Academia.eduAcademia.edu

Pendidikan dalam Membina Sikap Toleransi Antar Siswa

Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan

Penulisan ini ditujukan untuk mengethui bagaimana dan sejauh mana peranan pendidikan dalam menumbuh kembangkan rasa toleransi antar individu di kalangan sekolah dasar, karena pada usia rentan sekolah dasar masih sering terjadi pembulian karena ketidak pahaman mengenai toleransi. Masalah difokuskan pada kurang nya toleransi pada anak usia dini karena kurang nya pemahaman mengenai toleransi itu sendiri. Data data dikumpulkan melalui media cetak dan dianalisis secara kualitatif. Kajian ini menyimpulkan bahwa peran pendidikan dalam hal ini sangatlah kuat, untuk membangun rasa toleransi antar sesama, mewujudkan peserta didik yang tidak pernah ada pertentangan diantara mereka dan tidak pernah membeda bedakan antara agama yang satu dengan yang lain. Penelitian yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research andDevelopment (R&D). (Sukmadinata, 2011) Research and Development (R&D) adalah suatu prosedur untuk mengembangkan sebuah produk baru atau menye...

Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume: 3 | Nomor 1 | April 2023 | E-ISSN: 2798-365X | DOI: 10.47709/educendikia.v3i01.2382 Pendidikan dalam Membina Sikap Toleransi Antar Siswa Author: Aldina Heriawati1 Yuni Mariani Manik2 Afiliation: PGSD Universitas Terbuka UPBJJ Malang1, Universitas PGRI Kanjuruan Malang2 Corresponding email [email protected] Histori Naskah: Submit: 2023-06-02 Accepted: 2023-06-06 Published: 2023-06-09 This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License Abstrak: Penulisan ini ditujukan untuk mengethui bagaimana dan sejauh mana peranan pendidikan dalam menumbuh kembangkan rasa toleransi antar individu di kalangan sekolah dasar, karena pada usia rentan sekolah dasar masih sering terjadi pembulian karena ketidak pahaman mengenai toleransi. Masalah difokuskan pada kurang nya toleransi pada anak usia dini karena kurang nya pemahaman mengenai toleransi itu sendiri. Data data dikumpulkan melalui media cetak dan dianalisis secara kualitatif. Kajian ini menyimpulkan bahwa peran pendidikan dalam hal ini sangatlah kuat, untuk membangun rasa toleransi antar sesama, mewujudkan peserta didik yang tidak pernah ada pertentangan diantara mereka dan tidak pernah membeda bedakan antara agama yang satu dengan yang lain. Penelitian yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research andDevelopment (R&D). (Sukmadinata, 2011) Research and Development (R&D) adalah suatu prosedur untuk mengembangkan sebuah produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada sebelumnya sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Instrumen sikap toleransi dapat disusun dengan menggunakan 3 tahapan yaitu: 1) studi pendahuluan, 2) menyusun instrumen dan 3) pengujian produk. Kegiatan pembelajaran dasar penelitian ini dengan menggunakan pendekatan pembelajaran imersif meliputi beberapa langkah. Tahap pertama adalah konseptualisasi, pembentukan konsep dapat dilakukan dengan menjelaskan konsep materi yang dipelajari. Siswa SDN Maliran 03 sudah memiliki sikap toleransi yang baik pada saat proses pembelajaran. Hanya saja masih ada dua atau tiga siswa yang suka memilih-milih teman dalam berkelompok. Tetapi, sikap siswa kelas V sudah tergolong atau masuk dalam karakter orang yang mempunyai sikap toleransi, jadi sikap toleransi siswa kelas V SDN Maliran 03 saat proses pembelajaran baik. Kata kunci: Sikap, Toleransi, Pembelajaran Pendahuluan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah suatu negara yang memiliki keberagaman seperti keberagaman suku, budaya, dan agama. Tidak semua masyarakat mengenali keberagaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia karena setiap masyarakat pastinya memiliki cara pandang yang berbeda. Hal ini sangat berpengaruh dalam proses interaksi sosial antar individu karena kurangnya penanaman sikap toleransi pada setiap diri individu. Menurut (Lickona dalam Wibowo, 1992:22), karakter merupakan sifat alami yang dating dalam diri seseorang dalam merespons situasi secara bermoral. Dengan demikian, penanaman sikap toleransi setidaknya sudah ditanamkan sejak dini. Karena ketika penanaman nilai-nilai karakter sudah ditanamkan sejak dini maka dapat berguna sebagai tolak ukur ketercapaian pelaksanaan nilai-nilai pendidikan karakter terutama di lingkungan sekolah.