Manajemen Operasi
i
Manajemen Operasi
ii
Manajemen Operasi
Manajemen Operasi
iii
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun termasuk
fotocopy, tanpa ijin tertulis dari penerbit (Sesuai dengan Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 49 ayat 1
Undang-Undang No.19 Tahun 2002.
Sanksi pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta:
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 bulan dan atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,- (Satu
juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling banyak
Rp.5.000.000.000,- (Lima milyard).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan atau denda paling banyak Rp.500.000.000,- (Lima ratus juta rupiah.
Manajemen Operasi
iv
MANAJEMEN OPERASI
Copyright @ 2023 oleh Dr. Frans Gana, M.Si
All rights reserved
Diterbitkan oleh
PTK PRESS [bagian penerbitan Jurusan PTK FKIP Undana]
Jl. Adisucipto Penfui Kupang NTT – 85001 Telp. (0380) 881639, Kupang
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang
Editor: Drs. Fred M. Dethan, MSc,Agr.
Setter: Leny Gana-Mansopu
Design sampul: Leny Gana-Mansopu
Katalog dalam Terbitan (KDT)
Dr. Frans Gana, M.Si
Manajemen Operasi / oleh Dr. Frans Gana, M.Si
Kupang: TPK PRESS Undana, 2023
ISBN 978-602-9222-36-4
Manajemen Operasi
v
PENGANTAR
Manajemen operasi diperlukan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan perubahan atau inovasi produk agar menjadi lebih baik. Seiring
perkembangan industri yang semakin maju, perusahaan atau organisasi
dituntut memberikan kualitas yang terbaik terhadap produk ataupun jasa
yang dihasilkan.
Memahami manajemen operasi adalah hal yang penting karena
bidang ini berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Setiap hari
manusia selalu menjumpai serangkaian barang atau jasa yang melimpah.
Semuanya itu diproduksi di bawah pengawasan manajer operasi. Untuk
itu harus diakui bahwa kewenangan manajer operasi sangat penting
dipelajari untuk meningkatkan pemahaman dan memudahkan
penerapannya dalam berbagai organisasi atau perusahaan.
Maka buku ini sangat penting dibaca dan disimak uraian
materinya karena di dalamnya dijelaskan mengenai makna manajemen
operasi dan berbagai hal yang berkaitan dengan manajemen operasi
dibahas dan dianalisa dengan lengkap.
Membaca buku ini akan membuat pembaca menemukan konsepkonsep dalam dunia manajemen operasi. Penjelasan dibuat dengan detail
sehingga memudahkan gambaran manajemen operasi diperoleh. Untuk
itu buku ini sangat baik untuk dijadikan bahan pengajaran perkuliahan,
yang akan menolong para mahasiswa menggali konsep-konsep dasar
manajeman operasi. Buku ini juga dapat menjadi pegangan bagi dosen.
Tentu saja pelaku usaha juga penting untuk mempelajari buku ini. Detail
bagaimana proses produksi, pelayanan dan berbagai hal mengenai
jalannya perusahaan diuraikan dengan lengkap sehingga menolong
pelaku usaha memahami apa yang dikerjakannya dan bagaimana kerja
yang tepat dan efisien demi kemajuan perusahaan dan bagaimana
mengelola perusahaan atau organisasi sehingga dapat bertahan.
Editor
Drs. Fred M. Dethan
Manajemen Operasi
vi
PRAKATA
Bagi perusahaan atau organisasi jenis apa pun, upaya untuk
kelangsungan hidup lebih penting dari pada sekedar mendapatkan
keuntungan yang besar. Maka perusahaan atau organisasi harus
menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
serta kepuasan konsumen baik dari sisi kualitas produk, harga, dan
kualitas pelayanan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka salah
satunya adalah terkait dengan proses produksi. Oleh karena itu kegiatan
produksi atau proses produksi harus dilakukan dengan baik dalam arti
yang luas, agar output yang dihasilkan mendatangkan hasil outcome
yang mendukung kelangsungan hidup perusahaan atau organisasi.
Buku ini mengulas manajemen operasi yakni bagaimana
melakukan proses produksi dengan baik serta memberikan pelayanan
dengan baik. Beberapa hal yang di bahas dalam buku ini mulai dari
paradigma manajemen, system manajemen operasi, ruang lingkup
manajemen operasi, strategi operasi, peramalan, perencanaan kapasitas
produksi, pola produksi, tehnik produksi, pemilihan lokasi pabrik, tata
letak, manajemen proyek, pengendalian persediaan, dan manajemen
operasi jasa termasuk didalamnya membahas tentang manajemen
antrian. Buku ini ditulis dan didesain secara sederhana, dengan harapan
untuk memudahkan pemahaman bagi para pembaca dalam memahami
manajemen operasi hal ini terutama bagi mahasiswa dan umumnya pada
pelaku bisnis.
Secara khusus kiranya buku ini dapat membantu mahasiswa
memiliki pemahaman dan wawasan yang memadai tentang
perkembangan manajemen operasional khususnya dalam industri. Hal
ini penting karena sebagai seorang calon tenaga profesional tidak cukup
hanya mengetahui sejumlah ilmu, melainkan juga dituntut untuk dapat
memahami implementasi manajemen operasional dalam industri.
Dengan kehadiran buku ini, diharapkan dapat mendorong
kelancaran perkuliahan dan memudahkan pemahaman mahasiswa
Manajemen Operasi vii
tentang implementasi manajemen operasional dalam industri sehingga
nantinya dapat dijadikan modal dasar bagi dosen dalam melaksanakan
pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
pembelajaran optimal. Penulis berharap buku ini memberikan manfaat
bagi para dosen, praktisi, dan mahasiswa guna pengembangan ilmu dan
peningkatan SDM yang berkualitas.
Buku ini penulis dedikasikan untuk pengembangan Ilmu
Administrasi Bisnis, FISIP Universitas Nusa Cendana dimana penulis
mengabdi sebagai pengajar. Penulis juga menyampaikan ungkapan
terima kasih kepada sahabat seperjuangan yang telah mendukung
selesainya buku ini, teristimewa Drs. Fred M. Dethan sebagai editor.
Tentu saja buku ini juga dipersembahkan kepada orang-orang istimewa
yang menjadi tujuan perjuangan penulis yakni istri tercinta dan dua anak
laki-laki, Leny, Collin dan Aaron. Buku ini juga didedikasikan kepada
semua pembaca yang berjuang untuk menimba sebanyak mungkin ilmu,
kiranya Tuhan selalu melimpahkan kasih karunia, hikmat dan
kecerdasan kepada setiap orang yang mencarinya.
Kupang, April 2023
Frans Gana
Manajemen Operasi viii
DAFTAR ISI
Halaman
Pengantar ………………………………………………………
Prakata …………………………………………………………
Daftar Isi ………………………………………………………
vi
vii
ix
Bab I KONSEP DASAR MANAJEMEN PRODUKSI
A. Pengertian Manajemen Produksi ……….……………….
B. Ruang Lingkup Manajemen Produksi ……………………
C. Proses Produksi ………………………………………….
D. Sistem produksi ………………………………………….
E. Siklus Umur Sistem Produksi …………………………...
1
4
5
12
27
Bab II DESAIN PRODUK
A. Pengertian Desain Produk ………………......................
B. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam desain produk
C. Penelitian dan Pengembangan Produk (Product Research
and Development) ………………………………………
D. Seleksi Produk …………………………………………..
E. Proses Research and Development ……………………...
F.
Proses pengembangan produk baru ……………………..
G. Siklus Hidup Produk (product life cycle) ……………….
H. Perencanaan Produk baru ……………………………….
Bab III LOKASI PABRIK
A. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan
lokasi pabrik …………………………………………….
B. Tahapan penentuan lokasi pabrik ……………………….
C. Cara penilaian lokasi pabrik ……………………………..
D. Metode Pemilihan Lokasi Pabrik ……………………….
E. Model transportasi ………………………………………
Manajemen Operasi
32
43
44
49
51
53
55
56
60
74
74
82
84
ix
Bab IV BANGUNAN PABRIK
A. Perencanaan bangunan pabrik …………………………..
88
B. Hubungan antara bangunan pabrik dan layout pabrik ….
92
C. Jenis-jenis bangunan pabrik …………………………......
94
D. Bentuk atap pabrik ……………………………………....
97
E. Lantai bangunan pabrik …………………………………
98
F.
Gudang ………………………………………………….
98
G. Metode penyimpanan …………………………………... 103
H. Beberapa pertimbangan di dalam perencanaan gudang
pabrik …………………………………………………… 104
Bab V LAYOUT PABRIK
A. Pengertian layout pabrik ………………………………..
B. Tujuan Perencanaan Layout …………………………….
C. Tujuan dari Penyusunan layout ………………………….
D. Klasifikasi Perencanaan Layout ………………………..
E. Jenis-jenis layout ……………………………………….
F.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk menyusun
layout ……………………………………………………
G. Cara melakukan plant layout ……………………………
H. Pemindahan
material
(materials
handling)
dan
Keseimbangan kapasitas ………………………………..
107
109
111
111
114
118
120
122
Bab VI LINGKUNGAN KERJA
A. Pelayanan karyawan ……………………………………... 127
B. Kondisi kerja ……………………………………………... 130
C. Hubungan antar karyawan ……………………………....... 143
Bab VII Luas Produksi Dan Pola Produksi
A. Pengertian Luas Produksi ……………………………...
Manajemen Operasi
159
x
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Faktor-Faktor Yang Membatasi Luas Produksi ……………
Teknik Penentuan Luas Produksi …………………………
Pengertian pola produksi ………………...............................
Jenis-Jenis Pola Produksi ………………………………...
Faktor-Faktor Penentuan Pola Produksi ………………
Teknik Perhitungan Penentuan Pola Produksi …………
Daftar Pustaka
………………………………….............................
Manajemen Operasi
162
164
168
168
174
176
178
xi
BAB I
KONSEP DASAR MANAJEMEN PRODUKSI
Seringkali kita mengkonsumsi barang dan jasa tanpa memikirkan
dari mana asalnya barang dan jasa tersebut. Padahal barang dan jasa
yang dikonsumsi tersebut tidak datang dengan sendirinya. Barang dan
jasa datang melalui suatu proses yang dikenal dengan proses produksi.
Dalam proses produksi dibutuhkan sejumlah masukan berupa faktorfaktor produksi.
Dalam ilmu ekonomi disebutkan bahwa keberadaan faktor-faktor
produksi sangat terbatas. Sementara itu, kebutuhan hidup manusia yang
akan dipuaskan dari faktor-faktor produksi tersebut relatif tidak terbatas.
Oleh karena itu, penggunaan faktor-faktor produksi tersebut perlu diatur
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan manfaat yang semaksimal
mungkin bagi pemenuhan kebutuhan manusia.
