Academia.eduAcademia.edu

Manajemen Operasi

2023, PTK PRESS

Bagi perusahaan atau organisasi jenis apa pun, upaya untuk kelangsungan hidup lebih penting dari pada sekedar mendapatkan keuntungan yang besar. Maka perusahaan atau organisasi harus menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan serta kepuasan konsumen baik dari sisi kualitas produk, harga, dan kualitas pelayanan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka salah satunya adalah terkait dengan proses produksi. Oleh karena itu kegiatan produksi atau proses produksi harus dilakukan dengan baik dalam arti yang luas, agar output yang dihasilkan mendatangkan hasil outcome yang mendukung kelangsungan hidup perusahaan atau organisasi. Buku ini mengulas manajemen operasi yakni bagaimana melakukan proses produksi dengan baik serta memberikan pelayanan dengan baik. Beberapa hal yang di bahas dalam buku ini mulai dari paradigma manajemen, system manajemen operasi, ruang lingkup manajemen operasi, strategi operasi, peramalan, perencanaan kapasitas produksi, pola produksi, tehnik produksi, pemilihan lokasi pabrik, tata letak, manajemen proyek, pengendalian persediaan, dan manajemen operasi jasa termasuk didalamnya membahas tentang manajemen antrian. Buku ini ditulis dan didesain secara sederhana, dengan harapan untuk memudahkan pemahaman bagi para pembaca dalam memahami manajemen operasi hal ini terutama bagi mahasiswa dan umumnya pada pelaku bisnis.

Manajemen Operasi i Manajemen Operasi ii Manajemen Operasi Manajemen Operasi iii Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun termasuk fotocopy, tanpa ijin tertulis dari penerbit (Sesuai dengan Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 49 ayat 1 Undang-Undang No.19 Tahun 2002. Sanksi pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta: 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 bulan dan atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,- (Satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,- (Lima milyard). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp.500.000.000,- (Lima ratus juta rupiah. Manajemen Operasi iv MANAJEMEN OPERASI Copyright @ 2023 oleh Dr. Frans Gana, M.Si All rights reserved Diterbitkan oleh PTK PRESS [bagian penerbitan Jurusan PTK FKIP Undana] Jl. Adisucipto Penfui Kupang NTT – 85001 Telp. (0380) 881639, Kupang Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Editor: Drs. Fred M. Dethan, MSc,Agr. Setter: Leny Gana-Mansopu Design sampul: Leny Gana-Mansopu Katalog dalam Terbitan (KDT) Dr. Frans Gana, M.Si Manajemen Operasi / oleh Dr. Frans Gana, M.Si Kupang: TPK PRESS Undana, 2023 ISBN 978-602-9222-36-4 Manajemen Operasi v PENGANTAR Manajemen operasi diperlukan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan perubahan atau inovasi produk agar menjadi lebih baik. Seiring perkembangan industri yang semakin maju, perusahaan atau organisasi dituntut memberikan kualitas yang terbaik terhadap produk ataupun jasa yang dihasilkan. Memahami manajemen operasi adalah hal yang penting karena bidang ini berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Setiap hari manusia selalu menjumpai serangkaian barang atau jasa yang melimpah. Semuanya itu diproduksi di bawah pengawasan manajer operasi. Untuk itu harus diakui bahwa kewenangan manajer operasi sangat penting dipelajari untuk meningkatkan pemahaman dan memudahkan penerapannya dalam berbagai organisasi atau perusahaan. Maka buku ini sangat penting dibaca dan disimak uraian materinya karena di dalamnya dijelaskan mengenai makna manajemen operasi dan berbagai hal yang berkaitan dengan manajemen operasi dibahas dan dianalisa dengan lengkap. Membaca buku ini akan membuat pembaca menemukan konsepkonsep dalam dunia manajemen operasi. Penjelasan dibuat dengan detail sehingga memudahkan gambaran manajemen operasi diperoleh. Untuk itu buku ini sangat baik untuk dijadikan bahan pengajaran perkuliahan, yang akan menolong para mahasiswa menggali konsep-konsep dasar manajeman operasi. Buku ini juga dapat menjadi pegangan bagi dosen. Tentu saja pelaku usaha juga penting untuk mempelajari buku ini. Detail bagaimana proses produksi, pelayanan dan berbagai hal mengenai jalannya perusahaan diuraikan dengan lengkap sehingga menolong pelaku usaha memahami apa yang dikerjakannya dan bagaimana kerja yang tepat dan efisien demi kemajuan perusahaan dan bagaimana mengelola perusahaan atau organisasi sehingga dapat bertahan. Editor Drs. Fred M. Dethan Manajemen Operasi vi PRAKATA Bagi perusahaan atau organisasi jenis apa pun, upaya untuk kelangsungan hidup lebih penting dari pada sekedar mendapatkan keuntungan yang besar. Maka perusahaan atau organisasi harus menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan serta kepuasan konsumen baik dari sisi kualitas produk, harga, dan kualitas pelayanan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka salah satunya adalah terkait dengan proses produksi. Oleh karena itu kegiatan produksi atau proses produksi harus dilakukan dengan baik dalam arti yang luas, agar output yang dihasilkan mendatangkan hasil outcome yang mendukung kelangsungan hidup perusahaan atau organisasi. Buku ini mengulas manajemen operasi yakni bagaimana melakukan proses produksi dengan baik serta memberikan pelayanan dengan baik. Beberapa hal yang di bahas dalam buku ini mulai dari paradigma manajemen, system manajemen operasi, ruang lingkup manajemen operasi, strategi operasi, peramalan, perencanaan kapasitas produksi, pola produksi, tehnik produksi, pemilihan lokasi pabrik, tata letak, manajemen proyek, pengendalian persediaan, dan manajemen operasi jasa termasuk didalamnya membahas tentang manajemen antrian. Buku ini ditulis dan didesain secara sederhana, dengan harapan untuk memudahkan pemahaman bagi para pembaca dalam memahami manajemen operasi hal ini terutama bagi mahasiswa dan umumnya pada pelaku bisnis. Secara khusus kiranya buku ini dapat membantu mahasiswa memiliki pemahaman dan wawasan yang memadai tentang perkembangan manajemen operasional khususnya dalam industri. Hal ini penting karena sebagai seorang calon tenaga profesional tidak cukup hanya mengetahui sejumlah ilmu, melainkan juga dituntut untuk dapat memahami implementasi manajemen operasional dalam industri. Dengan kehadiran buku ini, diharapkan dapat mendorong kelancaran perkuliahan dan memudahkan pemahaman mahasiswa Manajemen Operasi vii tentang implementasi manajemen operasional dalam industri sehingga nantinya dapat dijadikan modal dasar bagi dosen dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran optimal. Penulis berharap buku ini memberikan manfaat bagi para dosen, praktisi, dan mahasiswa guna pengembangan ilmu dan peningkatan SDM yang berkualitas. Buku ini penulis dedikasikan untuk pengembangan Ilmu Administrasi Bisnis, FISIP Universitas Nusa Cendana dimana penulis mengabdi sebagai pengajar. Penulis juga menyampaikan ungkapan terima kasih kepada sahabat seperjuangan yang telah mendukung selesainya buku ini, teristimewa Drs. Fred M. Dethan sebagai editor. Tentu saja buku ini juga dipersembahkan kepada orang-orang istimewa yang menjadi tujuan perjuangan penulis yakni istri tercinta dan dua anak laki-laki, Leny, Collin dan Aaron. Buku ini juga didedikasikan kepada semua pembaca yang berjuang untuk menimba sebanyak mungkin ilmu, kiranya Tuhan selalu melimpahkan kasih karunia, hikmat dan kecerdasan kepada setiap orang yang mencarinya. Kupang, April 2023 Frans Gana Manajemen Operasi viii DAFTAR ISI Halaman Pengantar ……………………………………………………… Prakata ………………………………………………………… Daftar Isi ……………………………………………………… vi vii ix Bab I KONSEP DASAR MANAJEMEN PRODUKSI A. Pengertian Manajemen Produksi ……….………………. B. Ruang Lingkup Manajemen Produksi …………………… C. Proses Produksi …………………………………………. D. Sistem produksi …………………………………………. E. Siklus Umur Sistem Produksi …………………………... 1 4 5 12 27 Bab II DESAIN PRODUK A. Pengertian Desain Produk ………………...................... B. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam desain produk C. Penelitian dan Pengembangan Produk (Product Research and Development) ……………………………………… D. Seleksi Produk ………………………………………….. E. Proses Research and Development ……………………... F. Proses pengembangan produk baru …………………….. G. Siklus Hidup Produk (product life cycle) ………………. H. Perencanaan Produk baru ………………………………. Bab III LOKASI PABRIK A. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi pabrik ……………………………………………. B. Tahapan penentuan lokasi pabrik ………………………. C. Cara penilaian lokasi pabrik …………………………….. D. Metode Pemilihan Lokasi Pabrik ………………………. E. Model transportasi ……………………………………… Manajemen Operasi 32 43 44 49 51 53 55 56 60 74 74 82 84 ix Bab IV BANGUNAN PABRIK A. Perencanaan bangunan pabrik ………………………….. 88 B. Hubungan antara bangunan pabrik dan layout pabrik …. 92 C. Jenis-jenis bangunan pabrik …………………………...... 94 D. Bentuk atap pabrik …………………………………….... 97 E. Lantai bangunan pabrik ………………………………… 98 F. Gudang …………………………………………………. 98 G. Metode penyimpanan …………………………………... 103 H. Beberapa pertimbangan di dalam perencanaan gudang pabrik …………………………………………………… 104 Bab V LAYOUT PABRIK A. Pengertian layout pabrik ……………………………….. B. Tujuan Perencanaan Layout ……………………………. C. Tujuan dari Penyusunan layout …………………………. D. Klasifikasi Perencanaan Layout ……………………….. E. Jenis-jenis layout ………………………………………. F. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk menyusun layout …………………………………………………… G. Cara melakukan plant layout …………………………… H. Pemindahan material (materials handling) dan Keseimbangan kapasitas ……………………………….. 107 109 111 111 114 118 120 122 Bab VI LINGKUNGAN KERJA A. Pelayanan karyawan ……………………………………... 127 B. Kondisi kerja ……………………………………………... 130 C. Hubungan antar karyawan ……………………………....... 143 Bab VII Luas Produksi Dan Pola Produksi A. Pengertian Luas Produksi ……………………………... Manajemen Operasi 159 x B. C. D. E. F. G. Faktor-Faktor Yang Membatasi Luas Produksi …………… Teknik Penentuan Luas Produksi ………………………… Pengertian pola produksi ………………............................... Jenis-Jenis Pola Produksi ………………………………... Faktor-Faktor Penentuan Pola Produksi ……………… Teknik Perhitungan Penentuan Pola Produksi ………… Daftar Pustaka …………………………………............................. Manajemen Operasi 162 164 168 168 174 176 178 xi BAB I KONSEP DASAR MANAJEMEN PRODUKSI Seringkali kita mengkonsumsi barang dan jasa tanpa memikirkan dari mana asalnya barang dan jasa tersebut. Padahal barang dan jasa yang dikonsumsi tersebut tidak datang dengan sendirinya. Barang dan jasa datang melalui suatu proses yang dikenal dengan proses produksi. Dalam proses produksi dibutuhkan sejumlah masukan berupa faktorfaktor produksi. Dalam ilmu ekonomi disebutkan bahwa keberadaan faktor-faktor produksi sangat terbatas. Sementara itu, kebutuhan hidup manusia yang akan dipuaskan dari faktor-faktor produksi tersebut relatif tidak terbatas. Oleh karena itu, penggunaan faktor-faktor produksi tersebut perlu diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan manfaat yang semaksimal mungkin bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Proses produksi yang dilaksanakan dalam suatu perusahaan atau suatu unit bisnis tidak saja berorientasi pada pemenuhan konsumen, tetapi juga melalui proses produksi dapat memperoleh sejumlah keuntungan tertentu. Untuk maksud tersebut, maka produksi tidak dilaksanakan dengan begitu saja tetapi perlu direncanakan dengan baik antara lain; jenis produk apa saja yang akan diproduksikan, berapa banyak produk yang akan diproduksikan, penggunaan tenaga kerja, penggunaan mesin dan peralatan, sumber-sumber pendanaannya, dan pemasaran hasil produksinya. A. Pengertian Manajemen Produksi Sebelum membahas pengertian manajemen produksi, terlebih dahulu akan dibahas beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan produksi, mengingat pengertian manajemen produksi tidak dapat terlepas dari pengertian produksi. Manajemen Operasi 1 1. Pengertian Produksi Pada hakekatnya produksi merupakan penciptaan atau penambahan faedah bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Proses transformasi atau perubahan bentuk atas faktorfaktor produksi tersebut disebut proses produksi. Produksi, diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya; faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat serta kombinasi dari faedah-faedah tersebut di atas. Apabila terdapat suatu kegiatan yang dapat menimbulkan manfaat baru, atau mengadakan penambahan dari manfaat yang sudah ada, maka kegiatan tersebut disebut sebagai kegiatan produksi. Contoh dari penambahan manfaat melalui perubahan bentuk adalah seorang atau perusahaan yang merubah bentuk kayu menjadi meja, kursi, almari, dan lain sebagainya. Seseorang atau perusahaan yang membawa hasil-hasil pertanian dari pedesaan ke daerah lain atau ke perkotaan merupakan contoh dari kegiatan produksi yang menimbulkan tambahan faedah tempat. Contoh dari penambahan faedah waktu, antara lain; perusahaan yang melakukan penyimpanan dalam gudang, misalnya penyimpanan hasil pertanian sampai dengan waktu yang diperlukan, penyimpanan barang-barang yang baru saja diturunkan dari kapal sampai dengan barang tersebut diperlukan atau diangkut dengan angkutan lain. Kadang-kadang kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan tersebut bukan hanya salah satu dari kegiatan tersebut di atas, melainkan merupakan suatu gabungan dari beberapa kegiatan. Misalnya sebuah perusahaan melaksanakan kegiatan perubahan bentuk dan juga melaksanakan kegiatan penambahan faedah tempat. Sebuah perusahaan meubel yang memproduksikan meubel Manajemen Operasi 2 ukir di daerah Jepara, yang sekaligus juga melakukan pengiriman ke daerah lain (misalnya ke Jakarta, Bandung, Kupang, Malang, dan kota lainnya). Demikian pula sebuah perusahaan yang melaksanakan kegiatan penggilingan padi dan juga melaksanakan penyimpanan dari beras yang siap dijual tersebut sampai dengan saat yang diperlukannya, merupakan contoh dari perusahaan yang melakukan kegiatan perubahan bentuk dan kegiatan yang menambah manfaat waktu. 2. Pengertian manajemen produksi Sebagaimana diketahui bahwa manajemen merupakan suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengawasan. Sedangkan produksi adalah penambahan atau penciptaan faedah/manfaat. Penambahan faedah ini dapat dilaksanakan melalui berbagai macam cara, antara lain faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat, dan gabungan dari faedah-faedah tersebut. Dengan demikian sebenamya manajemen produksi ini merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengawasan untuk dapat menambah, mempertinggi atau menciptakan faedah baru, baik faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat maupun gabungan dari beberapa faedah tersebut. Forgarty (Herjanto, 1997.2) mendefenisikan manajemen produksi dan operasi sebagai suatu proses berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Unsur-unsur pokok dalam definisi tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut. Kontinyu, artinya manajemen produksi dan operasi bukan suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Keputusan manajemen tidak merupakan suatu tindakan sesaat, melainkan tindakan yang berkelanjutan, atau dapat merupakan Manajemen Operasi 3 suatu proses yang kontinyu. Efektif, artinya segala pekerjaan harus dapat dilakukan secara tepat dan sebaik-baiknya, serta mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan manajemen produksi dan operasi memerlukan pengetahuan yang luas karena mencakup berbagai fungsi manajemen, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan juga pengendalian. Dalam pelaksanaannya, berbagai sumber daya seperti material, modal, mesin, manajemen atau metode, energi, dan informasi diintegrasikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Integrasi tersebut menggabungkan dua atau lebih sumber daya dalam berbagai kombinasi yang terbaik. Di samping itu, manajer produksi dan operasi juga dituntut untuk mempunyai kemampuan bekerja secara efisien agar dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Kegiatan manajemen produksi dan operasi sendiri harus mempunyai tujuan yang pasti, yaitu menghasilkan sesuatu keluaran sesuai dengan yang direncanakan. Keluaran ini dapat berupa produk yang berwujud (yaitu berupa barang) atau tak berwujud (yaitu berupa jasa). B. Ruang Lingkup Manajemen Produksi Ruang lingkup manajemen produksi meliputi seluruh aktivitas dalam bidang produksi yang meliputi tiga hal, yaitu desain, proses, dan pengawasan. Ruang lingkup aktivitas desain ini meliputi, antara lain; penelitian dan pengembangan produk, luas dan pola produksi, penentuan lokasi pabrik, penentuan letak fasilitas fisik dalam pabrik, pengendalian bahan, lingkugan kerja, dan persoalan standar. perencanaan bangunan pabrik. Dan aktivitas proses meliputi, antara lain; pengaturan persediaan, perencanaan dan pengawasan produksi, dan pemeliharaan dan penggantian. Sedangkan aktivitas pengawasan meliputi, antara lain; pengawasan kuantitas, pengawasan kualitas, dan pengawasan biaya produksi. Manajemen Operasi 4 Perencanaan Fungsi manajemen Pengorganisasian Penelitian dan pengembangan Produk Pengarahan Luas dan Pola produksi Pengkoordinasian Penentuan Lokasi Pabrik Pengawasan Penentuan letak fasilitas fisik dalam pabrik Manajemen Produksi Pengendalian Bahan DESAIN Lingkungan Kerja Persoalan Standar Fungsi Operasi Pengaturan Persediaan PROSES Perencanaan dan Pengaw asan Produksi Pemelihaan dan Penggantian Pengaw asan Kuantitas PENGAWASAN Pengaw asan Kualitas Pengaw asan Biaya Produksi Gambar 1. Pendekatan Soal-Soal Produksi (disesuaikan dengan kebutuhan) Sukanto. 1998. Hal - 7. C. Proses Produksi Pada hakekatnya proses produksi merupakan proses transformasi atau perubahan bentuk atas faktor-faktor produksi. Proses produksi dapat juga merupakan cara, metode, teknik pelaksanaan produksi dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi. Proses produksi yang dilaksanakan dalam suatu perusahaan tidak Manajemen Operasi 5 akan terlepas dari sistem produksi yang ada dalam perusahaan tersebut. Proses produksi dalam perusahaan pada umumnya akan dapat dipisahkan menurut beberapa segi, yaitu menurut ujud proses., menurut arm proses, menurut keutamaan proses dan menurut penyelesaian proses dalam perusahaan yang ber-sangkutan. Pemilihan sudut pandangan yang akan dipergunakan untuk pemisahan proses produksi dalam perusahaan ini akan tergantung kepada untuk apa pemisahan tersebut dilaksanakan. Pemisahan proses produksi menurut ujud proses pada umumnya akan dipergunakan dalam hubungannya dengan kebijaksanaan umum industri dan pemasaran produk perusahaan. Pemisahan menurut arus proses akan dipergunakan dalam penyu-sunan letak sarana dan fasilitas yang hendak dipergunakan dalam perusahaan. Pemisahan proses menurut keutamaan proses, akan dipergunakan untuk pengendalian proses, sedangkan pemisahan proses menurut penyelesaian proses ini akan dipergunakan guna pengendalian kualitas dalam perusahaan yang bersangkutan. 1. Jenis Proses Produksi Ditinjau Dari Segi Ujud Proses Produksi Pemisahan proses produksi menurut ujud proses produksi pada umumnya akan dikaitkan dengan masalah-masalah umum dan bidang produksi masing-masing perusahaan, dan masalah pemasaran dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Atas dasar ujud dari proses produksi yang dilaksanakan dalam masing-masing perusahaan yang ada, maka proses produksi ini akan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: 1) Proses produksi kimiawi. Proses produksi kimiawi adalah suatu proses produksi yang menitik-beratkan kepada adanya proses analisa atau sintesa dan senyawa kimia. Proses produksi semacam ini akan Manajemen Operasi 6 dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan yang karena sifat dari produknya menuntut adanya perubahan kimia dalam pelaksanaan proses produksinya. Contohnya adalah perusahaan obat-obatan, pertambangan minyak bumi, perusahaan yang memproduksi alkohol, perusahaan bahan kimia dasar, dan lain sebagainya. 2) Proses produksi perubahan bentuk. Proses produksi perubahan bentuk adalah proses produksi yang menitikberatkan pada adanya perubahan bentuk dari masukan hingga menjadi keluaran. Dengan adanya perubahan bentuk dari barang yang diproses dalam proses produksi yang dilaksanakan, maka akan didapatkan penambahan manfaat atau faedah dari barang tersebut, apabila dibandingkan dengan sebelum masuk dalam proses produksi. Contohnya perusahaan meubel, perusahaan garmen, perusahaan sepatu, perusahaan es batu, perusahaan semen, dan lain sebagainya. 3) Proses produksi assembeling. Proses produksi assembeling adalah suatu proses produksi yang dalam pelaksanaan proses produksi akan lebih mengutamakan kepada proses penggabungan (assembling) dari komponen-komponen produk tertentu. Perusahaan yang melaksanakan proses penggabungan ini belum tentu memproduksikan semua komponen produk yang akan dipergunakan, akan tetapi banyak terjadi bahwa komponen produk perusahaan tersebut akan dibeli dari perusahaan yang lain. Apabila lebih menguntungkan bila membeli komponen produk yang diperlukan, maka perusahaan semacam ini akan mempunyai kecenderungan untuk membeli saja. Contohnya perusahaan yang memproduksikan peralatan elektronika, perusahaan perakitan mobil, dan lain-lain. Manajemen Operasi 7 4) Proses produksi transportasi. Proses produksi transportasi adalah proses produksi yang menciptakan jasa pemindahan tempat dari barang ataupun manusia/orang dari suatu tempat ke tempat lain. Proses produksi ini sangat besar peranannya di dalam sistem produksi, baik di dalam maupun di luar perusahaan yang bersangkutan. Peranan transportasi dalam perusahaan misalnya diperlukan untuk proses pemindahan bahan baku dan barang setengah jadi, sedangkan proses transportasi di luar perusahaan misalnya pengangkutan bahan baku serta, pengangkutan produk akhir menuju daerah pemasaran, angkutan karyawan perusahaan, dan lain-lain. Contohnya perusahaan angkutan kota, perusahaan kereta api, perusahaan penerbangan, dan lain sebagainya. 5) Proses produksi penciptaan jasa administrasi. Proses produksi penciptaan jasa merupakan suatu proses produksi yang menghasilkan jasa tertentu, misalnya jasa administrasi, jasa hiburan, dan jasa konsultasi. Contohnya; perusahaan konsultan yang menghasilkan jasa administrasi, perusahaan bioskop yang menghasilkan jasa hiburan, dan lain sebagainya. 2. Jenis Proses Produksi Ditinjau Dari Segi Arus Proses Produksi Menurut arus proses produksi, proses produksi terdiri atas: 1) Proses Produksi terus-menenis. Proses Produksi terus-menerus adalah suatu proses produksi di mana arus bahan baku sampai menjadi produk akhir selalu tetap. Dengan perkataan lain, dapat disebutkan bahwa urutan arus proses dari bahan baku sampai menjadi produk akhir adalah selalu tetap. Pola urutan proses produksi yang dipergunakan kemarin adalah sama dengan yang Manajemen Operasi 8 dilaksanakan pada hari ini. Demikian pula pada periode yang akan datang akan sama dengan periode yang telah lalu. Dalam jangka pendek arus proses ini akan selalu sama, perubahan baru akan terjadi dalam jangka panjang atau apabila terdapat pergantian tekhnologi terhadap produk yang dihasilkan. Perusahaan yang menggunakan proses produksi ini adalah perusahaan yang menghasilkan produk standar. 2) Proses produksi terputus-putus. Proses produksi terputus-putus adalah proses produksi di mana arus proses tidak selalu sama dari waktu ke waktu. Dalam proses produksi seperti ini kadang-kadang dapat pula terjadi arus proses yang dipergunakan sama dari satu waktu dengan waktu yang lain, namun pada waktu yang lainnya lagi arus prosesnya berbeda. Contoh perusahaan kerajinan tangan. 3. Jenis Proses Produksi Ditinjau Dari Segi Keutamaan Proses Produksi Menurut keutamaan proses produksi, proses produksi dapat dibedakan atas: 1) Proses Produksi Utama. Proses produksi utama adalah proses produksi untuk menghasilkan produk sesuai dengan tujuan produksi sejak didirikannya perusahaan. 2) Proses Produksi Bukan Utama. Proses produksi bukan utama adalah proses produksi yang dilaksanakan sehu-bungan dengan adanya berbagai kepentingan khusus dalam perusahaan. Proses produksi bukan utama merupakan kegiatan penunjang dalam perusahaan. Tujuan proses produksi bukan utama adalah untuk mengadakan perbaikan atau pengembangan proses produksi utama. a) Model. Manajemen Operasi 9 Sebelum suatu produk dihasilkan secara besar-besaran ada perusahaan yang membuat model dari produk tersebut terlebih dahulu. Bentuk model ini sama dengan bentuk produk yang akan dihasilkan, namun ukuran model kadang-kadang tidak sama dengan ukuran produk yang sebenarnya. b) Prototipe. Berbeda dengan model, prototipe dibuat sama dengan persis dengan produk yang akan dihasilkan, baik menyangkut bentuk maupun ukurannya. Prototipe ini akan dievaluasi untuk perbaikan seperlunya sebelum produk yang sesungguhnya diproduksikan secara besarbesaran. Perusahaan mobil dan motor biasanya menggunakan prototipe ini. c) Percobaan. Proses produkasi percobaan (trial run) adalah proses produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan dalam rangka mengadakan percobaan terhadap seluruh fasilitas produksi yang nantinya akan dipergunakan dalam proses produksi secara besar-besaran. Di dalam proses produksi percobaan ini bukan produk yang dijadikan percobaan oleh perusahaan tersebut, melainkan fasilitas dan peralatan produksi yang akan dipergunakan. d) Demonstrasi. Proses produksi ini bertujuan untuk memperlihatkan proses produksi kepada masyarakat umum. Diharapkan dengan mengetahui proses produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan, maka masyarakat akan tertarik atau semakin tertarik dengan produk tersebut. Proses produksi ini biasanya dilaksanakan dalam pameran-pameran, bazar-bazar, dan sebagainya. Manajemen Operasi 10 4. Jenis Proses Produksi Ditinjau Dari Segi Penyelesaian Proses Produksi. Menurut penyelesaian proses produksi, proses produksi dibedakan atas: 1) Proses produksi tipe A. Proses produksi tipe A adalah proses produksi, di mana setiap tahap proses produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan dapat diperiksa secara mudah. Dengan demikian pengendalian proses yang dilaksanakan dalam perusahaan semacam ini dapat dilaksanakan pada setiap tahap proses sesuai dengan kehendak pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan. 2) Proses produksi tipe B. Proses produksi tipe B merupakan proses produksi di mana terdapat beberapa ketergantungan dan masing-masing tahap dalam penyelesaian proses produksi. Dengan demikian pengendalian proses yang dapat dilakukan hanya terbatas pada beberapa proses yang dapat diperiksa secara mudah. 3) Proses produksi tipe C. Proses produksi tipe C adalah proses produksi dengan cara menggabungkan atau memasangkan (assembling). Pelaksanaan proses produksi dilakukan dengan memasangkan atau menggabungkan komponen-komponen produk se-hingga menjadi produk perusahaan. 4) Proses produksi tipe D. Proses produksi tipe D adalah proses produksi yang dilaksanakan dengan mem-pergunakan mesin dan peralatan produksi otomatis. Mesin dan peralatan tersebut dilengkapi dengan peralatan khusus untuk melaksanakan pengendalian produksi. 5) Proses produksi tipe E. Manajemen Operasi 11 Proses produksi tipe E adalah proses produksi yang dilaksanakan perusahaan-perusahaan dagang dan jasa. Pelaksanaan proses produksi yang agak berbeda dengan perusahaan manufaktur menyebabkan pengendalian kualitas proses untuk perusahaan seperti juga agak berbeda. JENIS PROSES PRODUKSI Menurut Wujud Menurut Arus Menurut keutamaan Menurut penyelesaian Proses produksi Proses produksi terus-menerus Proses produksi utama : - Terus menerus - Terputusputus - Proses - Proses yang sama - Proyek khusus - Industri berat Proses produksi tipe A - Kimiawi - Perubahan Bentuk - Assembling - Transportasi - Penciptaan Jasa Administrasi Proses produksi terputus-putus Proses produksi bukan utama : - Penelitian - Model - Percobaan - demonstrasi Proses produksi tipe B Proses produksi tipe C Proses produksi tipe D Proses produksi tipe E Gambar 2. Jenis Proses Produksi D. Sistem produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena memproduksi dan mendistribusikan Manajemen Operasi 12 produk (barang dan/atau jasa). Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup aktivitas yang bertanggungjawab untuk menciptakan nilai tambah produk. Produksi adalali bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan teknologi, di mana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbalbalik (dua arah) yang sangat erat dengan teknologi. Produksi dan teknologi saling membutuhkan. Kebutuhan produksi untuk beroperasi dengan biaya yang lebih rendah, meningkatkan kualitas dan produktivitas, dan menciptakan produk baru telah menjadi kekuatan yang mendorong teknologi untuk melakukan berbagai terobosan dan penemuan baru. Produksi dalam sebuah organisasi pabrik merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta berbeda dengan bidang fungsional lain seperti; keuangan, personalia, dll. Sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen struktural dan fungsional. Dalam sistem produksi modern terjadi suatu proses trans-formasi nilai tambah yang mengubah input menjadi output yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output dalam sistem produksi modern selalu melibatkan komponen struktural dan fungsional. Sistem produksi mempunyai beberapa karakteristik berikut: a. Mempunyai komponen atau elemen yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. b. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan produk (barang dan/atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. c. Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output secara efektif dan efisien, d. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa optimalisasi pengalokasian sumber-sumberdaya. Sistem produksi memiliki komponen atau elemen struktural Manajemen Operasi 13 dan fungsional yang berperan penting dalam menunjang kontinuitas operasional sistem produksi itu. Komponen atau elemen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari: bahan mentah (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi, tanah, dan Iain-lain. Sedangkan komponen atau elemen fungsional terdiri dari: supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan, yang semuanya berkaitan dengan manajemen dan organisasi. Suatu sistem produksi selalu berada dalam lingkungan, sehingga aspek-aspek lingkungan, seperti perkembangan teknologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan pemerintah-akan mempengaruhi keberadaan sistem produksi itu. Secara skematis sederhana, sistem produksi dapat digambarkan seperti dalam Gambar 3. Dari gambar di atas tampak bahwa elemen-elemen utama dalam sistem produksi adalah input, proses, dan output, serta adanya suatu mekanisme umpan balik untuk pengendalian sistem produksi itu agar mampu meningkatkan perbaikan terus-menerus (continuous improvement). Manajemen Operasi 14 Suatu proses dalam sistem produksi dapat didefmisikan sebagai integrasi sekuensial dari tenaga kerja, material, informasi, metode kerja, dan mesin atau peralatan, dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi produk, agar dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. Proses itu mengkonversi input terukur ke dalam output terukur melalui sejumlah langkah sekuensial yangterorganisasi. Tabel 1. Contoh Sistem dan Manufaktur (Gasperz, 1998 - 5) No Sistem Input Output 1 Bank 2 Rumah sakit Dokter, perawat, karyawan, Pelayanan medik bagi fasilitas gedung dan peralatan pasien, dll medik, labora-torium, modal, energi, informasi, manajerial, dll Universitas Dosen, mahasiswa, karyawan, Pelayanan akademik bagi fasilitas gedung dan peralatan mahasiswa untuk kuliah, per-pustakaan, menghasilkan Sarjana (SI), laboratorium, modal, energi, Magister (S2), Doktor (S3), informasi, manajerial, dll dll Transportasi Pilot, pramugari, tenaga Transportasi udara bagi udara mekanik, karyawan, pesawat orang dan barang dari satu terbang, fasilitas gedung dan lokasi ke lokasi lain. peralatan kantor, modal, energi, informasi, manajerial, dll 3 4 Karyawan, fasilitas gedung dan Pelayanan finansial bagi peralatan kantor, modal energi, nasabah (deposito, informasi, manajerial, dll pinjaman, dll) Manajemen Operasi 15 5 Manufaktur Karyawan, fasilitas gedung dan Barang jadi, dll peralatan pabrik, material, modal, energi, informasi, manajerial, dll Konsep Dasar, Ruang Lingkup, Proses, Dan Sistem Produksi Sistem produksi merupakan serangkaian elemen yang saling berhubungan dan saling menunjang untuk melaksanakan kegiatan penambahan manfaat dalam suatu perusahaan tertentu. Elemenelemen tersebut, antara lain; produk perusahaan, lokasi pabrik, layout pabrik, lingkungan keija, dan standar produksi yang berlaku dalam perusahaan tersebut. Sistem produksi dalam perusahaan memerlukan suatu input, yang kemudian diproses dalam sistem produksi perusahaan untuk menghasilkan output. Sistem produksi dalam perusahaan terdiri atas beberapa macam tergantung kepada sistem produksi yang digunakan dalam perusahaan tersebut. Dari keadaan tersebut dapat diketahui bahwa pada masing-masing perusahaan akan terdapat input untuk sistem produksi, sistem produksi itu sendiri, dan output dari sistem produksi. Untuk melaksanakan proses produksi diperlukan adanya beberapa masukan untuk sistem prodsuksi dalam perusahaan. Masukan-masukan tersebut antara lain: 1. Bahan baku. Bahan baku merupakan input dari suatu sistem produksi dan mempunyai keter-gantungan pada sistem produksi tersebut. Misalnya sebuah perusahaan kertas akan menggunakan bahan baku pulp (bubur kertas), bambu atau jerami sebagai bahan bakunya tergantung dari tekhnologi yang digunakan dan jenis kertas yang akan dihasilkan. 2. Tenaga Kerja Langsung. Hampir sama dengan bahan baku, tenaga kerja langsung juga merupakan input yang memiliki keterkaitan dengan sistem Manajemen Operasi 16 produksi. Dalam hal ini adalah menyangkut tingkat keterampilan apa yang dibutuhkan dari tenaga kerja tersebut yang disyaratkan oleh sistem produksi tersebut. 3. Dana Yang Tersedia Dana untuk membiayai bahan baku dan tenaga kerja langsung juga merupakan input bagi suatu sistem produksi. Kekurangan dana akan mengakibatkan terganggunya sistem produksi tersebut secara keseluruhan. 