Mata Banua
Jumat, 17 Mei 2024
Mewujudkan Penyiaran Berkelas
Redaksi
oleh:
Dr
Dr.. Hamidulloh Ibda,
M.Pd.
Penerbit :
PT Cahaya Media Utama, Banjarmasin
Telah Terverifikasi Administrasi & Faktual
oleh Dewan Pers
No 552/DP-Verifikasi/K/VI/2020
Terbit Pertama Kali :
10 Juli 2006
Pemimpin Umum :
H Fachruddin Nor Ifansyah
Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab:
Zainal Helmie
Penasehat Hukum :
Dr. H Fauzan Ramon, SH, MH
Koordinator Peliputan :
Khaidir Rahman
Manager Produksi :
Mahmud M Siregar
Asisten Manager Produksi :
Rizky Yosfia Ruswita SH MH
Redaktur :
HA Fadillah, Suriani, Rudi Setiawan
Staf Redaksi :
Iin Silvia, Samsu Rizal
Biro-Biro/Perwakilan :
Rizal Fachrani (Jakarta), Herman Hidayat
(Tapin), Muhammad Yusuf (Hulu Sungai
Utara), Rasyid Ridho (Banjarbaru &
Kabupaten Banjar), Ebet Hadiani
(Kotabaru) Risma (Tanah Laut), Akhmad
Alfiannor (Tanah Bumbu), Riyan Maulana
(Tabalong), Wawan Setiawan (Balangan).
Lay Out :
Akhmad Riza, Ronny Friandy, Amril Sofyan,
Taufiqqurahman
Produksi Iklan / IT Web :
Pahliawan Patria
Ibnu Zulkarnain
Wendy Maiyossi Fahril
Pemimpin Perusahaan :
H Fachruddin Nor Ifansyah
Wakil Pemimpin Perusahaan :
Rizky Yosfia Ruswita SH MH
Manager Iklan dan Keuangan :
Hj Noor Diana
Sekretaris Perusahaan :
Jannatul Fazriah
Alamat Redaksi/Bisnis/Sirkulasi :
Jl Lingkar Dalam Selatan Pekapuran Raya
No 87 Rt 32 Kota Banjarmasin 70234
e-Mail :
[email protected]
e-Mail Iklan :
[email protected]
Harga Langganan : Rp 75.000/bulan
dalam kota
Percetakan :
PT Grafika Wangi Kalimantan
Isi Diluar Tanggung-jawab Percetakan
Tarif Iklan :
DISPLAY UMUM :
Hitam Putih (BW)
: Rp 8.000/ mmk
Spot Colour (SC)
: Rp 10.000/mmk
Full Colour (FC)
: Rp 15.000/mmk
DISPLAY HALAMAN MUKA :
Hitam Putih (BW)
: Rp 13.000/mmk
Spot Colour (SC)
: Rp 15.000/mmk
Full Colour (FC)
: Rp 24.000/mmk
DISPLAY HALAMAN BELAKANG:
Hitam Putih (BW)
: Rp 10.000/mmk
Spot Colour (SC)
: Rp 13.000/mmk
Full Colour (FC)
: Rp 22.000/mmk
IKLAN KOLOM
: Rp 8.000/ mmk
IKLAN KELUARGA/
DUKA CITA
: Rp 5.000/ mmk
IKLAN BARIS
: Rp 5.000/ mmk
Dosen INISNU Temanggung, Ketua Dewan
Pengawas dan PJs Direktur Utama LPPL
Temanggung TV 2021-2023
D
IAKUI atau tidak, penyiaran di
Indonesia masih terdapat masalah
yang harus dituntaskan oleh
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
(KPID). Jangankan untuk memproduksi
siaran bernas, terkadang lembaga penyiaran
baik itu publik, swasta, komunitas, dan
lembaga penyiaran berlangganan sangat
sudah menghidupi lembaganya sendiri.
