RESUME BUKU
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“Menghadapi Pembelajaran Abad 21”
Penulis buku : Iskandar, S.Ag.,M.Pd.,M.S.I.,M.H.,Ph.D.
Dosen Pengampu:
Iskandar,M.Pd.,Ph.I
Disusun Oleh:
Riska (201220275)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI TAHUN
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas resume dari mata kuliah psikologi Pendidikan untuk meresume sepuluh bab dari buku yang berjudul "Psikologi Pendidikan : Menghadapi Pembelajaran Abad 21”
Pada kesempatan ini Saya juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Iskandar,M.Pd.,Ph.I selaku dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan Sekaligus Penulis Buku tersebut yang sudah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tugas ini.
Saya jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik untuk saya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan saya, maka saya mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan evaluasi saya demi pembuatan tugas resume yang lebih baik lagi di masa yang akan datang, mengingat bahwa kritik dan saran merupakan hal-hal yang penting untuk membuat sesuatu yang lebih sempurna dari sebelumnya.
Mudah-mudahan tulisan yang saya buat ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca sekalian. Saya memohon maaf apabila terdapat kalimat yang kurang berkenan dalam penulisan ini.
Jambi, 16 Maret 2024
Penulis
BAB I
Konsep Psikologi Pendidikan Dalam Pembelajaran Abad 21
Konsep Psikologi Anak
Secara etimologis ,psikologi berasal dari kata Yunani “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan
Psikologi Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu pengetahuan karenadidalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu , yakni :
Ontologis; obyek dari psikologi Pendidikan adalah perilaku – perilaku individu yang terlibat langsung dengan Pendidikan, admistrator, orang tua peserta didik (stakeholders) masyarakat Pendidikan.
Epistemologi; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil-dalil psikologi Pendidikan dihasilkan berdasarkan kajian ilmiah (rasional sistematis, dan empiris) melalului studi longitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
Aksiologis; manfaat dari psikologi terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi proses Pendidikan (Ahmad Sudrajat 2008).
Arti Penting Psikologi Pendidikan Bagi Pendidikan Dan Peserta Didik
Disini berbicara pentingnya psikologi Pendidikan bagi guru dan dosen (pendidik). Keharusan guru dan dosen memperole dan menguasai psikologi Pendidikan merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki guru dan dosen yaitu kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2005) berpendapat bahwa diantara pengetahuan yang harus dimiliki guru dan dosen serta calon pendidik adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses Pendidikan dan pembelajaran peserta didik.
Dengan memahami konsep psikologi Pendidikan, guru dan dosen (pendidik) dapat mengimpentasikan melalui pertimbangan psikologi dalam upaya:
Mengembangkan tujuan pembelajaran secara tepat.
Memiliki strategi atau metode pembelajaran yang sesuai yang relevan dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik.
Memberikan nasehat atau tauladan kepada peserta didik.
Mendampingi atau memfasilitasi pembelajaran siswa.
Ciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
Membangun interaksi secara tepat dengan peserta didik.
Mengevaluasi proses dan hasil hasil belajar yang adil.
BAB II
Perkembangan Individu Dalam Pembelajaran Abad 21
Perkembangan Peserta Didik Secara Didaktis
Syamsu Yusuf (2003) mengemukakan beberapa tahapan perkembangan individu dengan menggunakan pendekatan didaktis, sebagai berikut:
Masa usia pra sekolah
Masa usia pra sekolah terbagi dua yaitu: (1) masa vital dan (2) masa estetik.
Masa vital; pada masa ini individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam duniannya.
Priode estetik; priode ini dianggap sebagai priode perkembangan kesadaran estetik.Anak-anak mengeksplorasi keindahan dan belajar melalui panca indra mereka.
Langkakah-langkah penting dalam membesarkan anak pada tahapan ini adalah:
Pendidikan sangat ketat
Dorongan untuk belajar
Melatih anak untuk patuh
Pengawasan anak
Pencegahan perilaku tidak etis
Membangun hubungan dengan contoh yang baik
Usia Pendidikan menengah (remaja)
Usia Pendidikan menengah bertepatan dengan masa remaja dan secara akurat dibagi menjadi tiga bagian.
Masa remaja awal
Hal ini sering ditandai dengan karakteristikfisik dan mental negatif, hasil, dan sikap sosial.
Masa remaja
Pada titik ini, motivasi untuk hidup mulai tumbuh dan kebutuhan akan teman yang dapat memahami dan dapat membantunya tumbuh.
Masa remaja akhir
Ketika masa remaja menentukan kedudukan hidupnya.
Usia Pendidikan tinggi (18 samapai 25 tahun)
Priode ini dapat dibagi dari remaja akhir sampai dewasa awal atau usia pertengahan dan merupakan Lembaga kehidupan disekolah. Tantangan perkembangan yang harus dicapai pada masa dewasa (setelah 21 tahun) adalah;
Pemilihan pasangan
Belajarlah untuk hidup dengan pasangan anda
Mulailah hidup dengan pasangan hidup
Penitipan anak
Bisnis keluarga
Cara berangkat kerja
Bertanggung jawab sebagai warga negara
Mencari grup yang cocok
BAB III
Membangun Kecerdasan Abad 21
Kecerdasan Intelektual (IQ)
Kecerdasan intelektual (IQ) adalah kecerdasan dasar yang terkait dengan proses kognitif dan pembelajaran dengan menggunakan keterampilan matematika logis dan keterampilan kognitif (menulis, membaca, menyimpan, menghitung dan merespon).Kecerdasan ini disebut kecerdasan rasional karena menggunakan hubungan potensial untuk memecahkan masalah.