Proses produksi yang dilaksanakan dalam suatu perusahaan atau
suatu unit bisnis tidak saja berorientasi pada pemenuhan konsumen,
tetapi juga melalui proses produksi dapat memperoleh sejumlah
keuntungan tertentu. Untuk maksud tersebut, maka produksi tidak
dilaksanakan dengan begitu saja tetapi perlu direncanakan dengan baik
antara lain; jenis produk apa saja yang akan diproduksikan, berapa
banyak produk yang akan diproduksikan, penggunaan tenaga kerja,
penggunaan mesin dan peralatan, sumber-sumber pendanaannya, dan
pemasaran hasil produksinya.
A. Pengertian Manajemen Produksi
Sebelum membahas pengertian manajemen produksi, terlebih
dahulu akan dibahas beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan
produksi, mengingat pengertian manajemen produksi tidak dapat
terlepas dari pengertian produksi.
Manajemen Operasi
1
1. Pengertian Produksi
Pada hakekatnya produksi merupakan penciptaan atau
penambahan faedah bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor
produksi sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan
manusia. Proses transformasi atau perubahan bentuk atas faktorfaktor produksi tersebut disebut proses produksi.
Produksi, diartikan sebagai kegiatan yang dapat
menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru.
Faedah atau manfaat ini dapat terdiri dari beberapa macam,
misalnya; faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat serta
kombinasi dari faedah-faedah tersebut di atas. Apabila terdapat
suatu kegiatan yang dapat menimbulkan manfaat baru, atau
mengadakan penambahan dari manfaat yang sudah ada, maka
kegiatan tersebut disebut sebagai kegiatan produksi. Contoh dari
penambahan manfaat melalui perubahan bentuk adalah seorang
atau perusahaan yang merubah bentuk kayu menjadi meja, kursi,
almari, dan lain sebagainya. Seseorang atau perusahaan yang
membawa hasil-hasil pertanian dari pedesaan ke daerah lain atau
ke perkotaan merupakan contoh dari kegiatan produksi yang
menimbulkan tambahan faedah tempat. Contoh dari penambahan
faedah waktu, antara lain; perusahaan yang melakukan
penyimpanan dalam gudang, misalnya penyimpanan hasil
pertanian sampai dengan waktu yang diperlukan, penyimpanan
barang-barang yang baru saja diturunkan dari kapal sampai dengan
barang tersebut diperlukan atau diangkut dengan angkutan lain.
Kadang-kadang kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan
tersebut bukan hanya salah satu dari kegiatan tersebut di atas,
melainkan merupakan suatu gabungan dari beberapa kegiatan.
Misalnya sebuah perusahaan melaksanakan kegiatan perubahan
bentuk dan juga melaksanakan kegiatan penambahan faedah
tempat. Sebuah perusahaan meubel yang memproduksikan meubel
Manajemen Operasi
2
ukir di daerah Jepara, yang sekaligus juga melakukan pengiriman
ke daerah lain (misalnya ke Jakarta, Bandung, Kupang, Malang,
dan kota lainnya). Demikian pula sebuah perusahaan yang
melaksanakan kegiatan penggilingan padi dan juga melaksanakan
penyimpanan dari beras yang siap dijual tersebut sampai dengan
saat yang diperlukannya, merupakan contoh dari perusahaan yang
melakukan kegiatan perubahan bentuk dan kegiatan yang
menambah manfaat waktu.
2. Pengertian manajemen produksi
Sebagaimana diketahui bahwa manajemen merupakan suatu
proses dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian, dan pengawasan. Sedangkan produksi adalah
penambahan atau penciptaan faedah/manfaat. Penambahan faedah
ini dapat dilaksanakan melalui berbagai macam cara, antara lain
faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat, dan gabungan dari
faedah-faedah tersebut. Dengan demikian sebenamya manajemen
produksi
ini
merupakan
suatu
proses
perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengawasan
untuk dapat menambah, mempertinggi atau menciptakan faedah
baru, baik faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat maupun
gabungan dari beberapa faedah tersebut.
Forgarty (Herjanto, 1997.2) mendefenisikan manajemen
produksi dan operasi sebagai suatu proses berkesinambungan dan
efektif
menggunakan
fungsi-fungsi
manajemen
untuk
mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam
rangka mencapai tujuan.
Unsur-unsur pokok dalam definisi tersebut dapat dijelaskan
lebih lanjut sebagai berikut. Kontinyu, artinya manajemen
produksi dan operasi bukan suatu kegiatan yang berdiri sendiri.
Keputusan manajemen tidak merupakan suatu tindakan sesaat,
melainkan tindakan yang berkelanjutan, atau dapat merupakan
Manajemen Operasi
3
suatu proses yang kontinyu. Efektif, artinya segala pekerjaan harus
dapat dilakukan secara tepat dan sebaik-baiknya, serta mencapai
hasil sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan manajemen
produksi dan operasi memerlukan pengetahuan yang luas karena
mencakup berbagai fungsi manajemen, seperti perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan juga pengendalian. Dalam
pelaksanaannya, berbagai sumber daya seperti material, modal,
mesin, manajemen atau metode, energi, dan informasi
diintegrasikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Integrasi
tersebut menggabungkan dua atau lebih sumber daya dalam
berbagai kombinasi yang terbaik. Di samping itu, manajer
produksi dan operasi juga dituntut untuk mempunyai kemampuan
bekerja secara efisien agar dapat mengoptimalkan penggunaan
sumber daya. Kegiatan manajemen produksi dan operasi sendiri
harus mempunyai tujuan yang pasti, yaitu menghasilkan sesuatu
keluaran sesuai dengan yang direncanakan. Keluaran ini dapat
berupa produk yang berwujud (yaitu berupa barang) atau tak
berwujud (yaitu berupa jasa).
B. Ruang Lingkup Manajemen Produksi
Ruang lingkup manajemen produksi meliputi seluruh
aktivitas dalam bidang produksi yang meliputi tiga hal, yaitu desain,
proses, dan pengawasan. Ruang lingkup aktivitas desain ini meliputi,
antara lain; penelitian dan pengembangan produk, luas dan pola
produksi, penentuan lokasi pabrik, penentuan letak fasilitas fisik
dalam pabrik, pengendalian bahan, lingkugan kerja, dan persoalan
standar. perencanaan bangunan pabrik. Dan aktivitas proses meliputi,
antara lain; pengaturan persediaan, perencanaan dan pengawasan
produksi, dan pemeliharaan dan penggantian. Sedangkan aktivitas
pengawasan meliputi, antara lain; pengawasan kuantitas, pengawasan
kualitas, dan pengawasan biaya produksi.
Manajemen Operasi
4
Perencanaan
Fungsi
manajemen
Pengorganisasian
Penelitian dan pengembangan Produk
Pengarahan
Luas dan Pola produksi
Pengkoordinasian
Penentuan Lokasi Pabrik
Pengawasan
Penentuan letak fasilitas fisik dalam pabrik
Manajemen
Produksi
Pengendalian Bahan
DESAIN
Lingkungan Kerja
Persoalan Standar
Fungsi
Operasi
Pengaturan Persediaan
PROSES
Perencanaan dan Pengaw asan Produksi
Pemelihaan dan Penggantian
Pengaw asan Kuantitas
PENGAWASAN
Pengaw asan Kualitas
Pengaw asan Biaya Produksi
Gambar 1. Pendekatan Soal-Soal Produksi
(disesuaikan dengan kebutuhan) Sukanto. 1998. Hal - 7.
C. Proses Produksi
Pada hakekatnya proses produksi merupakan proses
transformasi atau perubahan bentuk atas faktor-faktor produksi.
Proses produksi dapat juga merupakan cara, metode, teknik
pelaksanaan produksi dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi.
Proses produksi yang dilaksanakan dalam suatu perusahaan tidak
Manajemen Operasi
5
akan terlepas dari sistem produksi yang ada dalam perusahaan
tersebut.
Proses produksi dalam perusahaan pada umumnya akan dapat
dipisahkan menurut beberapa segi, yaitu menurut ujud proses.,
menurut arm proses, menurut keutamaan proses dan menurut
penyelesaian proses dalam perusahaan yang ber-sangkutan.
Pemilihan sudut pandangan yang akan dipergunakan untuk
pemisahan proses produksi dalam perusahaan ini akan tergantung
kepada untuk apa pemisahan tersebut dilaksanakan.
Pemisahan proses produksi menurut ujud proses pada umumnya
akan dipergunakan dalam hubungannya dengan kebijaksanaan umum
industri dan pemasaran produk perusahaan. Pemisahan menurut arus
proses akan dipergunakan dalam penyu-sunan letak sarana dan
fasilitas yang hendak dipergunakan dalam perusahaan. Pemisahan
proses menurut keutamaan proses, akan dipergunakan untuk
pengendalian proses, sedangkan pemisahan proses menurut
penyelesaian proses ini akan dipergunakan guna pengendalian
kualitas dalam perusahaan yang bersangkutan.
1. Jenis Proses Produksi Ditinjau Dari Segi Ujud Proses Produksi
Pemisahan proses produksi menurut ujud proses produksi
pada umumnya akan dikaitkan dengan masalah-masalah umum
dan bidang produksi masing-masing perusahaan, dan masalah
pemasaran dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang
bersangkutan.
Atas dasar ujud dari proses produksi yang dilaksanakan
dalam masing-masing perusahaan yang ada, maka proses
produksi ini akan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1) Proses produksi kimiawi.
Proses produksi kimiawi adalah suatu proses produksi yang
menitik-beratkan kepada adanya proses analisa atau sintesa
dan senyawa kimia. Proses produksi semacam ini akan
Manajemen Operasi
6
dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan yang karena sifat
dari produknya menuntut adanya perubahan kimia dalam
pelaksanaan proses produksinya. Contohnya adalah
perusahaan obat-obatan, pertambangan minyak bumi,
perusahaan yang memproduksi alkohol, perusahaan bahan
kimia dasar, dan lain sebagainya.
2) Proses produksi perubahan bentuk.
Proses produksi perubahan bentuk adalah proses produksi
yang menitikberatkan pada adanya perubahan bentuk dari
masukan hingga menjadi keluaran. Dengan adanya
perubahan bentuk dari barang yang diproses dalam proses
produksi yang dilaksanakan, maka akan didapatkan
penambahan manfaat atau faedah dari barang tersebut,
apabila dibandingkan dengan sebelum masuk dalam proses
produksi. Contohnya perusahaan meubel, perusahaan
garmen, perusahaan sepatu, perusahaan es batu, perusahaan
semen, dan lain sebagainya.
3) Proses produksi assembeling.
Proses produksi assembeling adalah suatu proses produksi
yang dalam pelaksanaan proses produksi akan lebih
mengutamakan kepada proses penggabungan (assembling)
dari komponen-komponen produk tertentu. Perusahaan yang
melaksanakan proses penggabungan ini belum tentu
memproduksikan semua komponen produk yang akan
dipergunakan, akan tetapi banyak terjadi bahwa komponen
produk perusahaan tersebut akan dibeli dari perusahaan yang
lain. Apabila lebih menguntungkan bila membeli komponen
produk yang diperlukan, maka perusahaan semacam ini akan
mempunyai kecenderungan untuk membeli saja. Contohnya
perusahaan yang memproduksikan peralatan elektronika,
perusahaan perakitan mobil, dan lain-lain.
Manajemen Operasi
7
4) Proses produksi transportasi.
