMELIHARAAN
Harus diperhatikan lubang pada pipa penyambungan, karena mudah mengalami
kebocoran.
7. KEUNTUNGAN
1.
Tekanan dalam pipa sama dengan di luar pipa.
2.
Bahan mudah didapat
3.
Pengerjaannya sangat mudah
8. KERUGIAN
1.
Tidak dapat dipendam dalam tanah
2.
Hanya dapat dipasang di lembah dengan mengikuti bentuk permukaan
tanah
3.
Air mudah dicuri di tengah jalan
4.
Air mudah tercemar udara sekitar
5.
Pipa mudah lapuk karena kena sinar matahari dan hujan
6.
Banyaknya air yang tumpah dari lubang-lubang pipa yang disebabkan oleh
kemiringan pipa yang berubah.
7.
Pipa mudah pecah
113
Teknologi Tepat Guna
9. DAFTAR PUSTAKA
1.
Partono. Teknologi tepat guna dengan bahan dasar bambu. TEKNA 1 (2)
September 1988, p. 7-10.
2.
Penyediaan dan pengelolaan air bersih dari sumber mata air. Warta air dan
sanitasi, 2, 1989, p. 6-9.
10. INFORMASI LEBIH LANJUT
1.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2.
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
114
Teknologi Tepat Guna
F. INSTALASI AIR BERSIH PIPA BAMBU SISTEM PENGALIRAN
TERTUTUP
1. PENDAHULUAN
Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan
puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan
memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu
liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
perabotan rumah tangga.
Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya
sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk
mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran
sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan
timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim
kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena
sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber
air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk
memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena
atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak
memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng
bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang
air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat
penyimpanan.
Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah
pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
1.
Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
2.
Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
3.
Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
4.
Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
5.
Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
115
Teknologi Tepat Guna
6.
Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
7.
Bak penampungan sumber air/mata air
Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang
dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena
: relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku
mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
2. URAIAN SINGKAT
Air bersih yang mengalir melalui pipa dengan pengaliran penuh, tekanan tidak
sama untuk seluruh bagian pipa. Seangkan tekanan yang diinginkan adalah 3
atmosfir (3kg/cm 2 )
3. BAHAN DAN PERALATAN
1.
Bambu 6 meter
2.
Ijuk/sabut kelapa
3.
Tali
4.
Aspal cair/ter
5.
Pipa besi 2 inci
6.
Plat baja 30 cm
7.
Pisau
8.
Palu
9.
Pengelas
4. PEMBUATAN
1.
Penghilangan sekat, dengan 2 cara :
a.
Menggunakan pipa besi 1 inci sepanjang 4 meter yang ditajamkan
ujungnya. Bambu sepanjang 6 m diikat pada dua buah tiang yang
ditancapkan dengan kuat pada permukaan tanah. Kemudian pipa
besi tersebut ditancapkan pada sekat ruas bambu dengan memukul
ujung yang lain. Setelah seluruh sekat terlubangim, lubang
diperbesar menggunakan pipa besi yang diameternya sesuai
dengan diameter lubang bambu (Gambar 1).
116
Teknologi Tepat Guna
b.
Menggunakan plat baja yang ujungnya dipotong berbentuk V dan
bagian tepinya ditajamkan dengan baja bulat seperti tongkat
dengan panjang maksimum 30 cm, penyambungannya dengan las
(Gambar 2).
Untuk menggunakan alat bor, mata bor disambung sepotong pipa
baja/besi diameter 1 inci dengan penyambungan sistem pen. Setiap
jarak 40 cm dari pipa besi tersebut diberi lubang-lubang untuk
memasukkan sepotong besi sebagai lengan pemutar bor tersebut
(Gambar 3).
Gambar 1. Penghilangan sekat bambu
117
Teknologi Tepat Guna
Gambar 2. Bentuk bor
Gambar 3. Penghilangan sekat bambu dengan bor
Pekerjaan pengeboran dilakukan 2 orang, sementara bambu yang
sedang di bor ditekan pada dua kedudukan (Gambar 4)
118
Teknologi Tepat Guna
Gambar 4. Dudukan bambu
2.
Penyambungan Pipa Bambu
Penyambungan dengan memakai shock (penyambung) dari bambu yang
diameternya lebih besar. Caranya: Celah-celah pipa bambu ditutup
ijuk/serabut yang telah diberi ter atau aspal. Penyumpalannya dibantu plat
besi berbentuk sendok, ditekankan ke celah-celah bambu yang berisi
sabut. Apabila penyumpalan dengan sabut tidak padat, bagian luar dibalut
tali ijuk yang telah diberi aspal atau ter untuk menjaga kemungkinan
bocor, dan memperkuat sambungan (Gambar 5).
Gambar 5. Penyambungan pipa bambu
5. PENGGUNAAN
Pipa bambu dari sumber mata air penyalurannya dipendam dalam tanah.
119
Teknologi Tepat Guna
6. KEUNTUNGAN
1.
Pipa dapat dipendam di dalam tanah
2.
Pemasangan bisa mengikuti bentuk permukaan tanah
3.
Air yang mengalir terlindung dalam pipa, sehingga tidak mudah tercemar
dan dicuri.
4.
Terhindar dari kerusakan
7. KERUGIAN
Memerlukan perencanaan dengan perhitungan yang lebih cermat, karena untuk
mendapatkan bambu dengan diameter dan ketebalan yang sama agak sulit, juga
kekuatannya tidak sama di setiap bagian.
8. DAFTAR PUSTAKA
Partono, Teknologi tepat guna dengan menggunakan bahan dasar bambu. TEKNA
1 (2) September 1988.
9. INFORMASI LEBIH LANJUT
1.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2.
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
G. BAK PENAMPUNGAN SUMBER AIR/MATA AIR
120
Teknologi Tepat Guna
1. PENDAHULUAN
Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan
puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan
memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu
liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi, mencuci pakaian dan
perabotan rumah tangga.
Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau pada waktu hujan hanya
sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk
mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran
sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan
timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim
kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena
sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal.
Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber
air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk
memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena
atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak
memungkinkannya. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng
bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang
air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat
penyimpanan.
Ada 7 cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah
pedesaan di Indonesia. Ke-7 cara tersebut yaitu :
1.
Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)
2.
Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)
3.
Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)
4.
Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)
5.
Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional
6.
Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup
121
Teknologi Tepat Guna
7.
Bak penampungan sumber air/mata air
Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang
dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena
:relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku
mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar.
2. URAIAN SINGKAT
Penampungan sumber air/mata air dengan menggunakan bak diperlukan bagi
desa. Cara pembuatan dan penggunaannya sederhana supaya dapat dipakai
dalam waktu jangka panjang.
3. BAHAN DAN PERALATAN
1.
Bak penampung dari semen atau batu bata
2.
Pipa besi
3.
Pipa plastik
4.
Pipa bambu
5.
Batu koral
6.
Kain kaus
7.
Tali
4. PEMBUATAN
1.
Membuat bak penampung dari semen atau batu bata. Cara pembuatan
sesuai dengan selera (lihat topik Bak Penampung Air Bambu Semen)
2.
Lokasi pembuatan bak penampung air, harus dipilih tempat yang lebih
rendah dari mata air agar aliran air ke dalam bak lebih lancar.
3.
Air dari sumber disaring dengan memakai saringan batu koral yang
kemudian disalurkan dengan pipa ke bak penampungan.
122
Teknologi Tepat Guna
4.
Bagan bak penampungan air. (lihat Gambar 1,2 dan 3).
Gambar 1. Sumber Air
Gambar 2. Bak Penampung
123
Teknologi Tepat Guna
Gambar 3. Pengaliran Air ke Bak Penampung
a.
Setelah air tersimpan dalam bak, untuk memudahkan pengambilan
air sebaiknya air disalurkan melalui pipa.
b.
Pipa untuk mengalirkan air (Lihat Gambar 4,5, dan 6)
Gambar 4. Pipa
124
Teknologi Tepat Guna
Gambar 5. Pengaliran Air Bersih
5. PENGGUNAAN
1.
Pengambilan air dilakukan melalui pipa/kran yang tersedia pada bak
penampungan, bukan melalui lubang kontrol dengan timba.
2.
Sebaiknya untuk menjaga air supaya tetap bersih, dalam bak penampung
diberi kaporit untuk membunuh kuman di dalam air.
3.
Untuk menjaga keutuhan/kelangsungan bangunan, perlu ditunjuk
orang/organisasi yang bertanggung jawab untuk memelihara bangunan
mata air tersebut.