Kecerdasan Emosi Emotional Quotie (EQ)
Inti dari kecerdasan ini adalah mencakup kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi, dan hasrat antar-pribadi ini lebih menekankan pada aspek kognisi atau pemahaman.
Disebutkan adanya lima domain kecerdasan pribadi dalam bentuk kecerdasan emosional, (a) kemampuan mengenali emosi diri (b) kemampuan mengelola emosi (c) kemampuan memotivasi diri (d) kemampuan mengenali emosi orang lain (e) kemampuan membina hubungan sosial.Berikut adalah uraian dari ke lima wilayah di atas.
a. Kemampuan mengenali emosi diri
Pengenalan emosi diri sendiri adalah kemampuan seorang untuk mengenali emosinya ketika emosi itu muncul. Sering dikatakan bahwa ini adalah dasar dari kecerdasan emosional. Anda dapat mengenali emosi anda dan membuat keputusan secara teratur ketika anda peka dan peka terhadap perasaan anda yang sebenarnya.
Kemampuan mengatasi / mengelola emosiMengelola emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosinya agar tidak meledak atau mempengaruhi perilaku yang salah .
Motivasi diri
Motivasi diri adalah kemampuan untuk mendorong diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik atau berguna.
Kemampuan untuk memahami emosi orang lain (empati)
Kemampuan untuk memahami emosi orang lain (empati) adalah kemampuan untuk memahami emosi dan kebutuhan orang lain untuk membantu anda memahami.
Kemampuan membangun hubungan sosial
Kemampuan membangun hubungan sosial adalah kemampuan menghadapi emosi orang lain, mengembangkan keterampilan sosial yang tinggi, dan meningatkan hubungan. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung lebih banyak berteman , bergaul, dan menjadi lebih popular.
Kecerdasan Spritual spiritual Quontient (SQ)
Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan kemampuan individu terhadap mengelola nilai-nilai, norma-norma dan kualitas kehidupan dengan memanfaatkan kekuatan-kekuatan pikiran bahwa sadar atau lebih dikenal dengan suara hati (god spot).
Urgensi Pendidikan IQ,EQ, dan SQ
Jika kita tidak bisa berbicara tentang kecerdasan emosional dan spiritual yang terukur, seperti berbicara tentang IQ yang dapat diukur, setidaknya dalam hal kecerdasan emosional dan spiritual kita dapat mulai berbicara terbuka berkaitan dengan hal ini.
Konsep Kecerdasan Ruhiologi dalam Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional
Dengan berkembangnya kecerdasan emosional (eq) dan kecerdasan spiritual (SQ), ini menunjukkan makna bahwa kecerdasan yang dimiliki oleh manusia semakin luas.Kecerdasan tidak dapat dijelaskan dengan sendirinya dalam batas istilah intelektual.
BAB IV
Kemampuan Berfikir bad 21
Kemampuan berpikir dalam perspektif historis .
Sejarah berpikir pada zaman Socrates.
Kemampuan berpikir historis dan dampaknya terhadap pemahaman konsep kemampuan berpikir itu sendiri. Barat merupakan dasar terbentuknya pemikiran Aristoteles, Platon dan Socrates, serta dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan.Berpikir kritis menuntun para pemikir menuju kebenaran.Menemukan manusia dalam kebenaran, proses berpikir kritis membedakan antara baik dan jahat, buruk dan jahat. Tentu saja, dasar yang membekali seseorang dengan kemampuan berpikir kritis adalah pengetahuan, pengalaman, dan argumentasi, yang menurut tradisi islam diakhiri dengan hikmah.
Sejarah pemikiran modern.
Beberapa filsuf abad ke-20, psikologi dan pendidik, termasuk Gilford, Dewey, Myers, Bayer dan Bloom,memberikan kontribusi yang signifikan untuk pengembangan kemampuan berpikir manusia seperti menjamin Bloom dan rekan-rekannya, termasuk Krathwohl, menjelajahi Socrates’ konsep menggunakan masalah ketika menggunakan domain kognitif berdasarkan keterampilan berpikir.
Konsep kemampuan berpikir
Kemampuan berpikirbersifat reflektif dan berorentasi pada proses intelektual termasuk pembentukan (conceptualizing), penerapan, analisis, pengumpulan (sintesis) atau pengamatan konsep dan evaluasi informasi yang dihasilkan oleh pengalaman.
Berpikir kritis dan kreatif
Pengertian kemampuan berpikir kreatif dibuat dengan menggunakan pikiran untuk menciptakan ide-ide baru, kemungkinan-kemungkinan baru, dan penemuan-penemuan baru berdasarkan orisinalitas produksinya
Domain Afektif ( Affective Domain )
Setelah kita berbicara dengan konsep, definisi dan domain kognitif dalam kemampuan berpikir, kita akan membicarakan pula satu lagi domain penting yang telah disebut di atas, iaitu domain afektif.Domain afektif merupakan area penting dalam kehidupan manusia.
Pengembangan Aktivitas, Kreativitas dalam Proses Pembelajaran.