Proses produksi transportasi adalah proses produksi yang
menciptakan jasa pemindahan tempat dari barang ataupun
manusia/orang dari suatu tempat ke tempat lain. Proses
produksi ini sangat besar peranannya di dalam sistem
produksi, baik di dalam maupun di luar perusahaan yang
bersangkutan. Peranan transportasi dalam perusahaan
misalnya diperlukan untuk proses pemindahan bahan baku
dan barang setengah jadi, sedangkan proses transportasi di
luar perusahaan misalnya pengangkutan bahan baku serta,
pengangkutan produk akhir menuju daerah pemasaran,
angkutan karyawan perusahaan, dan lain-lain. Contohnya
perusahaan angkutan kota, perusahaan kereta api, perusahaan
penerbangan, dan lain sebagainya.
5) Proses produksi penciptaan jasa administrasi.
Proses produksi penciptaan jasa merupakan suatu proses
produksi yang menghasilkan jasa tertentu, misalnya jasa
administrasi, jasa hiburan, dan jasa konsultasi. Contohnya;
perusahaan konsultan yang menghasilkan jasa administrasi,
perusahaan bioskop yang menghasilkan jasa hiburan, dan lain
sebagainya.
2. Jenis Proses Produksi Ditinjau Dari Segi Arus Proses Produksi
Menurut arus proses produksi, proses produksi terdiri
atas:
1) Proses Produksi terus-menenis.
Proses Produksi terus-menerus adalah suatu proses produksi
di mana arus bahan baku sampai menjadi produk akhir selalu
tetap. Dengan perkataan lain, dapat disebutkan bahwa urutan
arus proses dari bahan baku sampai menjadi produk akhir
adalah selalu tetap. Pola urutan proses produksi yang
dipergunakan kemarin adalah sama dengan yang
Manajemen Operasi
8
dilaksanakan pada hari ini. Demikian pula pada periode yang
akan datang akan sama dengan periode yang telah lalu.
Dalam jangka pendek arus proses ini akan selalu sama,
perubahan baru akan terjadi dalam jangka panjang atau
apabila terdapat pergantian tekhnologi terhadap produk yang
dihasilkan. Perusahaan yang menggunakan proses produksi
ini adalah perusahaan yang menghasilkan produk standar.
2) Proses produksi terputus-putus.
Proses produksi terputus-putus adalah proses produksi di
mana arus proses tidak selalu sama dari waktu ke waktu.
Dalam proses produksi seperti ini kadang-kadang dapat pula
terjadi arus proses yang dipergunakan sama dari satu waktu
dengan waktu yang lain, namun pada waktu yang lainnya lagi
arus prosesnya berbeda. Contoh perusahaan kerajinan tangan.
3. Jenis Proses Produksi Ditinjau Dari Segi Keutamaan Proses
Produksi
Menurut keutamaan proses produksi, proses produksi
dapat dibedakan atas:
1) Proses Produksi Utama.
Proses produksi utama adalah proses produksi untuk
menghasilkan produk sesuai dengan tujuan produksi sejak
didirikannya perusahaan.
2) Proses Produksi Bukan Utama.
Proses produksi bukan utama adalah proses produksi yang
dilaksanakan sehu-bungan dengan adanya berbagai
kepentingan khusus dalam perusahaan. Proses produksi
bukan utama merupakan kegiatan penunjang dalam
perusahaan. Tujuan proses produksi bukan utama adalah
untuk mengadakan perbaikan atau pengembangan proses
produksi utama.
a) Model.
Manajemen Operasi
9
Sebelum suatu produk dihasilkan secara besar-besaran
ada perusahaan yang membuat model dari produk
tersebut terlebih dahulu. Bentuk model ini sama dengan
bentuk produk yang akan dihasilkan, namun ukuran
model kadang-kadang tidak sama dengan ukuran produk
yang sebenarnya.
b) Prototipe.
Berbeda dengan model, prototipe dibuat sama dengan
persis dengan produk yang akan dihasilkan, baik
menyangkut bentuk maupun ukurannya. Prototipe ini
akan dievaluasi untuk perbaikan seperlunya sebelum
produk yang sesungguhnya diproduksikan secara besarbesaran. Perusahaan mobil dan motor biasanya
menggunakan prototipe ini.
c) Percobaan.
Proses produkasi percobaan (trial run) adalah proses
produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan dalam
rangka mengadakan percobaan terhadap seluruh fasilitas
produksi yang nantinya akan dipergunakan dalam proses
produksi secara besar-besaran. Di dalam proses produksi
percobaan ini bukan produk yang dijadikan percobaan
oleh perusahaan tersebut, melainkan fasilitas dan
peralatan produksi yang akan dipergunakan.
d) Demonstrasi.
Proses produksi ini bertujuan untuk memperlihatkan
proses produksi kepada masyarakat umum. Diharapkan
dengan mengetahui proses produksi yang dilaksanakan
oleh perusahaan, maka masyarakat akan tertarik atau
semakin tertarik dengan produk tersebut. Proses produksi
ini biasanya dilaksanakan dalam pameran-pameran,
bazar-bazar, dan sebagainya.
Manajemen Operasi 10
4. Jenis Proses Produksi Ditinjau Dari Segi Penyelesaian Proses
Produksi.
Menurut penyelesaian proses produksi, proses produksi
dibedakan atas:
1) Proses produksi tipe A.
Proses produksi tipe A adalah proses produksi, di mana
setiap tahap proses produksi yang dilaksanakan dalam
perusahaan dapat diperiksa secara mudah. Dengan demikian
pengendalian proses yang dilaksanakan dalam perusahaan
semacam ini dapat dilaksanakan pada setiap tahap proses
sesuai dengan kehendak pihak manajemen perusahaan yang
bersangkutan.
2) Proses produksi tipe B.
Proses produksi tipe B merupakan proses produksi di mana
terdapat beberapa ketergantungan dan masing-masing tahap
dalam penyelesaian proses produksi. Dengan demikian
pengendalian proses yang dapat dilakukan hanya terbatas
pada beberapa proses yang dapat diperiksa secara mudah.
3) Proses produksi tipe C.
Proses produksi tipe C adalah proses produksi dengan cara
menggabungkan
atau
memasangkan
(assembling).
Pelaksanaan
proses
produksi
dilakukan
dengan
memasangkan atau menggabungkan komponen-komponen
produk se-hingga menjadi produk perusahaan.
4) Proses produksi tipe D.
Proses produksi tipe D adalah proses produksi yang
dilaksanakan dengan mem-pergunakan mesin dan peralatan
produksi otomatis. Mesin dan peralatan tersebut dilengkapi
dengan peralatan khusus untuk melaksanakan pengendalian
produksi.
5) Proses produksi tipe E.
Manajemen Operasi 11
Proses produksi tipe E adalah proses produksi yang
dilaksanakan perusahaan-perusahaan dagang dan jasa.
Pelaksanaan proses produksi yang agak berbeda dengan
perusahaan manufaktur menyebabkan pengendalian kualitas
proses untuk perusahaan seperti juga agak berbeda.
JENIS PROSES PRODUKSI
Menurut
Wujud
Menurut
Arus
Menurut
keutamaan
Menurut
penyelesaian
Proses produksi
Proses produksi
terus-menerus
Proses produksi
utama :
- Terus
menerus
- Terputusputus
- Proses
- Proses yang
sama
- Proyek
khusus
- Industri berat
Proses produksi
tipe A
- Kimiawi
- Perubahan
Bentuk
- Assembling
- Transportasi
- Penciptaan
Jasa
Administrasi
Proses produksi
terputus-putus
Proses produksi
bukan utama :
- Penelitian
- Model
- Percobaan
- demonstrasi
Proses produksi
tipe B
Proses produksi
tipe C
Proses produksi
tipe D
Proses produksi
tipe E
Gambar 2. Jenis Proses Produksi
D. Sistem produksi
Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari
sistem perekonomian, karena memproduksi dan mendistribusikan
Manajemen Operasi 12
produk (barang dan/atau jasa). Produksi merupakan fungsi pokok
dalam setiap organisasi, yang mencakup aktivitas yang
bertanggungjawab untuk menciptakan nilai tambah produk. Produksi
adalali bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan
teknologi, di mana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbalbalik (dua arah) yang sangat erat dengan teknologi. Produksi dan
teknologi saling membutuhkan. Kebutuhan produksi untuk
beroperasi dengan biaya yang lebih rendah, meningkatkan kualitas
dan produktivitas, dan menciptakan produk baru telah menjadi
kekuatan yang mendorong teknologi untuk melakukan berbagai
terobosan dan penemuan baru. Produksi dalam sebuah organisasi
pabrik merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta berbeda
dengan bidang fungsional lain seperti; keuangan, personalia, dll.
Sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai
komponen struktural dan fungsional. Dalam sistem produksi modern
terjadi suatu proses trans-formasi nilai tambah yang mengubah input
menjadi output yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar.
Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output
dalam sistem produksi modern selalu melibatkan komponen
struktural dan fungsional. Sistem produksi mempunyai beberapa
karakteristik berikut:
a. Mempunyai komponen atau elemen yang saling berkaitan satu
sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh.
b. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu
menghasilkan produk (barang dan/atau jasa) berkualitas yang
dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar.
c. Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah
input menjadi output secara efektif dan efisien,
d. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya,
berupa optimalisasi pengalokasian sumber-sumberdaya.
Sistem produksi memiliki komponen atau elemen struktural
Manajemen Operasi 13
dan fungsional yang berperan penting dalam menunjang kontinuitas
operasional sistem produksi itu. Komponen atau elemen struktural
yang membentuk sistem produksi terdiri dari: bahan mentah
(material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi,
informasi, tanah, dan Iain-lain. Sedangkan komponen atau elemen
fungsional terdiri dari: supervisi, perencanaan, pengendalian,
koordinasi, dan kepemimpinan, yang semuanya berkaitan dengan
manajemen dan organisasi. Suatu sistem produksi selalu berada
dalam lingkungan, sehingga aspek-aspek lingkungan, seperti
perkembangan teknologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan
pemerintah-akan mempengaruhi keberadaan sistem produksi itu.
Secara skematis sederhana, sistem produksi dapat
digambarkan seperti dalam Gambar 3.
Dari gambar di atas tampak bahwa elemen-elemen utama
dalam sistem produksi adalah input, proses, dan output, serta adanya
suatu mekanisme umpan balik untuk pengendalian sistem produksi
itu agar mampu meningkatkan perbaikan terus-menerus (continuous
improvement).
Manajemen Operasi 14
Suatu proses dalam sistem produksi dapat didefmisikan
sebagai integrasi sekuensial dari tenaga kerja, material, informasi,
metode kerja, dan mesin atau peralatan, dalam suatu lingkungan
guna menghasilkan nilai tambah bagi produk, agar dapat dijual
dengan harga kompetitif di pasar. Proses itu mengkonversi input
terukur ke dalam output terukur melalui sejumlah langkah
sekuensial yangterorganisasi.
