Psikoborneo, Vol 5, No 4, 2017: 546-553
ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
Ekspresi Cinta Pada Gay
Rony1
Program Studi Psikologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman Samarinda
ABSTRACT. The aims of this research is to describe about the love express of gays in the Samarinda city. The
subjects were four gay individuals living in Samarinda city who has same-sex couples. The research method was
phenomenology which based on the subjective experience or phenomenological experience. The data collecting
techniques were observation, interview, and document. This study applied purposive sampling technique. The
reserch results show that background of the subjects be a gay, the relationship of the subjects with their previous
partner, their role as a gay to influsence them to expressing their love. Same like other heterosexual couples, the
gays expressed their love with words of affirmation, quality time, gift, acts of service, and physical touch.
However the most important is the physical touch. Besides, although the loyalty is the most important thing in a
relationship but not all the gays are able to commit to remain faithful.
Keywords: expression of love, gay
ABSTRAK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang ekspresi cinta kaum gay di kota
Samarinda. Subjek penelitian adalah empat orang gay yang tinggal di kota Samarinda yang memiliki pasangan
sesama jenis. Metode penelitian yang digunakan adalah fenomenologi yang didasarkan pada pengalaman
subjektif atau pengalaman fenomenologis. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan
dokumen. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar
belakang subjek adalah seorang gay, hubungan subjek dengan pasangan sebelumnya, peran mereka sebagai gay
untuk mempengaruhi mereka dalam mengungkapkan rasa cinta. Sama seperti pasangan heteroseksual lainnya,
para gay mengungkapkan cinta mereka dengan kata-kata penegasan, waktu yang berkualitas, hadiah, tindakan
pelayanan, dan sentuhan fisik. Namun yang terpenting adalah sentuhan fisik. Selain itu, meskipun loyalitas
merupakan hal terpenting dalam sebuah hubungan, namun tidak semua kaum gay mampu berkomitmen untuk
tetap setia.
Kata Kunci: ekspresi cinta, gay
1
Email:
[email protected]
546
Psikoborneo, Vol 5, No 4, 2017: 546-553
ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
PENDAHULUAN
Kodrat manusia diciptakan berpasang-pasangan
antara laki-laki dan perempuan untuk membangun
sebuah keluarga yang harmonis. Idealnya seorang
lelaki akan berpasangan dan jatuh cinta pada seorang
wanita begitu pula sebaliknya, wanita idealnya
berpasangan dan jatuh cinta pada seorang lelaki.
Seperti sebuah keluarga terdiri dari seorang ayah yang
berjenis kelamin lelaki, seorang ibu yang berjenis
kelamin wanita dan memainkan perannya sesuai
dengan jenis kelaminnya (Susanti & Widjanarko,
2015).
Meski jatuh cinta umumnya terjadi antara lakilaki dan perempuan, akan tetapi kaum homoseksual
juga mengalami hal ini. Homoseksual adalah kelainan
terhadap orientasi seksual yang ditandai dengan
timbulnya rasa suka terhadap orang lain yang
mempunyai jenis kelamin yang sejenis atau identitas
gender yang sama (Setiawan dalam Susanti &
Widjanarko, 2015).
Istilah homoseksual pertama diciptakan pada
abad ke-19 oleh seorang psikolog Jerman yaitu Karoly
Maria Benkert, homo berasal dari bahasa Yunani yang
berarti sama dan seks berarti jenis kelamin. Istilah ini
menunjukkan
penyimpangan
kebiasaan
yang
menyukai jenisnya sendiri, misalnya pria menyukai
pria atau wanita menyukai wanita. Tingkah laku
homoseksual adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan
normal dalam mendapatkan kasih sayang, penerimaan
dan identitas melalui keintiman seksual dengan orang
yang berjenis kelamin sama (Wedanthi & Fridari,
2014).
Ada dua istilah terdapat pada orang yang
mempunyai kecenderungan homoseksual yaitu lesbian
dan gay dan istilah ini sangat terkenal di lingkungan
masyarakat. Lesbian merupakan istilah yang
menggambarkan seorang perempuan yang secara
emosi dan fisik tertarik dengan sesama perempuan,
sedangkan gay merupakan istilah untuk menyebutkan
lelaki yang menyukai sesama lelaki sebagai partner
seksual, serta memiliki ketertarikan baik secara
perasaan atau erotik, baik secara dominan maupun
eksklusif ataupun tanpa adanya hubungan fisik (Putri
dalam Wedanthi & Fridari, 2014).