Gambar 6. Pengaliran Air Bersih ke Konsumen
125
Teknologi Tepat Guna
6. PERBAIKAN
1.
Perbaiki segera pipa yang rusak atau bocor.
2.
Anti atau perbaiki kran yang bocor.
3.
Perbaiki segera lantai, dinding yang retak atau bocor.
4.
Perbaiki atau buatkanb saluran baru jika sarana pembuangan air limbah
tidak berfungsi dengan baik.
5.
Kain kaos penyaring harus sering digganti. Penggantiannya tergantung
dari kekeruhan air.
7. KEUNTUNGAN
1.
Air dari sumber dapat ditampung sebanyak-banyaknya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
2.
Air yang diperoleh cukup bersih karena dapat dipergunakan untuk
diminum. Selain diminum juga bisa dipergunakan untuk keperluan
mencuci dan mandi.
3.
Rumah-rumah yang dekat dengan bak penampungan tidak memerlukan
bambu yang panjang, sehingga akan efesien waktu dan tenaga.
8. KERUGIAN
Apabila musim kemarau, air yang ditampung hanya sedikit dan pemakaian supaya
dihemat.
9. DAFTAR PUSTAKA
1.
BUTSI, Buku Teknologi Desa No. 14, 7-8 Dalam Teknologi Tepat Guna
untuk Wanita di Pedesaan. Jakarta : Kantor Menteri Muda Urusan Peranan
Wanita.
2.
Pedoman penggunaan dan pemeliharaan sarana penyediaan air bersih dan
penyehatan lingkungan pemukiman. Jakarta : Departemen Kesehatan,
1990.
10. INFORMASI LEBIH LANJUT
1.
2.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
126
Teknologi Tepat Guna
4
JAMBAN / KAKUS
A. KAKUS/JAMBAN SISTEM CEMPLUNG ATAU GALIAN
1. PENDAHULUAN
Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan
jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat
lingkungan tempat hidup yang sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin
harus diusahakan agar jemban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain
itu, kontruksi yang kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam
membuat jamban.
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah
o
sabagai berikut :
1.
Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan
permukaan tanah yang ada disekitar jamban;
2.
Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada
permukaan tanah;
3.
Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain;
4.
Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang
tidak menyedapkan;
5.
Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah;
6.
Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat
setempat.
Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak
o
terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada :
1.
Keadaan daerah datar atau lereng;
2.
Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam;
127
Teknologi Tepat Guna
3.
Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau
kapur.
Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan
o
tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan
lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata 10 meter.
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan :
o
1.
Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah
bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di
atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak
ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
2.
Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang
sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai
jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari permukaan air yang
tertinggi pada waktu banjir.
3.
Mudah dan tidaknya memperoleh air.
Dalam bab ini ada 5 cara pembuatan jamban/kakus yang memenuhi
o
persyaratan tersebut di atas, yaitu :
1.
kakus/jamban sistem cemplung atau galian
2.
Jamban sistem leher angsa
3.
Jamban septik tank ganda
4.
Kakus Vietnam
5.
Kakus sopa sandas
2. URAIAN SINGKAT
Kakus atau jamban jemplung sesuai untuk daerah yang tanahnya mudah
menyerap air serta sulit dalam pengadaan air bersih. Kontruksinya cukup
sederhana. Kakus dibuat dengan cara menggali tanah sebagai lubang
penampungan. Lalu diperkuat dengan bahan penguat, biasanya bronjong atau
anyaman bambu, serta diatasnya dibuat bangunan penutup yang dapat
dipindahkan bila lubang telah penuh. Untuk menghindari bau yang timbul, lubang
pembuangan ditutup serta dilengkapi pipa pembuangan gas.
128
Teknologi Tepat Guna
3. BAHAN
a. Bambu
b. Kayu
c. Bahan atap atau genteng
d. Bahan dinding/penutup
e. Paku
4. PERALATAN
a. Cangkul/alat penggali tanah
b. Gergaji
c. Golok
d. Palu Alat pertukangan lain
5. PEMBUATAN
a.
Gali tanah selebar 1-1,5 m, dalam 3 m atau lebih, tergantung kebutuhan.
b.
Paku bronjong (anyaman bambu) tau bahan penguat lainnya pada dinding
lobang untuk menahan longsor.
c.
Tutup lubang dengan lantai yang berlubang dan bangunan penutup seperti
pada Gambar.
d.
Lubang khusus pembuangan kotoran perlu ditutup dengan penutup yang
dapat diangkat.
e.
Untuk menghindari bau yang tidak sedap, lubang septik tank perlu
dilengkapi dengan saluran pembuangan gas.
f.
Bangunan jambang perlu diusahakan agar cukup ventilasi udara dan sinar
masuk.
g.
Bangunan diusahakan dari bahan yang ringan agar mudah dipindahkan.
h.
Lokasi dianjurkan agak jauh dari tempat kediaman atau perumahan.
Kontruksi secara lengkap lihat Gambar
129
Teknologi Tepat Guna
Gambar 1. Kontruksi Kakus
6. PENGGUNAAN
Pemakai langsung membuang kotorannya dari atas lubang yang telah disediakan
pada banguan penutup dengan tata cara :
a. Tutup lubang dibuka
b. Jongkok tepat diatas lubang
c. Diusahakan kotoran tidak menyentuh dinding lubang Setelah selesai lubang
ditutup kembali
130
Teknologi Tepat Guna
7. PEMELIHARAAN
a. Untuk mencegah penyebaran penyakit atau bau, lantai perlu dibersihkan secara
teratur.
b. Untuk menjaga agar bangunan tahan lama, bahan-bahan harus diresidu atau
dikapur lebih dahulu sebelum dipasang.
8. KEUNTUNGAN
a. Kontruksi bangunan cukup sederhana dan mudah dilaksanakan sendiri tanpa
memerlukan persyaratan khusus.
b. Biaya yang diperlukan tidak terlalu tinggi atau cukup terjangkau oleh
masyarakat.
c. Daerah bekas lokasi jamban menjadi subur
d. Bangunan bisa dipindahkan
9. KERUGIAN
a. Lubang tinja bila penuh tidak bisa dimanfaatkan kembali karena kontruksinya
tidak tetap.
b. Sulit untuk memperhitungkan ketahanan kekuatan kontruksi penguat lubang
dan bangunan jamban.
c. Kurang nyaman
d. Dari segi kesehatan, jamban sistem ini dianggap kurang higinis karena berbau
serta memungkinkan timbulnya lalt dan serangga lain.
e. Kurang aman untuk anak-anak.
10. DAFTAR PUSTAKA
a. Wasito, Sidik. Kakus sederhana bagi masyarakat desa. Bandung : Direktorat
Penyelidikan Masalah Bangunan.
b. Jamban : cara pembuatannya. Jakarta : Direktorat Perumahan, 1990.
131
Teknologi Tepat Guna
11. INFORMASI LEBIH LANJUT
a. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Departemen Pekerjaan Umum. Jl.
Tamansari 84 Bandung
b. Direktorat Perumahan, Departemen Pekerjaan Umum. Jl. Wijaya I/68
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
c. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052,
250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
132
Teknologi Tepat Guna
B. JAMBAN SISTEM LEHER ANGSA
1. PENDAHULUAN
Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan
jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat
lingkungan tempat hidup yang sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin
harus diusahakan agar jemban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain
itu, kontruksi yang kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam
membuat jamban.
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sabagai
berikut :
1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan
permukaan tanah yang ada disekitar jamban;
2. Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada
permukaan tanah;
3. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain;
4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang
tidak menyedapkan;
5. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah;
6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat
setempat.
Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak
terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada :
1. Keadaan daerah datar atau lereng;
2. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam;
3. Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau
kapur.
133
Teknologi Tepat Guna
Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan
tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan
lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata 10 meter.
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan :
1. Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah
bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di
atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak
ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
2. Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang
sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai
jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari permukaan air yang
tertinggi pada waktu banjir.
3. Mudah dan tidaknya memperoleh air.
Dalam bab ini ada 5 cara pembuatan jamban/kakus yang memenuhi persyaratan
tersebut di atas, yaitu :
1. kakus/jamban sistem cemplung atau galian
2. Jamban sistem leher angsa
3. Jamban septik tank ganda
4. Kakus Vietnam
5. Kakus sopa sandas
2. URAIAN SINGKAT
Sistem ini sesuai untuk daerah yang mudah mendapatkan air bersih. Pada jamban
leher angsa tinja tidak langsung jatuh ke lubang penampungan kotoran. Lubang
pembuangan kotoran dilengkapi dengan mangkokan seprti leher angsa. Bila pada
mangkokan tersebut dituangi air, pada bagian leher angsa akan
tertinggal air yang menggenang yang berfungsi sebagai penutup lubang.