Tabel 1. Contoh Sistem dan Manufaktur (Gasperz, 1998 - 5)
No
Sistem
Input
Output
1
Bank
2
Rumah sakit Dokter, perawat, karyawan, Pelayanan
medik
bagi
fasilitas gedung dan peralatan pasien, dll
medik, labora-torium, modal,
energi, informasi, manajerial,
dll
Universitas Dosen, mahasiswa, karyawan, Pelayanan akademik bagi
fasilitas gedung dan peralatan mahasiswa
untuk
kuliah,
per-pustakaan, menghasilkan Sarjana (SI),
laboratorium, modal, energi, Magister (S2), Doktor (S3),
informasi, manajerial, dll
dll
Transportasi Pilot,
pramugari,
tenaga Transportasi udara bagi
udara
mekanik, karyawan, pesawat orang dan barang dari satu
terbang, fasilitas gedung dan lokasi ke lokasi lain.
peralatan kantor, modal, energi,
informasi, manajerial, dll
3
4
Karyawan, fasilitas gedung dan Pelayanan finansial bagi
peralatan kantor, modal energi, nasabah
(deposito,
informasi, manajerial, dll
pinjaman, dll)
Manajemen Operasi 15
5
Manufaktur
Karyawan, fasilitas gedung dan Barang jadi, dll
peralatan
pabrik,
material,
modal,
energi,
informasi,
manajerial, dll
Konsep Dasar, Ruang Lingkup, Proses, Dan Sistem Produksi
Sistem produksi merupakan serangkaian elemen yang saling
berhubungan dan saling menunjang untuk melaksanakan kegiatan
penambahan manfaat dalam suatu perusahaan tertentu. Elemenelemen tersebut, antara lain; produk perusahaan, lokasi pabrik,
layout pabrik, lingkungan keija, dan standar produksi yang berlaku
dalam perusahaan tersebut.
Sistem produksi dalam perusahaan memerlukan suatu input,
yang kemudian diproses dalam sistem produksi perusahaan untuk
menghasilkan output. Sistem produksi dalam perusahaan terdiri atas
beberapa macam tergantung kepada sistem produksi yang digunakan
dalam perusahaan tersebut. Dari keadaan tersebut dapat diketahui
bahwa pada masing-masing perusahaan akan terdapat input untuk
sistem produksi, sistem produksi itu sendiri, dan output dari sistem
produksi. Untuk melaksanakan proses produksi diperlukan adanya
beberapa masukan untuk sistem prodsuksi dalam perusahaan.
Masukan-masukan tersebut antara lain:
1. Bahan baku.
Bahan baku merupakan input dari suatu sistem produksi dan
mempunyai keter-gantungan pada sistem produksi tersebut.
Misalnya sebuah perusahaan kertas akan menggunakan bahan
baku pulp (bubur kertas), bambu atau jerami sebagai bahan
bakunya tergantung dari tekhnologi yang digunakan dan jenis
kertas yang akan dihasilkan.
2. Tenaga Kerja Langsung.
Hampir sama dengan bahan baku, tenaga kerja langsung juga
merupakan input yang memiliki keterkaitan dengan sistem
Manajemen Operasi 16
produksi. Dalam hal ini adalah menyangkut tingkat keterampilan
apa yang dibutuhkan dari tenaga kerja tersebut yang disyaratkan
oleh sistem produksi tersebut.
3. Dana Yang Tersedia
Dana untuk membiayai bahan baku dan tenaga kerja langsung
juga merupakan input bagi suatu sistem produksi. Kekurangan
dana akan mengakibatkan terganggunya sistem produksi tersebut
secara keseluruhan.
4. Lain-lain.
Beberapa hal lain yang merupakan input sistem produksi adalah
bahan pembantu, perlengkapan, dan fasilitas lain yang diperlukan
dalam pelak-sanaan proses produksi.
Jika kita akan membahas sistem produksi dengan subsistem
yang membentuk sistem tersebut, maka suatu sistem produksi akan
terdiri atas beberapa subsistem, yaitu:
a. Produk yang dihasilkan.
Dalam penyusunan sistem produksi perusahaan seharusnya
sudah menentukan produk apa yang akan dapat dihasilkan oleh
perusahaan tersebut.
b. Lokasi pabrik.
Lokasi pabrik merupakan tempat di mana fungsi tekhnis
perusahaan melaksanakan aktivitas produksinya. Oleh karena itu,
pemilihan lokasi pabrik haruslah dipertim-bangkan dengan baik
karena akan berdampak pada efisiensi perusahaan.
c. Letak fasilitas produksi.
Letak fasilitas produksi (layout pabrik) merupakan salah satu
bahagian dari sistem produksi dalam perusahaan. Layout ini
mempunyai pengaruh langsung terhadap produktivitas
perusahaan. Susunan fasilitas produksi yang dipergunakan
sedapat mungkin diusahakan agar dapat menunjang pelaksanaan
proses produksi dengan baik, sehingga produktivitas perusahaan
Manajemen Operasi 17
dapat ditingkatkan.
d. Lingkungan kerja.
Lingkungan kerja juga turut mempengaruhi tingkat produktivitas
kerja karyawan. Sementara produktivitas kerja karyawan
mempunyai pangaruh langsung terhadap tingkat produktivitas
perusahaan. Dengan demikian, lingkungan kerja juga perlu
dikelola dengan baik agar tingkat produktivitas perusahaan dapat
dipertahankan.
e. Standar produksi.
Standar produksi merupakan salah satu bagian dari sistem
produksi yang memiliki peranan yang cukup penting.
Penggunaan Standar produksi yang jelas akan memper-mudah
para karyawan untuk melaksanakan operasi perusahaan dan juga
akan mem-bantu program pemasaran hasil produksi. Produk
tanpa standar produksi akan menimbulkan kesulitan ketika akan
melakukan penggantian suku cadangnya.
Sistem produksi bersangkutan dengan semua keputusan,
kegiatan, pembatasan, pengendalian dan rencana yang
memungkinkan berlangsungnya pengubahan input men-jadi output
oleh proses produksi. la terdiri dari satu sistem tersendiri, sistem
saling ber-kaitan yang mempengaruhi operasinya dan subsistem atau
bagian yang merupakan unsur-unsumya. Pernyataan yang sifataya
umum ini berlaku pada sistem produksi pada umum-nya, tetapi
untuk situasi khusus tentunya harus diadakan perubahan dalam
pemberian tekanan pada masing-masing bagian dari sistem ini.
Misalnya, kegiatan manajemen bahan (material) mungkin
merupakan suatu sistem dengan organisasi yang khusus dalam
industri perakitan dengan volume produksi yang tinggi, dan dipimpin
oleh seorang direk-tur. Dalam perusahaan yang lain, mungkin
kegiatan manajemen bahan (material) merupakan suatu organisasi
Manajemen Operasi 18
pembelian komponen, yang membeli banyak ragam bahan secara
spekulatif, tetapi masalah penanganannya relatif sedikit. Perusahaan
ketiga mungkin beroperasi di bidang jasa, di mana kegiatan
pembeliannya hanya terbatas pada perbekalan untuk operasinya, dan
para pelanggan hanya menyediakan sendiri bahan mentahnya.
a. Sistem produksi dan perencanaan strategis
Dalam hal produksi, sistemnya bersifat sedemikian rupa
sehingga rencana strategis perusahaan dirumuskan sekitar
pembuatan atau perolehan produk baru. Sekali telah dirumuskan
suatu rencana strategis, maka rencana tersebut kemudian
dilaksanakan oleh bagian yang ikut berkepentingan dalam
perusahaan; pemasaran, keuangan, perencanaan produk baru dan
produksi. Perencanaan jangka panjang dilaksanakan dalam
kaitannya dengan rencana pasar serta memungkinkan untuk
mendapatkan bahan baku, tenaga kerja, dan modal (keuangan)
dalam jangka panjang. Kemudian sistem produksinya akan
mengikuti suatu siklus kegiatan yang berlangsung kontinyu:
1) rencana jangka pendek dirumuskan dan dilaksanakan.
2) pembuatan produk dilaksanakan.
3) kegiatan monitor dilaksanakan melalui pengendalian kualitas,
pengendalian kuantitas, dan pengendalian biaya.
4) perubahan diadakan sehingga rencana jangka pendek dapat
terpenuhi.
5) rencana jangka panjang (strategis) diteliti kembali
berpedoman pada hasil jangka pendek.
Contoh sederhana dari siklus sistem produksi yang kontinyu
dapat ditunjukkan dalam Gambar 4.
Memonitor
Lingkungan
Perubahan
Pasar/
Kapasitas
Manajemen Operasi 19
Pemeriksaan
Kembali
Rencana
Jangka
Panjang
Rencana
Operasional
Pengendalian
Operasi
Produksi
Merencanakan
kembali
Gambar 4. Siklus sistem produksi.
Siklus sistem produksi mempunyai tiga laras melalui
mana proses produksi dikendalikan, rencana jangka pendek
diperbaiki, dan rencana jangka panjang dinilai kembali. Adalah
penting sekali untuk memperhatikan "laras pengendalian'1 ini,
perbaikan sistem ini secara terus-menerus dan kesanggupannya
untuk berubah sesuai dengan pengaruh dari luar. Misalnya, suatu
pemogokan dapat memaksa diadakannya perubahan taktis
terhadap rencana jangka pendek karena kekurangan bahan. Atau
peraturan pemerintah dapat mengakibatkan perubahan strategis
dan dirumuskannya rencana jangka panjang yang baru. Kembali
di sini kita lihat adanya kaitan antara produksi dengan sistem
lainnya.
b. Subsistem produksi
Dalam membahas kegiatan produksi melalui pendekatan sistem,
kita mengkategorikan subsistem yang terlibat di dalamnya, yaitu:
1) Subsistem input.
Kegiatan subsistem ini meliputi penyediaan bahan melalui
pembelian, administrasi gaji, penyediaan modal kerja dan
bagian dari manajemen personalia yang berurusan dengan
penyediaan tenaga kerja serta staf manaje-mennya.
Penyediaan tenaga kerja merupakan subsistem produksi yang
sangat penting artinya, dan mungkin merupakan fungsi
manajemen personalia yang paling penting. Ke dalamnya
termasuk penyediaan tenaga manajemen untuk produksi, satu
Manajemen Operasi 20
flingsi gabungan antara manajemen personalia dengan manajemen produksi.
Penyediaan modal kerja untuk perusahaan merupakan suatu
kegiatan yang tergantung pada keuangan, pengendalian
kredit, pembayaran kepada kreditur dan penagihan piutang,
serta akan dipengaruhi juga oleh penetapan harga dan biaya
produksi. Jadi di sini terdapat suatu sistem input dengan
kegiatan yang luas cakupannya hingga ke seluruh
perusahaan. Pembelian akan menyediakan bahan dan
perlengkapan operasi untuk produksi, sedangkan fasilitas
tenaga listrik, air dan fasilitas penting lainnya merupakan
sistem input.
