Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
4 pages
1 file
surat, sedih, haru, masa kecil.
Abstrak Makna ayah bagi remaja dari generasi ke generasi mengalami perubahan seiring dengan perubahan struktur keluarga tradisional menjadi keluarga modern. Perubahan tersebut terlihat pada keluarga tradisional Jepang yang menempatkan ayah sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab penuh terhadap anggota keluarganya mulai dari mencukupi kebutuhan keluarga, mengatur pekerjaan anggota keluarga, hingga pernikahan. Pada keluarga modern di Jepang, ayah berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah saja sehingga peran ini membentuk pemahaman anak dan remaja akan makna keberadaan seorang ayah berbeda dengan ayah pada keluarga tradisional. Sementara pada keluarga di Sumatera Barat yang mendapat pengaruh dari tuntutan teknologi dan industri, keluarga tradisional juga mulai berubah bentuk menjadi keluarga modern sehingga terjadi pula pergeseran makna ayah terutama oleh anak dan remaja. Mengenai hal ini terbaca dalam kumpulan cerpen yang ditulis oleh cerpenis remaja Sumatera Barat tahun 2015. Bagaimanakah para cerpenis muda Sumatera Barat ini memaknai ayah merupakan permasalahan pada tulisan ini. Pembahasan mengenai makna ayah dilakukan dengan pendekatan sosiologi sastra menggunakan konsep keluarga. Dari telaah kumpulan cerpen ini diketahui bahwa makna ayah tidak hanya bergeser dari pencari nafkah menjadi benalu keluarga, malah menjadi penyebab tidak bahagianya seorang anak ataupun remaja dalam menjalani kehidupannya. Pendahuluan Keluarga dalam satu masyarakat baik pada keluarga tradisional maupun keluarga modern memiliki remaja yang diharapkan menjadi generasi penerus keluarga tersebut. Remaja dididik dan dibina agar kelak dapat meneruskan tradisi keluarga dan dapat pula melahirkan dan mendidik anak-anaknya. Remaja sebagai anak biasanya memperoleh pendidikan dari orang tuanya yaitu ibu dan ayah yang mengarahkan anak-anak menjadi individu yang diinginkan. Remaja yang dibesarkan oleh ayah dan ibunya dalam sebuah keluarga memiliki pemahaman sendiri atas keberadaan orang tua mereka.
Dalam temaram senja yang begitu indah menyibak lamunan berselimut kelam. Hati sanubari terasa teriris menikmati senja pada saat itu. Entah apa dan entah bagaimana aku bisa menghadapi kenyataan ini. Ditemani senja bak merah jambu yang terbelah dari kulit kuningnya. Menghantarkan matahari kembali tidur memulihkan cahaya untuk hari esok. Aku sendiri termenung di bawah cahaya temaram rembulan yang beranjak bangkit dari singgasananya. Terdengar suara gemericik air yang terjatuh merdu dengan anda menenangkan jiwa. Bersuarakan lantunan kicauan burung yang menyatu menggikuti jatuhnya setetes air ibarat kunci tangga nada pengiring mereka bernyanyi. Serta hembusan angin senja yang menidurkan. Diatas benda besar hitam keras aku duduk meratapi nasib. Menatap kedepan terpampang jelas keelokan ladang dan sawah bak lukisan-Mu yang Maha Agung. Sendiri itu menyenangkan, tapi lebih menyenangkan lagi apabila disini ada Ayah seperti waktu itu. Namun, akan sangat tidak mungkin hal itu terjadi. Dia sudah pergi meninggalkan kebaikan senja dan kemarahan mentari di muka bumi ini. Apa boleh buat aku hanya dapat melihat dan menyaksikan dengan tangisan kecil ketika melihat mereka memiliki seorang pahlawan di dalam hidup mereka. "Oh, betapa bahagianya mereka!" ujarku pada langit yang menatapku dan diam membisu menjadi pendengar setia.
Buku Ayah karya Irfan Hamka ini adalah buku yang menceritakan kisah-kisah hidup bersama ayahnya yang penuh akan sarat dan makna kehidupan; agama, keluarga, budaya, berbangsa dan bernegara, adalah petikan dari nada yang harmoni sebagai bekal hidup. Terkhusus bagi kita sebagai generasi pelanjut dan pembimbing generasi bangsa ke depan, buku Ayah ini menjadi cermin dari lintasan sejarah seorang hamba Allah bernama Hamka, yang mempunyai nama asli Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Tak kenal rasanya jika nama itu tidak dipadankan dengan nama "Buya" ya, Buya Hamka.
Bagimu, kemerdekaan bumi pusaka. Drama ini terjadi pada tanggal 19 Januari 1949, sebulan sesudah tentara kolonial Belanda melancarkan aksi agresinya yang kedua dengan merebut Ibu Kota Republik Indonesia, Yogyakarta. Tentara Kolonial telah pula siap siaga untuk melancarkan serangan kilat hendak merebut sebuah kota strategis yang hanya dipertahankan oleh satu batalion Tentara Nasional Indonesia. Di kota itulah, si Bapak dikagetkan dengan kedatangan putra sulungnya yang mendadak muncul setelah bertahun-tahun merantau tanpa kabar berita. Si sulung telah kembali pulang dengan membawa sebuah usul yang sangat mengagetkan si Bapak. Waktu itu seputar jam 10.00 si Bapak yang sudah lanjut usia, jalan hilir mudik dengan membawa beban persoalan yang terus menerus merongrong pikirannya.