4. Lain-lain. Beberapa hal lain yang merupakan input sistem produksi adalah bahan pembantu, perlengkapan, dan fasilitas lain yang diperlukan dalam pelak-sanaan proses produksi. Jika kita akan membahas sistem produksi dengan subsistem yang membentuk sistem tersebut, maka suatu sistem produksi akan terdiri atas beberapa subsistem, yaitu: a. Produk yang dihasilkan. Dalam penyusunan sistem produksi perusahaan seharusnya sudah menentukan produk apa yang akan dapat dihasilkan oleh perusahaan tersebut. b. Lokasi pabrik. Lokasi pabrik merupakan tempat di mana fungsi tekhnis perusahaan melaksanakan aktivitas produksinya. Oleh karena itu, pemilihan lokasi pabrik haruslah dipertim-bangkan dengan baik karena akan berdampak pada efisiensi perusahaan. c. Letak fasilitas produksi. Letak fasilitas produksi (layout pabrik) merupakan salah satu bahagian dari sistem produksi dalam perusahaan. Layout ini mempunyai pengaruh langsung terhadap produktivitas perusahaan. Susunan fasilitas produksi yang dipergunakan sedapat mungkin diusahakan agar dapat menunjang pelaksanaan proses produksi dengan baik, sehingga produktivitas perusahaan Manajemen Operasi 17 dapat ditingkatkan. d. Lingkungan kerja. Lingkungan kerja juga turut mempengaruhi tingkat produktivitas kerja karyawan. Sementara produktivitas kerja karyawan mempunyai pangaruh langsung terhadap tingkat produktivitas perusahaan. Dengan demikian, lingkungan kerja juga perlu dikelola dengan baik agar tingkat produktivitas perusahaan dapat dipertahankan. e. Standar produksi. Standar produksi merupakan salah satu bagian dari sistem produksi yang memiliki peranan yang cukup penting. Penggunaan Standar produksi yang jelas akan memper-mudah para karyawan untuk melaksanakan operasi perusahaan dan juga akan mem-bantu program pemasaran hasil produksi. Produk tanpa standar produksi akan menimbulkan kesulitan ketika akan melakukan penggantian suku cadangnya. Sistem produksi bersangkutan dengan semua keputusan, kegiatan, pembatasan, pengendalian dan rencana yang memungkinkan berlangsungnya pengubahan input men-jadi output oleh proses produksi. la terdiri dari satu sistem tersendiri, sistem saling ber-kaitan yang mempengaruhi operasinya dan subsistem atau bagian yang merupakan unsur-unsumya. Pernyataan yang sifataya umum ini berlaku pada sistem produksi pada umum-nya, tetapi untuk situasi khusus tentunya harus diadakan perubahan dalam pemberian tekanan pada masing-masing bagian dari sistem ini. Misalnya, kegiatan manajemen bahan (material) mungkin merupakan suatu sistem dengan organisasi yang khusus dalam industri perakitan dengan volume produksi yang tinggi, dan dipimpin oleh seorang direk-tur. Dalam perusahaan yang lain, mungkin kegiatan manajemen bahan (material) merupakan suatu organisasi Manajemen Operasi 18 pembelian komponen, yang membeli banyak ragam bahan secara spekulatif, tetapi masalah penanganannya relatif sedikit. Perusahaan ketiga mungkin beroperasi di bidang jasa, di mana kegiatan pembeliannya hanya terbatas pada perbekalan untuk operasinya, dan para pelanggan hanya menyediakan sendiri bahan mentahnya. a. Sistem produksi dan perencanaan strategis Dalam hal produksi, sistemnya bersifat sedemikian rupa sehingga rencana strategis perusahaan dirumuskan sekitar pembuatan atau perolehan produk baru. Sekali telah dirumuskan suatu rencana strategis, maka rencana tersebut kemudian dilaksanakan oleh bagian yang ikut berkepentingan dalam perusahaan; pemasaran, keuangan, perencanaan produk baru dan produksi. Perencanaan jangka panjang dilaksanakan dalam kaitannya dengan rencana pasar serta memungkinkan untuk mendapatkan bahan baku, tenaga kerja, dan modal (keuangan) dalam jangka panjang. Kemudian sistem produksinya akan mengikuti suatu siklus kegiatan yang berlangsung kontinyu: 1) rencana jangka pendek dirumuskan dan dilaksanakan. 2) pembuatan produk dilaksanakan. 3) kegiatan monitor dilaksanakan melalui pengendalian kualitas, pengendalian kuantitas, dan pengendalian biaya. 4) perubahan diadakan sehingga rencana jangka pendek dapat terpenuhi. 5) rencana jangka panjang (strategis) diteliti kembali berpedoman pada hasil jangka pendek. Contoh sederhana dari siklus sistem produksi yang kontinyu dapat ditunjukkan dalam Gambar 4. Memonitor Lingkungan Perubahan Pasar/ Kapasitas Manajemen Operasi 19 Pemeriksaan Kembali Rencana Jangka Panjang Rencana Operasional Pengendalian Operasi Produksi Merencanakan kembali Gambar 4. Siklus sistem produksi. Siklus sistem produksi mempunyai tiga laras melalui mana proses produksi dikendalikan, rencana jangka pendek diperbaiki, dan rencana jangka panjang dinilai kembali. Adalah penting sekali untuk memperhatikan "laras pengendalian'1 ini, perbaikan sistem ini secara terus-menerus dan kesanggupannya untuk berubah sesuai dengan pengaruh dari luar. Misalnya, suatu pemogokan dapat memaksa diadakannya perubahan taktis terhadap rencana jangka pendek karena kekurangan bahan. Atau peraturan pemerintah dapat mengakibatkan perubahan strategis dan dirumuskannya rencana jangka panjang yang baru. Kembali di sini kita lihat adanya kaitan antara produksi dengan sistem lainnya. b. Subsistem produksi Dalam membahas kegiatan produksi melalui pendekatan sistem, kita mengkategorikan subsistem yang terlibat di dalamnya, yaitu: 1) Subsistem input. Kegiatan subsistem ini meliputi penyediaan bahan melalui pembelian, administrasi gaji, penyediaan modal kerja dan bagian dari manajemen personalia yang berurusan dengan penyediaan tenaga kerja serta staf manaje-mennya. Penyediaan tenaga kerja merupakan subsistem produksi yang sangat penting artinya, dan mungkin merupakan fungsi manajemen personalia yang paling penting. Ke dalamnya termasuk penyediaan tenaga manajemen untuk produksi, satu Manajemen Operasi 20 flingsi gabungan antara manajemen personalia dengan manajemen produksi. Penyediaan modal kerja untuk perusahaan merupakan suatu kegiatan yang tergantung pada keuangan, pengendalian kredit, pembayaran kepada kreditur dan penagihan piutang, serta akan dipengaruhi juga oleh penetapan harga dan biaya produksi. Jadi di sini terdapat suatu sistem input dengan kegiatan yang luas cakupannya hingga ke seluruh perusahaan. Pembelian akan menyediakan bahan dan perlengkapan operasi untuk produksi, sedangkan fasilitas tenaga listrik, air dan fasilitas penting lainnya merupakan sistem input. 2) Subsistem output Subsistem output yang utama adalah pengiriman, yang merupakan bagian dari sistem distribusi. Pengiriman barang jadi dengan secepat mungkin dari unit produksi merupakan kegiatan yang seringkali dihubungkan dengan produksi berdasarkan alasan geografis atau organisatoris. Tetapi sebenarnya adalah lebih logis jika kegiatan ini dikendalikan oleh bagian pemasaran. Output keuangan merupakan hasil operasi dari sistem yang sama yang menyediakan modal kerja dengan cara memutarkan dana. 3) Subsistem perencanaan Produksi membutuhkan perencanaan dan pengendalian yang kontinyu. Subsistem perencanaan untuk produksi meliputi kegiatan perencanaan praproduksi, penjadwalan dan pembebanan, spesifikasi produk dan perencanaan inspeksi. Dengan perkataan lain, sistem itu bersangkutan dengan perencanaan kualitas, kuantitas dan penjangkauan produksi. Perencanaan dan pengendalian produksi seringkali dianggap sebagai satu departemen produksi saja, tetapi sebenarnya ia Manajemen Operasi 21 terdiri dari dua sistem yang saling jalin-menjalin dengan erat. 4) Subsistem pengendalian Pekerjaan sehari-hari dari produksi sebagian besar bersangkutan dengan pengendalian, yaitu apakah produksi telah berjalan sesuai dengan rencana yang dibuat sebelumnya. Subsistem pengendalian meliputi inspeksi, perawatan pabrik, penetapan biaya, standar, pengembangan, pengendalian proses dan pengendalian persediaan. Kesemuanya ini seringkali dianggap sebagai tulang punggung dari produksi yang efektif. Dalam kenyataannya pemanfaatan sistem pengendalian secara efektif jelas menjamin pelaksanaan yang sesuai dengan rencana. Tetapi adalah jauh lebih penting lagi untuk memulai dengan rencana yang tepat dan menetapkan target yang tepat pula. Hanya setelah hal ini dilaksanakan dengan tepat, baru mekanisme pengendalian dapat menjamin kesesuain. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk melaksanakan fungsi produksi diperlukan serangkaian kegiatan yang merupakan suatu sistem. Jadi produksi merupakan suatu sistem untuk menyediakan barang-barang dan jasa-jasa yang akan dikonsumsi oleh masyarakat. Yang dimaksudkan dengan sistem menurut Webster adalah kumpulan dari unsur-unsur yang secara teratur saling pengaruh-mempengaruhi atau sating tergantung satu sama lainnya, yang keseluruhannya merupakan kesatuan. Suatu sistem mempunyai banyak komponen dan obyek, dan dalam produksi komponen-komponen tersebut adalah bahan, mesin, tenaga kerja dan informasi. Antara komponen yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan dan secara bersama-sama membentuk suatu sistem untuk mencapai tujuan akhir yang sama. Sistem produksi mengkombinasikan atau menggabungkan bahan-bahan (materials), labor dan capital resources dalam suatu cara Manajemen Operasi 22 pengorganisasian dengan tujuan untuk menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa. Proses produksi yang merupakan suatu sistem, terdapat tidak hanya dalam pabrik tetapi juga dalam bank, kantor, toko-toko serba ada, rumah sakit, dan sebagainya. Di dalam masing-masing lembaga atau organisasi tersebut, beberapa komponen yang merupakan input yang dibutuhkan untuk sistem ini diproses dalam suatu sistem dengan tujuan untuk menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa sebagai outputnya. Sistem produksi mempunyai input yang dapat berupa bahan baku, bagian dari produk, barang setengah jadi, formulir-formulir, para pembeli/langganan dan pasien. Output dari sistem produksi dapat berupa barang jadi, bahan-bahan kimia, pelayanan kepada pembeli dan pasien, formulir-formulir yang selesai diisi dan sebagainya. Dua macam sistem produksi yang dikenal yaitu: a. Sistem seri, di mana dua atau lebih sistem merupakan satu sistem yang lebih besar. b. Sistem paralel, bila beberapa pabrik memprodusir barang yang serupa, dan mensupply beberapa daerah pasaran sehingga pabrikpabrik tersebut dinyatakan sebagai suatu sistem produksi yang besar. Untuk memperoleh hasil produksi, di dalam suatu sistem produksi ada dua macam proses produksi, yaitu: a. Continuous, di mana fasilitasnya telah diatur sesuai dengan uruturutan kegiatan atau routing dan arus bahan baku yang telah distandardisir. b. Intermittent, di mana fasilitasnya bersifat flexible dapat digunakan untuk berbagai produk dan ukuran. Bila suatu sistem adalah bagian dari sistem yang lebih besar maka sistem ini disebut sub-system. Setiap system terdiri dari subManajemen Operasi 23 system. Dan bila suatu organisasi atau sistem pengorganisasian kita bagi lagi dalam single /unction atau komponen dari suatu fungsi, yang dilakukan oleh beberapa orang atau mesin pada lokasi yang berbeda-beda. Bila kita defmisikan istilah produksi maka kita akan menunjukkan suatu single function dari "penciptaan" barang-barang dan jasa-jasa untuk produksi. Untuk menjalankan fungsi ini, production system membutuhkan input dari sub-system yang lain dari organisasi itu seperti input jasa (service inputs), sebagai contoh misalnya maintenance, supervison dan plant lay-out design. Dan input pengawasan (control inputs) sebagai contoh misalnya measurement, data processing, planning, control, order and sales information processing dan forecasting. Walaupun sub-system ini bermacam-macam dan fungsinya di dalam organisasi dapat dibedakan dalam beberapa cara tetapi untuk pembahasan kita, subsystem yang membantu production sub-system adalah: a. Policy-formulating system. Fungsi dari system ini adalah menyesuaikan basic organization policies untuk informasi yang mencerminkan keadaan sekarang dan keadaan masa depan yang diramalkan. Kita dapat menggabungkan fungsi ini dengan fungsi control yang umum (general control). Kedua sub-system ini, mempunyai fungsi utamanya yaitu mengumpulkan dan mengolah data atau informasi untuk dimaksud bagi planning and contol. b. General control. Fungsi utama dari control system adalah merubah atau mentransformir informasi. Seperti yang kita ketahui, bahwa fungsi ini dapat dibagi dalam component function. Dan dapat kita bayangkan bahwa transfornation of information ini akhirnya dapat seluruhnya tihandle oleh mesin dan computer. c. Intermediate organization system (sistem organisasi perantara). Untuk mudahnya kita akan mendefinisikan intermediate Manajemen Operasi 24 organization system dengan fungsi-fungsi untuk memberikan service yang dibutuhkan oleh sub-system yang lainnya dari organisasi ini atau untuk beberapa sub-system yang ada di sekeliling atau di lingkungannya yang langsung mempengaruhi sub-system organisasi. Dalam service di sini termasuk pengawasan (supervision), delegation of authority, penyampaian keputusan (transmitting of decisions') seperti macam-macam service lainnya yang telah diterangkan. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa dalam membahas manajemen produksi melalui pendekatan sistem, dicapai suatu tahap di mana pendekatan tidak lagi berguna untuk menjelaskan sampai di mana ataupun unsur mana yang membentuk kegiatan manajemen produksi. Hal mana terutama dipakai sebagai sarana untuk memisahkan sejumlah kegiatan dalam manajemen produksi, dan sangat efektif untuk menunjukkan kenyataan bahwa manajemen produksi adalah suatu kegiatan yang sepenuhnya tergantung pada banyak sistem lainnya yang juga beroperasi dalam keseluruhan perusahaan. Namun demikian, subsistem yang ikut terlibat dalam produksi dapat dikategorikan menjadi; sistem input, sistem output, sistem perencanaan, dan sistem pengendalian. Tabel 2. Subsistem produksi Sistem Hubungan dengan produksi Subsistem Kegiatan yang merupakaa usnsur subsistem Manajemen Operasi 25 Pengendalian material Langsung I Pembelian Penganan bahan K Pengurusan gudang Penetapan harga, penilaian penjual, kebijaksanaan persediaan Menetapkan arus bahan, mekanisasi Perkiraan prosedur, persediaan gudang. Tata ruang, waktu, metode, volume, kapasitas, proses. Program, angka-angka pemakaian, pembatasan, penyerahan.Pengendalian kemajan, prosedur penolakan. Perencanaan dan pengendalian produksi Langsung P Pra-perencanaan P Penjadwalan dan pembebanau K Memeriksa kemajuan Pengendalian kualitas Langsung K Inspeksi P Spesifikasi Rencana pengambilan contoh, produk Pengendalian metode, prosedur Toleraansi, proses kesesuaian dan kualitas desain Pemeriksaan proses, kesanggupan mesin Perawatan Langsung K Perawatan pabrik I Perawatan berencana, kerusakan Penyediaan fasilitas K dan pencegahan. Tenaga mesin, Manajemen penempatan aliran, pembuangan sampah Bangunan tanah, fasilitas Keuangan Sebagian K Pembiayaan Gaji I Modal kerja Perencanaan produk Sebagian Personalia Sebagian P Riset dan Riset murni dan riset yang pengembangan P Desain diterapkan Spesifikasi produk, P Pengembangan analisa seluk-beluk nilai teknis, material Menguji dan mengoperasikanj>ilot-proyeknya I Latihan Kesejahteraan I Perencanaan tenaga kerja Pendidikan 1 Penyediaan Pengembangan tenaga kerja tenaga kerja Anggaran, penyimpangan biaya Gaji, insentif, pemberian bonus Pembayaran, utang, piutang Manajemen Operasi 26 pemasaran Sebagian O Distribusi P Riset pasar Pengiklanan I Penjualan K Jasa teknis Pengiriman, penggudangan Mengetahui sikap dan kebutuhan konsumen. Promosi, menggelarkan produk Memperoleh dan memenuhi pesanan, menetapkan harga, mengendalikan kredit Mengetahui persyaratan teknis yang diharapkan oleh langganan Keterangan: I = sistem input P = sistem perencanaan Tabel di atas menunjukkan banyak di antara sistem yang secara langsung atau sebagian berkaitan dengan produksi serta subsistem yang berhubungan dengannya. E. Siklus Umur Sistem Produksi Sebagaimana dalam umur produk, sebenarnya sistem produksi yang disusun juga akan mempunyai siklus umur tertentu. Secara umum siklus umur sistem produksi dalam perusahaan terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap persiapan dan percobaan, tahap pemakaian normal, dan tahap pemberhentian. Sistem produksi yang dipergunakan dalam perusahaan suatu saat akan diganti dengan sistem produksi yang lain. Perusahaan yang hanya bertahan dengan sistem produksi tertentu dalam jangka panjang akan tertinggal dibanding dengan perusahaan yang selalu mengadakan evaluasi dan revisi terhadap sistem produksi yang ada dalam perusahaannya. Siklus umur sistem produksi akan berhubungan langsung dengan siklus umur produk dalam suatu perusahaan. Oleh karena sistem produksi yang disusun dalam suatu perusahaan akan dipergunakan untuk memproduksikan produk perusahaan, Apabila produk perusahaan sudah mengalami masa jenuh dan kemudian Manajemen Operasi 27 memasuki tahap penurunan, maka sistem produksi dalam perusahaan tersebut praktis akan menjadi terhenti kegiatan-nya. Hal ini disebabkan karena apabila sistem produksi perusahaan tersebut tetap dipergunakan sebagaimana biasanya, padahal produk perusahaan sudah sangat susah untuk dipasarkan, maka akan menimbulkan adanya penumpukan persediaan barang jadi dengan beberapa kesulitan yang mengikutinya. Oleh karena itu, apabila dirasakan bahwa produk perusahaan sudah mengalami masa jenuh, perusahaan sudah seharusnya menyusun berbagai macam pertimbangan yang logis untuk melaksanakan pemberhentian sistem produksi yang telah dipergunakan. Secara umum pemberhentian penggunaan sistem produksi yang dalam perusahaan dibagi menjadi: a. Pemberhentian sementara Pemberhentian sementara adalah pemberhentian sistem produksi yang dipergunakan dalam suatu perusahaan untuk diadakan evaluasi dan revisi dalam beberapa hal yang diperlukan. Revisi dari sistem produksi ini dapat melingkupi sebagian ataupun sebagian besar dari sistem produksi yang ada dalam perusahaan. Setelah revisi dari sistem produksi yang ada dalam perusahaan dirasakan cukup, maka sistem produksi tersebut akan dipergunakan kembali. Penyebab terjadinya pemberhentian sementara dalam suatu perusahaan, antara lain: 1) Perluasan perusahaan Yang dimaksudkan dengan perluasan dalam hal ini bukan hanya penambahan luas perusahaan (kapasitas terpasang) dalam perusahaan saja, melainkan juga mencakup adanya penambahan bidang usaha. Dengan adanya perluasaan perusahaan maka produksi yang telah ada di dalam perusahaan tidak akan mampu dipergunakan sebagai sarana Manajemen Operasi 28 penunjang kegiatan produksi dalam perusahaan sehingga perlu diadakan penambahan atau revisi dari sistem produksi tersebut. 2) Perubahan teknologi Teknologi merupakan faktor yang penting dan besar pengaruhnya di dalam pelaksanaan produksi dari suatu perusahaan. Perubahan dari pelaksanaan produksi dengan mempergunakan peralatan yang dikerjakan dan dikendalikan dengan tangan menjadi peralatan yang automatis, akan memerlukan pembahan sistem produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Komputerisasi data dan perhitungan yang diperlukan akan sangat menunjang proses pelayanan yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan. Dengan adanya perubahan teknologi ini, perusahaan perlu untuk mengadakan revisi terhadap sistem produksi yang telah ada untuk dapat ditingkatkan lagi sehingga akan dapat melayani konsumen dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian sistem produksi yang telah ada dan telah dipergunakan oleh perusahaan akan diberhentikan penggunaannya, dan setelah diadakan revisi seperlunya akan dipergunakan lagi oleh perusahaan. 3) Perubahan selera konsumen Perubahan selera dari masyarakat akan produk suatu perusahaan pada umumnya akan merupakan penyebab untuk diadakan revisi terhadap sistem produksi yang telah dipergunakan. Pengaruh mode dalam hal ini tidak dapat dikesampingkan dengan begitu saja, karena hal ini akan berhubungan erat dengan masalah selera dari para konsumen akan produk peruahaan tersebut. Perubahan kecil yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan untuk dapat menarik perhatian konsumen ini akan mempunyai konsekuensi terhadap adanya perubahan sistem produksi yang ada dalam perusahaan Manajemen Operasi 29 tersebut. Apabila sistem produksi yang telah direvisi seperlunya ini dapat dipergunakan untuk memproduksi sesuai dengan selera konsumen, maka sistem produksi ini akan dapat dipergunakan lagi oleh perusahaan yang bersangkutan. 4) Penggabungan sistem produksi Kedaan semacam ini akan sering dijumpai dalam perusahaanperusahaan yang mengadakan penggabungan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, atau untuk pengembangan perusahaan. Sebelum penggabungan dilaksanakan, masing-masing perusahaan mempunyai dan mempergunakan sistem produksi perusahaannya secara sendiri-sendiri. Untuk keperluan penggabungan ini, sistem produksi perlu diadakan revisi seperlunya, sehingga pelaksanaan kegiatan produksi dalam perusahaan akan tetap dapat memegang prinsip efisiensi dan efektivitas. b. Pemberhentian permanent Pemberhentian permanen adalah pemberhentian dari sistem produksi dalam perusahaan untuk tidak dipergunakan lagi dalam waktu yang akan datang. Dengan kata lain, pemberhentian permanen ini merupakan penutupan penggunaan sistem produksi dalam suatu perusahaan. Pemberhentian permanen dalam perusahaan terdiri dari dua hal, yaitu: 1) Pemberhentian total Pemberhentian total adalah pemberhentian penggunaan sistem produksi dalam perusahaan secara keseluruhan dan tidak akan dipergunakan lagi oleh perusahaan tersebut. Keadaan ini akan dapat terjadi dalam perusahaan yang terpaksa menutup dirinya oleh karena teknologi yang dipergunakan sangat jauh keting-galan, sehingga di suatu pihak perusahaan tersebut tidak mampu bersaing dengan Manajemen Operasi 30 perusahaan sejenis yang mempergunakan tekhnologi yang lebih maju, sedangkan di lain pihak perusahaan yang bersangkutan tidak mempunyai dana yang cukup untuk melaksanakan perubahan sistem produksi secara drastis. Di samping adanya perubahan teknologi yang tidak dapat diikuti oleh perusahaan yang bersangkutan, pada umumnya perusahaan semacam ini men-dapat berbagai macam tekanan yang tidak dapat diatasi oleh perusahaan yang bersangkutan. Sebagai contoh, adanya buaya produksi yang tinggi, tingkat pro-duktivitas yang sangat rendah, loyalitas karyawan perusahaan yang tidak dapat diandalkan, atau program pemasaran yang tidak memadai. 2) Pemberhentian local Pemberhentian lokal adalah pemberhentian terhadap salah satu atau beberapa elemen yang ada dari sistem produksi dalam perusahaan. Dalam hal ini perusahaan tidak mengubah sistem produksi secara keseluruhan, melainkan hanya mengadakan pergantian teknologi dari salah satu atau beberapa lemen dalam sistem produksi yang dipergunakan oleh perusahaan tersebut. Elemen yang diganti tersebut tidak akan dipergunakan lagi dalam perusahaan yang bersanakutan. Contohnya, sebuah perusahaan percetakan, kalau semula proses perkembangan teknologi proses penyusunan tersebut kemudian mempergunakan mesin susun. Perubahan sistem produksi dalam hal ini hanya terdapat dalam proses penyusunan saja, sedangkan proses yang lain masih tetap mempergunakan teknologi yang ada dalam perusahaan tersebut (misalnya, proses penggandaan, proses penjilidan, dsb). Gambar 7. Siklus umur produk dan sistem produksi dengan pengembangan produk Manajemen Operasi 31 BAB II DESAIN PRODUK Setiap perusahaan sebelum berproduksi, akan berhadapan dengan masalah penentuan produk perusahaan. Artinya menentukan produk apa yang akan dihasilkan. Setelah itu, bam pimpinan perusahaan merencanakan atau menentukan desain produk yang akan dibuat. Desain produk ini berkaitan erat dengan masalah bentuk dan ukuran produk, fungsi produk dan proses pembuatan produk tersebut. Keberhasilan bagian pemasaran untuk mencapai omzet penjualan yang besar juga sangat bergantung dari desain produk yang dibuat. Oleh karena itu, desain produk perlu dirancang sedemikian rupa sehinga dapat memenuhi syarat mutu baik secara teknis maupun dari segi estetikanya. A. Pengertian Desain Produk Desain produk adalah rancang bangun dari suatu produk baik berupa barang ataupun jasa yang akan diproduksi. Pada umumnya, sebelum diproduksikan secara besar-besaran, maka desain produk ini dibuat dalam bentuk prototype. Beberapa hal yang penting di dalam masalah desain produk antara lain adalah desain bentuk dan ukuran produk, desain fungsi produk dan desain pembuatan produk. 1. Desain Bentuk dan Ukuran Produk Bentuk dan ukuran produk akan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam hubungannya dengan program pemasaran produk perusahaan. Bentuk dan ukuran produk yang serasi serta sesuai dengan selera konsumen akan lebih cepat dan mudah terjual daripada bentuk dan ukuran produk yang tidak disukai oleh konsumen. Dalam hal ini, diperlukan adanya peranan yang cukup dari penelitian dan pengem-bangan produk dalam perusahaan yang bersangkutan. Hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian dan pengembangan produk dalam perusahaan Manajemen Operasi 32 akan menjadi masukan yang sangat besar artinya bagi penyusunan desain bentuk dan ukuran dari produk perusahaan yang bersangkutan. Penyusunan desain bentuk dan ukuran produk ini di samping merupakan faktor teknis juga mengandung unsur seni. Oleh karena itu maka dalam penyusunan desain bentuk dan ukuran produk dalam suatu perusahaan diperlukan adanya dasar pengetahuan teknis dan arsitektur yang memadai. Penyusunan desain bentuk dan ukuran produk yang hanya semata-mata mendasarkan diri kepada aspek teknis saja akan kurang menguntungkan perusahaan. Apabila suatu perusahaan di dalam menyu-sun desain bentuk dan ukuran produknya semata-mata hanya berpegangan kepada masalah-masalah teknis saja, maka produk yang dihasilkannya oleh perusahaan secara teknis dapat dipergunakan dengan baik oleh konsumen, namun bentuk-bentuk yang dihasilkannya akan menjadi kurang estetis, sehingga kurang mengundang selera calon konsumen untuk membeli produk tersebut. Sebaliknya, jika perusahaan hanya mempertimbangkan segi estetika dari produk yang dihasilkannya semata, tanpa mengindahkan masalah teknis dari produk yang bersangkutan, maka kemungkinan besar fungsi teknis dari produk yang bersangkutan akan menjadi berkurang. Oleh karena itu, di dalam penyusunan desain bentuk dan ukuran produk perusahaan, kedua aspek tersebut, yaitu masalah teknis dan arsitektur dari produk yang bersangkutan perlu diperhatikan dengan baik oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan. Yang termasuk di dalam masalah penyusunan desain bentuk dan ukuran produk ini adalah masalah kualitas produk yang akan diproduksikan oleh perusahaan. Pengertian kualitas produk ini merupakan suatu jumlah dari atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Dengan demikian kualitas produk mempunyai Manajemen Operasi 33 banyak aspek, di mana antara suatu produk dengan produk yang lain akan mempunyai titik berat yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dari masing-masing produk tersebut. Suatu produk mungkin akan lebih mementingkan daya tahan produk, sementara produk yang lain justru mementingkan kenyamannya. Demikian pula terdapat kemungkinan titik berat yang berbeda dari produk yang lain lagi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perencanaan kualitas produk yang merupakan bagian dari penyusunan desain bentuk dan ukuran produk ini memerlukan masukan dari desain fungsi untuk produk perusahaan tersebut. Berbicara tentang masalah desain bentuk dan ukuran produk dalam suatu perusahaan, maka kiranya pembahasan tersebut masih kurang lengkap apabila belum membicarakan masalah standarisasi dalam penyusunan desain bentuk dan ukuran perusahaan tersebut. Bentuk dan ukuran standar nampaknya menjadi hal yang memerlukan perhatian yang cukup penting apabila manajemen perusahaan yang bersangkutan tersebut menginginkan adanya kemajuan dalam perusahaannya. Dari beberapa pengalaman yang diperoleh produsen, produk perusahaan yang standarnya masih belum diperhatikan akan menghadapi berbagai kesulitan tambahan yang akan dirasakan apabila produk perusahaan tersebut sudah beredar di pasar bebas. Produk perusahaan yang tidak mempunyai standar yang pasti akan mendapatkan kesulitan apabila terjadi penggantian suku cadang atau seba-hagian komponen dari produk yang bersangkutan. Sebagai contoh misalnya sebuah perusahaan memproduksikan sepeda motor merek A. Seandainya ukuran komponen dari sepeda motor yang akan diproduksikan tersebut bukan merupakan ukuran standar, maka akan terjadi berbagai macam kesulitan apabila konsumen sepeda motor merek A akan memerlukan penggantian sebagian komponen sepeda motomya Manajemen Operasi 34 (misalnya rantai, lampu, atau rem). Apabila para konsumen yang telah mempergunakan sepeda motor merek A merasa-kan berbagai kesulitan berkenaan dengan sepeda motor tersebut, maka para calon konsumen sepeda motor pada umumnya akan mengurungkan niatnya untuk membeli sepeda motor merek A hasil produksi perusahaan tersebut, serta akan berpaling kepada merek yang lain jika ingin membeli sepeda motor. Penerapan standarisasi bagi produk perusahaan ini bukannya selalu berlaku umum, artinya perusahaan selalu mengikuti standar yang sudah ada, melainkan dapat bervariasi atau dapat ditentukan sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan. Beberapa perusahaan besar akan menyusun standar dari produknya agak berbeda dengan produk yang sudah beredar, atau standar yang sudah umum dipergunakan. Bagi beberapa perusahaan semacam ini tentunya dukungan terhadap suku cadang dengan standar yang khusus ini harus sangat diperhatikan, sehingga konsumen tidak mendapatkan kesulitan dalam penggantian suku cadang untuk produk perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tertentu belum merasa siap untuk menyediakan suku cadang produknya dengan ukuran-ukuran khusus, maka perusahaan-perusahaan semacam ini akan lebih aman apabila mengikuti standar yang sudah ada, atau standar yang dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan lain pada umumnya. Erat kaitannya dengan masalah penyusunan desain bentuk dan ukuran produk ini adalah masalah pemilihan wama dari produk yang diproduksikan oleh perusahaan yang bersangkutan. Penyediaan warna dalam paket wama yang menarik akan me-nunjang selera pembeli untuk memilih produk suatu perusahaan untuk menutup kebutuhan yang dirasakannya. Pemilihan wama yang menarik ini akan mempunyai pengaruh Manajemen Operasi 35 yang cukup besar, baik untuk perusahaan yang produknya yang besar (motor, mobil, rumah, dan sebagainya) sampai dengan perusahaan yang memproduksikan produk-produk yang kecil (misalnya mainan anak-anak, tempat sabun, dan lain sebagainya). Variasi warna dapat pula dipergunakan sebagai unsur yang penting dalam rangka menunjang estetika produk perusahaan yang bersangkutan. 2. Desain Funssi Produk Sebuah produk, walaupun begitu sederhana akan diproduksikan oleh suatu perusahaan dengan maksud dapat melaksanakan atau dapat mempunyai fungsi tertentu pula. Sebuah produk yang sederhana akan mempunyai fungsi yang sederhana pula, sebaliknya terdapat sebuah produk yang sedemikian kompleks yang mempunyai fungsi yang kompleks pula. Dalam hubungannya dengan fungsi produk ini, maka perusahaan yang memproduksikan produk tersebut sudah selayaknya mengada-kan berbagai macam usaha agar produk yang diproduksikan tersebut benar-benar dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya pula. Fungsi dari produk ini sejauh mungkin dapat diserasikan dengan kebutuhan konsumen dari produk perusahaan tersebut. Sebuah perusahaan lampu pijar, akan berusaha agar produknya dapat memberi sinar yang kuat tetapi tidak menyilaukan, menyerap daya (VA) yang sedikit serta mempunyai ketahanan (umur lampu) yang cukup lama. Untuk keperluan ini, perusahaan lampu pijar tersebut mengadakan penelitian dan pengembangan produk secara cermat dan teliti, sehingga dapat memproduksi lampu pijar hemat energi. Demikian pula untuk perusahaan yang lain, misalnya perusahaan mobil, selalu berusaha untuk mengadakan penelitian dan pengembangan produknya, sehingga mobil yang diproduksinya akan dapat berfungsi dengan baik, Manajemen Operasi 36 misalnya kenyamanannya, stabilitasnya, penyerapan bahan bakar, dan lain sebagainya. Dengan demikian semakin baik perusahaan mengadakan penelitian dan pengembangan produk akan dihasilkan produk-produk dengan fungsi produk yang semakin baik pula. Penyusunan desain fungsi dari produk akan berhubungan erat dengan masalah teknis dan produk yang bersangkutan. Sebagai contoh misalnya sebuah perusahaan mobil. Mobil tersebut akan dapat berfungsi dengan baik apabila seluruh sistem dan subsistem dalam mobil itu dapat bekerja dengan baik. Misalnya sistem mesin dari mobil tersebut dapat diandalkan, artinya dengan penyerapan bahan bakar yang sedikit dan suara mesin yang halus dapat dihasilkan tenaga mesin yang cukup besar. Sistem kemudi yang baik dapat menghasilkan pengendalian kemudi yang nyaman, kemungkinan selip yang kecil, kedudukan roda kemudi yang tepat, pengaturan peralatan kontrol yang serasi, dan lain sebagainya. Sistem suspensi yang tepat bagi mobil tersebut juga akan menambah fungsi mobil menjadi lebih enak dan nyaman untuk dipergunakan. Sistem listrik yang baik akan dapat menunjang fungsi-fungsi lain dalam mobil tersebut, misalnya mudahnya menjalankan mesin, terangnya lampu depan, dan sebagainya. Sistem interior mobil juga akan mempengaruhi fungsi mobil tersebut, misalnya dashboard yang serasi dan fungsional atau pemasangan peralatan tambahan yang cukup berfungsi dari mobil tesebut. Di samping itu bentuk dan ukuran mobil juga ikut menentukan penggunaan mobil yang bersangkutan. Sebuah mobil sedan akan berbeda penggunaannya dengan mobil angkutan, walaupun mempergunakan mesin yang sama. Dengan demikian untuk penyusunan desain fungsi ini memang mau tidak mau harus berhubungan dengan masalah-masalah teknis dari produk yang Manajemen Operasi 37 dibuat oleh suatu perusahaan. Desain fungsi ini tidak hanya terbatas kepada produk yang besar dan kompleks pembuatannya saja, melainkan juga akan diperlukan pada produk-produk yang sederhana. Betapapun sederhananya suatu produk, apabila fungsi produk yang bersangkutan tersebut tidak dapat dijalankan atau produk tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana yang direncana-kan, maka produk tersebut tidak akan berguna lagi. Sebuah pensil misalnya, apabila tidak dapat dipergunakan sebagai alat tulis dengan baik (misalnya selalu putus atau pecah), maka pensil tersebut tidak akan dapat berfungsi dengan baik sehingga tidak dapat dipergunakan oleh konsumen dengan baik pula. Sebagai akibat yang lebih jauh, produk-produk yang tidak dapat dipergunakan dengan fungsi produk sebagaimana yang telah direncanakan tersebut akan dijauhi oleh para konsumen, sehingga di kemudian hari akan mengalami berbagai macam kesulitan dalam pemasaran produk perusahaan yang bersangkutan. Dalam kegiatan penelitian dan pengembangan produk suatu perusahaan sehubungan dengan desain fungsi produk ini, yang seringkali dilaksanakan oleh beberapa perusahaan adalah penambahan fungsi dari produk perusahaan yang bersangkutan. Dalam hal ini pengembangan produk yang dilaksanakan tidak terbatas pada penyusunan desain bentuk dan ukuran saja, melainkan juga perluasan dari fungsi produk yang telah diproduksikan tersebut. Sebagai contoh misalnya sebuah perusahaan yang memproduksikan penyerap debu (vacuum cleaner). Semula, alat tersebut hanya dipergunakan sebagai alat pembersih (penyerap debu) saja. Namun dengan penelitian dan pengembangan produk dari perusahaan tersebut maka alat yang sama di samping berfungsi sebagai penyerap debu juga dapat berfungsi sebagai kompresor yang dapat dipergunakan untuk Manajemen Operasi 38 beberapa kepentingan lain. Dengan demikian, penelitian dan pengembangan produk yang dilaksanakan dalam perusahaan di samping mengadakan perubahan dan pembaharuan dari desain bentuk dan ukuran produk tersebut juga akan mengadakan perubahan atau penambahan desain fungsi dari produk yang bersangkutan. 