SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA
Standar Kompetensi
3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas
Kompetensi Dasar
3.4 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem pernapasan pada manusia.
Tujuan Pembelajaran
Memahami dan menjelaskan struktur , fungsi, dan proses, serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem pernapasan manusia.
2. Pernapasan Internal
1. Pernapasan Eksternal
2. Faring
1. Hidung
PETA KONSEP
B. Mekanisme Pertukaran Gas O2 dan CO2
1. Pernapasan Dada
3. Laring
3. Pneumonia
A. Alat Pernapasan
Sistem Pernapasan pada Manusia
E. Volume Udara Pernapasan
D. Faktor Frekuensi Pernapasan
9. Influenza
10. Asfiksi
8. Emboli
7. Emfisema
6. Laringitis
5. Kanker Paru-paru
4. TBC
2. Bronkitis
1. Asma
2. Pernapasan Perut
C. Mekanisme Pernapasan
F. Gangguan Sistem Pernapasan
2. Volume Cadangan Inspirasi
3. Volume Cadangan Ekspirasi
4. Volume Sisa
5. Kapasitas Vital
6. Volume Total Paru-paru
1. Volume Tidal
5. Kegiatan Tubuh
4. Posisi Tubuh
3. Suhu Tubuh
2. Jenis Kelamin
8. Alveolus
1. Umur
7. Paru-paru
6. Bronkiolus
5. Bronkus
4. Trakea
Oksigen sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, karena oksigen dapat membantu perombakan bahan makanan dalam tubuh. Dari proses perombakan makanan inilah energi bisa diperoleh. Menurut Hanum ( 2009 : 163 ) Respirasi atau Pernapasan dapat diartikan sebagai suatu proses pengambilan O2 dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan pelepasan CO2 dari dalam tubuh ke lingkungan yang ditujukan untuk mendapatkan energi.
Pada saat bernapas, manusia menghirup udara (inspirasi) dan menghembuskan udara (ekspirasi). Saat udara memasuki paru-paru terjadi pertukaran gas O2 dan CO2 yang disebut pernapasan eksternal. Darah yang mengandung banyak O2 akan menuju jaringan tubuh. Pertukaran gas yang terjadi antara darah dan cairan jaringan disebut pernapasan internal. Gas O2 yang sampai pada sel akan digunakan untuk membuat energi (ATP) yang dinamakan pernapasan sel.
Pernapasan pada manusia tidak terjadi secara langsung, artinya udara tidak berdifusi langsung masuk ke dalam sel tubuh melalui seluruh permukaan kulit. Udara masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan. (Diah, 2007 : 189 )
Saluran pernapasan atau tractus respiratorius (respiratory tract) adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai tempat lintasan dan tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan. Saluran ini berpangkal pada hidung atau mulut dan berakhir pada paru-paru.
A. Alat Pernapasan
Pernapasan pada manusia dilakukan melalui alat-alat pernapasa yang terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, paru-paru dan alveolus.
Gambar A. Alat Pernapasan Manusia
1. Hidung
Menurut Diah ( 2007 : 189 ) Hidung merupakan bagian paling atas dari alat pernapasan dan merupakan alat pernapasan yang paling awal yang dilalui udara. Di hidung terdapat saraf-saraf penciuman. Lubang hidung terbagi menjadi dua, yaitu sebelah kanan dan kiri yang dibatasi oleh sekat hidung.
Di dalam rongga hidung, udara disaring oleh rambut-rambut kecil (silia) dan selaput lendir yang berguna untuk menyaring debu, melekatkan kotoran pada rambut hidung, mengatur suhu udara pernapasan, maupun menyelidiki adanya bau. Pada pangkal rongga mulut yang berhubungan dengan rongga hidung terdapat suatu katup yang disebut anak tekak. Saat menelan makanan anak tekak ini akan terangkat ke atas menutup rongga hidung sehingga makanan tidak dapat masuk ke dalam rongga hidung. ( Purnomo, 2009 : 220 )
Jadi, menurut Rachmawati (2009 : 106 ) hidung (rongga hidung) memiliki fungsi, yaitu:
a. menyaring udara yang masuk hidung;
b. menghangatkan udara sehingga udara dari luar akan sama suhunya dengan tubuh; dan
c. melembapkan udara.