2) Subsistem output
Subsistem output yang utama adalah pengiriman, yang
merupakan bagian dari sistem distribusi. Pengiriman barang
jadi dengan secepat mungkin dari unit produksi merupakan
kegiatan yang seringkali dihubungkan dengan produksi
berdasarkan alasan geografis atau organisatoris. Tetapi
sebenarnya adalah lebih logis jika kegiatan ini dikendalikan
oleh bagian pemasaran. Output keuangan merupakan hasil
operasi dari sistem yang sama yang menyediakan modal
kerja dengan cara memutarkan dana.
3) Subsistem perencanaan
Produksi membutuhkan perencanaan dan pengendalian yang
kontinyu. Subsistem perencanaan untuk produksi meliputi
kegiatan perencanaan praproduksi, penjadwalan dan
pembebanan, spesifikasi produk dan perencanaan inspeksi.
Dengan perkataan lain, sistem itu bersangkutan dengan
perencanaan kualitas, kuantitas dan penjangkauan produksi.
Perencanaan dan pengendalian produksi seringkali dianggap
sebagai satu departemen produksi saja, tetapi sebenarnya ia
Manajemen Operasi 21
terdiri dari dua sistem yang saling jalin-menjalin dengan erat.
4) Subsistem pengendalian
Pekerjaan sehari-hari dari produksi sebagian besar
bersangkutan dengan pengendalian, yaitu apakah produksi
telah berjalan sesuai dengan rencana yang dibuat
sebelumnya. Subsistem pengendalian meliputi inspeksi,
perawatan pabrik, penetapan biaya, standar, pengembangan,
pengendalian proses dan pengendalian persediaan.
Kesemuanya ini seringkali dianggap sebagai tulang
punggung dari produksi yang efektif. Dalam kenyataannya
pemanfaatan sistem pengendalian secara efektif jelas
menjamin pelaksanaan yang sesuai dengan rencana. Tetapi
adalah jauh lebih penting lagi untuk memulai dengan rencana
yang tepat dan menetapkan target yang tepat pula. Hanya
setelah hal ini dilaksanakan dengan tepat, baru mekanisme
pengendalian dapat menjamin kesesuain.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk
melaksanakan fungsi produksi diperlukan serangkaian kegiatan yang
merupakan suatu sistem. Jadi produksi merupakan suatu sistem
untuk menyediakan barang-barang dan jasa-jasa yang akan
dikonsumsi oleh masyarakat. Yang dimaksudkan dengan sistem
menurut Webster adalah kumpulan dari unsur-unsur yang secara
teratur saling pengaruh-mempengaruhi atau sating tergantung satu
sama lainnya, yang keseluruhannya merupakan kesatuan.
Suatu sistem mempunyai banyak komponen dan obyek, dan
dalam produksi komponen-komponen tersebut adalah bahan, mesin,
tenaga kerja dan informasi. Antara komponen yang satu dengan yang
lainnya tidak dapat dipisahkan dan secara bersama-sama membentuk
suatu sistem untuk mencapai tujuan akhir yang sama. Sistem
produksi mengkombinasikan atau menggabungkan bahan-bahan
(materials), labor dan capital resources dalam suatu cara
Manajemen Operasi 22
pengorganisasian dengan tujuan untuk menghasilkan barang-barang
atau jasa-jasa.
Proses produksi yang merupakan suatu sistem, terdapat tidak
hanya dalam pabrik tetapi juga dalam bank, kantor, toko-toko serba
ada, rumah sakit, dan sebagainya. Di dalam masing-masing lembaga
atau organisasi tersebut, beberapa komponen yang merupakan input
yang dibutuhkan untuk sistem ini diproses dalam suatu sistem
dengan tujuan untuk menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa
sebagai outputnya.
Sistem produksi mempunyai input yang dapat berupa bahan
baku, bagian dari produk, barang setengah jadi, formulir-formulir,
para pembeli/langganan dan pasien. Output dari sistem produksi
dapat berupa barang jadi, bahan-bahan kimia, pelayanan kepada
pembeli dan pasien, formulir-formulir yang selesai diisi dan
sebagainya.
Dua macam sistem produksi yang dikenal yaitu:
a. Sistem seri, di mana dua atau lebih sistem merupakan satu sistem
yang lebih besar.
b. Sistem paralel, bila beberapa pabrik memprodusir barang yang
serupa, dan mensupply beberapa daerah pasaran sehingga pabrikpabrik tersebut dinyatakan sebagai suatu sistem produksi yang
besar.
Untuk memperoleh hasil produksi, di dalam suatu sistem produksi
ada dua macam proses produksi, yaitu:
a. Continuous, di mana fasilitasnya telah diatur sesuai dengan uruturutan kegiatan atau routing dan arus bahan baku yang telah
distandardisir.
b. Intermittent, di mana fasilitasnya bersifat flexible dapat
digunakan untuk berbagai produk dan ukuran.
Bila suatu sistem adalah bagian dari sistem yang lebih besar
maka sistem ini disebut sub-system. Setiap system terdiri dari subManajemen Operasi 23
system. Dan bila suatu organisasi atau sistem pengorganisasian kita
bagi lagi dalam single /unction atau komponen dari suatu fungsi,
yang dilakukan oleh beberapa orang atau mesin pada lokasi yang
berbeda-beda. Bila kita defmisikan istilah produksi maka kita akan
menunjukkan suatu single function dari "penciptaan" barang-barang
dan jasa-jasa untuk produksi. Untuk menjalankan fungsi ini,
production system membutuhkan input dari sub-system yang lain
dari organisasi itu seperti input jasa (service inputs), sebagai contoh
misalnya maintenance, supervison dan plant lay-out design. Dan
input pengawasan (control inputs) sebagai contoh misalnya
measurement, data processing, planning, control, order and sales
information processing dan forecasting. Walaupun sub-system ini
bermacam-macam dan fungsinya di dalam organisasi dapat
dibedakan dalam beberapa cara tetapi untuk pembahasan kita, subsystem yang membantu production sub-system adalah:
a. Policy-formulating system.
Fungsi dari system ini adalah menyesuaikan basic organization
policies untuk informasi yang mencerminkan keadaan sekarang
dan keadaan masa depan yang diramalkan. Kita dapat
menggabungkan fungsi ini dengan fungsi control yang umum
(general control). Kedua sub-system ini, mempunyai fungsi
utamanya yaitu mengumpulkan dan mengolah data atau
informasi untuk dimaksud bagi planning and contol.
b. General control.
Fungsi utama dari control system adalah merubah atau
mentransformir informasi. Seperti yang kita ketahui, bahwa
fungsi ini dapat dibagi dalam component function. Dan dapat
kita bayangkan bahwa transfornation of information ini akhirnya
dapat seluruhnya tihandle oleh mesin dan computer.
c. Intermediate organization system (sistem organisasi perantara).
Untuk mudahnya kita akan mendefinisikan intermediate
Manajemen Operasi 24
organization system dengan fungsi-fungsi untuk memberikan
service yang dibutuhkan oleh sub-system yang lainnya dari
organisasi ini atau untuk beberapa sub-system yang ada di
sekeliling atau di lingkungannya yang langsung mempengaruhi
sub-system organisasi. Dalam service di sini termasuk
pengawasan (supervision), delegation of authority, penyampaian
keputusan (transmitting of decisions') seperti macam-macam
service lainnya yang telah diterangkan.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya
bahwa dalam membahas manajemen produksi melalui pendekatan
sistem, dicapai suatu tahap di mana pendekatan tidak lagi berguna
untuk menjelaskan sampai di mana ataupun unsur mana yang
membentuk kegiatan manajemen produksi. Hal mana terutama
dipakai sebagai sarana untuk memisahkan sejumlah kegiatan dalam
manajemen produksi, dan sangat efektif untuk menunjukkan
kenyataan bahwa manajemen produksi adalah suatu kegiatan yang
sepenuhnya tergantung pada banyak sistem lainnya yang juga
beroperasi dalam keseluruhan perusahaan. Namun demikian,
subsistem yang ikut terlibat dalam produksi dapat dikategorikan
menjadi; sistem input, sistem output, sistem perencanaan, dan sistem
pengendalian.
Tabel 2. Subsistem produksi
Sistem
Hubungan
dengan
produksi
Subsistem
Kegiatan yang merupakaa
usnsur subsistem
Manajemen Operasi 25
Pengendalian
material
Langsung
I Pembelian Penganan
bahan K Pengurusan
gudang
Penetapan harga, penilaian
penjual, kebijaksanaan
persediaan Menetapkan arus
bahan, mekanisasi Perkiraan
prosedur, persediaan gudang.
Tata ruang, waktu, metode,
volume, kapasitas, proses.
Program, angka-angka
pemakaian, pembatasan,
penyerahan.Pengendalian
kemajan, prosedur penolakan.
Perencanaan dan
pengendalian
produksi
Langsung
P Pra-perencanaan
P Penjadwalan dan
pembebanau
K Memeriksa kemajuan
Pengendalian
kualitas
Langsung
K Inspeksi P Spesifikasi Rencana pengambilan contoh,
produk Pengendalian
metode, prosedur Toleraansi,
proses
kesesuaian dan kualitas desain
Pemeriksaan proses,
kesanggupan mesin
Perawatan
Langsung
K Perawatan pabrik I
Perawatan berencana, kerusakan
Penyediaan fasilitas K
dan pencegahan. Tenaga mesin,
Manajemen penempatan aliran, pembuangan sampah
Bangunan tanah, fasilitas
Keuangan
Sebagian
K Pembiayaan Gaji I
Modal kerja
Perencanaan
produk
Sebagian
Personalia
Sebagian
P Riset dan
Riset murni dan riset yang
pengembangan P Desain diterapkan Spesifikasi produk,
P Pengembangan
analisa seluk-beluk nilai teknis,
material Menguji dan
mengoperasikanj>ilot-proyeknya
I Latihan Kesejahteraan I Perencanaan tenaga kerja
Pendidikan 1 Penyediaan Pengembangan tenaga kerja
tenaga kerja
Anggaran, penyimpangan biaya
Gaji, insentif, pemberian bonus
Pembayaran, utang, piutang
Manajemen Operasi 26
pemasaran
Sebagian
O Distribusi P Riset
pasar Pengiklanan I
Penjualan
K Jasa teknis
Pengiriman, penggudangan
Mengetahui sikap dan kebutuhan
konsumen. Promosi,
menggelarkan produk
Memperoleh dan memenuhi
pesanan, menetapkan harga,
mengendalikan kredit
Mengetahui persyaratan teknis
yang diharapkan oleh langganan
Keterangan:
I = sistem input
P = sistem perencanaan
Tabel di atas menunjukkan banyak di antara sistem yang
secara langsung atau sebagian berkaitan dengan produksi serta
subsistem yang berhubungan dengannya.
E. Siklus Umur Sistem Produksi
Sebagaimana dalam umur produk, sebenarnya sistem
produksi yang disusun juga akan mempunyai siklus umur tertentu.
Secara umum siklus umur sistem produksi dalam perusahaan terbagi
menjadi beberapa tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap persiapan
dan percobaan, tahap pemakaian normal, dan tahap pemberhentian.
Sistem produksi yang dipergunakan dalam perusahaan suatu
saat akan diganti dengan sistem produksi yang lain. Perusahaan yang
hanya bertahan dengan sistem produksi tertentu dalam jangka
panjang akan tertinggal dibanding dengan perusahaan yang selalu
mengadakan evaluasi dan revisi terhadap sistem produksi yang ada
dalam perusahaannya.