3. Pembuatan Produk Sebuah produk yang akan diproduksikan oleh suatu perusahaan akan didesain untuk bisa memenuhi segala fungsi yang diperlukan, dengan mempergunakan desain bentuk dan ukuran yang baik dan segala keleng-kapan lainnya dari produk yang bersangkutan tersebut. Namun demikian, apabila perusahaan itu sudah mulai berfikir tentang desain pembuatan produk, maka kadang-kadang tidak semua hal yang sudah dituangkan dalam desain bentuk dan ukuran produk serta desain fungsi produk tersebut akan dapat dilaksanakan secara lengkap dalam proses pembuatan produk tersebut. Di dalam hal ini, kadang-kadang terdapat beberapa hal dari desain bentuk dan ukuran produk serta desain fungsi produk yang akan dikurangi untuk kepentingan simplifikasi produksi. Pengurangan ini tentunya tidak asal mengadakan pengurangan saja, melainkan direncanakan dan diadakan analisis yang cukup cermat untuk menentukan variabel apa saja yang akan dikurangi dalam desain pembuatan produk ini, sehingga proses produksi dalam perusahaan tersebut nantinya dapat dilaksanakan secara ekonomis, juga bentuk dan ukuran dari produk serta fungsi dari produk tersebut masih cukup memadai, atau masih cukup mengena apabila dipergunakan oleh konsumen darti produk tersebut. Hal ini disebabkan oleh karena di dalam penyusunan desain pembuatan produk dalam perusahaan ini, perusahaan harus dapat memikirkan bagaimana produk tersebut dapat Manajemen Operasi 39 diproduksikan dengan bentuk, ukuran dan fungsi yang telah direncanakan, tetapi dengan biaya produksi serendah-rendahnya. Desain pembuatan produk ini akan berhubungan erat dengan rencana perusahaan tentang pemilihan teknologi yang dipergunakan serta luas perusahaan yang dikehendaki. Proses pembuatan suatu produk akan mem-punyai ketergantungan yang cukup besar terhadap peralatan yang diper-gunakan oleh perusahaan tersebut. Di samping itu, sesuai dengan sifat dari masing-masing produk yang diproduksikan, terdapat beberapa produk yang mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap peralatan produksi yang dipergunakan oleh perusahaan yang bersangkutan, sementara akan terdapat beberapa produk lain di mana tingkat ketergantungannya terhadap peralatan dan fasilitas produksi dalam perusahaan yang bersangkutan tidak sedemikian tinggi. Sebuah perusahaan yang mempergunakan mesin peralatan produksi berupa mesin-mesin khusus, dalam pelaksanaan proses produksinya akan mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Karyawan perusahaan bertindak sebagai operator mesin, sedangkan pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan dilaksanakan sebagian besar oleh mesin dan peralatan produksi. Hal ini akan semakin nyata di dalam perusahaan-perusahaan yang mempergunakan mesin dan peralatan ful-automatic atau semi-automatic. Dalam perusahaan semacam ini, para karyawan perusahaan tersebut akan lebih banyak bekerja untuk mengadakan pelayanan terhadap mesin-mesin perusahaan, sedangkan proses produksi sebagian besar dilaksanakan oleh mesin dan peralatan produksi. Keadaan seperti ini agak berbeda dengan perusahaanManajemen Operasi 40 perusahaan yang mempergunakan mesin-mesin yang bersifat umum, di mana sebuah mesin dapat dipergunakan untuk memproses beberapa jenis produk. Dalam keadaan semacam ini, ketelitian dan keterampilan karyawan akan berpengaruh besar terhadap produk yang diproduksikan. Hal ini disebabkan oleh karena dalam pelaksanaan produksi dengan mempergunakan mesin dan peralatan produksi yang bersifat umum ini, mesin dan peralatan produksi tidak disiapkan untuk memproduksikan produk-produk yang khusus, melainkan akan dipergunakan untuk memprodusikan beberapa jenis produk dengan mesin yang sama. Dengan demikian kecermatan dari bentuk, ukuran dan hal-hal lainnya dari produk yang diproduksikan oleh perusahaan tersebut sedikit banyak akan tergantung pada karyawan langsung yang menangani pelaksanaan produksi dari produk tersebut. Pada umumnya, penggunaan mesin dan peralatan produksi yang bersifat khusus (mesin tertentu hanya untuk memproduksikan produk tertentu saja) akan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. a. Jumlah produk yang dihasilkan sangat besar, dengan variasi produk yang sangat kecil. b. Produk yang dihasilkan adalah produk-produk standar. c. Aliran proses dari bahan baku sampai menjadi produk akhir adalah selalu sama. d. Penyusunan letak fasilitas produksi dalam perusahaan, biasanya berdasarkan urutan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Hal ini dapat dihubungkan dengan kenyataan, bahwa keluaran (output) dari suatu mesin akan secara pasti menjadi masukan (input) untuk mesin lainnya. e. Karyawan atau operator yang diperlukan untuk melayani mesin serta peralatan produksi adalah karyawan yang dilatih Manajemen Operasi 41 khusus untuk melayani mesin dan per alatan tersebut. Sehingga keterampilan yang dipergunakan adalah keterampilan untuk melayani mesin dan peralatan yang bersifat khusus, dan bukannya keterampilan karyawan secara umum. f. Mesin dan peralatan pada umumnya bersifat automatis (baik semi automatic atau full-automatic), sehingga kebutuhan karyawan untuk operator mesin tersebut relatif sedikit dan akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing mesin yang dipergunakan. Oleh karena urutan yang dilaksanakan dalam proses produksi perusahaan semacam ini adalah selalu sama, kerusakan atau kemacetan salah satu mesin dalam rangkaian produksi tersebut akan berakibat terjadinya kemacetan jalannya proses produksi dalam rangkaian produksi yang bersangkutan secara keseluruhan. Dalam penyusunan desain pembuatan produk ini, apabila perusahaan akan mempergunakan mesin-mesin dan peralatan produksi yang bersifat khusus, sudah selayaknya mempertimbangkan berbagai macam ciri penggunaan mesin dan peralatan produksi yang bersifat khusus tersebut. Namun apabila manajemen perusahaan merasa bahwa penggunaan mesin dan peralatan yang bersifat khusus ini tidak sesuai dengan perusahaan yang didirikannya, maka perusahaan akan dapat menentukan pilihan lain, yaitu mempergunakan mesin dan peralatan produksi yang bersifat umum. Adapun ciri-ciri dari mesin dan peralatan produksi yang bersifat umum ini adalah sebagai berikut. a. Variasi produk cukup besar apabila diperbandingkan dengan jumlah unit produk yang dihasilkan. b. Produk yang dihasilkan mempunyai standar yang beranekaragam, baik standar bentuk, wama, ukuran maupun Manajemen Operasi 42 c. d. e. f. kualitas. Standar produksi yang dipergunakan dalam perusahaan semacam ini, di samping berdasarkan standar produksi yang sudah ada di dalam perusahaan, pada umumnya juga akan memperhatikan pendapat dan permintaan dari konsumen produk perusahaan tersebut. Pola pelaksanaan produksi atau urutan proses yang dilaksanakan mempunyai variasi yang cukup besar. Urutan pelaksanaan proses untuk memproduksikan suatu produk mempunyai kemungkinan yang berbeda dengan urutan pelak sanaan proses antara suatu produk dengan produk lainnya. Sehubungan dengan urutan proses produksi atau pola pelaksanaan proses produksi yang tidak selalu sama ini, maka pada umumnya penyusunan letak mesin dan peralatan produksi akan didasarkan kepada kesamaan fungsi dan kegunaan dari masing-masing mesin dan peralatan yang dipergunakan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena suatu mesin dan peralatan dapat dipergunakan untuk memproduksikan berbagai macam produk, maka pengaruh ketelitian, kecermatan dan keterampilan karyawan dalam penyelesaian proses menjadi cukup besar. Dengan demikian, di samping karyawan tersebut mempunyai kemampuan yang cukup untuk melayani mesin yang dipergunakan, maka pengetahuan tentang produk yang dihasilkannya haruslah cukup. Oleh karena pola urutan dari penyelesaian pada umumnya tidak pasti, maka kerusakan atau kemacetan penyelesaian proses produksi tidak akan berakibat kepada adanya kemacetan penyelesaian proses produksi secara keseluruhan. B. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam desain produk. Manajemen Operasi 43 1. Fungsi/Kegunaan dari produk Dalam rangka membuat desain produk, perlu diperhatikan fungsi atau kegunaan dari produk yang akan dibuat. Kegunaan tersebut disesuaikan dengan tujuan dibuatnya produk yang bersangkutan. Contohnya, rancang bangun meja tulis dan meja makan berbeda satu dengan yang lain, karena kegunaan masing-masing juga berbeda. 2. Spesifikasi atau corak dan standar produk Dalam mendesain suatu produk perlu juga diperhatikan ciri dan standar yang meliputi hal-hal sebagai berikut: - bentuk - warna - mutu atau kualitas - jenis bahan yang akan digunakan - proses pembuatan Hal-hal tersebut di atas menentukan corak desain standar ukuran suatu produk. Contohnya, rancang bangun sebuah truck berbeda dengan rancang bangun sebuah mikrolet baik dalam hal ukuran, bentuk, warna, mutu bahan, dsb. 3. Harga dan volume Dalam membuat desain produk perlu juga diperhatikan harga produk tersebut, dan juga jumlahnya. Penentuan harga didasarkan pada sasaran konsumen yang akan dituju, dan jumlah laba yang diinginkan oleh produsen. Berapa jumlah minimal yang harus diproduksikan agar mencapai titik impas (break even), dan berapa jumlah yang harus dihasilkan agar perusahaan mencapai keuntungan seperti yang diharapkan. C. Penelitian dan Pengembangan Produk (Product Research and Development) Penelitian dan pengembangan produk (product research and Manajemen Operasi 44 development) adalah suatu kegiatan dalam perusahaan yang dilakukan secara terus-menerus untuk menciptakan dan mengembangkan inovasi-inovasi baru agar produk yang dihasilkan selalu dapat diterima oleh konsumen. Karena itu, orientasi utama dari penelitiari dan pengembangan ini adalah selera konsumen. Selain itu, perlu juga diperhatikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat memanfaatkannya dalam proses pembuatan produk bermutu yang sesuai dengan keinginan konsumen. Kegiatan-kegiatan penelitian meliputi : 1. Mencari hubungan kimiawi dan fisika dasar yang berkaitan dengan produk dan proses produksinya. 2. Memperbaiki produk- produk dan jasa perusahaan yang sudah ada. 3. Menemukan penggunaan-penggunaan baru bagi produk perusahaan saat ini. 4. Mengembangkan berbagai produk baru 5. Mengurangi biaya produksi melalui perbaikan operasi perusahaan 6. Mengadakan pengujian dan spesifikasi bagi operasi dan bahanbahan yang dibeli 7. Menganalisis produk perusahaan-perusahaan pesaing 8. Menemukan penggunaan yang menguntungkan dari sisa-sisa bahan dan produk sampingan (byproduct) Penelitian Dan Pengembangan Produk (Product Research and Development) dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu; 1. Penelitian murni (pure research) Penelitian/riset murni adalah riset untuk mendapatkan pengetahuan dasar yang dilaksanakan demi untuk mencari pengetahuan itu sendiri. Hanya ada sedikit sekali perusahaan yang sanggup membiayai pelaksanaan riset semacam ini. Penelitian murni meliputi penelitian untuk pengetahuan, dalam Manajemen Operasi 45 hal ini akan meliputi ruang lingkup yang luas, fundamental dan disusun untuk keperluan ilmu pengetahuan serta tidak untuk keperluan/suatu tujuan komersial tertentu. Biaya yang tinggi dan kurangnya atau kecilnya tingkat kepastian, terbatasnya hasil-hasil yang nil dan lain sebagainya merupakan ciri penelitian/riset murni. Oleh karena penelitian murni tidak mempunyai tujuan-tujuan komersial maka pada umumnya dipandang sebagai kemewahan. 2. Penelitian diterapkan (applied research) Penelitian yang diterapkan ditujukan terutama untuk menyelesaikan suatu masalah, atau untuk kemajuan komersial. Penelitian ini adalah penelitian ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk membuat desain suatu produk sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan terlebih dahulu. Dalam praktek seringkali hal ini berarti mencari cara untuk mengatasi hambatan terhadap proses dan bahan dalam desain produknya. Hasil dari riset praktis adalah lebih nyata dan dapat dipetik lebih cepat dibandingkan dengan riset murni. Jadi riset semacam ini jauh lebih menarik bagi perusahaan industri. Namun demikian ia tetap dapat memakan biaya yang sangat tinggi, dan kebanyakan perusahaan lebih suka mengontrakkan pekerjaan ini pada lembaga riset, universitas, dan akademi. Macam penelitian dan pengembangan produk, yaitu; 1. Penelitian produk Penelitian produk bertitik berat pada perubahan atau perbaikan barang yang sudah ada untuk lebih disesuaikan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Tujuan utama penelitian produk adalah; - Untuk mengusahakan agar produk yang dihasilkan dapat selalu sesuai dengan kehendak konsumen - Untuk menciptakan suatu produk yang baru Manajemen Operasi 46 2. Penelitian proses Penelitian terhadap proses produksi meliputi usaha-usaha perbaikan terhadap proses produksi yang dilaksanakan untuk membuat suatu jenis produk tertentu (penelitian proses ini meliputi baik proses yang sedang dilaksanakan maupun penciptaan proses-proses baru). 3. Penelitian servis management Tujuan penelitian ini adalah untuk menyajikan data yang terperinci kepada management di dalam bidang tertentu dan memperoleh dasar yang sehat untuk membantu management di dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan baik perkembangan di bidang produksi, finansial, organisasi interen, organisasi eksteren dan sebagainya. Waktu-waktu sebelumnya perusahaan tidak (belum) berpikir tentang adanya per-mintaan atau tuntutan pelayanan yang baik dari para konsumen. Penyebabnya karena; - Pada saat tersebut jumlah perusahaan belum begitu banyak, sehingga belum banyaknya produk atau jasa yang ditawarkan. - Semakin kritisnya pihak konsumen. - Perkembangan teknologi dan perekonomian masyarakat. - Penelitian Produk, adalah merupakan suatu penelitian tentang produk apa dan produk yang bagaimana yang disukai oleh para konsumen. Pengembangan Produk adalah merupakan suatu penelitian terhadap produk yang sudah ada untuk dikembangkan lebih jauh lagi agar mempunyai tingkat kegunaan yang lebih tinggi, dan/atau lebih disukai oleh para konsumen. Dilihat dari lokasi penelitian yang dilaksanakan serta obyek Manajemen Operasi 47 penelitian, maka penelitian semacam ini dapat merupakan; (1), penelitian lapangan (survey konsumen) atau merupakan (2) penelitian laboratorium, atau bahkan akan dilaksanakan (3) kedua-duanya (gabungan). Penelitian dalam laboratorium perusahaan pada umumnya akan menyangkut masalah-masalah teknis dari produk yang bersangkutan, antara lain; (1) car a pembuatannya, (2) campuran, atau (3) senyawa yang digunakan, dan lain sebagainya. Pengembangan produk ini meliputi beberapa hal; (l)pengembangan kualitas, (2) pengembangan bentuk dan desain produk, (3) pengembangan kegunaan, dan lain sebagainya. Penelitian dan pengembangan produk dalam perusahaan ini diharapkan dapat selalu menghasilkan produk baru dari perusahaan yang bersangkutan. Adapun yang dimaksud dengan produk baru adalah produk yang mempunyai salah satu atau beberapa kriteria berikut ini: a. Terdapat perubahan-perubahan kecil dari produk yang telah diproduksikan oleh perusahaan tersebut, misalnya adanya perubahan pembungkusan atau pengepak- kan, perubahan ukuran, perubahan karena adanya beberapa variasi tambahan, dan lain sebagainya (misalnya obat, sabun). b. Terdapat perubahan total dari produk yang telah diproduksikan oleh perusahaan yang bersangkutan, misalnya perubahan sistem atau subsistem produk tersebut. (perubahan sistem mesin dari mobil atau motor yang baru, penggantian lampu tabling menjadi transistor untuk amplifier dan lain sebagainya, perubahan tekhnologi yang dipergunakan oleh produk tersebut dan lain sebagainya (misalnya: electric system & remote control!central /oc£pada mobil) c. Produk yang sudah diproduksikan oleh perusahaanManajemen Operasi 48 perusahaan yang lain (perusahaan-perusahaan pesaing), akan tetapi belum pernah diproduksikan oleh perusahaan yang bersangkutan. d. Produk yang belum pernah diproduksikan oleh perusahaanperusahaan dalam negeri, walaupun produk tersebut sudah ada dan sudah dipasarkan di negara- negara yang lain e. Produk yang sama sekali belum pernah diproduksikan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Produk semacam ini benar-benar merupakan produk baru atau penemuan baru dalam arti kata yang sebenar-benarnya. Produk baru yang dimaksud di sini adalah merupakan produk baru dari perusahaan yang melakukan penelitian dan pengembangan produk tersebut, sehingga akan ter-dapat suatu kemungkinan bahwa suatu produk tersebut. merupakan produk baru dari suatu perusahaan, tetapi bagi perusahaan lain bukan merupakan produk baru lagi. D. Seleksi Produk Apabila suatu perusahaan melaksanakan penelitian produk, akan terdapat kemungkinan bahwa dari hasil penelitian yang dilaksanakan tersebut menunjukkan bahwa produk yang disenangi oleh para konsumen terdiri dari beberapa macam produk. Namun karena keterbatasan perusahaan, maka perusahaan diperhadapkan kepada pemilihan produk apa saja yang direncanakan dapat diproduksikan. Seleksi produk ini dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, antara lain; (1) dengan melihat kepada jumlah nilai dari seluruh faktor yang berhubungan dengan produk tersebut, atau (2) dengan menyusun penilaian dan kemudian memper-bandingkan nilai dari masing-masing produk tersebut. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam seleksi Manajemen Operasi 49 produk antara lain; 1) Nilai guna dari produk 2) Kemungkinan pengembangan produk 3) Fasilitas produksi yang diperlukan 4) Fasilitas perusahaan 5) Proyeksi permintaan produk 6) Proyeksi penjualan industri 7) Proyeksi penjualan perusahaan 8) Potensi keuntungan produk 9) Jalur distribusi perusahaan 10) Posisi persaingan 11) Potensi peningkatan penjualan 12) Siklus umur produk Tabel 3. Contoh diagram penilaian terhadap masing-masing factor No Produk BX- 303 -220 SR R C T ST 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Nilai guna dari produk Kemungkinan pengembangan Fasilitas produksi yang diperlukan Fasilitas perusahaan Proyeksi permintaan produk Proyeksi penjualan industri Proyeksi penjualan perusahaan Potensi keuntungan produk Jalur distribusi perusahaan Posisi persaingan Potensi peningkatan penjualan Siklus umur produk Tabel 4. Bagan Profil Produk Bar No ProdukBX-303-225 1 Nilai guna dari produk i i i i i i i i i i i i SR R C T ST i Manajemen Operasi 50 2 Kemungkinan pengembangan produk i 3 Fasilitas produksi yang diperlukan i 4 Fasilitas perusahaan i 5 Proyeksi permintaan produk i 6 Proyeksi penjualan industri i 7 Proyeksi penjualan perusahaan i 8 Potensi keuntungan produk i 9 Jalur distribusi perusahaan i 10 Posisi persaingan i 11 Potensi peningkatan penjualan i 12 Siklus umur produk i Keterangan: SR = Sangat Rendah diberi nilai 1 R = Rendah diberi nilai 2 C = Cukup diberi nilai 3 T = Tinggi diberi nilai 4 ST = Sangat Tinggi diberi nilai 5 Dengan kuantiflkasi nilai setiap produk akan dapat diketahui jumlah nilainya masing-masing, sehingga perusahaan akan dapat memilih beberapa produk yang diperlukan yang mempunyai nilai tinggi dalam penilaian yang dilaksanakan tersebut. E. Proses Research and Development Proses Research and Development (R & D) adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan tujuan R & D (explorasi and screening). Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa tujuan yang akan dicapai harus: a. dapat menyumbang pada pencapaian tujuan perusahaan; b. dapat dijalankan, tidak muluk, sesuai dengan kapasitas yang ada; c. sesuai dengan minat perusahaan ingin memasuki business yang mana, berapa perkembangannya, berapa market share Manajemen Operasi 51 yang diinginkan, stabilitas yang dikehendaki. 2. Apakah kegiatan R & D seirama dengan kesempatan yang terbuka pada masa dating (spesifikasi) Penentuan kemungkinan/kesempatan yang terbuka dan yang bersaingan untuk menentukan strategi yang akan diambil nantinya (spesifikasi). Dalam hal ini perlu diingat: a. forecast tentang kemajuan teknologi; b. sekarang kita berada pada tingkat teknologi yang mana, bagaimana pesaing? c. apakah sebenamya keinginan/kebutuhan konsumen yang sekarang dan konsumen potensial; sedapat mungkin kita menciptakan permintaan dengan memberi sifat unik pada produk, bisa menjadi substitusi, dan Iain-lain. 3. Strategi yang perlu diambil (pengembangan dan pengujian) Strategi mempertimbangkan usaha-usaha pesaing (usaha pengembangan dan pengujian). Dengan demikian perusahaan bisa saja: a. menitikberatkan R & D-nya: dengan modal cukup, selalu menyempurnakan design., memperbaiki kegunaan (fungsi) produk. Hendaknya di sini diingat, bahwa perusahaan mungkin memproduksikan berbagai produk; persaingan demikian; tidaklah efektif apabila diusahakan memperbaiki dan mengem- bangkan semua produk; perlu dipertimbangkan penetrasi pasar, salah satu atau produkproduk tertentu saja; b. memilih timing yang cukup dapat dipertanggungjawabkan: dengan menggunakan merek dagang yang sudah dikenal masyarakat, kita dapat setiap waktu mengintrodusir produk baru; c. untuk beberapa barang industri penting adanya saluran distribusi, pengujian, pengiklanan; pada pokoknya Manajemen Operasi 52 perusahaan harus mampu melakukan seleksi proyek, sebab R & D biayanya cukup mahal; bila gagal, rugi besar, tetapi ada pengalaman; bila berhasil biaya-biaya dapat ditutup dengan penghasilan yang diperoleh darinya. Dengan evaluasi alternatif proyek dapat diketahui proyek mana yang dipilih untuk dilaksanakan. 4. Penciptaan norma-norma evaluasi proyek-proyek penelitian sesuai dengan tujuan perusahaan. Kita dapat memperhitungkan (memperkirakan) berapa kiranya modal investasi yang diperlukan untuk R & D, berapa pengeluaran selanjutnya (servise) dan berapa kiranya penerimaan yang akan diperoleh darinya. Dengan metode rate of return on investment dan net present value kita bisa menentukan proyek R & D mana yang perlu dijalankan. a. R & D pada produk sekarang. 1) memperbaiki kualitas, sedang harga tetap; 2) menurunkan harga dengan kombinasi faktor produksi yang lebih sedikit, menghasilkan kuantum yang sama, serta R & D pada proses produksi; 3) untuk penggunaan lain. b. R & D pada produk baru: 1) perlu survai pasar untuk mejajagi kebutuhan konsumen; 2) menyiapkan teknologi barii; 3) pengiklanan dan test, F. Proses pengembangan produk baru Pengembangan produk baru oleh perusahaan dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : 1. Pencarian gagasan Sumber utama untuk mendapatkan gagasan pembuatan prcxluk Manajemen Operasi 53 baru adalah pasar dan ketersediaan teknologi. Selain itu juga dapat dicapai melalui observasi terhadap produk yang ada saat ini, pendapat para ahli, penyalur, pesaing, dan orang-orang di bagian penjualan. 2. Seleksi Produk Tidak semua gagasan yang muncul perlu dikembangkan menjadi produk baru. Ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi, antara lain: potensi pasar, kelayakan finansial, dan kesesuaian operasi. Tujuan dilakukan seleksi produk adalah untuk menghindari diproduksinya produk-produk yang kurang menguntungkan bagi perusahaan. Untuk membantu dalam analisis seleksi produk, ada beberapa cara yang telah dikembangkan. Salah satunya adalah dengan membuat daftar penilaian (scoring) terhadap faktorfaktor penimbang. Faktor-faktor penimbang dalam seleksi produk adalah: volume penjualan, perlindungan patent, persaingan, bahan mentah, kualitas produk, dan resiko teknis. Hasil penilaian akan merekomendasikan calon produk tersebut sangat baik, baik, cukup baik, jelek atau sangat jelek. 3. Desain produk pendahuluan Desain pendahuluan biasanya diadakan untuk pengembangan beberapa alternatif desain yang memenuhi ciri-ciri konseptual produk terpilih. Sebagai contoh, bila perusahaan memutuskan untuk memproduksi lemari es, maka pertanyaan-pertanyaan tentang model, kapasitas penyimpanan, ukuran motor dan lain sebagainya akan dihadapinya. Bila desain pendahuluan disetujui, bagian penelitian dan pengembangan produk (R&D) perlu membuat prototype-prototype untuk analisis selanjutnya. 4. Pengujian (testing) Pengujian terhadap prototype ditujukan untuk mengetahui sejauh mana produk tersebut dapat diterima pasar, dan kelayakan prototype secara teknis. Salah satu cara untuk menilai potensi Manajemen Operasi 54 pasar adalah dengan melakukan uji pasar. Prototype produk baru dilempar ke sekelompok konsumen untuk dicoba, guna mengetahui pendapat mereka. 5. Desain Akhir Dalam tahap desain akhir, spesifikasi produk dan komponenkomponennya serta gambar-gambar perakitan disusun. Hal ini menjadi dasar bagi proses produksinya. Sebagai hasil pengujian prototype, dapat saja terjadi perubahan-perubahan tertentu pada desain akhir. G. Siklus Hidup Produk (product life cycle) Pembahasan tentang desain produk tidak terlepas dari pembahasan tentang siklus hidup produk. Siklus hidup produk adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa setiap produk baru yang ditawarkan kepada masyarakat akan melewati suatu siklus kehidupan yang terdiri dari beberapa tahapan dalam suatu periode waktu. Tiap tahap dalam siklus hidup produk dapat membuka kesempatan baru atau menimbulkan masalah baru bagi manajemen produksi. Oleh karena itu, perlu diketahui posisi produk kita dalam siklus hidupnya agar dapat diputuskan untuk tetap mempertahankan desain yang ada atau membuat rencana perbaikan desain dan pengembangan produk yang lebih baik. Siklus hidup produk biasanya terdiri dari 4 tahapan, yaitu tahapan pengenalan, tahap pertumbuhan, tahap kejenuhan dan tahap penurunan. Siklus Hidup Produk 1. Tahap pengenalan Pada tahap pengenalan produk baru, operas! penjualan belum bekerja dengan baik. Masih terdapat masalah kelambatan dalam perluasan kapasitas produksi. Masalah-masalah teknis yang belum teratasi, dan harga jual yang masih relatif tinggi. Manajemen Operasi 55 2. Tahap pertumbuhan Dalam tahap ini, produk diperbaiki dan distandarisasi. Karena itu lebih dapat diandalkan dan harga jual dapat lebih ditekan, sehingga konsumen akan cenderung untuk memburunya. Kuantitas penjualan perusahaan akan meningkat cukup besar. 3. Tahap kejenuhan (maturity) Kebanyakan produk yang ada di pasar sekarang seperti televisi, radio, alat rumah tangga, berada dalam tahap kejenuhan. Produkproduk tersebut telah "matang" keandalannya dan performancenya, dengan harga yang wajar serta tidak terjadi perubahan besar dari tahun ke tahun. Volume penjualan mulai menurun pertambahannya karena setiap orang telah memiliki produk tersebut, sehingga penjualan sangat bergantung pada penggantian (replacement) dan penambahan penduduk. 4. Tahap penurunan (decline) Hampir semua produk akan sampai pada tahap penurunan dalam permintaan, bila produk-produk tersebut digantikan oleh produk yang baru. Namun demikian tidak semua produk akan mengalami tahap ini. Misalnya pisau, gunting, sendok dan garpu. Produk-produk ini telah dikenal sejak lama, akan tetapi pisau listrik dan gunting listrik tidak menggantikan pisau dan gunting yang terdahulu. Namun karena kebanyakan produk akan sampai pada akhir kehidupannya, rnaka perusahaan harus bekerja terus untuk mengembangkan produk baru agar dapat menggantikan tempat produk-produk yang telah hilang. H. Perencanaan Produk baru Sebagaimana telaha dinyatakan di atas, bahwa setiap produk mempunyai siklus hidup. Biasanya siklus-hidup barang modal lebih panjang daripada barang konsumsi. Siklus-hidup ini terdiri dari empat periode: Manajemen Operasi 56 a. Periode peluncuran, di mana produk diperkenalkan, dipromosikan dan dikedepankan secara perlahan-lahan. b. Periode pertumbuhan, di mana produk mulai laku, dan nilai penjualannya meningkat dengan cepat, pulang modal, dan laba meningkat dengan cepat c. Periode kematangan, di mana produk masih tetap laku namun nilai penjualannya dan laba meningkat secara perlahan-lahan. d. Periode kejenuhan, di mana produk mulai kehilangan tenaga pendorongnya yang emula, penjualannya berkembang lebih lambat dan laba mulai statis. e. Periode kemunduran atau kemerosotan, di mana produk mulai kurang laku, nilai penjualannya dan laba pun mulai menurun dengan cepat. Jadi fungsi perencanaan produk bertujuan untuk mempunyai sejumlah produk di mana yang satu menyusul dibelakang yang lain, sehingga ketika produk yang lama mulai mundur, produk berikutnya sudah mulai dengan periode peluncurannya. Ini berarti bahwa riset selalu mencari produk baru untuk disalurkan ke dalam siklus ini. Keputusan Perencanaan Pra-peluncuruanPromosi Pertumbuhan Kematangan Kejenoban Kemerosotan VOLUME PENJUALAN Perencanaan Perencanaan arus kas laba Beberapa biaya Biayabiaya yang berat Pulang modal Laba meningkat dengan cepat Laba meningkat Laba dengan stalls perlahanlahan Operasi keuangan Investasi pabrik Operasi pemasaran LTsaha Laporan Persetujnan Pengiklanan Prornosi Promosi promosi Konsolidasi riset pasar desain dimulai berencana ban dipertahankan Laba menurun Usaha dikurangi Manajemen Operasi 57 Desain pertama Desain Value engineering Modifikasi Mulai Desain Pengembanganpengemba final ngan Operasi produksi Operasi Merencana pilot proses dan proyek atat Melatih kerja Desain ulangan Desain ulangan Jangka Umpan Produksi Usaha produksi balik dari Mengurangi Mendesain berjalan membuat lebih langganan biaya kembali mengganggu kualitas singkat yang produksi analisa nilai laugi hakugan khusus Biaya lebih pertama tinggi Gambar 9. Analisis Siklus Hidup Produk Setiap perusahaan yang membuat sesuatu produk mempunyai pilihan yang berikut ini: a. Membeli cara pembuatannya dari sumber di luar perusahaan melalui cara kontrak atau lisensi. b. Menciptakan sendiri produk yang baru sama sekali. c. Menugaskan pihak lain menciptakan produk yang baru d. Mengembangkan produk yang lebih baik berdasarkan desain yang sudah ada. e. Menugaskan pihak lain untuk mengembangkan produk yang lebih baik. Keharusan untuk mengambil salah satu di antara ke lima cara bertindak ini timbul dari kenyataan yang tidak dapat dihindarkan lagi, yaitu bahwa perusahaan bersifat dinamis, bahwa produk dan bahan selalu bertambah bagus, dan dengan demikian setiap produk mempunyai siklus hidup yang dapat diukur. Kadang-kadang muncul suatu produk yang istimewa dan yang berusia sangat panjang, akan tetapi hal ini sedemikian jarangnya terjadi sehingga untuk tujuan perencanaan haras diabaikan. Jadi adalah penting untuk mempertimbangkan suatu sistem yang dirancang secara teliti guna menghadapi masalah menemukan produk baru yang akan dibuat. Pemasaran Perencanaan Strategi Perusahaan Manajemen Operasi 58 Desain Riset Dasar Produksi Riset Dasar Pengembangan Riset Praktis Pedoman : pernyataan niat Hasil: desain baru, data produk baru Gambar 10. Sistem perencanaan produk baru Diagram sederhana dari sistem perencanaan produk baru di atas menunjukkan pedoman arah umum dari usaha riset dan desain, bersama-sama dengan umpan balik dari data desain produk baru. a. Perusahaan menetapkan strategi untuk menghadapi kemungkinan untuk menghadapi kemajuan teknologi selama suatu jangka waktu yang panjang. b. Riset pasar menunjukkan arah penting di mana usaha riset yang ternyata berhasil akan segera membuahkan hasil. c. Riset dasar menunjukkan bidang teknologi yang kira-kira dapat ditembus d. Riset praktis (applied research) memperluas penemuan pkok dan menerapkannya ke bidang industri tertentu. e. Desain dan pengembangan menghasilkan spesifikasi produk baru berasal dari riset praktis ataupun langsung dari perencanaan pasar. Jadi sistem perencanaan produk baru saling berkaitan dengan gagasan produk baru yang dimulai pada beberapa titik yang dikembangkan untuk akhirnya diproduksi dan dilempar ke pasar. Manajemen Operasi 59 BAB III LOKASI PABRIK Sebelum mendirikan bangunan pabrik, setiap investor akan diperhadapkan dengan pertanyaan; di manakah bangunan pabrik tersebut akan didirikan? Pertanyaan tersebut memerlukan jawaban yang tepat, karena bangunan pabrik yang didirikan di suatu wilayah membawa konsekuensi tersendiri bagi kelancaran proses produksi, kemudahan pemasaran, dan tinggi-rendahnya beban biaya yang harus dikeluarkan. Kesemuanya ini pada akhimya akan mempengaruhi besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh. Pemilihan lokasi berarti menghindari sebanyak mungkin segisegi negatif, dan mendapatkan lokasi dengan paling banyak faktor-faktor positifhya. Penentuan lokasi yang tepat akan meminimumkan beban biaya jangka pendek maupun jangka panjang, dan ini akan meningkatkan daya saing perusahaan. Tanpa perencanaan lokasi yang tepat, dapat meng-akibatkan perusahaan beroperasi dengan tidak efisien dan efektif. Misalnya, karena kesulitan mendapatkan tenaga kerja dan bahan baku, biaya pengangkutan yang mahal, biaya pemasaran yang tinggi, atau bahkan penolakan oleh masyarakat setempat atas kehadiran pabrik tersebut. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan perlu lebih berhati-hati dan melakukan analisa-analisa yang lebih baik agar kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul dapat diperkecil atau dihilangkan sama sekali. A. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi pabrik Faktor-faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pabrik untuk masing-masing perusahaan berbeda. Walaupun demikian, secara umum dapat diidentifikasi sejumlah variabel yang Manajemen Operasi 60 menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan lokasi pabrik. Secara teoritis seluruh faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik dapat dipisahkan menjadi dua jenis, yaitu faktor utama (faktor primer) dan faktor bukan utama (faktor sekunder). Pemberian klasifikasi ini adalah ditinjau dari segi kepentingan industri pada umumnya, dan bukan terhadap kepentingan perusahaan yang akan didirikan secara individual. 