Keresahan ini tentu menjadi problematika
hampir lembaga penyiaran di Nusantara.
Globalisasi dan neoliberalisme media
massa mendorong lembaga penyiaran
berlomba-lomba menjadi “media global”
dan memenuhi selera pasar. Padahal,
sebagai bangsa yang kaya akan budaya,
seharusnya tren penyiaran mempertahankan kecirian lokal yang merujuk
pengetahuan lokal (local knowledge),
kecerdasan lokal (local genius), dan
kearifan lokal (local wisdom) (Spradley,
1979). Hal ini tentu paradoks dengan
realitas sosial karena siaran yang global
belum tentu menjamin jumlah penonton
dan rating lembaga penyiaran baik yang
digital maupun analog.
Dari sisi pers, lembaga penyiaran juga
mengalami masalah dalam penerapan
sembilan ayat jurnalisme yang digaungkan
Kovach dan Rosenstiel (2001). Prinsip
kebenaran, loyal pada masyarakat, disiplin
verifikasi, independensi dari sumber
liputan, pengawas independen pada
kekuasaan, menjadi forum kritik bagi
masyarakat, berjuang untuk hal urgen,
komprehensif dan proporsional, dan
mendengarkan hati nurani rakyat tampaknya sudah tidak terlalu dikenal dan
diterapkan oleh lembaga penyiaran. Jika
lembaga penyiaran sebagai bagian dari pers,
dan pers sebagai penyangga demokrasi
sudah tidak menegakkan Sembilan ayat
jurnalisme, tentu hal ini menjadi tanda-tanda
kehancuran suatu bangsa.
oleh:
Muhammad A
ufal FFresky
resky
Aufal
Penulis buku ‘Empat Titik Lima Dimensi’
S
ETIAP perubahan sosial
kemasyarakatan, biasanya tidak
lepas dari peran kaum muda. Secara
historis, hal itu sudah terbukti. Bagaimana
peran kaum muda sangat vital dalam
memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini.
Tidak cukup sampai di situ, pemuda juga
berkontribusi besar dalam menjatuhkan
kekuasaan Orde Baru, pimpinan Suharto.
Ya, pemuda kala itu, berperan penting
dalam proses ttransisi politik di Tanah Air.
Lebih tepatnya menciptakan era baru yang
biasa dikenal dengan Era Reformasi.
Kemudian yang menjadi pertanyaan, 26
tahun sejak reformasi digaungkan, apakah
kaum muda masih menjadi tumpuan atau
terpengaruh oleh kepentingan tertentu.
Memastikan kebenaran informasi serta
menghindari sensationalisme dan propaganda adalah langkah krusial dalam menjaga
integritas media. Mewujudkan penyiaran
berkelas juga memerlukan inovasi dalam
presentasi konten. Dengan perkembangan
teknologi, media harus mampu memanfaatkan berbagai platform dan format agar
pesan yang disampaikan dapat tersampaikan dengan lebih efektif. Penggunaan
teknologi virtual dan augmented reality,
serta pengalaman interaktif lainnya, dapat
meningkatkan daya tarik konten dan
memperkaya pengalaman pemirsa.
Penyiaran berkelas bukanlah monolog,
tetapi dialog antara media dan masyarakat.
Melibatkan pemirsa dalam proses
penyiaran, baik melalui diskusi, polling,
atau melalui media sosial, dapat meningkatkan interaksi dan memperkuat
hubungan antara media dan pemirsa.
Dengan demikian, media dapat lebih
responsif terhadap kebutuhan dan
keinginan masyarakat.
Dalam konteks ini, setiap negara,
daerah, dan budaya memiliki kekayaan
serta keunikan tersendiri. Penyiaran
berkelas harus mampu menghargai dan
mengedepankan kearifan lokal serta
keanekaragaman budaya dalam kontennya.