(Ningrum et al., 2023) Indonesia sebagai negara multi etnis, multi kultur dan multi agama tetapi memiliki tujuan yang sama, yakni menuju masyarakat adil makmur dan sejahtera. Keanekaragaman ini di satu sisi merupakan berkah, karena keberagaman itu sesungguhnya merefleksikan kekayaan khasanah budaya. Indonesia adalah laboratorium yang sangat lengkap dan menjanjikan untuk meneliti di bidang ilmu-ilmu sosial dan 167 Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume: 3 | Nomor 1 | April 2023 | E-ISSN: 2798-365X | DOI: 10.47709/educendikia.v3i01.2382 humaniora. Namun di sisi lain, keberagaman juga berpotensi besar untuk tumbuh suburnya konflik, terutama jika keberagaman tersebut tidak mampu dikelola dengan baik. Karena itu, menjadi penting pengembangan pendidikan multikultural, sebuah proses pendidikan yang memberi peluang sama pada seluruh anak bangsa tanpa membedakan perlakuan karena perbedaan etnik, budaya dan agama, dalam upaya memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, serta menjaga nama baik citra Indonesia sebagai bangsa yang besar(Maemunah & Darmiyanti, 2023) Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keragaman mulai dari keragaman suku, budaya, dan agama. Dengan begitu Indonesia dengan memiliki banyak keberagaman, toleransi sudah menjadi suatu hal yang penting bagi setiap orang termasuk siswa sekolah dasar, sikap toleransi yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga, masyarakat dan lingkungan sekolah akan terhindar dari permasalahan seperti perselisihan dan konflik yang disebabkan oleh keragaman yang ada. Sikap toleransi yang tumbuh dan berkembang dengan baik akan menghasilkan keserasian dalam lingkungan. Pendidikan karakter memang perlu untuk diterapkannya pada masyarakat Indonesia. Maka dari itu untuk menanamkan pendidikan karakter khususnya sifat toleransi pada siswa sekolah dasar, yang mana perlu media yang dapat menarik minat siswa. Dengan media pembelajaran berupa webtoon/komik digital yang bertemakan sifat toleransi diharapkan siswa dapat tertarik untuk membaca dan memahami maksud dari hal tersebut. Dengan keberagaman yang ada di Indonesia, pengembangan sikap toleransi bagi siswa sekolah dasar sangat diperlukan(Aliah et al., 2023) Studi Literatur Anak SD Anak sekolah dasar adalah mereka yang berusia antara 6-12tahun atau biasa disebut dengan periode intelektual. Pengetahuananakakan bertambah pesat seiring dengan bertambahnya usia, keterampilanyang dikuasaipun semakin beragam. Minat anak pada periode ini terutama terfokus pada segala sesuatu yang bersifat dinamis bergerak. Implikasinya adalah anak cenderung untuk melakukan beragamaktivitas yang akan berguna pada proses perkembangannya kelak (Jatmika, 2005). Pada kondisi ini, anak harus bisa menghormati dan membiarkan temannya beribadah dengan tenang dan nyaman. Tidak menggangu teman yang sedang fokus dan khusyuk beribadah merupakan salah satu contok sikap toleransi di sekolah Metode Penelitian Penelitian yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research andDevelopment (R&D). (Sukmadinata, 2011) Research and Development (R&D) adalah suatu prosedur untuk mengembangkan sebuah produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada sebelumnya sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Instrumen sikap toleransi dapat disusun dengan menggunakan 3 tahapan yaitu: 1) studi pendahuluan, 2) menyusun instrumen dan 3) pengujian produk 1. Studi pendahuluan merupakan tahap awal dalam pengembangan. Pada tahap ini terdiri dua tahapan, yaitu studi kepustakaan dan survei lapangan. Studi kepustakaan berfungsi untuk mempelajari teori-teori yang digunakan sebagai dasar dalam pembuatan dan pengembangan produk instrumen penilaian aspek toleransi. Survei dilakukan dengan melakukan observasi ke sekolah. Guru belum mempunyai instrumen penilaian sikap toleransi yang efektif dan berkualitas untuk digunakan sebagai penilaian ranah afektif. Sehingga peneliti ingin mengembangkan produk instrumen penilaian sikap toleransi yang afektif dan berkualitas. 