KARYA TULIS ILMIAH
Ejaan Bahasa Indonesia
OLEH :
BILLI PRAMUJA
Kelas IX F
SMP NEGERI 02 KOTA BENGKULU
Tahun Ajaran 2014/2015
KATA PENGANTAR
Bahasa adalah sebuah lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang digunakan untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sempurna. Dalam penyampaiannya mutlak susunan kalimat dan sebagainya menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan.
Kesalahpahaman dalam menerima informasi ini dapat terjadi apabila dalam berkomunikasi tidak memperhatikan aturan-aturan yang berlaku. Maka dari itu, aturan-aturan ini perlu untuk dipelajari, dan termasuk didalamnya adalah ejaan Bahasa Indonesia. Kesalahan dalam pengejaan dapat menghambat terjadinya komunikasi.
Berkomunikasi memang bukan hanya melalui lisan, dapat pula melalui sebuah tulisan. Berkomunikasi melalui lisan lebih mudah daripada tulisan, karena mimik, gerak-gerik, irama, jeda, dan unsur-unsur nonbahasa lainnya ikut memperlancar komunikasi itu. Dalam hal ini, unsur-unsur nonbahasa tidak dapat dituliskan, dan hal ini dapat menyulitkan komunikasi dan memberi peluang terjadinya kesalahpahaman. Disinilah ejaan dan tanda baca (fungtuasi) berperan sampai batas-batas tertentu, yakni menggantikan beberapa unsur nonbahasa yang diperlukan untuk memperjelas gagasan atau pesan.
Dengan ditulisnya laporan Karya Tulis ini semoga menjadi pelajaran dan bermanfaat bagi kita semua, dan kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk laporan ini, agar tercapainya laporan yang lebih baik lagi untuk kedepannya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN PENULISAN 1
BAB II MATERI 2
A. LANDASAN TEORI 2
B. SEJARAH SINGKAT EJAAN BAHASA INDONESIA 2
C. ATURAN PENULISAN HURUF 6
BAB III PENUTUP 16
A. KESIMPULAN 15
B. KRITIK DAN SARAN 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Banyak diantara kita yang masih banyak menggunakan kata dan susukan kalimat yang masih salah dalam beberapa forum. Ada saatnya kita menggunakan kalimat-kalimat baku, dan ada saatnya pula kita menggunakan kalimat nonbaku.
Hal ini perlu untuk diperhatikan. Ketika penggunaan kalimat telah sesuai namun penggunaan ejaannya masih belum benar, ini dapat mengakibatkan kesalahpahaman, atau bahkan informasi yang hendak disampaikan tidak dapat diterima dengan baik oleh pendengar. Ejaan sangat diperlukan, baik untuk komunikasi secara lisan atau bahkan tulisan.
Sehingga apa yang telah ada pada masyarakat umumnya, perlahan pemahaman ejaan yang digunakan diperhatikan dan diperbaiki dari keadaan semula yang mungkin terjadi kesalahan dalam pemakaiannya.
RUMUSAN MASALAH
Apa yang disebut dengan ejaan?
Bagaimana sejarah singkat ejaan Bahasa Indonesia?
Bagaimana aturan-aturan penulisan huruf?
TUJUAN PENULISAN
Untuk mendeskripsikan pengertian ejaan.
Untuk menjelaskan sejarah singkat ejaan.
Untuk menerangkan aturan-aturan penulisan huruf.
BAB II
MATERI
LANDASAN TEORI
Ejaan merupakan penggambaran lambang-lambang bunyi ajaran dan interelasi antar lambang dalam suatu bahasa. Ejaan mengalami tahap perkembangan, sebelum Ejaan Yang Disempurnakan, ejaan telah mengalami perubahan berulang kali, yaitu yang pertama Ejaan Van Ophuysen pada tahun 1901, kemudian Ejaan Republik (Soewandi) pada tahun 1997, baru kemudian Ejaan Yang Disempurnakan yang diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972.
SEJARAH SINGKAT EJAAN BAHASA INDONESIA
Ejaan ditinjau dari dua segi, meliputi segi khusus dan segi umum. Secara khusus, ejaan dapat diartikan sebagai perlambangan bunyi-bunyi bahasa dengan huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun menjadi kata, kelompok kata atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan ketentuan yang mengatur perlambangan bunyi
Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan dalam sebuah buku Kitab Logat Melajoe, dan mulai berlaku. Ejaan tersebut disusun oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Sebelum ejaan ini dituliskan oleh penulis, pada umumnya memiliki aturan sendiri dan sangat beragam dalam menuliskan konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca. Terbitnya Ejaan Van Ophuysen sedikit banyak mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain sebagai berikut:
Huruf “y” ditulis dengan “j”
Contoh:
Sayang – Sajang
Yakin – Jakin
Saya – Saja
Huruf “u” ditulis dengan “oe”
Contoh:
Umum – Oemoem
Sempurna - Sempoerna
Huruf “k” ditulis dengan ( ‘ )
Contoh:
Rakyat – Ra’yat
Bapak – Bapa’
Rusak – Rusa’
Huruf “j” ditulis dengan “dj”
Contoh:
Jakarta – Djakarta
Raja – Radja
Jalan – Djalan
Huruf “c” ditulis dengan “tj”
Contoh:
Pacar – Patjar
Cara – Tjara
Curang – Tjurang
Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
Ejaan Republik disusun oleh Mr.Soewandi. Penyusunan ini dimaksudkan untuk menyempurnakan Ejaan Van Ophuysen dan diresmikan dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A, tanggal 19 Maret 1947 dan diresmikan dengan nama Ejaan Republik.