Ini tidak hanya meningkatkan representasi
yang adil, tetapi juga memperkaya
perspektif yang disajikan kepada pemirsa
yang bisa dikawal dan diwujudkan oleh
KPI dan KPID di wilayah Indonesia.
Mewujudkan penyiaran berkelas memerlukan komitmen untuk menjaga integritas,
meningkatkan kualitas konten, dan
melibatkan masyarakat secara aktif. Hanya
dengan pendekatan holistik dan kolaboratif, penyiaran dapat menjadi sarana yang
membangun, mendidik, dan menginspirasi
masyarakat menuju arah yang lebih baik.
Jika tidak sekarang, lalu kapan lagi?
ilustrasi
problem solver bagi beragam permasalahan
yang terjadi? Tak terkecuali di bidang
ekonomi?
Kita tahu bahwa, problematika seputar
ekonomi menjadi perbincangan hangat dari
waktu ke waktu. Tak peduli siapa yang
sedang berkuasa, masalah ekonomi selalu
ada. Salah satunya yang paling sering kita
dengar di beragam media massa yaitu
masalah mengenai pengangguran. Bagaimana nasib angkatan kerja kita yang tidak
terserap di lapangan pekerjaan? Terkadang
memang faktanya, apa yang dicari oleh
perusahaan, baik perusahaan plat merah
maupun swasta, tidak sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki para pencari
kerja. Apakah hal tersebut menjadi
tamparan keras bagi institusi pendidikan
tinggi yang bisa dikatakan gagal mencetak
output yang kompeten? Entahlah, saya
tidak bisa mengambil kesimpulan secara
serampangan. Sebab, sepertinya ini
berkaitan dengan banyak pihak. Salah
satunya para pengambil kebijakan. Catatan
ini sebenarnya saya lebih fokuskan pada
peran pemuda agar lebih berdaya dalam
menggerakkan sektor ekonomi. Khususnya
ekonomi kreatif.
Saya percaya betul bahwa generasi
muda kita sangat potensial untuk mengembangkan sektor ekonomi kreatif. Memang,
bagi sebagian orang, mencari pekerjaan
yang sesuai dengan kehendak hati adalah
tidak cukup mudah. Lebih-lebih saingan
semaki banyak dan beragam. Kompetisi
menuntut kompetensi. Perusahaan swasta
dan negeri juga tidak sembarangan dalam
merekrut tenaga kerja. Ada standar tertentu
yang menjadi acuan. Tidak hanya kualitas,
namun juga integritas. Tidak hanya
berdasarkan kepintaran akademik, namun
juga soft skill serta beragam pengalaman
sang pencari kerja. Dalam hal ini, agar tidak
bergitu bergantung dan berharap pada
perusahaan-perusahaan besar, pemuda
sangat dianjurkan terjun sebagai penggerak
ekonomi kreatif. Lantas, apa sebenarnya
yang dimaksud dengan ekonomi kreatif?
Apa saja peluang dan tantangan kaum
muda yang menaruh minat terhadap
ekonomi kreatif?
Secara ringkas, ekonomi kreatif ini
merupakan ekonomi yang berbasis
kreativitas. Hal itu sangat sesuai dengan
karakteristik kaum muda yang biasanya
sangat kreatif dalam menghasilkan jasa atau
produk baru. Bahkan, sebagian generasi
muda saat ini sangat lihai dalam membaca
dan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi. Sehingga sangat berpengaruh
besar dalam memasarkan produk atau jasa
yang dihasilkan. Di Indonesia sendiri, ada
15 subsektor ekonomi kreatif. Di antaranya yaitu bidang arsitektur, desain, film,
video dan fotografi, kuliner, kerajinan,
mode, musik, serta penerbitan dan
percetakan. Kelima belas subsektor
ekonomi kreatif tersebut terbukti mampu
menghasilkan beragam profesi baru di
dunia industri kreatif, mulai dari
copywriter, videogrefer, youtuber,
desainer, vokalis, drumer, gitaris, dan
sebagainya. Semua profesi tersebut sangat
potensial sebagai sarana menjemput rezeki
kita. Tinggal pilih saja sesuai dengan minat
dan ketertarikan kita.
