Academia.eduAcademia.edu

OSEANOGRAFI

LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI PERIKANAN

LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI PERIKANAN Perhitungan Hasil Tangkap Perikanan (Catch-Ano, WT-Ano, PDO, dan Korelasinya) Selama tahun 1995-2004 Disusun oleh: Ade Diska Ibrahim 125080600111077 I-01 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JUNI 2014 KATA PENGANTAR Laporan ini di rancang dan di tulis untuk mencapai beberapa tujuan.Tujuan utama untuk memenuhi Oseanografi Perikanan. Kedua untuk memenuhi praktikum Oseanografi Perikanan. Dalam pencapaian tujuan-tujuan tersebut, penulis mencoba memadukan berbagai metode dari para ahli teori dengan pusat bahas pada konsep-konsep yang terap dan berguna. Pembahasan pada laporan ini telah dipilih dengan dua pertimbangan pemikiran yaitu untuk memberikan informasi yang berguna dan relevan, dan untuk memberikan suatu pemahaman mengenai bagaimana menentukan ukuran butir dan analisanya. Salah satu bagian yang menggembirakan dalam penulisan suatu laporan adalah kesempatan untuk menyampaikan terimakasih kepada Dosen pembimbing yang membantu dalam praktikum Geologi Laut atas ide dan sarannya, serta kesempatan yang telah diberikan kepada penulis dalam pembuatan laporan ini. Tidak lupa puji syukur penulis sampaikan kepada ALLAH SWT atas kehendaknya dan rahmat serta kasihnya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca saangat penulis harapkan, semoga makalah ini berguna bagi siapapun yang membacanya. Amin Malang, 9 Juni 2014 Penulis Afrita Ayu S. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL 1 KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Maksud dan Tujuan 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1 Data Hasil Tangkap (Catch Ano) 3 2.2 Suhu Permukaan Laut (Water Temperature / WT Ano) 4 2.3 PDO (Pasific Decadal Oscillation) 4 2.4 Korelasi 6 BAB III METODOLOGI 7 3.1 Alat dan Bahan 7 3.2 Skema kerja 7 BAB IV Hasil dan Pembahasan 12 4.1 Hasil 12 4.2 Pembahasan 13 BAB V PENUTUP 16 5.1 Kesimpulan 16 5.2 Saran 16 DAFTAR PUSTAKA 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Planet Bumi merupakan anggota tata surya yang unik di mana samudera melingkupi ± 140 juta mil persegi dari total ± 200 juta mil persegi luas permukaannya. Fenomena dinamikanya seperti pasang surut, arus, transport massa, dan sebagainya, termasuk fenomena-fenomena yang belum terungkap secara lugas, contohnya fenomena el nino dan la nina, dibutuhkan informasinya oleh banyak negara. Semua fakta di atas mengukuhkan pentingnya samudera bagi kehidupan nasional, regional, dan internasional. Dan ini juga mengukuhkan pentingnya disiplin ilmu oseanografi untuk lebih dilirik, dipahami, bahkan didalami oleh para intelektual yang meminatinya (Lanuru dan Suwarni, 2011). Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi potensial yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan manusia yang semakin sulit. Peningkatan pertumbuhan manusia tidak sebanding dengan peningkatan sumber daya alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Hal ini mendorong sektor perikanan untuk meningkatkan hasil tangkapannya. Indonesia merupakan negara perairan yang masih memiliki kendala dalam bidang penangkapan ikan. Salah satu kendala yang dihadapi oleh nelayan-nelayan Indonesia adalah keterbatasan pengetahuan dalam penentuan posisi penangkapan yang efisien atau daerah (Limbong, 2008). Perikanan tangkap sebagai sistem yang memiliki peran penting dalam penyediaan pangan, kesempatan kerja, perdagangan dan kesejahteraan serta rekreasi bagi sebagian penduduk Indonesia perlu dikelola yang berorientasi pada jangka panjang (sustainability management). Tindakan manajemen perikanan tangkap adalah mekanisme untuk mengatur, mengendalikan dan mempertahankan kondisi sumber daya ikan pada tingkat tertentu yang diinginkan. Salah satu kunci manajemen iniadalah status dan tren aspek sosial ekonomi dan aspek sumber daya. Data dan informasi status dan tren tersebut dapat dikumpulkan baik secara rutin (statistik) maupun tidak rutin (riset) (Noviyanti, 2011). Maksud dan Tujuan Maksud dari praktikum Oseanografi Perikanan ini adalah untuk mengetahui cara pengolahan data hasil penangkapan dengan dilihat berdasarkan Catch Ano, WT Ano, PDO dan korelasinya. Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mampu mengolah data hasil tangkap yang telah diberikan sesuai dengan prosedur dan skema yang benar, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam dunia perikanan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Data Hasil Tangkap (Catch Ano) Menurut data statistik perikanan Indonesia (2011), data produksi perikanan adalah mencakup semua hasil penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air yang ditangkap dari sumber perikanan alami baik yang diusahakan oleh perusahaan perikanan maupun rumah tangga perikanan. Yang dicacah sebagai produksi tidak hanya jumlah penangkapan yang dimakan nelayan/rumah tangga peikanan atau yang diberikan kepada nelayan sebagai upah. Indonesia memiliki potensi sumber daya perikanan yang sangat besar baik dari segi kuantitas maupun keanekaragamannya. Potensi lestari (maximum sustainable yield/MSY) sumber daya perikanan tangkap diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun. Sedangkan potensi yang dapat dimanfaatkan (allowable catch) sebesar 80% dari MSY yaitu 5,12 juta ton per tahun. Namun demikian, telah terjadi ketidakseimbangan tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan antar kawasan dan antar jenis sumber daya. Di sebagian wilayah telah terjadi gejala tangkap lebih (over fishing) seperti di Laut Jawa dan Selat Malaka, sedangkan di sebagian besar wilayah timur tingkat pemanfaatannya masih di bawah potensi lestari (Adisanjaya, 2011) Perikanan tangkap sebagai sistem yang memiliki peran penting dalam penyediaan pangan, kesempatan kerja, perdagangan dan kesejahteraan serta rekreasi bagi sebagian penduduk Indonesia perlu dikelola yang berorientasi pada jangka panjang (sustainability management). Tindakan manajemen perikanan tangkap adalah mekanisme untuk mengatur, mengendalikan dan mempertahankan kondisi sumber daya ikan pada tingkat tertentu yang diinginkan. Salah satu kunci manajemen ini adalah status dan tren aspek sosial ekonomi dan aspek sumber daya. Data dan informasi status dan tren tersebut dapat dikumpulkan baik secara rutin (statistik) maupun tidak rutin (riset) (Noviyanti, 2011). 2.2 Suhu Permukaan Laut (Water Temperature / WT Ano) Suhu perairan bervariasi, baik secara horizontal maupun vertikal. Secara horizontal suhu bervariasi sesuai dengan garis lintang dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Variasi suhu secara vertikal di perairan Indonesia pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu lapisan homogen (mixed layer) di bagian atas, lapisan termoklin di bagian tengah, dan lapisan dingin di bagian bawah. Lapisan homogen berkisar pada kedalaman 50-70 meter, pada lapisan ini terjadi pengadukan air yang mengakibatkan suhu pada lapisan ini menjadi homogen (sekitar 280 C). Lapisan termoklin merupakan lapisan dimana suhu menurun cepat terhadap kedalaman, terdapat pada kedalaman 100-200 meter. Lapisan dingin biasanya kurang dari 50 C, terdapat pada kedalaman 200 meter ( Nontji 1987 dalam Basuma, 2009). Pengaruh suhu secara langsung terhadap kehidupan di laut adalah dalam laju fotosintesis tumbuh-tumbuhan dan proses fisiologi hewan, khususnya derajat metabolisme dan siklus reproduksi. Secara tidak langsung suhu berpengaruh terhadap daya larut oksigen yang digunakan untuk respirasi biota laut. Pengaruh suhu terhadap tingkah laku ikan akan terlihat jelas pada waktu ikan