2. Faring
Faring (tekak) merupakan daerah pertemuan saluran pernapasan dan saluran pencernaan makanan. Pada faring terdapat katup penutup rongga hidung yang disebut uvula atau anak tekak. Selanjutnya, udara masuk ke laring. ( Arif, 2010 : 109 )
3. Laring
Menurut Purnomo ( 2009 : 220 ) Laring disebut juga pangkal tenggorok atau kotak suara. Laring terdiri atas tulang rawan yang membentuk jakun.
Jakun tersusun atas tulang lidah, katup tulang rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, epiglotis melipat ke bawah menutupi laring sehingga makanan tidak dapat masuk dalam laring. Sementara itu, ketika bernapas epiglotis akan membuka. Pada pangkal tenggorokan terdapat selaput suara atau lebih dikenal dengan pita suara.
4. Trakea
Trakea terletak di bagian depan kerongkongan. Batang tenggorok berbentuk pipih yang terdiri dari gelang-gelang tulang rawan dengan panjang sekitar 10 cm. Dinding di dalamnya dilapisi selaput lendir, selnya memiliki rambut getar, rambut getar yang berfungsi untuk menolak debu/benda-benda asing keluar. Debu atau benda asing ini dikeluarkan dengan cara bersin. ( Diana, 2009 : 52)
5. Bronkus
Menurut Hidayati ( 2007 : 210 ) bronkus adalah cabang tenggorokan. Cabang ini terdapat kira-kira setinggi tulang rusuk yang pertama. Jumlahnya sepasang, yang satu menuju ke paru-paru kanan dan yang satu lagi menuju paru-paru kiri. Dinding bronkus terdiri atas lapisan jaringan ikat, lapisan otot polos, dan cincin tulang rawan serta lapisan jaringan epitel .
Tempat percabangan bronkus disebut bifurkase. Bronkus yang ke kiri lebih panjang dan sempit serta kedudukannya lebih mendatar daripada yang ke kanan. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit. Bronkus sebelah kanan bercabang menjadi tiga bronkiolus, sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.
6. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan salurannya lebih kecil. Semakin kecil salurannya, semakin berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa dengan lapisan silia. Setiap bronkiolus terminal (terakhir) bermuara ke dalam seberkas kantung-kantung kecil mirip anggur yang disebut alveolus. ( Purnomo, 2009 : 221 )
7. Paru-paru
Menurut Diah ( 2007 : 190 ) Paru-paru adalah alat pernapasan yang terletak di dalam rongga dada dan di atas diafragma. Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatas rongga dada dan rongga perut. Paru-paru diselubungi oleh selaput elastis yang disebut pleura.
Rongga dada dibatasi oleh tulang punggung di bagian belakang dan tulang rusuk, serta tulang dada di bagian dada. Di antara tulang-tulang tersebut terdapat otot-otot antar tulang rusuk. Di bagian bawah rongga dada terdapat sekat rongga dada (diafragma) yang terdiri atas otot-otot. ( Fauziah, 2009 : 36 )
Pleura terdiri atas selaput dalam (pleura viselaris) dan selaput luar (pleura parietalis). Pada paru-paru kanan terdapat tiga lobus, sedangkan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus terbagi atas lobulus-lobulus dan masing-masing lobulus memiliki bronkiolus dengan sejumlah alveolus. ( Arif, 2010 : 110 )
8. Alveolus
Alveolus atau saluran udara buntu merupakan saluran akhir dari alat pernapasan yang terdapat di dalam paru-paru. Menurut Hanum ( 2009 : 165 ) Alveolus memiliki dinding tipis terbuat dari epitel selapis pipih yang membantu terjadinya proses difusi gas. Jumlah alveolus paru-paru 300 juta buah, dengan luas (jika dibentangkan) 70m2. Dengan paru-paru seluas itu, maka pernapasan menjadi lebih efisien dan perolehan O2 akan menjamin hidup manusia.