Masyarakat
sering
beranggapan
bahwa
homoseksual merupakan suatu gangguan jiwa yang
menyebabkan penderitanya mengalami penyimpangan
perilaku,
memang
homoseksualitas
pernah
dikategorikan sebagai gangguan jiwa yang terangkum
dalam PPDGJ (Panduan Pedoman Diagnostik
Gangguan Jiwa) atau DSM (Diagnostic and Statistical
Manual) namun sejak 1973 homoseksualitas sudah
dikeluarkan dari daftar DSM maupun PPDGJ yang
mana kalau tidak terdapat dalam PPDGJ atau DSM,
perilaku tersebut tidak dapat dikatakan sebagai bentuk
gangguan jiwa (Tan, 2005). Di Indonesia sendiri tidak
digolongkannya homoseksualitas sebagai salah satu
bentuk gangguan jiwa dimulai sejak tahun 1983 atau
sejak PPDGJ II (Oetomo, 2001).
Data Perkembangan jumlah homoseksual di
Indonesia tiap tahunnya bertambah. Data yang tercatat
hingga kurun pertengahan Januari 2013 dari Gaya
Nusantara menyebutkan jumlah gay di Indonesia
mencapai angka 7.000.000 orang. Gay terbanyak
populasinya di tiga kota besar yaitu Jakarta, Bandung,
dan Denpasar (Oetomo, 2001).
Di Indonesia, keberadaan kaum homoseksual
juga ditoleransi, dibiarkan ada, meskipun mereka tidak
bebas melakukan aktivitas cinta seperti kaum
heteroseksual, karena kondisi sosial budaya
masyarakat Indonesia yang masih terikat dengan nilai
agama dan budaya. Selain orientasi seksual,
homoseksual juga melibatkan ketertarikan emosional,
hubungan kasih sayang dengan atau tanpa hubungan
fisik (Oetomo, 2001).
Cinta diyakini sebagai salah satu bentuk emosi
yang sangat penting bagi manusia (Roediger dalam
Saragih & Irmawati, 2005). Perasaan cinta adalah
keadaan yang dimengerti secara mendalam dan
menerima dengan sepenuh hati. Perasaan cinta yang
sesungguhnya adalah perasaan saling percaya dengan
hubungan sehat penuh kasih. Tanpa adanya perasaan
saling percaya, maka hubungan cinta seseorang akan
menjadi rapuh dan rusak. Kebutuhan cinta adalah
meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima
(Maslow dalam Hasyim, 2002).
Pengimplementasian cinta pada setiap individu
akan berbeda, terutama pada kaum homoseksual
karena tertarik pada orang dari jenis kelamin yang
sama, ekspresi ketertarikannya terpaksa dilakukan
secara sembunyi-sembunyi (Nugroho dalam Fandina,
2012). Menurut Bohan (dalam Griffith dkk, 2002),
identitas seorang pria homoseksual merupakan
permasalahan yang utama bagi individu sehingga
mereka dapat merasa tidak diterima atau menyukai
orang lain sampai mereka membuka diri.
547
Psikoborneo, Vol 5, No 4, 2017: 546-553
ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
Untuk di Samarinda sendiri, KPA (Komisi sebagai seorang gay. Sehingga kaum gay tampil
Penangulangan Aids) Samarinda, memperkirakan pada selayaknya kaum heteroseksual untuk menutupi
tahun 2015 setidaknya ada 986 pria pernah melakukan identitas sebenarnya dalam masyarakat. Kalaupun
hubungan sejenis. Angka-angka tersebut sudah mereka menampilkan diri sebagai seorang gay
termasuk kaum homoseksual. Data tersebut menjadi biasanya hanya kepada orang-orang tertentu yang
suatu bukti, bahwa fenomena itu sudah semakin marak memang sudah mengenal mereka sebelumnya
di tengah-tengah mayoritas heteroseksual. (Survei (Boellstorf, 2005).
