Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
4 pages
1 file
Artikel ini menganalisa mengenai peran dan tantangan Indonesia yang terpilih menjadi Dewan Keamanan PBB setelah terakhir kalinya pada masa menteri luar negeri Adam Malik di tahun 1970-an.
Jurnal Kajian Lemhannas RI, 2019
Pada awalnya kemunculan beragam organisasi dan rezim internasional-yang diyakini sebagai resultansi sekaligus ejawantah pemikiran dan pemahaman kaum pendukung liberalisme hubungan internasional-, menjadi sebuah optimisme global akan terwujudnya tata dunia yang adil, damai, dan seimbang. Pada awalnya ide ini tak berjalan mulus dengan koyak-moyaknya kesepakatan perdamaian dalam kerangka Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dengan meletusnya Perang Dunia Ke-II pada 1939-1945. Dalam perkembangannya, preseden buruk ini perlahan bisa ditepis melalui kemunculan dan eksistensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai lembaga supranasional penerus LBB pasca Perang Dunia Ke-II, setidaknya sampai hari ini. Namun demikian, tak dimungkiri bahwa anasir realisme klasik warisan perang dunia masih kental mewarnai sepak terjang lembaga supranasional ini, terlebih lagi apabila menilik Dewan Keamanan PBB (DK PBB), salah satu lembaga paling strategis dan prestisius yang dimiliki. Sangat sulit untuk berekspektasi bahwa DK PBB-dengan fokus dan spesialisasi penanganan isu-isu perdamaian dan keamanan global-, mampu mewujudkan cita-cita tata dunia yang adil, damai, dan seimbang, apabila merujuk pada struktur, keanggotaan, hingga produk-produk organisasionalnya. Terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB keempat kalinya untuk periode 2019-2020 menjadi sebuah "harapan baru" untuk mengikis sedikit demi sedikit anasir realisme klasik dan hegemoni global negara-negara pemenang Perang Dunia Ke-II yang didapuk sebagai anggota tetap badan PBB tersebut. Pemerintah Indonesia dengan segala perangkat kebijakan luar negerinya sudah seyogianya merumuskan cetak biru yang jelas agar kepentingan nasional dan cita-cita perdamaian dunia sebagaimana yang termaktub dalam Preambul UUD NRI 1945 Alinea Ke-4 bisa diwujudkan secara konkret.
Pendekatan yang luas telah menyebabkan masuknya beragam kelompok ke dalam payung terorisme, seringkali dengan bukti atau proses yang terbatas (Klare, 2001; Akaslar & Akaslar, 2019). GWOT telah dirusak oleh praktik-praktik diskriminatif, termasuk profiling rasial, penahanan sewenang-wenang, dan penggunaan cara penyampaian yang luar biasa (Perkins, 2004; Feldman, 2009). Semua ini berdampak besar pada komunitas Muslim, memicu Islamofobia dan kebencian terhadap Barat (Atran & Sageman, 2008; Saeed, 2009). Tetapi sebetulnya tidak sebatas itu. GWOT bahkan dituding oleh berbagai kalangan kritis sebagai upaya mencari-cari alasan yang ditepat-tepatkan untuk memusuhi Islam.
Jurnal Pertahanan, 2016
Semakin pentingnya PBB dan diplomasi multilateral bagi Indonesia, Indonesia harus mengoptimalkan potensi perannya dalam mendorong partisipasinya pada operasi pemeliharaan perdamaian PBB sebagai suatu instrumen kebijakan luar negeri bebas dan aktif. Indonesia telah meningkatkan peran dan inisiatifnya dalam operasi Pasukan Pemeliharaan Perdamaian PBB pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014) sebagai implementasi dari kebijakan luar negeri Indonesia yang kreatif dan dinamis. Tulisan ini juga akan membahas tantangan dan peluang dalam memperkuat partisipasi Indonesia pada operasi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB. Pemerintah Indonesia perlu menyusun suatu kebijakan nasional yang mempromosikan kepentingan nasional Indonesia dalam misi pemeliharaan perdamaian PBB. Menjadi sepuluh besar negara kontributor pasukan pada operasi pemeliharaan perdamaian PBB akan menjadi suatu perjalanan yang bersejarah bagi Indonesia pada dekade-dekade berikutnya. Penyusunan suatu Buku Putih Partisipasi pada Misi Pemeliharaan Perdamaian Internasional akan menjadi langkah penting yang pertama. Kata Kunci : Perserikatan Bangsa-Bangsa, pemeliharaan perdamaian, kebijakan luar negeri
LAW REFORM
International community agrees that there is requires of a framework that is complied with, namely the determination of when violations of international peace and security, the institution or organ that has the right to determine it is the United Nation of Security Council. The reality is that the exercise of this authority is not easy to realize which causes the major powers to end up exercising power without the mandate of the UNSC or waging war which is then qualified as an unjust war. The purpose of this study aims to inventory the problems that encompass authority so that an unjust war occurs, using normative juridical methods using sovereignty theory and jurisdiction will explore the problematic dynamics of the state and the UNSC. The results of the study show that the problem of the occurrence of unjust war can be divided into two phases, namely the beginning of the formation of the United Nations or during the Cold War, as well as the post-cold war which has implications for how large countries use the UN system to resolve conflicts, then the need for a norm conflict resolution mechanism in the UN charter at one side is related to the great authority of the UNSC to determine threats to peace along with the actions that need to be taken, but on the other hand it is necessary to reform the decision making system that relies on the use of veto rights as the main obstacle that must be changed.