B. Mekanisme Pertukaran Gas O2 dan CO2
Manusia bernapas secara tidak langsung, artinya udara pernapasan tidak berdifusi langsung melalui seluruh permukaan kulit. Selaput tipis tempat berlangsungnya difusi gas tersebut terlindung di bagian dalam tubuh, berupa gelembung paru-paru (alveolus). Pernapasan atau pertukaran gas pada manusia berlangsung melalui dua tahap yaitu pernapasan luar (eksternal) dan pernapasan dalam (internal).
Pertukaran gas di dalam tubuh tidak hanya berlangsung di paru-paru, melainkan juga di jaringan. Pertukaran gas terjadi karena perbedaan-perbedaan tekanan udara. Gas yang bertekanan tinggi akan berdifusi ke tempat gas yang bertekanan rendah.
(B1) (B2)
Gambar B1. Proses Pernapasan Eksternal
B2. Proses Pernapasan Internal
1. Pernapasan Eksternal
Menurut Purnomo ( 2009 : 223 ) Pernapasan luar merupakan pertukaran gas di dalam paru-paru. Oleh karena itu, berlangsung difusi gas dari luar masuk ke dalam aliran darah. Dengan kata lain, pernapasan luar merupakan pertukaran gas (O2 dan CO2) antara udara dan darah. Pada pernapasan luar, darah akan masuk ke dalam kapiler paru-paru yang mengangkut sebagian besar karbon dioksida sebagai ion bikarbonat (HCO3–) dengan persamaan reaksi seperti berikut
H+ + HCO 3 – H 2CO3
Sisa karbon dioksida berdifusi keluar dari dalam darah dan melakukan reaksi sebagai berikut.
H 2CO3 H2O + CO2
Enzim karbonat anhidrase yang terdapat dalam sel-sel darah merah dapat mempercepat reaksi. Ketika reaksi berlangsung, hemoglobin melepaskan ion-ion hidrogen yang telah diangkut; HHb menjadi Hb. Hb merupakan singkatan dari haemoglobin, yaitu jenis protein dalam sel darah merah. Selanjutnya, hemoglobin mengikat oksigen dan menjadi oksihemoglobin (HbO2).
Hb + O2 HbO2
Selama pernapasan luar, di dalam paru-paru akan terjadi pertukaran gas yaitu CO2 meninggalkan darah dan O2 masuk ke dalam darah secara difusi. Terjadinya difusi O2 dan CO2 ini karena adanya perbedaan tekanan parsial. Tekanan udara luar sebesar 1 atm (760 mmHg), sedangkan tekanan parsial O2 di paru-paru sebesar ± 160 mmHg. Tekanan parsial pada kapiler darah arteri ± 100 mmHg, dan di vena ± 40 mmHg. Hal ini menyebabkan O2 dari udara berdifusi ke dalam darah. Sementara itu, tekanan parsial CO2 dalam vena ±47 mmHg, tekanan parsial CO2 dalam arteri ± 41 mmHg, dan tekanan parsial CO2 dalam alveolus ± 40 mmHg. Adanya perbedaan tekanan parsial tersebut menyebabkan CO2 dapat berdifusi dari darah ke alveolus.
2. Pernapasan Internal
Menurut Arif ( 2010 : 112 ) Pernapasan Internal berhubungan dengan pertukaran gas antara darah di dalam pembuluh kapiler dengan cairan jaringan. Darah yang masuk ke kapiler mengandung oksihemoglobin. Oksihemoglobin akan membebaskan O2 sehingga berdifusi keluar dari darah dan masuk ke jaringan.