Proses pembelajaran yang berlaku di dalam kelas merupakan satu proses yang saling melengkapi dan melibatkan dua pihak iaitu pihak pendidik (guru atau dosen) yang mengendalikan pengajaran dan pihak peserta didik (siswa atau mahasiswa) yang menjalani proses pembelajaran.Dalam proses pembelajaran peserta didik perlu diupayahkan pengembangan aktivitas, kreativitas dan motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran. E Mulyasa (2003) mengutip ide-ide Gibbs, sebagai berikut.
Menyarankan apa yang diperlukan untuk membantu peserta didik belajar lebih aktif dan kreatif.
Memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk berkomunikasi secara ilmiah dan bebas.
Libatkan siswa dalam menetapkan tujuan pembelajaran dan penilaian.
Memastikan pengawasan yang lebih ketat dan tidak sewenang-wenang.
Berpastisipasi secara aktif dan kreatif dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Pentingnya Kemampuan Berpikir Kreatif di Abad 21
Kemampuan berpikir kreatif menjadi keharusan utama yang harus dikembangkan oleh Pendidikan dan peserta didik menghadapi tantangan Pendidikan di abad 21, perkembangan teknologi informasi saat ini menjadi tidak dapat dibendung dan dielakan terutama dalam terselenggaranya yang tidak mengenal ruang, jarak dan waktu serta tempat yang tidak terbatas.Peningkatan kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat dari indikator berpikir kreatif.
BAB V
Motivasi Pembelajaran Abad 21
Arti Penting Motivasi dalam Pembelajar
Motivasi belajar adalah motivasi yang diterapkan pada kegiatan belajar mengajar, serta motivasi mental peserta didik secara keseluruhan untuk memicu kegiatan belajar, dan menjamin kelangsungan belajar untuk mencapai tujuan (Winkels, 1987). Motivasi dan pembelajaran adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah kegiatan yang mengubah perilaku melalui latihan dan pengalaman dan ditingkatkan dengan penguatan berbasis tujuan. Motivasi merupakan salah satu dermainan penting dalam proses pembelajaran, seseorang peserta didik tidak mempunyai motivasi untuk belajar, maka tidak akan mungkin aktivitas belajar terlaksana dengan baik, sedangkan bagi guru (pendidik) apabila tidak mempunyai motivasi motivasi untuk mengajar ilmunya kepada peserta didik juga tidak ada proses pembelajaran. Motivasi pembelajaran adalah daya penggerak dalam diri untuk terlibat dalam kegiatan belajar untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman. Motivasi ini muncul untuk mengetahui, memahami, mendorong dan membimbing minat belajar, serta memotivasi peserta didik untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan berhasi.
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal peserta didik untuk mengubah perilaku dan antusiasme mereka secara umum, atau keinginan mereka untuk belajar dengan lebih anstusias. Indikator atau pedoman berikut dapat digunakan sebagai kriteria untuk memotivasi peserta didik untuk belajar.
Keinginan dan keinginan untuk sukses akademik.
Keinginan, antusiasme, dan kebutuhan untuk belajar.
Kami menghargai harapan dan aspirasi kami untuk masa depan.
Kegigihan penghargaan dalam proses pembelajaran.
Adanya lingkungan yang memfasilitasi pembelajaran yang baik.
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal peserta didik untuk mengubah perilaku dan antusiasme mereka secara umum, atau keinginan mereka untuk belajar dengan lebih antusias.
Dasar-dasar pemberian motivasi.
Salah satu kewajiban utama seseorang pendidik adalah melakukan memotivasi peserta didik agar lebih bersemangat atau peserta didik termotivasi untuk belajar. Ada dua kemungkinan motivasi bagi peserta didik (students).
Motivasi untuk melakukan sesuatu dan untuk meningkatkan perasaan pribadi didorong oleh keinginan, cita-cita, harapan (motivasi internal) dan motivasi yang datang dari luar diri peserta didik (motivasi eksternal).Tugas seorang guru dan dosen (pendidik) disini dituntut sebagai motivator untuk mendorong, menggerakkan supaya peserta didik melakukan atau tidak melakukan sesuatu untuk tercapainya tujuan pembelajaran di kelas. Petunjuk praktis yang perlu dilakukan oleh guru ( pendidik) dalam membangkitkan motivasi peserta didik belajar di kelas, sebagai berikut.
Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Hadiah / Reward. Memberikan hadiah untuk peserta didik yang berprestasi.
Saingan / kompetensi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara peserta didiknya untuk meningkatkan prestasi belajarnya .
Pujian. Sudah sepantasnya peserta didik yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujiaan.
Hukuman. Hukuman diberikan kepada peserta didik yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar.
Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal kepada peserta didik.
Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Membantu kesulitan belajar anak didik secara individu maupun kelompok.
Menggunakan metode yang bervariasi
Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi belajar dapat menimbulkan daya ransangan baik dari dalam (internal) maupun luar (eksternal) diri peserta didik yang menyebabkan rangsangan untuk belajar dengan sungguh-sungguh dengan cara tertentu untuk mencapai tujuan yang dinginkan.
Peranan Motivasi dalam Proses Pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan seseorang individu (jasmani dan rohani), kegiatan pembelajaran tidak perna dilakukan tanpa adanya dorongan atau motivasi yang kuat dari dalam diri individu ataupun dari luar individu yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik sangat membutuhkan adanya motivasi, baik motivasi internal maupun motivasi eksternal.