KPA, 2015)
Penelitian mengenai gay cukup banyak, baik
Masyarakat Samarinda tidak bisa menutup mata yang dipublikasikan atau pun tidak, dari penelusuran
terhadap fenomena ini. Kota Samarinda sebagai salah jurnal, skripsi, laporan, dan lain sebagainya, peneliti
satu kota yang tergolong berkembang pesat dengan belum menemukan adanya kajian gay yang
masyarakat yang heterogen tidak dapat terlepas dari memfokuskan pada ekspresi cinta mereka, walaupun
fenomena ini seperti hasil dari wawancara dengan ada beberapa hasil penelitian yang menjelaskan
subjek AJ pada tanggal 30 Maret 2017 yang tentang ekspresi cinta, tapi penelitian tersebut tidak
merupakan seorang gay di Samarinda. Subjek AJ menggali terlalu dalam, karena fokus penelitiannya
mengungkapkan bahwa pertama kali menjadi gay saat bukan ekspresi cinta pada gay.
subjek AJ duduk di bangku SMP dan saat itu AJ mulai
Dari hasil penelitan di atas, peneliti tertarik
memberanikan diri tertarik dengan sesama lelaki, untuk mengkaji tentang prilaku gay, fokus utamanya
sebelumya AJ sudah menyadari bahwa ada yang aneh yaitu cinta diantara gay. Seseorang dengan orientasi
dalam orientasi seksualnya karena AJ sangat suka homoseksual (gay) jatuh cinta karena merasa memiliki
berdandan dan peduli mengenai penampilannya, kesamaan jenis kelamin. Dihubungkan dengan konsep
bahkan AJ pernah mecoba menggunakan pakaian ekpresi cinta, sehingga perlu penelitian mengenai cinta
perempuan dengan cara sembunyi-sembunyi. Keluarga homoseksual yang dalam penelitian ini difokuskan
AJ sudah mulai curiga, tapi AJ merasa sampai pada ekspresi cinta pada gay di kota Samarinda.
sekarang keluarganya tidak tahu yang sebenarnya. AJ
tidak bisa membayangkan jika keluarganya tahu, TINJAUAN PUSTAKA
karena yang hanya tahu tentang masalah orientasi
Gay
seksualnya hanya orang-orang terdekat yang AJ
Kata gay lebih awal dikenal dengan
percaya. Subjek AJ menambahkan, suka tidak suka homoseksual yang berasal dari 2 kata yaitu homo yang
homosekual itu ada di Samarinda, perilaku homoseks berarti sama dan kata seksual yang mengacu pada
atau gay sudah banyak negatifnya baik dari pradigma hubungan kelamin. Homoseksual diartikan sebagai
budaya, nilai apalagi agama, kaum gay seakan-akan aktivitas seksual dimana dilakukan oleh pasangan
tidak bermoral, karena mereka menentang dan keluar yang sejenis kelaminnya (Barnecka ddk, 2005). Istilah
dari aturan kenormalan hingga membuat para gay sulit gay menunjuk pada homophile laki-laki. Gay berarti
mengekspresikan cintanya.
orang yang meriah. Istilah ini muncul ketika lahir
Dari hasil wawancara dengan Subjek di atas gerakan emansipasi kaum homoseks (laki-laki maupun
dapat peneliti simpulkan bahwa, seperti adanya perempuan) yang dipicu oleh peristiwa Stonewall di
larangan seperti budaya dan agama yang ada membuat New York pada tahun 60-an (Oetomo, 2001).
pemikiran masyarakat memandang negatif terhadap
kaum gay serta ketakutan akan keterlibatan keluarga Ekspresi Cinta
yang akan mengetahuinya sehingga para gay sulit
Suryana (dalam Muslimah, 2013), mengatakan
untuk mengekspresikan cinta kepada pasangan mereka bahwa ekspresi adalah cerminan sedang apa kondisi
yang jenis kelaminnya sama.
perasaan kita. Orang yang sedang bahagia akan terlihat
Tidak semua gay secara terbuka dan berani bahwa wajahnya cerah, senyum selalu terkembang di
menyatakan bahwa dirinya adalah seorang gay dengan bibirnya, terlihat raut gairah hidup dari mimiknya.
alasan demi menjaga nama baik mereka maupun Cinta adalah bentuk emosi manusia yang paling dalam
keluarga. Sehingga hal inilah yang menyebabkan dan paling diharapkan. Manusia mungkin akan
seorang gay lebih memilih untuk menutupi identitas berbohong, menipu, mencuri dan bahkan membunuh
seksualnya dibandingkan harus membuka dirinya
548
Psikoborneo, Vol 5, No 4, 2017: 546-553
atas nama cinta dan lebih baik mati daripada
kehilangan cinta. Cinta dapat meliputi setiap orang dan
dari berbagai tingkatan usia. (Sternberg dalam Saragih
& Irmawati, 2005).
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian kualitatif. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi.