Setelah CO2 berdifusi ke dalam darah, sebagian kecilnya bergabung dengan hemoglobin dan membentuk karboksihemoglobin. Kebanyakan CO2 akan berikatan dengan air membentuk asam karbonat. Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase, asam karbonat segera terurai membentuk ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO 3 – )
Ion bikarbonat yang terbentuk segera berdifusi keluar dari sel darah dan dibawa oleh plasma darah. Bagian globin dari hemoglobin akan berikatan dengan ion hidrogen membentuk HHb yang disebut hemoglobin tereduksi.
C. Mekanisme Pernapasan
Aliran udara dari udara bebas ke paru-paru dan sebaliknya, ditentukan oleh perubahan tekanan udara dalam rongga paruparu, rongga dada, dan rongga perut. Perubahan tekanan disebabkan oleh terjadinya perubahan volume setiap ruangan. Perubahan volume setiap ruangan ini diatur oleh otot-otot pernapasan yaitu otot antartulang rusuk, otot diafragma, dan otot dinding perut. Berdasarkan otot yang berperan aktif pada proses pernapasan, pernapasan pada manusia dapat dibedakan menjadi pernapasan dada dan pernapasan perut.
(C1) (C2)
Gambar C1. Mekanisme Pernapasan Dada
C2. Mekanisme Pernapasan Perut
1. Pernapasan Dada
Berikut ini adalah mekanisme pernapasan dada.
a. Fase Inspirasi
Otot antartulang rusuk berkontraksi (berkerut) → tulang rusuk terangkat → volume rongga dada membesar → tekanan rongga dada mengecil → paru-paru mengembang → tekanan paru-paru mengecil → udara masuk ke paruparu. ( Diana, 2009 : 48 )
b. Fase Ekspirasi
Menurut Rachmawati ( 2009 : 109 ) Saat ekspirasi (udara diembuskan), otot interkostalis berelaksasi → tulang rusuk turun → rongga dada mengecil → tekanan udara dalam torak meningkat → paru-paru mengempis → tekanan udara dalam paru-paru lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan udara luar sehingga udara keluar dari paru-paru.
2. Pernapasan Perut
Menurut Hidayati ( 2007 : 202 ) Otot yang berperan penting dalam pernapasan perut adalah otot diafragma dan otot dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi maka posisi diafragma akan mendatar. Posisi ini menyebabkan bertambah besarnya volume rongga dada, sehingga tekanan udara dalam rongga dada mengecil. Penurunan tekanan udara dalam rongga rongga dada akan diikuti mengembangnya paru-paru dan penurunan tekanan udara dalam paru-paru, sehingga tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil dari tekanan udara luar. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya aliran udara luar ke dalam saluran pernapasan, yang disebut inspirasi.
Bila otot diafragma berelaksasi dan otot dinding perut berkontraksi maka isi rongga perut akan terdesak ke arah diafragma, sehingga posisi diafragma akan cekung ke arah rongga dada. Keadaan ini menyebabkan volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat. Naiknya tekanan dalam rongga paru-paru akan menyebabkan isi rongga paru-paru terdorong ke luar sehingga terjadilah ekspirasi.
D. Faktor Frekuensi Pernapasan
Gerakan pernapasan diatur oleh pusat pernapasan di otak, sedangkan aktivitas saraf pernapasan dirangsang oleh stimulus (rangsangan) dari karbon dioksida (CO2). Pada umumnya, manusia mampu bernapas antara 15–18 kali setiap menitnya. Frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.