Strategi Pendidikan Memotivasi Peserta Didik untuk Belajar.
Inti dari motivasi dalam belajar adalah dorongan internal dan eksternal pembelajaran, atau keinginan untuk belajar, untuk mengubah perilaku dan antusiasmenya secara keseluruhan. Indikator atau pedoman berikut dapat digunakan sebagai kriteria untuk memotivasi belajar peserta didik.
Keinginan dan keinginan untuk sukses akdemik.
Keinginan, antusiasme dan rasa ingin tahu.
Memiliki harapan dan cita-cita untuk masa depan.
Adanya reward dalam proses pembelajaraan.
Memiliki lingkungan yang kondusif untuk belajar dengan baik.
Dari indikator di atas, hasil belajar peserta didik dapat diukur dalam bentuk perubahan perilaku peserta didik yaitu semakin bertambahnya pengetahuan peserta didik terhadap sesuatu, sikap dan keterampilan.
BAB VI
Tujuan Instruksional Dalam Pembelajaran Abad 21
Pentinya Tujuan Instruksional Dalam Pembelajaran.
Tujuan instruksional adalah tujuan pembelajaran yang harus dibuat oleh pendidik sebagai pedoman atau kerangka kerja pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah untuk mengimplementasikan kerangka kegiatan yang dilakukan dalam bentuk kurikulum sebagai rencana pembelajaran sebagai pokok-pokok bahasan yang dapat diterapkan pada pembelajaran di kelas. Tujuan instruksional merupakan suatu keharusan bagi pendidik dalam rangka merumuskan atau merancang bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik.
Penggunaan Tujuan Instruksional dalam Pembelajaran.
Kegunaan tujuan instruksional dapat berfungsi sebagai acuan atau pedoman bagi pendidik dalam membantu pendidik merancang materi, memilih metode dan strategi pembelajaran yang tepat serta memilih sumber belajar yang variatif serta penilaian yang tepat. Tergantung pada tujuannya, peserta didik akan diajar dengan cara yang benar untuk pembelajaran yang berhasil. Oleh karena itu, tujuan pelatihan dan penggunaan indikator didasarkan pada.
Pengembangan instrument ( sebelum dan sesudah pembelajaraan)
Merancang strategi didaktik.
Memilih spesifikasi alat dan sumber belajar yang sesuai dan variative.
Melaksanakan proses pembelajaran.
Memilih metode dan strategi pengajaran yang sesuai.
Merancang penilaian.
Tujuan instruksional dalam proses pembelajaran berkaitan erat dengan kriteria pemilihan pra-penilaian, rencana program, strategi pembelajaran dan dukungan memilih alat dan sumber belajar yang variative, kemungkinan akan dapat membentuk metode penilaian yang sesuai, dengan artian penilaian dapat mengukur isi dari tujuan instruksional yang dijalankan (Martinis, 2006:25).
Taksonomi Tujuan Instruksional
Taksonomi merupakan bagaimana mengkategorikan tujuan instruksional secara bertingkat yang lebih tinggi, langkah demi langkah dan bertahap tujuan instruksiona. Adapun penjelasan tentang taksonomi atau metode klasifikasi tersebut sebagai berikut.
a.Ranah Kognitif (pemahaman)
Tujuan ranah kognitif berorientasi kepada kemampuan “berfikir”, mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntutkan peserta didik untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kawasan kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat “pengetahuaan” sampai ketingkat yang paling tinggi yaitu “evaluasi”.
Adapun penjelasan masing-masing ranah kognitif yang terdiri dari enam tingkatan dengan asfek belajar yang berbeda-beda . Keenam tingkat tersebut.
Pengetahuan.
Pengetahuan di sini menuntut peserta didik untuk mampu mengingat (recall) informasi yang telah perna dipelajari, diterima sebelumnya dan dingat kembali. Misalnya, metode, kaidah, fakta, terminology, rumus, strategipemecahan masalah, dan sebagainya.
Contoh, tujuan insrtruksional khusus:
Peserta didik mampu menyebut kembali rukun islam dan rukun iman.
Pemahaman (comprehension)
Pemahaman di sini dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi mata pelajaran yang telah dipelajari, diketahui. Dalam hal ini peserta didik diharapkan dapat menerjemahkan, atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri.
Contoh:
Peserta didik dapat menjelaskan tentang tata cara shalat.
Penerapan (application)
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya penerapan dalam suatu konsep yang dalam situasi yang baru, penerapan aturan baru yang telah ditetapkan, ,mendemonstransi penggunaan metode, prosedur yang benar.
Contoh:
Peserta didik dapat mematuhi tata tertib sekolah.
Analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan, membedakan, dan memilah dalam bagian-bagian atau komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi atau menyelesaikan suatu yang kompleks ke bagian yang lebih sederhana sehingga struktur-strukturnya dapat di pahami. Misalnya, peserta didik diharapkan dapat mengidentifikasi bagian-bagian, membedakan fakta dan kesimpulan atau teori dengan praktis.
Peserta didik dapat menganalisis sejauhmana bahaya atau pengaruh narkoba dalam merusak generasi muda.