Selanjutnya, dalam penelitian Ririn
(2017), dijelaskan bahwa ada empat peran
ekonomi kreatif terhadap pengembangan
jiwa entrepreneurship. Di antaranya yaitu:
1) Memberikan stimulus perilaku kreatif
dan inovatif atas suatu produk/jasa; 2)
Mengeksplorasi dan mengasah kemampuan/skill sehingga mampu bersaing dalam
dunia kerja; 3) Memberikan pengetahuan
dengan metode learning by doing sehingga
pelaku usaha dapat mempraktikkan secara
langsung materi dan segera mengevaluasi
kekurangan dan kesalahan; 4) Memberikan
pelatihan tentang analisis SWOT
(Strenght, Weakness, Oppurtunity, dan
Threat). Hemat saya, dengan terjun dalam
ekonomi kreatif, pemuda akan dituntut
cekatan membaca peluang. Juga dituntut
untuk lebih berani mengambil risiko.
Semua itu tiada lain tiada bukan untuk
kemajuan usahanya.
Terakhir, kaum muda sebagai harapan
bangsa, sangat dinantikan perannya dalam
menggerakkan ekonomi kreatif. Sebab,
saya pribadi sungguh sangat meyakini
bahwa kaum muda bisa berperan sebagai
konseptor, insiator, dan sekaligus aktor
yang mampu membuat industri kreatif di
negeri ini lebih bergairah. Gagasan dan aksi
nyata kaum muda dalam menciptakan
suatu produk/jasa yang baru dan berbeda
bisa membuat industri kreatif di negeri ini
lebih maju. Rasa-rasanya, kaum muda kita
tidak hanya bisa menjadi konsumen,
namun juga produsen yang mampu
menghasilkan karya-karya luar biasa. Perlu
dipertegas lagi bahwa pemuda adalah
subjek perubahan, Bukan sekadar objek
perubahan. Pemuda harus bangun jiwa dan
raganya untuk bergotong-royong mengembangkan ekonomi kreatif di negeri ini.
Sebab, kita adalah macan, bukan kucing.
Mentalitas sebagai petarung pelu dipupuk
dari sekarang.
Perempuan dan Rayuan Manis Kapitalisme
oleh:
Rusita, S.M.
REDAKSI menerima sumbangan tulisan
opini, artikel maupun surat pembaca
lainnya. Panjang tulisan opini/artikel
maksimal 3 (tiga) halaman kuarto, diketik
dua spasi. Sedangkan surat pembaca
maksimal 1 (satu) halaman kuarto.Semua
isi tulisan opini dan artikel bukan
mencerminkan sikap redaksi dan
merupakan tanggung jawab penulisnya.
Redaksi berhak mengedit tulisan sepanjang
tidak mengubah esensi yang ada. Semua
tulisan harus dilengkapi dengan identitas
diri yang masih berlaku, dikirim Alamat
Redaksi/Bisnis/Sirkulasi:Jl Pekapuran Raya
Rt 32 No 87 Jl Lingkar Dalam Selatan
Banjarmasin 70234
Penyiaran Berkelas
Terwujudnya penyiaran berkelas
menjadi cita-cita bersama dengan indikator
berbobot isi, berkeadilan konten, dan
berjangkauan luas melalui keterlibatan
masyarakat bermuatan kearifan lokal sesuai
daerahnya masing-masing. Dibutuhkan visi
dan misi bernas untuk mewujudkan
penyiaran berkas dengan sejumlah formula.
Pertama, mengembangkan isi siaran
berbobot. Kedua, mengembangan konten
berkeadilan. Ketiga, mengembangan
jaringan penyiaran berjangkauan luas.