134
Teknologi Tepat Guna
3. BAHAN
1. Batako/batu bata
2. Mangkokan leher angsa atau kloset pasir
3. Bahan atap
4. Semen
5. Kayu
6. Papan atau bahan dinding batu kali dan kerikil
7. Pipa pralon besar dan kecil
8. Ijuk
4. PERALATAN
1. Gergaji
2. Alat pertukangan kayu dan batu
5. PEMBUATAN
Kontruksi kakus sistem leher angsa ada 3 macam :
1. Bak penampungan kotoran langsung di bawah lubang pembuangan.
2. Bak penampungan kotoran di samping bawah lubang pembuangan dengan
penghubung pipa saluran dan bak reapan.
3. Seperti 2 dimana bak resapan sebagai penyaring.
Bentuk kloset yang dipakai dapat dipilih sistem jongkok atau sistem
duduk.
Ketiga kontruksi pembuatan jamban tipe ini dapat dilihat pada Gambar
berikut :
135
Teknologi Tepat Guna
Gambar 1. Tipe Langsung
136
Teknologi Tepat Guna
Gambar 2. Tipe tidak langsung
137
Teknologi Tepat Guna
6. PENGGUNAAN
1. Siramkan air pada mangkokan leher angsa supaya tidak lengket
2. Jongkok atau duduk diatas kloset untuk melaksanakan hajat.
3. Setelah selesai guyur dengan air secukupnya sampai kotoran bersih
7. PEMELIHARAAN
1. Pakailah karbol pada saat membersihkan lantai agar bebas penyakit.
2. Hindarkan menyiram air sabun ke dalam bak pembuangan/atau ke dalam
kloset agar bakteri pembusuk tetap berperan aktif.
3. Lantai, kloset jamban harus selalu dalam keadaan bersih.
4. Jangan menggunakan alat pembersih yang keras agar kloset tidak cepat
rusak.
5. Jangan membuang kotoran yang tidak mudah larut ke dalam air misal :
kertas, kain bekas, dll.
8. KEUNTUNGAN
1. Lebih sehat, bersih dan punya nilai keleluasaan pribadi yang tinggi.
2. Karena proses pembusukan dan sistem resapan, bak tidak cepat penuh.
3. Timbulnya bau dapat dicegah oleh genangan air dalam leher angsa.
4. Dapat dipasang di luar atau di dalam rumah.
5. Dapat dipakai secara aman bagi anak-anak.
6. Bila penuh dapat dikuras/dikosongkan.
138
Teknologi Tepat Guna
9. KERUGIAN
1. Selalu menguras bila bak penampung penuh lumpur.
2. Biayanya cukup mahal dan perlu keahlian teknis.
3. Bagi masyarakat yang belum biasa menggunakan perlu bimbingan.
10. DAFTAR PUSTAKA
Wasito, Sidik. Kakus sederhana bagi masyarakat desa. Bandung : Direktorat
Penyelidikan Masalah Bangunan.
11. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan , Departemen Pekerjaan
Umum, Jl. Tamansari 84 Bandung
2. Bagian Teknik Umum dan Penyehatan, Departemen Kesehatan, Jl. Rasuna
Said, Kuningan, Jakarta
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
139
Teknologi Tepat Guna
C. JAMBAN SEPTIK TANK GANDA
1. PENDAHULUAN
Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan
jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat
lingkungan tempat hidup yang sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin
harus diusahakan agar jemban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain
itu, kontruksi yang kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam
membuat jamban.
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sabagai
berikut :
1. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan
permukaan tanah yang ada disekitar jamban;
2. Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada
permukaan tanah;
3. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain;
4. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang
tidak menyedapkan;
5. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah;
6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat
setempat.
Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak
terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada :
1. Keadaan daerah datar atau lereng;
2. Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam;
3. Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau
kapur.
140
Teknologi Tepat Guna
Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan
tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan
lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata 10 meter.
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan :
1. Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah
bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di
atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak
ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
2. Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang
sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai
jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari permukaan air yang
tertinggi pada waktu banjir.
3. Mudah dan tidaknya memperoleh air
Dalam bab ini ada 5 cara pembuatan jamban/kakus yang memenuhi persyaratan
tersebut di atas, yaitu :
1. kakus/jamban sistem cemplung atau galian
2. Jamban sistem leher angsa
3. Jamban septik tank ganda
4. Kakus Vietnam
5. Kakus sopa sandas
2. URAIAN SINGKAT
Jamban ini sama dengan jamban sistem resapan. Perbedaanya terletak pada
jumlah septik tank dan cara pembuangannya. Jumlah septik tank ganda
mempunyai dua atau lebih lubang penampung kotoran. Cara pemakaian dilakukan
bergilir setelah salah satu bak penampung terisi penuh. Bak penampung yang
telah penuh ditutup dan didiamkan beberapa lama supaya kotoran dapat dijadikan
kompos atau pupuk.
141
Teknologi Tepat Guna
Saluran pembuangan dapat dipindahkan dengan menutup/membuka lubang
saluran yang dikehendaki pada bak pengontrol. Ukuran lubang dan bangunan
jamban tergantung pada kebutuhan dan persediaan lahan. Kotoran yang telah
berubah menjadi kompos dapat diambil dan dimanfaatkan sebagai pupuk. Bak
penampung yang telah dikosongkan dapat dimanfaatkan kembali.
3. BAHAN
1. Batako/batu bata
2. Kayu/bambu
3. Papan atau bahan dinding
4. Pasir
5. Bahan atap (seng, genteng)
6. Semen
7. Pipa plastik/ pralon besar dan kecil
8. Batu kali dan kerikil
9. Kawat
10. Tali
11. Kloset atau mangkokan leher angsa.
4. PERALATAN
1. Cangkul/alat penggali
2. Alat pertukangan kayu dan batu
142
Teknologi Tepat Guna
5. PEMBUATAN
1. Pilih satu model bak penampung pada Gambar 1.
Gambar 1. Model Bak Penampung
2. Tentukan jarak dari sumber air menurut kondisi tanah seperti dalam
Gambar 2.
143
Teknologi Tepat Guna
Gambar 2. Jarak Sumber Air dan Kakus
3. Bangunlah konstruksi seperti Gambar 3.
Gambar 3. Konstruksi Kakus
144
Teknologi Tepat Guna
4. Isilah sekeliling bak dengan bahan porous (kerikil, ijuk, batu, dll) seperti
Gambar 4.
Gambar 4. Pengisian Bahan Proses
145
Teknologi Tepat Guna
5. Buat penutup bak dan letakkan di atas bak seperti Gambar 5.
Gambar 5. Penutup bak
6. Jamban siap dipakai, apabila sudah penuh arah pembuangan kotoran
diubah melalui bak kontrol (Gambar 6)
Gambar 6. Jamban Siap Pakai
146
Teknologi Tepat Guna
7. Kotoran yang sudah menjadi kompos dimanfaatkan menjadi pupuk
(Gambar 7)
Gambar 7. Pemanfaatan Kotoran
6. PENGGUNAAN
1. Tutup lubang pembuangan dibuka
2. Jongkok/duduk diatas kloset untuk melaksanakan hajat besar
3. Setelah selesai membuang kotoran diguyur dengan air secukupnya.
7. PEMELIHARAAN
147
Teknologi Tepat Guna
1. Jangan menggunakan benda keras pada waktu membongkar pupuk (untuk
menghindari dinding bak).
2. Selalu diperbaiki apabila ada konstruksi yang rusak.
3. Lubang-lubang kotoran perlu ditutup rapat guna menghindari serangga
dan bau.
8. KEUNTUNGAN
1. Tak perlu membuat bak penampung berpindah-pindah
2. Kotoran dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk kompos (setelah
2tahun) tanpa efek kesehatan.
3. Tanah di sekitar bak penampung menjadi subur.
4. Lebih rapi, aman bila dibandingkan kakus cemplung (gangguan,
serangga,bau).
9. KERUGIAN
1. Kurang sesuai untuk daerah yang sumber airnya dangkal.
2. Relatif lebih mahal biaya konstruksinya.
10. DAFTAR PUSTAKA
Puslitbang Pemukiman. Twin Leaching fit toilets-Design & Construction Manual.
Bandung : Puslitbang Pemukiman, 1985.101 hal. (UND INS/81/002).
11. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Penegembangan Pemukiman, Jl. Taman Sari 89
Bandung
2. UNDP Low Cost Sanitation Investment Project, Jl. Thamrin Jakarta
3. Environmental Sanitation Information Center-Asia Institut of Technology,
Po Box 27754 Bangkok, Thailand
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
D. KAKUS VIETNAM
148
Teknologi Tepat Guna
1. PENDAHULUAN
Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan
jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat
lingkungan tempat hidup yang sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin
harus diusahakan agar jemban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain
itu, kontruksi yang kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam
membuat jamban.
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sabagai
berikut :
1.
Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan
permukaan tanah yang ada disekitar jamban;
2.
Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada
permukaan tanah;
3.
Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain;
4.
Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang
tidak menyedapkan;
5.
Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah;
6.
Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat
setempat.
Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak
terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada :
1.
Keadaan daerah datar atau lereng;
2.
Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam;
3.
Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau
kapur.
149
Teknologi Tepat Guna
Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan
tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan
lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata 10 meter.
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan :
1. Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah bawah
dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di atasnya,
maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan
atau kekiri dari letak sumur.
2. Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang
sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai
jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari permukaan air yang tertinggi
pada waktu banjir.
3. Mudah dan tidaknya memperoleh air.
Dalam bab ini ada 5 cara pembuatan jamban/kakus yang memenuhi persyaratan
tersebut di atas, yaitu :
1. kakus/jamban sistem cemplung atau galian
2. Jamban sistem leher angsa
3. Jamban septik tank ganda
4. Kakus Vietnam
5. Kakus sopa sandas
2.
URAIAN SINGKAT
Sistem ini mulai dipromosikan tahun 1956 dan sesuai untuk daerah yang sulit
mendapatkan air (langka air). Seluruh bangunan kakus dibangun di atas
permukaan tanah : dua bak berjejer, masing-masing berukuran panjang 0,8 m,
lebar 0,5 meter dan tinggi 0,8 m, lantai dasar terbuat dari semen, batu bata merah
atau tanah liat. Untuk mencegah genangan air, lantai dibuat lebih tinggi dari tanah
sekitarnya (kurang lebih 10-20 cm). Bak penampung ditutup dengan tutup yang
150
Teknologi Tepat Guna
berlubang. Pada bagian depan dari kakus dilengkapi anak tangga, sedang bagian
belakang dibuat 2 pintu penutup kecil untuk mempermudah pembuangan kotoran
yang telah menjadi pupuk/kompos. Sekeliling kakus perlu ditanami tanaman yang
menghalau hama seperti Citronella dan Acilepis squarosa.
3. BAHAN
1. Batu bata merah
2. Papan
3. Semen
4. Kayu
5. Abu
6. Pasir
4. PERALATAN
Alat-alat pertukangan batu dan kayu
5. PEMBUATAN
Gambar 1. Kakus Vietnam
151
Teknologi Tepat Guna
6. PENGGUNAAN
1. Taburkan tanah gembur atau abu pada dasar bak penampung sebagai
penyerap air dan pencegah lengketnya kotoran di lanmtai bak.
2. Buka tutup lubangan pembuangan (bila ada).
3. Jongkok diatas lubang pembuangan untuk melaksanakan hajat.
4. Setelah selesai, kotoran dalam bak penampung selalui ditaburi dengan abu
sebagai penyerap air dan penetralisasi bau.
5. Tutup kembali lubang pembuangan.
6. Bila bak telah terisi 2/3 volume, kotoran diratakan dan dituutup dengan
tanah kering halus. Setelah dua bulan kotoran dapat diambil lewat pintu
penutup untuk dipakai sebagai pupuk.
7. PEMELIHARAAN
1. Usahakan bak penampung dalam keadaan kering dan tertutup
2. Hindarkan penggunaan alat yang terlalu keras dalam pengambilan kompos.
3. Tanah atau abu penutup diusahakan yang tidak mengeras agar memudahkan
pengambilan.
8. KEUNTUNGAN
1. Suhu bak kotoran cukup panas umumnya 2°C-6°C lebih dari suhu di luar,
sehingga bakteri dan virus patogenik serta parasit lain terbunuh.
2. Kotoran manusia tersebut dapat digunakan sebagai pupuk setelah adanya
perubahan biologis/kimia. Peningkatan hasil panen diperkirakan 10 %-25%.
3. Tidak mengganggu perimbangan ekologis lingkungan (tidak ada
pencemaran).
4. Cukup higienis bila tertutup rapat.
5. Konstruksi sederhana dan relatif murah.
9. KERUGIAN
1. Bila kurang rapat menutupnya, atau kotoranya tersentuh badan menjadi
penyakit.
2. Perlu tersedianya abu atau tepungan tanah.
3. Kurang nyaman pemakaiannya.
152
Teknologi Tepat Guna
4. Kapasitasnya terbatas, jadi cepat penuh.
10. DAFTAR PUSTAKA
1. Sanitation without water. UND Winblod P.L. 2205 & 68200 Filipstad,
Sweden
2. BUTSI. Buku Teknologi Desa No. 7.
11. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052,
250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
153
Teknologi Tepat Guna
E. KAKUS SOPA SANDAS
1. PENDAHULUAN
Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan
jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat
lingkungan tempat hidup yang sehat. Dalam pembuatan jamban sedapat mungkin
harus diusahakan agar jemban tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain
itu, kontruksi yang kokoh dan biaya yang terjangkau perlu dipikirkan dalam
membuat jamban.
Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sabagai
berikut :
1.
Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan
permukaan tanah yang ada disekitar jamban;
2.
Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada
permukaan tanah;
3.
Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain;
4.
Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang
tidak menyedapkan;
5.
Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah;
6.
Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat
setempat.
Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak
terhadap sumber air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada :
1.
Keadaan daerah datar atau lereng;
2.
Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam;
3.
Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau
kapur.
154
Teknologi Tepat Guna
Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan
tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan
lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata 10 meter.
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan :
1.
Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah
bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di
atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak
ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
2.
Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang
sering digenangi banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai
jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggidari permukaan air yang
tertinggi pada waktu banjir.
3.
Mudah dan tidaknya memperoleh air.
Dalam bab ini ada 5 cara pembuatan jamban/kakus yang memenuhi persyaratan
tersebut di atas, yaitu :
1.
kakus/jamban sistem cemplung atau galian
2.
Jamban sistem leher angsa
3.
Jamban septik tank ganda
4.
Kakus Vietnam
5.
Kakus sopa sandas
2. URAIAN SINGKAT
Kakus jenis ini adalah salah satu variasi dari kakus India. Tempat penampungan
berupa lubang yang digali tidak terlalu dalam. Bak tersbut diletakkan langsung di
bawah lubang kakus tetapi di luar bangunan kakus.Lubang kakus dan tempat
penampungan kotoran dihubungkan dengan pipa (besi atau pralon). Tempat
penampungan kotoran ditutup dengan tutup yang berengsel sehingga mudah
dibuka pada waktu pengambilan kotoran serta untuk mencegah masuknya
155
Teknologi Tepat Guna
serangga dan binattang lain. Bak penampung tersebut ada dua buah dan berupa
galian yang tidak terlalu dalam.
3. BAHAN
1.
Batu kali
2.
Batu bata merah
3.
Engsel
4.
Seng
5.
Pasir
6.
Semen
7.
Bahan dinding
8.
Bahan atap
9.
Kayu
4. PERALATAN
Alat-alat pertukangan kayu dan batu
5. PEMBUATAN
Gambar 1. Kakus Sopa Sandas
6. PENGGUNAAN
1.
Jongkok tepat diatas lubang untuk melaksanakan hajat.
2.
Setelah selesai guyur dengan air secukupnya untuk mendorong kotoran ke
dalam bak penampung.
156
Teknologi Tepat Guna
3.
Pemakaiana air tidak boleh berlebihan agar kotoran dalam bak tetap kering
(sebatas kemampuan penyerapan tanah dasar bak).
4.
Bak penampung setiap saat ditaburi tanah atau abu sebagai penyerap air.
5.
Apabila sudah penuh, pemakaian diberhentikan dan ganti bak sebelahnya.
6.
Kotoran ditutup rapat dan dijaga dalam keadaan kering untuk waktu
tertentu sampai menjadi kompos/pupuk.
7. PEMELIHARAAN
1.
Untuk menghindari bau dan penyakit, lubang kakus harus diitutup.
2.
Bak diusahakan dalam kondisi kering dengan penaburan serbuk tanah atau
abu.
3.
Pengambilan kotoran jangan menggunakan alay yang mudah merusakkan
bak penampung.
8. KEUNTUNGAN
1.
Secara ekologis cukup baik.