2. Dalam merancang instrumen dengan menyusun dan membuat kisi-kisi terlebih dahulu, yang dikembangkan dari teori (Suparlan, 2014).Pada tahap pengembangan produk terdapat dua tahapan, yang pertama adalah penyusunan produk awal pengembangan produk instrumen penilaian sikap toleransi dan yang kedua adalah uji validitas produk pengembangan instrumen 168 Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume: 3 | Nomor 1 | April 2023 | E-ISSN: 2798-365X | DOI: 10.47709/educendikia.v3i01.2382 penilaian sikap toleransi. Langkah awal yang harus dilakukan pada saat penyusunan instrumen yaitu mengkaji pengertian toleransi menurut pendapat Suparlan,lalu mengembangkan sikap toleransi sesuai pendapat Suparlan agar sesuai dengan kurikulum. Menentukan sikap toleransi yang akan dikembangkan menurut pendapat Suparlan dan menjadi indikator yang akan dicapai dalam penyusunan instrumen. Selanjutnya yaitu menyusun kisi-kisi instrumen pada penilaian sikap toleransi dengan menggunakan skala likert 3. Pengujian produk untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan produk instrumen penilaian sikap sosial menurut para pakar/ahli. Setelah dilakukan validasi oleh pakar/ahli, langkah selanjutnya adalah memperbaiki instrumen sesuai saran dan rekomendasi yang diberikan oleh pakar/ahli. Pengujian produk dilakukan dengan cara uji coba oleh ahli bahasa, ahli materi sikap dan ahli metode pembelajaran untuk melihat kekuatan item butir instrumen penilaian. Selanjutnya hasil konsultasi tersebut dijadikan masukan untuk menyempurnakan instrumen sehingga layak untuk mengambil data.(Wulandari et al., 2022) roblem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada era globalisasi saat ini. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan untuk pertama kali oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaran ilmu medis di McMaster (Amir, 2013). Model pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah(Wijaya et al., 2019) Hasil Kegiatan pembelajaran dasar penelitian ini dengan menggunakan pendekatan pembelajaran imersif meliputi beberapa langkah. Tahap pertama adalah konseptualisasi, pembentukan konsep dapat dilakukan dengan menjelaskan konsep materi yang dipelajari. Langkah kedua menerapkan konsep, menerapkan konsep untuk membuat lakon, yaitu peran. Sebelum melakukan role play, guru menyiapkan aturan permainan agar terlihat seperti seharusnya. Misalnya, menjelaskan kepada siswa apa peran mereka. Dalam hal ini peneliti melakukan persiapan mengenai aturan main dan fungsinya. Dalam proses pembelajaran, dengan menggunakan metode role playing ini dapat meningkatkan inisiatif dan kreativitas dalam proses pembelajaran, melatih siswa untuk lebih berani dalam peran, kerjasama, ekspresi, dan berdiskusi. Selain itu, role play dapat mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat teman sebayanya, bertanggung jawab, mencari dan mengolah informasi, menganalisis dan menarik kesimpulan, mengembangkan sikap kritis, demokratis dan kreativitas dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran.(Gaol et al., 2023). Sikap toleransi dalam keberagaman seperti keberagaman suku, budaya, dan agama, adalah suatu hal yang sangat penting dan wajib untuk dikembangkan. Dengan makin banyaknya keberagaman-keberagaman disuatu wilayah maka sikap toleransi tersebut menjadi suatu tuntutan bagi masyarakat, karena dengan adanya sikap toleransi yang baik dan berkembang maka akan terhindar dari permasalahan seperti perselisihan dan pertentangan karena perbedaan dan keberagaman diwilayah masyarakat tersebut, dari sikap toleransi yang baik dan berkembang akan menghasilkan keharmonisan dan keselarasan pada wilayah masyarakat tersebut. Sikap toleransi ini dilaksanakan untuk kepentingan Bersama bukan hanya untuk individu saja.