Academia.eduAcademia.edu

Keji beling perbaikan

Latar Belakang Diabetes mellitus, penyakit gula, dan kencing manis adalah suatu gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah terlampau meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme glukosa di dalam tubuh. Penduduk di dunia rata-rata 1,5 % - 2 % menderita diabetes yang bersifat menurun (familial). Di tahun 2030 jumlah penderita diabetes akan meningkat sampai 366 juta jiwa. Harapan hidup penderita diabetes rata-rata 5 sampai 10 tahun lebih rendah dan resikonya akan penyakit jantung dan pembuluh adalah 2 sampai 4 kali lebih besar (Tjay dan Rahardja, 2007). Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang sulit disembuhkan mengingat kerja hati dalam memproses insulin sudah tidak semaksimal kerja sebelumnya. Diabetes mellitus dapat dicegah yaitu dengan, mengatur pola hidup yang kurang sehat menjadi lebih sehat. Penggunaan obat-obatan kimia telah banyak dilakukan tetapi sebagian penderita beralih menggunakan obat tradisional yang direkomendasikan oleh dokter (Andrianto, 2010). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan sebagai pengobatan, dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Menkes, 1994). Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional adalah tanaman strobilanthes cripus atau biasa dikenal dengan nama Keji Beling. Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat yaitu pada bagian daun (latief, 2013). Daun Keji Beling berkhasiat mengobati batu ginjal, batu empedu, sembelit, wasir, dan kencing manis. Keji Beling juga sering digunakan sebagai peluruh kencing (diuretik) dan pencahar. Penggunaan daun Keji Beling di masyarakat yaitu untuk mengatasi kencing manis dengan cara daun segar 20 50 gram, direbus dengan 6 gelas air sampai tersisa 3 gelas, dinginkan, disaring. Minum 3 kali 1 gelas per hari (Anonim, 2010). Daun Keji Beling mempunyai kandungan kimia antara lain kalium dengan kadar yang tinggi, natrium, kalsium, asam silikat (Hariana, 2013). Berdasarkan hasil penelitian isolasi dan karakterisasi, ekstrak metanol daun Keji Beling positif mengandung senyawa alkaloid (Mamonto dkk, 2012). Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dari simplisia nabati, yang menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995). Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang, uji efek ekstrak metanol daun Keji Beling (strobilanthes cripus) terhadap kadar glukosa dalam darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi glukosa. Rumusan Masalah Apakah ada efek ekstrak daun Keji Beling (Stobilanthes Cripus) terhadap kadar glukosa dalam darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi glukosa? Tujuan Penelitian Untuk menguji efek ekstrak daun Keji Beling (Strobilanthes cripus) terhadap kadar glukosa dalam darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi glukosa. Manfaat Penelitian Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang tanaman yang berkhasiat sebagai anti diabetes. Agar dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dan penelitian untuk pengembahan ilmu pengetahuan. Tinjauan Pustaka Keji Beling Gambar 1. Tanaman Keji Beling Klasifikasi Tumbuhan Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Asteridae Ordo : Scrophulariales Famili : Acanthaceae Genus : Strobilanthes Spesies : Strobilanthes crispus Bl (Anonim, 2011). Nama Lain Nama daerah : daun picah beling (Jakarta), daun keji beling enyoh kelo (Jawa Tengah) (Hariana, 20013). Sinonim : Soricocalyx crispus (L.) Bremek (BPOM RI, 2006). Morfologi Tumbuhan Morfologi dari tumbuhan Strobilanthes crispus yaitu memiliki batang beruas, bentuk batangnya bulat dengan diameter antara 0,12 - 0,7 cm, berbulu kasar, percabangan monopodial. Kulit batang berwarna ungu dengan bintik-bintik hijau pada waktu muda dan berubah jadi coklat setelah tua. Tergolong jenis daun tunggal, berhadapan, bentuk daunnya bulat telur sampai lonjong, permukaan daunnya memiliki bulu halus, tepi daunnya beringgit, ujung daun meruncing, pangkal daun runcing, panjang helaian daun berkisar ± 5 - 8 