Gabungan huruf oe dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan u dalam Ejaan Republik.
Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan k dalam Ejaan Republik.
Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.
Huruf e taling dan pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.
Tanda trema (“) dalam Ejaan Van Ophuysen dihilangkan dalam Ejaan Republik.
Van Ophuysen
Republik
Oemoer
Ma’loem
Rata-rata
ẽkor
Umur
Maklum
Rata2,Rata-rata
ekor
Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan Yang disempurnakan (EYD) diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972.Pedoman ejaan bahasa Indonesia di sebut pedoman umum, karena dasarnya hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum. Namun ada hal-hal lain yang bersifat khusus, yang belum di atur dalam pedoman itu, yang di sesuaikan dengan bertitik tolak pada pedoman umum itu. Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejaan yang di susun sebelumnya.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Ejaan EYD:
Perubahan Huruf
Ejaan Lama
Ejaan EYD
Dj
Tj
Nj
Ch
Djika,wadjar
tjakap,pertjaja
njata,sunji
achir,chawatir
J
C
Ny
Kh
Jika, wajar
Cakap, percaya
Nyata, sunyi
Akhir, khwatir
Huruf f, v dan z merupakan unsur serapan dari bahasa asing yang telah diresmikan pemakaiannya.
Misal:
Khilaf
Fisik
Zakat
Universitas
Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan , misalnya pada kata furqan dan xenon.
Penulisan di- sebagai awalan dibedakan dengan di yang merupakan kata depan. Sebagai awalan, di- di tulis serangkai dengan unsur yang menyertainya, sedangkan di sebagai kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misal:
Awalan
Kata Depan
di-
dicuci
dibelikan
dilatarbelakangi
Di
Dikantor
Di belakang
Di tanah
Kata Ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. angka dua tidak digunakan sebagai penanda perulangan.
Misal:
Anak-anak, bukan anak2
Bersalam-salaman, bukan bersalam2an
Bermain-main, bukan bermain2
Hal-hal yang diatur dalam EYD:
Pemakaian huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring
Penulisan kata
Penulisan tanda baca
Penulisan singkatan dan akronim
Penulisan angka dan lambang bilangan
Penulisan unsur serapan
ATURAN PENULISAN HURUF
Pemenggalan Kata
Adakalanya kata harus dipenggal, misalnya karena pindah baris, atau untuk keperluan lain. Kata-kata seperti labrak, keprok, dan caplok sering dipenggal menjadi la-brak, ke-prok, dan ca-plok. Cara pemenggalan tersebut salah, dan yang benar adalah lab-rak, kep-rok, dan cap-lok.
Kata-kata serapan, seperti geografi, moderator, dan musikus, sering dipenggal menjadi ge-o-graf-i, mo-de-rat-or, dan mu-sik-us. Padahal kata-kata ini seharusnya dipenggal menjadi ge-o-gra-fi, mo-de-ra-tor, mu-si-kus.
Penulisan Kata Depan dan Partikel
Kata depan di dan ke terpisah dengan kata yang mengikutinya. Berbeda dengan penulisan awalan di dan ke yang harus digabung dengan kata dasarnya.
Dipisah
Digabung
di pasar
di rumah
di rumah sakit
ditangkap
dikubur
dipukul
Penulisan Gabungan Kata
Unsur kata-kata yang bisa berdiri sendiri penulisannya dipisah. Sedangkan kata-kata yang tidak bisa berdiri sendiri penulisannya digabung.
Dipisah
Digabung
Buku tulis
Luar negeri
Garam dapur
Antarkota
Prasyarat
Prasejarah
Penulisan Kata Ulang
Kata ulang dihasilkan dari proses perulangan dan ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh :Lari-lari, Ragu-ragu, kadang-kadang, dll.
Kata ulang yang berubah bunyi.
Contoh :Sayur-mayur, Warna-warni, Bolak-balik.
Perulangan berimbuhan sekaligus, di awal saja atau akhir.
Contoh: Berpeluk-pelukan, Berjalan-jalan, Hormat-menghormati.