Umur
Menurut Purnomo ( 2009 : 229 ) Bayi dan balita memiliki frekuensi bernapas lebih banyak dibanding orang dewasa. Hal itu disebabkan volume paru-paru yang relatif kecil dan sel-sel tubuh sedang berkembang sehingga membutuhkan banyak oksigen. Orang tua juga memiliki frekuensi napas lebih banyak karena kontraksi otot-otot dada dan diafragma tidak sebaik saat masih muda, sehingga udara pernapasan lebih sedikit.
Jenis Kelamin
Umumnya laki-laki lebih banyak bergerak, sehingga lebih banyak memerlukan energi. Kebutuhan oksigen dan produksi CO2 pada laki-laki juga lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa proses metabolisme pada laki-laki jauh lebih tinggi daripada perempuan ( Hidayati, 2007 : 205 )
Suhu Tubuh
Menurut Diah ( 2007 : 194 ) Manusia memiliki suhu tubuh yang konstan (berkisar antara 36 - 37ºC) karena manusia mampu mengatur produksi panas tubuhnya dengan meningkatkan laju metabolisme. Jika suku tubuh turun, tubuh akan meningkatkan metabolismenya sehingga kebutuhan akan oksigen meningkat.
Posisi tubuh
Menurut Diana ( 2009 : 50 ) Posisi tubuh menentukan sedikit banyaknya otot dan organ tubuh yang bekerja. Hal ini berarti menentukan kebutuhan energi yang diperlukannya dan mempengaruhi kepada irama pernapasan. Sebagai contoh, irama pernapasan pada posisi berdiri lebih cepat daripada orang yang duduk atau orang yang berbaring.
Kegiatan tubuh
Orang yang memiliki aktivitas tinggi, frekuensi pernapasan lebih cepat dan oksigen dibutuhkan lebih banyak. Hal ini disebabkan, karena metabolisme meningkat untuk menghasilkan energi. ( Rachmawati, 2009 : 111 ).
E. Volume Udara Pernapasan
Volume udara pernapasan pada setiap orang berbeda-beda, bergantung pada ukuran paru-paru, kekuatan bernapas, dan cara bernapas. Volume udara pernapasan dapat diukur dengan menggunakan respirometer. Secara garis besar, volume
udara pernapasan dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
Gambar E. Grafik Volume Udara Pernapasan pada Manusia
Volume Tidal (VT), yaitu volume udara pernapasan (inspirasi) biasa, yang besarnya lebih kurang 500 cc (cm3) atau 500 mL. ( Purnomo,2009 : 231 )
Volume Cadangan Inspirasi (VCI), yaitu volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah volume tidal, biasanya mencapai 3.000 milimeter. ( Diah, 2007 : 192 )
Volume Cadangan Ekspirasi (VCE), yaitu volume udara yang masih dapat dikeluarkan secara maksimal setelah melakukan ekspirasi normal. Volume udara cadangan adalah lebih kurang 1.500 cc. ( Hidayati, 2007 : 203 )
Volume Sisa / Residu (VR), yaitu udara yang masih tersisa dalam paruparu setelah menghembuskan napas sekuat-kuatnya, ± 1000 ml
( Diana, 2009 : 49)
Kapasitas Vital (KV), merupakan jumlah volume udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah inspirasi secara maksimum dan diekspirasikan secara maksimum. ( Rachmawati, 2009 : 111 )
Volume Total Paru-paru, yaitu volume udara yang dapat tertampung secara maksimal di dalam paru-paru. Jadi, volume total paru-paru sama dengan kapasitas vital paru-paru ditambah volume udara residu atau KV + UR.