Keempat, mengembangan lembaga
penyiaran yang bernas, berkualitas, dan
berbudaya. Kelima, mendorong keterlibatan pengawasan masyarakat yang aktif dan
kritis. Keenam, memperkuat kemitraan
lembaga kolaboratif dan partisipatif.
Ketujuh, memberdayakan masyarakat
dalam penggunaan media. Kedelapan,
menegakkan etika dan kode etik penyiaran.
Kesembilan, mempromosikan kebudayaan
dan kearifan lokal.
Penyiaran berkelas bukanlah sekadar
tentang menghibur, tetapi juga memberikan
nilai tambah kepada pemirsa. Di tengah
arus informasi yang begitu deras, penyiaran berkelas menjadi penting untuk
mengangkat standar kualitas konten yang
disajikan kepada masyarakat. Penyiaran
berkelas tidak hanya berkutat pada aspek
teknis produksi, tetapi lebih kepada
substansi dan dampak yang dihasilkan.
Sebuah program yang berkelas harus
mampu memberikan edukasi, menginspirasi, dan mengangkat nilai-nilai positif bagi
pemirsa. Hal ini memerlukan pemikiran
mendalam dalam merancang konten,
pemilihan narasumber yang berkualitas,
serta pengemasan yang menarik.
Integritas dan kredibilitas merupakan
fondasi utama dalam penyiaran berkelas.
Media harus tetap independen dan tidak
Pemuda sebagai Penggerak Ekonomi Kreatif
TELEPON PENTING
3368571
3251411
3353003
4412952
3252473
3261244
3300463
3368305
4721110
2772266
3257472
3300741
3352225
3354896
3368422
3253111
3252570
4772380
7500911
9110911
justru harus dituntaskan. Pertama, masalah
kelembagaan yaitu berupa kelengkapan
organisasi, perizinan (lembaga penyiaran
illegal), gaji dan kesejahteraan karyawan,
mutu sumber daya manusia, dan pengelolaan. Kedua, pelanggaran pada lembaga
penyiaran. Di Jawa Tengah misalnya,
KPID Jawa Tengah pada 2023 melakukan
teguran kepada 11 lembaga penyiaran
karena melakukan 32 pelanggaran yang
didominasi penyiaran iklan sensitif, dan
122 indikasi pelanggaran siaran Pemilu
(Kpid.jatengprov.go.id, 2023).
Ketiga, konglomerasi media yang
mengindikasikan lembaga penyiaran
dimiliki segelintir orang dan mengecilkan
ruang dan proses demokratisasi. Keempat,
lemahnya kewenangan KPID yang sekadar
“menjatuhkan” sanksi administrasi kepada
lembaga penyiaran yang melanggar
peraturan (FNH, 2016). Kelima, pengawalan Pilkada pada 35 puluhan daerah di
tiap provinsi yang akan melaksanakan
pemungutan suara pilkada pada 27
November 2024. Keenam, pengawalan
penghentian siaran televisi analog atau
analog switch off (ASO) sesuai amanat
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja. Ketujuh, pengawalan
siaran digital pada media baru dan
persiapan RUU Penyiaran.
Sebagai lembaga yang bertanggung
jawab atas pengawasan dan pengaturan
penyiaran di tingkat regional, KPID
memiliki tanggung jawab besar dalam
memastikan bahwa penyiaran di wilayahnya berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip
demokrasi, keadilan, dan keberagaman.
Oleh karena itu, dibutuhkan visi dan misi
yang dibangun oleh KPID menjadi sangat
penting sebagai panduan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam
mewujudkan siaran yang berbobot isi,
berkeadilan konten, dan berkelas jangkauan.