1. Faktor utama dalam pemilihan lokasi pabrik Faktor utama, adalah faktor-faktor yang pasti akan diperlukan oleh seluruh jenis industri yang ada. Dengan demikian, tidak ada satu perusahaan pun yang tidak memerlukan faktor-faktor ini. a. Lokasi bahan baku Perusahaan memerlukan bahan baku untuk diolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Bahan baku ini perlu diangkut dari daerah asalnya ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Perusahaan berkepentingan untuk menempatkan lokasi pabriknya dekat dengan sumber bahan mentah apabila bahan mentah memiliki bobot yang cukup berat dan susut cukup besar dalam proses produksi. Hal ini dapat ditemui pada pabrik semen, kayu, kertas dan baja. Selain itu, bila bahan mentahnya mudah rusak maka akan lebih baik bila lokasi pabriknya ditempatkan dekat dengan bahan mentah. Misalnya, industri buah-buahan dan sayuran dalam kaleng. Ketiadaan bahan baku akan mempunyai akibat terhentinya pelaksanaan kegiatan produksi dalam perusahaan. Apabila kegiatan produksi terhenti, maka hal ini akan mengakibatkan kegiatan yang lain dalam perusahaan menjadi terhenti pula. Dengan kata lain, apabila perusahaan kehabisan bahan baku, maka kelang-sungan hidup dari perusahaan tersebut akan menjadi terancam pula. Pabrik dengan lokasi yang jauh dari sumber bahan baku akan Manajemen Operasi 61 menimbulkan berbagai macam resiko, antara lain; a) Resiko sehubungan dengan angkutan bahan dari sumber bahan baku sampai ke gudang pabrik, antara lain; - resiko kerusakan dalam angkutan (bahan-bahan yang mudah rusak, misalnya pengalengan ikan) - resiko biaya angkutan (biaya angkutan tinggi) - resiko kehilangan dalam angkutan - resiko keterlambatan - resiko kecelakaan, dan lain sebagainya b) Resiko-resiko keterlambatan informasi tentang bahan baku, antara lain; perubahan-perubahan tentang harga bahan baku jumlah bahan baku yang masih tersedia keterlambatan penawaran bahan baku, dan lain sebagainya. b. Lokasi pasar Yang dimaksud dengan lokasi pasar di sini adalah pasar dari produk yang akan dihasilkan. Dekat dengan pasar, akan membuat perusahaan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pelanggan, dan mengurangi biaya distri-busi. Perlu juga dipelajari, apakah pasar perusahaan tersebut luas atau hanya melayani sebagian kecil masyarakat, sifat barang mudah rusak atau tahan lama, dan berat serta proporsi biaya transportasi atau distribusi terhadap total biaya. Sifat dan daya tahan produk perusahaan akan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan. Apabila lokasi pabrik jauh dari lokasi pasar produk perusahaan, maka masalah daya tahan serta sifat produk perusahaan akan menjadi mutlak perlu untuk dipertimbangkan. Produk perusahaan yang tidak tahan lama (misalnya makanan segar) akan meminta perhatian khusus di dalam pengang-kutan produk yang Manajemen Operasi 62 bersangkutan. Dengan demikian, maka pabrik yang dekat dengan pasar akan banyak memperoleh keuntungan, sedangkan pabrik yang didirikan pada lokasi yang jauh dari lokasi pasar produk perusahaan akan men-derita berbagai macam kerugian.Lokasi pabrik akan lebih menguntungkan apa-bila dipilih mendekati lokasi sumber bahan baku dan sekaligus mendekati lokasi pasar. Jika terjadi bahwa perusahaan harus memilih apakah mendekati lokasi sumber bahan baku tetapi jauh lokasi pasar, atau mendekati lokasi pasar tetapi menjauhi lokasi sumber bahan baku. Dalam keadaan yang demikian maka pertimbangan-pertimbangan berikut ini yang harus diperhatikan; a) Biaya angkutan Apabila biaya angkutan bahan baku lebih murah daripada biaya angkutan produk perusahaan untuk setiap ekivalen unit, maka pabrik tersebut akan lebih menguntungkan apabila didirikan mendekati lokasi pasar produk perusahaan yang bersangkutan. b) Kemudahan pengangkutan Apabila pengangkutan bahan baku ini lebih mudah daripada pengangkutan produk perusahaan, maka perusahaan akan lebih menguntungkan men-dirikan pabriknya mendekati pasar produk perusahaan tersebut. c) Resiko pengangkutan Apabila resiko pengangkutan yang ada (misalnya kerusakan dan kehilangan) dari bahan baku adalah lebih rendah daripada resiko pengangkutan barang jadi, maka perusahaan akan lebih menguntungkan mendirikan pabriknya dekat dengan sumber bahan baku. d) Daya tahan Manajemen Operasi 63 Apabila daya tahan bahan baku lebih rendah (lebih jelek) daripada daya tahan produk, maka akan menguntungkan apabila didirikan mendekati sumber bahan baku. e) Adanya penambahan atau pengurangan volume dari bahan baku menjadi barang jadi dalam proses produksi. Apabila di dalam pelaksanaan kegiatan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan terdapat penambahan volume yang cukup berarti, maka akan lebih menguntungkan didirikan mendekati lokasi pasar produk yang bersangkutan (misalnya Pabrik minuman dalam botol, akan mempunyai penambahan volume dalam proses produksi. Dengan demikian perusahaan minuman akan cenderung untuk mendekati pasar). c. Fasilitas transportasi Tersedianya fasilitas transportasi baik lewat darat, udara dan air akan melan-carkan pengadaan faktor-faktor produksi dan menyalurkan produk perusahaan. Karena fasilitas transportasi sangat besar pengaruhnya dalam operasi perusahaan, maka tidak mengherankan jika para investor cenderung untuk menanam-kan modalnya di daerah yang sudah cukup memadai sarana dan prasarana transportasinya. Transportasi ini akan menyangkut; - Pengangkutan bahan baku dari sumbemya ke gudang/pabrik - Pengangkutan barang jadi dari pabrik ke pasar/konsumen - Pengangkutan para karyawan yang bekerja di dalam pabrik/ perusahaan Pada umumnya sarana transportasi dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu; a) Sarana transportasi melalui darat Pengangkutan melalui darat ini dapat dibagi menjadi dua Manajemen Operasi 64 macam, yaitu . Pengangkutan dengan mempergunakan kereta api Kelebihannya : - Volume yang diangkut cukup besar (misahiya Pabrik gula) - Goncangan yang ditimbulkan relatif sedikit Kelemahannya : - Jalur angkutan yang tidak fleksibel - Tempat pemberhentian yang tidak dipilih pada sembarang tempat akan berakibat penggunaan angkutan ini kadang-kadang tidak akan sampai pada tujuan akhir. Tempat pemberhentian kereta api adalah tempat-tempat yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat berhenti pada sembarang tempat sebagaimana angkutan melalui jalan raya. Dengan demikian, harus ditambah angkutan jenis lain (melalui jalan raya) agar pengangkutan bahan atau barang tersebut dapat sampai ke tempat tujuan. - Pengangkutan melalui jalan raya Kelebihannya : Jalur angkutan lebih fleksibel. Barang/bahan yang diangkut akan dapat langsung berangkat dari tempat pengiriman dan dapat langsung mencapai tempat tujuan tanpa harus mempergunakan sarana angkutan yang lainnya lagi. Kelemahannya : • Volume angkutan tidak sebesar kereta api • Terdapat goncangan yang cukup pada proses pengangkutannya b) Sarana transportasi melalui laut. Untuk pengiriman antar pulau, biaya angkutan laut akan lebih murah, namun waktu yang diperlukan untuk Manajemen Operasi 65 pengangkutan menjadi lebih lama. c) Sarana transportasi melalui udara. Kelebihan yang meoncolok dari angkutan jenis ini adalah cepatnya proses penangkutan atau singkatnya waktu yang diperlukan. Namun volume angkutnya terbatas dan biaya angkutnya tinggi. Perusahaan yang mempergunakan jenis angkutan ini adalah perusahaan persurat-kabaran. d) Sarana transportasi khusus (pipa saluran pengiriman). Karena sifatnya, maka barang atau bahan yang dapat dikirim melalui sarana ini hanya terbatas untuk barang cair atau gas saja. Perlu diingat bahwa investasi untuk membuat sarana pengiriman khusus ini cukup besar. (misalnya Pengiriman melalui pipa bawah tanah/laut seperti yang dilakukan oleh Pertamina dari Cilacap ke Yogya, PDAM, dan sebagainya). Adapun yang dimaksud dengan fasilitas pengangkutan atau sarana transportasi di sini bukanlah hanya tersedianya jalan kereta api, truck, pick up, dan lain sebagainya, melainkan termasuk juga fasilitas jalan raya yang tersedia, lokasi setasiun kereta api, lokasi pelabuhan baik laut maupun udara berikut fasilitas-fasilitas lain yang ada pada masing-masing tempat tersebut (misalnya situasi dan kondisi gudang yang tersedia, keamanan penyimpanan barang, dsb). d. Tersedianya tenaga kerja Jumlah tenaga kerja yang memadai merupakan hal yang mendasar. Lokasi pabrik dengan sumber tenaga kerja yang banyak akan menjadi pertimbangan terutama bagi perusahaan-perusahaan yang akan memperkerjakan tenaga kerja dalam jumlah besar (padat karya). Penggunaan tenaga kerja yang tidak memenuhi persyaratan akan menimbulkan berbagai hambatan dan kesulitan dalam Manajemen Operasi 66 pelaksanaan proses produksi dari perusahaan yang bersangkutan. Klasifikasi tenaga kerja: a) Tenaga kerja ahli dan terlatih Pada umumnya dibutuhkan oleh perusahaan dalam jumlah yang sedikit Imbalan gaji yang diterima adalah cukup besar berikut fasilitas-fasilitas lain akan diberikan oleh perusahaan b) Tenaga kerja ahli dan tetapi belum terlatih Persoalannya hampir sama dengan tenaga kerja di atas, hanya saja dalam hal imbalan agak berkurang. c) Tenaga kerja tidak ahli dan tetapi terlatih Pada umumnya perusahaan akan memerlukan jenis tenaga kerja ini dalam jumlah yang cukup besar. Beberapa tugas yang dapat dibebankan kepada karyawan jenis ini adalah operator mesin, tugas-tugas lain yang memerlukan ketrampilan khusus tetapi cukup memerlukan bekal pengetahuan teori sedikit saja. Pada umumnya para karyawan akan mendapatkan imbalan dalam jumlah yang lebih rendah dari para karyawan ahli dalam perusahaan yang bersangkutan, dan fasilitas lain yang diperoleh juga akan sangat terbatas. d) Tenaga kerja tidak ahli dan tidak terlatih Tenaga kerja jenis ini akan terdapat di mana-mana sehingga di manapun perusahaan akan mendirikan pabriknya, di daerah tersebut akan tersedia tenaga kerja jenis ini. Dengan demikian, tenaga kerja yang diperlukan untuk bahan pertimbangan di dalam pemilihan lokasi pabrik adalah jenis tenaga kerja tidak ahli tetapi terlatih. e. Pembangkit tenaga Untuk menjalankan mesin dan peralatan produksi yang Manajemen Operasi 67 berada di dalam pabrik dari suatu perusahaan tertentu, diperlukan adanya suatu pembangkit tenaga. Pada umumnya tenaga yang diperlukan oleh pabrik ini adalah dalam jumlah yang cukup besar. Untuk mendapatkan pembangkit tenaga dalam jumlah yang cukup besar dapat dipergunakan dua macam jalan, yaitu mempergunakan jasa PLN, atau mengusahakan sumber pembangkit tenaga sendiri. Ada jenis-jenis perusahaan terutama yang dalam proses produksinya mem-butuhkan suplay pembangkit tenaga baik berupa tenaga air, listrik, angin dan sebagainya. Misalnya, industri kertas, karet, gula dan tenun sangat memerlukan air dalam jumlah besar. Oleh karena itu perlu diperhatikan ketersediaan sumber tenaga yang murah dan mencukupi pada lokasi yang dipilih. 2. Faktor bukan utama dalam pemilihan lokasi pabrik Faktor bukan utama, adalah merupakan suatu faktor yang sangat diperlukan oleh suatu jenis industri tertentu, namun faktor ini belum tentu diperlukan pula oleh jenis industri yang lain. 1) Rencana masa depan Pabrik yang didirikan diharapkan akan dapat berkembang pesat, sehingga akan mendukung perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Pemilihan lokasi pabrik ini tidak hanya akan dipergunakan untuk jangka pendek, melainkan juga untuk jangka panjang. Hal lain yang perlu diperhatikan tentang rencana ke depan menyangkut kebutuhan sumber daya dan kemungkinan perubahan teknologi 2) Kemungkinan ekspansi perusahaan Apabila pabrik yang didirikan perusahaan tersebut dapat melaksanakan operasinya dengan baik, maka terdapat kemungkinan yang besar bahwa perusahaan yang bersangkutan akan dapat berkembang dengan baik pula. Manajemen Operasi 68 Untuk me-nunjang perkembangan perusahaan tersebut pada umumnya akan dilaksanakan perluasan perusahaan, ini berarti bahwa perusahaan tersebut akan menambah kapasitasnya. Dengan demikian, perusahaan yang bersangkutan akan menambah kapasitas pabrik yang ada, sehingga untuk keperluan tersebut diperlukan adanya cadangan tanah yang disediakan untuk melaksanakan perluasan pabrik. Dengan kata lain dalam pemilihan lokasi pabrik, sebaiknya juga dipertimbang-kan tersedianya tanah yang cukup guna perluasan pabrik di masa depan. Apabila ternyata pada suatu saat pabrik yang telah didirikan tersebut memerlu-kan adanya perluasan, sedangkan tanah di sekitar pabrik tersebut tidak me-mungkinkan lagi untuk dipergunakan, misalnya telah dipergunakan oleh perusahaan atau lembaga yang lain, maka akan terdapat dua kemungkinan yang dapat ditempuh. Pertama, adalah dengan mendirikan gedung bertingkat. Dalam hal ini tentunya disertai dengan adanya resiko biaya pembangunan gedung yang lebih mahal dibandingkan dengan gedung yang tidak bertingkat. Kedua, adalah mendirikan pabrik baru, yang lokasinya terpisah dari pabrik yang lama. Oleh karena itu lokasi pabrik yang dipilih harus mampu menampung kemungkinankemungkinan tersebut di atas. 3) Kemungkinan Perluasan Kota Rencana perluasan kota perlu dijadikan bahan pertimbangan oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga pabrik yang akan didirikan akan tetap sesuai dengan perkembangan kota yang ada. Apabila hal ini tidak diperhatikan, akan terdapat resiko bahwa pabrik tersebut pada suatu saat sudah tidak diperbolehkan beroperasi pada lokasi yang dipilih oleh Manajemen Operasi 69 karena sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masyarakat sekitamya. Atau terdapat kemungkinan yang lain, yaitu pabrik tersebut akan terpotong karena terkena pelebaran jalan yang dilaksanakan dalam kota tersebut. Pada umumnya pendirian pabrik di Indonesia terutama yang didirikan oleh perusahaan kecil dan menengah belum begitu banyak memperhatikan faktor kemungkinan perluasan kota. Seringkali suatu pabrik yang sudah didirikan, beberapa waktu berikutnya dengan terpaksa harus berpindah tempat atau terkena pelebaran jalan. Misalnya Perusahaan karoseri atau bengkel las di pinggiran kota. Tidak tersedianya tempat parkir yang cukup serta kebisingan suara yang ditimbulkan akan sangat tidak sesuai dengan lingkungan sekitarnya apabila daerah sekitarnya menjadi tempat pemukiman atau pusat pertokoan. Arus lalu lintas yang cukup padat, juga akan menambah ketimpangan yang terjadi antara pabrik tersebut dengan lingkungannya. Jadi perlu memperhatikan master plan untuk pembangunan kota, dengan melihat dan mempelajari master plan akan dapat diketahui lokasi mana yang diperuntukkan bagi daerah industri, lokasi mana yaiig diperuntukkan bagi daerah pemukiman, dan lokasi mana yang akan dipergunakan sebagai jalur hijau. 4) Terdapat fasilitas servis bagi perusahaan/pelayanan mesin dan peralatan produksi. Hal ini penting terutama bagi pabrik-pabrik yang tidak terlalu besar, yang tidak memiliki bengkel sendiri untuk memperbaiki mesin dan peralatan produksinya. Suatu pabrik yang melaksanakan kegiatan produksi, tentunya akan memerlukan berbagai macam pelayanan perbaikan terhadap mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan. Manajemen Operasi 70 Hal ini berhubungan erat dengan masalah pemeliharaan dari mesin-mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan dalam perusahaan tersebut. Fasilitas pelayanan perawatan mesin dan peralatan produksi yang diperlukan dalam hal ini adalah meliputi perawatan rutin maupun perbaikan-perbaikan yang perlu dilaksanakan dalam perusahaan tersebut. Bagi perusahaan yang tidak atau belum mempunyai fasilitas pelayanan mesin dan peralatan produksi sendiri, maka perawatan dan pemeliharaan mesin dan peralatan produksi sepenuhnya dikerjakan para tekhnisi di luar perusahaan bersangkutan. Beberapa perusahaan menengah dan perusahaan besar, pada umumnya akan menyediakan bagian atau unit pelayanan dan perawatan mesin dan fasilitas produksi dalam pabrik, namun tidak demikian halnya dengan perusahaan menengah dan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh karena apabila volume kerja dari unit pelayanan dan perawatan mesin dan peralatan produksi ini tidak seimbang dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk investasi unit tersebut, maka ini berarti akan mengurangi potensi keuntungan. 5) Terdapat fasilitas pembelanjaan perusahaan Untuk kepentingan permodalan yang diperlukan, maka pabrik yang akan didiri-kan oleh perusahaan akan lebih baik apabila lokasinya berdekatan dengan fasilitas pembelanjaan perusahaan yang ada. Adapun yang dimaksud dengan fasilitas pembelanjaan perusahaan adalah ter-dapatnya lembaga-lembaga keuangan serta lembaga-lembaga lain yang dapat membantu pembelanjaan perusahaan pada umumnya. Misalnya terdapat pasar modal, bank-bank, koperasi simpan-pinjam, dlsb. 6) Terdapat persediaan air yang cukup Manajemen Operasi 71 Pada umumnya air dibutuhkan oleh semua pabrik. Hanya saja, banyaknya air yang dibutuhkan oleh satu pabrik berbeda dengan pabrik lainnya. Kebutuhan air untuk pabrik ini akan dapat beraneka ragam, misalnya untuk; pembangkit tenaga listrik cadangan, pelaksanaan proses produksi, keperluan karyawan, dll. Beberapa perusahaan tertentu akan memerlukan jumlah air yang cukup besar guna pelaksanaan proses produksi. Hal ini disebabkan karena air tersebut akan dipergunakan sebagai salah satu faktor yang akan terlibat langsung di dalam pelaksanaan produksinya, sehingga tanpa adanya air dalam jumlah yang cukup akan mengakibatkan terhentinya proses produksi. Contoh pabrik yang memerlukan jumlah air dalam volume yang cukup besar, antara lain; pabrik kertas, pabrik aci tapioka, pabrik karton, pabrik es batu, pabrik minuman, perusahaan perikanan, perusahaan penyamakan kulit, dlsb. 7) Terdapat keamanan lingkungan Untuk keselamatan aset yang dimiliki perusahaan maka lokasi yang cukup terjamin keamanan lingkungannya. Keamanan lingkungan ini sebaiknya diper-timbangkan oleh manajemen perusahaan dengan seksama, sehingga pabrik yang didirikan tersebut akan dapat beroperasi tanpa mendapatkan gangguan keamanan yang tidak dikehendaki. 8) Biaya tanah dan gedung Pada umumnya biaya tanah yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan lahan yang cukup serta mendirikan gedung pabrik ini akan berbeda-beda antara suatu daerah dengan daerah yang lainnya. Secara umum, besar dan kecilnya biaya tanah dan gedung ini akan berhubungan secara langsung dengan jumlah kebutuhan akan tanah dan gedung dari perusahaan yang bersangkutan. Manajemen Operasi 72 9) Sikap masyarakat setempat Kesediaan masyarakat suatu daerah menerima segala konsekuensi, baik positif maupun negatip didirikannya suatu pabrik di daerah tersebut merupakan suatu syarat untuk dapat atau tidaknya didirikan pabrik tersebut di daerah itu. Pada umumnya sikap masyarakat ini dapat dibagi menjadi tiga golongan; a). Sikap masyarakat yang setuju dan menghendaki didirikannya pabrik dari perusahaan ini di daerah masyarakat tersebut b). Sikap masyarakat yang acuh tak acuh atau tidak ambil peduli dengan didirikannya pabrik dari perusahaan ini di daerah masyarakat tersebut c). Sikap masyarakat yang tidak setuju atau menolak didirikannya pabrik dari perusahaan ini di daerah masyarakat tersebut. Tingkat perekonomian dari masyarakat setempat dan sekitamya juga akan mempunyai pengaruh terhadap pabrik yang didirikan perusahaan pada lokasi tersebut. Tingkat perekonomian yang cukup tinggi akan berarti masyarakat tersebut akan dapat menjadi pasar potensial dari perusahaan tersebut, Semakin tinggi tingkat perekonomian masyarakat tersebut, semakin besar pula potensi pasar perusahaan pada daerah tersebut. 10) Iklim dan suhu udara Beberapa perusahaan tertentu yang karena sifat proses produksinya, hanya dapat didirikan pada daerah-daerah tertentu saja, yaitu daerah yang mempunyai suhu udara tertentu, sinar matahari tertentu dan kelembaban udara tertentu, dan lain sebagainya. Contohnya pembiakan jamur merang di daerah dingin. 11) Keadaan tanah Untuk perusahaan-perusahaan yang keterlibatannya dengan tanah ini besar, misalnya perusahaan yang bergerak di bidang Manajemen Operasi 73 pertanian, perkebunan, batu bata, keramik dan sebagainya, pertimbangan keadaan tanah ini harus lebih cermat lagi. Bahkan masalah keadaan tanah ini akan diadakan analisis yang cukup cermat sampai pada unsur yang terkandung dalam tanah tersebut. 12) Peraturan pemerintah daerah setempat. Masing-masing daerah mempunyai peraturan tersendiri yang mengatur masalah pembagian daerah untuk industri, pemukiman, jalur hijau, dan lain sebagainya. Daerah industri inipun akan terbagi lagi menjadi beberapa jenis industri tertentu, sehingga belum tentu semua jenis industri dapat memperoleh ijin pen-dirian pada setiap lokasi dalam daerah yang bersangkutan. B. Tahapan penentuan lokasi pabrik : Langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh pihak manajemen perusahaan dalam rangka pemecahan masalah penentuan lokasi suatu pabrik, adalah sebagai berikut. a. Mengadakan penelitian lapangan untuk mengumpulkan informasi atau data-data terutama tentang berbagai yang berpengaruh terhadap penentuan lokasi pabrik seperti yang telah dikemukakan di atas. b. Dari hasil pengumpulan data tersebut, maka langkah berikut adalah melakukan penilaian terhadap data yang terkumpul, baik data kualitatif, maupun data kuantitatif. c. Pengambilan keputusan dari hasil penilaian dan evaluasi terhadap daerah tersebut sebagai rencana lokasi pabrik. C. Cara penilaian lokasi pabrik Penilaian lokasi pabrik dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain penilaian secara kulaitatif, dan penilaian dengan Manajemen Operasi 74 pendekatan biaya transportasi. a. Penilaian secara kualitatif Cara penilaian kualitatif dilakukan dengan membuat beberapa kategori atas hasil temuan yang ada. Misalnya, sangat baik, baik, sedang, dan sangat kurang. Selanjutnya, dari hasil penilaian tersebut dibuat skoring sehingga dapat ditentukan altematif yang paling baik untuk dipilih. Agar lebih jelas dapat ditelusuri melalui contoh kasus berikut ini. Sebuah perusahaan akan mendirikan pabrik baru, dengan tiga altematif lokasi yaitu daerah A, B, dan C. Dari hasil penelitian lapangan maka diperoleh data sebagai berikut: Tabel 5. Lokasi pabrik yang akan dipilih Daerah No. Variabel yang diteliti A B C 1 2 3 4 5 Bahan baku Tenaga kerja Pasar Bahan bakar Lingkungan masyarakat sb b s sb k B sb sb b b b b sk b sb Keterangan: sb = sangat baik; b = baik; s = sedang; k = kurang; sk = sangat kurang Agar dapat dilakukan penilaian maka data yang ada perlu dikuantitatifkan dengan cara memberi skor. Misalnya : Sangat baik =5 Baik =4 Sedang =3 Kurang =2 Sangat kurang =1 Berdasarkan skor tersebut, maka dapat ditentukan nilai dari Manajemen Operasi 75 masing-masing daerah altematif sebagai berikut: Tabel 6. Nilai masing-masing daerah yang akan dipilih No 1 2 3 4 5 A B C HASIL SKOR PENILAIAN NILAI Poiat I Posit I, Poin I Sangat baik 5 2 10 2 10 1t 5 Baik 4 1 4 3 12 3 12 Sedang 3 1 3 0 0 0 0 Kurang 2 1 2 0 0 0 0 Sangat kurang 1 0 0 0 0 1 1 Jumlah 5 19 5 22 5 18 Hasil perhitungan tersebut di atas menunjukkan daerah B memilki nilai paling tinggi. Karena itu, daerah B yang akan dipilih. Tabel 7. Posisi daerah yang akan dipilih No Daerah Nilai Rangking 01 A 19 2 02 B 22 1 03 C 18 3 b. Penilaian secara kuantitatif Penilaian secara kuantitatif dilaksanakan terhadap data-data hasil penelitian yang detail menyangkut dana dan pembiayaan serta keuntungan yang diperoleh dari masing-masing alternatif daerah usulan. Data-data yang diperlukan meliputi : - besarnya investasi, - besarnya penjualan yang akan dicapai, - biaya-biaya yang akan dikeluarkan untuk bahan baku, tenaga kerja, overhead, - serta biaya umum dan operasi, - keuntungan yang didapat pada investasi tersebut. Manajemen Operasi 76 Cara penilaian ini sering disebut dengan pendekatan fmansial manajemen atau evaluasi proyek. c. Pendekatan biaya transportasi Suatu darerah dapat dipilih berdasarkan penilaian bahwa daerah tersebut dapat meminimalkan biaya pengangkutan yang akan dikeluarkan. Karena itu, pendekatan ini hanya didasarkan pada salah satu aspek yaitu biaya transportasi. Model transportasi ini merupakan salah satu alat pengambilan keputusan dalam riset operasi yang ditemukan pada tahun 1941 oleh FL Hitchcock. Model transportasi terdiri atas 3 metode pemecahan, yaitu metode stepping stone, MODI, dan Vogel's approximation (VAM). Dalam uraian selanjutnya dalam materi ini hanya akan membahas metode stepping stone. Sedangkan kedua metode yang lain dapat pembaca dalami dalam buku/mata kuliah riset operasi. Langkah-langkah pemecahan dengan metode stepping stone meliputi: 1) Penyusunan matriks transportasi sebagai matriks pendataan yang berisi data-data keadaan daerah supply dan demand. 2) Pemecahan pemula dari matriks transportasi. Prinsip dasar dalam pemecahan ini adalah pengisian setiap sel yang dimulai dari kiri atas ke kanan bawah (north west corner rule). 3) Menghitung jumlah biaya pengangkutan dari alternatif yang telah ditentukan dalam pemecahan pemula. 4) Pengujian biaya transportasi dari pemecahan pemula. Pengujian dilakukan dengan cara mengisi sel air yang belum terisi, lalu menghitung perubahan biaya yang terjadi. Bila ternyata masih terjadi pengurangan biaya maka perlu diadakan re-alokasi. Sebaliknya, bila hasil pengujian menunjukkan bahwa biayanya tetap atau meningkat, maka Manajemen Operasi 77 alokasi tersebut telah optimal. 5) Bila hasil pengujian pada langkah ke-4 menunjukkan bahwa alokasinya belum optimal, maka perlu dilakukan re-alokasi, sampai mencapai hasil alokasi yang optimal.caranya dengan mengulangi langkah ke-1 sampai dengan langkah ke-4. Untuk mempermudah pemahaman, maka berikut ini akan disajikan sebuah contoh kasus transportasi. Misalkan suatu perusahaan memiliki 3 buah pabrik di W, H dan P, dengan kapasitas produksi masing-masing sebagai berikut: Tabel 8. Kapasitas produksi lokasi pabrik yang akan dipilih Pabrik Kapasitas produksi tiap bulan (ton) W H P Jumlah 90 60 50 200 Hasil produksi dari ke tiga pabrik tersebut di atas dimaksudkan untuk mengisi kebutuhan tiga buah gudang penjualan masingmasing di A, B dan C. kebutuhan tiap-tiap gudang adalah sebagai berikut: Gudang Kebutuhan tiap bulan (Ton) A B C Jumlah 50 110 40 200 Biaya transportasi dari masing-masing pabrik ke gudang (dinyatakan dalam ribuan rupiah per ton) adalah sebagai berikut: Biaya transportasi dari masing-masing pabrik ke gudang Manajemen Operasi 78 (dinyatakan da;a, ribuan rupiah per ton) adalah sebagai berikut : Tabel 10. Biaya transportasi dari pabrik ke gudang Dari A B C W 20 5 8 H 15 20 10 P 25 10 19 Penyelesaian. Penyelesaian contoh kasus tersebut di atas dimulai dengan membuat matriks transportasi sebagai berikut. Tabel 11. Matriks transportasi 1 DARI KE GUDANG GUIDANG GUDANG A B C PABRIK W KAPASITAS PABRIK 20 5 8 90 15 20 10 60 PABRIK P 25 10 19 50 KEBUTUHAN GUDANG 50 110 40 200 PABRIK H Langkah berikutnya adalah mulai mengisi matriks transportasi sebagai pemecahan semula dengan prinsip dari kiri atas ke kanan bawah, sebagai berikut: Tabel 12. Matriks transportasi 2 KE GUDANG GUIDANG GUDANG KAPASITAS DARI A B C PABRIK PABRIK W 20 5 8 90 50 40 Manajemen Operasi 79 PABRIK H 15 20 10 60 10 19 50 40 200 60 PABRIK P 25 10 KEBUTUHAN GUDANG 50 40 110 Selanjutnya dilakukan kalkulasi biaya transportasi untuk alokasi tersebut di atas sebagai berikut: 50 (20) + 40 (5) + 60 (20) + 10 (10) + 40 (19) - 3260 Langkah selanjutnya adalah menguji apakah alokasi tersebut sudah optimal atau belum. Caranya dengan melakukan pengisian sel-sel yang sudah terisi (sel air), yang diambil dari sel-sel yang sudah terisi (sel baru). - sel WC =+ WC- PC + PB-WB = 8-19+10-5= -6 -selHA =+ HA-WA + W B- HB - 15 - 20 + 5 - 20 =-20 -selHC =+ HC - PC + PB-HB = 10- 19+10-20 = -19 -sel PA = + PA -WA + WB- PB - 25 - 20 + 5 - 10= -0 Hasil pengujian di atas menunjukkan, bahwa biaya transportasi masih dapat dikurangi, yaitu dengan cara mengisi sel-sel air yang memiliki nilai negatif. Untuk itu perlu dilakukan re-alokasi dengan mengisi terlebih dahulu sel air yang memiliki nilai negatif terbesar, sebagai berikut: Tabel 13. Re-alokasi biaya transportasi 1 KE GUDANG GUIDANG GUDANG KAPASITAS DARI A B C PABRIK PABRIK W 20 5 8 90 90 PABRIK H 15 20 10 60 50 10 Manajemen Operasi 80 PABRIK P 25 10 10 KEBUTUHAN GUDANG 50 19 50 40 200 40 110 Biaya transportasi yang harus ditanggung pada tahapan ini adalah: 90 (5) + 50 (15) + 10 (20) + 10 (10) + 40 (19) = 2260 selanjutnya diadakan pengujian biaya transportasi seperti yang telah dilakukan di atas: -selWA = + WA-WB + HB-HA = 20 – 5 + 20 – 15 = 20 sel WC = + WC - PC + PB - WB = 8 – 19 + 10 – 5 = -6 sel HC = + HC - PC + PB - HB = 10 – 19 + 10 – 20 = -19 selPA =+ PA -HA + HB- PB = 25 – 15 + 20 – 10 = 20 hasil pengujian pada tahap inipun menunjukkan bahwa alokasi belum optimal. Karena itu, perlu dilakukan re-alokasi lagi sebagai berikut: Tabel. 13. Re-alokasi biaYa transp0rtasi 2 KE GUDANG GUIDANG GUDANG KAPASITAS DARI A B C PABRIK PABRIK W 20 5 8 90 50 40 PABRIK H 15 20 10 60 60 PABRIK P 25 KEBUTUHAN GUDANG 50 10 10 19 50 40 200 40 110 Biaya transportasi yang harus dikeluarkan menurut alokasi ini adalah sebagai 90 (5) + 50 (5) + 10 (10) + 20 (10) + 30 (19) = 2070 Manajemen Operasi 81 Lokasi Pabrik, cara penilaian, metode pemilihan, dan model transportasi pengujian biaya transportasi sebagai berikut: -selWA ='+ WA-WB + PB - PC + HC-HA= = 20-5+10+19+10-15 = 1 -sel WC = + WC - PC + PB - WB 8- 19+10- 5= -6 -sel HB = + HB - HC + PC - PB = 20- 10+19- 10- 19 -sel PA = + PA - HA + HC – PC = 25- 15 +10- 19= 1 Biaya transportasi yang harus ditanggung pada tahapan ini adalah: 60 (5) + 30 (8) + 50 (15) + 10 (10) + 50 (10) = 1890 pengujian biaya transportasi: -selWA = + WA-WC + HC - HA = 20- 8+10-15= 7 -selHB = + HB-WB +WC- HC = 20-5+8-10=13 -sel PA = + PA - HA + HA - WC + WB - PB = 25-15+10 + 8 + 5-10 = 7 -sel PC = + PC - PB +WB- WC = 19-10+5- 8= 6 Hasil pengujian memperlihatkan bahwa alokasi tersebut di atas telah optimal, karena semuanya bernilai positif. Jadi total biaya transportasi sebesar 1890 merupakan biaya terendah. D. Metode Pemilihan Lokasi Pabrik Ada dua macam metode pemilihan lokasi pabrik, antara lain; a. Metode penilaian dari berbagai faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik Di dalam pemilihan lokasi pabrik dengan menggunakan metode ini, maka kepada semua faktor-faktor yang (dianggap) mempunyai pengaruh terhadap kelancaran operasi pabrik yang bersangkutan akan diberikan penilaian. Di dalam melaksanakan penilaian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik ini, pada umumnya Manajemen Operasi 82 manajemen perusahaan yang bersangkutan akan memberikan nilai terhadap besarnya pengaruh tersebut dalam beberapa tingkat, misalnya sangat baik., baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Atas dasar penilaian ini manajemen perusahaan akan dapat menentukan daerah mana yang sekiranya merupakan daerah yang terbaik untuk didirikannya perusahaan yang bersangkutan. Pemilihan lokasi pabrik dengan mempergunakan metode penilaian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi pabrik ini pada umumnya sangat sering dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan kecil dan menengah. b. Metode perbandingan biaya Metode perbandingan biaya ini akan dilaksanakan dengan memperbandingkan biaya (biaya investasi dan distribusi) yang harus dikeluarkan pada masing-masing altematif daerah yang akan dipilih. Biaya yang diperbandingkan ini akan meliputi baik biaya investasi maupun biaya operasi dari pabrik yang akan didirikan tersebut. Manajemen perusahaan akan memilih altematif daerah yang mempunyai biaya (investasi dan operasi) yang paling rendah. Di dalam metode perbandingan biaya ini dikenal dua model pemilihan, yaitu: 1) dengan memperbandingkan secara langsung besarnya biaya (investasi dan operasi) dari masing-masing daerah yang akan dipilih tersebut, berdasarkan atas satu tingkat kapasitas tertentu saja, 2) dengan memperbandingkan besarnya biaya (investasi dan operasi) pada masing-masing altematif daerah yang akan dipilih tersebut berdasarkan beberapa tingkat kapasitas yang mungkin akan dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan kata lain, dengan model ini proporsi Manajemen Operasi 83 biaya tetap dan biaya variabel untuk masing-masing daerah akan diperhitungkan pula sebagai dasar pengambilan keputusan di dalam pemilihan lokasi pabrik. Di dalam praktek manajemen perusahaan yang akan mendirikan pabrik tersebut akan mempergunakan kedua metode tersebut secara bersama-sama, kemudian dilakukan pertimbanganpertimbangan di mana sebaiknya lokasi yang dipilih untuk mendirikan pabrik tersebut. E. Model transportasi Metode transportasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama ke tempat-tempat tujuan secara optimal. Distribusi ini dilakukan sedemikian rupa sehingga permintaan dari beberapa tujuan dapat dipenuhi dari beberapa tempat asal (sumber), yang masingmasing dapat memiliki permintaan atau kapasitas yang berbeda. Alokasi ini harus mem-pertimbangkan biaya pengangkutan yang bervariasi karena jarak dan kondisi antar lokasi yang berbeda. Dengan menggunakan metode transportasi, maka diperoleh suatu lokasi yang dapat meminimalkan total biaya transportasi atau total waktu pengiriman. Di samping kegunaannya untuk mengatur distribusi pengiriman barang, metode transportasi juga dapat digunakan untuk masalah-masalah lain, misalnya penjadwalan dalam proses produksi, penempatan persediaan, atau pembelanjaan modal. Model transportasi dalam hal ini merupakan suatu model yang akan dapat dipergunakan untuk berbagai tempat tujuan. Masing-masing sumber tersebut mempunyai kapasitas tertentu sehingga akan dapat melaksanakan pengiriman dalam jumlah tertentu pula. Setiap daerah tempat tujuan akan mempunyai jumlah permintaan tertentu pula, yang kemungkinan antara satu tempat tujuan dengan tempat lain akan berbeda jumlahnya. Besarnya biaya pengiriman per unit barang Manajemen Operasi 84 yang akan dikirim kemungkinan besar akan berbeda pula dari masing-masing sumber kepada masing tempat tujuan tersebut. Secara umum pemecahan permasalahan dengan menggunakan model transportasi ini akan dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu: a. Penentuan alokasi pengiriman; b. Tes optimasi. Bila sudah optimal berarti selesai. Bila belum optimal, lakukan langkah c; c. Re-alokasi. Setelah itu lakukan langkah b. Dengan mempergunakan model transportasi ini, manajemen perusahaan akan dapat menentukan pola pengiriman barang yang tepat sehingga biaya pengiriman barang dari masing-masing tempat tujuan dapat ditekan menjadi serendah-rendahnya. Alokasi pengiriman barang Uraian dan contohsoal Sebagaimana diketahui, persoalan pengiriman barang ini akan muncul apabila perusahaan yang bersangkutan mempunyai beberapa daerah sumber (pabrik atau gudang penyimpanan) yang akan menjadi pengirim barang serta mempunyai daerah tempat tujuan (gudang atau pasar produk perusahaan) yang akan menjadi daerah tempat tujuan, jika perusahaan yang bersangkutan hanya mempunyai satu sumber serta satu daerah tujuan saja, maka persoalan alokasi pengiriman barang ini tidak akan muncul dalam perusahaan yang bersangkutan. Untuk dapat menyelesaikan permasahan alokasi pengiriman barang ini, maka beberapa data harus dapat dikumpulkan oleh perusahaan tersebut. Data yang harus dikumpulkan meliputi beberapa data, yaitu: a. Jumlah pengiriman serta kapasitas masing-masing sumber. b. Jumlah daerah tempat tujuan dan besarnya permintaan yang ada dari masing-masing tempat tujuan. c. Besarnya biaya angkut per unit dari masing-masing sumber dan Manajemen Operasi 85 masing-masing tempat tujuan yang akan dicapai. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang mempunyai beberapa gudang barang jadi (sumber) yang akan dipergunakan sebagai sumber pengiriman barang ke beberapa tempat tujuan. Gudang tersebut adalah Si, S2, 83, dan S4. Sedangkan tempat tujuannya TI, T2, T3, T4, dan T5. Biaya pengiriman per unit barang dari masing-masing sumber ke masing-masing tempat tujuan serta besarnya kapasitas masing-masing dan besarnya permintaan dari masing-masing tempat tujuan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Kapasitas, sumber, tempat tujuan, dan biaya pengiriman Tujuan Sumber T1 T2 T3 T4 T5 Kapasitas s, 40 30 20 10 15 3.000 S2 25 53 25 20 40 2.500 S3 35 50 40 30 10 2.000 S4 10 30 20 60 25 2.500 Permintaan 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 Langkah pertama dalam menyelesaikan problema tansportasi adalah alokasi dari sumber ke tempat tujuan. Dalam hal ini perlu diingat besarnya kapasitas masing-masing sumber serta besarnya permintaan dari masing-masing tempat tujuan. Dengan demikian masing-masing sumber dapat melaksanakan pengiriman barang sesuai kapasitas yang tersedia ke tempat tujuan sesuai dengan besarnya permintaan. Pedoman yang paling sering untuk digunakan dalam penentuan lokasi pengiriman yang pertama disebut dengan north west corner rule (aturan sudut kiri atas). Alokasi dimulai dari sudut kiri atas bergerak ke kanan dan ke bawah, sehingga semua kapasitas sumber yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk dikirimkan ke tempat yang memerlukannya. Pedoman ini paling sederhana, namun belum menjamin apakah alokasi yang dilaksanakan tersebut sudah mendekati optimum atau belum. Dengan pedoman ini, setidaknya masing-masing sumber dapat dimanfaatkan untuk digunakan sebagai sumber pengiriman barang. Berdasarkan pedoman sudut kiri atas tersebut maka alokasi ini akan dapat Manajemen Operasi 86 dilaksanakan sebagaimana dalam Tabel 17. Tabel 17 Alokasi Pengiriman T, S1 S2 S3 84 Permintaan T4 T, Kapasitas 2.000 1.000 1.500 1.000 500 T2 ' T3 1.500 500 2.000 3.000 2.500 2.000 2.500 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 Berdasarkan alokasi 1, maka biaya pengiriman total yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini. Tabel 18. Biaya pengiriman untuk alokasi 1 No. Sumber Tujuan 01 S, T, 02 03 04 05 06 07 08 S, S2 S2 S3 S3 S4 S4 T2 T2 T3 T3 T4 T4 T5 Jumlah Jumlah Unit Biaya per Unit(Rp) Jumlah Biaya (Rp) 2.000 40 80.000 1.000 1.000 1.500 500 1.500 500 2.000 30 35 25 40 30 60 25 30.000 35.000 37.500 20.000 45.000 30.000 50.000 10.000 327.500 Total biaya yang diperlukan untuk pengiriman barang pada alokasi 1 tersebut sebesar Rp 327.500. Permasalahannya adalah apakah dengan pola pengiriman atau pola alokasi ini perusahaan telah memperoleh biaya pengiriman yang paling rendah? Hal ini perlu dibuktikan dengan tes optimisasi, sehingga diketahui apakah pola pengiriman barang sudah mencapai biaya yang paling minimal ataukah belum? Apabila dari hasil tes optimisasi ini diketahui bahwa alokasi pengiriman barang tersebut sudah optimal maka pekerjaan penyelesaian problema transportasi ini berarti sudah selesai. Manajemen Operasi 87 BAB IV BANGUNAN PABRIK Tujuan didirikannya bangunan pabrik adalah untuk melindungi karyawan yang bekerja di dalam perusahaan yang bersangkutan, juga untuk melindungi bahan-baku, bahan setengah jadi, bahan jadi, mesin dan peralatan produksi dari kerusakan akibat panas dan hujan, dan kehilangan. Oleh karena itu, bangunan yang akan didirikan harus direncanakan terlebih dahulu agar dapat memenuhi tujuan tersebut. Dalam perencanaan bangunan harus ditentukan bagaimana bangunan tersebut dibuat. Apakah bangunan tersebut di buat bertingkat atau tidak. Hal ini harus disesuaikan dengan keadaan mesin dan peralatan produksi yang akan dipergunakan, serta sifat proses produksinya. Produk yang akan dihasilkan akan ikut mempengaruhi bentuk bangunan pabrik yang akan dibangun. Perusahaan yang menghasilkan produk makanan berbeda bentuk bangunan pabriknya dengan perusahaan yang menghasilkan semen. Selain itu, lantai yang dipergunakan dan kebersihan yang diperlukan juga berbeda diantara kedua jenis perusahaan tersebut. Peralatan proses produksi seringkali akan mempengaruhi bangunan pabrik yang akan didirikan. Misalnya sebuah mesin potong dari perusahaan percetakan memerlukan konstruksi lantai yang cukup kuat untuk menyangga beban mesin tersebut. Tentunya pengusaha tidak menginginkan terjadinya kerusakan bangunan pabrik yang disebabkan kesalahan pemasangan pada saat pembangunannya. A. Perencanaan bangunan pabrik Mengingat akan pentingnya bangunan pabrik bagi kelancaran proses produksi perusahaan, maka perlu diadakan perencanaan yang baik terhadap bangunan pabrik tersebut. Perencanaan bangunan pabrik yang dilaksanakan secara baik akan memberi berbagai manfaat, Manajemen Operasi 88 seperti yang diuraikan di bawah ini. a. Manfaat perencanaan bagunan pabrik Suatu bangunan yang direncanakan secara baik akan memberikan banyak keuntungan. Adapun manfaat dari perencanaan bangunan pabrik yang baik antara lain, dapat: - mempermudah jalannya proses produksi, - membantu penurunan biaya-biaya pemindahan bahan (material handling), - menekan jumlah persediaan barang setengah jadi, - memperoleh penggunaan luas lantai (pabrik) yang efektif, - menambah tingkat keamanan kerja dari para karyawan perusahaan, - menaikkan tingkat produktivitas kerja para karyawan perusahaan, - membantu untuk menghindarkan beberapa pengeluaran kapital yang tidak begitu penting, - menekan jumlah waktu yang dipergunakan untuk pelaksanaan proses produksi, - menyederhanakan prosedur pengawasan atas pelaksanaan proses produksi, - mengurangi terjadinya kelambatan ataupun kemacetan di dalam pelaksanaan - proses produksi, menekan biaya pemeliharaan yang harus dikeluarkan untuk gedung yang bersangkutan, memperbesar tingkat fleksibilitas dari gedung pabrik tersebut, - memperbesar kesenangan kerja, meningkatkan moral pekerja, mengurangi turn - over pekerja, kesemuanya akan bermuara pada peningkatan produktivitas tenaga kerja. b. Beberapa pertimbangan dalam perencanaan bangunan pabrik Ada beberapa faktor yag perlu dipertimbangkan ketika hendak Manajemen Operasi 89 menyusun bangunan pabrik. Faktor-faktor tersebut meliputi : 1) Fleksibilitas. Yang dimaksud dengan fleksibilitas gedung adalah apabila bangunan tersebut memerlukan beberapa perubahan, maka perubahan tersebut akan dapat Perencanaan bangunan pabrik, hubungan bangunan pabrik dengan layout dilaksanakan tanpa mengakibatkan gangguan yang cukup berarti bagi proses produksi yang sedang dilaksanakan, dan hanya memerlukan biaya perubahan yang relatif kecil. Fleksibilitas bangunan pabrik yang tinggi memungkinkan pemanfaatan gedung tersebut untuk jangka waktu yang lebih panjang dan tingkat kegunaan yang tinggi pula, walaupun terjadi perubahan teknologi untuk pengolahan atau pelaksanaan proses produksi sekalipun. 2) Kemungkinan perluasan perusahaan. Perencanaan gedung pabrik harus diarahkan pada masa yang akan datang. Hal yang tidak dap at dihindari adalah kemungkinan berkembangnya usaha sehingga memerlukan perluasan yang membutuhkan tambahan bahan, peralatan, maupun tenaga kerja. Volume produksi yang semakin bertambah akan mengakibatkan perusahaan harus menambah mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya. Bertambahnya volume bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi akan berakibat gudang perusahaan yang bersangkutan tidak dapat menampungnya lagi. Untuk keperluan perluasan perusahaan ini, maka gedung pabrik yang lama harus diperluas lagi atau mungkin diperlukan bangunan pabrik yang baru. Apabila pada saat pembangunan gedung pabrik yang pertama hal tersebut tidak dipertimbangkan, maka akan terjadi kesulitan di dalam pelaksanaan perluasaan gedung pabrik tersebut. Manajemen Operasi 90 3) Fasilitas-fasilitas bagi karyawan. Fasilitas-fasilitas yang dimaksud di sini adalah fasilitas yang akan dapat meningkatkan moral kerja dan gairah kerja dari para karyawan perusahaan yang bersangkutan. Sebagai contoh, fasilitas untuk olah raga, tempat istirahat kayrawan, cafetaria, rekreasi dan hiburan. Dengan adanya fasilitasfasilitas seperti ini diharapkan mampu meningkatkan moral kerja dan gairah kerja para karyawan. 4) Halaman parkir. Halaman parkir dalam perusahaan sering kali dilupakan ketika menyusun perencanaan bangunan pabrik. Kondisi ini menyebabkan kendaraan-kendaraan yang datang selalu parkir di jalan umum yang menyebabkan terganggunya arus lalulintas. Sebaiknya di dalam penyusunan perencanaan bangunan pabrik ini perlu dipertimbangkan tersedianya halaman parkir bagi kendaraan perusahaan maupun kendaraan yang datang dan pergi dari perusahaan tersebut. Seberapa luasnya halaman parkir yang disediakan oleh perusahaan ini akan sangat tergantung kepada banyaknya kendaraan yang diperkirakan akan mempergunakan halaman parkir tersebut. 5) Kamar mandi dan kamar kecil. Penyediaan kamar mandi dan kamar kecil mutlak diperlukan dalam setiap gedung pabrik, baik untuk kepentingan staf pimpinan perusahaan, para tamu perusahaan, maupun untuk kepentingan karyawan perusahaan sendiri. 6) Peralatan untuk tanda bahaya. Peralatan untuk tanda bahaya amat diperlukan dalam setiap gedung pabrik. Sejak awal sudah harus direncanakan di mana penempatannya. Tanda bahaya ini secara umum akan dapat dipisahkan menjadi dua hal, yaitu bahaya yang tidak terduga Manajemen Operasi 91 dan bahaya operasional. Bahaya yang tidak terduga ini misalnya bahaya kebakaran, gempa dan lain sebagainya, sedangkan bahaya operasional adalah bahaya atau kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh mesin dan peralatan produksi di dalam pelaksanaan operasi produksi. Contohnya, sentral alarm, pintu darurat dan sebagainya. 7) Kekuatan dan daya tahan lantai Oleh karena berat dari mesin dan peralatan produksi ini beraneka ragam, maka kekuatan dan daya tahan lantai yang akan dipergunakan untuk menyangga mesin dan peralatan produksi tersebut hamslah diperhitungkan dengan cermat. Perhitungan berat dan getaran dari masing-masing mesin dan peralatan produksi ini sangat diperlukan guna mempersiapkan kekuatan dan daya tahan lantai yang akan dipergunakannya. B. Hubungan antara bangunan pabrik dan layout pabrik. Perencanaan bangunan pabrik memiliki kaitan erat dengan tata ruang pabrik (plant layout). Ini berarti perencanaan bangunan pabrik harus disesuaikan dengan jenis mesin dan peralatan produksi yang akan dipakai serta bagaimana susunan peralatan produksi tersebut. Selain itu, urutan operasi proses produksi juga perlu diperhatikan dalam pembuatan bangunan pabrik. Di dalam kenyataannya, sebagian besar layout yang ada di dalam pabrik ini mengalami beberapa perubahan, sehingga kadangkadang sudah tidak sesuai lagi dengan rencana layout yang disusun sebelum bangunan pabrik tersebut didirikan. Dengan demikian, maka sebaiknya bangunan pabrik perlu direncanakan dengan teliti dengan mempertimbangkan layout pabrik yang akan dipergunakan. Apabila nantinya terdapat perubahan layout, maka diharapkan perubahan tersebut hanyalah merupakan perubahan kecil saja yang Manajemen Operasi 92 tidak memerlukan adanya perubahan bangunan pabrik yang telah didirikan. Oleh karena itu, maka sebaiknya data tentang layout pabrik yang akan dipergunakan oleh perusahaan yang bersangkutan sangat perlu untuk dipergunakan sebagai bahan masukan untuk penyusunan perencanaan bangunan pabrik tersebut. Beberapa persoalan dari layout pabrik yang berhubungan dengan bangunan pabrik, antara lain : a. Material handling Pada umumnya pemindahan bahan-bahan, barang setengah jadi maupun barang jadi dalam pabrik (material handling) akan berhubungan erat dengan bangunan pabrik yang didirikan oleh perusahaan yang bersangkutan. Apabila perusahaan yang bersangkutan akan memperguna-kan ban berjalan untuk keperluan material handling, maka di dalam bangunan pabrik tersebut harus disiapkan dan disediakan tempat untuk pemasangan ban berjalan. Demikian pula apabila perusahaan yang bersangkutan akan mempergunakan tangga berjalan (untuk ruang pamer atau toko perusahaan yang bersangkutan), maka segala peralatan tangga berjalan tersebut ikut direncanakan pemasangannya seiring dengan pembangunan pabrik. b. Penerangan Penerangan dengan mempergunakan penerangan alami (sinar matahari) akan berhubungan erat dengan konstruksi bangunan pabrik tersebut. Pembuatan jendela-jendela sebagai upaya untuk mendapatkan penerangan yang cukup akan perlu didesain sejalan dengan bangunan pabrik yang bersangkutan. c. Ventilasi Pemasangan ventilasi yang cukup di dalam bangunan pabrik akan ikut menentukan suhu udara yang ada di dalam pabrik yang bersangkutan. Pemasangan ventilasi ini tentunya harus dilaksanakan sejalan dengan pendirian bangunan pabrik. Hal ini Manajemen Operasi 93 disebabkan, apabila ternyata kemudian ventilasi ini dirasakan kurang jumlahnya setelah pabrik tersebut berdiri, maka untuk menambahnya akan diperlukan waktu dan biaya tambahan yang cukup besar, dan juga akan mengganggu jalannya proses produksi dari perusahaan yang bersangkutan. d. Produk perusahaan Produk dari perusahaan yang bersangkutan akan turut mempengaruhi bentuk bangunan pabrik yang akan didirikan. Perusahaan yang memproduksi kertas akan memerlukan bangunan pabrik yang berbeda dengan perusahaan yang memproduksi makanan kalengan. Di samping itu, lantai yang dipergunakan serta kebersihan yang diperlukan oleh perusahaan yang menghasilkan makanan akan berbeda pula dengan perusahaan yang lain (misalnya perusahaan mebel). e. Peralatan produksi Peralatan proses produksi yang dipergunakan seringkali akan mempengaruhi bangunan pabrik yang didirikan. Sebuah mesin potong dari perusahaan percetakan akan memerlukan dasar lantai yang cukup kuat. Apabila mesin dan peralatan produksi tersebut diletakkan di atas lantai dengan kekuatan normal, maka lantai tersebut tidak akan mampu menyangga beban tersebut. Berdasarkan pembahasan tersebut di atas, terlihat bahwa walaupun bangunan pabrik belum dibangun, tetapi secara konseptual dan skematis sudah harus diketahui jenis mesin dan peralatan produksi yang akan dipakai dan dibuat skema layout pabrik, dan ini menjadi masukan dalam merancang jumlah serta ukuran ruangan yang akan dibangun. C. Jenis-jenis bangunan pabrik Secara umum terdapat empat jenis bangunan pabrik, yaitu : 1. Gedung tidak bertingkat (single story) Manajemen Operasi 94 Bangunan gedung pabrik tidak bertingkat (satu lantai) merupakan bangunan yang paling umum digunakan oleh perusahaan-perusahaan kecil dan menengah, serta sebagian perusahaan-perusahaan besar. Hal ini disebabkan oleh karena biaya pembangunan gedung relatif murah, biaya permeter persegi lantai yang murah, serta poses pembangunan gedung lebih mudah dan cepat. Kecenderungan untuk membuat gedung tidak bertingkat dengan bentuk bujur sangkar, terutama pada daerah-daerah di mana harga tanah relatif masih murah dan cadangan tanah untuk perluasan pabrik pada umumnya masih tersedia dalam jumlah yang lebih dari cukup. Tujuan pemakaian gedung seperti ini adalah mendapatkan jumlah biaya keseluruhan (over all costs) untuk tiap meter persegi ruang kerja yang termurah. Di dalam gedung tidak bertingkat umumnya akan lebih mudah untuk mendapatkan penerangan alami (sinar matahari). Dengan memberi-kan ventilasi yang cukup, maka gedung tersebut akan mendapatkan penerangan dan sirkulasi udara yang cukup pula. Pada gedung yang tidak bertingkat, pembuatan ventilasi untuk mendapatkan penerangan alami lebih mudah dilaksanakan bila dibandingkan dengan gedung bertingkat. Hal ini disebabkan penerangan alami untuk gedung tidak bertingkat dapat dibuat dari segala sisi (termasuk dari atas), sedangkan pada gedung bertingkat hanya akan diperoleh dari samp ing saja. 2. High bay and monitor building Adalah gedung yang tidak bertingkat (single story) yang dibuat sedemikian rupa untuk memberi ruangan gerak di atas kepala yang maksimum (maximum overhead space). Bila konstruksinya baik, maka hampir semua dindingnya yang vertikal dapat diberi jendela untuk mendapatkan penerangan alam. Gedung yang berbentuk monitor biasanya dipakai oleh perusahaan-perusahaan Manajemen Operasi 95 yang membutuhkan pertukaran hawa segar yang baik dan suatu ruangan di atas kepala (overhead room) yang luas yang memungkinkan mesin derek dan fasilitas yang berada di atas kepala (overhead facilities) lainnya dapat bekerja. 3. Gedung bertingkat (multy story) Bentuk bangunan seperti ini dibuat untuk mendapatkan suatu ruang kerja yang semaksimal mungkin dari satu meter persegi tanah. Biasanya gedung-gedung seperti ini terdapat pada daerahdaerah di mana harga tanah relatif mahal. Dengan bangunan gedung pabrik yang bertingkat ini, perusahaan akan dapat memanfaatkan setiap meter persegi tanah yang tersedia dengan semaksimal mungkin. Walaupun bangunan semacam ini dapat mudah disesuaikan untuk pembuatan produk-produk ringan, akan tetapi bangunan bertingkat mempunyai kesulitan dalam pengolahan produkproduk berat. Pemindahan barang lebih sulit pada gedung bertingkat di mana banyak waktu yang dibutuhkan oleh orangorang dan peralatan dalam memindahkan barang dari tingkat yang satu ke tingkat lainnya. Selain itu, fleksibilitas gedung bertingkat pada umumnya rendah. 4. Gedung dengan bentuk khusus (special types) Perusahaan-perusahaan tertentu, karena sifat proses produksinya kadang-kadang harus mendirikan gedung khusus untuk pabriknya. Pada umumnya, pendirian gedung khusus ini direncanakan untuk keperluan proses produksi di mana di dalam proses produksi tersebut diperlukan mesin dan peralatan yang bersifat khusus, dan tidak dapat digunakan untuk keperluan lain. Gedung seperti ini dalam banyak hal merupakan kombinasi dari ketiga bentuk gedung terdahulu. Gedung seperti ini dibuat khusus sesuai dengan kebutuhan proses pengolahan atau peroses produksi. Karena sifamya khusus, maka gedung seperti ini hanya Manajemen Operasi 96 diperuntukkan bagi penempatan peralatan produksi yang khusus pula, sehingga tingkat fleksibilitasnya sangat rendah. D. Bentuk atap pabrik Berkaitan dengan masalah perencanaan bangunan pabrik, konstruksi dan bentuk atap pabrik perlu mendapat perhatian pula. Masingmasing konstruksi dan bentuk atap pabrik harus dipertimbangkan kegunaannya dalam pelaksanaan proses produksi dari perusahaan tersebut. Secara umum bentuk atap pabrik yang biasa digunakan oleh perusahaan terdiri atas tiga macam yaitu : a. Atap rata Gambar 11. Bentuk atap rata b. Atap miring, merupakan bentuk atap yang umum digunakan oleh sebagian besar pabrik di Indonesia. Manajemen Operasi 97 Gambar 12. Bentuk atap miring c. Atap lengkung Gambar 13. Bentuk atap lengkung E. Lantai bangunan pabrik Dalam perencanaan bangunan pabrik manajemen perusahaan yang berhubungan perlu pula memikirkan lantai yang akan digunakan dalam bangunan tersebut. Untuk itu, jenis lantai dan kekuatannya disesuaikan dengan jenis beban. F. Gudang Beberapa jenis gudang yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaannya antara lain: a. Gudang barang persediaan a. jumlah persediaan besi (safety stock) yang akan dipergunakan oleh perusahaan, b. besarnya jumlah pembelian yang paling ekonomis, Manajemen Operasi 98 c. dana yang disediakan oleh perusahaan untuk investasi di dalam bahan baku tersebut, dan d. kebijaksanaan persediaan bahan yang dipergunakan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Masing-masing faktor ini akan saling berinteraksi di dalam penentuan jumlah bahan baku yang disimpan di dalam perusahaan yang bersangkutan. b. Gudang barang setengah jadi Di dalam pelaksanaan proses produksi pada suatu perusahaan, tidak selamanya barang yang mulai diproses pada suatu saat, akan selesai pada hari yang sama, atau minggu yang sama ataupun bulan yang sama. Pada umumnya di dalam pelaksanaan proses produksi selalu terdapat bahan-bahan yang sudah mulai masuk ke dalam proses produksi dalam perusahaan tersebut, namun belum dapat diselesaikan menjadi barang jadi. Dengan demikian pada setiap waktu di dalam perusahaan tersebut akan selalu ada barang setengah jadi, yaitu bahan yang sudah masuk ke dalam proses produksi namun belum menjadi barang jadi. Tingkat penyelesaian dari barang setengah jadi bermacammacam, mulai dari bahan baku yang baru saja masuk poses, sampai dengan barang yang hampir selesai. Namun demikian, barang setengah jadi ini tidak dapat dikategorikan sebagai bahan baku, atau barang jadi, sehingga diperlukan cara dan tempat penyimpanan secara tersendiri di luar bahan baku dan barang jadi. Di dalam perusahaan yang proses produksinya terusmenerus, di mana mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan adalah bersifat khusus, persoalan barang setengah jadi ini kadang-kadang tidak sempat terlihat di dalam pabrik. Hal ni disebabkan oleh karena barang setengah jadi ini akan tertempel atau terikat kepada mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Sebuah pabrik Manajemen Operasi 99 karton misalnya, barang setengah jadi yang berujud bubur kertas ini akan tertempel pada mesin cetak karton atau mesin penghancur kertas. Namun keadaan ini menjadi berbeda apabila perusahaan mempergunakan proses produksi terputus-putus, di mana mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan adalah bersifat umum. Barang setengah jadi ini tidak selalu terikat atau tertempel di dalam mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Untuk perusahaan semacam ini, guna kemudahan di dalam pengawasan, seringkali proses produksi dilaksanakan sampai tingkat penyelesaian tertentu, baru kemudian pada hari yang lain diselesaikan menjadi produk akhir. Contoh perusahaan mebel yang membuat kursi, akan menyelesaikan kerangka kursi tersebut untuk jumlah tertentu, baru kemudian pada kesempatan yang lain akan menyelesaikan pembuatan kursi tersebut. Dengan demikian tempat penyimpanan untuk barang setengah jadi di dalam hal ini sangat diperlukan oleh perusahaan yang bersangkutan. c. Gudang barang jadi Gudang barang jadi adalah merupakan gudang yang disiapkan oleh perusahaan yang bersangkutan untuk menyimpan barang jadi atau produk akhir. Pada umumnya, hampir seluruh perusahaan yang ada sudah mempersiapkan gudang barang jadi ini. Namun suatu hal yang kadang-kadang belum mendapatkan perhatian dengan semestinya adalah seberapa besar atau luas gudang yang akan diperuntukkan bagi penyimpanan barang jadi tersebut ditentukan, serta persyaratan apa saja yang diperlukan bagi penyiapan gudang tersebut. Penentuan luas ruangan dari gudang produk akhir ini akan erat hubungannya dengan jumlah dari barang jadi yang akan Manajemen Operasi 100 disimpan di dalam gudang. Sedangkan jumlah dari barang jadi yang akan disimpan di dalam gudang akan berkaitan dengan pola penjualan, pola produksi dan kebijaksanaan persediaan produk akhir yang ditentukan oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan. Di samping luas (lantai) dari gudang barang jadi tersebut, maka bentuk dan susunan gudang barang jadi ini sangat perlu pula untuk dipertimbangkan oleh pihak manajemen perusahaan. Bentuk, ukuran dan jenis dari produk akhir akan dipergunakan sebagai dasar pertimbangan di dalam perencanaan bentuk penyimpanan barang jadi ini. Produk dengan pembungkusan dan pengepakan yang cukup kuat akan dapat disusun secara bertumpuk langsung dari lantai gudang. Namun beberapa jenis produk yang akrena sifatnya tidak dapat diletakkan pada lantai gudang (karena akan mengakibatkan kerusakan terhadap produk tersebut), maka lantai gudang tersebut selayaknya diberi lapisan tertentu, misalnya kayu, plastik, karet, dan lain sebagainya. Suhu udara yang sesuai dengan produk yang akan dismpan perlu pula dijadikan bahan pertimbangan untuk penyusunan barang jadi. Beberapa produk ada yang tidak dapat disimpan dalam ruang yang terlalu panas, sebaliknya terdapat beberapa produk lain yang tidak dapat disimpan di dalam ruangan yang terlalu dingin. Demikian seterusnya, masing-masing produk akan memerlukan cara penyimpanan yang berbeda. Jadi dalam penyimpanan barang jadi perlu diperhhatikan sifat-sifat barang jadi tersebut sehingga tidak mengakibatkan menurunnya kualitas barang jadi tersebut, atau bahkan dapat menimbulkan kerusakan terhadap barang jadi yang disimpan dalam gudang perusahaan tersebut. d. Gudang perlengkapan produksi Di dalam pelaksanaan produksi, selain perusahaan memerlukan Manajemen Operasi 101 mesin dan peralatan, perusahaan tersebut perlu pula memperhatikan kelangsungan penyediaan perlengkapan produksi. Walaupun bahan baku tenaga kerja seta mesin dan peralatan produksi ini sudah secara lengkap disediakan, jika perlengkapan untuk pelaksanaan produksi tidak tersedia di dalam perusahaan, maka proses produksi tidak akan dapat dilaksanakan. Contoh dari perlengkapan produksi, antara lain adalah bahan bakar minyak (bahan bakar untuk pembangkit tenaga, minyak bakar, minyak pelumas, dan lain sebagainya), perlengkapan untuk proses penyelesaian, bahan-bahan pembantu, dan lain sebagainya. Dengan adanya penyimpanan yang teratur dari perlengkapan produksi ini, diharapkan penggunaannya berikut pengawasannya akan dilaksanakan dengan tertib dan teratur. e. Gudang peralatan khusus Peralatan khusus ini seringkali dipergunakan oleh perusahaan besar dan menengah, sehingga harus disimpan dengan baik dan apabila sewaktu-waktu diperlukan segera dapat dipergunakan dengan baik pula. Contohnya suku cadang mesin dan peralatan produksi, pembangkit tenaga listrik cadangan, tabung oksigen, dan lain sebagainya. Peralatan-peralatan tersebut sebaiknya disediakan tempat penyimpanan tersendiri. Hal ini perlu diperhatikan pula terhadap peralatan-peralatan yang dapat menimbulkan bahaya atau kecelakaan di dalam perusahaan yang bersangkutan, misalnya tabung oksigen, generator, dan lain sebagainya. f. Gudang kantor pabrik Perencanaan gudang kantor ini seringkali dilupakan oleh perusahaan menengah dan perusahaan kecil. Betapa pun kecilnya aktivitas dari suatu kantor perusahaan, namun sebenarnya penyediaan gudang kantor ini tetap mutlak perlu diadakan. Hanya saja besar dan kecilnya gudang kantor ini sangat Manajemen Operasi 102 tergantung pada banyak dan sedikitnya barang-barang yang akan disimpan di dalam gudang kantor tersebut. Di dalam pembicaraan tentang gudang pabrik ini, pada umumnya hanya dibicarakan gudang tertutup (di dalam ruangan), namun tidak tertutup kemungkinan adanya gudang terbuka, yaitu gudang yang terletak di luar bangunan. Gudang terbuka mungkin cukup diberi atap saja sekedar pelindung dari panas dan hujan (misalnya gudang kayu pada perusahaan mebel atau penggergajian kayu), atau bahkan hanya disediakan suatu tempat tertentu saja guna penyimpanan bahan (misalnya jerami untuk bahan baku kertas). Gudang terbuka ini dapat dipergunakan untuk penyimpanan bahan atau barang yang tidak mudah rusak oleh perubahan cuaca, atau bahkan tidak rusak oleh panas dan hujan, atau merupakan tempat penampungan yang jangka waktu simpannya sangat pendek. G. Metode penyimpanan Adapun metode penyimpanan yang dibicarakan di sini adalah metode penyimpanan yang berada di dalam ruangan tertutup, atau di dalam sebuah bangunan gudang. Beberapa metode yang dapat dipergunakan di dalam penyimpanan semacam ini, antara lain adalah: a. Kotak Penyimpanan dengan mempergunakan kotak ini pada umumnya dipergunakan oleh perusahaan yang mempunyai bahan atau barang yang perlu disimpan dalam bentuk dan ukuran yang relatifkecil. Bentuk dari bahan atau barang yang disimpan ini dapat beraneka ragam. Untuk masing-masing jenis bahan atau barang tersebut disediakan kotak-kotak tersendiri. Contoh bahan dan peralatan elektronik (transistor, kaspasitor, dan lain sebagainya), suku cadang kendaraan bermotor (busi, ring, mur, baut) dan lain sebagainya. b. Papan rak Manajemen Operasi 103 Apabila bahan atau barang yang disimpan di dalam gudang tersebut merupakan bahan atau barang dengan ukuran yang agak besar, maka penggunaan kotak untuk tempat penyimpanan bahan atau barang tersebut menjadi tidak cocok lagi. Untuk melaksanakan penyimpanan bahan atau barang tersebut, masingmasing kotak dibuat dalam ukuran yang lebih besar untuk kemudian disusun di atas papan rak yang disediakan. Papan rak ini dapat dibuat dengan kerangka kayu maupun besi. Papan rak yang dibuat dengan kerangka besi akan memudahkan untuk mengatur tinggi dan rendahnya masing-masing papan rak tersebut, karena sudah disediakan beberapa alternatif ketinggian papan. Hal ini akan menguntungkan perusahaan karena tinggi rendahnya papan rak tersebut dapat dengan mudah disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. c. Rak Umumnya rak ini dipergunakan untuk menyimpan bahan atau barang yang mempunyai ukuran kecil tetapi panjang. Contohnya, penyimpanan pipa, besi plat, dsb. Penyimpanan dengan menggunakan rak ini agak berbeda dengan papan rak, karena untuk menyimpan dengan rak ini, bahan dan barang cukup diatur di atasnya tanpa mempergunakan alat lain, sedangkan penyimpanan dengan papan rak memerlukan kotak-kotak penyimpanan. Agar penyimpanan dengan mempergunakan rak ini dapat dilaksanakan dengan baik, bahan atau barang yang disimpan hendaknya dikelompokkan dalam ukuran panjang dan besar yang sama. Panjang rak disesuaikan dengan panjang masing-masing kelompok bahan atau barang tersebut. d. Sususan atas rak Untuk bahan atau barang tertentu, penyimpanannya akan lebih baik dilaksanakan dengan menyusunnya di atas rak. Bahanbahan atau barang-barang seperti kertas, buku, barang-barang Manajemen Operasi 104 yang dibungkus dengan kotak pembungkus dapat disimpan dengan cara seperti ini. Besarnya daya tahan bahan atau barang tersebut terhadap beban di atasnya dapat disesuaikan dengan tingginya susunan masing-masing bahan tersebut. Untuk mengatasi hal ini, maka pada setiap ketinggian tertentu dipasang papan rak sebagai dasar untuk masing-masing susunan ini. H. Beberapa pertimbangan di dalam perencanaan gudang pabrik Di dalam perencanaan gudang pabrik, perlu dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut: a. Penyimpanan terpusat atau terpisah Di dalam kebijaksanaan penyimpanan bahan-bahan atau barangbarang di dalam perusahaan, dikenal dua macam cara penyimpanan yaitu penyimpanan terpusat dan penyimpanan terpisah. Masing-masing cara penyimpanan ini mempunyai beberapa kelebihan sendiri-sendiri, sehingga manajemen perusahaan akan dapat memilih cara mana yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Beberapa kelebihan dari cara penyimpanan terpusat ini antara lain: e. mudahnya menyusun perencanaan produksi, f. mudahnya mengendalikan persediaan yang ada, g. mudahnya mengendalikan kualitasbahan yang disimpan tersebut. h. Sedangkan beberapa kelebihan penyimpanan terpisah, antara lain: i. mudahnya pengecekan terhadap bahan yang disimpan, j. memudahkan pengaturan penyimpanan, k. dapat mengusahakan efisiensi penggunaan gudang dengan baik. Masing-masing perusahaan akan dapat memanfaatkan masingmasing kelebihan cara penyimpanan ini dalam ukuran yang Manajemen Operasi 105 berbeda-beda, sehingga sebaiknya manajemen perusahaan tersebut memilih salah satu cara yang paling cocok dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan. b. Ventilasi dan pertukaran udara Dalam perencanaan gudang pabrik, manajemen perusahaan seharusnya mempersiapkan gudang pabrik dengan ventilasi dan pertukaran udara yang cukup. Hal ini akan sangat berpengaruh baik terhadap bahan-bahan dan barang-barang yang disimpan di dalam gudang pabrik, maupun terhadap para karyawan perusahaan yang bertugas di dalam gudang tersebut. Di dalam pengaturan bahan atau barang yang disimpan, diusahakan agar karyawan akan dapat berjalan dengan mudah serta pemindahan bahan dan barang tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah. Manajemen Operasi 106 BAB V LAYOUT PABRIK Setiap perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil akan menghadapi masalah layout. Semua fasilitas untuk produksi baik mesin-mesin, buruh dan fasilitas lainnya harus disediakan pada tempatnya masing-masing supaya dapat bekerja dengan baik. Penyusunan layout berkaitan erat dengan masalah proses produksi, karena itu layout yang kurang tepat akan mempengaruhi kelancaran proses produksi, yang pada gilirannya akan menurunkan efisiensi. Penempatan fasilitas produksi yang kurang tepat akan membawa kerugian bagi perusahaan, antara lain berupa : 1. bahan-bahan dalam pabrik bergerak lambat sekali, di mana urutan proses berliku-liku karena susunan mesin dan peralatan yang ada, 2. handling cost tinggi karena semakin banyak perpindahan, 3. gedung dan tempat produksi selalu penuh dengan bahan-bahan atau hasil produksi yang sedang dikerjakan, 4. ruangan tempat produksi, mesin-mesin dan fasilitas lainnya disusun secara tidak teratur sehingga mengganggu kelancaran proses produksi, 5. service area sempit dan letaknya tidak memuaskan, 6. bahan-bahan dalam proses sering rusak atau hilang, 7. sering mengalami kegagalan dalam menyelesaikan produksi tepat Manajemen Operasi 107 pada waktu yang telah ditentukan, 8. tempat penerimaan barang-barang tidak dapat segera dikosongkan sehingga memperlambat pembongkaran barang-barang yang tiba di pabrik. Semua kerugian ini akan menimbulkan biaya yang tinggi baik terjadi pada satu bagian pabrik atau di seluruh pabrik. A. Pengertian layout pabrik (plant layout) Layout pabrik adalah susunan letak dari mesin-mesin dan peralatan produksi di dalam pabrik. Layout yang baik dapat diartikan sebagai penyusunan yang teratur dan efisien semua fasilitas pabrik dan pekerja (personil) yang ada di dalam pabrik. Plant Layout is a plan of, or the act of planning, an optimum arrangement of industrial facilities, including personnel, operating equipment, storage space, materials handling equipment, and all other supporting service, along with the design of the best structure to contain these facilities (James M. Moore). Fasilitas pabrik tidak saja mencakup mesin-mesin, tetapi juga service area termasuk tempat penerimaan dan pengiriman barang, tempat maintenance, gudang dan sebagainya. Selain itu juga harus diperhatikan efisiensi dan aspek keamanan para pekerja. Dengan kata lain, plant layout mencakup kondisi di dalam gedung dan juga di luar gedung. Susunan layout yang baik membuat; karyawan dapat bekerja dengan baik, dan aliran proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Layout fasilitas harus dirancang untuk memungkinkan perpindahan yang ekonomis dari orang-orang dan bahan-bahan dalam berbagai proses dan operasi perusahaan. Jarak angkut hendaknya sependek mungkin dan pengambilan serta perletakan produk-produk dan peralatan diminimalkan. Hal ini seharusnya menghasilkan minimisasi biaya penanganan dan transportasi, seperti juga penurunan waktu proses kerja dan mesin menganggur. Manajemen Operasi 108 Tujuan layout fasilitas dan proses produksi adalah penggunaan ruangan yang seefektif mungkin, meminimumkan biaya penanganan bahan dan jarak angkut, menciptakan kesinambungan dalam proses produksi, menyederhanakan proses produksi, mendorong semangat dan efektivitas kerja para karyawan, menjaga keselamatan karyawan dan barang-barang yang sedang diproses, serta menghindari berbagai bentuk pemborosan. Perencanaan layout, material handling dan keseimbangan kapasitas Perlunya Perencanaan Layout, karena adanya beberapa hal: a. adanya perubahan dari desain produk, b. adanya produk baru, c. adanya perubahan volume permintaan, d. fasilitas produksi yang ada telah ketinggalan jaman, e. adanya kecelakaan-kecelakaan dalam proses produksi, f. kondisi kerja yang tidak memuaskan, g. pemindahan lokasi pasar produk perusahaan, h. penghematan-penghematan biaya. B. Tujuan Perencanaan Layout. Tujuan perencanaan Layout adalah terdapatnya susunan tata letak yang paling optimal dari fasilitas-fasilitas produksi yang tersedia di dalam perusahaan. Tujuan perencanaan Layout mencakup beberapa hal: a. Simplikasi dari proses produksi; - effisiensi penggunaan peralatan produksi dapat ditingkatkan, Pengaturan Layout ini tidak terbatas kepada mesin dan peralatan produksi yang terikat erat dengan proses produksi dalam perusahaan, melainkan juga mencakup peralatan lain yang terkait dengan pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan. Misalnya peralatan material handling, peralatan untuk pemeliharaan mesin, dan berbagai Manajemen Operasi 109 peralatan penunjang lainnya. - Pengurangan waktu tunggu dalam pelaksanaan proses produksi (production delays) - penumpukkan barang dalam proses dapat dikurangi. Hal ini sering terjadi karena terdapatnya ketidakseimbangan dari masing-masing mesin dan peralatan produksi. Keluaran dari salah satu bagian akan menjadi masukan bagi bagian yang lain. - pemeliharaan fasilitas produksi menjadi lebih mudah - peningkatan produktivitas perusahaan b. pengurangan biaya pemindahan bahan atau barang Dengan perencanaan layout yang baik, maka jarak angkut bahan, barang dalam proses, dan barang jadi diusahakan menjadi seminimal mungkin. Di samping itu untuk pengangkutan bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi yang dirasakan berat di dalam pabrik akan diusahakan untuk diangkut dengan memper-gunakan alat-alat pemindahan bahan yang sesuai dengan tempat, frekuensi, jarak, volume, dan beban masingmasing bahan yang akan dipindahkan tersebut. Untuk keperluan pemindahan bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi di dalam pabrik di samping jarak angkut yang perlu diperpendek, maka lebar jalan, dan daya tahan jalan perlu pula direncanakan dengan baik. c. tingkat perputaran persediaan barang setengah jadi tinggi. Perencanaan keseimbangan kapasitas mesin dan peralatan produksi dari suatu bagian dengan bagian lainnya akan dapat menekan terjadinya penumpukan barang setengah jadi. Tingkat perputaran barang setengah jadi yang tinggi (yang dihasilkan dari penekanan jumlah persediaan barang setengah jadi) akan berarti bahwa dana yang ditanamkan perusahaan di dalam barang setengah jadi akan menjadi berkurang atau lebih kecil. Bila Manajemen Operasi 110 terjadi penumpukkan barang setengah jadi, maka tingkat perputaran barang setengah jadi akan menjadi rendah dan dana yang harus ditanamkan di dalam persediaan barang setengah jadi akan menjadi tinggi. Dengan kata lain, effisiensi persediaan barang setengah jadi di dalam perusahaan tersebut menjadi sangat rendah. d. terdapat keamanan kerja dan kepuasan karyawan e. pengeluaran kapital yang tidak penting dapat dihindarkan f. produktivitas kerja para karyawan bertambah Perencanaan layout, material handling dan keseimbangan kapasitas C. Tujuan dari Penyusunan layout Tujuan dari penyusunan layout, antara lain; 1. pemanfaatan peralatan pabrik yang optimal; 2. penggunaan jumlah tenaga kerja yang minimum; 3. aliran bahan dan produk jadi yang lancar; 4. kebutuhan persediaan yang rendah; 5. pemakaian ruang yang efisien; 6. ruang gerak yang cukup untuk operasional pemeliharaan; 7. biaya produksi dan investasi modal yang rendah; 8. fleksibilitas