Penulisan Kata Berimbuhan
Macam-macam bentuk imbuhan: meng-, per-, peng-, ter-, -an, -kan, -i
Penulisan Bentuk Gabungan Terikat
Gabungan kata adalah bentuk terikat yang tidak mandiri sebagai kata, tetapi memiliki arti penuh.
Contohnya: …..kuselesaikan….. , ….kaunyatakan…, …bantuanmu…, …bukunya…
Penulisan Bentuk Singkatan dan Akronim
Singkatan adalah bentuk bahasa yang dipendekkan dari kata atau kelompok kata yang terdiri dari atas satu bunyi atau lebih.
Ada singkatan biasa (tanpa tanda titik)
Singkatan umum (dengan tanda titik)
Singkatan ukuran
Akronim
Penulisan Unsur Serapan
Penulisan kata serapan bahasa asing yang berimbuhan pada dasarnya tidak berbeda dengan kata berimbuhan bahasa indonesia pada umumnya, yang memperlakukan kaidah peluluhan fonem-fonem tertentu. Fonem p, t, k dan s meluluh.
Kata Dasar
+ meng-
+ peng- / peng-…-an
Kritik
Mengkritik/ mengritik
Pengkritik/ pengritik
Stabil
Menstabilkan/ menyetabilkan
Penstabil/ penyetabil
Program
Memprograkan/ memogramkan
Pemprograman/ pemrograman
Prediksi
Memprediksi/ memrediksi
Pemprediksi/ perediksi
Penulisan Angka
Untuk menyatakan bilangan tingkat, harus diberi awalan ke- dan garis penghubung (-) sehingga penulisannya sebagai berikut:
Contoh: juara ke-2
bangku ke-3 dari depan
abad ke-20
Untuk angka Romawi tidak perlu menggunakan awalan ke- dan garis penghubung.
Contoh: juara II
bangku III dari depan
abad XX
Penggunaan Tanda Baca
Permasalahan yang sering ditemukan adalah:
Penggunaan tanda titik pada singkatan nama orang, nama gelar dan nama lembaga
Penggunaan tanda koma pada pemerincian
Penggunaan tanda penghubung pada akhir baris dan pada gabungan kata yang maknanya meragukan.
Penggunaan tanda titik dua (:) dan kutip (“...”) pada kalimat langsung
Kata-kata Berejaan Kembar
Dewasa ini banyak dijumpai kata yang cara penulisannya bermacam-macam. Misalnya, di samping ahli ada akhli ; di samping doa ada do’a; di samping masalah ada mas’alah dan ada juga masualah.
Huruf Kapital atau Huruf Besar
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu belum selesai.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
“Kemarin engkau terlambat,” katanya.
“Besok pagi,” kata Ibu, “Dia akan berangkat”.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husen Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Irian Jaya
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasa Inggris
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
mengindonesiakan kata asing
keinggris-inggrisan
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
bulan Agustus hari Natal
bulan Maulid Perang Candu
hari Galungan tahun Hijriah
hari Jumat tarikh Masehi
hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara Kali Brantas
Banyuwangi Lembah Baliem
Bukit Barisan Ngarai Sianok
Cirebon Pegunungan Jayawijaya
Danau Toba Selat Lombok
Daratan Tinggi Dieng Tanjung Harapan
Gunung Semeru Teluk Benggala
Jalan Diponegoro Terusan Suez
Jazirah Arab
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar ke teluk
mandi di kali
menyeberangi selat
pergi ke arah tenggara
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris
gula jawa
pisang ambon
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
menjadi sebuah republik
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menurut undang-undang yang berlaku
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. doktor
M.A. master of arts
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
Prof. profesor
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. Saudara
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima.
“Silakan duduk, Dik!” kata Ucok.
Besok Paman akan datang.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ejaan sangat mempengaruhi perkembangan Bangsa Indonesia. Ejaan yang meliputi penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim, angka, dan lambang bilangan, serta penggunaan tanda baca. Selain itu juga tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan unsur asing.
Fungsi ejaan antara lain :
Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
Sebagai landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan
Sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain kedalam bahasa Indonesia.
Dengan adanya ejaan tersebut tentu membantu kita dalam hal penulisan agar penyampaian informasi dapat diterima dengan baik dan benar oleh para pembaca.
KRITIK DAN SARAN
Penggunaan ejaan dengan baik dan benar perlu untuk diperhatikan dan dipahami dengan benar. Penggunaan ejaan tersebut tentunya sangat penting dalam beberapa keadaan. Missal pembuatan makalah, laporan dan atau sebagainya. Penanaman penggunaan yang benar perlu untuk diberikan sedini mungkin pada siswa-siswa, agar tidak terjadi penyalahgunaan yang lumrah terjadi pada masyarakat umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
I Nengah Sukarta, I N. Suparwa, I G.N.K Putrayasa, I W. Teguh, 2011. Bahasa Indonesia Akademik untuk Perguruan Tinggi. Edisi I, Cetakan 2. Bali: Swasta Nulus.
3
24
25
2