Tulisan ini menganalisis kekuasaan hak veto dari negara-negara besar di dalam setiap pengambilan keputusan Dewan Keamanan PBB, termasuk mengenai peran Indonesia dalam kancah internasional.
Di dalam dunia internasional yang semakin dinamis, perkembangan ilmu hubungan internasional menjadikan setiap kasus dan kajian yang dibahas dalam ilmu tersebut menjadi salah satu fokus yang sangat luas dalam berbagai tingkat studi bagi seluruh penstudi HI yang ada. Persoalan politik-keamanan ini melibatkan aspek yang sangat luas, bukan hanya di dominasi oleh persoalan dan dimensi internasional, melainkan juga faktor domestik karena sejatinya dunia internasional merupakan kelanjutan dari apa yang terjadi di dunia politik domestik. Perkembangan lingkungan global yang sangat dinamis ini membuat peran masyarakat dunia menjadi aktif di segala bidang hingga peranan yang dihasilkan oleh setiap individu masyarakat memberi pengaruh yang sangat signifikan terhadap seluruh kebijakan pemerintah dalam dunia internasional. Oleh karena itu, kebijakan luar negeri tidak berada di ruangan yang vakum, yang di mana hanya berada di lingkungan negara saja melainkan integrasinya masyarakat internasional dalam persoalan global dan lokal dari seluruh fenomena yang terjadi dunia internasional. Permasalahan dan tantangan politik dan keamanan dalam perkembangan dunia yang begitu cepat dan global, namun tidak menentu, membutuhkan analisis serta cara baru untuk untuk memperkuat politik luar negeri Indonesia di dalam agenda kemanan yang sangat luas. Kapasitas negara Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai tantangan masalah keamanan yang lebih kompleks daripada apa yang dihadapi oleh negara maju. Oleh karena itu, pembangunan nasional sangat dibutuhkan dalam politik luar negeri Indonesia, dinamika sistem dan manajemen politik serta pemerintahan masih dihadapkan pada proses-proses perpolitikan domestik yang belum mapan. Perubahan dan Kompleksitas Sistem Internasional Dunia dan masyarakat internasional terus berubah secara dinamis sebagai konsekuensi dari perkembnagan peradaban umat manusia yang begitu dinamis dan tak pernah henti. Oleh Karena itu berbagai macam pendekatan dan analisis internasional serta ilmu politik juga memerlukan penyegaran untuk dapat menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi. Dalam konteks demikian, untuk dapat mencapai tujuan keamanan nasional, maka penyusunan strategi dan kebijakan politik luar negeri Indonesia serta praktik diplomasinya perlu mempertimbangkan
Éditions La Dondaine, Medium.com, 2024
Book:Computational Practices and Applications for Digital Art and Crafting Chapter 4: The Concept of Digital Art and Refik Anadol Sf:80-93, 2024
Explicaciones de los Caprichos de Goya, Tomo I. , Lugo.Ta ta ta. ISBN978-84-09-09-55000-5, 2023
“Lo has escuchado? Lo has sentido?!”, 2024
International Forestry Review, 2004
Ott/Superalloy, 2012
Annals of the Bhandarkar Oriental Research Institute 2021 ISSN: 0378-1143, 2024
Eating Behaviors, 2003
Sustainability, 2020
American Economic Journal: Macroeconomics, 2022
Forum Philosophicum, 2000
Flux, 2003
Radiology and Oncology, 2010