(Anggraeni et al., 2022) Pada tahap validitas ini bertujuan untuk memperoleh data kelayakan instrumen yang sudah dikembangkan oleh peneliti dan mengetahui kelemahan maupun kelebihan dari instrumen tersebut. Validasi ahli bahasa penelitian ini adalah Bapak Dewangga Putra, S.Pd., M.Pd. sebagai dosen yang ahli dalam materi bahasa indonesia. Peneliti melakukan uji validitas ahli agar mendapatkan kritik dan saran agar instrumen yang telah dikembangkan peneliti dapat diperbaiki dan dapat berkualitas. Berdasarkan hasil validasi oleh ahli materi oleh ahli bahasa diatas, diketahui bahwa instrument memperoleh skor 91%. Instrumen dapat dikatakan layak apabila skor yang diperoleh >61%. 169 Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume: 3 | Nomor 1 | April 2023 | E-ISSN: 2798-365X | DOI: 10.47709/educendikia.v3i01.2382 Hal ini dapat dikatakan bahwa instrumen dapat digunakan untuk mengetahui sikap toleransi pada siswa kelas 5 SD ini termasuk kategori “Sangat Layak”. Dari hasil validasi memperoleh komentar sebagai berikut untuk isi dari angketnya sudah cukup baik, hanya saja karena peneliti menggunakan skala penilaian Likert (Sangat Sesuai sampai Sangat Tidak Sesuai Pernyataan), lebih baik isi dari tiap instrumen pertanyaan disamakan penskorannya sehingga akan mempermudah dalam analisis data (Sugiyono, 2019). Contohnya judul penelitian adalah "Pengembangan Penilaian Sikap Toleransi Kelas Tinggi Sekolah Dasar", dalam pemyataan nomor 1 (Saya selalu membalas ketika ada teman yang menyakiti saya) jika responden menjawab Sangat Sesuai, maka akan menunjukkan rendahnya sikap toleransi. Sedangkan dalam pernyataan nomor 2 (Ketika teman melakukan kesalahan saya mau memaafkan dengan ikhlas) jika responden menjawab Sangat Sesuai, maka akan menunjukkan tingginya sikap toleransi. Instrumen harus disamakan sehingga jika responden menjawab Sangat Sesuai itu menunjukkan tingginya sikap toleransi semua(Rifky & Hardini, 2021) Pembahasan Untuk menumbuhkan nilai-nilai toleransi dan religius bukanlah hal yang mudah bagi guru, dalam hal ini seluruh guru di sekolah bekerja sama agar terciptanya suasana yang harmonis [14]. Pembentukan karakter dapat dilakukan pada peserta didik di sekolah dasar, karena dalam tahap ini perkembangan sikap serta kognitif manusia lebih mudah untuk dibentuk. Sehingga sangat penting untuk membentuk sikap religius dan toleransi pada diri peserta didik saat usia sekolah dasar, dan salah satu upaya nya dapat dilakukan melalui Pendidikan Agama Islam. Pendidikan agama Islam adalah upaya membimbing, mengarahkan, dan membina pesrta didik yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Isalm(Nugroho, 2020). Sebagai langkah awal dari penelitian ini, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu untuk mengetahui dengan jelas apa permasalahan yang dihadapi oleh siswa selama proses interaksi antar siswa yang berlangsung. Dari hasil pengematan ditemukan masih banyaknya siswa yang belum memahami bagaimana bersikap dan bertingkah laku yang baik yang menjunjung nilai-nilai toelransi. Diatanara siswa masih banyak ditemukannya aktivitas mengejek teman kelasnya, memotong pembicaraan temannya, senang memamerkan barang pribadinya, serta tidak mampu menerima saran dan kritikan dari temannya. Hal tersebut tentunya merupkan hal yang harus segera diperbaiki agar kedepannya kelas dapat memiliki suasana yang kondusif baik secara psikis maupun fisik.(Kurnia & Mukhlis, 2023). Faktor-faktor penyebab perilaku agresif bermacam-macam. Termasuk orangtua memiliki peranan sebagai salah satu pemicu perilaku agresif yakni ketika menerapkan kontrol yang rendah (Low & Espelage, 2014). Justru, lingkungan fisik tempat tinggal individu tidak memiliki pengaruh apa-apa dalam pembentukan perilaku agresif (Ten & Jongh, 2018). Faktor sosial justru menjadi faktor utama munculnya perilaku agresif (Shameem & Hamid, 2015; de Decker, 2017). Adanya kaitan era tantara perilaku agresif dan sikap toleransi ini disebabkan karena tingginya intoleransi berdampak pada tingginya perilaku agresif. Toleransi dalam pelaksanaanya adalah sikap harus didasari pula oleh sikap kelapangan dada terhadap