Jenisa-Jenis Tujuan Instruksional dalam Pembelajaran
Secara umum tujuan instruksional dapat dibagi menjadi dua, tetapi sebagian besar pendidik masih masih mempertahankannya. Kata instruksional dapat diganti dengan kata pembelajaran sebagai berikut.
Tujuan instruksional umum (TIU) atau yang dikenal dengan istilah saat ini adalah kompetensi dasar (KD). Dalam bahasa asing sering disebut sebagai goal, terminal,objective, dan target objective.
Tujuan atau indikator Pendidikan khusus yang dikenal dalam bahasa asing adalah sebagai berikut: tujuan aktivitas, tujuan dependen dan tujuan dukungan (tujuan validasi, tujuan dependen, tujuan penyangga).
Tujuan instruksional kadang-kadang disebut sebagai tujuan kurikulum atau tujuan pembelajaran. Adapun yang dimaksud indikator adalah perilaku yang ingin dicapai peserta didik dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Dari posisi kandungan dan kedudukan antara kedua tujuan tersebut, maka tujuan intruksional khusus merupakan pengewenjantahan dari tujuan instruksional umum. Jadi kompetensi dasar merupakan pengembangan dari hasil penjabaranya harus seluas menkafer kompetensi dasar. Dalam mendesain program, strategi instruksional atau kegiatan instruksional lainnya, keduan tujuan sebagaian pedoman pengembagan dan penilaian hasal kegiatan tersebut. Ini berarti bahwa semakin tinggi prestasi belajar seseorang berarti semakin tinggi tingkat tujuan instruksional tersebut dapat dicapai, sebaiknya semakin rendah prestasi belajar berarti semakin kecil pula tingkat pencapaian tujuan instruksional tersebut.
BAB VII
Proses Pembelajaran Abad 21
Konsep dan Makna Belajar
Belajar adalah kegiatan seumur hidup yang terjadi pada setiap orang, tanpa memandang usia (Pendidikan tetap). Belajar adalah usaha seseorang melalui interaksi dengan lingkungan untuk mengubah tingkah laku. Konsekunsinya, hasil kegiatan belajar merupakan bentuk perubahan perilaku siswa yang relatif permanen, dan perubahan tersebut harus berupa perubahan perilaku positif. Makna proses belajar ditandai dengan perubahan perilaku yang dihasilkan dari perolehan pengalaman baru. Melalui pengalaman belajar, siswa dapat memahami dan memahami sikap, kebiasaan, keterampilan, kemampuan dan sebagainya.Siswa harus berpartisipasi dalam kegiatan belajar untuk mendapatkan pengalaman baru. Kegiatan belajar adalah kegiatan perilaku yang dihasilkan dari proses belajar seperti mengamati, belajar, mendengarkan, membaca, mengingat, merasakan dan menerima (Cronbach, 195, Suhertian, 2000:30).
Tiga pilar utama menunjukkan bahwa guru memiliki spesialisasi dalam melaksanakan tugas Pendidikan yaitu:
Perolehan bahan ajar.
Memberikan bahan ajar secara professional kepada siswa.
Kepribadian yang matang.
Ketiga pilar tersebut saling mendukung untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Hasil belajar menentukan derajat pencapaian hasil belajar seorang siswa dan relevansinya dengan tujuan yang diberikan. Hasil belajar siswa dengan tujuan belajarnya, namun sangat dipengaruhi oleh kemampuan mengajar guru dan guru (pendidik). Pengumpulan bahan ajar adalah keterampilan strategis yang harus dimiliki dan dimiliki oleh guru dan guru (pendidik) untuk mendukung realisasi kapasitas mereka secara efektif. Pembelajaran yang baik memeiliki tujuan yang difokuskan pada:
Meningkatkan kualitas pikiran (quality the mind)
Meningkatkan sikap mental
Meningkatkan kualitas individu (kuallitas manusia)
Untuk meningkatkan kemapuan menerapkan konsep dan pengetahuan dalam situasi tertentu.
Teori- Teori Psikologi tentang Belajar
Teori Belajar behaviorisme.
Teori belajar perilaku adalah suatu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Aktivisme memandang individu hanya dari segi fenomena material dan mengabaikan sisi spiritual.
Penerapan teori perilaku untuk belajar adalah perubahan perilaku muncul dari interaksi antara rangsangan dan tanggapan. Perubahan perilaku mungkin atau mungkin tidak mengambil bentuk tertentu, terjadi secara mekanis, dan membutuhkan penguatan. Penerapan teori perilaku belajar dalam pembelajaran tergantung pada banyak faktor, termasuk tujuan pembelajaran, sifat mata pelajaran, karakteristik pembelajaran, dan sarana pembelajaran yang tersedia.
Makna teori perkembangan kognitif dalam pembelajaran piaget adalah sebagai berikut:
Bahasa dan cara berfikir anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian, guru mengajar dengan bahasa yang sesuai dengan pemikiran anak.
Anak-anak dapat belajar lebih baik jika mereka dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungan. Guru perlu membantu anak berinteraksi lebih baik dengan lingkungan.
Materi yang dipelajari anak anda harus baru, tetapi tidak asing.
Memberikan kesempatan belajar bagi anak-anak dalam tahap perkembangan.