Sampel dalampenelitian ini adalah seorang gay yang
memiliki pasangan dan berdomisili di Samarinad
sebanyak 4 orang. Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
pasangannya ketika hari special pasangannya. Subjek
juga pernah memberikan sesuatu meski bukan hari
spesial pasanganya seperti membelikan sepatu futsal
untuk pasangannya karena sepatu pasangannya sudah
using meski pasangannya tidak meminta. Selain itu,
subjek AJ juga sering membelikan barang-barang
untuk pasangannya. Dengan hadiah ini mereka akan
sering merasa bahwa hadiah adalah simbol cinta yang
penting (Chapman, 2004). Subjek merasa ada
kepuasan tersendiri apalagi jika pasanganya menyukai
dengan hadiah yang diberikan subjek dan beharap
pasangannya bisa bisa lebih sayang lagi atau tidak
akan meninggalkan subjek. Subjek juga berharap
bahwa pasanganya juga bisa melakukan hal yang sama
kepada subjek.
Prilaku Subjek AJ dalam pelayanan terhadap
pasangannya sudah dilakukannya sejak lama. Dulu
sebelum pasangannya medapatkan pekerjaan yang
bagus, subjeklah yang sering membantu, mulai dari
biaya membeli bensin, untuk jajan, dan untuk
keperluan hidup lainnya. Menurut Chapman (2004)
tindakan pelayanan yang nyata ini menyampaikan
pesan yang kuat bahwa ia mengasihi orang yang
dilayani atau dibantunya melakukan hal-hal sederhana
bisa menjadi pengungkapan cinta dan pengabdian
yang kuat kepada pasangan.
Dalam mengekspresikan cinta dengan sentuhan
fisik, subjek AJ mengatakan bahwa subjek AJ lebih
sering melakukan hubungan intim. Selain itu, kadang
AJ mengekspresikan rasa sayangnya dengan cara
memberikan pelukan atau ciuman jika kondisinya
tepat seperti saat sedang sedih atau sedang bahagia.
Menurut Chapman (2004) bahwa banyak pasangan
merasa paling dicintai saat mereka mendapatkan
kontak fisik dari pasangannya.
Subjek MA mengaku bahwa dia tidak terlalu
menggunakan kata-kata afirmasi kepada pasangannya
untuk mengekspresikan rasa sayangnya. Akan tetapi
kata-kata yang diucapkan biasanya hanya untuk
memuji penampilan pasangannya, ataupun memuji
pasangannya setelah berhubungan seksual. Menurut
Chapman (2004) Kata afirmasi merupakan satu cara
untuk mengekspresikan rasa cinta menggunakan
verbal kepada seseorang dengan menggunakan katakata yang membangun atau menguatkan. Akan tetapi
terkadang subjek MA akan memuji pasangannya jika
pasangannya melakukan sesuatu yang membuat subjek
MA senang.
Bentuk ekspresi cinta Subjek AJ kepada
pasangannya dengan kata afirmasi ditunjukkan Subjek
AJ dengan setiap saat memberikan pujian kepada
pasangannya layaknya pasangan normal pada
umumnya meski sederhana seperti berkata-kata manis.
Subjek AJ melakukannya secara langsung atau tidak
secara langsung dengan waktu dan kondisi yang tepat.
Subjek bisa memberikan kata-kata afirmasi tersebut
melalui media lain sperti media sosial Line atau
bahkan ketika subjek melakukan video call dengan
pasangannya. Menurut Chapman (2004) Kata afirmasi
merupakan satu cara untuk mengungkapkan emosi
kasih sayang menggunakan verbal kepada seseorang
dengan menggunakan kata-kata yang membangun atau
menguatkan.
Saat bertemu dengan pasangannya, subjek AJ
jarang sekali untuk pergi bersama karena tidak
memiliki kesempatan untuk jalan berdua hingga
akhirnya mereka memilih untuk menghabiskan waktu
berdua bersama pasangan di kontrakan. Menurut
Chapman (2004) Waktu yang mengesankan lebih dari
sekadar kedekatan belaka. Waktu yang berkualitas
berarti memfokuskan seluruh tenaga dan perhatian
kepada pasangan. Percakapan yang berkualitas sangat
penting dalam hubungan yang sehat. Subjek
menganggap waktu yang mengesankan baginya yaitu
saat bersama apalagi yang membuat AJ tidak bisa lupa
yaitu saat melakukan hubungan intim dengan
pasangan.
Prilaku subjek yang selalu inisiatif memberikan
kejutan kepada pasangannya pada saat pasangannya
sedang berulang tahun, mulai dari mempersipkan
kejutan
sampai
mencarikan
hadiah
kepada
549
Psikoborneo, Vol 5, No 4, 2017: 546-553
ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
dari pasangannya. Dan hal ini Subjek MA melakukan
hal tersebut jika mereka bertemu.