2.
Timbulnya bau dan serangga dapat dicegah apabila cukup rapat dan
dilengkapi dengan saluran gas.
3.
Karena tutup dibuat dari logam/seng, cukup membantu dalam menaikkan
suhu bak penampung yang dapat mematikan telur serangga atau
mikroorganisme lain serta menghindarkan bau.
9. KERUGIAN
1.
Dapat menimbulkan bau tidak sedap dan serangga, bila tutup tidak rapat
atau air dapat masuk.
2.
Konstruksinya memerlukan keahlian tenaga kerja/bangunan.
3.
Sulit menentukan perimbangan antara besarnya bak penampung dengan
masa perubahan kotoran menjadi kompos.
10. DAFTAR PUSTAKA
Sanitation without water. Winblad PL 2205 S 68200 Filipstad, Sweden
11. INFORMASI LEBIH LANJUT
1.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
157
Teknologi Tepat Guna
5
PENGELOLAAN LIMBAH
RUMAH TANGGA
A. PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I
1. PENDAHULUAN
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi,
cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah
merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah
terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia
tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit
disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari
dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan.Air limbah harus dikelola untuk
mengurangi pencemaran.
Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan
bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;
1.
Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik
air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2.
Tidak mengotori permukaan tanah.
3.
Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4.
Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5.
Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6.
Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah
didapat dan murah.
7.
Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir
dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang
158
Teknologi Tepat Guna
melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk
menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat
stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan
stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk
menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan
khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara
pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari,
suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
Berikut ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair, padat dan
gas.
1.
Pengelolaan air limbah kakus I.
2.
Pengelolaan air limbah kakus II.
3.
Pengelolaan air limbah cucian.
4.
Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci
5.
Pengelolaan sampah
6.
Pengelolaan limbah industri rumah tangga.
7.
Pengelolaan air limbah rumah tangga I
8.
Pengelolaan air limbah rumah tangga II
9.
Pengelolaan air limbah
2. URAIAN SINGKAT
Kakus adalah suatu cara pembuangan air kotoran manusia agar air kotoran
tersebut tidak mengganggu kesehatan dan lingkungan. Dibuat bak penampung
kotoran (septik tank) yaitu A bak pengumpul dan B bak peresapan yang
dihubungkan dengan saluran pipa pralon. Air limbah kakus dialirkan melalui
pralon ke bak penampung kotoran berdinding kedap air. Berikut ini contoh
membuat bak penampung kotoran dengan jumlah keluarga 6 orang dan dalam
jangka waktu 5 tahun, sedangkan waktu tinggal dalam tangki direncanakan
minimal 2 hari (24 jam).
159
Teknologi Tepat Guna
Untuk mendapatkan gambaran besarnya tangki yang harus dibuat maka diperoleh
dengan cara sebagai berikut :
1. Jumlah air limbah yang dibuang setiap hari sekitar 100 liter/orang/hari.
2. Besarnya tangki pencerna dalam 1 tahun 2 x 6 x 100 liter = 1.200 liter.
3. Banyaknya lumpur sebesar 30 liter/orang/tahun.
4. Banyaknya lumpur selama 5 tahun 6 x 30 liter x 5 = 900 liter.
5. Jadi untuk melayani keluarga tersebut di atas diperlukan tangki pencerna 1,2
m³ dengan ruang pengumpul lumpur sebesar 0,9 m³.
3. BAHAN
1. Batu bata
2. Pipa pralon
3. Semen
4. Pasir
5. Tangki kotoran
6. Ijuk
7. Seng/genteng
8. Kerikil
9. Lem
4. PERALATAN
1. Gergaji
2. Cangkul
3. Meteran
4. Parang
5. Cetok
6. Ember
7. Besi runcing
160
Teknologi Tepat Guna
5. PEMBUATAN
Bangunan kakus dibuat dari batu bata, campuran semen an pasir, serta atapnya
dari genteng/seng. Kakus dengan lubang leher angsa dipasang (1), kemudian
dibuat tangki kotoran dengan dinding kedap air. Untuk mengalirkan udara dari
tangki keluar dipasang pula pralon berukuran kecil yang berbentuk huruf T.
Kemudian dibuat sumur resapan yang didalamnya diisi kerikil, ijuk dan dinding
peresapan berlubang-lubang. Pembuatannya dapat dilihat pada Gambar di bawah
ini.
Gambar 1. Pengelolaan Air Limbah Kakus
6. PENGGUNAAN
Untuk membuang air kotoran manusia (tinja dan air seni).
7. PEMELIHARAAN
Perlu dibersihkan dengan menggunakan karbol/densol dengan takaran sesuai
aturan. Jangan masukkan benda-benda padat seperti : kerikil, batu, kertas,
kain, plastik dsb. Karena akan menyumbat saluran air.
8. KEUNTUNGAN
Mudah dibuat, sederhana, bahan mudah didapatkan dan murah.
9. KERUGIAN
Peresapan air tergantung dari kapasitas tangki/bak dan jenis tanahnya. Semakin
kecil bak peresapan senmakin kecil resapanya. Catatan lain-lain : Sebaiknya
diusahakan kakus supaya tetap bersih dan berbau harum
161
Teknologi Tepat Guna
10. DAFTAR PUSTAKA
a. Pengelolaan Aair Limbah Kakus. Jakarta : Direktorat Perumahan, Ditjen
Cipte Karya-Departemen Pekerjaan Umum.
b. Sanitation without water . Winblad PL 2205 S 68200 Filipstad, Sweden
11. INFORMASI LEBIH LANJUT
a. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250
3052, 250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
b. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
162
Teknologi Tepat Guna
B. PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS II
1. PENDAHULUAN
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi,
cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah
merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah
terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia
tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit
disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari
dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk
mengurangi pencemaran.
Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan
bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;
1.
Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air
dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2.
Tidak mengotori permukaan tanah.
3.
Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4.
Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5.
Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6.
Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat
dan murah.
7.
Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir
dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang
melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk
menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat
stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan
stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk
163
Teknologi Tepat Guna
menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan
khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara
pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari,
suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
Berikut ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair, padat dan
gas.
1. Pengelolaan air limbah kakus I.
2. Pengelolaan air limbah kakus II.
3. Pengelolaan air limbah cucian.
4. Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci
5. Pengelolaan sampah
6. Pengelolaan limbah industri rumah tangga.
7. Pengelolaan air limbah rumah tangga I
8. Pengelolaan air limbah rumah tangga II
9. Pengelolaan air limbah
2. URAIAN SINGKAT
Air kotoran manusia dibuang mengguna 2 tangki kotoran yaitu bak pengumpul
dan bak resapan, tetapi pembuangan akhir ke saluran umum. Cara ini dilakukan
terutama bila saluran cukup lebar dan airnya lancar.
3. BAHAN
1. Batu bata
2. Pipa pralon
3. Semen
4. Pasir
5. Bak kotoran
6. Ijuk
7. Seng/genteng
8. Kerikil
164
Teknologi Tepat Guna
9. Lem
4. PERALATAN
1. Gergaji
2. Cangkul
3. Meteran
4. Parang
5. Cetok
6. Meteran
7. Besi runcing
5. PEMBUATAN
Bangunan tempat kakus dibuat dari batu bata, campuran semen dan pasir (A).
Kemudian dibuat bak kotoran yang kedap air (B). Juga dipasang pralon ke atas
berbentuk T agar supaya udara bisa keluar tinggi pipa T antara 2 meter ke atas.
Bak penyaring yang kedap air (C) diisi kerikil sebagi penyaring. Antara bak A
dan bak B ke bak C dihubungkan dengan saluran pralon. Kemudian dari bak C
disalurkan ke saluran umum. Untuk pembuatannya dapat dilihat pada Gambar di
bawah ini
165
Teknologi Tepat Guna
Gambar 1. Pengelolaan Air Limbah Kakus
6. PENGGUNAAN
Untuk membuang air kotoran manusia (tinja dan air seni).
7. PEMELIHARAAN
Perlu dibersihkan dengan menggunakan karbol/densol dengan takaran sesuai
aturan. Jangan masukkan benda-benda padat seperti : kerikil, batu, kertas, kain,
plastik dsb. Karena akan menyumbat saluran air kotoran.
8. KEUNTUNGAN
Mudah dibuat, sederhana, bahan-bahnya mudah didapatkan dan murah. Selain itu
cara ini lebih baik, karena dapat mengurangi pencemaran sumber air bersih
disekitarnya.