( Hidayati, 2007 : 203 )
F. Gangguan Sistem Pernapasan
Gangguan pada sistem pernapasan biasanya disebabkan oleh kelainan dan penyakit yang menyerang alat-alat pernapasan. Beberapa jenis kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan sebagai berikut:
Asma, adalah menyempitnya saluran pernapasan yang terjadi karena otot polos penyusun dinding saluran berkontraksi terus menerus yang berakibat pelebaran saluran pernapasan terganggu. Asma antara lain disebabkan oleh alergi dan kekurangan hormon adrenalin. ( Hidayati, 2007 : 220 )
Bronkitis, merupakan radang tenggorokan (bronki) akibat infeksi bakteri
yang menyerang selaput epitel bronki. ( Hanum, 2009 : 171 )
Pneumonia atau logensteking, yaitu penyakit radang paru-paru yang disebabkan Diplococcus pneumoniae. ( Purnomo, 2009 : 234 )
TBC (Tuberkulosis), merupakan penyakit spesifik yang disebabkan Mycobacterium tuberculosae. Bakteri ini dapat menyerang semua orgsn tubuh, tetapi yang paling sering adalah paru-paru dan tulang. ( Diah, 2007 : 197)
Kanker Paru-paru, biasa diderita oleh perokok. Kanker ini disebabkan oleh adanya tumor ganas yang terbentuk di dalam epitel bronkiolus.
( Purnomo, 2009 : 234 )
Gambar F5. Perbandingan Paru-paru yang merokok dan tidak merokok
Laringitis, merupakan radang pada laring, berasal dari iritasi ataupun infeksi. Iritasi biasanya dari rokok. Jika radang sampai ke pita suara, penderita akan kehilangan suara. Perokok berat biasanya menderita serak berkepanjangan.
( Hanum, 2009 : 171 )
Emfisema, yaitu gangguan pada paru-paru yang ditandai dengan rusaknya dinding-dinding alveolus sehingga kemampuan pertukaran udara menjadi berkurang.
( Arif, 2010 : 114 )
Gambar F7. Alveolus yang rusak karena disebabkan Emfisema
Emboli, adalah gumpalan darah yang menyumbat kapiler di paru-paru. Sumbatan akan menghambat aliran darah yang membawa oksigen dan karbon dioksida. Emboli paru-paru dapat terjadi jika terkena serangan jantung, keracunan, overdosis obat, dan tersengat listrik. Emboli sangat fatal bagi penderita. ( Hanum, 2009 : 172 )
Influenza, disebabkan oleh virus yang menimbulkan radang pada selaput mukosa di saluran pernapasan. ( Purnomo, 2009 : 235 )
Asfiksi, adalah gangguan dalam pengangkutan oksigen ke jaringan yang disebabkan terganggunya fungsi paru-paru, pembuluh darah, ataupun jaringan tubuh.
( Diah, 2007 : 197)
RANGKUMAN
Saluran pernapasan atau tractus respiratorius (respiratory tract) adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai tempat lintasan dan tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan.
Pernapasan pada manusia dilakukan melalui alat-alat pernapasa yang terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, paru-paru dan alveolus.
Pernapasan atau pertukaran gas pada manusia berlangsung melalui dua tahap yaitu pernapasan luar (eksternal) dan pernapasan dalam (internal).
Berdasarkan otot yang berperan aktif pada proses pernapasan, pernapasan pada manusia dapat dibedakan menjadi pernapasan dada dan pernapasan perut.
Frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu umur, jenis kelamin, suhu tubuh, posisi tubuh dan kegiatan tubuh
Volume udara pernapasan pada setiap orang berbeda-beda, bergantung pada ukuran paru-paru, kekuatan bernapas, dan cara bernapas.
Beberapa jenis kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan yaitu asma, bronkitis, pneumonia, TBC (tuberkulosis), kanker paru-paru, laringitis, emfisema, emboli, influenza, dan asfiksi.
SOAL EVALUASI
Beri tanda silang (X) pada huruf a, b, atau c di depan jawaban yang tepat.
Urutan alat pernapasan manusia yang benar yaitu . . . .