Di kelas, anak-anak membutuhkan kesempatan utuk berbicara dan berbicara dengan teman-temanya (Ahmad Sudrajat 2009). Teori belajar konstruktivis menyatakan bahwapengetahuan tidak bisa begitu saja dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya siswa perlu bekerja secara mental untuk membangun struktur pengetahuan berdasarkan kematangan kognitifnya. Dampak teori pembelajaran konstruktivis terhadap Pendidikan anak adalah sebagai berikut:
Tujuan Pendidikan teori pembelajaran konstruktivis adalah untuk menciptakan individua tau anak yang memiliki kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah. Aspek;
Kurikulum dirancang untuk memfasilitasi perolehan pengetahuan dan keterampilan oleh siswa. Selain itu, latihan pemecahan masalah biasanya dilakukan melalui studi kelompok yang menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa harus proaktif dan mampu menemukan cara belajarnya sendiri. Guru hanya berperan sebagai perantaran,fasilitator dan teman yang memfasilitasi perolehan penghasilan siswa. (Poedjiadi, 1999:63).
Teori belajar konstruksional adalah kegiatan yang berlangsung antara faktor internal dan eksternal atau lingkungan siswa, yang mengarah pada perubahan perilaku.
Model Belajar Abad 21
Proses pembelajaran merupakan kegiatan dasar dari proses Pendidikan yang tidak terpisah dari proses Pendidikan. Proses Pendidikan dan pembelajaran dalam konteks Pendidikan forma adalah usaha sendiri, disengaja, dan terorganisir dengan baik untuk mencapai tujuan kelembagaan yang menjadi tujuan Lembaga menjalankan misi pendidikannya. Proses pembelajaran pada abad 21 yang diterapkan harus dapat memfasilitai siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan abad 21 hal ini bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik yang siap bersaing dan mampu bertahan di era globalisasi dan digitalisasi. Dalam mendesain proses pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan abad 21 ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Rancangan rencana pembelajaran pendidik ( guru / dosen)
Memfasilitasi keterampilan kreativitas dan inovasi, berpiki kritis dan pemecahan masalah serta komunukasi dan kalaborasi.
Penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan.
Penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran.
BAB VIII
Pengelolaan Kelas Pembelajaran Abad 21
Pengertian pengelolaan kelas berdasarkan psikologi Pendidikan
Pengelolaan kelas adalah suatu kegiatan yang terencana dan disengaja oleh guru dan pengajar (pendidik) dengan tujuan untuk menciptakan dan memelihara kondisi dan Pendidikan yang optimal. Jalankan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dapat kita simpulkan pengelolaan kelas adalah kegiatan yang diatur untuk kepentingan pembelajaraan. Dan manajemen kelas didefinisikan sebagai berikut:
Perilaku guru dapat menyebabkan prestasi siswa yang tinggi, karena siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran di kelas.
Perilaku siswa tidak berperilaku signifikan terhadap aktivitas guru dan siswa lainnya.
Penggunaan waktu belajar yang efektif.
Dipandu oleh tiga pilar utama guru dan guru (pendidik) yang menghususkan diri dalam melakukan tugas pembelajaran dikelas, upaya menerapkan manajemen kelas adalah sebagai berikut:
Profesional menyediakan bahan ajar untuk peserta didik, dan kepribadian yang matang.
Penyediaan bahan ajar dengan strategi yang harus dimiliki guru (pendidik) untuk mendukung pembelajaran di kelas dengan memperoleh kemampuan secara efektif. Ini adalah keterampilan.
Pendistribusian bahan ajar, pembelajaran di kelas dengan mendistribusikan bahan dapat dilakukan oleh guru yang mengelola proses pembelajaran, sehingga siswa dapat belajar dalam suasana yang mendukung dan suasana yang menyenangkan (fun learing). Secara mental,fisik, intelektual, emosional dan sosial kreatif.
Keperibadian yang dewasa guru yang mengelola proses pembelajaran siswa di kelas harus memiliki kepribadian yang matang, mengiuti basis pengetahuan (pendidik) dengan momentum perkembangan yang sesuai.
Untuk membangun lingkungan belajar yang efektif, kreatif dan inovatif, guru perlu meningkatkan penggunaan bahan ajar, keterampilan mengajar, dan kepribadian yang matang kemampuan mengajar guru merupakan pusat pembelajaran di kelas dan perlu dikembangkan secara professional.
Penerapan Asas-Asas Didaktif dalam Proses Pembelajaran Kelas
Istilah doktrim berasal dari kata Yunani “didaskein”. Oleh karena itu, pengetahuan didaktif merupakan bagian dari pedagogi atau ilmu Pendidikan peserta didik dan anak didik (students). Untuk pengetahuan dasar (pembelajara) dan pengajaran terapan kelas, kemampuan guru untuk memimpin di kelas sangat penting:
Prinsip partisipasi aktif siswa di kelas.
Pada dasarnya pembelajaran adalah bentuk aktivitas siswa dalam proses belajar di kelas.
Prinsip-Prinsip Motivasi
Salah satu tugas khusus pendidik adalah kemauan untuk belajar keras, hanya lebih dari siswa sebagai motivasi untuk dimotivasi. Kehadiran guru di depan kelas menjadi motivasi bagi siswa untuk memiliki jiwa yang lebih positif, kreatif dan inovatif.