Subjek BN mengaku tidak terlalu sering
mengekspresikan rasa cintanya pada pasangannya
dengan kata-kata afirmasi layaknya pasangan normal
pada umumnya sama halnya waktu Subjek BN
menjalin
dengan
pasangan
lawan
jenisnya
sebelumnya. Hal ini tidak sesuai menurut Chapman
(2004) yang dimana dalam hubungan percintaan kata
afirmasi adalah salah satu cara untuk mengungkapkan
emosi kasih sayang menggunakan verbal kepada
seseorang dengan menggunakan kata-kata yang
membangun atau menguatkan. Akan tetapi ada katakata yang Subjek MA berik an kepada pasanganya dan
biasanya
hanya
untuk
menyenangkan
hati
pasangannya saja.
Ada waktu yang mengesankan yang pernah
dimiliki Subjek BN dengan pasangannya yaitu saat
berdua bersama pasangan karena Subjek BN dan
pasanganya sering sekali memiliki kesempatan untuk
jalan berdua dengan pasangan dan mereka lebih
memilih menghabiskan berdua seperti kuliner atau
ketempat fitness. Menurut Chapman (2004) waktu
yang mengesankan merupakan waktu yang lebih dari
sekadar kedekatan belaka yang di mana Subjek BN
memfokuskan seluruh tenaga dan perhatiannya kepada
pasangannya. Menurut Subjek BN, ia merasa nyaman
dan aman jika bersama pasangannya.
Menurut Chapman (2004), mengekspreikan cinta
dengan hadiah adalah simbol cinta yang paling
penting. Selama menjalin hubungan dengan
pasangannya, Subjek BN tidak pernah memberikan
hadiah kepada pasangannya karena menurutnya,
pasangnya bisa membeli atau mendapatkan
keperluannya sendiri, jikapun pasangannya berulang
tahun, Subjek BN hanya mengucapkannya, bahkan
Subjek BN mengaku mengucpakan ucapan ulang
tahun tersebut berhari-hari setelah ulang tahun
pasangannya. Subjek BN juga mengatakan bahwa
pasangannya
tidak
pernah
menuntut
untuk
memberikan hadiah akan tetapi Subjek BN memiliki
perasaan bersalah karena tidak pernah memberikan
hadiah kepada pasangannya. Prilaku tersebut Subjek
BN lakukan karena dia memiliki keterbatasan
ekonomi.
Memberikan pelayanan terhadap pasangannya
pernah dilakukan Subjek BN ketika Subjek BN
menjemput anak dari pasangannya dari tempat sekolah
yang saat itu pasangannya sangat sibuk di tempat kerja
550
Pasangan Subjek MA yang seorang polisi dan
sampai saat ini bertugas di Makasar membuat Subjek
MA dan pasangannya menjalin hubungan jarak jauh.
Merekahanya memiliki waktu sedikit untuk bertemu
membuat mereka tidak memiliki kesempatan untuk
jalan, jikapun ada kesempatan biasanya subjek MA
dan pasangannya lebih memilih menghabiskan waktu
di kafe atau di bioskop seperti dulu. Waktu yang
mengesankan berarti memfokuskan seluruh tenaga dan
perhatian kepada pasangan. Percakapan yang
berkualitas sangat penting dalam hubungan yang sehat
(Chapman, 2004).
Subjek mengaku menyukai dengan kejutan
ataupun hadiah, tapi ternyata subjek MA jarang
memberikan sesuatu kepada pasangannya dan lebih
sering memberikan kejutan adalah pasangannya.
Dalam suatu hubungan, hadiah ini adalah simbol cinta
yang penting (Chapman, 2004). Subjek MA biasanya
memberikan kejutan kepada pasangannya saat hari
spesial seperti pada saat lebaran beberapa tahun yang
lalu, subjek membelikan pasangannya baju lebaran
karena waktu itu pasangannya tidak sempat untuk
membeli baju karena disibukkan dengan kerjaan.
Namun ada tujuan lain dari hadiah tersebut yang
dimana subjek MA berharap pengakuan dari
pasangnnya.