orang lain dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip yang dipegang sendiri, yakni tanpa mengorbankan prinsip-prinsip tersebut. Rasa penuh keikhlasan dan dapat menerima hal-hal yang tidak sama dengan prinsip yang dipegang sendiri tetapi hal tersebut tak lantas membuat dasar prinsip sendiri hilang bahkan membuatnya semakin kuat(Rahayu & Fitriyah, 2020). Setiap strategi pembelajaran sikap biasanya mengarahkan peserta didik pada keadaan yang seharusnya melibatkan konflik ataupun keadaan bermasalah. Dalam keadaan ini, peserta didik diharapkan mampu menarik keputusan atas dasar nilai yang seharusnya menurutnya baik (Marintan Marintan & Priyanti, 2022). Ada beberapa strategi pembelajaran untuk membentuk sikap ialah mengembangkan model penilaian. Dalam menekankan strategi pembelajaran yang seharusnya bisa membentuk kepribadian. Fungsinya supaya peserta didik peduli terhadap sesama.(Ningsih et al., 2023) 170 Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume: 3 | Nomor 1 | April 2023 | E-ISSN: 2798-365X | DOI: 10.47709/educendikia.v3i01.2382 Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keberagaman dari aspek budaya, ras, warna kulit, suku, etnis, agama dan bahasa. Dengan perbedaan yang ada di masyarakat indoneisa ini dapat disatukan dengan semboyan negara Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika. Jika dilihat bahwa keragaman bangsa Indonesia tidak hanya satu aspek melainkan dari beberapa aspek, dengan adanya perbedaan dibeberapa aspek ini tidak menutup kemungkinan bahwa Indonesia akan mengalami permasalahan yang di dapat tidak hanya dari luar negara, namun potensi permasalahan yang muncul di dalam negara akan lebih besar. Dengan ini pentingnya mengajarkan perilaku toleransi di SD akan memberikan dampak yang baik kedepannya, sebab siswa diberikan pembiasaan di SD untuk perilaku toleransi antar sesama di sekolah. Adanya perilaku toleransi di SD membuat permasalahan yang muncul mengenai perbedaan yang ada di Indonesia akan lebih mudah untuk di rangkul hingga di selesaikan dengan mudah, sebab individu yang sudah terbiasa dengan memiliki perilaku toleransi yang dipupun sejak dini akan memberikan dampak yang bagus dikemudian hari. Indonesia akan menghadapi permasalahan-permasalaha yang tidak hanya dari luar negara namun juga akan mengalamai permasalahan di dalam negara. Dengan adanya keberagaman di masyarakat Indonesia, maka perilaku toleransi di SD perlu dituangkan dalam pembelajaran agar siswa lebih mengenal bagaimana bangsa nya yang memiliki berbagai keberagaman dan bagaimana cara mereka menyikapi nya sebagai generasi penerus bangsa yang berlandaskan jiwa toleransi yang tinggi. Pluralism. Menurut Muhammad Fahrur Rozi (110:2017) konsep multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa, ataupun agama. Apabila pluralitas sekedar merepresentasukana danya kemajemukan (yang lebih dari satu), maka multikulturalisme memberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka adalah saat di dalam ruang publik. Multikulturalisme menjad semacam respons kebijakan baru terhadap keragaman. Pluralisme upaya membangun kesadaran masyarakat yang bersifat teologis dan kesadaran sosial. oleh karena itu pluralisme pada nantinya diharapkan dapat memberikan implikasi pada kesadaran bahwa manusia hidup di tengah masyarakat yang plural dari segi agama, budaya, etnis, dan berbagai keragaman sosial lainnya.(Al Fajrin, 2022) Kesimpulan Siswa SDN Maliran 03 sudah memiliki sikap toleransi yang baik pada saat proses pembelajaran. Hanya saja masih ada dua atau tiga siswa yang suka memilih-milih teman dalam berkelompok. Tetapi, sikap siswa kelas V sudah tergolong atau masuk dalam karakter orang yang mempunyai sikap toleransi, jadi sikap toleransi siswa kelas V SDN Maliran 03 saat proses pembelajaran baik. Sedangkan sikap tanggung jawab siswa kelas V SDN Maliran 03 pada proses pembelajaran sebagian besar sudah bagus. Lebih dari lima belas siswa yang memiliki tanggung jawab yang bagus dan hanya ada beberapa saja yang memiliki sikap tanggung jawab kurang. Dapat dilihat dari siswa yang suka meminjam