Aspek-Aspek Pengelolaan Kelas
Ketika melakukan proses pembelajaran di kelas, pendidik dan siswa perlu memperhatikan bebrapa aspek untuk menciptakan suasana kelas untuk proses pembelajaran. Aspek pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
Aspek preventif (pencegahan) dapat berupa perilaku guru dalam penyebarab murid dan perangkat pedagogi atau dalam bentuk Pendidikan dan pembelajaran yang sesuai.
Dalam rangka pembinaan manajemen sekolah, beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:
Meningkatkan rasa disiplin dari guru
Meningkatkan kesadaran di kalangan siswa
Sikap tulus guru
Menemukan dan mengidentifikasi alternative pengelolaan
Konterak sosial
Aspek perilaku, merupakan kegiatan yang dilakukan guru ketika timbuk admisterasi. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dipertimbangkan oleh seorang guru atau instruktur saat mengambil tindakan:
Lakukan tindakan, bukan presentasi.
Tidak ada negosiasi
Gunakan tindakan “periksa”
Jelaskan aturan dan konsekuensinya .
Dimensi Kuratif
Dimensi kuratif bertujuan untuk membangun kontrak sosial yang non fungsional. Bentuk situasi ini adalah sebagai berikut:(a) Siswa melanggar banyak peraturan sekolah .(b) Siswa menolak hasilnya. (c) Siswa akan sepenuhnya menolak aturan khusus yang dibuat. Langkah-langkah penyembuhan yang dapat dilakukan oleh seorang guru atau instruktur adalah sebagai berikut:
Jadwal
Jadwal pertemuan
Menyelesaikan masalah / kontrak individu
Melakukan kegiatan tidak lanjut
Pengelolaan Kelas Fisik dan Online / Virtual
Pengelolaan kelas fisik
Ruang kelas tempat berlangsungnya proses belajar mengajar jenis kegiatan
Penetapan tempat duduk
Ventilasi dan pengaturan cahaya harus menjamin untuk kesehatan siswa
Gudang penyimpanan barang harus disimpan di tempat yang sesuai
Manajemen kelas virtual / Manajemen kelas online maya / daring oleh pendidik dan peserta didik untuk memastikan pembelajaran berjalan efektif perlu memperhatikan dan mempersiapkan sebagai berikut:
Media: merupakan plaform apa yang digunakan dalam pembelajaran di kelas daring dengan menggunakan berbagai penggunaan fitur-fitur sederhana maupun yang aplikasi yang terstandar, seperti platform google meet, zoom youtube, Edmodo dan beebrapa sekolah dan perguruan tinggi sudah membangun aplikasi elearning.
Metode: merupakan cara bagaimana pendidik dan peserta didik menggunakan dan mengelola platform pembelajaran daring terkait bagaimana pendidik merancang dan memasukkan konten pembelajaran secara efektif dan bagaimana cara menyampaikan dan memfasilitasi interaksi peserta didik untuk proses belajar secara mandiri dengan semangat kolaborasi untuk mencapai hasil belajar yang efektif dan efesien dengan memastikan feedback dan komunikasi yang baik dengan menggunakan teknologi dan informasi.
Materi: merupakan bahan ajar yang harus dipersiapkan oleh pendidik untuk dimasukkan kedalam platform digital yang dapat diakses mudah secara digital oleh peserta didik.
Kompenen Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas yang mendukung proses pembelajaran mempertimbangkan unsur pengelolaan kelas yang meliput dua tindakan:
Tindakan pemecahan
Perilaku menyegarkan
Perilaku represi , kemampuan guru untuk mengatasi, mencari, dan menemukan solusi yang tepa tatas permasalahan yang muncuk di lingkungan belajar.
Perubahan perilaku.
Manajemen tim.
Diagnosa (keterampilan yang mencari faktor-faktor yang menyebabkan gangguan).
Peran guru.
BAB IX
Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Belajar Abad 21
Pemberdayaan Sumber Belajar.
Sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk membantu tiap orang untuk belajar dan menampilkan kompetensinya. Sumber belajar meliputi, pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar (AECT 1994), menurut Dirjen Dikti (1983 : 12), sumber belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana seseorang mempelajari sesuatu. Sumber belajar mencakup semua sumber daya yang dapat digunakan peserta didik untuk mengaktifkan perilaku belajar.
Ruang Kelas Sebagai Sumber Belajar.
Proses pembelajaran sebenarnya dapat berlangsung dimana saja. Misalnya praktek mata kuliah kepemimpinan Pendidikan dapat mengajak mahapeserta didik ke sekolah, untuk menanyakan berbagai jenis permasalahan kepemimpinan Pendidikan, seperti pengelolaan guru dan staf, pengelolaan keuangan, peserta didik, sarana dan prasarana, dan hal-hal lainnya, meskipun hal ini tidak setiap saat dapat dilakukan. Secara tradisional, sember belajar selama ini dimaknai adalah guru dan buku. Padahal sumber belajar yang ada di sekitar sekolah, rumah, di masyarakat sangat banyak. Sangat di sayangkan sumber belajar disekitar kita yang berlimpah tersebut belum dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan pembelajaran dengan baik. Upaya untuk menghidupkan dan mengembangkan ruang kelas dengan desain yang representative dan berbasis IT sangat dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Tidak hanya tugas guru, pimpinan sekolah, melainkan kita semua.