melakukan pemijahan. Setiap ikan mempunyai kisaran suhu tertentu untu melakukan pemijahan, bahkan mungkin dengan suatu siklus musiman yang tertentu pula (Gunarso, 1985 dalam Limbong, 2008). Samudera mempunyai fungsi untuk menstabilkan suhu permukaan bumi. Ada beberapa referensi yang menjelaskan mengenai kemampuan samudera untuk mengatur pemanasan dan untuk mengatur distribusi uap air yang di control oleh suhu permukaan laut. Penelitian khusus lainnya dilakukan oleh Nicholls (1981,1984) dalam Awaluddin (2011), yang menunjukkan bahwa hubungan antara laut dan udara di Indonesia terkait dengan anomaly/keganjilan suhu permukaan laut dan hal itu mempunyai hubungan seasonal yang kuat dengan Samudra Pasifik. Penemuan terakhir menjelaskan bahwa anomaly/keganjilan suhu permukaan laut di Samudera India juga ada hubungannnya dengan hujan di Indonesia (Awaluddin, 2011). 2.3 PDO (Pasific Decadal Oscillation) Pasifik dekade Oscillation (PDO) didefinisikan oleh beberapa ahli sebagai El-Nino panjang seperti pola variabilitas iklim Pasifik, dan oleh beberapa ahli lain sebagai campuran dari dua mode independen yang memiliki karakteristik spasial dan temporal yang berbeda dari variabilitas suhu permukaan laut Pasifik Utara (SST). Telah dibuktikan dengan kuat untuk dampak PDO di belahan bumi selatan, dengan perubahan iklim permukaan hampir setengah wilayah Samudra Pasifik selatan, Australia, dan Amerika Selatan. Beberapa penelitian independen menemukan bukti hanya untuk dua siklus PDO penuh di abad yang lalu: rezim PDO "dingin" diberlakukan dari 1890-1924 dan lagi dari 1947-1976, sementara rezim PDO "panas" mendominasi dari 1925-1946 dan dari tahun 1977 sampai (pada setidaknya) pertengahan 1990-an. Perubahan iklim interdekade Pasifik berdampak luas pada sistem alam, termasuk sumber daya air di Amerika dan banyak perikanan laut di Pasifik Utara (Mantua et. al.,2009). Pasifik dekade Oscillation (PDO) adalah variasi suhu permukaan laut di Samudera Pasifik Utara. Variasi ini terjadi selama 10-35 tahun. PDO mirip dengan El Nino Southern Oscillation (ENSO) pola di Pasifik Selatan dan diharapkan memiliki efek yang sama juga. Temuan dikejar mencari refleksi dari PDO dalam suhu permukaan laut di masa lalu dalam Model Iklim Global (GCMS). Model Iklim global yang mengintegrasikan berbagai persamaan menggambarkan atmosfer dan lautan untuk membantu memproyeksikan iklim di masa depan serta merekonstruksi masa lalu (Kuball, 2006). Kemudian menurut Patterson et.al., (2013), Iklim dan oseanografi di timur laut Pasifik diatur dengan posisi sistem tekanan AL dari Oktober sampai Maret, dan sistem tekanan NPH April sampai September, yang pada gilirannya dipengaruhi oleh aliran jet dan siklus ENSO. Kurang dipahami dengan baik secara regional dimodifikasi, dekade (misalnya, PDO) untuk siklus skala seratus, yang tampaknya timbul dari teleconnections skala global yang ditumpangkan pada fenomena tersebut. Pesisir barat daya Pulau Vancouver memiliki sebuah temperatur iklim dingin di mana curah hujan bisa mencapai hingga 400 cm per tahun. Selam musim dingin, wilayah pesisir dipengaruhi oleh sistem frontal terkait dengan badai siklon. Selama musim kering panas yang relative lebih hangat, wilayah pesisir dipengaruhi oleh sistem antisikloni besar. 2.4 Korelasi Korelasi menyatakan derajat hubungan antara dua variabel tanpa memperhatikan variabel mana yang menjadi peubah. Karena itu hubugan korelasi keeratan hubungan dan bentuk hubungan antara dua atau lebih variable. Koefisien korelasi biasa diberi lambing r. koefisien korelasi dinyatakan dengan bilangan, berada pada interval -1 < 0 <1. Apabila korelasi mendekati +1 atau -1 berarti terdapat hubungan yang kuat. Sebaliknya belum dapat dikatakan sebagai hubungan sebab akibat. Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linear antara dua variabel. Korelasi tidak menunjukkan hubungan fungsional atau dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Variabel dependen diasumsikan random/stokastik, yang berarti mempunyai distribusi probabilistik. Variabel independen/bebas diasumsikan memiliki nilai tetap (dalam pengambilan sampel yang berulang) (Sampurna, 2010). Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui korelasi yang mendekati 0 bernilai lemah. Apabila korelasi terdapat hubungan antara kedua variable tidak terdapat hubungan sama sekali. Sedangkan apabila nilai korelasi sama dengan 1 berarti kedua variable memiliki hubungan yang sempurna (Majiddin, 2009). Menurut Walpole (1995), ukuran korelasi linear antara dua peubah yang paling digunakan adalah yang disebut koefisien korelasi momen-hasil kali Pearson atau ringkasannya koefisien korelasi contoh. Perlu diingat bahwa koefisien korelasi antara dua peubah, sehingga nilai r = 0 berimplikasi tidak adanya hubungan linear, bukan bahwa antara kedua peubah itu pasti terdapat hubungan. Ukuran hubungan linear antara dua peubah X dan Y diduga dengan koefisien korelasi contoh r. BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan 1. Pada praktikum Oseanografi Perikanan (Oseper), alat yang digunakan antara lain: Laptop = sebagai perangkat keras untuk megolah data citra Charger = untuk mengisi baterai pada laptop Sedangkan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: Aplikasi Ms. Excel = sebagai perangkat lunak untuk mengolah data hasil tangkap perikanan tahun 1995 - 2004 Data hasil tangkap perikanan = sebagai data mentah yang akan diolah 3.2 Skema kerja Buka file yang berisi data yang akan diolah, dalam bentuk database (.xls) Setelah itu masuk pada sheet catch pada data excel yang telah terbuka, lalu arahkan pada kolom Avg. Cari rata-rata hasil penangkapan dari bulan Januari 1995 sampai dengan Januari 2004 dengan rumus =average(). Lalu drag atau blok ke bawah seperti di bawah ini Setelah itu klik ke sheet selanjutnya yaitu Ano catch. Kemudian hitung rata-rata pada kolom Avg. Karena datanya sama maka kembali ke sheet catch pada kolom Avg, copy data dari Januari 1995, kemudian enter pada Sheet Ano catch pada kolom Avg. dan drag sampai hingga Desember Desember 1995. Kemudian copy lagi data rata-rata Januari 1996 dari sheet catch dan enter pada sheet Ano catch pada Januari 1996, lalu drag sampai Desember 2004. Untuk menghitung nilai Catch Ano dengan cara Tot.catch dikurangi dengan Avg (rata-rata), lalu drag hingga Desember 2004. Kemudian dilanjutkan pada sheet WT catch, cari nilai catch ano dengan cara meng-copy nilai catch-ano dari sheet Ano catch, lalu enter pada kolom catch ano pada sheet WT catch lalu drag ke bawah Setelah itu buat grafik dengan cara blok data WT ano dan catch ano pada januari 1995 hingga desember 2004. Klik insert lalu pilih chart dan pilih tipe line, hasilnya sebagai berikut Kemudian atur data series dengan cara klik kiri dan klik kanan pada grafik, kemudian muncul kotak dialog, lali klik format data series dan pilih secondary axis pada series option. Atur nilai axis dengan cara klik kiri dan klik kanan pada axis pada sebelah kiri grafik, pillih format axis. Pilih fixed pada axis option minimum dan maximum. Pada minimum isi dengan -3 dan maximum 3. Dan klik automatic pada horizontal axis crosses. Selanjutnya hitung analisa data dengan menggunakan data analysis. Pilih menu data dan klik data analysis sehingga muncul kotak dialog seperti ini, pilih correlation. Masukkan data range dari WT ano dan catch ano pada bulan januari 1995 sampai desember 2004. Lalu pada output option tentukan letaknya, asal tidak mengganggu tabel maupun grafik, klik ok. Hasilnya akan muncul seperti di bawah ini   Column 1 Column 2 Column 1 1   Column 2 -0.02767 1 Selanjutnya klik sheet cacth ano, dan lakukan hal yang sama seperti pada langkah ke 2, namun