barang temannya langsung dikembalikan, siswa yang menyapu kelas yang kotor dan siswa yang mengerjakan tugas dengan baik. Sedangkan siswa yang tidak mau berkelompok yang menunjukkan bahwa siswa tersebut kurang memiliki sikap tanggung jawab. (Maolia et al., 2019) Ucapan Terima Kasih Terima kasih dan puji syukur diucapkan kepada Allah SWT karena selalu mengiringi langkah dalam proses menyusun Artikel yang berjudul “PENDIDIKAN DALAM MEMBINA SIKAP TOLERANSI ANTAR SISWA”. kampus tercinta kita Universitas Terbuka Pokjar Amanah Blitar UPBJJ Malang , serta Dosen Pembimbing Ibu Dr. Yuni Mariani Manik, S.Pd. M.Pd.telah membantu dalam penyusunan artikel toleransi. Tentu terima kasih kepada ibu dan bapak saya dan kerabat, teman tersayang dan terbaik karena mensuport dan memotivasi atas kesuksesan dalam menyusun artikel produk pengembangan ini. Referensi Al Fajrin, S. F. (2022). Perilaku Toleransi di SD. SNHRP, 1220–1227. 171 Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume: 3 | Nomor 1 | April 2023 | E-ISSN: 2798-365X | DOI: 10.47709/educendikia.v3i01.2382 Aliah, S., Firdausy, Z. S., & Marini, A. (2023). PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN WEBTOON UNTUK MENANAMKAN SIKAP TOLERANSI DI SEKOLAH DASAR. JOEL: Journal of Educational and Language Research, 2(6), 827–830. Anggraeni, M., Febriyani, S. A., Wahyuningsih, Y., & Rustini, T. (2022). PENGEMBANGAN SIKAP TOLERANSI SISWA SEKOLAH DASAR PADA KEBERAGAMAN DI INDONESIA. Jurnal Gentala Pendidikan Dasar, 7(1), 16–24. Gaol, R. L., Manullang, E. B., Silalahi, A. E. L., Bondar, R. S., Lubis, J., & Herman, H. (2023). Analisis Penerapan Metode Bermain Peran untuk meningkatkan toleransi siswa dalam pembelajaran IPS di SDN 116253 Lorong Sidodadi. Jurnal Pendidikan Tambusai, 7(1), 914–919. Kurnia, I. R., & Mukhlis, S. (2023). Implementasi Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Karakter Toleransi Melalui Pendidikan Multikultural. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 9(1), 209–216. Maemunah, Y., & Darmiyanti, A. (2023). IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL MELALUI RASA TOLERANSI BERAGAMA DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CIKAMPEK SELATAN JAKARTA. Al-Ulum Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Ke Islaman, 10(2), 199–207. Maolia, N., Bramasta, D., & Andriani, A. (2019). Sikap Toleransi dan Tanggung Jawab Siswa Kelas V SD Negeri 1 Patikraja. Malih Peddas (Majalah Ilmiah Pendidikan Dasar), 9(1), 22–29. Ningrum, I. W., Fitrianingsih, D., Rohmah, A. H., Wati, Y. A., Haris, R. F., & Pangestu, W. T. (2023). MENINGKATKAN SIKAP TOLERANSI SISWA MELALUI METODE ROLE AND PLAYING PADA MATERI KEBERAGAMAN DI INDONESIA KELAS 4 SDN KELEYAN 2. INOVASI: Jurnal Ilmiah Pengembangan Pendidikan, 1(3), 184–191. Ningsih, E. F., Setiawan, F., & Ningsih, S. R. (2023). STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN SIKAP TOLERANSI UMAT BERAGAMA KEPADA PESERTA DIDIK. JIPKIS: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dan Keislaman, 3(1), 97–104. Nugroho, M. T. (2020). Peranan Pembelajaran Agama Islam Dalam Pembentukan Karakter Religius Dan Toleransi Siswa Sekolah Dasar. Journal Evaluation in Education (JEE), 1(3), 91–95. Rahayu, D. W., & Fitriyah, F. K. (2020). Pengaruh Sikap Toleransi terhadap Perilaku Agresif pada Siswa Sekolah Dasar di Kota Surabaya. Jurnal Konseling Gusjigang, 6(2). Rifky, R., & Hardini, A. T. A. (2021). Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Toleransi pada Siswa Kelas Tinggi Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(5), 3055–3061. Wijaya, R., Fahreza, F., & Kistian, A. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Mengembangkan Karakter Toleransi Dan Demokratis Siswa Pada Pelajaran PKN Kelas V Di SD Negeri Paya Peunaga. Bina Gogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6(2). Wulandari, S., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2022). Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Mengembangkan Rasa Toleransi di Kalangan Siswa Sekolah Dasar. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 981–987. 172