Siklus umur sistem produksi akan berhubungan langsung
dengan siklus umur produk dalam suatu perusahaan. Oleh karena
sistem produksi yang disusun dalam suatu perusahaan akan
dipergunakan untuk memproduksikan produk perusahaan, Apabila
produk perusahaan sudah mengalami masa jenuh dan kemudian
Manajemen Operasi 27
memasuki tahap penurunan, maka sistem produksi dalam perusahaan
tersebut praktis akan menjadi terhenti kegiatan-nya. Hal ini
disebabkan karena apabila sistem produksi perusahaan tersebut tetap
dipergunakan sebagaimana biasanya, padahal produk perusahaan
sudah sangat susah untuk dipasarkan, maka akan menimbulkan
adanya penumpukan persediaan barang jadi dengan beberapa
kesulitan yang mengikutinya. Oleh karena itu, apabila dirasakan
bahwa produk perusahaan sudah mengalami masa jenuh, perusahaan
sudah seharusnya menyusun berbagai macam pertimbangan yang
logis untuk melaksanakan pemberhentian sistem produksi yang telah
dipergunakan.
Secara umum pemberhentian penggunaan sistem produksi
yang dalam perusahaan dibagi menjadi:
a. Pemberhentian sementara
Pemberhentian sementara adalah pemberhentian sistem produksi
yang dipergunakan dalam suatu perusahaan untuk diadakan
evaluasi dan revisi dalam beberapa hal yang diperlukan. Revisi
dari sistem produksi ini dapat melingkupi sebagian ataupun
sebagian besar dari sistem produksi yang ada dalam perusahaan.
Setelah revisi dari sistem produksi yang ada dalam perusahaan
dirasakan cukup, maka sistem produksi tersebut akan
dipergunakan kembali.
Penyebab terjadinya pemberhentian sementara dalam suatu
perusahaan, antara lain:
1) Perluasan perusahaan
Yang dimaksudkan dengan perluasan dalam hal ini bukan
hanya penambahan luas perusahaan (kapasitas terpasang)
dalam perusahaan saja, melainkan juga mencakup adanya
penambahan bidang usaha. Dengan adanya perluasaan
perusahaan maka produksi yang telah ada di dalam
perusahaan tidak akan mampu dipergunakan sebagai sarana
Manajemen Operasi 28
penunjang kegiatan produksi dalam perusahaan sehingga
perlu diadakan penambahan atau revisi dari sistem produksi
tersebut.
2) Perubahan teknologi
Teknologi merupakan faktor yang penting dan besar
pengaruhnya di dalam pelaksanaan produksi dari suatu
perusahaan. Perubahan dari pelaksanaan produksi dengan
mempergunakan peralatan yang dikerjakan dan dikendalikan
dengan tangan menjadi peralatan yang automatis, akan
memerlukan pembahan sistem produksi dalam perusahaan
yang bersangkutan. Komputerisasi data dan perhitungan yang
diperlukan akan sangat menunjang proses pelayanan yang
ada dalam perusahaan yang bersangkutan. Dengan adanya
perubahan teknologi ini, perusahaan perlu untuk mengadakan
revisi terhadap sistem produksi yang telah ada untuk dapat
ditingkatkan lagi sehingga akan dapat melayani konsumen
dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian sistem produksi
yang telah ada dan telah dipergunakan oleh perusahaan akan
diberhentikan penggunaannya, dan setelah diadakan revisi
seperlunya akan dipergunakan lagi oleh perusahaan.
3) Perubahan selera konsumen
Perubahan selera dari masyarakat akan produk suatu
perusahaan pada umumnya akan merupakan penyebab untuk
diadakan revisi terhadap sistem produksi yang telah
dipergunakan. Pengaruh mode dalam hal ini tidak dapat
dikesampingkan dengan begitu saja, karena hal ini akan
berhubungan erat dengan masalah selera dari para konsumen
akan produk peruahaan tersebut. Perubahan kecil yang dapat
dilaksanakan oleh perusahaan untuk dapat menarik perhatian
konsumen ini akan mempunyai konsekuensi terhadap adanya
perubahan sistem produksi yang ada dalam perusahaan
Manajemen Operasi 29
tersebut. Apabila sistem produksi yang telah direvisi
seperlunya ini dapat dipergunakan untuk memproduksi sesuai
dengan selera konsumen, maka sistem produksi ini akan
dapat dipergunakan lagi oleh perusahaan yang bersangkutan.
4) Penggabungan sistem produksi
Kedaan semacam ini akan sering dijumpai dalam perusahaanperusahaan yang mengadakan penggabungan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, atau untuk
pengembangan
perusahaan.
Sebelum
penggabungan
dilaksanakan, masing-masing perusahaan mempunyai dan
mempergunakan sistem produksi perusahaannya secara
sendiri-sendiri. Untuk keperluan penggabungan ini, sistem
produksi perlu diadakan revisi seperlunya, sehingga pelaksanaan kegiatan produksi dalam perusahaan akan tetap dapat
memegang prinsip efisiensi dan efektivitas.
b. Pemberhentian permanent
Pemberhentian permanen adalah pemberhentian dari sistem
produksi dalam perusahaan untuk tidak dipergunakan lagi dalam
waktu yang akan datang. Dengan kata lain, pemberhentian
permanen ini merupakan penutupan penggunaan sistem produksi
dalam suatu perusahaan.
Pemberhentian permanen dalam perusahaan terdiri dari dua hal,
yaitu:
1) Pemberhentian total
Pemberhentian total adalah pemberhentian penggunaan
sistem produksi dalam perusahaan secara keseluruhan dan
tidak akan dipergunakan lagi oleh perusahaan tersebut.
Keadaan ini akan dapat terjadi dalam perusahaan yang
terpaksa menutup dirinya oleh karena teknologi yang
dipergunakan sangat jauh keting-galan, sehingga di suatu
pihak perusahaan tersebut tidak mampu bersaing dengan
Manajemen Operasi 30
perusahaan sejenis yang mempergunakan tekhnologi yang
lebih maju, sedangkan di lain pihak perusahaan yang
bersangkutan tidak mempunyai dana yang cukup untuk
melaksanakan perubahan sistem produksi secara drastis.
Di samping adanya perubahan teknologi yang tidak dapat
diikuti oleh perusahaan yang bersangkutan, pada umumnya
perusahaan semacam ini men-dapat berbagai macam tekanan
yang tidak dapat diatasi oleh perusahaan yang bersangkutan.
Sebagai contoh, adanya buaya produksi yang tinggi, tingkat
pro-duktivitas yang sangat rendah, loyalitas karyawan
perusahaan yang tidak dapat diandalkan, atau program
pemasaran yang tidak memadai.
2) Pemberhentian local
Pemberhentian lokal adalah pemberhentian terhadap salah satu
atau beberapa elemen yang ada dari sistem produksi dalam
perusahaan. Dalam hal ini perusahaan tidak mengubah sistem
produksi secara keseluruhan, melainkan hanya mengadakan
pergantian teknologi dari salah satu atau beberapa lemen dalam
sistem produksi yang dipergunakan oleh perusahaan tersebut.
Elemen yang diganti tersebut tidak akan dipergunakan lagi dalam
perusahaan yang bersanakutan. Contohnya, sebuah perusahaan
percetakan, kalau semula proses perkembangan teknologi proses
penyusunan tersebut kemudian mempergunakan mesin susun.
Perubahan sistem produksi dalam hal ini hanya terdapat dalam
proses penyusunan saja, sedangkan proses yang lain masih tetap
mempergunakan teknologi yang ada dalam perusahaan tersebut
(misalnya, proses penggandaan, proses penjilidan, dsb).
Gambar 7. Siklus umur produk dan sistem produksi dengan
pengembangan produk
Manajemen Operasi 31
BAB II
DESAIN PRODUK
Setiap perusahaan sebelum berproduksi, akan berhadapan dengan
masalah penentuan produk perusahaan. Artinya menentukan produk apa
yang akan dihasilkan. Setelah itu, bam pimpinan perusahaan
merencanakan atau menentukan desain produk yang akan dibuat. Desain
produk ini berkaitan erat dengan masalah bentuk dan ukuran produk,
fungsi produk dan proses pembuatan produk tersebut.
Keberhasilan bagian pemasaran untuk mencapai omzet penjualan
yang besar juga sangat bergantung dari desain produk yang dibuat. Oleh
karena itu, desain produk perlu dirancang sedemikian rupa sehinga dapat
memenuhi syarat mutu baik secara teknis maupun dari segi estetikanya.
A. Pengertian Desain Produk
Desain produk adalah rancang bangun dari suatu produk baik
berupa barang ataupun jasa yang akan diproduksi. Pada umumnya,
sebelum diproduksikan secara besar-besaran, maka desain produk ini
dibuat dalam bentuk prototype. Beberapa hal yang penting di dalam
masalah desain produk antara lain adalah desain bentuk dan ukuran
produk, desain fungsi produk dan desain pembuatan produk.
1. Desain Bentuk dan Ukuran Produk
Bentuk dan ukuran produk akan mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam hubungannya dengan program
pemasaran produk perusahaan. Bentuk dan ukuran produk yang
serasi serta sesuai dengan selera konsumen akan lebih cepat dan
mudah terjual daripada bentuk dan ukuran produk yang tidak
disukai oleh konsumen. Dalam hal ini, diperlukan adanya
peranan yang cukup dari penelitian dan pengem-bangan produk
dalam perusahaan yang bersangkutan. Hasil yang diperoleh dari
kegiatan penelitian dan pengembangan produk dalam perusahaan
Manajemen Operasi 32
akan menjadi masukan yang sangat besar artinya bagi
penyusunan desain bentuk dan ukuran dari produk perusahaan
yang bersangkutan.
Penyusunan desain bentuk dan ukuran produk ini di
samping merupakan faktor teknis juga mengandung unsur seni.
Oleh karena itu maka dalam penyusunan desain bentuk dan
ukuran produk dalam suatu perusahaan diperlukan adanya dasar
pengetahuan teknis dan arsitektur yang memadai. Penyusunan
desain bentuk dan ukuran produk yang hanya semata-mata
mendasarkan diri kepada aspek teknis saja akan kurang
menguntungkan perusahaan. Apabila suatu perusahaan di dalam
menyu-sun desain bentuk dan ukuran produknya semata-mata
hanya berpegangan kepada masalah-masalah teknis saja, maka
produk yang dihasilkannya oleh perusahaan secara teknis dapat
dipergunakan dengan baik oleh konsumen, namun bentuk-bentuk
yang dihasilkannya akan menjadi kurang estetis, sehingga kurang
mengundang selera calon konsumen untuk membeli produk
tersebut. Sebaliknya, jika perusahaan hanya mempertimbangkan
segi estetika dari produk yang dihasilkannya semata, tanpa
mengindahkan masalah teknis dari produk yang bersangkutan,
maka kemungkinan besar fungsi teknis dari produk yang
bersangkutan akan menjadi berkurang. Oleh karena itu, di dalam
penyusunan desain bentuk dan ukuran produk perusahaan, kedua
aspek tersebut, yaitu masalah teknis dan arsitektur dari produk
yang bersangkutan perlu diperhatikan dengan baik oleh
manajemen perusahaan yang bersangkutan.