9. KERUGIAN
Bila saluran umum kurang lancar akan mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Catatan lain-lain :
Sebaiknya diusahakan kakus supaya tetap bersih dan berbau harum
166
Teknologi Tepat Guna
10. DAFTAR PUSTAKA
Pengelolaan Aair Limbah Kakus. Jakarta : Direktorat Perummahan, Ditjen Cipte
Karya-Departemen Pekerjaan Umum.
11. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052,
250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam
Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation,
Jakarta, 1991.
167
Teknologi Tepat Guna
C. PENGELOLAAN AIR LIMBAH CUCIAN
1. PENDAHULUAN
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi,
cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah
merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah
terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia
tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit
disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari
dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk
mengurangi pencemaran.
Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan
bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;
1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air
dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2. Tidak mengotori permukaan tanah.
3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat
dan murah.
7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir
dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang
melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk
menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat
stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan
stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk
menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan
168
Teknologi Tepat Guna
khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara
pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari,
suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
Berikut ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair, padat dan
gas.
1.
Pengelolaan air limbah kakus I.
2.
Pengelolaan air limbah kakus II.
3.
Pengelolaan air limbah cucian.
4.
Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci
5.
Pengelolaan sampah
6.
Pengelolaan limbah industri rumah tangga.
7.
Pengelolaan air limbah rumah tangga I
8.
Pengelolaan air limbah rumah tangga II
9.
Pengelolaan air limbah
2. URAIAN SINGKAT
Cara ini adalah suatu cara pembuangan air cucian yang berasal dari dapur.
Limbah disalurkan ke saluran umum agar tidak mengganggu kesehatan dan
mencemari lingkungan sekitarnya.
3. BAHAN
1. Saringan dari kawat agar kotoran tidak menyumbat saluran.
2. Bak bisa dari cor-coran semen dan pasir, atau dapat juga dari porselin
3. Pralon dengan ukuran 8-10 cm
4. Batu bata
5. Pasir
6. Semen
7. Besi penghalang agar supaya binatang seperti tikus tidak bisa masuk
8. Lem
169
Teknologi Tepat Guna
4. PERALATAN
1. Cetok
2. Cangkul
3. Parang
4. Besi runcing
5. Meteran
6. Skop
7. Ember
8. Gergaji besi
9. Saringan pasir
5. PEMBUATAN
Tempat cucian dipasang tidak jauh dari dapur. Bak cucian dipasang saringan,
saluran pralon ke bak kontrol yang jaraknya maksimum 5 m. Bak ini perlu ditutup
dan diberi cantelan (pegangan) agar memudahkan pengambilan tutup bak. Agar
binatang seperti tikus, kucing dsb. Tidak dapat msuk perlu dibuat besi
penghalang. Untuk pembuatannya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar 1. Pengelolaan Air Limbah Kakus
170
Teknologi Tepat Guna
6. PENGGUNAAN
1. Untuk membuang air cucian dapur
2. Untuk membuang air kotoran
7. PEMELIHARAAN
1. Setelah pemakaian perlu dibersihkan terutama pada saringan air.
2. Jangan membuangh benda-benda padat seperti : batu kerikil, kertas, kain,
plastik dan barang-barang lainnya, karena akan menyumbat saluran.
8. KEUNTUNGAN
Air limbah cucian tidak berbau busuk, penangannanya lebih mudah. Catatan lainlain : Secara rutin perlu dibersihkan dan diperiksa apakah ada yang rusak, bocor,
dsb supaya salurannya tetap lancar.
9. DAFTAR PUSTAKA
Pengelolaan Air Limbah Kakus. Jakarta : Direktorat Perumahan, Ditjen Cipta
Karya-Departemen Pekerjaan Umum.
10. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052,
250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
171
Teknologi Tepat Guna
D. PEMBUATAN SALURAN AIR BEKAS MANDI DAN CUCI
1. PENDAHULUAN
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi,
cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah
merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah
terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia
tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit
disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari
dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk
mengurangi pencemaran.
Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan
bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;
1.
Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air
dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2.
Tidak mengotori permukaan tanah.
3.
Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4.
Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5.
Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6.
Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat
dan murah.
7.
Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir
dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang
melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk
menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat
stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan
stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk
menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan
172
Teknologi Tepat Guna
khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara
pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari,
suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
Berikut ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair, padat dan
gas.
1. Pengelolaan air limbah kakus I.
2. Pengelolaan air limbah kakus II.
3. Pengelolaan air limbah cucian.
4. Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci
5. Pengelolaan sampah
6. Pengelolaan limbah industri rumah tangga.
7. Pengelolaan air limbah rumah tangga I
8. Pengelolaan air limbah rumah tangga II
9. Pengelolaan air limbah
2. URAIAN SINGKAT
Limbah air bekas mandi dan cuci dialirkan ke bak kontrol dan langsung ke sumur
resapan. Air akan tersaring pada bak resapan dan air yang keluar dari bak resapan
sudah bebas dari pencemaran.
3. BAHAN
1. Besi beton ½-25 cm
2. Batu bata
3. Kerikil
4. Semen
5. Pasir
173
Teknologi Tepat Guna
4. PERALATAN
1. Gergaji
2. Cetok
3. Cangkul
4. Skop
5. Parang
6. Ember
7. Besi runcing
8. Meteran
5. PEMBUATAN
Tempat mandi dan cuci dibuat dari batu bata, campuran semen dan pasir. Bak
kontrol dibuat terutama untuk saluran yang berbelok, karena pada saluran
berbelok lama-lama terjadi pengikisan ke samping sedikit demi sedikit, dan akan
terjadi suatu pengendapan kotoran. Dibuat juga sumur resapan yang terbuat dari
susunan batu bata kosong yang diberi kerikil dan lapisan ijuk.
Sumur resapan diberi kerikil dan pasir. Jarak antara sumur air bersih ke sumur
resapan minimum 10 m agar supaya jangan mencemarinya. Pembuatan dapat
dilihat pada Gambar 1 dan 2 di bawah ini.
174
Teknologi Tepat Guna
Gambar 1. Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci
Gambar 2. Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci.
Saluran air bekas mandi dan cuci :
A : Kamar mandi dan cuci
B : Bak kontrol
C : Bak resapan
6. PENGGUNAAN
1. Untuk membuang air cucian
2. Untuk membuang air bekas mandi
3. Untuk membuang air kotor/bekas lainnya.
7. PEMELIHARAAN
1. Saluran setiap hari perlu dibersihkan dengan memakai sapu, atau alat lain.
2. Jangan membuang benda-benda padat seperti : batu kerikil, kertas, kain,
plastik dan barang-barang lainnya
175
Teknologi Tepat Guna
3. Semua resapan perlu sering dikontrol, agar bagian-bagian yang tersumbat
dibersihkan.
8. KEUNTUNGAN
Pembuatannya mudah, bahan-bahan ada disekitar kita dan konstruksinya
sederhana.
9. KERUGIAN
Pembuangan air kotor ini juga tergantung dari struktur lapisan tanah. Tanah yang
liat pada musim kemarau akan bongkah-bongkah hal ini mungkin berpengaruh
pada sumber air bersih. Untuk mengatasi hal ini agar jaraknya perlu lebih
diperpanjang lagi.
Catatan lain-lain :
Secara rutin perlu dikontrol apakah ada yang rusak atau tidak.
10. DAFTAR PUSTAKA
Pembuatan Saluran Bekas Mandi dan Cuci. Jakarta : Direktorat Perummahan,
Ditjen Cipta Karya-Departemen Pekerjaan Umum.
11. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052,
250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
176
Teknologi Tepat Guna
E. PENGELOLAAN SAMPAH
1. PENDAHULUAN
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi,
cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah
merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah
terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia
tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit
disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari
dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk
mengurangi pencemaran.
Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan
bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;
1.
Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air
dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2.
Tidak mengotori permukaan tanah.
3.
Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4.
Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5.
Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6.
Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat
dan murah.
7.
Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir
dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang
melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk
menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat
stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan
stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk
menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan
177
Teknologi Tepat Guna
khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara
pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari,
suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
Berikut ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair, padat dan
gas.
1. Pengelolaan air limbah kakus I.
2. Pengelolaan air limbah kakus II.
3. Pengelolaan air limbah cucian.
4. Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci
5. Pengelolaan sampah
6. Pengelolaan limbah industri rumah tangga.
7. Pengelolaan air limbah rumah tangga I
8. Pengelolaan air limbah rumah tangga II
9. Pengelolaan air limbah
2. URAIAN SINGKAT
Bak sampah dapat dipakai untuk membuang kotoran seperti daun, plastik, kertas.