Untuk itu, pengelolaan ruang kelas sebagai pusat sumber belajar bukanlah tanggung jawab pimpinan (kepala sekolah, dan pengawai saja) tetapi juga peserta didik dan stakeholder lainnya untuk berani menampilkan “wajah baru” aatau “Gerakan baru” dalam arti berani melakukan terobosan baru dan paradigma bar uke arah mengubah persepsi masyarakat / akademik dari ruang kuliah yang semata-mata dipersepsikan dan identic dengan transaksi belajar dan mengajar antara mahapeserta didik dan dosensemata, tetapi berubah menjadi (identik) dengan ruang belajar dan informasi yang nyaman, modern, dan tanpa batas.
Fungsi Sumber Belajar
Ada beberapa fungsi sumber belajar dalam menjalankan proses pembelajaran sebagai berikut:
Meningkatlkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: mempercepat laju berjalan dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan memberikan kesempatanbagi peserta didik untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.
Memberikan dasar yang lebihilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: meningkatkan kemampuan sumber belajar ; penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.
Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menebus batas geografis.
Kriteria Pemilihan Sumber Daya Pembelajran.
Ketika memilih sumber daya Pendidikan , kriteria berikut harus dipertimbangkan. Ekonomis, nyaman, kemudahan penggunaan. Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyiadakn sumber belajar menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujungnya akan membebani orang tua peserta didik untuk mengeluarkan dana Pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah.
Internet Sebagai Sumber Belajar.
Selain sumber belajar berupa perpustakaan yang tersedia di sekolah atau kampus, sekarang ini berkembang ternologi internet yang memberikan kemudahan dan keleluasaan dalam menggali ilmu pengetahuan. Melalui internet peserta didik dapat mengakses berbagai literatur dan referensi ilmu pengetahuan yang dibutuhkan dengan cepat, sehingga dapat mempermudah proses studinya. Bagi para pengajar, internet bermanfaat dalam mengembangkan profesinya, karena dengan internet dapat : meningkatkan pengetahuan, berbagai sumber diantara rekan sejawat, bekerjasama dengan pengajar di luar negeri, kesempatan mempublikasikan informasi secara langsung, mengatur komunikasi secara terarur, dan berpartisipasi dalam forum-forum local maupun internasional.
BAB X
Evaluasi Pembelajaran Abad 21
Tujuan Penilaian Pembelajaran
Dalam penyelenggaraan Pendidikan, penilaian memiliki bebrapa tujuan sebagai berikut:
Evaluasi kemajuan akdemik
Mengevaluasi keefektifan metode pembelajaran
Mengetahui posisi peserta dalam kelompok
Mendapatkan umpan balik dan umpan balik tentang kemajuan pendidik dan peserta didik.
Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran dapat berfungsi sebagai alat seleksi, penempatan, dan diagnostic, guna mengetahui keberhasilan suatu proses dan hasil pembelajaran. Penjelasan dari setiap fungsi tersebut adalah.
Fungsi seleksi
Fungsi penempatan
Fungsi diagnostic
Dari tiga fungsi di atas, fungsi penilaian diagnostic terbukti sangat efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan diagnostic bertujuan untuk menyediakan peserta didik dengan pengobatan yang tepat untuk membimbing mereka menuju tujuan akedemik mereka.
Penilaian Kelas
Penilain kelas adalah kegiatan Pendidikan yang melibatkan perolehan keterampilan dan keputusan tantang hasil belajar bagi peserta didik yang telah menjalani proses pembelajaran tertentu. Penilaian kelas mengidentifikasi hasil dan hasil belajar yang ingin dicapai melalui peta dan laporan kemajuan peserta didik, atau dinyatakan melalui pernyataan kriteria yang jelas dicapai pada hasil belajar peserta didik atau hasil belajar setelah proses pembelajaran tertentu. Data yang diperoleh pendidik selama proses pembelajaran dapat dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian sesuai dengan kemampuan yang dicapai atau hasil belajar.
Penetapan Jenis Penilaian
Penilaian adalah proses untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai suatu kompetensi atau belum. Untuk mengetahui penguasan kompetensi tentu saja dilihat dari tercapai atau tidaknya indikator suatu kompetensi tertentu. Adapun jenis tagihan yang dapat digunakan antara lain sebagai berikut:
Kuis
Ulangan harian / blok
Pertanyaan lisan
Tugas indiviu
Tugas keompok
Ujian praktik
Proyek akhir
Arahan Penilaian Pembelajaran Abad 21
Sistem penilaian yang berlaku saat ini lebih mengukur kemampuan peserta didik untuk mengingat fakta, dengan menggunakan tes pilihan ganda, namun kurang dalam penilaian kemampuan peserta didik untuk terlibat dan menyelesaikan pemikiran kompleks dan tugas pemecahan masalah. Adapun tuntutan strategi penilaian pembelajaran abad 21 sebagai berikut: perlunya penggeseran dalam strategi penilaian yang dapat mengukur keterampilan di lingkungan global yang kompleks. Penilaian pada abad 21 harus beralih untuk mengukur kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, menyelesaikan masalah, mengumpulkan informasi, dan membuat keputusan yang masuk akal dan beralasan sambal menggunakan teknologi. Selain menghadapi tantangan dunia nyata, penilaian harus bebrikan tugas berbasis solusi.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar. 2021. Psikologi Pendidikan Menghadapi Pembelajaran Abad 21. Bekasi-Jawa Barat: Lintera Lintas Media
24
25