Yang termasuk di dalam masalah penyusunan desain
bentuk dan ukuran produk ini adalah masalah kualitas produk
yang akan diproduksikan oleh perusahaan. Pengertian kualitas
produk ini merupakan suatu jumlah dari atribut yang dimiliki
oleh suatu produk. Dengan demikian kualitas produk mempunyai
Manajemen Operasi 33
banyak aspek, di mana antara suatu produk dengan produk yang
lain akan mempunyai titik berat yang berbeda-beda sesuai
dengan fungsi dari masing-masing produk tersebut. Suatu produk
mungkin akan lebih mementingkan daya tahan produk,
sementara produk yang lain justru mementingkan kenyamannya.
Demikian pula terdapat kemungkinan titik berat yang berbeda
dari produk yang lain lagi. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka perencanaan kualitas produk yang merupakan bagian dari
penyusunan desain bentuk dan ukuran produk ini memerlukan
masukan dari desain fungsi untuk produk perusahaan tersebut.
Berbicara tentang masalah desain bentuk dan ukuran
produk dalam suatu perusahaan, maka kiranya pembahasan
tersebut masih kurang lengkap apabila belum membicarakan
masalah standarisasi dalam penyusunan desain bentuk dan
ukuran perusahaan tersebut. Bentuk dan ukuran standar
nampaknya menjadi hal yang memerlukan perhatian yang cukup
penting apabila manajemen perusahaan yang bersangkutan
tersebut menginginkan adanya kemajuan dalam perusahaannya.
Dari beberapa pengalaman yang diperoleh produsen, produk
perusahaan yang standarnya masih belum diperhatikan akan
menghadapi berbagai kesulitan tambahan yang akan dirasakan
apabila produk perusahaan tersebut sudah beredar di pasar bebas.
Produk perusahaan yang tidak mempunyai standar yang pasti
akan mendapatkan kesulitan apabila terjadi penggantian suku
cadang atau seba-hagian komponen dari produk yang
bersangkutan. Sebagai contoh misalnya sebuah perusahaan
memproduksikan sepeda motor merek A. Seandainya ukuran
komponen dari sepeda motor yang akan diproduksikan tersebut
bukan merupakan ukuran standar, maka akan terjadi berbagai
macam kesulitan apabila konsumen sepeda motor merek A akan
memerlukan penggantian sebagian komponen sepeda motomya
Manajemen Operasi 34
(misalnya rantai, lampu, atau rem). Apabila para konsumen yang
telah mempergunakan sepeda motor merek A merasa-kan
berbagai kesulitan berkenaan dengan sepeda motor tersebut,
maka para calon konsumen sepeda motor pada umumnya akan
mengurungkan niatnya untuk membeli sepeda motor merek A
hasil produksi perusahaan tersebut, serta akan berpaling kepada
merek yang lain jika ingin membeli sepeda motor.
Penerapan standarisasi bagi produk perusahaan ini
bukannya selalu berlaku umum, artinya perusahaan selalu
mengikuti standar yang sudah ada, melainkan dapat bervariasi
atau dapat ditentukan sendiri oleh perusahaan yang
bersangkutan. Beberapa perusahaan besar akan menyusun
standar dari produknya agak berbeda dengan produk yang sudah
beredar, atau standar yang sudah umum dipergunakan. Bagi
beberapa perusahaan semacam ini tentunya dukungan terhadap
suku cadang dengan standar yang khusus ini harus sangat
diperhatikan, sehingga konsumen tidak mendapatkan kesulitan
dalam penggantian suku cadang untuk produk perusahaan
tersebut. Apabila perusahaan tertentu belum merasa siap untuk
menyediakan suku cadang produknya dengan ukuran-ukuran
khusus, maka perusahaan-perusahaan semacam ini akan lebih
aman apabila mengikuti standar yang sudah ada, atau standar
yang dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan lain pada
umumnya.
Erat kaitannya dengan masalah penyusunan desain
bentuk dan ukuran produk ini adalah masalah pemilihan wama
dari produk yang diproduksikan oleh perusahaan yang
bersangkutan. Penyediaan warna dalam paket wama yang
menarik akan me-nunjang selera pembeli untuk memilih produk
suatu perusahaan untuk menutup kebutuhan yang dirasakannya.
Pemilihan wama yang menarik ini akan mempunyai pengaruh
Manajemen Operasi 35
yang cukup besar, baik untuk perusahaan yang produknya yang
besar (motor, mobil, rumah, dan sebagainya) sampai dengan
perusahaan yang memproduksikan produk-produk yang kecil
(misalnya mainan anak-anak, tempat sabun, dan lain
sebagainya). Variasi warna dapat pula dipergunakan sebagai
unsur yang penting dalam rangka menunjang estetika produk
perusahaan yang bersangkutan.
2. Desain Funssi Produk
Sebuah produk, walaupun begitu sederhana akan
diproduksikan oleh suatu perusahaan dengan maksud dapat
melaksanakan atau dapat mempunyai fungsi tertentu pula.
Sebuah produk yang sederhana akan mempunyai fungsi yang
sederhana pula, sebaliknya terdapat sebuah produk yang
sedemikian kompleks yang mempunyai fungsi yang kompleks
pula. Dalam hubungannya dengan fungsi produk ini, maka
perusahaan yang memproduksikan produk tersebut sudah
selayaknya mengada-kan berbagai macam usaha agar produk
yang diproduksikan tersebut benar-benar dapat menjalankan
fungsinya dengan sebaik-baiknya pula.
Fungsi dari produk ini sejauh mungkin dapat diserasikan
dengan kebutuhan konsumen dari produk perusahaan tersebut.
Sebuah perusahaan lampu pijar, akan berusaha agar produknya
dapat memberi sinar yang kuat tetapi tidak menyilaukan,
menyerap daya (VA) yang sedikit serta mempunyai ketahanan
(umur lampu) yang cukup lama. Untuk keperluan ini, perusahaan
lampu pijar tersebut mengadakan penelitian dan pengembangan
produk secara cermat dan teliti, sehingga dapat memproduksi
lampu pijar hemat energi. Demikian pula untuk perusahaan yang
lain, misalnya perusahaan mobil, selalu berusaha untuk
mengadakan penelitian dan pengembangan produknya, sehingga
mobil yang diproduksinya akan dapat berfungsi dengan baik,
Manajemen Operasi 36
misalnya kenyamanannya, stabilitasnya, penyerapan bahan
bakar, dan lain sebagainya. Dengan demikian semakin baik
perusahaan mengadakan penelitian dan pengembangan produk
akan dihasilkan produk-produk dengan fungsi produk yang
semakin baik pula.
Penyusunan desain fungsi dari produk akan berhubungan
erat dengan masalah teknis dan produk yang bersangkutan.
Sebagai contoh misalnya sebuah perusahaan mobil. Mobil
tersebut akan dapat berfungsi dengan baik apabila seluruh sistem
dan subsistem dalam mobil itu dapat bekerja dengan baik.
Misalnya sistem mesin dari mobil tersebut dapat diandalkan,
artinya dengan penyerapan bahan bakar yang sedikit dan suara
mesin yang halus dapat dihasilkan tenaga mesin yang cukup
besar. Sistem kemudi yang baik dapat menghasilkan
pengendalian kemudi yang nyaman, kemungkinan selip yang
kecil, kedudukan roda kemudi yang tepat, pengaturan peralatan
kontrol yang serasi, dan lain sebagainya. Sistem suspensi yang
tepat bagi mobil tersebut juga akan menambah fungsi mobil
menjadi lebih enak dan nyaman untuk dipergunakan. Sistem
listrik yang baik akan dapat menunjang fungsi-fungsi lain dalam
mobil tersebut, misalnya mudahnya menjalankan mesin,
terangnya lampu depan, dan sebagainya. Sistem interior mobil
juga akan mempengaruhi fungsi mobil tersebut, misalnya
dashboard yang serasi dan fungsional atau pemasangan peralatan
tambahan yang cukup berfungsi dari mobil tesebut. Di samping
itu bentuk dan ukuran mobil juga ikut menentukan penggunaan
mobil yang bersangkutan. Sebuah mobil sedan akan berbeda
penggunaannya
dengan
mobil
angkutan,
walaupun
mempergunakan mesin yang sama. Dengan demikian untuk
penyusunan desain fungsi ini memang mau tidak mau harus
berhubungan dengan masalah-masalah teknis dari produk yang
Manajemen Operasi 37
dibuat oleh suatu perusahaan.
Desain fungsi ini tidak hanya terbatas kepada produk
yang besar dan kompleks pembuatannya saja, melainkan juga
akan diperlukan pada produk-produk yang sederhana. Betapapun
sederhananya suatu produk, apabila fungsi produk yang
bersangkutan tersebut tidak dapat dijalankan atau produk tersebut
tidak dapat berfungsi sebagaimana yang direncana-kan, maka
produk tersebut tidak akan berguna lagi. Sebuah pensil misalnya,
apabila tidak dapat dipergunakan sebagai alat tulis dengan baik
(misalnya selalu putus atau pecah), maka pensil tersebut tidak
akan dapat berfungsi dengan baik sehingga tidak dapat
dipergunakan oleh konsumen dengan baik pula. Sebagai akibat
yang lebih jauh, produk-produk yang tidak dapat dipergunakan
dengan fungsi produk sebagaimana yang telah direncanakan
tersebut akan dijauhi oleh para konsumen, sehingga di kemudian
hari akan mengalami berbagai macam kesulitan dalam
pemasaran produk perusahaan yang bersangkutan.
Dalam kegiatan penelitian dan pengembangan produk
suatu perusahaan sehubungan dengan desain fungsi produk ini,
yang seringkali dilaksanakan oleh beberapa perusahaan adalah
penambahan fungsi dari produk perusahaan yang bersangkutan.
Dalam hal ini pengembangan produk yang dilaksanakan tidak
terbatas pada penyusunan desain bentuk dan ukuran saja,
melainkan juga perluasan dari fungsi produk yang telah
diproduksikan tersebut. Sebagai contoh misalnya sebuah
perusahaan yang memproduksikan penyerap debu (vacuum
cleaner). Semula, alat tersebut hanya dipergunakan sebagai alat
pembersih (penyerap debu) saja. Namun dengan penelitian dan
pengembangan produk dari perusahaan tersebut maka alat yang
sama di samping berfungsi sebagai penyerap debu juga dapat
berfungsi sebagai kompresor yang dapat dipergunakan untuk
Manajemen Operasi 38
beberapa kepentingan lain. Dengan demikian, penelitian dan
pengembangan produk yang dilaksanakan dalam perusahaan di
samping mengadakan perubahan dan pembaharuan dari desain
bentuk dan ukuran produk tersebut juga akan mengadakan
perubahan atau penambahan desain fungsi dari produk yang
bersangkutan.