Pembakaran kotoran dari sampah untuk bak yang dibuat dari kayu diambil dahulu
lalu dibakar di tempat. Sampah kompleks perumahan biasanya diambil dengan
gerobak sampah/truk sampah dan dibuang ke tempat lain.
3. BAHAN
1. Bak batu bata
2. Bak dari kayu
3. Tutup bisa dari seng/kayu
4. Batu bata
5. Pasir
6. Semen
7. Paku
8. Lem
178
Teknologi Tepat Guna
4. PERALATAN
1. Gergaji
2. Cetok
3. Pukul besi (Palu)
4. Parang
5. Skop
6. Pasak
5. PEMBUATAN
Dibuat bak, bisa dari kayu bekas/batu bata atau bisa juga dari porselin. Bak dari
kayu lebih sederhana tetapi kotoran tidak dapat dibakar, karena bak akan terbakar.
Bak yang dari batubata, kotorannya bisa dibakar. Agar supaya kayu bawah tidak
terkena rayap dapat dibuatkan kaki. Begitu pula pada bak batu bata, agar mudah
memindahkan bak. Cara pembuatan bak ini dapat dilihat pada Gambar di bawah
ini.
Gambar 1. Bak Sampah
6. PENGGUNAAN
Untuk membuang kotoan sampah seperti kertas, daun, dsb
179
Teknologi Tepat Guna
7. PEMELIHARAAN
1. Bak kayu perlu di cat
2. Setelah penuh diambil terus dibakar
3. Jangan membuang yang berbau busuk seperti bangkai, dsb.
8. KEUNTUNGAN
Kayu mudah didapatkan dan dapat juga dari kayu bekas dan lebih praktis
biayanya tidak mahal. Untuk bak batu bata juga praktis langsung dapat dibakar
di tempat.
9. KERUGIAN
Untuk bak dari kayu cepat rusak karena kena air hujan, panas. Untuk bak batu
bata apabila dibakar dapat mengganggu lingkungan sekitarnya karena
asapnya.
Catatan lain-lain :
Perlu seringkali dikontrol apa ada yang rusak atau tidak.
10. DAFTAR PUSTAKA
Pembuatan Bak Sampah. Jakarta : Direktorat Perummahan, Ditjen Cipta KaryaDepartemen Pekerjaan Umum.
11. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052,
250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
F. PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA
180
Teknologi Tepat Guna
1. PENDAHULUAN
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi,
cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah
merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah
terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia
tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit
disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari
dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk
mengurangi pencemaran.
Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan
bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;
1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air
dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2. Tidak mengotori permukaan tanah.
3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat
dan murah.
7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir
dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang
melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk
menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat
stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan
stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk
menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan
khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara
181
Teknologi Tepat Guna
pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari,
suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
Berikut ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair, padat dan
gas.
1. Pengelolaan air limbah kakus I.
2. Pengelolaan air limbah kakus II.
3. Pengelolaan air limbah cucian.
4. Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci
5. Pengelolaan sampah
6. Pengelolaan limbah industri rumah tangga.
7. Pengelolaan air limbah rumah tangga I
8. Pengelolaan air limbah rumah tangga II
9. Pengelolaan air limbah
2. URAIAN SINGKAT
Industri rumah tangga seperti industri tempe, tahu, rumah makan, dan lain-lain
perlu dikelola. Limbah dari industri rumah tangga tersebut menimbulkan bau
yang tidak enak dan mengganggu lingkungan sekitarnya. Salah satu cara
mengelola limbah rumah tangga adalah dengan membuat 3 bak. Ketiga bak
tersebut digunakan sebagai tempat pengendapan limbah secara bertahap. Dengan
demikian air limbah yang keluar dari bak terakhir sudah tidak
membahayakan lagi.
3. BAHAN
1. Batu bata
2. Semen
3. Pipa pralon
4. Lem
5. Pasir
6. Lempengan besi
182
Teknologi Tepat Guna
4. PERALATAN
1. Gergaji
2. Cetok
3. Cangkul
4. Parang
5. Besi runcing
6. Ember
7. Skop
8. Meteran
5. PEMBUATAN
Buat bak sebanyak 3 buah dari batu bata dengan campuran pasir dan semen.
Kemiringan saluran harus diperhitungkan. Usahakan jangan sampai ada benda
pada air limbah, sebab apabila ada akan menempel dan menyumbat saluran.
Antara bak satu dengan lainnya dihubungkan pipa pralon, antara satu dengan yang
lain letaknya lebih rendah. Susunan dan sifat air limbah yang berasal dari limbah
industri rumah tangga tergantung pada macam dan jenisnya, industri. Air limbah
dapat berupa limbah dari pabrik susu, rumah makan, pemotongan hewan, pabrik
tahu, pabrik tempe, dsb. Kotoran air limbah yang masuk ke bak I, akan
mengapung. Pada bagian bawah limbah melalui pipa akan terus mengalir ke bak
II. Lemak akan tertinggal dan akan menempel pad dinding. Untuk mengambil
lemak perlu diserok. Dalam Bak II limbah akan mengalami pengendapan, terus ke
bak III begitu juga. Dari pipa pralon pada bak III air limbah akan keluar dan
sudah tidak membahayakan lagi. Untuk membawa lumpur diperlukan kecepatan
0.1m/detik dan untuk membawa pasir kasar perlu kecepatan 0,2m/detik. Cara
pembuatannya dapat dilihat Gambar di bawah ini.
183
Teknologi Tepat Guna
Gambar 1. Denah bak pengendap ideal berbentuk persegi panjang
Gambar 2. Bak limbah industri
6. PENGGUNAAN
1. Untuk membuang limbah industri rumah tangga.
2. Untuk membuang kotoran-kotoran yang bersifat cair.
184
Teknologi Tepat Guna
7. PEMELIHARAAN
1. Bak hendaknya sering dibersihkan agar kotorannya tidak mengganggu saluran
2. Perlu di kontrol saluran-salurannya untuk menghindari kemacetan.
3. Jangan membuang limbah berupa padat seperti : kain, kertas, daun-daun,
plastik, kerikil, dsb.
8. KEUNTUNGAN
Membuatnya lebih sederhana, bahan-bahannya mudah didapat.
9. KERUGIAN
Apabila kurang dikontrol akan sering macet, sehingga air akan keluar ke atas dan
mengganggu lingkungan sekitarnya.
Catatan lain-lain :
Periksalah secara berkala apakah lemaknya yang menempel sudah banyak dan
perlu dibersihkan atau apakah ada yang rusak.
10. DAFTAR PUSTAKA
Sugiharto. Dasar-dasar pengelolaan air limbah.. Jakarta : UI press, 1987.
11. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052,
250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
185
Teknologi Tepat Guna
G. PENGELOLAAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA I
1. PENDAHULUAN
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi,
cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah
merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah
terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia
tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit
disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari
dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk
mengurangi pencemaran.
Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan
bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;
1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik
air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2. Tidak mengotori permukaan tanah.
3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah
didapat dan murah.
7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir
dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang
melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk
menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat
stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan
stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk
menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan
186
Teknologi Tepat Guna
khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara
pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari,
suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
Berikut ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair, padat dan
gas.
1.
Pengelolaan air limbah kakus I.
2.
Pengelolaan air limbah kakus II.
3.
Pengelolaan air limbah cucian.
4.
Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci
5.
Pengelolaan sampah
6.
Pengelolaan limbah industri rumah tangga.
7.
Pengelolaan air limbah rumah tangga I
8.
Pengelolaan air limbah rumah tangga II
9.
Pengelolaan air limbah
2. URAIAN SINGKAT
Air limbah rumah tangga dialirkan melalui saluran, terus masuk ke bak air
limbah. Dengan bertambahnya air limbah setelah penuh akan mengalir melalui
saluran ke peresapan. Air limbah sudah tidak begitu berbahaya lagi, maka dapat
dipelihara ikan lele karena ikan ini kuat terhadap air seperti ini. Hasil dari ikan
lele dapat untuk menambah penghasilan keluarga.
3. BAHAN
1. Bak ½ bis
2. Batu bata
3. Pasir
4. Semen
5. Batu koral
187
Teknologi Tepat Guna
6. Pralon leher angsa
7. Pasir
4. PERALATAN
1. Gergaji
2. Cetok
3. Cangkul
4. Parang
5. Besi runcing
6. Ember
7. Skop
8. Meteran
5. PEMBUATAN
Saluran air limbah bisa dibuat dari pasangan bak bis yang dibagi 2 (tengahan)
atau dapat juga dari pasangan batu bata dengan pasangan semen dan pasir.