Pekerjaan Rumah
Selain masalah global tersebut,
sebenarnya lembaga penyiaran dan KPI/
KPID memiliki pekerjaan rumah yang
Catatan:
Harga belum termasuk PPN 10%
Pembayaran dimuka
Polda Kalsel
Poltabes Banjarmasin
Polsek Banjar Tengah
Polsek Banjar Barat
Polsek Banjar Timur
Polsek Banjar Selatan
Polsek Banjar Utara
KPPP Poltabes Banjarmasin
Polres Banjar
Polresta Banjarbaru
RSUD Ulin
RS Ansyari Saleh
RS Suaka Insan
RS Islam
RS DR Soeharsono
RS Siaga
RS Sari Mulia
RSUD Banjarbaru
PMK Hippindo
Rescue 911
8
D
IKUTIP dari Suara.com, saat
menyampaikan pengantar di
hadapan wakil sekira 40 negara
partisipan dalam The 2nd UN Tourism
Regional Conference on the Empowerment
of Women in Tourism in Asia and The
Pacific, Wakil Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela
Tanoesoedibjo mengenalkan tentang tokoh
kesetaraan gender Tanah Air. Serta
menyatakan pentingnya peran kaum Hawa
dalam bisnis pariwisata.
Dalam Konferensi Pariwisata PBB
Kedua tentang Pemberdayaan Perempuan
di Asia dan Pasifik tersebut, harapan yang
diinginkan adalah agar diskusi yang mereka
gelar dapat menginspirasi seluruh kaum
perempuan.
KEMULIAAN ALA KAPITALIS
Dunia mendorong keterlibatan
perempuan dalam dunia pariwisata sebagai
upaya untuk mewujudkan kesetaraan
gender. Kampanye kesetaraan gender
membuat perempuan berbondong-bondong
mengejar karir sebagai wanita pekerja,
hingga mengesampingkan peran utamanya
sebagai perempuan yang sesuai dengan
fitrahnya.
Sistem kapitalisme telah menggeser
makna kemuliaan bagi perempuan, yaitu
perempuan hanya akan dihargai jika
menghasilkan uang. Daya tarik kapitalisme
menyuasanakan perempuan sedemikian
rupa sehingga terjerat berbagai kepentingan
kapitalis. Mantra yang selalu diucapkan
adalah “Perempuan berdaya jika menghasilkan materi (uang)”. Alhasil, pemberda-
yaan perempuan dalam ekonomi dinilai
penting untuk ditingkatkan. Negara pun
juga diarahkan dunia untuk mengembangkan sektor non strategis termasuk
pariwisata, sementara sektor strategis
seperti penguasaan SDA dikuasai oleh
negara penjajah.
Padahal Upaya tersebut justru merusak
fitrah perempuan, dan akan membahayakan
nasib anak-anaknya, baik karena ibu bekerja
maupun dampak buruk pariwisata yang
berpotensi menimbulkan perang budaya.
Sejatinya Perempuan menjadi korban
kegagalan sistem ekonomi kapitalisme
dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat,
perempuan dijadikan sebagai sasaran
empuk karena dianggap bisa meraih
keuntungan dan penggerak ekonomi.
Rayuan manis kapitalisme telah mengubah
pola pikir perempuan hari ini untuk
menjadi perempuan pekerja agar berdaya
dan setara dengan laki-laki. Padahal lakilaki dan perempuan memiliki peran
masing-masing dalam kehidupan.
ISLAM MEMULIAKAN PEREMPUAN
Islam memiliki sistem ekonomi yang
tangguh yang akan menjamin kesejahteraan rakyat termasuk perempuan dengan
berbagai mekanismenya. Dalam islam,
perempuan dijaga fitrahnya dan dijamin
kesejahteraannya oleh negara. Oleh karena
itu perempuan dalam sistem islam yang
diterapkan dalam daulah khilafah dipersiapkan untuk memaksimalkan perannya
sebagai ummu warabatul bait dan
madrasatul ula yang mampu mencetak
generasi cemerlang.
Islam menjadikan perempuan mulia
bukan diukur dari jumlah materi yang
dihasilkannya.
Wallahu’alam.