kali ini yang di pilih adalah sheet WT catch. Kemudian lakukan pembuatan grafik dan korelasi seperti langkah di atas. Untuk pembuatan grafik dan korelasi ini juga berlaku pada sheet PDO. BAB IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Pada praktikum Oseanografi Perikanan ini digunakan beberapa data perhitungan yaitu data Catch, Ano Catch, WT cacth, PDO dan WT PDO yang di letakkan pada sheet berbeda-beda. Masing-masing dari sheet tersebut diberikan data hail tangkap dari bulan Januari 1995 sampai dengan Desember 2004. Dari tabel tersebut dicari jumlah rata-ratanya dengan menggunakan rumus =Average pada Ms. Excel. Tabel tersebut menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tangkapan bervariasi pada tiap bulannya, kemudian untuk rata-rata hasil tangkap tertinggi adalah pada bulan April yang merupakan musim kemarau. Artinya pada musim tersebut suhu laut mulai optimal untuk masa pemijahan dan perkembangan dari ikan, sehingga hasil tangkapan akan lebih banyak. Selanjutnya pada sheet ano catch, didapatkan hasil catch anomaly (catch ano) yang merupakan hasil pengurangan dari total catch dengan rata-rata atau average hasil tangkap per bulan tiap tahunnya. Pada kolom Ano catch menunjukkan bahwa hasilnya sebagian besar bernilai minus (-), ini dikarenakan jumlah tangkapan kurang dari rata-rata hasil tangkap perbulannya. Namun ada beberapa yang tidak bernilai minus, seperti pada bulan Juli dan Agustus 1995. Artinya pada bulan tersebut, jumlah tangkapan melebihi jumlah rata-rata hasil tangkap perbulan. Atau bisa dikatakan pada saat tersebut, nelayan mendapatkan keuntungan dari jumlah hasil tangkap. Kemudian untuk sheet WT ano merupakan hubungan temperature dengan hasil tangkapan (suhu permukaan laut). Apabila suhu permukaan laut optimal, maka reproduksi ikan juga akan meningkat sehingga hasil tangkapan akan lebih banyak. Kemudian PDO catch, atau Pasific Decadal Oscilation. PDO ini berhubungan dengan peristiwa El Nino dan La Nina, yang dampaknya juga sampai ke perairan Indonesia. Samudra Pasifik merupakan samudra terluas di dunia sehingga apabila terjadi perubahan pada komponennya, juga akan berpengaruh terhadap iklim di dunia. 4.2 Pembahasan Pada praktikum Oseanografi Perikanan in didapatkan tiga grafik antara lain: Grafik WT catch Grafik tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara WT ano (perubahan suhu/temperature) dengan Catch ano (perubahan hasil tangkap). Apabila WT ano pada nilai yang optimal, maka hasil tangkapan akan meningkat. Seperti pada tahun 1999. Sedangkan pada tahun 1995 catch ano sangat rendah. Kemudian untuk WT ano tertinggi terjadi pada tahun 2000 dan pada saat terjadi penurunan hasil tangkap, dan WT ano terendah terjadi pada tahun 2003. Selanjutnya untuk korelasi antara WT ano dan Catch ano mempunyai nilai -0.02767, yang artinya korelasinya sangat lemah, sehingga ini tidak dapat digunakan untuk memprediksi di masa yang akan datang atau dengan kata lain data ini kurang akurat. Grafik PDO Catch Grafik di atas menunjukkan bahwa terjadi perubahan yang signifikan antara PDO dan Catch ano. Ada saatnya ketika PDO meningkat maka nilai dari Catch ano juga meningkat, dan ada juga ketika PDO menurun namun nilai catch ano meningkat. Artinya grafik tersebut menunjukkan hubungan yang beragam antara PDO dan Catch ano. Korelasi menunjukkan nilai -0.14454, artinya hubungan ini lemah dan tidak dapat digunakan untuk prediksi hasil tangkap di masa yang akan datang. Karena nilai korelasi yang baik antara -1 sampai dengan 1. Grafik WT PDO Grafik di atas menunjukkan hubungan yang beragam. Ketika WT ano tinggi, nilai PDO menurun, dan sebaliknya. Namun keadaan ini tidak menentu. PDO tertinggi terjadi pada tahun 1997, sedangkan WT ano tertinggi terjadi pada tahun 2000. Lalu untuk korelasinya bernilai -0,14454, ini juga melebihi range korelasi yang baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa korelasinya lemah. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indonesia memiliki potensi sumber daya perikanan yang sangat besar baik dari segi kuantitas maupun keanekaragamannya. Perikanan tangkap sebagai sistem yang memiliki peran penting dalam penyediaan pangan, kesempatan kerja, perdagangan dan kesejahteraan serta rekreasi bagi sebagian penduduk Indonesia perlu dikelola yang berorientasi pada jangka panjang Pengaruh suhu secara langsung terhadap kehidupan di laut adalah dalam laju fotosintesis tumbuh-tumbuhan dan proses fisiologi hewan, khususnya derajat metabolisme dan siklus reproduksi. Pasifik dekade Oscillation (PDO) adalah variasi suhu permukaan laut di Samudera Pasifik Utara. Variasi ini terjadi selama 10-35 tahun. Korelasi menyatakan derajat hubungan antara dua variabel tanpa memperhatikan variabel mana yang menjadi peubah. koefisien korelasi dinyatakan dengan bilangan, berada pada interval -1 < 0 <1. Apabila korelasi mendekati +1 atau -1 berarti terdapat hubungan yang kuat Hasil dari korelasi antara WT ano dengan Catch ano, PDO dengan Catch ano, maupun WT dengan PDO sama-sama menunjukkan korelasi yang lemah karena nilainya kurang dari -1, dan bisa dikatakan bahwa data tersebut kurang akuran jika digunakan untuk prediksi jangka panjang. 5.2 Saran Sebaiknya untuk waktu praktikum direncanakan dengan baik, karena melihat dari asisten yang belum siap untuk membimbing praktikum dan untuk waktu praktikumnya sebaiknya tidak terlalu mendekati ujian akhir, karena akan memecah konsentrasi mahasiswa yang seharusnya fokus di ujian akhir semester. DAFTAR PUSTAKA Adisanjaya, Nym Ngurah. 2011. Potensi, Produksi Sumberdaya Ikan di Perairan Laut Indonesia dan Permasalahannya. EAFM Indonesia. Awaluddin, Muhammad Yusuf. 2011. Karakteristik Suhu Permukaan Laut Dan Hujan Di Indonesia. Staf Pengajar Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, Universitas Padjadjaran Basuma, Topan. 2009. Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Tongkol Berdasarkan Pendekatan Suhu Permukaan Laut Dan Hasil Tangkapan Di Perairan Binuangeun, Banten. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor KUBALL, CHRISTOPHER D. 2006. Diagnosis of the Pacific Decadal Oscillation in Global Climate Models. Meteorology Undergraduate, Iowa State University, Ames, IA . Department of Agronomy, Iowa State University, Ames, IA Limbong, Mario. 2008. Pengaruh Suhu Permukaan Laut terhadap Jumlah Ikan dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Jawa Barat. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB. Bogor Majiddin. 2009. Analisis Korelasi (Pengolahan data dengan Ms. Excel dan SPSS 13). Laboratorium Komputasi Jurusan Matematika FMIPA Universitas Haluoleo Kendari Mantua, Nathan J. and Steven R. Hare. 2009. The Pacific Decadal Oscillation. University of Washington, Joint Institute for the Study of the Atmosphere and Oceans Seattle, WA 98195-4235 USA Noviyanti, Rinda. 2011. Kondisi Perikanan Tangkap Di Wilayah Pengelolaan Perikanan (Wpp) Indonesia .Universitas Terbuka, Jakarta. Patterson, R. Timothy, Alice S. Chang, Andreas Prokoph , Helen M. Roe, Graeme T. Swindles. 2013. Influence of the Pacific Decadal Oscillation, El Niño-Southern Oscillation and solar. forcing on climate and primary productivity changes in the northeast Pacific. Quaternary International xxx (2013) 1e16 Sampurna, Putu. 2010. Analisis regresi. Staff Universitas Riau. Riau Sutisna, Dedi H. 2011. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia. Kementerian Kelautan Dan Perikanan 2010. Ministry Of Marine Affairs And Fisheries. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Directorate General Of Capture Fisheries Jakarta Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama OSEANOGRAFI PERIKANAN/IK ‘12Page 1