Perilaku subjek MA dalam aspek pelayanan
terhadap pasangannya sudah dilakukannya sejak lama,
seperti saat ia meminjamkan hanphonenya saat
handphone pasangannya hilang, atau pada saat waktu
pasangannya dinyatakan tidak diterima dalam seleksi
polisi hingga membuat pasangannya merasa sedih dan
dikucilkan oleh keluarganya sendiri. Subjek adalah
orang pertama yang mendukung pasanganya di saat
pasangannya merasa tidak ada orang yang peduli
padanya serta pertolongan lainnya ketika pasangannya
mendapat masalah. Hal ini sesuai menurut Chapman
(2004) bahwa tindakan pelayanan yang nyata
diberikan Subjek MA menyampaikan pesan yang kuat
bahwa Subjek MA mengasihi orang yang dilayani atau
dibantunya dengan melakukan hal-hal sederhana
kepada pasangannya.
Subjek MA lebih sering mengekspresikan cinta
kepada pasangnya secara non-verbal dengan
bermacam-macam, mulai berciuman, pelukan,
pegangan tangan, sampai berhubungan intim. Menurut
Chapman (2004) bahwa banyak pasangan merasa
paling dicintai saat mereka mendapatkan kontak fisik
Psikoborneo, Vol 5, No 4, 2017: 546-553
ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
dan tidak bisa menjemput anaknya. Subjek BN dengan Hadiah tesebut terjadi pada saat momen dan waktunya
inisiatif meminjam motor tetangga karena kebetulan tepat. Adapun tujuan lain ketika subjek DR
saat itu subjek BN tidak memiliki kendaraan untuk memberikan hadiah yaitu agar pasangannya senang
pergi menjemput anak pasangannya.
Menurut dan makin cinta karena subjek DR sangat sayang pada
Chapman (2004) tindakan pelayanan yang nyata di pasangannya. Akan tetapi, pada dasarnya subjek
lakukan Subjek BN ini adalah untuk menyampaikan memang menyukai hadiah, tidak hanya pada
pesan yang kuat bahwa Subjek BN mengungkapkan pasanganya tetapi juga orang yang ada di sekitar
subjek DR.
cinta dan pengabdian yang kuat kepada pasangannya.
Prilaku Subjek untuk memberikan pelayanan
Subjek BN lebih sering melakukan hubungan
pasangannya
ketika
subjek
selalu
intim untuk mengekspresikan rasa cintanya kepada terhadap
pasangnya secara non-verbal. Menurut Chapman memastikan apa saja yang perlukan pasangannya,
(2004) bahwa banyak pasangan merasa paling dicintai seperti keperluannya pasangannya saat berangkat kerja
saat mereka mendapatkan kontak fisik dari atau pergi ke satu tempat.Menurut Chapman (2004)
pasangannya. Selain melakukan hubungan seksual tindakan pelayanan yang nyata ini menyampaikan
dengan pasangannya, prilaku lainnya yang dilakukan pesan yang kuat bahwa Subjek mengasihi pasanganya
Subjek BN yaitu memegang dada pasangannya serta dengan cara melakukan hal-hal sederhana kepada
pasangannya.
memeluk pasangannya dari belakang.
Subjek DR lebih sering sekali mengekspresikan
Kata afirmasi yang diberikan Subjek DR dalam
mengeskpresikan cintanya tidak secara rutin, kata rasa cinta kepada pasangnya secara non-verbal seperti
tersebut diberikan ketika pasangannya melakukan berpegangan tangan, berciuman, sampai berhubungan
sesuatu yang membuat subjek senang seperti intim. Menurut Chapman (2004) bahwa banyak
membantu subjek atau pada waktu dan kondisi yang pasangan merasa paling dicintai saat mereka
tepat. Menurut Chapman (2004) kata afirmasi melakukan kontak fisik. Subjekmelakukan sentuhan
merupakan satu cara untuk mengungkapkan emosi fisik jika mereka sedang berduaan. Hal yang paling
kasih sayang menggunakan verbal kepada seseorang disukai subjek yaitu saat menggeam tangan
dengan menggunakan kata-kata yang membangun atau pasngannya dan mengelus rambut pasngannya yang
menguatkan. Adapun kata yang diberikan Subjek bergelombang.
secara berlebihan kerena subjek memiliki karakter
yang humoris.