yang cukup untuk menghadapi perubahan; 9. keselamatan kerja yang tinggi; 10. suasana kerja yang baik. maupun D. Klasifikasi Perencanaan Layout Klasifikasi layout akan membedakan berbagai jenis layout yang ada atau yang dapat dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan pada umumnya, sedangkan perencanaan layout membedakan sejauhmana bagian atau seksi yang terlibat di dalam penerapan layout yang akan disusun oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan. Manajemen Operasi 111 Klasifikasi perencanaan layout dapat dibedakan menjadi; a. Adanya perubahan kecil di dalam layout yang sudah ada Beberapa perubahan kecil dari layout yang dipergunakan ini disebabkan oleh karena beberapa alasan : l. adanya beberapa penemuan metode kerja baru yang mengakibatkan perubahan-perubahan kecil di dalam pelaksanaan kerja karyawan, m. adanya unsur kebosanan terhadap tata ruang yang ada sehingga diperlukan perubahan kecil, n. adanya perubahan selera pimpinan terhadap tata ruang yang ada, dan lain sebagainya. Perubahan ini kadang-kadang hanya merupakan pergeseranpergeseran tempat kerja, atau perubahan letak fasilitas kerja para karyawan di dalam ruangan yang sama, dan tidak melibatkan bagian atau seksi yang banyak. b. Adanya penambahan fasilitas produksi yang baru. Penambahan jumlah permintaan akan berakibat kepada peningkatan jumlah produksi. Jumlah produksi yang berangsurangsur naik ini sampai pada kapasitas tertentu tidak akan dapat diikuti lagi oleh karena kapasitas mesin dan peralatan produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan sudah tidak memadai lagi. Dengan kata lain, penambahan luas produksi di dalam perusahaan ini sudah harus diikuti dengan penambahan luas perusahaan. Dengan adanya penambahan mesin dan fasilitas produksi, maka pihak manajemen perusahaan perlu mempertimbangkan layout bagi mesin dan peralatan produksi yang baru tersebut. Di dalam hal ini harus dipertimbangkan dua hal, yaitu yang pertama menyusun perencanaan layout bagi mesin dan peralatan produksi yang baru, dan yang kedua adalah menggunakan layout yang sudah ada untuk mesin dan peralatan produksi lama yang masih Manajemen Operasi 112 dipergunakan. Perencanaan layout ini semata-mata bagi mesin dan peralatan produksi yang baru saja, tidak merubah layout untuk fasilitas produksi yang lama. Mesin dan peralatan produksi yang sudah ada dan dipergunakan di dalam perusahaan tersebut tidak akan dirubah letak dan kedudukannya, sehingga pelaksanaan proses produksi yang sedang berjalan sama sekali tidak terganggu. Keadaan semacam ini pada umumnya dijumpai pada perusahaan yang pelaksanaan produksinya menggunakan mesin dan peralatan yang bersifat khusus. Dalam hal ini penambahan mesin dan peralatan tersebut merupakan suatu unit mesin yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan proses produksi dari dan sampai pada tahap tertentu. Dalam penyelesaian proses produksi pada tahap tersebut sepenuhnya akan diselesaikan dengan mesin dan peralatan produksi yang baru, sementara mesin dan peralatan produksi yang lama akan dipergunakan sebagaimana mestinya. c. adanya perubahan karena tambahan fasilitas produksi yang baru. Pada perusahaan yang mempergunakan mesin-mesin yang bersifat umum, di mana dari satu mesin akan dipergunakan untuk mempro-duksikan beberapa jenis produk. Oleh karena mesin dan peralatan produksi yang baru mempunyai hubungan langsung dengan mesin dan peralatan produksi yang lama. Dengan demikian, mesin dan peralatan produksi yang baru harus dapat diintegrasikan dengan mesin dan peralatan produksi yang lama, sehingga produktivitas masing-masing mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan (baik mesin dan peralatan produksi lama maupun baru) dapat dipertahankan pada tingkat yang tinggi. Klasifikasi perencanaan layout yang ketiga ini mempuyai perbedaan dengan perencanaan layout yang kedua (adanya penambahan fasilitas produksi yang baru). Pada klasifikasi yang Manajemen Operasi 113 kedua, perencanaan layout akan mencakup mesin dan peralatan produksi yang baru saja, sedangkan pada klasifikasi yang ketiga (adanya perubahan karena tambahan fasilitas produksi yang baru) perencanaan layout yang disusun akan mencakup baik mesin dan peralatan produksi yang baru maupun perubahanperubahan layout dari mesin dan peralatan produksi yang lama. Namun keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu terdapatnya layout yang tepat bagi perusahaan sehingga produktivitas akan dapat dipertahankan pada tingkat yang cukup tinggi. d. pembangunan pabrik baru. Pendirian pabrik yang bam di dalam perusahaan ini dapat merupakan salah satu dari dua kemungkinan berikut : merupakan perluasan dari pabrik yang sudah didirikan sebelumnya, di mana pendirian ini akan dapat dilaksanakan pada lokasi yang sama (berdampingan) dengan pabrik yang sudah ada, ataupun pada lokasi lain yang sama sekali terpisah dengan lokasi pabrik yang sudah ada merupakan pabrik yang baru bagi perusahaan. Dalam hal ini pabrik baru tersebut dapat merupakan perluasan unit usaha dari perusahaan (semula perusahaan sudah mempunyai pabrik lain yang mempunyai produk yang berbeda dengan pabrik yang didirikannya ini), atau memang merupakan pabrik dari perusahaan yang baru didirikan. E. Jenis-jenis layout Jenis-jenis layout dalam suatu pabrik, antara lain; a. Layout produk/Iayout garis (product layout/line layout). Layout produk ini merupakan penyusunan letak fasilitas produksi yang didasarkan kepada urutan proses dari bahan baku sampai menjadi produk akhir. Penempatan mesin dan peralatan produksi akan didasarkan kepada urutan proses yang ada di dalam Manajemen Operasi 114 perusahaan. Mesin yang mempunyai urutan proses yang berdekatan akan diletakkan pada tempat yang berdekatan pula, sebaliknya mesin yang urutan prosesnya berjauhan akan diletakkan pada tempat yang agak jauh pula. Pada umumnya, produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang mempergunakan layout garis ini akan merupakan produk-produk standar, dan variasi produk yang ada akan relatif kecil apabila diperbandingkan dengan jumlah unit produk yang diproduksikan.. Produk yang dihasilkan akan merupakan produk dengan jenis yang sama, atau kelompok jenis yang sama, dengan mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan adalah yang bersifat khusus. C = Mesin Pembentuk D = Mesin Pemotong E = Mesin Pemanasan F = Mesin Pelubang G = Mesin Gerinda H = Mesin Pemanasan I = Mesin Pemotong J = Mesin Pembentuk K = Mesin Pelubang L = Mesin Gerinda M = Mesin Perakit N = Bagian Penerimaan Bahan O = Bagian Pengiriman Ke Luar P = Gudang Barang Jadi = Proses produk I = Proses produk II Keuntungan dari tata letak produk; 1. aliran material yang simpel dan langsung, 2. persediaan barang dalam proses yang rendah, Manajemen Operasi 115 3. 4. 5. 6. 7. 8. total waktu produksi per unit yang rendah, tidak memerlukan skill tenaga kerja yang tinggi, kebutuhan material handling yang rendah, pengawasan proses produksi yang lebih mudah, dapat menggunakan mesin khusus atau otomatis, dapat menggunakan ban berjalan (conveyor), karena aliran (route) material sudah fixed (tertentu), sehingga material handling lebih cepat dan material handling cost lebih rendah (murah), 9. kebutuhan material dapat diperkirakan dan dijadwalkan dengan lebih mudah. Kelemahan dari tata letak produk ; 1. kerusakan pada sebuah mesin dapat menghentikan produksi, 2. perubahan desain produk dapat mengakibatkan tidak efektifhya tata letak yang bersangkutan, 3. apabila terjadi bottle neck dapat mempengaruhi proses keselumhan, 4. biasanya memerlukan investasi mesin dan peralatan yang besar, 5. karena sifat pekerjaannya yang monoton dapat mengakibatkan kebosanan. b. Layout proses/layout fungsional (process layout/functional layout). Layout proses atau layout fungsional ini merupakan susunan tata letak dari fasilitas produksi yang didasarkan atas kesamaan proses dari proses produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan yang bersangkutan. Mesin dan peralatan yang mempunyai fungsi yang sama dikelompokkan dan ditempatkan dalam satu tempat/ ruang tertentu. Layout semacam ini biasanya dipergunakan untuk perusahaan yang memenuhi pesanan di mana banyak terdapat pesanan-pesanan yang berbeda baik bentuk, kualitas maupun Manajemen Operasi 116 jumlahnya. Perusahaan yang mempergunakan layout fungsional ini pada umumnya adalah perusahaan yang mempergunakan mesin dan peralatan produksi yang bersifat umum. Mesin dan peralatan produksi dengan proses tertentu akan dapat dipergunakan untuk menghasilkan berbagai macam produk tertentu. Sesuai dengan keadaan tersebut, maka pada umumnya perusahaan yang mempergunakan layout semacam ini adalah perusahaan di mana variasi produk akan relatif lebih besar daripada jumlah unit produk yang dihasilkannya. Produk yang dihasilkan ini bukannya produk yang tidak distandardisir, melainkan standar produksi yang dipergunakan dalam perusahaan tersebut (terutama standar bentuk dan ukuran produk) akan berjumlah cukup banyak sehingga produk yang dihasilkan akan mempunyai variasi yang besar. Bagi perusahaan yang mempergunakan layout proses ini, pengawasan terhadap pelak-sanaan proses produksi perlu dilaksanakan dengan lebih teliti. Hal ini disebabkan oleh karena di dalam layout fungsional ini pelaksanaan proses produksi pada umumnya mempunyai urutan yang tidak selalu sama. Keuntungan dari tata letak proses adalah : 1. memungkinkan utilisasi mesin yang tinggi, 2. memungkinkan penggunaan mesin-mesm yang multiguna sehingga dapat dengan cepat mengikuti perubahan jenis produksi, 3. memperkecil terhentinya produksi yang diakibatkan oleh kerusakan mesin, 4. sangat fleksibel dalam mengalokasikan personel dan peralatan, 5. investasi yang rendah karena dapat mengurangi duplikasi peralatan, 6. memungkinkan spesialisasi supervisi. Manajemen Operasi 117 Kelemahannya : 1. meningkatnya kebutuhan material handling karena aliran prosesnya yang beragam dan tidak dapat digunakannya ban berjalan, 2. pengawasan produksi yang lebih sulit, 3. meningkatnya persediaan barang dalam proses, 4. total waktu produksi per unit yang lebih lama, 5. Perencanaan layout, material handling dan keseimbangan kapasitas 6. memerlukan skill yang lebih tinggi, 7. pekerjaan routing, penjadwalan dan akunting biaya yang lebih sulit, karena setiap ada order baru harus dilakukan/perhitungan kembali. c. Layout posisi tetap (fixedposition layout). Tata letak posisi tetap dipilih apabila karena ukuran, bentuk ataupun karakteristik lain menyebabkan produknya tidak mungkin atau sukar untuk dipindahkan. Dengan demikian produk tetap di tempat, sedangkan mesin, peralatan, dan tenaga kerjanya yang mendatangi produk. Tata letak seperti ini biasanya terdapat pada pembuatan kapal laut, pesawat terbang, lokomotif, atau proyekproyek konstruksi. Keuntungan tata letak posisi tetap : 1. berkurangnya gerakan material, 2. adanya kesempatan untuk melakukan pengayaan tugas, 3. sangat fleksibel, dapat mengakomodasi perubahan dalam desain produk, bauran produk, dan volume produksi, 4. dapat memberikan kebanggaan pada pekerja karena dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan . Kelemahannya : 1. gerakan personel dan peralatan tinggi, 2. dapat terjadi duplikasi mesin dan peralatan, Manajemen Operasi 118 3. memerlukan tenaga kerja yang berketrampilan tinggi, 4. biasanya memerlukan ruang yang besar dan persediaan barang dalam proses yang tinggi, memerlukan koordinasi dalam penjadwalan produksi. F. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk menyusun layout Faktor-faktor yang perlu diperhatikan di dalam menyusun layout pabrik, antara lain: a. Produk yang dihasilkan. Mengenai produk yang dihasilkan ini perlu diperhatikan: o. Besar dan berat produk tersebut. Kalau produknya besar dan berat maka memerlukan handling yang khusus, seperti fork truck atau conveyor. p. Sifat dari produk tersebut, yaitu apakah mudah pecah atau tidak, apakah mudah atau cepat rusak, dan sebagainya. b. Urutan produksinya. Faktor ini penting terutama bagi product layout, karena penyusunannya didasarkan pada urut-urutan produksi (operation sequence}. c. Kebutuhan akan mangan yang cukup luas (special requirement). Dalam hal ini diperhatikan luas ruangan pabrik, tingginya, dan sebagainya. d. Peralatan/mesin-mesin itu sendiri. Apakah mesin-mesinnya berat, kalau berat maka diperlukan lantai yang kokoh. e. Maintenance dan replacement. Mesin-mesin harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga maintenancenya mudah dilakukan dan replacementnya juga mudah. f. Adanya keseimbangan kapasitas (balance capacity). Misalnya: Mesin roti: Mesin I Mesin II 2000 5000 Dalam hal ini tidak ada balance sehingga ada waste Manajemen Operasi 119 g. h. i. j. k. l. m. Juga diperhatikan hambatan-hambatan yang ada. Keseimbangan kapasitas harus diperhatikan terutama dalam product layout, karena di sini mesin-mesin diatur menurut urut-urutan proses (sequence process). Minimum movement: dengan gerak yang sedikit maka costnya akan lebih rendah. Aliran dari material. Sebenamya alian ini dapat digambarkan, yaitu merupakan arus yang harus diikuti oleh suatu product pada waktu dia dibuat, gambar mana sangat penting bagi perencanaan lantai, atau ruangan pabrik (floor plan). Employee area : tempat kerja buruh di pabrik harus cukup luas, sehingga tidak mengganggu keselamatan dan kesehatannya serta kelancaran produksi. Service area (seperti cafetaria, WC, tempat istirahat, parkir, dan sebagainya). Service area perlu diatur sedemikian rupa sehingga dekat dengan tempat kerja di mana dia sangat dibutuhkan. Waiting area, yaitu untuk mencapai flow material yang optimum, maka perlu diperhatikan tempat di mana harus disimpan barangbarang sambil menunggu proses selanjutnya. Plant climate : udara dalam pabrik harus diatur, yaitu harus sesuai dengan keadaan product dan buruh, jangan terlalu panas atau terlalu dingin, dan jangan merusak kesehatan buruh. Flexibility : perubahan-perubahan dari product atau proses, mesin-mesin, dan sebagainya hampir tidak dapat dihindarkan, karena sesuai dengan perkembangan teknologi, sehingga layout harus dibuat sedemikian rupa dapat flexible. G. Cara melakukan plant layout: Pekerjaan layout tidak dapat dikerjakan sendiri oleh satu orang. Pekerjaan ini membutuhkan suatu usaha pemikiran bersama dan terkoordinir baik antara semua bagian di dalam pabrik. Sebenaraya Manajemen Operasi 120 pekerjaan layout ini tidak sukar tetapi memerlukan suatu pendekatan (approach) yang sistematis dan consistence. Di dalam membuat layout yang baru semua faktor yang telah disebutkan di atas harus benar-benar diperhatikan atau dipertimbangkan, terutama faktor yang penting seperti: flow material, product, peralatan/mesin-mesin (equipment), minimum movement, dan sequence (urutan) dari operasi produksi. Di dalam melakukan plant layout ini ada beberapa tahapan yang dilalui di dalam melakukan plant layout, yaitu : a. Plant Inventory Tahap pertama di dalam menentukan layout sebuah pabrik yang baru, atau merubah layout yang telah ada adalah membuat: 1) Daftar mesin: membuat daftar semua mesin atau peralatan yang diperlukan, dapat dimasukan pula peralatan untuk extension di kemudian hari. 2) Ukuran mesin: bentuk dan ukuran mesin-mesin secara garis besar harus jelas. Perencanaan layout, material handling dan keseimbangan kapasitas 3) Gambar-gambar mesin (menurut skala). Gambar-gambar ini tidak perlu secara mendetail, cukup dengan kotak-kotak menurut skala. Dengan demikian dapatlah digambarkan suatu situasi yang over all dengan mesin-mesin yang telah ditentukan, di dalam skala yang cukup jelas. b. Group outline Di dalam menggambar perlu diperhatikan pula macam-macam mesin secara kelompok (group), terdiri dari mesin-mesin yang sama dan ukuran yang sama. c. Alat-alat pembantu Yang dimaksudkan dengan alat-alat pembantu adalah alat-alat yang diperlukan untuk membantu jalannya produksi seperti lori (trolleys) untuk transport, tool boxes, dan Iain-lain. d. Metode investigation Manajemen Operasi 121 Dari hasil method study, layout suatu mesin, operator dan alatalat pembantu dapat digambarkan dan diskala. Ruang bergeraknya hasil produksi dan alat-alat transport dari dan ke mesin serta ruangan-ruangan untuk gang-gang harus cukup lebar sehingga tidak menghalangi kegiatan pengangkutan. Demikian pula harus dijaga jangan sampai ruangan-ruangan banyak yang terbuang. e. Daerah mesin Ruangan untuk maintenance harus ditambahkan pada ruangan kerja mesin. Demikian pula dengan ruangan tempat hasil pembongkaran akibat perbaikan. Jadi ruangan yang dibutuhkan untuk: operasi, membawa material work in process dan hasil produksi ke dan dari mesin, bekas hasil pembongkaran, dan maintenance. f. Machine block plan Pengaturan mesin sesuai dengan proses produksi terdiri dari kumpulan mesin-mesin dalam bentuk machine block plan. Kumpulan-kumpulan mesin ini dapat terdiri dari mesin-mesin yang sejenis atau terdiri dari suatu kelompok (group) mesin untuk suatu tahap produksi. g. Shop floor lay-out Di dalam menentukan layout dari machine block perlu ditinjau dari segi: flow of production, pembagian gang, dimensi machine shop, kedudukan dari penghalang yang tak dapat bergerak seperti tiang-tiang atau kolom-kolom, dan penempatan dari gudang (stores). Susunan peralatan (fasilitas) pabrik, akan mempengaruhi. effisiensi perusahaan, pembentukan laba perusahaan, dan kelangsungan perusahaan. Tujuan Layout adalah untuk memperkembangkan sistem produksi sehingga dapat mencapai kebutuhan kapasitas dan kualitas dengan rencana yang paling Manajemen Operasi 122 ekonomis. H. Pemindahan material (materials handling) dan Keseimbangan kapasitas a. Materials Handling Perencanaan layout yang cermat namun tanpa disertai dengan perencanaan kegiatan pemindahan material yang lengkap akan mengakibatkan perencanaan layout tersebut menjadi sia-sia untuk diterapkan dalam perusahaan tersebut. Oleh karena itu di dalam penyusunan perencanaan layout pabrik, perencanaan tentang kegiatan pemindahan material ini akan dipergunakan sebagai salah satu masukan sehingga peralatan pemindahan material yang diperlukan akan dapat direncanakan tempat dan kedudukannya sehingga pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan tersebut akan dapat berjalan dengan baik. Dilihat dari status bahan yang diproses dalam perusahaan, maka pemindahan material ini meliputi bahan baku dan bahan pembantu, barang setengah jadi, dan barang jadi. Bila dilihat dari segi material yang dipindahkan, akan dapat diperinci menjadi bahan dalam karung, bahan dalam satuan unit, dan bahan dalam kotak atau bungkus. Sedangkan apabila dilihat dari segi si fat bahan yang dipindahkan, akan dapat dipisahkan menjadi bahanbahan yang berupa benda cair, benda padat, dan benda gas. Dalam perencanaan pemindahan material ini manajemen perusahaan harus dapat melihat bahan apa saja yang akan dipindahkan dalam proses produksi tersebut, sehingga dengan demikian akan dapat disusun suatu perencanaan pemindahan material berikut peralatan yang diperlukannya dengan cermat. Keuntungan yang diperoleh dari suatu perencanaan pemindahan material yang baik: 1) Penghematan biaya produksi. Manajemen Operasi 123 Penghematan biaya produksi ini akan dapat diperoleh dari: penurunan biaya persediaan, penggunaan ruangan yang lebih efisien, dan kenaikkan produktivitas perusahaan. 2) Pengurangan sisa afval. Pengurangan sisa afval ini akan didapatkan oleh perusahaan tersebut apabila: material yang dipergunakan diawasi dengan cermat, baik sebelum dipindahkan maupun setelah dipindahkan, menghindarkan diri dari bahaya yang mungkin timbul selama proses pemindahan material tersebut, peralatan pemindahan material yang dipergunakan perusahaan sejauh mungkin selalu sesuai dengan material yang dipindahkan. 3) Menaikkan luas produksi. Luas produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan akan bertambah dengan adanya peralatan pemindahan material yang tepat. Hal ini akan dapat dilihat dari adanya : kenaikan produktivitas kerja para karyawan, kenaikan effisiensi penggunaan mesin yang disebabkan oleh tidak adanya keterlambatan bahan, proses produksi yang lancar (smooth), peningkatan pengawasan produksi. 4) Peningkatan kondisi kerja karyawan. Pemindahan material yang tepat di dalam perusahaan akan dapat meningkatkan dan memperbaiki kondisi kerja para karyawan perusahaan. Hal ini akan dapat dicapai apabila : keamanan kerja menjadi lebih baik, waktu tunggu para karyawan menjadi berkurang karena arus material dapat berjalan dengan baik, cara kerja para karyawan bertambah baik dengan adanya peralatan pemindahan material yang cukup baik, para karyawan perusahaan akan menjadi bertambah tingkat ketelitiannya, oleh karena dengan peralatan pemindahan material ini apabila para karyawan Manajemen Operasi 124 tidak bekerja dengan teliti dan hati-hati akan dapat menimbulkan kecelakaan para karyawan tersebut. 5) Distribusi material akan berjalan dengan baik. turunnya tingkat kerusakan bahan baku, barang setengah jadi maupun barang jadi di dalam proses pemindahan material tersebut, terdapatnya beberapa perbaikan dalam urutan proses produksi, perbaikan letak gudang perusahaan, peningkatan efisiensi dari penerimaan bahan dan pengiriman barang. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan peralatan untuk pemindahan material: 1. Produk Beberapa hal yang harus dipertimbangkan tentang produk perusahaan ini adalah bentuk dan ukurannya, jumlah unit ratarata yang harus dipindahkan, daya tahan terhadap getaran dan benturan, bentuk dari bahan baku, barang setengah jadi yang harus dipindahkan, dlsb. 2. Pabrik Dalam hal ini harus dipertimbangkan lokasi pintu, lokasi tangga ke lantai berikut, daya tahan lantai, jalur yang tersedia untuk kegiatan pemindahan material tersebut, letak kolom bangunan pabrik, dlsb. 3. Proses produksi Proses produksi yang diikutsertakan dalam pemilihan peralatan pemindahan bahan ini adalah urutan proses produksi yang dipergunakan dalam perusahaan, arah dari pemindahan material, perlengkapan produksi yang diperlukan, dan lain sebagainya. 4. Peralatan pemindahan bahan Dalam hal ini akan dipertimbangkan tentang luas lantai yang diperlukan oleh masing-masing peralatan pemindahan material Manajemen Operasi 125 yang akan digunakan perusahaan, sumber tenaga yang diperlukan oleh peralatan pemindahan material ini, harga dari masing-masing peralatan tersebut, dan lain sebagainya. Beberapa peralatan pemindahan bahan yang biasa digunakan: conveyor (stationary), overhead traveling crane, forklift, traktor tangan, portable conveyor, hoist, traktor industri, overhead conveyor, mobile crane, platform truk pendek, dan platform truk tinggi. b. Keseimbangan kapasitas Keseimbangan kapasitas (line balancing) merupakan usaha untuk mengadakan keseimbangan kapasitas antara satu bagian dengan bagian yang lain di dalam perusahaan. Masalah keseimbangan kapasitas ini sangat terasa pada perusahaan yang mempergunakan proses produksi terus-menerus, atau perusahaan yang menggunakan layout produk. Hal ini disebabkan oleh karena urutan proses produksi selalu sama, sehingga terdapat kepastian hubungan input-input yang ada di dalam perusahaan tersebut. Output atau keluaran dari salah satu bagian perusahaan semacam ini akan selalu menjadi input atau masukan untuk bagian yang lain. Misalnya sebuah pabrik kertas. Dalam pelaksanaan proses produksinya sebenamya ada terdapat tiga kegiatan yang sangat utama, yaitu pembuatan pulp sebagai bahan baku kertas yang dilaksanakan dengan mesin pulp, kegiatan pembuatan kertas yang dilaksanakan dengan mesin pencetak kertas. dan kegiatan pemotongan dan penyususnan kertas jadi yang dikerjakan dengan mempergunakan mesin potong. Masing-masing mesin tersebut akan lebih baik apabila mempunyai tingkat kapasitas yang sama atau hampir sama, sehingga pelaksanaan proses produksi dari bahan baku sampai menjadi produk akhir tersebut akan menjadi lancar. Manajemen Operasi 126 BAB VI LINGKUNGAN KERJA Lingkungan kerja adalah suatu lingkungan di mana para karyawan bekerja atau melaksanakan tugas dan pekerjaannya seharihari, sedangkan kondisi kerja merupakan kondisi di mana karyawan tersebut bekerja. Para karyawan yang bekerja dalam perusahaan sudah dengan sendirinya akan dipengaruhi oleh lingkungan kerja di mana karyawan tersebut berada. Lingkungan kerja para karyawan bermacammacam keadaannya. Ada lingkungan kerja yang menyenangkan sehingga para karyawan dapat bekerja dengan tenang dan tingkat produktivitas tinggi, namun adapula lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, membosankan atau menjengkelkan di mana tingkat produktivitas karyawan akan menjadi amat rendah. Lingkungan kerja yang tidak memuaskan karyawan secara tidak langsung dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Dalam lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, para karyawan akan bekerja dengan moral kerja dan gairah kerja yang rendah. Keadaan seperti ini akan mendorong terjadi kesalahan karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya pada tingkat yang lebih tinggi, sehingga akan mengakibatkan turunnya tingkat produktivitas perusahaan. Manajemen Operasi 127 Secara umum aspek-aspek pembentuk lingkungan kerja terdiri dari: pelayanan karyawan, kondisi kerja dan hubungan antar karyawan dalam perusahaan. Masing-masing aspek tersebut hendaknya mendapat perhatian penuh dari pihak manajemen perusahaan sehingga tingkat produktivitas kerja perusahaan dapat dipertahankan pada tingkat yang tinggi. A. Pelayanan karyawan Para karyawan yang bekerja dalam perusahaan merupakan pelanggan internal dari perusahaan yang bersangkutan. Agar mereka mau mencurahkan seluruh keahlian yang ada pada dirinya untuk kemajuan perusahaan, tentunya perlu diciptakan suatu kondisi kerja yang kondusif. Pelayanan karyawan ini akan meliputi beberapa hal, yaitu pelayanan makan atau makanan, pelayanan kesehatan bagi para karyawan dan keluarganya, serta penyediaan kamar mandi atau kamar kecil di mana para karyawan tersebut bekerja. a. Pelayanan makanan karyawan Karyawan yang bekerja pada perusahaan sudah tentu membutuhkan makanan dan minuman untuk mengganti energi dan kalori yang telah dikeluarkan. Bagi perusahaan yang mempekerjakan karyawan dalam jumlah terbatas, barangkali masalah pelayanan makan karyawan tidak menjadi masalah yang berarti, karena mereka dapat mencari sendiri ke berbagai rumah makan yang ada di sekftar pabrik. Kondisi yang berbeda akan dihadapi oleh perusahaan yang mempekerjakan karyawan dalam jumlah besar. Mereka akan kesulitan untuk mencari tempat makan pada waktu yang sama, ketika jam istirahat tiba. Selain itu, perusahaan akan kehilangan banyak waktu kerja yang akan berdampak pada menurunnya produktivitas kerja karyawan. Manajemen Operasi 128 Bentuk-bentuk pelayanan makan karyawan dalam perusahaan, antara lain: 1. Kafetaria dalam pabrik Membuat kafetaria dalam pabrik merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih untuk melayani kebutuhan makan karyawan. Adanya kafetaria, dapat memberikan keuntungan ganda bagi perusahaan, walaupun tujuan utama pendirian kafetaria tersebut adalah untuk memberikan pelayanan makan dan minum bagi karyawan. Dengan demikian profit dari penghasilan kafetaria ini bukan merupakan tujuan utama. 2. Toko makanan dalam pabrik Hampir sama dengan point satu di atas perusahaan dapat memberikan pelayanan makan kepada karyawannya dengan membuat toko makanan dalam pabrik. Perbedaannya adalah di toko makanan tidak disediakan ruangan untuk makan. Dengan demikian, para karyawan dipersilahkan untuk mencari sendiri tempat makan setelah membeli makanan dan minuman di toko makanan tersebut. 3. Kereta makan Perusahaan juga dapat menggunakan kereta makan untuk melayani kebutuhan makan minum para karyawannya. Altematif ini biasanya dipilih oleh perusahaan yang mempekerjakan karyawan yang acapkali tidak meninggalkan tempat pekerjaannya. Misalnya, para operator komputer, operator telepon dan sebagainya. 4. Mesin pelayanan otomatis Mesin pelayanan otomatis merupakan salah satu alternatif yang dipilih oleh kebanyakan perusahaan moderen. Pimpinan perusahaan tinggal memasang beberapa unit mesin pelayanan otomatis di dalam pabriknya untuk Manajemen Operasi 129 melayani kebutuhan makan minum para karyawannya, yang pengoperasiannya dilakukan dengan menggunakan sejenis koin khusus. b. Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan karyawan dalam perusahaan dapat ditempuh dengan berbagai cara: 1. Penyediaan tenaga medis (dokter) Kebanyakan perusahaan-perusahaan besar mengadakan kontrak kerja dengan tenaga medis untuk melayani kesehatan para karyawannya. Adapula perusahaan yang bukan saja menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi karyawan saja, melainkan seluruh anggota keluarga dari karyawan yang bersangkutan. 2. Pemberian tunjangan kesehatan Cara lain yang bisa ditempuh oleh perusahaan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada karyawannya adalah memberikan tunjangan kesehatan setiap bulannya. Dengan cara ini, maka karyawan sendiri yang harus mencari tempat pelayanan kesehatan ketika ia membutuhkannya. c. Kamar mandi dan WC Kamar mandi dan WC merupakan hal sepele, namun penting bagi pelayanan karyawan. Penyediaan kamar mandi dan WC yang memadai merupakan hal yang mutlak diperlukan. Kiranya dapat dibayangkan apa yang bakal terjadi bila suatu perusahaan yang mempekerjakan karyawan dalam jumlah besar dengan waktu kerja yang panjang, tetapi tidak menyediakan fasilitas kamar mandi dan WC bagi para karyawannya. d. Fasilitas rekreasi Ada perusahaan tertentu yang menyediakan fasilitas rekreasi bagi karyawannya. Pimpinan perusahaan percaya bahwa Manajemen Operasi 130 rekreasi akan meningkatkan motivasi kerja yang berdampak pada peningkatan produktivitas. Fasilitas rekreasi bermacammacam, misalnya berupa sarana olahraga tenis meja, bulutangkis, bilyard dan sebagainya. Selain itu, dapat juga berupa penyediaan alat-alat musik dan sarana hiburan lainnya. B. Kondisi kerja Kondisi kerja merupakan salah satu aspek lingkungan kerja yang berpengaruh langsung pada produktivitas kerja. Telah ditemukan berbagai hasil penelitian yang menunjukan adanya korelasi dan pengaruh antara kondisi kerja dengan hasil kerja (produktivitas) para pekerja/karyawan. Kondisi kerja yang baik akan menunjang pencapaian produktivitas yang tinggi, atau sebaliknya. Perencanaan kondisi kerja ini akan dilaksanakan selaras dengan perencanaan layout pabrik yang didirikan tersebut, oleh karena kondisi kerja ini berhubungan erat dengan layout pabrik yang didirikan perusahaan yang bersangkutan. Beberapa kondisi kerja yang dapat dipersiapkan oleh pihak manajemen perusahaan, yaitu: 1. Penerangan Dimaksudkan dengan penerangan di sini adalah cukupnya sinar yang masuk di dalam ruang kerja masing-masing karyawan perusahaan. Tingkat penerangan yang cukup di dalam ruang kerja akan mendorong para karyawan untuk bekerja dan hasil kerja yang diperoleh pun akan menjadi lebih baik. Penerangan dalam pabrik mempengaruhi produktivitas kerja. Karena itu, penerangan perlu memenuhi syarat-syarat yang ditentukan agar para karyawannya dapat bekerja dengan baik. Adapun syarat-syarat penerangan yang baik adalah : 1. Sinar terang dan tidak menyi laukan Sistem penerangan yang baik adalah dapat menghasilkan sinar Manajemen Operasi 131 yang cukup terang di dalam ruang kerja, tetapi tidak menyilaukan para karyawan yang bekerja di dalamnya. 2. Distribusi cahaya yang merata Pemerataan cahaya yang masuk ke dalam ruang kerja sangat perlu untuk diperhatikan, hal ini akan semakin terasa pada ruangan yang berukuran besar. Pada ruangan semacam ini, apabila manajemen salah dalam mengatur letak sumber sinar, maka bagian-bagian dan ruangan tersebut akan mendapat distribusi cahaya yang tidak merata. Distribusi cahaya yang tidak merata juga akan mengakibatkan para karyawan mengalami kelelahan mata, oleh karena itu di dalam keadaan demikian para karyawan harus berkali-kali mengadakan adaptasi di dalam perusahaan tersebut. Keuntungan dari sistem penerangan baik bagi perusahaan, antara lain: 1. Kenaikan tingkat produksi Tingkat produksi yang dilaksanakan akan mengalami kenaikan berkat adanya penerangan yang cukup pada ruang kerja masingmasing karyawan perusahaan tersebut. Dengan adanya penerangan yang cukup para karyawan akan dapat melihat dan mengamati objek pekerjaannya dengan lebih cermat dan cepat. Dengan demikian karyawan akan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan waktu yang lebih singkat pula. 2. Perbaikan kualitas pekerjaan para karyawan Kecermatan pengamatan sangat diperlukan dalam upaya untuk menaikkan tingkat kualitas kerja. Tanpa adanya pengamatan yang cermat terhadap objek pekerjaan, sangatlah sulit untuk memperbaiki kualitas kerja para karyawan tersebut. Dengan adanya sistem penerangan yang tepat pada masing- masing ruang kerjamemungkinkan para karyawan untuk dapat melakukan pengamatan secara cermat. Manajemen Operasi 132 3) Pengurangan terjadinya tingkat kecelakaan Pelaksanaan proses produksi dalam pabrik menuntut adanya ketelitian dan kehati-hatian karyawan, terutama pada keadaan di mana digunakan mesin-mesin besar dan bergerak secara otomatis. Sistem penerangan yang baik memungkinkan para karyawan untuk dengan mudah melihat, mengenali dan mematuhi tanda-tanda bahaya yang biasanya dipasang di sekitar mesin-mesin tersebut. Dengan demikian dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja yang terjadi. 4) Kemudahan pengamatan dan pengawasan Dengan digunakannya sistem penerangan yang baik para karyawan akan dapat melakukan pengamatan dan pengawasan yang cukup cermat terhadap objek pekerjaan yang dilakukannya. Hal ini tidak akan dapat dilaksanakan oleh para karyawan apabila penerangan yang diperlukan dalam ruang kerjanya tidak memadai. 5). Peningkatan gairah kerja karyawan Dalam ruang kerja yang gelap para karyawan akan merasa kurang enak bekerja sehingga menimbulkan kebosanan dan gairah kerja akan menurun. Dengan penerangan yang cukup, ruang kerja akan terjaga kebersihannya, karena pengotoran ruangan yang dan dibersihkan lagi. Mudahnya pengamatan, bersihnya ruang kerja, serta tempat yang terang dapat menimbulkan gairah kerja bagi para karyawannya. 6) Tingkat perputaran karyawan akan berkurang Sistem penerangan yang baik akan mampu mempertahankan para karyawan karena mereka betah untuk terus bekerja pada perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan adanya kondisi kerja yang menyenangkan rendahnya tingkat kecelakaan kerja, dan tingginya gairah kerja. Dengan demikian, karyawan yang ingin keluar atau berhenti kerja pun menjadi lebih sedikit. Manajemen Operasi 133 7) Kerusakan barang dalam proses berkurang Adanya sistem penerangan yang baik dapat memudahkan karyawan mengadakan pengamatan yang baik terhadap objek pekerjaannya, mempertinggi gairah dan kualitas kerja, mengurangi tingkat kesalahan, dan mengurangi tingkat kebosanan. Dengan demikian maka proses produksi akan berjalan dengan lebih baik, sehingga kerusakan barang dalam proses akan dapat ditekan serendah-rendahnya. 