2020
Penghargaan Remaja Terhadap Ayah Oleh Rizky Arief Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau Abstrak Ayah merupakan salah satu figur yang menjadi pemimpin dan pembimbing dalam keluarga, karena pentingnya itu seorang anak wajib menunjukkan pengabdian mereka kepada ayah melalui penghargaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan dan bentuk penghargaan remaja kepada ayah. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 908 sampel remaja di Pekanbaru. Jawaban responden diperoleh melalui bentuk pertanyaan open-ended yang dikembangkan oleh Kim dan Park (2008) dan dianalisa menggunakan teknik analisis data tematik dengan pendekatan Indigenous Psychology. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja di Pekanbaru 93.94% sangat menghargai ayahnya dengan berbagai alasan (1) fathering (peran ayah) (49,55%), (2) figur ayah (28,56%), (3) pertalian darah (10,33%), (4) ikatan emosional (8,67%), dan (5) keterlibatan (2,89%). Selain alasan menghargai ayah, penelitian juga mengungkapkan ...
2013
Editor : Sukini Penata Letak : Haryo Sundoro Desain Kaver : Haryo Sundoro Cetakan Pertama -Oktober 2013 ISBN : 978-602-9734-75-1 DARI KAMPUNG KEPADA NEGERI viii+ 90 20,5 em © 2013 UAB MEDIA Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Kakek saya pernah bercerita di masa mudanya yang sering berkirim kabar lewat surat kepada pujaaan hati. Hidup di waktu ketika korespondensi tertulis masih lazim dilakukan jamak kawula muda membuatnya terkadang girang bukan main. Ia tak pernah melewatkan sehari tanpa menunggu di depan rumah ketika siang masih terik. Menunggu orang berbalas surat cinta membuat kakekku hobi membeli kertas kuarto bergaris, pensil, dan rautan tiap bulan. Konsumsi alat tulis ini tentu mengeluarkan kocek yang cukup lumayan. Apalagi statusnya waktu itu masih pelajar di sebuah sekolah menengah atas negeri di pinggiran Kota Yogyakarta. Kakek menulis surat kepada seseorang yang tinggal di Solo, seorang kenalan yang ditemuinya sejak duduk di kelas sepuluh. Ia mengenal gadis berambut pendek-barangkali mirip gaya rambut Nike Ardilla-tatkala mengikuti lomba nasional di Jakarta. Pertama kali berjumpa dalam kompetisi karya ilmiah bergengsi tersebut, kakek tak pernah pikun mengingat paras ayu perempuan itu. Usai lomba, tuturnya, ia tak lupa minta alamat perempuan itu. Bukan main senangnya ketika gayung bersambut. Alamatnya kakek catat di buku tulis bermerek Sinar Dunia (Sidu). Selang beberapa hari, mereka saling berkirim kabar, cerita, dan cinta lewat Pak Pos. Barangkali itu cinta pertama kakek, meski secara fisik tak pernah berjumpa lagi. Angan-angan sejoli itu terpaut erat. Cinta kakek bisa dikatakan nahas. Surat demi surat ia tulis, puluhan balasan diterima, tetapi hanya sebatas itu. Ia tak pernah diizinkan orang tuanya untuk pergi ke Solo menemui gadis itu. Mungkin kisah cinta di masa silam memang dianggap tabu untuk diekspresikan. Sekalipun hasrat hendak bertemu, tentu saja tak pernah diizinkan. Surat-surat cinta itu masih disimpan kakek. Ia masukkan ke kotak kayu jati berwarna cokelat yang sengaja disembunyikan di gudang belakang rumah. Kakek sudah beristri dan memiliki anak sembilan. Anak ketiganya adalah ayah saya. Kakek merasa kandas, tak pernah bisa meminang gadis pujaan hatinya itu. Hal sepele seperti terpaut jauh jarak di antara mereka membuat orang tua kakek tak pernah meneken iktikad Ibnu Said Mahasiswa
Surat ini berasal dari orang yang tidak pernah merasakan pendidikan di pesantren. Hal ini perlu saya tegaskan karena saya berharap pesantren mempunyai pandangan yang terbuka bagi siapa saja untuk berpendapat tentang pesantren. Walaupun beragam jenis pesantren namun secara umum saya anggap sama ditinjau dari pesantren sebagai lembaga pendidikan. Pandangan yang akan saya sampaikan berawal dari pamahaman saya bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mampu menyesuaikan zaman dan lembaga pendidikan asli Indonesia.
Hasta el Tuétano, 2024
Le Portique, 2024
International Journal of Paleopathology, 2019
Contemporary Arab Affairs
B.Sc. Thesis, 1994
Journal of emerging technologies and innovative research, 2017
Geoarchaeology, 2022
Azerbaycan milli bağımsızlık hareketinde siyasi muhaceretin rolü (1920-1950), 2023
2013
Lecture Notes in Computer Science, 2009
Journal of Allergy and Clinical Immunology: Global
Acta Orthopaedica, 2007
13th SIMSR Global Marketing Conference -Proceedings, 2018
International Journal of Neuroscience, 2021
Journal of Archaeological Method and Theory, 2024
Clinical Transplantation, 2005