KESIMPULAN DAN SARAN
Menurut Chapman (2004) Waktu yang
mengesankan lebih dari sekadar kedekatan belaka. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Waktu yang berkualitas berarti memfokuskan seluruh
dilakukan
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
tenaga dan perhatian kepada pasangan. Percakapan
Pada Subjek AJ, penyebab menjadi seorang gay
yang berkualitas sangat penting dalam hubungan yang
yaitu
ketika ia mendapat pengalaman yang tidak
sehat. Pada waktu yang mengesankan bagi subjek dan
menyenangkan
dari keluarganya sendiri yaitu
pasangannya yaitu saat berdua bersama dengan
pasangan yaitu saat ketika Subjek DR berada di tempat disodomi oleh pamannya sendiri saat ia masih anakkostnya atau kost pasangannya karena mereka jarang anak. Subjek AJ mengatakan bahwa ia sering sekali
memiliki kesempatan untuk jalan berdua bersama. memberikan kata-kata yang menyenagkan kepada
Mereka bertemu paling sering 10 hari dalam sebulan. pasangannya seperti pasangan heteroseksual pada
Hal yang sering menyenangkan bagi subjek yaitu umumnya karena pada dasarnya Subjek AJ memang
ketika saat mereka membicarakan keluarga masing- sering melakukan hal tersebut di kehidupannya. Waktu
masing. Subjek merasa nyaman dan memiliki yang mengesankan bagi Subjek AJ yaitu ketika Subjek
AJ menghabiskan waktu bersama pasangannya dengan
kebanggaan tersendiri.
Pada pemberian hadiah, subjek DR dan cara melakukan hubungan intim ataupun ketika Subjek
pasangan sama-sama menyukai kejutan. Dengan AJ mencabut uban rambut dan jenggot pasangannya.
hadiah ini mereka akan sering merasa bahwa hadiah Perilaku memberi hadiah pada pasangannya sering
adalah simbol cinta yang penting (Chapman, 2004). sekali dilakukan subjek, hal tersebut dilakukan Subjek
Hal tersebut subjek lakukan pada hari ulang tahun. AJ dengan inisiatif meski hadiah tersebut tidak
551
Psikoborneo, Vol 5, No 4, 2017: 546-553
ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
diperlukan pasangannya. Ketika pasangan Subjek Dalam mengkspresikan rasa cintanya secara nonmengalami masalah, Subjek AJ selalu memberikan verbal, Subjek BN mengaku sering melakukan
bantuan meskipunb pasangannya tidak meminta. Dan hubungan intim, selain itu Subjek BN senang sekali
ketika mengkspresikan rasa cintanya secara non- memegang penis dan dada pasangannya, dan ketika
verbal pada pasangannya, Subjek AJ selalu malakukan berpelukan Subjek BN hanya ingin memeluk
kontak fisik seperti berciuman, menggenggam tangan, pasangannya dari belakang.
Subjek DR pernah menjalin hubungan dengan
sampai berhubungan intim.
Pada Subjek MA, aslaan menjadi seorang yakni lawan jenisnya seperti Subjek BN, akan tetapi Subjek
ketika ia juga mendapat pengalaman yang tidak DR merasa tidak nyaman menjalin hubungan dengan
menyanangkan yakni sodomi oleh guru ngajinya. pasangannya. Dalam mengekspresikan rasa cintanya
Subjek MA mengatakan bahwa ia memberikan kata- mengguanakan kata afirmasi, Subjek DR mengaku
kata afirmasi kepada pasangannya untuk memuji meski gengsi, ia sangat suka memberi kata-kata
penampilan fisik pasangannya atau setelah mereka afirmasi kepada pasangannya bahkan dengan cara
berhubungan seksual. Waktu yang mengesankan berlebihan dan sedikit bercanda. Meskipun jarang
dimiliki Subjek MA yaitu meskipun mereka menjalin pergi keluar, akan tetapi Subjek DR sering
hubungan jarak jauh dengan pasangannya, ketika menghabiskan waktu di kost bersama pasangannya
mereka beretemu biasanya mereka menghabisakan dan membicarakan maslah pribadi mereka masingwaktu di kafe atau di bioskop, selain itu mereka sering masing. Subjek DR mengaku selalu memberi kejutan
membahasa malalah filem kesukaan mereka. Perilaku pada hari ulang tahun dan hari spesial lainnya dan
memberi hadiah pada pasangannya pernah dilakukan menjadikan hadiah sebuah tradisi penting dalam
ketika Subjek membeli baju lebaran untuk hubungan mereka. Pelayanan yang dilakukan Subjek
pasangannya. Adapun pelayanan yang pernah DR yaitu selalu memastikan keperluan pasangannya
diberikan Subjek yaitu ketika meminjamkan jika pasangannya pergi ke suatu tempat tanpa
handphone kepada pasangannya karena handphone pasngannya minta. Dalam mengkspresikan rasa
pasangannya hilang dan pasangannya belum sempat cintanya secara non-verbal, Subjek DR mengaku
membeli yang baru karena mengalami masalah menyukai menggam tangan, mengelus rambut
ekonomi. Pertolongan lainnya yang dilakukan Subjek pasangannya, berpelukan sampai berhubungan intim.