1) laring 4) faring
2) bronkus 5) alveolus
3) trakea 6) bronkiolus
a. 1) – 4) – 2) – 6) – 3) – 5)
b. 3) – 4) – 1) – 5) – 2) – 6)
c. 4) – 1) – 3) – 2) – 6) – 5)
d. 4) – 3) – 1) – 2) – 6) – 5)
e. 3) – 4) – 1) – 2) – 6) – 5)
Pengikatan oksigen dan pelepasan karbon dioksida pada pernapasan manusia terjadi pada . . ..
a. bronkus
b. bronkiolus
c. alveolus
d. trakea
e. hidung
Pada aktivitas pernapasan biasa, volume udara yang keluar masuk merupakan . . . .
a. udara tidal
b. udara kapasitas vital
c. udara residu
d. udara komplemen
e. udara kapasitas total
Faktor-faktor di bawah ini yang tidak mempengaruhi frekuensi pernapasan seseorang adalah ..
a. posisi tubuh
b. suhu tubuh
c. jenis kelamin
d. tinggi badan
e. kegiatan tubuh
Pembungkus paru-paru disebut ....
a. pleuritis
b. pleura
c. perikarduim
d. silia
e.alveolus
Penyakit pada sistem pernapasan yang disebabkan oleh virus adalah ....
a. tuberkolosis
b. flu burung
c. asma
d. bronkitis
e. paru-paru basah
Pernapasan yang menggunakan kerja otot-otot rusuk, disebut ….
a. pernapasan perut
b. pernapasan diafragma
c. pernapasan dada
d. inpirasi
e. ekspirasi
Pertukaran udara secara difusi dilakukan pada ....
a. alveolus
b. bronkiolus
c. bronkus
d. trakea
e. pulmo
Bagian sistem pernapasan yang rusak pada penderita emfisema yaitu . . . .
a. alveolus
b. bronkiolus
c. laring
d. membran pleura
e. Trakea
Jumlah lobus paru-paru manusia sebelah kanan dan kiri berturut-turut ....
a. 2 dan 3
b. 3 dan 2
c. 3 dan 4
d. 4 dan 2
e. 2 dan 2
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan kapasitas vital.
Jelaskan proses pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi di dalam alveolus maupun jaringan.
Tuliskan dan jelaskan penyakit-penyakit pada sistem pernapasan pada manusia.
Jelaskan perbedaan antara pernapasan dada dan pernapasan perut pada manusia.
Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina, Diah dkk. 2007. Biologi SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Esis
Fauziah, Nenden dkk. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Siswa SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Habsa Jaya
Hanum, Eva Latifah dkk. 2009. BIOLOGI 2 SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Remaja Rosdakarya
Hidayati, Sri dkk. 2007. Sains BIOLOGI 2 SMA/MA. Jakarta: Bumi Aksara
http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/01/sistem-pernapasan-pada-manusia-artikel.html (diakses tanggal 05 Mei 2015)
Priadi, Arif. 2010. Biologi 2 SMA Kelas XI. Bogor: Yudhistira
Purnomo, dkk. 2009. Biologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Intan Pariwara
Puspita, Diana dkk. 2009. Alam Sekitar IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Leuser Cita Pustaka
Rachmawati, Faidah dkk. 2009. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA. Jakarta: Ricardo
GLOSARIUM
Difusi, gerakan pasif molekul dalam larutan yang berkonsentrasi tinggi ke yang berkonsentrasi rendah.
Energi, kemampuan untuk melakukan suatu usaha.
Hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengikat oksigen atau disebut juga pigmen respirasi.
Karbon dioksida, gas dalam jumlah kecil (sekitar 0,4%) berasal dari hasil pernapasan dan
letusan gunung api.
Kontraksi, pengerutan menjadi pendek pada otot sebagai reaksi terhadap perangsangan.
Oksihemoglobin, hemoglobin yang berikatan dengan oksigen.
Pernapasan, proses pengambilan oksigen dari udara dan mengeluarkan karbon dioksida
Respirasi, proses pemanfaatan udara dari luar tubuh (oksigen) untuk pembakaran zat makanan di dalam tubuh.