cm, lebar ± 2 - 5 cm, bertangkai pendek, tulang daun menyirip, dan warna permukaan daun bagian atas hijau tua sedangkan bagian bawah hijau muda (Hariana, 2013). Kandungan Kimia Keji beling juga mengandung kalium dengan kadar yang tinggi, natrium, kalsium, asam silikat (Hariana, 2013). Tanaman keji beling mengandung zat-zat kimia antara lain: kalium, natrium, kalsium, asam silikat, alkaloida, saponin, flavonoida, dan polilenoi (Anonim, 2010). Khasiat dan Penggunaan Tanaman Keji Beling berkhasiat sebagai peluruh kencing (diuretik) dan pencahar, batu ginjal, batu empedu, sembelit, wasir, dan kencing manis. (Hariana, 2013). Daun keji beling dapat mengatasi kencing manis dengan cara daun segar 20 50 gram, direbus dengan 6 gelas air sampai tersisa 3 gelas, dinginkan, disaring. Minum 3 kali 1 gelas per hari. Dapat pula dimakan sebagai lalapan, diambil daun keji beling mentah dan segar 3 lembar. Cara Pemakaian: dicuci sampai bersih, dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur (Anonim, 2010). Penyakit Diabetes Melitus Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis yang bercirikan hiper glikemia (glukosa-darah terlampau meningkat) dan khususnya menyangkut glukosa di dalam tubuh. Tetapi metaolisme lemakdan protein juga terganggu (Lat. Diabetes = penerusan, mellitus = manis madu). Penyebabnya adalah kekurangan hormone insulin, yang berfungsi memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel untuk dimetabolisr (dibakar) dan demikian dimanfaatkan sebagai sumber energi. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu, produksi kemih sangat meningkat dan penderita sering berkemih, merasa amat haus, berat badan menurun dan merasa lelah (Tjay dan Rahardja, 2007). Jenis DM Tipe-1 Pada tipe ini terdapat destruksi dari sel-beta pancreas, sehingga tidak memproduksi insulin lagi dengan akibat sel-sel tidak bisa menyerap glukosa dari darah. Karenaitu kadar glukosa meningkat di atas 10mmol/l, sehingga glukosa berlebihan dan di keluarkan lewat urin bersama (glycosuria). Di bawah kadar tersebut, glukosa ditahan oleh tubili ginjal. Tipe ini banyak menghinggapi orang-orang di bawah usia 30 tahun. Karena penderita senantiasa membutuhkan insulin, maka tipe 1 dahulu disebut IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Penyebabnya belum begitu jelas, tetapi terdapat indikasi kuat bahwa jenis ini disebabkan oleh suatu infeksi virus yang menimbulkan reaksi auto-imun berlebihan, akibatnya sel pertahanan tubuh tidak hanya membasmi virus tetapi ikut memusnahkan sel-sel Langerhans (Tjay dan Rahardja, 2007). Tipe-2 Tipe ini dimulai dari umur 40 tahun dengan insidensi lebih kepada orang gemuk (overweight) pada usia lanjut mereka yang hidupnya makmur, makan terlampau banyak, dan kurang gerak badan akan lebih besar resikonya. Mulainya DM2 sangat berangsur-angsur, dengan keluhan ringan yang sering kali tidak terkendali.tipe ini bersifat menyesatkan bahkan bila sudah terjadi komplikasi misalnya infark jantung atau gangguan pengelihatan. Penyebabnya akibat dari proses menua,banyak penderita jenis ini mengalami penyusutan sel-sel beta. Sel beta yang tersisa pada umumnya masih aktif, tetapi sekresi insulinnya semakin berkurang. Selain itu, kepekaan terhadap reseptornya juga menurun. Hipofungsi sel beta bersama resistensi insulin yang mengikat mengakibatkan gula-darah meningkat (hiperglikemia) (Tjay dan Rahardja, 2007). Diabetes kehamilan Pada wanita hamil dengan penyakit gula regulasi glukosa yang ketat adalah penting sekali untuk menurunkan resiko akan keguguran spontan, cacat-cacat dan overweight bayi atau kematian perinatal (Tjay dan Rahardja, 2007). Pengobatan DM (Tjay dan rahardja, 2007) Pengobatan diabetes mellitus dapat dibagi 2 kelompok yaitu: Pasien tipe-1 Pengobatan pasien tipe ini selalu dengan insulin karena sel-betanya tidak relatif lagi (0,6-0,9 UI/kg/hari) dan tidak dianjurkan meminum obat antidiabetika oral. Pasien tipe-2 Pengobatan pasien tipe ini yaitu dengan antidiabetika oral seperti dari golongan, Sulfonilurea, Kalium-Chanel blockers, Biguanida, Glukosidase-inhibitor, Thiazolidindion, Penghambat DPP4, dan golongan lain-lain. Ekstrak Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995). Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi, tiap ml ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat. Untuk mendapatkan ekstrak dilakukan proses ekstraksi (Depkes RI, 1995). Metdode dasar dari ekstrasi obat adalah maserasi (“proses M”) dan perkolasi (“proses P”). Biasanya metode ekstrasi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi. Sifat dari bahan mentah obat merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode ekstraksi (Ansel, 1989). Tujuan utama ekstraksi ialah mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan (concentrata) dari zat-zat yang tidak berfaedah, agar lebih mudah dipergunakan (kemudahan diabsorpsi, rasa, pemakaian, dan lain-lain) dan disimpan dibandingkan simplisia asal, dan tujuan pengobatannya lebih terjamin. Sesuai dengan alat yang dipergunakan, cara ekstraksi dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu maserasi dan perkolasi (Syamsuni, 2006). Glukosa Nama Resmi : Glucosum Nama Lain : Glukosa Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih tidak berbau rasa manis. Kelarutan : Larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol 95% P mendidih, sukar larutdalam etanol 95% P. Khasiat : Kalorigenikum (Depkes, 1979). Tikus Putih Gambar 2. Tikus putih wistar Klasifikasi tikus putih galur wistar Kingdom : Animalia Divisi : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Rodentia Famili : Muridae Subfamili : Murinae Genus : Rattus Spesies : Rattus norvegicus L (Anonim, 2007) Tikus Wistar merupakan tikus putih yang di kembangkan sejak 1906 dan digunakan dalam biologi dan penelitian medis. Tikus Wistar saat ini menjadi salah satu yang strain tikus paling populer yang digunakan untuk penelitian laboratorium. Hal ini ditandai oleh kepala lebar, panjang telinga, dan memiliki ekor panjang yang selalu kurang dari panjang tubuhnya. Galur tikus Sprague Dawley dan Long-Evans dikembangkan dari tikus galus Wistar. Tikus Wistar lebih aktif daripada jenis lain seperti tikus Sprague dawley (Anonim, 2010 ) Kerangka Konsep Hipotesis H0 : ekstrak daun Keji beling tidak memberikan efek terhadap kadar glukosa dalam darah tikus putih(Rattus norvegicus) H1 : Ekstrak daun Keji beling memberikan efek terhadap kadar glukosa dalam darah tikus putih (Rattusnovegicus) Metode Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan penelitian Posttest Only Control Group Design. Metode yang digunakan adalah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Dalam penelitian ini subjek dibagi menjadi tiga kelompok yang masing-masing subjek telah diberi beban glukosa sebanyak 0.1%. Perlakuan diberikan pada kelompok 1 ekstrak daun Keji Beling pada konsentrasi 10 %, kelompok 2 untuk kontrol negatif diberikan CMC 0,1 % dan kelompok 3 untuk kontrol positif diberikan Metformin. Satu jam setelah perlakuan, semua kelompok diberi larutan glukosa. Dengan design sebagai berikut: Perlakuan Posttest XA O1 XB O2 XC O3 Keterangan: XA : Perlakuan ekstrak daun keji beling 10 % dan pemberian glukosa O1 : Kadar gula darah setelah diberikan ekstrak daun keji beling 10 % dan glukosa XB : Pemberian CMC 0,1 % dan glukosa O2 : Kadar gula darah setelah diberikan CMC 0,1 % dan glukosa XC : Perlakuan Metformin dan pemberian glukosa O3 : Kadar gula darah setelah diberikan Metformin dan glukosa Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan mei-juni, bertempat di Laboratorium Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Manado Variabel Penelitian Variabel Bebas : Konsentrasi ekstrak daun Keji Beling (Storbilanthes cripus) Variabel Terikat : Kadar glukosa dalam darah tikus putih (Rattus norvegicus) Definisi Operasional Ekstrak daun Keji Beling merupakan ekstrak yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995). Efek kadar gula darah adalah efek yang ditimbulkan oleh pemberian ekstrak daun Keji Belling terhadap kadar gula darah pada tikus putih yang diukur setiap 30 menit selama 2 jam menggunakan alat ukur gula darah Nesco dengan satuan mg/dL. Sampel dan Teknik pengambilan sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Keji Beling segar yang berwarna hijau tua, yang diperoleh dari Kelurahan Malendeng, Manado Sulawesi Utara. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen Penelitian Alat Alat ukur gula darah (Nesco) Aluminium foil Blender Baker glass Erlenmeyer Gunting Jarum berujung tumpul untuk pemberian oral Kain flannel Lumpang dan alu Spuit injeksi Timbangan gram Waterbath Bahan : Aquadest CMC Glukosa Tablet Metformin 500 mg Prosedur Kerja Penyiapan Sampel Daun Keji Beling diambil yang telah tua dan segar. Daun yang diambil adalah daun yang telah membuka sempurna dan terletak di bagian cabang atau batang yang menerima sinar matahari sempurna. Daun dibersihkan dengan cara dicuci dengan air yang mengalir. Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan tanpa terkena sinar matahari secara langsung, kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender. Pengambilan dan Penyiaapan hewan uji Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus) yang berumur 2-3 bulan dan berat badan 150-250 g dengan jumlah 15 ekor, dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ekor tikus putih (Rattus norvegicus). Pembuatan Ekstrak Ditimbang 30 g serbuk simplisia daun Keji Beling dimasukkan dalam toples dan dimaserasi selama 5 hari dengan methanol 70% sebanyak 225 ml sambil sesekali diaduk. Maserat dipisahkan dengan cara disaring ke dalam erlenmeyer (maserat 1). Methanol ditambahkan pada ampas sampai 300 ml, maserat disaing dan dikumpulkan dengan maserat sebelumnya. Wadah ditutup, dibiarkan di tempat sejuk terlindung cahaya matahari selama 2 hari. Maserat dituang pada labu alas bulat dan dipekatkan dengan rotavapor, kemudian dilanjutkan dengan penguapan di atas waterbath. Pembuatan CMC 1 % CMC 1 % untuk 50 ml = 1 % x 50 ml = 0,5 mg Ditimbang serbuk CMC 0,5 mg, ditaburkan pada 50 ml air panas dalam gelas bekker, kemudian ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama 1 jam. Dimixer sampai serbuk CMC larut. Pembuatan suspensi Metformin 500 mg Faktor konversi manusia 70 kg ke tikus 200 g (0,018) Dosis tikus = Pemberian untuk tikus = = 12,6 mg / 200 g tikus Untuk 50 ml = = 252 ml/ 50 ml Berat 10 tablet Metformin = 5,3689 g = = Gerus tablet Metformin, ditimbang serbuk Metformin setara 270,59 mg kemudian disuspensikan dengan CMC 1 % sampai volume 50 mL. Pembuatan larutan Glukosa Dosis glukosa yang digunakan pada uji toleransi Glukosa Oral pada manusua dewasa yaitu 75 g (Noffritasari, 2006). Pemberian untuk tikus = 1,89 ml/200 g tikus Untuk 50 ml = /50 ml Digerus serbuk glukosa hingga halus, kemudian ditimbang serbuk glukosa setara 37,8 g, dilarutkan dengan aquadest sampai volume 50 ml. Pengujian Hewan uji tikus sebanyak 15 ekor dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Semua hewan uji dipuasakan selama 8 jam (tidak diberi makan tetapi tetap diberi minum ad libitum). Hewan uji diberi perlakuan : Kelompok 1 : Diberi ekstrak daun Keji Beling 10 %, sebanyak 2,5 ml/200 g, ditambah larutan CMC 1 % sebanyak 2,5 ml/200 g secara oral. Kelompok 2 : Diberi larutan CMC 1 %, sebanyak 2,5 ml/200 g tikus secara oral. Kelompok 3 : Diberi suspensi Metformin sebanyak 2,5 ml/200 g, ditambah larutan CMC 1 % sebanyak 2,5 ml/200 g secara oral. Satu jam setelah perlakuan, semua tikus diberi larutan glukosa 2,5 ml/200 g tikus. Diperiksa kadar gula darah tikus pada menit ke-30, 60, 90 dan 120 setelah pemberian glukosa (t1 sampai t4). Semua sampel darah diambil dari ujung ekor tikus dengan cara digunting dan kadar gula darah diukur dengan alat ukur gula darah Nesco dengan satuan mg/dL. Analisis Data Data dianalisis dengan uji one way anova menggunakan SPSS. Jadwal Penelitian Biaya Penelitian No. Uraian Jumlah Penyusunan proposal Rp. 350.000,- Pengadaan laporan proposal Rp. 300.000,- Pengadaan alat dan dan bahan Rp. 500.000,- Penelitian di laboratorium Rp. 850.000,- Penyusunan laporan KTI Rp. 400.000,- Pengadaan laporan KTI Rp.350.000,- Jumlah Rp. 2.750.000,- 19