MA yaitu ketika pasangannya mendapatkan masalah.
Pada saat mengkspresikan rasa cintanya secara non- Saran
verbal, Subjek MA selalu malakukan kontak fisik
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan
seperti berciuman, berpelukan, berpegangan tangan, hasil yang diperoleh, sehingga dengan ini penulis
sampai berhubungan intim.
memberikan beberapa saran sebagai berikut :
Pada Subjek BN, alasan menjadi seorang gay 1. Bagi Peneliti selanjutnya agar menata terlebih
yaitu ketika merasa disakiti oleh pasangan lawan
dahulu konsep atau sudut pandang peneliti dalam
jenisnya. Dalam mengekspresikan rasa cintanya
penelitian, sudut pandang bisa diartikan sebuah
mengguanakan kata afirmasi, Subjek BN mengatakan
tema yang berasal dari mereka (kaum gay) sehingga
bahwa ia memberikan pujian kepada pasangannya
apa yang diteliti tidak menjadi sesuatu yang jauh
hanya untuk membuat pasngannya senang. Waktu
dari peneliti.
yang mengesankan dimiliki Subjek BN yaitu ketika 2. Bagi Gay untuk tetap bisa memposisikan diri dan
mereka melakukan aktifitas berolah raga di tempat
menjaga sikap ketika mengekspresikan cintanya di
fitne, kuliner, dan ngobrol masalah pribadi. Subjek BN
lingkungan umum.
mengaku tidak pernah memberi hadiah pada 3. Bagi Masyarakat, Gay juga merupakan bagian dari
pasangannya. Sedangkan dalam pelayanan yang
warga negara Indonesia, permasalahan berdosa atau
pernah diberikan Subjek BN yaitu ketika menjemput
tidak merupakan urusan mereka dengan Tuhan
anak dari pasangannya di sekolah ketika pasangannya
Sang Maha Pencipta. Maka dalam penelitian ini
tidak bisa menjemput dan saat itu kebetulan Subjek
diharapkan bisa membuka cakrawala berpikir
BN berada di rumah pasangannya, dengan inisiatif
masyarakat agar bisa menghormati segala
Subjek BN meminjam kendaraan pada tengga karena
perbedaan dan pilihan hidup seseorang.
saat itu di rumah pasangannya tidak ada kendaraan.
552
Psikoborneo, Vol 5, No 4, 2017: 546-553
ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674
DAFTAR PUSTAKA
Barnecka, J., Karp, K., & Lollike, M. (2005).
Homosexuality. Roskilde: Roskilde University.
Boellstorff, T. (2005). The Gay Archipelago:
Seksualitas Dan Bangsa di Indonesia. Princeton
& Oxford: Princeton University Press
Carroll, J. L. (2005). Sexuality No: Embracing Diversity.
Wadsworth: Thomson Learning
Chapman, G. (2004). The Five Love Languages.
Chicago: Northfield Publishing
Fandina, F. (2012). Tipe Percintaan Gay. Skripsi.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Griffith., Kristin., Hebl., & Michelle. (2002). The
Disclosure Dilemma for Gay Men and Lesbians:
"Coming Out" at Work. Journal of Applied
Psychology. Vol. 87. No 6. 1191-1199. Rice
University
Hasyim, M. (2002). Dialog Antara Tasawuf Dan
Psikologi (Telaah Atas Pemikiran Psikologi
Humanistik Abraham Maslow). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kalat, J. W. (2009). Biological Psychology Tenth
Edition. Wadsworth: Cengage Learning
KPA. (2015). Laporan Hasil Line Servey: Perilaku LSL.
Samarinda: KPA.
Oetomo, D. (2001). Memberi Suara Pada Yang Bisu.
Yogyakarta: Galang Press
Saragih, J. I., & Irmawati. (2005). Fenomena Jatuh
Cinta Pada Mahasiswi. Psikologia. Vol 1, No 1
48-55. Medan: Universitas Sumatra Utara
Tan, P. (2005). Mengenal Perbedaan Orientasi Remaja
Putri. Surabaya: Suara Ernest
Wedanthi, P. H., & Fridari. D. I. G. A. (2014).
Dinamika Kesetiaan Pada Kaum Gay Jurnal
Psikologi Udayana. Vol. 1, No. 2. 363-371.
Bandung: Universitas Udayan
553