8) Biaya produksi dapat ditekan Beberapa keuntungan yang telah diuraikan terdahulu, secara akumulatif akan memberi sumbangan terhadap penurunan biaya produksi per satuan. Penurunan biaya produksi akan memberi banyak keuntungan bagi perusahaan karena produk dapat ditawarkan dengan harga jual yang lebih bersaing. b. Sumber penerangan Secara umum, penerangan yang dapat dipergunakan dalam perusahaan ini ditinjau dari sumbemya akan dipisahkan menjadi dua, yaitu penerangan alami dan penerangan buatan. Penerangan alami adalah sistem penerangan yang dilaksanakan dengan memanfaatkan sinar matahari, sedangkan penerangan buatan adalah penerangan dengan mempergunakan energi lain (lampu minyak dan lampu listrik). Untuk memperoleh hasil yang memadai di dalam penyusunan sistem penerangan buatan dalam ruang kerja karyawan, maka manajemen perusahaan hendaknya mempertimbangkan pengaturan pemasangan lampu yang dipergunakan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Pemasangan sumber sinar dapat mempengaruhi efektivitas penyinaran terhadap obyek pekerjaan karyawan. Dalam hal pemasangan sumber sinar ini, terdapat lima cara, yaitu; 1) Penerangan langsung Pemasangan sumber sinar di dalam sistem penerangan Manajemen Operasi 134 2) 3) 4) langsung merupakan penyinaran langsung dari sumber sinar terhadap obyek pekerjaan dan para karyawan perusahaan. Di bawah sinar tersebut akan memperoleh penerangan sebesar 90% sampai 100%, sedangkan pada bagian atas dari sumber sinar tersebut akan berkisar antara 0% sampai dengan 10%. Penerangan setengah langsung Keadaannya hampir sama dengan sistem penerangan langsung, hanya proporsi penyebaran sinar tersebut agak berbeda, yaitu 60% sampai dengan 90%, untuk area di bawah sumber sinar, sedangkan di atas sumber sinar tersebut akan berkisar antara 10% sampai dengan 40%. Penyebaran merata Sistem penerangan dengan cara penyebaran merata merupakan penerangan dengan pancaran sinar yang merata ke dalam seluruh ruangan yang ada di dalam perusahaan tersebut. Di dalam hal ini tidak akan terdapat perbedaan yang menyolok baik pada posisi di atas sumber sinar maupun yang berada di bawah sumber sinar tersebut. Pada umumnya persentase dari penyebaran sinar adalah berkisar antara 40% sampai dengan 60%, yang menyebar secara merata ke seluruh bagian dalam ruangan tersebut. Penerangan setengah tidak langsung Sistem penerangan tidak langsung adalah berusaha menerangi obyek pekerjaan karyawan dengan mempergunakan pembauran sinar. Pada umumnya sumber sinar akan diarahkan kepada langit-langit ruangan, dan darinya akan terdapat pembauran sinar tersebut. Pembauran sinar ini mempunyai tujuan utama untuk mengurangi silaunya cahaya yang ditimbulkan oleh sumber sinar. Penerangan setengah tidak langsung akan mempunyai distribusi kuat penerangan lebih kurang 60% sampai dengan 90% ke bagian atas dari sumber Manajemen Operasi 135 sinar dan 10% sampai dengan 40% pada bagian bawah dari sumber sinar tersebut. 5) Penerangan tidak langsung Sistem penerangan tidak langsung ini merupakan penerangan setengah tidak langsung dengan perbedaan distribusi sinar yang lebih besar lagi. Di dalam penerangan tidak langsung ini, proporsi sinar di atas sumber sinar adalah 90% sampai dengan 100%, sedangkan besarnya distribusi cahaya di bawah sumber sinar tersebut hanya berkisar antara 0% sampai dengan 10%. Pemilihan dari cara pemasangan sumber sinar di dalam ruang kerja para karyawan perusahaan pada umumnya akan tergantung kepada persyaratan teknis dari pekerjaan yang diselesaikan tersebut, kebutuhan para karyawan perusahaan yang berada di dalam ruang kerja yang bersangkutan, besarnya daya yang tersedia untuk masing-masing ruangan tersebut. Pemasangan penerangan langsung dan penyebaran merata pada umumnya akan memerlukan daya yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan sistem penerangan tidak langsung dan sistem penerangan setengah tidak langsung. c. Suhu udara Suhu udara yang terlalu panas bagi para karyawan akan dapat menyebabkan turunnya gairah kerja para karyawan tersebut. Keadaan ini akan menyebabkan para karyawan berbuat kesalahan di dalam pelaksanaan proses produksi, walaupun hal ini tidak disengaja dan semata-mata dipengaruhi oleh panasnya suhu udara yang ada di dalam ruang kerja para karyawan perusahaan tersebut. Beberapa perusahaan tertentu yang karena persyaratan teknis dari pelaksanaan proses produksinya akan terus bekerja pada tingkat temperatur tertentu. Perubahan yang cukup menyolok dari tingkat temperatur yang ditentukan akan dapat berakibat negatif terhadap pelaksanaan proses produksi. Perusahaan Manajemen Operasi 136 semacam ini akan selalu berusaha untuk menjaga temperatur ruang kerja sesuai dengan persyaratan teknis yang ada untuk pelaksanaan proses produksinya. Contohnya, perusahaan yang mempergunakan peralatan produksi yang hanya dapat dipergunakan pada temperatur rendah adalah seperti computer, electronics typewriter, dan peralatan electronic lainnya. Kadang-kadang terjadi pula bahwa proses baru akan dapat menghasilkan output yang memadai apabila temperatur dalam pelaksanaan proses produksinya rendah. Contohnya, perusahaan yang memproduksi jamur merang. Di samping itu, adapula ruang kerja karyawan yang selalu berada dalam temperatur yang tinggi. Contohnya, perusahaan pengecoran baja, perusahaan besi beton, dan lain sebagainya. Di dalam perusahaan yang keadaan ruangan kerjanya terlalu panas atau terlalu dingin, maka perusahaan yang tersebut akan memperlengkapi para karyawannya dengan peralatan khusus tertentu agar dapat mengurangi dampak negatif dari pengaruh suhu udara tersebut. Pengaturan suhu udara yang baik di dalam pabrik dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, antara lain meliputi: 1) Ventilasi yang cukup Bila pabrik dilengkapi ventilasi udara yang cukup memadai, maka akan terjadi pertukaran udara sehingga dampak pengotoran udara dalam pabrik dan suhu panas dapat ditekan serendah-rendahnya. 2) Pemasangan kipas angin Cara lain untuk mendapatkan pertukaran udara sehingga suhu udara di dalam pabrik terasa sejuk dan tidak panas adalah dengan memasang kipas angin. Di samping kipas angin yang berfungsi sebagai pengatur sirkulasi udara terdapat pula kipas angin yang juga berfungsi sebagai ventilasi. 3) Pemasangan air conditioning Manajemen Operasi 137 Alat pengatur suhu udara yang lebih canggih dewasa ini adalah air conditioning (AC). Air conditioning ini selain berfungsi sebagai pengatur suhu udara dalam ruang kerja juga berfungsi sebagai alat untuk mengurangi kelembaban udara dalam ruangan. Biaya pemasangan air conditioning masih relatif cukup mahal bagi perusahaan-perusahaan kecil dan menengah. 4) Pemasangan humidifier Dengan humidifier kelembaban udara di dalam ruang kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan proses produksi perusahaan. d. Bunyi atau suara bising Lingkungan kerja yang menimbulkan suara yang ribut, bising dan mengganggu pendengaran pekerja akan membuat karyawan bekerja dengan tidak nyaman dan tidak berkonsentrasi penuh. Suara ribut dan bising yang terus-menerus terjadi di dalam ruang kerja karyawan di dalam jangka waktu yang panjang akan dapat menurunkan kepekaan pendengaran para karyawan dan juga akan dapat mengakibatkan penurunan potensi untuk berkomunikasi di antara para karyawan di dalam perusahaan. Komunikasi yang lamban dan tidak efektif akan berakibat pula terhadap produktivitas kerja para karyawan, karena lalulintas informasi di dalam perusahaan yang bersangkutan menjadi tidak lancar. Untuk menanggulangi hal ini, maka suara-suara yang mengganggu tersebut perlu dikendalikan. Ada beberapa cara untuk mengatasi gangguan suara dalam pabrik antara lain : 1) Pengendalian sumber suara Suara bising dan ribut dalam pabrik biasanya bersumber dari peralatan dan mesin produksi yang ada. Karena itu, pemeliharaan yang baik, perawatan yang teratur, dan pengecekkan (service) terhadap mesin dan peralatan produksi pada waktu yang ditentukan secara teratur akan dapat Manajemen Operasi 138 meminimalisir suara ribut dan bising. 2) Isolasi dari suara Selain mengendalikan suara seperti yang telah diuraikan dalam point satu di atas, suara ribut dari mesin-mesin juga dapat diisolir dalam ruang mesin. Dengan demikian, suara tersebut tidak mengganggu pekerjaan karyawan lainnya pada ruangan yang lain. Isolasi dilakukan dengan cara menutup rapat ruang mesin dengan dinding tembok yang kuat, pintu dibuat dalam jumlah yang seperlunya dan kedap suara. 3) Penggunaan peredam suara Pada beberapa ruangan tertentu, misalnya ruang administrasi umum dan ruang administrasi penjualan seringkali digunakan alat peredam suara untuk mengurangi suara bising yang ditimbulkan oleh mesin dan peralatan produksi dalam pabrik, serta suara-suara lain yang diperkirakan dapat mengganggu ketenangan dalam ruangan tersebut. 4) Penggunaan sistem akustik Penggunaan sistem akustik dapat meredam suara-suara yang mengganggu proses pekerjaan. Sistem ini diterapkan dengan cara mengatur susunan ruangan sedemikian rupa dengan mempertim-bangkan sifat-sifat suara dan pantulannya, sehingga pada ruang-ruang tertentu dapat diminimalisir suarasuara yang tidak dikehendaki. 5) Pemakaian alat pelindung telinga Untuk ruangan-ruangan tertentu yang tidak bisa dihindari sama sekali suara-suara ribut dan mengganggu, maka cara satu-satunya adalah dengan meng-gunakan alat pelindung telinga. Tujuannya adalah untuk menghindari dampak negatif dari gangguan suara tersebut terhadap para karyawan yang bekerja dalam ruangan tersebut. e. Penggunaan warna Manajemen Operasi 139 Penggunaan wama di dalam ruang kerja para karyawan akan dipengaruhi oleh sistem penerangan yang dipergunakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Untuk kepentingan pembauran sinar (yang dipergunakan di dalam sistem penerangan buatan dengan cara penerangan tidak langsung), maka warna-wama cerah akan dapat membantu tercapainya pembauran sinar tersebut dengan baik. Apabila dipilih warna gelap untuk dasar pembauran sinar, maka akibatnya akan terlalu banyak sinar yang hilang dalam proses pembauran sinar yang dilaksanakan dalam ruangan perusahaan yang bersangkutan. Pada tabel berikut ini akan disajikan tingkat pemantulan cahaya dari warna-wama yang sering dipergunakan di dalam perusahaan-perusahaan besar pada umumnya. Tabel 19. Perkiraan pemantulan sinar dari warnayang dipergunakan No Permukaan Warria Pemantulan 1 Atap/langit-langit Putih 75% - 80% 2 Dinding atas Hijau muda 50% - 55% Kuning muda 50% - 55% Hijau tua 25% - 35% Kuning tua 25% - 35% Hijau sedang 30% - 40% Kuning sedang 30% - 40% 3 4 5 Dinding bawah Dasar tempat kerja Lantai 10% - 20% Pada dasar pemilihan warna ini mempunyai tujuan untuk dapat memperjelas pengamatan karyawan perusahaan kepada obyek pekerjaan. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam Manajemen Operasi 140 pemilihan warna, antara lain o warna dari peralatan produksi, o warna dari bahan dan barang dalam proses, dan o warna sekeliling ruang kerja di dalam perusahaan yang bersangkutan. f. Ruang gerak yang diperlukan Ruang gerak dari para karyawan yang bekerja dalam suatu perusahaan tertentu haras diberikan sesuai dengan besar ruangan yang diperlukan, agar para karyawan tersebut dapat leluasa bergerak dengan baik. Terlalu sempitnya ruang gerak yang disediakan oleh perusahaan bagi para karyawannya, akan dapat mengakibatkan para karyawan tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga produktivitas kerja para karyawan akan menjadi rendah. Dan sebaliknya, ruang gerak yang terlalu besar bagi para karyawan akan dapat menurunkan tingkat produktivitas perusahaan. Ruang gerak yang terlalu besar akan menimbulkan pemborosan ruangan di dalam perusahaan tersebut, hal ini berarti terdapatnya pemborosan di dalam investasi gedung beserta biaya pemeliharaannya. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, maka manajemen perusahaan harus dapat menyusun suatu perencanaan yang tepat untuk ruang gerak yang diperlukan oleh para karyawan tersebut. Keamanan kerja Pada umumnya perencanaan keamanan kerja yang disusun untuk suatu perusahaan akan berhubungan erat dengan layout pabrik yang dipergunakan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Keamanan kerja sangat tergantung kepada mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan serta ruang gerak yang disediakan untuk para karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Ruang gerak yang cukup tersedia dan keamanan penggunaan mesin dan peralatan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan akan Manajemen Operasi 141 dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja. Keamanan kerja yang terdapat di dalam sebuah perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan peningkatan gairah kerja serta disiplin kerja dari para karyawan. Para karyawan perusahaan akan merasa aman dan tenteram untuk bekerja dan akan mempunyai gairah kerja yang tinggi dalam perusahaan yang keamanan kerja cukup memadai. Sebaliknya, apabila keamanan kerja dalam suatu perusahaan tidak dapat terjamin, maka para karyawan akan melaksanakan pekerjaan tanpa dilandasi dengan gairah kerja yang tinggi, sehingga produktivitas kerja mereka akan menjadi sangat rendah pula. Adapun beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab turunnya tingkat keamanan kerja, antara lain: 1) tidak cukupnya ruang gerak yang diperlukan oleh para karyawan pada tempat kerja karyawan yang bersangkutan, 2) luas gudang yang tidak memadai, sehingga menyulitkan proses penyimpanan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi, 3) tersedianya peralatan pemindahan material yang tidak memadai, baik dalam jenis maupun dalam kapasitas, 4) tidak kuatnya daya tahan dari lantai yang dipergunakan sebagai tempat pelaksanaan proses produksi, 5) terdapatnya beberapa gangguan proses produksi yang dikarenakan oleh rusaknya lantai pabrik (retak, pecah, dan berlubang), 6) lantai pabrik yang terlalu licin, sehingga para karyawan mudah untuk tergelincir, terutama para karyawan yang sedang membawa beban yang cukup berat, 7) tidak cukupnya jalan keluar masuk dari masing-masing bagian di dalam perusahaan tersebut, terutama pada saat-saat ada bahaya, Manajemen Operasi 142 8) tidak cukupnya jumlah karyawan, sehingga akan terdapat kesulitan dalam proses pemindahan material dan peralatan produksi, 9) tidak tersedianya alat pemadam kebakaran di dalam jumlah yang memadai, 10) tempat kerja para karyawan merupakan daerah bahaya, 11) jumlah ventilasi yang tidak memadai, sehingga pertukaran udara di dalam ruang kerja para karyawan tidak dapat terlaksana dengan baik, 12) pemasangan tanda bahaya dalam perusahaan yang tidak mudah terlihat oleh karyawan dan orang lain yang melewati daerah tersebut, faktor kehati-hatian para karyawan tersebut. Beberapa karyawan agak segan untuk mempergunakan alatalat pengamanan dalam pelaksanaan kerja. Hal-hal tersebut di atas hanyalah merupakan sebagian contoh saja dari beberapa penyebab terjadinya kecelakaan yang sering terjadi di dalam perusahaan. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka manajemen perusahaan hendaknya dapat menyusun perencanaan keamanan kerja yang cukup memadai di dalam perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian tingkat kecelakaan kerja akan dapat ditekan serendah mungkin, bahkan niungkin dapat dihilangkan sama sekali. C. Hubungan antar karyawan Karyawan yang dipekerjakan dalam perusahaan tidak dapat diperlakukan sama dengan mesin atau peralatan. Mereka bisa menjadi faktor pendorong bagi pencapaian tujuan perusahaan, atau malah sebaliknya sebagai faktor penghambat bagi pencapaian tujuan perusahaan. Karena itu, pihak manajemen harus mampu untuk mengelola para karyawan yang ada dengan sebaik-baiknya agar mereka mau bekerja dengan baik dan mencurahkan seluruh Manajemen Operasi 143 keahliannya bagi kemajuan perusahaan. a. Karyawan sebagai individu dan kelompok Sebagai individu, para karyawan akan bekerja agar dapat menopang kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, para karyawan ini apabila tidak memperoleh perhatian dan pengarahan yang baik oleh pihak manajemen perusahaan, maka mereka akan cenderung untuk mengejar kuantitas kerja saja, tanpa memperhatikan kualitas kerja serta kualitas produk sebagai hasil kerja mereka. Keadaan semacam ini akan kelihatan di dalam perusahaan yang sistem pengupahannya didasarkan kepada banyaknya unit yang dihasilkan oleh para karyawan. Tujuan seseorang bekerja dalam suatu organisasi (perusahaan) adalah untuk menggapai ambisi dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Secara umum, kebutuhan karyawan dapat dikelompokkan atas tiga macam, yaitu: 1. Kebutuhan ekonomis, Kebutuhan yang bersifat ekonomi antara lain dipenuhi dengan perolehan gaji dan insentif yang cukup memadai bagi karyawan yang bersangkutan dan keluarganya. Dengan demikian, mereka dapat hidup secara layak sebagaimana yang dijalani oleh orang lain. 2. Kebutuhan sosial, Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat melepaskan diri dah lingkungan masyarakat di mana ia berada. Karena itu seorang karyawan juga perlu berinteraksi baik dengan sesama karyawan, dengan pimpinan, maupun dengan masyarakat sekitar di mana ia berada. 3. Kebutuhan psikologis. Selain kedua kebutuhan tersebut di atas, seorang karyawan juga membutuhkan pujian dan penghargaan atas apa yang Manajemen Operasi 144 telah diperbuat, dengan begitu ia merasa dihargai sehingga akan lebih giat lagi bekerja. Pada umumnya karyawan akan selalu berusaha untuk mencapai ketiga macam keinginan tersebut. Manajemen perusahaan yang bijaksana akan selalu mempelajari keinginan para karyawan, untuk kemudian berusaha mengarah-kannya sesuai dengan tujuan perusahaan. Di samping pengarahan yang selayaknya diberikan kepada para karyawan sebagai individu, maka pengarahan terhadap para karyawan sebagai kelompok perlu pula dilaksanakan oleh pihak manajemen perusahaan. Beberapa masalah yang perlu diperhatikan di dalam pengarahan karyawan sebagai kelompok, antara Iain: 1) Kepemimpinan yang baik Kepemimpinan yang baik akan mendorong para karyawan untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya dan penuh gairah kerja yang cukup tinggi. Sebaliknya kepemimpinan yang buruk atau jelek akan mengundang protes dan bahkan pemogokkan kerja dari para karyawan. Dengan demikian kepemimpinan yang baik ini sudah merupakan bagian dari pengarahan terhadap para karyawan yang bekerja dalam perusahaan yang bersangkutan. 2) Informasi yang yang lancar Informasi yang lancar amat diperlukan oleh karyawan terutama dalam rangka penyelesaian tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh para karyawan mungkin belum sepenuhnya dimengerti oleh mereka. Dengan adanya kelancaran informasi, baik informasi tentang tugas-tugas karyawan maupun informasi tentang hakhak yang dapat diperoleh para karyawan perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya, apabila seluruh informasi yang ada di dalam perusahaan tidak dapat dimengerti oleh karyawan, Manajemen Operasi 145 3) 4) 5) maka mereka tidak akan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik. Oleh karena kadangkadang para karyawan tidak tahu tugas apa yang harus dilaksanakan, dan tugas apa yang harus didahulukan serta mana yang dapat ditinggalkan untuk sementara waktu. Hubungan karyawan yang baik Hubungan karyawan yang baik akan dapat menimbulkan rasa aman bagi para karyawan di dalam melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan. Selain itu, dengan adanya hubungan karyawan yang baik, para karyawan dapat menghindarkan diri dari konflik yang mungkin timbul dalam perusahaan. Konflik ini selain akan dapat menurunkan tingkat produktivitas kerja para karyawan juga akan dapat berakibat terjadinya kerusakan dari mesin dan perlatan produksi yang dipergunakan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Pengaturan kondisi kerja yang baik Kondisi kerja yang baik tentunya dapat mempengaruhi produktivitas kerja para karyawan, sehingga secara tidak langsung juga akan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas perusahaan. Dengan adanya pengaturan dan pemeli-haraan kondisi kerja yang baik ini berarti perusahaan tersebut berusaha untuk dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan produktivitas perusahaan. Sistem pengupahan yang dimengerti Karyawan pada umumnya menginginkan kejelasan upah atau gaji yang menjadi haknya. Sistem pengupahan yang mudah dimengerti oleh karyawan akan mendorong mereka bekerja dengan lebih baik. Dengan sistem pengupahan semacam ini para karyawan akan merasa puas dengan upah atau gaji yang diterimanya, karena mengerti cara perhitungan upah atau gaji. Sebaliknya, apabila perusahaan menggunakan Manajemen Operasi 146 sistem upah atau gaji yang sulit dimengerti, maka tidak mengherankan bila banyak karyawan akan berkeluh kesah atau merasa tidak puas dengan upah atau gaji yang diterimanya. Di samping faktor-faktor tersebut di atas, masih banyak faktor lain yang dapat dipergunakan oleh pihak manajemen perusahaan untuk dapat memberikan pengarahan kepada para karyawan. Pengarahan terhadap para karyawan perusahaan sebagai suatu kelompok sangat perlu diperhatikan oleh pihak manajemen perusahaan, karena bagaimanapun pelaksanaan proses produksi akan dilaksanakan dengan cara berkelompok. b. Penyesuaian segitiga Sebagaimana diketahui bahwa pengarahan terhadap para karyawan oleh pihak manajemen perusahaan sangat diperlukan di dalam suatu perusahaan tertentu. Pengarahan terhadap para karyawan ini tidak terbatas hanya bagi para karyawan yang sudah lama bekerja di dalam perusahaan yang bersangkutan, melainkan juga pengarahan terhadap para karyawan yang baru masuk dan bekerja di dalam kelompok kerja para karyawan yang sudah ada. Dengan adanya karyawan baru yang bergabung untuk bekerja di dalam kelompok yang sudah ada ini akan dapat menimbulkan berbagai macam tanggapan dari para karyawan yang sudah ada. Baik tanggapan yang bersifat positif ataupun tanggapan yang bersifat negatif. Tanggapan para karyawan yang sudah ada di dalam perusahaan ini akan dapat ikut mempengaruhi jalannya pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan tersebut. Tanggapan yang bersifat positif dari karyawan yang sudah bekerja lama terhadap karyawan baru akan dapat menambah kelancaran jalannya pelaksanaan proses produksi. Sebaliknya, tanggapan yang bersifat negatif terhadap parakaryawan baru akan dapat merusakkan hubungan antar karyawan, sehingga pelaksanaan proses produksi yang sedang berjalan dapat menjadi terganggu. Manajemen Operasi 147 c. Peningkatan motivasi kerja Pelaksanaan proses produksi di dalam suatu perusahaan akan dipengaruhi oleh produktivitas kerja dari para karyawan. Tinggi rendahnya produktivitas kerja para karyawan ini akan mencerminkan produktivitas kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Tingginya produktivitas kerja para karyawan sangat dipengaruhi oleh kondisi kerja yang ada, minat dan dorongan di dalam diri karyawan tersebut untuk dapat bekerja dengan baik. Minat dan dorongan untuk dapat bekerja dengan baik dari dalam diri para karyawan ini disebut sebagai motivasi kerja. Motivasi kerja merupakan hal yang sangat penting di dalam pelaksanaan proses produksi, hal ini karena tingginya produktivitas dari para karyawan yang bekerja di dalam perusahaan sebagian besar akan ditentukan oleh kemauan para karyawan untuk berbuat sesuatu. Secara etimologis pengertian motivasi kerja berasal dari kata motif yang artinya kebutuhan, keinginan, atau dorongan (dari dalam) yang ada pada para karyawan, sedangkan motivasi adalah kemauan untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Motivasi kerja seseorang karyawan akan ditentukan oleh intensitas motifhya. Dengan demikian, di dalam rangka usaha untuk meningkatkan motivasi kerja para karyawan perusahaan, maka manajemen perusahaan seharusnya dapat mengetahui kebutuhan dan keinginan apa yang diperlukan oleh para karyawan atau hal apa saja yang kiranya akan dapat dijadikan sebagai faktor pendorong terhadap para karyawan yang bekerja pada perusahaan yang bersangkutan. Salah satu teori tentang motivasi yang terkenal dan sering dipergunakan oleh perusahaan adalah teori hierarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Teori hierarki kebutuhan ini disusun berdasarkan atas dua anggapan dasar, yaitu: Manajemen Operasi 148 kebutuhan manusia itu akan tergantung pekada apa yang dipunyainya, dan kebutuhan manusia itu merupakan suatu hierarki apabila dilihat dari pentingnya kebutuhan itu. Kebutuhan manusia menurut Maslow terdiri dari lima kategori, antara lain: 1) kebutuhan flsiologikal, yaitu kebutuhan dasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan kehidupannya. Misalnya kebutuhan akan makan, minum, perumahan, pakaian, dan lain sebagainya. 2) kebutuhan akan rasa aman, meliputi kebutuhan akan adanya perlindungan dari rasa sakit, ketidakmampuan ekonomis, keselamatan dan keamanan kerja, keselamatan, keluarga, dan lain sebagainya. 3) kebutuhan sosial, di dalam hal ini para karyawan mulai memikirkan adanya kebutuhan bahwa dirinya juga diperlukan oleh para karyawan yang lain atau oleh perusahaan. Rasa diterima dalam kelompok, dan kebutuhan akan rasa saling mencintai termasuk di dalam kategori kebutuhan sosial ini. 4) kebutuhan untuk memperoleh penghargaan, pengakuan, status, prestise, dlsb. 5) kebutuhan akan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan untuk dapat memperkembangkan potensi yang ada dalam dirinya sehingga dapat berkembang menjadi semaksimal mungkin. Contohnya, seorang kepala bagian produksi akan berusaha untuk dapat menjadi kepala bagian produksi yang baik pula. Walaupun konsep tentang hierarki kebutuhan ini pada umumnya dipergunakan oleh banyak perusahaan, namun demikian tidak menutup adanya beberapa kemungkinan terdapatnya beberapa hal yang merupakan kelemahan atau kesulitan Manajemen Operasi 149 1) pada umumnya akan terdapat kesulitan untuk melihat adanya hierarki kebutuhan tersebut. Namun demikian nampaknya terdapat dua macam kebutuhan yang dapat dipisahkan, yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan yang lain apabila kebutuhan biologis ini sudah terpenuhi; 2) intensitas tingkat hierarki kebutuhan yang lebih tinggi untuk individu yang berbeda tentunya akan berbeda pula; 3) dirasakan terdapat kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi tersebut bukannya semata-mata karena kebutuhan pada tingkat di bawahnya sudah terpenuhi, melainkan karena beberapa faktor lain, seperti terdapatnya peningkatan karier, terdapatnya kenaikan jabatan, dan lain sebagainya; 4) terdapat kesulitan untuk mengukur terpuasinya suatu kebutuhan yang dirasakan oleh para karyawan tersebut. Teori yang lain tentang motivasi kerja yang sering pula dipergunakan di dalam perusahaan pada umumnya adalah teori X dan teori Y. Teori ini dijelaskan oleh Douglass McGregor yang pada intinya adalah bahwa sikap dari manajemen perusahaan terhadap para karyawan yang bekerja pada perusahaan yang bersang-kutan akan dapat mempengaruhi motivasi kerja para karyawan tersebut. Di dalam hal ini terdapat dua sikap dasar yang sering dipergunakan oleh manajemen perusahaan, yaitu sikap yang berdasarkan pada teori X dan sikap yang berdasarkan teori Y. Beberapa anggapan dasar yang dipergunakan oleh teori X ini adalah sebagai berikut. 1) pada umumnya, karyawan yang bekerja dalam perusahaan adalah karyawan yang tidak suka bekerja, 2) kebanyakan karyawan tidak punya ambisi, tidak punya tanggungjawab, dan tidak punya inisiatif. Pada umumnya para karyawan tersebut lebih suka diberikan pengarahan tentang apa yang harus mereka kerjakan, Manajemen Operasi 150 3) 4) 5) pada umumnya karyawan yang bekerja di dalam perusahaan tidak mampu memecahkan persoalan yang ada secara kreatif, karyawan pada umumnya akan terdorong untuk bekerja karena kebutuhan fisiologikal dan kebutuhan akan keamanan, dengan keadaan karyawan yang bekerja pada perusahaan tersebut, maka karyawan harus dikendalikan secara ketat. Dalam keadaan tertentu karyawan yang seringkali harus dipaksakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Adapun beberapa anggapan dasar yang dipergunakan oleh teori Y tersebut, adalah sebagai berikut: 1) pada umumnya karyawan yang bekerja adalah merupakan suatu hal yang biasa. Bekerja bukanlah merupakan hal yang luar biasa dan bukan merupakan hal yang tidak disukai; 2) pengendalian terhadap diri sendiri merupakan hal yang sangat penting di dalam mencapai tujuan perusahaan; 3) pada umumnya sebagian besar dari karyawan yang bekerja dalam perusahaan mempunyai kemampuan pemecahan masalah secara kreatif; 4) kebutuhan dirasakan oleh karyawan yang bekerja di dalam perusahaan tersebut akan meliputi kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri selain pada kebutuhan yang lebih rendah; 5) pada umumnya karyawan kreatif dan dapat mengendalikan dan mengarahkan dirinya sendiri, apabila cara pemberian motivasi terhadap para karyawan tepat. Di dalam usaha untuk dapat mengadakan peningkatan motivasi kerja karyawan ini, sebenarnya masih terdapat beberapa macam teori motivasi yang lain, antara lain teori dua faktor (Herzberg), teori ekspektasi (Vroom), teori prestasi (McClelland, Atkinson), dan lain-lainnya. Manajemen Operasi 151 d. Tujuan secara terpadu Para karyawan yang bekerja dalam perusahaan akan terbagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan tugas-tugas yang hams dilaksanakan. Para karyawan yang bekerja di dalam perusahaan ini akan bekerja pada bagian-bagian yang berbeda, lebih terperinci lagi pada seksi yang berbeda, atau bahkan di dalam subseksi yang berbeda. Walaupun para karyawan ini bekerja di dalam sebuah perusahaan yang sama, namun masalah yang dihadapi dan diselesaikan oleh para karyawan tersebut secara individual adalah tidak sama. Pada umumnya para karyawan perusahaan hanya mengetahui secara pasti tentang persoalan yang dihadapi sehariharinya yang terjadi di dalam bagian atau seksi di mana mereka bekerja. Tidak jarang terjadi bahwa para karyawan (terutama para karyawan tingkat menengah ke bawah) tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada seksi atau bagian yang lain di dalam perusahaan di mana mereka bekerja. Keadaan semacam ini akan lebih terasa lagi pada perusahaan-perusahaan besar, di mana kantor dan tempat kerja dari masing-masing bagian kadang-kadang dipisahkan oleh jarak yang relatif cukup jauh. Jumlah bagian yang cukup banyak, permasalahan masing-masing bagian yang cukup kompleks, kesibukan sehari-hari dalam bagian masing-masing yang sangat menyita waktu dan tenaga, kadang-kadang mengakibat-kan para karyawan tidak mengetahui lagi kesibukan dan kegiatan dari bagian yang lain selain bagian di mana mereka bekerja. Para karyawan yang bekerja dalam perusahaan biasanya hanya mengetahui tujuan dari bagian atau seksi di mana mereka bekerja saja. Demikian pula rencana kerja dan kegiatan yang akan dilaksanakan, hanya karyawan dari bagian yang bersangkutan saja yang mengetahuinya. Padahal, di dalam rangka untuk mencapai tujuan perusahaan secara umum, kadang terdapat pertentangan Manajemen Operasi 152 kepentingan dari masing-masing bagian, sehingga seringkali terjadi tujuan jangka pendek dari masing-masing bagian berbeda-beda, bahkan kadang-kadang tujuan masing-masing bagian ini mempunyai arah yang tidak selalu sama. Di dalam kedaaan seperti ini, peranan dari manajemen perusahaan sebagai pembuat kebijaksanaan dan pengambil keputusan harus benar-benar ditonjolkan, sehingga para karyawan dapat mengerti tujuan perusahaan di mana mereka bekerja. Dengan demikian, maka para karyawan akan dapat mengerti dan memahami, bahwa yang terpenting adalah pencapaian tujuan perusahaan secara terpadu, dan bukannya tujuan bagian dalam perusahaan tersebut. Tujuan yang hendak dicapai oleh bagian yang bersangkutan tidak lain hanyalah untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan, dan bukannya sekedar mencapai tujuan bagian yang tidak ada kaitannya dengan tujuan perusahaan secara umum. Di dalam jangka pendek, kadang-kadang terjadi adanya kontradiksi dari tujuan masing-masing bagian di dalam perusahaan. Namun demikian sebenarnya di dalam jangka panjang tujuan masing-masing bagian akan menjadi pendukung tercapainya tujuan perusahaan secara umum. Adapun beberapa contoh terdapatnya kontradiksi dari tujuan masing-masing bagian di dalam perusahaan, antara lain: a. Bagian penjualan Bagian penjualan dari suatu perusahaan biasanya akan berusaha untuk melaksanakan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada para langganan atau konsumen. Hal ini disebabkan karena bagian penjualan mempunyai tujuan untuk mengadakan penjualan produk perusahaan sebanyak-banyaknya. Untuk dapat menggairahkan para calon pembeli terhadap produk perusahaan, maka bagian penjualan akan mengadakan penjualan secara kredit dengan tingkat bunga yang serendah-rendahnya dan persyaratan kredit yang Manajemen Operasi 153 selunak mungkin. Dengan cara ini diharapkan akan meningkatkan jumlah penjualan produk dari perusahaan yang bersangkutan. Secara singkat bagian penjualan di dalam perusahaan-perusahaan pada umumnya menghendaki adanya persyaratan kredit penjualan yang selunak mungkin, jumlah produk akhir secukupnya saja, dan variasi produk akhir yang sebanyakbanyaknya b. Bagian produksi Bagian produksi akan selalu berupaya untuk dapat berproduksi pada tingkat yang paling optimal. Pada tingkat produksi yang optimal ini akan diperoleh berbagai macam penghematan atau efisiensi produksi di mana biaya produksi per unit produk akan dapat ditekan menjadi serendah-rendahnya, sehingga harga jual produk diharapkan akan dapat bersaing dengan produk sejenis dari perusahaan yang lain. Pelaksanaan proses produksi akan menjadi sangat efisien apabila produk yang dihasilkan oleh perusahaan adalah produk tunggal, artinya hanya terdapat satu produk yang diproduksikan oleh perusahaan tersebut. Diproduksikannya satu macam produk saja, maka perusahaan akan memperoleh kemudahan di dalam melaksanakan proses produksi dan jumlah produk yang dihasilkan di dalam setiap periode tersebut adalah besar. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa bagian produksi di dalam perusahaan akan menghendaki jumlah produk akhir adalah banyak dan variasi produk akhir hampir tidak ada. c. Bagian keuangan Sudah menjadi hal yang sangat wajar apabila bagian keuangan di dalam suatu perusahaan selalu menjaga agar likuiditas perusahaan tidak terganggu, atau perusahaan tersebut selalu dapat memenuhi segala kewajiban finansial jangka pendek. Manajemen Operasi 154 Hal ini disebabkan oleh karena perusahaan yang dapat menjaga likuiditasnya akan dapat lebih dipercaya baik oleh para langganan maupun oleh para leveransir, dan dapat melaksanakan operasi perusahaan tanpa adanya ketakutan terhadap ketidakmampuan pembayaran dari perusahaan tersebut. Perusahaan lain yang mempunyai hubungan operasional dengan perusahaan tersebut juga merasa aman karena tidak ada kekhawatiran bahwa perusahaan yang bersangkutan akan mempunyai tunggakan yang sulit ditagih. Sehubungan dengan usaha untuk dapat mempertahankan likuiditas perusahaan dengan sebaik-baiknya dalam kaitannya dengan penjualan produk perusahaan ini, maka mengingat kepentingan bagian keuangan perusahaan sebaiknya mengadakan penjualan produk tersebut dengan pembayaran tunai saja. Dengan penjualan tunai ini maka perusahaan tidak perlu untuk mengurusi masalah penagihan piutang perusahaan, yang kadang-kadang dari seluruh piutang perusahaan yang ada, akan terdapat sebagian yang tidak dapat ditagih sama sekali. Namun demikian apabila perusahaan hams melaksanakan penjualan kredit (mengingat penjualan secara tunai tidak akan mencapai jumlah penjualan yang memadai), maka penjualan kredit ini harus dilaksanakan dengan berbagai macam persyaratan yang cukup ketat. Persyaratan penjualan kredit dari perusahaan yang cukup ketat bertujuan agar penjualan kredit tersebut sampai pada saat pembayarannya dapat direalisir dengan mudah sehingga tidak menyulitkan keadaan keuangan perusahaan. Apabila perusahaan mengadakan penjualan kredit dengan syarat yang sangat lunak dan seleksi pengambil kredit yang sangat longgar, maka dikhawatirkan pada saat realisasi pembayaran kredit ini akan mengalami kemacetan dan kesulitan sehingga Manajemen Operasi 155 akibatnya akan dapat menyulitkan kedaan likuiditas perusahaan. Di samping persyaratan penjualan kredit dan seleksi pengambil kredit yang cukup ketat, maka dalam upaya untuk menjaga likuiditas perusahaan, bagian keuangan sangat perlu untuk membuat pembatasan anggaran yang akan dipergunakan oleh bagian-bagian yang lain dalam perusahaan yang bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh karena tanpa adanya batas atas dari anggaran untuk masing-masing bagian di dalam perusahaan, maka masing-masing bagian akan membuat anggaran pengeluaran yang berlebihan sehingga akan menimbulkan kesulitan keuangan bagi perusahaan. Secara singkat bagian keuangan akan berusaha untuk dapat menentukan batas atas anggaran untuk setiap bagian, dan membuat parsyaratan penjualan kredit seketat mungkin. d. Bagian personalia Bagian personalia di dalam suatu perusahaan pada umumnya akan menginginkan terdapatnya tingkat perputaran karyawan (labour turn over) yang rendah. Tingkat perputaran karyawan yang tinggi akan menyebabkan perusahaan akan mengeluarkan biaya tenaga kerja yang lebih besar. Biaya penarikan dan pengembangan tenaga kerja akan semakin besar apabila tingkat perputaran karyawan dalam perusahaan yang bersangkutan cukup tinggi. Biaya penarikan dan pengembangan para karyawan tersebut menjadi tidak sebanding lagi dengan manfaat yang diperoleh perusahaan apabila para karyawan yang bekerja tersebut dalam waktu yang relatif pendek sudah keluar dari perusahaan yang bersangkutan. Di samping itu ketrampilan para karyawan baru akan berbeda dengan para karyawan yang sudah lama bekerja, sehingga produktivitas kerja para karyawan secara keseluruhan akan menurun dengan semakin sering terjadi pergantian karyawan perusahaan. Untuk mengusahakan agar tingkat perputaran karyawan berada Manajemen Operasi 156 e. pada tingkat yang rendah, maka bagian personalia akan berusaha keras untuk dapat membuat para karyawan selalu loyal kepada perusahaan yang bersangkutan. Pencapaian hal tersebut dapat dilaksanakan dengan berusaha memenuhi segala kebutuhan para karyawan tersebut. Misalnya dengan memberi gaji yang layak, menyediakan fasilitas olah raga, membuat program rekreasi akhir tahun, dan lain sebagainya. Dalam usaha untuk mengadakan peningkatan produktivitas kerja karyawan, bagian personalia umumnya akan menghendaki batas anggaran setinggi mungkin, dan penyediaan fasilitas yang cukup untuk para karyawan perusahaan Bagian pemeliharaan Bagian pemeliharaan akan selalu berusaha agar mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan selalu berada dalam keadaan siap pakai dan tidak menimbulkan gangguan di dalam pelaksanaan proses produksi. Sehubungan dengan kepentingan bagian pemeliharaan, maka di dalam setiap pembelian mesin dan peralatan produksi perlu diperhatikan kualitas dari mesin dan peralatan produksi tersebut. Pemilihan mesin dan peralatan produksi yang berkualitas tinggi akan diperlukan jumlah dana yang cukup besar baik untuk pembelian maupun pemeliharaan rutinnya. Hal-hal tersebut di atas merupakan contoh dari terdapatnya kontradiksi yang ada pada tujuan jangka pendek dalam suatu perusahaan. Masing-masing bagian di dalam perusahaan akan saling menonjolkan tujuan dari bagiannya dan pada umumnya agak kurang memperhatikan kepentingan bagian yang lain walaupun berada dalam sebuah perusahaan yang sama. Keadaan ini akan bertambah jelek lagi apabila hubungan antar karyawan tidak baik, kepentingan yang diutarakan sudah bukan lagi kepentingan perusahaan melainkan sudah mengarah kepada pemenuhan kepentingan pribadi dengan mempergunakan kedok kepentingan bagian perusahaan tersebut. Manajemen Operasi 157 Keadaan yang buruk di dalam suatu perusahaan akan dapat dihindarkan dengan cara pemberian pengarahan yang cukup dari manajemen perusahaan kepada masing-masing bagian yang ada. Perlu ditekankan bahwa apabila masing-masing bagian di dalam perusahaan selalu mementingkan tujuan jangka pendek dari bagian yang bersangkutan, maka tujuan perusahaan secara keseluruhan tidak akan tercapai. Perusahaan hanya akan dapat mencapai tujuan umumnya apabila setiap bagian yang ada dapat menyesuaikan tujuan jangka pendeknya dengan tujuan umum perusahaan. Jadi sebenarnya masingmasing bagian harus melihat dahulu tujuan perusahaan secara umum, baru kemudian menterjemahkannya ke dalam tujuan masing-masing bagian. Dengan demikian, maka tujuan perusahaan akan dapat dicapai secara bersama oleh masing-masing bagian dalam perusahaan. Penjelasan dan pengarahan pencapaian tujuan secara terpadu ini akan sangat perlu dilaksanakan dalam rangka pembinaan hubungan antar karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Tujuan yang perlu dicapai secara bersama-sama adalah tujuan perusahaan, dan bukan sekedar penonjolan dari tujuan masingmasing bagian. Rasa persatuan dan kesatuan sebagai karyawan perusahaan sangat diperlukan untuk dapat menciptakan hubungan karyawan yang baik. Pada perusahaan-perusahaan besar, di mana dimungkinkan seorang karyawan sangat sulit untuk berkomunikasi dengan karyawan pada bagian lain, maka penanaman rasa kebersamaan sebagai satu kesatuan karyawan mutlak diperlukan. Penanaman rasa kebersamaan ini akan dapat membuahkan hubungan kerja yang baik sehingga produktivitas kerja para karyawan akan dapat ditingkatkan menjadi semaksimal mungkin. Di dalam hal ini kiranya sangat perlu untuk diingatkan bahwa pembentukan bagian atau departemen di dalam perusahaan adalah untuk mempermudah tercapainya tujuan umum perusahaan dan bukan untuk menjauhkannya. Manajemen Operasi 158 BAB VII LUAS PRODUKSI DAN POLA PRODUKSI Salah satu aspek terpenting dalam perencanaan produksi adalah menentukan berapa unit produk yang akan dihasilkan oleh suatu perusahaan atau unit bisnis tertentu. Penentuan besaran output ini menjadi penting, karena berkaitan langsung dengan besarnya keuntungan yang akan diperoleh nanti. Dengan kata lain, apabila salah dalam menentukan atau merencanakan jumlah produk yang akan dihasilkan (atau biasa disebut luas produksi), maka akan dapat meng-akibatkan keuntungan yang diperoleh menjadi berkurang atau bahkan bisa mendatangkan kerugian bagi perusahaan. Perencanaan luas produksi yang kurang tepat dapat mengakibatkan jumlah produk yang dihasilkan terlalu besar sehingga semuanya tidak habis terjual. Hal ini akan menjadi beban bagi perusahaan, karena biaya penyimpanan akan membengkak, dan belum lagi Manajemen Operasi 159 kerusakan-kerusakan produk yang harus ditanggung perusahaan sebagai akibat dari over produksi tersebut. Sebaliknya dapat pula terjadi jumlah yang dihasilkan terlalu kecil sehingga kapasitas peralatan yang ada belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini akan membawa akibat tingginya biaya produksi per satuan yang akan menjadi penyebab tingginya harga pokok produk yang bersangkutan. Jadi jelaslah bahwa luas produksi perlu direncanakan dengan tepat agar perusahaan dapat mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya. A. Pengertian Luas Produksi Luas produksi merupakan jumlah atau volume hasil produksi yang seharusnya diproduksikan oleh suatu perusahaan dalam suatu periode. Luas produksi adalah juga suatu ukuran akan berapa banyak barang-barang yang diproduksi oleh suatu perusahaan. Banyaknya barang-barang diproduksi, di sini tidaklah berarti hanya terhadap satu jenis barang saja, tetapi meliputi banyaknya jenis-jenis barang yang dihasilkan.Jadi pengertian luas produksi merupakan ukuran terhadap apa dan berapa banyak barang-barang yang diproduksi oleh suatu perusahaan tertentu. Semakin banyak barang yang diproduksi, baik jumlahnya maupun jenisnya, semakin besar luas produksinya. Luas produksi perusahaan perlu direncanakan dan dipertimbangkan dengan cermat agar tidak terlalu besar atau terlalu kecil. Luas produksi yang terlalu besar berakibat; a. investasi besar, baik bahan baku dan bahan penolong atau bahkan mungkin pula investasi terhadap aktiva tetap b. merosotnya harga jual c. bertambahnya biaya penyimpanan atau pergudangan dan pemeliharaan bahan d. bagi perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam produk akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan produk jenis lain diperluas, karena bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja dan mesin serta peralatan produksi yang dimiliki Manajemen Operasi 160 akan dikerahkan untuk memproduksi jenis produk yang bersangkutan. Luas produksi yang terlalu kecil berakibat; a. Perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen, akibanya langganan akan berpindah ke perusahaan lain b. Harga pokok menjadi tinggi (baik harga pokok produksi maupun harga pokok penjualan) akibatnya permintaan akan menjadi berkurang. Hal ini disebabkan karena biaya tetap hanya dipikul oleh volume produksi yang kecil saja sehingga biaya tetap per satuannya menjadi tinggi. Luas produksi adalah kapasitas yang dipergunakan di dalam perusahaan. Besarnya luas produksi ini dapat berubah-ubah antara satu periode dengan periode yang lain di dalam jangka pendek. Untuk mengukur besarnya luas produksi dapat dipergunakan bermacam-macam variabel, misalnya banyaknya atau jumlah produk yang diproduksikan, besarnya bahan baku yang dapat diserap, besarnya jumlah jam kerja tenaga kerja langsung, besarnya jam mesin, atau besarnya biaya tenaga kerja langsung. Walaupun demikian, variabel yang umum digunakan adalah banyaknya produk atau jumlah produk yang dihasilkan. Agar tidak membingungkan, maka pengertian luas produksi perlu dibedakan dengan pengertian luas perusahaan, meskipun luas perusahaan itu merupakan luas produksi yang bersangkutan. Hal ini terjadi bila luas perusahaanitu ditentukan oleh luas produksinya (produk yang dihasilkan). Sebab untuk menentukan luas perusahaan, maka luas produksi bukanlah merupakan satusatunya ukuran, sehingga belum tentu luas produksi merupakan luas perusahaan. Luas perusahaan merupakan kapasitas yang tersedia atau kapasitas yang terpasang di dalam suatu perusahaan tertentu. Perubahan luas perusahaan umumnya akan terjadi dalam jangka panjang. Variabel yang digunakan untuk mengukur luas Manajemen Operasi 161 perusahaan sama dengan variabel untuk mengukur luas produksi. Dengan demikian maka luas produksi bisa sama besarnya dengan luas perusahaan atau lebih kecil dari luas perusahaan. Luas perusahaan dapat diukur berdasarkan: h. Bahan dasar yang dipergunakan Jumlah bahan dasar yang dapat dikerjakan oleh perusahaan untuk memproduksi barang-barang dapat dipakai sebagai ukuran luas perusahaan. Ukuran ini dapat dipakai apabila bahan dasar tertentu mendominir seluruh proses produksi. Contoh: bahan dasar susu dalam pabrik mentega dan keju. i. Barang yang dihasilkan Ukuran ini dipakai bila perusahaan menghasilkan barang tertentu yang dibuat dari berbagai bahan dasar yang kurang lebih sama pentingnya. Contoh: Perusahaan rokok kretek yang membuat rokok dari tembakau dan cemgkeh. j. Mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan Alat-alat produksi tahan lama tertentu yang mengambil tempat utama dalam perusahaan tersebut. Contoh: mesin tenun dalam pabrik tekstil. d. Tanah dalam perusahaan pertanian. e. Jumlah tenaga kerja yang dipergunakan Ukuran ini dapat dipakai, di mana bahan dasar yang diolah dan barang-barang dihasilkan bersifat beraneka ragam. Contoh: jumlah buruh dalam perusahaan meubel. Atau jumlah buruh dalam perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan. Jadi jelaslah bahwa dalam keadaan tertentu suatu perusahaan mempunyai luas perusahaan yang ditentukan atau diukur dari luas produksinya. Dalam hal ini luas produksi menjadi penentu dan menjadi sama dengan luas perusahaan. Sedangkan dalam hal lain luas perusahaan akan berbeda dengan luas produksinya. Misalnya suatu jenis perusahaan yang luas perusahaannya ditentukan Manajemen Operasi 162 berdasarkan banyaknya tenaga kerja, maka banyaknya barang yang dihasilkan tidak dihiraukan di dalam penentuan luas perusahaannya. Meskipun pada suatu saat jumlah barang yang dihasilkan oleh perusahaan hanya sedikit tetapi kalau jumlah tenaga kerja cukup banyak maka perusahaan tersebut tetap merupakan perusahaan besar. Selain itu luas perusahaan ditentukan untuk jangka panjang, sedangkan luas produksi ditentukan untuk jangka pendek. Luas produksi dapat beruba-ubah pada setiap saat (periode) sedangkan luas perusahaan tidak. B. Faktor-Faktor Yang Membatasi Luas Produksi Luas produksi dibatasi oleh sejumlah faktor. Faktor-faktor kendala (constraint} ini terdiri atas : a. Tersedianya bahan baku. Jumlah bahan baku yang tersedia akan menjadi batasan dalam penentuan luas produksi. produksi tidak akan dapat dilaksanakan melebihi jumlah kemampuan bahan baku yang tersedia. Setiap satuan produk memerlukan sejumlah bahan baku tertentu dan berbeda dengan keperluan untuk satuan produk yang lain. b. Tersedianya kapasitas mesin dan peralatan produksi yang dimiliki. Kapasitas mesin merupakan batasan dalam memproduksi sesuatu produk tertentu. Perusahaan tidak akan dapat memproduksi barang dengan jumlah yang melebihi kemampuan mesin-mesin dan peralatan produksi yang dimilikinya. Meskipun jumlah permintaan yang masuk pada perusahaan tersebut sangat besar, ataupun jumlah bahan baku yang tersedia besar sekali. c. Tersedianya tenaga kerja. Sebagai salah unsur utama dalam pelaksanaan produksi dalam perusahaan, ketersediaan tenaga kerja merupakan faktor utama Manajemen Operasi 163 yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan luas produksi. produksi tidak dapat dilaksanakan melebihi jumlah tenaga kerja yang tersedia di dalam perusahaan yang bersangkutan. d. Tersedianya dana. Jumlah dana yang tersedia atau yang dimiliki oleh perusahaan untuk keperluan produksi merupakan sumber pembiayaan segala keperluan perusahaan. Dana yang tersedia akan membatasi kemampuan perusahaan untuk berproduksi. Sumber pembiayaan dapat ditambah dengan pinjaman atau kredit dari bank. Uang kas bersama dengan kredit yang tersedia merupakan batasan dalam penentuan luas produksi. e. Batasan permintaan pasar. Untuk menentukan besarnya permintaan produk perusahaan diperlukan ramalan (forecasting), terutama ramalan penjualan (sales forecast). Ramalan ini akan menentukan berapa banyaknya produk yang dapat terjual pada tingkat harga tertentu. Pada perusahaan yang memproduksi barang-barang untuk pesanan jumlah ini dapat diperoleh dari banyaknya pesanan yang masuk. Sedangkan bagi perusahaan yang memproduksi untuk keperluan persediaan dan pasar, persoalannya akan menjadi kompleks dan menuntut adanya ramalan yang teliti. C. Teknik Penentuan Luas Produksi Luas produksi dapat ditentukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Pendekatan marginal cost marginal revenue Marginal cost adalah tambahan biaya yang dikeluarkan sebagai akibat adanya penambahan volume produksi, sedangkan marginal revenue adalah tambahan pendapatan yang diperoleh sebagai akibat adanya tambahan volume produksi. Menurut pendekatan ini luas produksi optimal dicapai pada saat marginal cost sama denga marginal revenue (MC = MR). Pada titik ini Manajemen Operasi 164 perusahaan akan mencapai keuntungan maksimal. Agar lebih jelas dapat ditelusuri melalui ilustrasi dalam tabel berikut ini: Tabel20.Analisis Biaya dan Pendapatan Marginal Harga/ satuan (Rp) 20 18 18 14 12 10 8 Jumlah (unit) Pendapatan total (Rp) 20.000 40.000 80.000 80.000 100.000 120.000 140.000 400.000 720.000 860.000 1.120,000 1.200.000 1.200.000 1.120.000 Biaya perunit (Rp) 140.000 280.000 420.000 560.000 700.000 840.000 980.000 Biaya Biaya total tetap (Rp) (Rp) 300.000 440.000 300.000 580.000 300.000 720.000 300.000 860.000 300.000 1.000.000 300.000 1.140.000 300.000 1.280.000 Keuntungan (Rp) 40.000 140.000 240.000 260.000 200.000 60.000 160.000 Pendapatan marginal (Rp) 320.000 240.000 140.000 80.000 0 80.000 Biaya Marginal (Rpl) 140.000 140.000 140.000 140.000 140.000 140.000 Jadi luas produksi yang dapat menghasilkan keuntungan maksimal bagi perusaahaan adalah sebesar 80.000 unit. b. Pendekatan break even point Luas produksi juga dapat ditentukan dengan menggunakan analisis break even. Untuk mencari titik break even atau titik pulang pokok digunakan rumus : Biaya tetap BE P = - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1X biaya variabel/harga jual Penggunaan rumus ini dilakukan jika diasumsikan bahwa hubungan antara volume produksi/penjualan dengan biaya dan pendapatan adalah linear. Dengan demikian dalam bentuk grafik pendekatan ini akan terlihat sebagai berikut: Manajemen Operasi 165 Gambar 19. Hubungan antara biaya dan pendapatan Selanjutnya, apabila hubungan antara biaya dan pendapatan tidak linear maka analisis break even dapat dilaksanakan seperti ilustrasi dalam tabel dan gambar berikut ini: Tabel 21. Kuantitas, biaya produksi, harga, pendapatan dan rugi/laba Harga Pendapatan Biaya Biaya Biaya Rugi/laba Kuantitas total tetap variabel (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 0 4 0 400 400 0 (400) 100 4 400 1.000 400 600 (600) 200 4 800 1.300 400 900 (500) 300 4 1.200 1.500 400 1.100 (300) 400 4 1.600 1.600 400 1.200 0 500 4 2.000 1.700 400 1.300 300 600 4 2.400 1.850 400 1.450 550 700 4 2.800 2.100 400 1.700 700 750 4 3.000 2.265 400 1.865 735 800 4 3.200 2.500 400 2.100 700 900 4 3.600 3.600 400 3.200 0 Dalam bentuk grafiks, analisis break even ini nampak sebagai berikut: Manajemen Operasi 166 Gambar 20. Grafik analisis break even Jadi luas produksi optimal menurut pendekatan break even adalah sebesar 750 unit, dengan jumlah keuntungan sebesar Rp. 735,c. Pendekatan linear programming Linear programming dapat digunakan untuk menentukan luas produksi optimal, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang memproduksikan lebih dari satu jenis produk. Jadi dengan linear programming dapat ditentukan kombinasi produksi yang dapat memberikan keuntungan maksimal. Pemecahan masalah dengan linear programming dapat dilakukan dalam tiga cara yaitu cara aljabar, cara grafik, dan simpleks. Dalam pembahsan ini hanya cara grafik yang akan diuraikan, sedangkan kedua cara yang lain dapat pembaca telusuri pada materi kuliah riset operasi. Misalnya, untuk contoh kasus berikut ini: Diketahui kapasitas mesin 1 tersedia sebanyak 24 jam, mesin 2 sebanyak 26 jam. Penjualan produksi Xj terbatas 12 satuan sedangkan penjualan produk X2 tidak terbatas. Waktu produksi pada masing-masing mesin untuk produk Xi dan X2 sebagai berikut: Manajemen Operasi 167 Tabel 22. Waktu produksi mesin untuk produk X PRODUK X, Produk X2 Mesin 1 1 jam 2 jam Mesin 2 2 jam 1 jam Keuntungan per satuan produk Xi Rp. 6 dan untuk X2 Rp. 4. Masalah yang dihadapi adalah menentukan jumlah Xi dan X2 agar diperoleh keuntungan maksimum. Pemecahan. Persoalan tersebut di atas dapat dirumuskan sebagai berikut: Max. Z = 6X1 + 4X2 (fungsi tujuari) Dengan pembatas (kendala): X1 + 2 X2 ≤ 24 2 2X1 + X2 ≤ 26 X1 ≤ 12 D. Pengertian pola produksi Pola produksi adalah distribusi dari produksi tahunan ke dalam periode yang lebih kecil (misalnya bulanan). Atau dengan perkataan lain, pola produksi adalah bagaimana jumlah produksi selama satu tahun ini akan didistribusi ke dalam masing-masing bulan, Manajemen Operasi 168 minggu, hari, dan sebagainya. Pola produksi merupakan bagian dari perencanaan produksi yang menentukan tingkah laku produksi untuk menghasilkan volume produksi tertentu pada suatu satuan waktu jangka pendek. Dalam kondisi ini terlihat bahwa tingkat persaingan dalam memasarkan hasil produksi amatlah ketat, sehingga memaksa setiap perusahaan untuk mengadakan perencanaan produksi berdasarkan pada perencanaan penjualan yang akan dicapai perusahaan pada periode tertentu. Berkaitan dengan perencanaan produksi maka setelah diadakan perencanaan tentang volume penjualan akan dapat diketahui berapa besarnya volume produksi yang harus dihasilkan perusahaan pada suatu periode waktu tertentu. Setelah ditentukan jumlah produksi pada periode tertentu, maka selanjutnya mendistribusikan ke dalam cara untuk mencapai volume produksi tersebut apakah sama besarnya setiap waktu, atau bervariasi dari waktu ke waktu. E Jenis-Jenis Pola Produksi Secara umum dikenal tiga macam pola produksi, yaitu pola produksi konstan, pola produksi bergelombang, dan pola produksi moderat. a. Pola Produksi Konstan Pola produksi konstan (pola produksi yang stabil/lebih mementingkan adanya stabilitas produksi) adalah suatu distribusi dari jumlah produksi selama satu tahun ke dalam jumlah produksi setiap bulan, di mana jumlah produksi dari bulan ke bulan tersebut adalah sama (konstan) atau relatif sama. c. Pola Produksi Bergelombang Pola produksi bergelombang (pola produksi yang menitikberatkan kepada adanya stabilitas persediaan) adalah suatu distribusi dari jumlah produksi selama satu tahun ke dalam jumlah produksi setiap bulan, di mana jumlah produksi dari bulan ke bulan tersebut adalah Manajemen Operasi 169 selalu berubah mengikuti perubahan tingkat penjualan dalam perusahaan yang bersangkutan. d. Pola Produksi Moderat Pola produksi moderat adalah suatu distribusi jumlah produksi selama satu tahun ke dalam jumlah jumlah produksi setiap bulan di mana baik jumlah produksinya maupun jumlah persediaan barang jadi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan ini akan berubah-ubah untuk menutup perubahan-perubahan yang ada di dalam penjualan produk perusahaan tersebut. Contoh Perhitungan Pola Produksi Sebuah perusahaan mempunyai rencana penjualan produknya selama satu tahun adalah sebagai berikut: Tabel 23. Rencana Penjualan perusahaan No Bulan Penjualan (Unit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Januari Februari Maret April Mei Juni Mi Agustus September Oktober Nopember Desember 2.000 4.000 5.000 8.000 9.000 8.000 7.000 6.000 4.000 2.000 2.000 3.000 Atas dasar rencana penjualan produk tersebut di atas, manajemen perusahaan mencoba menyusun perencanaan produksinya dengan menerapkan ketiga pola produksi tersebut, kemudian diadakan Manajemen Operasi 170 analisis dari masing-masing pola produksi tersebut sehingga didapatkan pola produksi yang paling sesuai. Dari tabel di atas diketahui bahwa perkiraan penjualan selama satu tahun adalah 60.000 unit. Besarnya persediaan awal barang jadi pada akhir tahun adalah 10.000, sedangkan rencana persediaan akhir dari barang jadi adalah sama dengan persediaan awal yang ada, yaitu sebesar 10.000 unit. Oleh karena besarnya persediaan awal barang jadi ini sama dengan besarnya rencana persediaan barang jadi tersebut, maka hal ini akan berarti besarnya jumlah produksi selama satu tahun akan sama dengan rencana jumlah penjualan selama satu tahun tersebut, yaitu sebesar 60.000 unit. Penvelesaiannya: Pola Produksi Konstgn Dalam pola produksi ini, tingkat produksi dari suatu bulan dengan bulan yang lain adalah sama atau relatif sama. Dengan demikian besarnya jumlah produksi selama satu tahun akan dibagi dalam 12 bulan, sehingga besarnya produksi setiap bulan adalah sama dengan 5.000 unit. Jumlah persediaan barang jadi yang ada dalam perusahaan ini akan naik bertambah atau berkurang, akan tergantung kepada fluktuasi penjualan produk dalam perusahaan yang bersangkutan. Apabila jumlah penjualan produk mengalami kenaikan, maka tingkat persediaan barang jadi yang ada dalam perusahaan ini akan mengalami penurunan. Demikian pula sebaliknya, apabila jumlah penjualan produk mengalami penurunan, maka tingkat persediaan barang jadi yang ada dalam perusahaan ini justru akan mengalami kenaikan. Tabel 24. Pola produksi konstan No Bulan Persediaan awal Produksi Penjualan Persediaan akhir Manajemen Operasi 171 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 10.000 13.000 14.000 14.000 11.000 7.000 4.000 2.000 1.000 2.000 5.000 8.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 2.000 4.000 5.000 8.000 9.000 8.000 7.000 6.000 4.000 2.000 2.000 3.000 13.000 14.000 14.000 11.000 7.000 4.000 2.000 1.000 2.000 5.000 8.000 10.000 Persediaan barang jadi yang paling tinggi jumlahnya adalah sama dengan 14.000 unit, sedangkan jumlah persediaan yang paling rendah adalah 1.000 unit. Jadi selisih persediaan barang jadi yang tertinggi dengan yang terendah adalah sama dengan 13.000 unit Pola Produksi Bergelombang Dalam pola produksi bergelombang ini jumlah produksi dari bulan yang satu dengan bulan yang lain akan mengalami kenaikan atau penurunan yang disesuaikan dengan penjualan produk perusahaan yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan. Apabila dalam dalam suatu bula terdapat kenaikan penjualan maka jumlah produksi dalam bulan tersebut akan dinaikkan pula. Sebaliknya, apabila jumlah penjualan pada suatu bulan mengalami penurunan, maka jumlah produksi dalam perusahaan ini akan diturunkan pula. Tabel 25. Pola Produksi Bergelombang No. Bulan Persediaan awal Produksi Penjualan Persediaan akhir Manajemen Operasi 172 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 2.000 4.000 5.000 8.000 9.000 8.000 7.000 6.000 4.000 2.000 2.000 3.000 2.000 4.000 5.000 8.000 9.000 8.000 7.000 6.000 4.000 2.000 2.000 3.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 Jumlah produksi yang tertinggi 9.000 unit, sedangkan yang rendah adalah 2.000 unit. Jadi selisih produksi yang tertinggi dengan yang terendah adalah sama dengan 7.000 unit. Pola Produksi Moderat Dengan mempergunakan pola produksi moderat ini pengaruh adanya perubahan-perubahan jumlah penjualan dalam perusahaan akan didistribusikan kepada tingkat produksi dan jumlah penjualan dalam perusahaan yang bersangkutan. Apabila terjadi kenaikan penjualan, maka tingkat produksi akan dinaikkan untuk menutup sebagian kenaikan penjualan tersebut, sedang sebagian yang lain akan diambilkan dari persediaan yang ada dalam perusahaan ybs. Sebaliknya seandainya terjadi penurunan penjualan perusahaan, sebagian dari penurunan ini akan diikuti oleh penurunan tingkat produksi, sedangkan sebagian yang lain akan dimasukkan dalam persediaan barang jadi dalam perusahaan tersebut. Tabel 26. Pola Produksi Moderat No Bulan Persediaan Produksi Penjualan Persediaan awal10.000 akhir 1 Januari 3.000 2.000 11.000 2 Februari 11.000 4.000 4.000 11.000 3 Maret 11.000 5.000 5.000 11.000 Manajemen Operasi 173 4 April 11.000 7.000 8.000 10.000 5 6 7 Mei Juni Juli 10.000 8.000 7.000 7.000 7.000 7.000 9.000 8.000 7.000 8.000 7.000 7.000 8 Agustus 7.000 7.000 6.000 8.000 9 September 8.000 4.000 4.000 8.000 10 11 Oktober Nopember 8.000 10.000 4.000 3.000 2.000 2.000 10.000 11.000 12 Desember 11.000 3.000 3.000 11.000 Jumlah persediaan yang tertinggi adalah 11.000 unit, sedangkan jumlah persediaan yang terendah adalah 7.000 unit. Di samping tingkat produksi yang tertinggi adalah 7.000 unit sedangkan tingkat produksi yang terendah adalah 3.000 unit. Sehingga dengan demikian selisih antara jumlah persediaan barang jadi dalam perusahaan tersebut yang tertinggi dan terendah adalah 4.000 unit, sedangkan selisih tingkat produksi yang tertinggi dengan terendah adalah 4.000 unit. Beberapa altematif pola produksi yang dapat dipilih bila diperbandingkan antara satu dengan yang lain akan kelihatan sbb: Tabel 27. Alternatif pola produksi yang dipilih No Pola produksi 1 2 3 Konstan Bergelombang Moderat Persediaao Tertiaggi Terendah Selisih Produksi Tertinggi Terendah Selisih 14.000 10.000 11.000 5.000 9.000 7.000 0 7.000 4.000 1.000 10.000 7.000 13.000 0 4.000 5.000 2.000 3.000 F. Faktor-Faktor Penentuan Pola Produksi Untuk menentukan pola produksi mana yang sebaiknya dipilih oleh perusaahaan, maka ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu: Manajemen Operasi 174 a. Pola penjualan Volume penjualan akan mempengaruhi pola produksi perusahaan. Misalnya terjadi suatu pola penjualan yang tidak konstan (bergelombang), haruskah perusahaan memakai pola produksi yang bergelombang juga? Jawabnya belum pasti, sebab ini bergantung dari besamya incremental cost (tambahan biaya) yang ada pada setiap pola produksi. b. Incremental Cost Incremental cost atau pola biaya yang perlu diperhitungkan meliputi: 1) Biaya perputaran tenaga kerja (labour turn over cost), yaitu biaya yang diperlukan untuk mencari, mendapatkan, menarik, melatih, dan mempertahankan tenaga kerja selama satu periode produksi. Biaya ini akan relatif besar pada perusahaan yang menggunakan pola produksi bergelombang. Hal ini disebabkan karena pada pola produksi yang bergelombang kebutuhan tenaga kerja juga bergelombang sehingga pada saat-saat tertentu perlu ada tambahan biaya dan pada saat tertentu perlu ada pengeluaran-pengeluaran tenaga kerja yang dibutuhkan. Di dalam pola produksi yang konstan, biaya ini boleh dikata tidak ada atau kecil sekali sebab kebutuhan tenaga kerja selalu sama 2) Biaya penyimpanan (carrying cost), yaitu biaya penyimpanan hasil-hasil produksi yang tidak atau belum laku terjual. Pada saat di mana jumlah yang diproduksi lebih besar dari volume penjualannya, kelebihan ini perlu disimpan untuk memenuhi penjualan pada saat berikutnya. 3) Bjaya Jembur (over time premium cost), yaitu tambahan upah yang diberikan karena adanya kerja lembur yang disebabkan naiknya volume produksi, dimana volume produksi ini telah melebihi kapasitas maksimal. Premi atau Manajemen Operasi 175 tambahan upah yang diberikan ini merupakan upah kerja lembur (over time premium cost). Biaya ini biasanya terdapat pada pola produksi bergelombang atau moderat. 4) Biaya sub kontrak (subcontracting cost), yaitu biaya yang timbul karena perusahaan memesan atau membeli barang pada perusahaan lain yang membuat/menjual barang yang diproduksi oleh perusaahaan pemesan/pembeli. Biaya ini adalah sama dengan harga barang yang dibeli dari perusahaan lain dikurangi dengan harga pokok barang bila dibuat/diproduksi sendiri. Hal ini terjadi karena volume penjualan melebihi kapasitas maksimal produksi. Perusahaan perlu memesan kepada perusahaan lain untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan langganan agar mereka tidak lari atau pindah menjadi langganan perusahan lain. Dalam menentukan pola produksi mana yang paling tepat dipilih oleh perusahaan, dapat digunakan analisis biaya tambahan (incremental cost) dari biaya-bi aya yang telah disebutkan di atas. Biaya tambahan ini dapat terjadi bila luas produksi dibagi-bagi dalam periode pendek yang dapat mengakibatkan kenaikan biayabiaya tersebut di atas. Setiap pola produksi akan mempunyai incremental cost yang berbeda, oleh karena itu pola produksi yang sebaiknya dipilih oleh perusahaan adalah pola produksi yang mempunyai incremental cost yang paling rendah. G. Teknik Perhitungan Penentuan Pola Produksi Untuk memahami cara perhitungan penentuan pola produksi, contoh kasus yang diikuti dengan cara pemecahannya sbb: Misalkan suatu perusahaan mempunyai mesm-mesin produksi dengan kapasitas maksimum sebesar 5000 unittiap triwulan, sedang kapasitas normalnya sebesar 4000 unit per triwulan. Pola penjualan yang dihadapi oleh perusahaan adalah pola penjualan bergelombang, yaitu: Manajemen Operasi 176 Triwulan I = 4.000 unit Triwulan II - 2.000 unit Triwulan III = 3.000 unit Triwulan IV = 6.500 unit Untuk memenuhi penjualan tersebut, perusahaan akan memilih salah satu dari 3 alternatif pola produksi yang diajukan yaitu : a. Pola produksi yang konstan sebesar 3.500 unit tiap triwulan. b. Pola produksi bergelombang mengikuti penjualan yang ada, selama masih dapat dicapai dengan kapasitas mesin-mesinnya. c. Pola produksi moderat yang besarnya 3.000 unit pada triwulan I dan II, sedangkan pada triwulan III dan IV besarnya 4.000 unit. Data-data lain yang diketahui: Biaya penyimpanan digudang sebesar Rp. 75,- / unit / triwulan. Setiap kenaikan produksi sebesar 50 unit per triwulan akan mengakibatkan tambahan tenaga kerja 2 orang dengan biaya penarikan tenaga kerja sebesar Rp. 2.000,- / orang. Penarikan tenaga kerja akan dilakukan sampai pada kapasitas normal, sedangkan penurunan biaya produksi tidak diperlukan biaya. Untuk menutup kekurangan produksi dengan volume pemnjualannya, perusahaan akan mengadakan kontrak pembelian barang tersebut dari perusahaan lain dengan biaya sebesar Rp. 50,- / unit. Upah kerja lembur yang dibayarkan apabila volume produksi melebihi kapasitas normal adalah sebesar Rp. 50,- / unit kwartal. Dari data-data tersebut di atas, bagaimanakah pola produksi yang sebaiknya dilaksanakan oleh perusahaan tersebut. Penyelesaian: Penentuan pola produksi mana yang lebih menguntungkan akan diketahui melalui perhitungan incremental cost dari masing-masing pola produksi. Alternatif I: Pola Manajemen Operasi 177 produksi konstan 1. Biaya penyimpanan Luas produksi dan pola produksi Triwulan II = (3500 - 2000) x Rp. 75,- = Rp. 112.500,Triwulan III = (3500 - 2000) x Rp. 75,-' = Rp. 112.500,(3500 - 3000) x Rp. 75,- = Rp. 37.500,- Rp. 262.500 Biaya sub kontrak Triwulan 1= (4000 - 3500) x Rp. 50,Rp. 25.000,TriwulanlV = (6500-3500-1500-500)xRp.50 = Rp. 50.000,Rp.75.000, Jumlah biaya = Rp. 337.500,Altematifll: Pola produksi bergelombang 1. Biaya perputaran tenaga kerja : Triwulan III - (3000 - 2000 / 50 x 2) x Rp. 2000,- = Rp. 80.000,Triwulan IV = (4000 - 3000 / 50 x 2) x Rp. 2000,- = Rp. 80.000,Rp. 160.000,2. Biaya sub kontrak Triwulan IV = (6500 - 5000) x Rp. 50,- = Rp. 75.000,3. Biaya lembur Triwulan IV = (5000 - 4000) x Rp. 50,- = Rp. 50.000,Jumlah biaya = Rp. 285.000,AlternatiflH: Pola produksi moderat 1. Biaya penyiapanan Triwulan II = (3000 - 2000) x Rp. 75,-= Rp. 75.000,Triwulan III = (3000 - 2000) x Rp. 75,-= Rp. 75.000,Tnwulan IV - (4000 - 3000) x Rp. 75,-= Rp. 75.000,Rp. 225.000,2. Biaya perputaran tenag kerja Manajemen Operasi 178 Triwulan III = (4000 - 3000 / 50 x 2) x Rp. 2000,- = Rp. 80.000,3. Biaya sub kontrak Triwulan I - (4000-3000) xRp. 50,-= Rp. 50.000,Triwulan IV= (6500 - 4000 - 1000 - 1000) x Rp. 50,- = Rp. 25.0,Rp. 75.000,-Jumlah biaya = Rp. 380.000,Dari hasil perhitungan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pola produksi bergelombang paling menguntungkan karena memiliki biaya terendah. DAFTAR PUSTAKA Ahyari, A. 1999. Manajemen Produksi, Perencanaan Sistem Produksi, Buku 1, Pengertian Umum, Perencanaan Produksi, Perencanaan Lokasi Pabrik, BPFE – Yogyakarta. ----------------. 1986. Manajemen Produksi, Pengendalian Produksi, Buku 1, Pengendalian Proses, Pengendalian Bahan Baku, Manajemen Operasi 179 Pengendalian Tenaga Kerja. Edisi ke 4 BPFE – Yogyakarta. ----------------. 1999. Manajemen Produksi, Perencanaan Sistem Produksi, Buku 2, Perencanaan Letak Fasilitas Produksi, Perencanaan Lingkungan Kerja, Perencanaan Standar Produksi. BPFE – Yogyakarta. ----------------. 1999. Materi Pokok Manajemen Produksi 1. Karunika Universitas Terbuka – Jakarta. Assauri, Sofyan. 1999. Manajemen Produksi. LPFE – Yogyakarta. El Qodri, Z.M. dan Supardi.1994. Alat – Alat Analisis Perencanaan dan Pengawasan Produksi. Andi Offset Yogyakarta. Gasperz, Vincent. 1999. Production Planning and Inventory Control (PPIC). Gramedia Pustaka Utama – Jakarta. Gitosudarmo, H.I, 2001.Manajemen Strategis. BPFE - Yogyakarta. Handoko, H., 1994. Dasar-dasar Manajemen Produks. BPFE Yogyakarta. Harding, H.A., 1978. Manajemen Produksi dan Operasi. LPPM – Balai Aksara Jakarta. Herjanto, E., 1997. Manajemen Produksi dan Operasi. PT Gramdeia Jakarta. Moore, F.G dan Hendrik, Th., 1980. Production and Operations Management. Richard D. Irwin Inc. Prawirosentono, Suyadi., 2007. Manajemen Operasi (Operations Management), Analisis dan Studi Kasus. Edisi ke 4 Bumi Aksara - Jakarta. Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan, Aplikasi di Bidang Bisnis. Edisi ke 6 PT Raja Grafindo – Jakarta. Reksohadiprodjo, S dkk., 1992. Mkebijaksanaan Perusahaan (Business Policy) Konsep Dasar dan Studi Kasus. Edisi 2 BPFE – Yogyakarta. Reksohadiprodjo, S dan Gitosudarmo, I., 1986. Management Produksi Agribusiness. BPFE – Yogyakarta. Manajemen Operasi 180 Manajemen Operasi 181