Kemudian dibuat bak penampung air limbah dan bak peresapan yang diisi batu
bata dan koral. Batas antara bak air limbah dan bak peresapan diberi saluran. Pada
bagian atas diberi tutup yang dapat dibuat dari bambu. Saluran antara tempat
pencucian ke bak air limbah sebaiknya agak ada kemiringan, sehingga air akan
lancar mengalir. Untuk pembuatannya dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2 di
bawah ini.
188
Teknologi Tepat Guna
Gambar 1. Bak Penampung Air Bekas
Gambar 2. Saluran Air Bekas ke Bak
6. PENGGUNAAN
1. Untuk membuang air limbah cucian
2. Untuk membuang air kotoran lainnya
7. PEMELIHARAAN
1. Perlu setiap hari dibersihkan terutama pada saluran yang terbuka dan pada bak
kontrol
2. Jangan memasukkan buangan berupa benda padat seperti kertas, kain,
plastik.dsb
8. KEUNTUNGAN
Mudah membuatnya, sederhana dan bahan-bahan mudah didapat. Selain itu ada
hasil untuk menambah penghasilan keluarga yaitu ikan lele.
189
Teknologi Tepat Guna
9. KERUGIAN
Kadang-kadang baunya masih terasa sehingga dapat mengganggu lingkungan
sekitarnya.
Catatan lain-lain :
Pengontrolan perlu dilakukan setiap waktu.
10. DAFTAR PUSTAKA
Pedoman penggunaan dan pemeliharaan serana penyediaan air bersih dan
penyehatan lingkungan pemukiman.. Jakarta : Departemen Kesehatan, 1990.
11. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052,
250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
190
Teknologi Tepat Guna
H. PENGELOLAAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA II
1. PENDAHULUAN
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi,
cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah
merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah
terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia
tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit
disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari
dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk
mengurangi pencemaran.
Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan
bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;
1.
Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik
air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2.
Tidak mengotori permukaan tanah.
3.
Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4.
Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5.
Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6.
Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah
didapat dan murah.
7.
Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir
dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang
melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk
menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat
stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan
stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk
menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan
191
Teknologi Tepat Guna
khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara
pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari,
suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
Berikut ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair, padat dan
gas.
1.
Pengelolaan air limbah kakus I.
2.
Pengelolaan air limbah kakus II.
3.
Pengelolaan air limbah cucian.
4.
Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci
5.
Pengelolaan sampah
6.
Pengelolaan limbah industri rumah tangga.
7.
Pengelolaan air limbah rumah tangga I
8.
Pengelolaan air limbah rumah tangga II
9.
Pengelolaan air limbah
2. URAIAN SINGKAT
Air limbah dialirkan melalui saluran ke drum dan air dalam drum akan disaring
dengan koral/ijuk ke luar, dan kemudian meresap ke dalam tanah.
3. BAHAN
1. Drum
2. Koral
3. Kayu
4. Ijuk
5. Pipa pralon
4. PERALATAN
1.
Palu
2.
Besi runcing
192
Teknologi Tepat Guna
3.
Cangkul
4.
Parang
5.
Gergaji
5. PEMBUATAN
Drum dilubangi dengan garis tengah 1 cm, jarak antara lubang 10 cm. Pembuatan
lubang di luar dapur dengan ukuran panjang, lebar dan dalam masing-masing 110
cm. Di dasar lubang diberi koral/ijuk setebal 20 cm dan drum dimasukkan ke
dalam lobang tersebut. Sela-sela drum diselingi dengan koral/ijuk. Kemudian
dibuat saluran air limbah ukuran ½ bis, atau dari pasangan batu bata. Drum
ditutup dengan kayu/bambu atau kalau ingin lebih tahan lama dicor dengan
campuran semen dan pasir yang diberi penguat besi. Untuk pembuatannya dapat
dilihat pada Gambar 1,2,3, dan 4 di bawah ini.
Gambar 1. Drum yang Dilubangi
193
Teknologi Tepat Guna
Gambar 2. Pembuatan Lubang
Gambar 3. Drum di dalam Lubang Bangunan
Gambar 4. Tutup Bak Penampung
194
Teknologi Tepat Guna
6. PENGGUNAAN
1. Untuk membuang air limbah rumah tangga seperti cucian, air masak dsb
2. Untuk membuang air kotoran lainnya
7. PEMELIHARAAN
Jangan memasukkan buangan berupa benda padat seperti kertas, kain, plastik.dsb
8. KEUNTUNGAN
Mudah dibuat dengan bahan yang tidak mahal dan merupakan pemanfaatan
bahan-bahan bekas.
9. KERUGIAN
Air yang meresap akan mempengaruhi air tanah di sekitarnya apabila struktur
tanah merupakan tanah liat yang berbongkah-bongkah pada waktu musim
kemarau, serta jaraknya kurang diperhatikan dengan sumur bersih (terlalu dekat)
Catatan lain-lain :
Setiap kali perlu diperiksa apa ada yang rusak atau tidak.
10. DAFTAR PUSTAKA
Teknologi Desa. Jakarta : Departemen Kesehatan, 1984
11. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052,
250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.
195
Teknologi Tepat Guna
I. PENGELOLAAN AIR LIMBAH
1. PENDAHULUAN
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi,
cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah
merupakan buangan/bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah
terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia
tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit
disentri, tipus, kolera dsb. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari
dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk
mengurangi pencemaran.
Pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan membuat saluran air kotor dan
bak peresapan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut ;
1.
Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik
air dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2.
Tidak mengotori permukaan tanah.
3.
Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4.
Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5.
Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6.
Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah
didapat dan murah.
7.
Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir
dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang
melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk
menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat
stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan
stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk
menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan
196
Teknologi Tepat Guna
khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara
pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari,
suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
Berikut ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair, padat dan
gas.
1.
Pengelolaan air limbah kakus I.
2.
Pengelolaan air limbah kakus II.
3.
Pengelolaan air limbah cucian.
4.
Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci
5.
Pengelolaan sampah
6.
Pengelolaan limbah industri rumah tangga.
7.
Pengelolaan air limbah rumah tangga I
8.
Pengelolaan air limbah rumah tangga II
9.
Pengelolaan air limbah
2. URAIAN SINGKAT
Air cucian dialirkan melalui saluran ke sebuah lubang resapan.
3. BAHAN
1. Batu bata
2. Semen
3. Bambu
4. Pasir
5. Kerikil
6. Batu kali
4. PERALATAN
1. Cetok
2. Gergaji
3. Cangkul
197
Teknologi Tepat Guna
4. Parang
5. Slop
6. Ember
5. PEMBUATAN
Pertama dibuat lubang di luar dapur dengan lebar, panjang dan tinggi 1 m atau
disesuaikan dengan tempat dan kebutuhan. Di buat saluran dari batu bata, pasir,
semen atau pakai bis. Kalau saluran terbuka bisa ditutup dengan bambu, kayu atau
seng. Bak resapan diisi dengan pasir, kerikil, batu kali. Akan lebih baik kalau bak
resapan ditutup dengan kayu/bambu/cor-coran pasir dan semen. Dan dapat diberi
saluran udara dari pralon. Cara pembuatannya dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2
di bawah ini.
Gambar 1. Bak Saluran
198
Teknologi Tepat Guna
6. PENGGUNAAN
Untuk membuang air limbah rumah tangga seperti air bekas cucian dan masak
7. PEMELIHARAAN
Jangan memasukkan buangan berupa benda padat seperti kertas, kain, plastik.dsb
8. KEUNTUNGAN
Mudah dibuat dan bahannya dapat dari bahan-bahan bekas.
199
Teknologi Tepat Guna
9. KERUGIAN
Kalau tutupnya kurang rapat, baunya akan tersebar sehingga mengganggu
lingkungan
Catatan lain-lain :
Setiap kali perlu dilihat apakah ada yang rusak atau tidak.
10. DAFTAR PUSTAKA
Hisyam. Pembuangan air kotor. Bandung : Lembaga Penyelidikan Masalah
Bangunan, 1975.
11. INFORMASI LEBIH LANJUT
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Fisika Terapan – LIPI; Jl. Cisitu
Sangkuriang No. 1 – Bandung 40134 - INDONESIA; Tel.+62 22 250 3052,
250 4826, 250 4832, 250 4833; Fax. +62 22 250 3050
2. Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI; Sasana Widya
Sarwono, Jl. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta 12710, INDONESIA.
Sumber : Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan
PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation, Jakarta, 1991.