3. Pembuatan Produk
Sebuah produk yang akan diproduksikan oleh suatu
perusahaan akan didesain untuk bisa memenuhi segala fungsi
yang diperlukan, dengan mempergunakan desain bentuk dan
ukuran yang baik dan segala keleng-kapan lainnya dari produk
yang bersangkutan tersebut. Namun demikian, apabila
perusahaan itu sudah mulai berfikir tentang desain pembuatan
produk, maka kadang-kadang tidak semua hal yang sudah
dituangkan dalam desain bentuk dan ukuran produk serta desain
fungsi produk tersebut akan dapat dilaksanakan secara lengkap
dalam proses pembuatan produk tersebut. Di dalam hal ini,
kadang-kadang terdapat beberapa hal dari desain bentuk dan
ukuran produk serta desain fungsi produk yang akan dikurangi
untuk kepentingan simplifikasi produksi. Pengurangan ini
tentunya tidak asal mengadakan pengurangan saja, melainkan
direncanakan dan diadakan analisis yang cukup cermat untuk
menentukan variabel apa saja yang akan dikurangi dalam desain
pembuatan produk ini, sehingga proses produksi dalam
perusahaan tersebut nantinya dapat dilaksanakan secara
ekonomis, juga bentuk dan ukuran dari produk serta fungsi dari
produk tersebut masih cukup memadai, atau masih cukup
mengena apabila dipergunakan oleh konsumen darti produk
tersebut. Hal ini disebabkan oleh karena di dalam penyusunan
desain pembuatan produk dalam perusahaan ini, perusahaan
harus dapat memikirkan bagaimana produk tersebut dapat
Manajemen Operasi 39
diproduksikan dengan bentuk, ukuran dan fungsi yang telah
direncanakan, tetapi dengan biaya produksi serendah-rendahnya.
Desain pembuatan produk ini akan berhubungan erat
dengan rencana perusahaan tentang pemilihan teknologi yang
dipergunakan serta luas perusahaan yang dikehendaki. Proses
pembuatan suatu produk akan mem-punyai ketergantungan yang
cukup besar terhadap peralatan yang diper-gunakan oleh
perusahaan tersebut. Di samping itu, sesuai dengan sifat dari
masing-masing produk yang diproduksikan, terdapat beberapa
produk yang mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi
terhadap peralatan produksi yang dipergunakan oleh perusahaan
yang bersangkutan, sementara akan terdapat beberapa produk
lain di mana tingkat ketergantungannya terhadap peralatan dan
fasilitas produksi dalam perusahaan yang bersangkutan tidak
sedemikian tinggi.
Sebuah perusahaan yang mempergunakan mesin
peralatan produksi berupa mesin-mesin khusus, dalam
pelaksanaan
proses
produksinya
akan
mempunyai
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap mesin dan peralatan
produksi yang dipergunakan oleh perusahaan yang bersangkutan.
Karyawan perusahaan bertindak sebagai operator mesin,
sedangkan pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan
dilaksanakan sebagian besar oleh mesin dan peralatan produksi.
Hal ini akan semakin nyata di dalam perusahaan-perusahaan
yang mempergunakan mesin dan peralatan ful-automatic atau
semi-automatic. Dalam perusahaan semacam ini, para karyawan
perusahaan tersebut akan lebih banyak bekerja untuk
mengadakan pelayanan terhadap mesin-mesin perusahaan,
sedangkan proses produksi sebagian besar dilaksanakan oleh
mesin dan peralatan produksi.
Keadaan seperti ini agak berbeda dengan perusahaanManajemen Operasi 40
perusahaan yang mempergunakan mesin-mesin yang bersifat
umum, di mana sebuah mesin dapat dipergunakan untuk
memproses beberapa jenis produk. Dalam keadaan semacam ini,
ketelitian dan keterampilan karyawan akan berpengaruh besar
terhadap produk yang diproduksikan. Hal ini disebabkan oleh
karena dalam pelaksanaan produksi dengan mempergunakan
mesin dan peralatan produksi yang bersifat umum ini, mesin dan
peralatan produksi tidak disiapkan untuk memproduksikan
produk-produk yang khusus, melainkan akan dipergunakan untuk
memprodusikan beberapa jenis produk dengan mesin yang sama.
Dengan demikian kecermatan dari bentuk, ukuran dan hal-hal
lainnya dari produk yang diproduksikan oleh perusahaan tersebut
sedikit banyak akan tergantung pada karyawan langsung yang
menangani pelaksanaan produksi dari produk tersebut.
Pada umumnya, penggunaan mesin dan peralatan
produksi yang bersifat khusus (mesin tertentu hanya untuk
memproduksikan produk tertentu saja) akan mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut.
a. Jumlah produk yang dihasilkan sangat besar, dengan variasi
produk yang sangat kecil.
b. Produk yang dihasilkan adalah produk-produk standar.
c. Aliran proses dari bahan baku sampai menjadi produk akhir
adalah selalu sama.
d. Penyusunan letak fasilitas produksi dalam perusahaan,
biasanya berdasarkan urutan proses produksi dalam
perusahaan yang bersangkutan. Hal ini dapat dihubungkan
dengan kenyataan, bahwa keluaran (output) dari suatu mesin
akan secara pasti menjadi masukan (input) untuk mesin
lainnya.
e. Karyawan atau operator yang diperlukan untuk melayani
mesin serta peralatan produksi adalah karyawan yang dilatih
Manajemen Operasi 41
khusus untuk melayani mesin dan per alatan tersebut.
Sehingga keterampilan yang dipergunakan adalah
keterampilan untuk melayani mesin dan peralatan yang
bersifat khusus, dan bukannya keterampilan karyawan secara
umum.
f. Mesin dan peralatan pada umumnya bersifat automatis (baik
semi automatic atau full-automatic), sehingga kebutuhan
karyawan untuk operator mesin tersebut relatif sedikit dan
akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing mesin
yang dipergunakan. Oleh karena urutan yang dilaksanakan
dalam proses produksi perusahaan semacam ini adalah selalu
sama, kerusakan atau kemacetan salah satu mesin dalam
rangkaian produksi tersebut akan berakibat terjadinya
kemacetan jalannya proses produksi dalam rangkaian
produksi yang bersangkutan secara keseluruhan.
Dalam penyusunan desain pembuatan produk ini, apabila
perusahaan akan mempergunakan mesin-mesin dan peralatan
produksi
yang
bersifat
khusus,
sudah
selayaknya
mempertimbangkan berbagai macam ciri penggunaan mesin dan
peralatan produksi yang bersifat khusus tersebut. Namun apabila
manajemen perusahaan merasa bahwa penggunaan mesin dan
peralatan yang bersifat khusus ini tidak sesuai dengan
perusahaan yang didirikannya, maka perusahaan akan dapat
menentukan pilihan lain, yaitu mempergunakan mesin dan
peralatan produksi yang bersifat umum. Adapun ciri-ciri dari
mesin dan peralatan produksi yang bersifat umum ini adalah
sebagai berikut.
a. Variasi produk cukup besar apabila diperbandingkan dengan
jumlah unit produk yang dihasilkan.
b. Produk yang dihasilkan mempunyai standar yang
beranekaragam, baik standar bentuk, wama, ukuran maupun
Manajemen Operasi 42
c.
d.
e.
f.
kualitas. Standar produksi yang dipergunakan dalam
perusahaan semacam ini, di samping berdasarkan standar
produksi yang sudah ada di dalam perusahaan, pada
umumnya juga akan memperhatikan pendapat dan
permintaan dari konsumen produk perusahaan tersebut.
Pola pelaksanaan produksi atau urutan proses yang
dilaksanakan
mempunyai
variasi yang cukup besar. Urutan pelaksanaan proses untuk
memproduksikan suatu produk mempunyai kemungkinan
yang berbeda dengan urutan pelak sanaan proses antara suatu
produk dengan produk lainnya.
Sehubungan dengan urutan proses produksi atau pola
pelaksanaan proses produksi yang tidak selalu sama ini, maka
pada umumnya penyusunan letak mesin dan peralatan
produksi akan didasarkan kepada kesamaan fungsi dan
kegunaan dari masing-masing mesin dan peralatan yang
dipergunakan di dalam perusahaan yang bersangkutan.
Oleh karena suatu mesin dan peralatan dapat dipergunakan
untuk memproduksikan berbagai macam produk, maka
pengaruh ketelitian, kecermatan dan keterampilan karyawan
dalam penyelesaian proses menjadi cukup besar. Dengan
demikian, di samping karyawan tersebut mempunyai
kemampuan yang cukup untuk melayani mesin yang
dipergunakan, maka pengetahuan tentang produk yang
dihasilkannya haruslah cukup.
Oleh karena pola urutan dari penyelesaian pada umumnya
tidak pasti, maka kerusakan atau kemacetan penyelesaian
proses produksi tidak akan berakibat kepada adanya
kemacetan penyelesaian proses produksi secara keseluruhan.
B. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam desain produk.
Manajemen Operasi 43
1. Fungsi/Kegunaan dari produk
Dalam rangka membuat desain produk, perlu diperhatikan fungsi
atau kegunaan dari produk yang akan dibuat. Kegunaan tersebut
disesuaikan dengan tujuan dibuatnya produk yang bersangkutan.
Contohnya, rancang bangun meja tulis dan meja makan berbeda
satu dengan yang lain, karena kegunaan masing-masing juga
berbeda.
2. Spesifikasi atau corak dan standar produk
Dalam mendesain suatu produk perlu juga diperhatikan ciri dan
standar yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
- bentuk
- warna
- mutu atau kualitas
- jenis bahan yang akan digunakan
- proses pembuatan
Hal-hal tersebut di atas menentukan corak desain standar ukuran
suatu produk. Contohnya, rancang bangun sebuah truck berbeda
dengan rancang bangun sebuah mikrolet baik dalam hal ukuran,
bentuk, warna, mutu bahan, dsb.
3. Harga dan volume
Dalam membuat desain produk perlu juga diperhatikan harga
produk tersebut, dan juga jumlahnya. Penentuan harga
didasarkan pada sasaran konsumen yang akan dituju, dan jumlah
laba yang diinginkan oleh produsen. Berapa jumlah minimal
yang harus diproduksikan agar mencapai titik impas (break
even), dan berapa jumlah yang harus dihasilkan agar perusahaan
mencapai keuntungan seperti yang diharapkan.
C. Penelitian dan Pengembangan Produk (Product Research and
Development)
Penelitian dan pengembangan produk (product research and
Manajemen Operasi 44
development) adalah suatu kegiatan dalam perusahaan yang
dilakukan secara terus-menerus untuk menciptakan dan
mengembangkan inovasi-inovasi baru agar produk yang dihasilkan
selalu dapat diterima oleh konsumen. Karena itu, orientasi utama
dari penelitiari dan pengembangan ini adalah selera konsumen.
Selain itu, perlu juga diperhatikan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga dapat memanfaatkannya dalam proses pembuatan
produk bermutu yang sesuai dengan keinginan konsumen.
Kegiatan-kegiatan penelitian meliputi :
1. Mencari hubungan kimiawi dan fisika dasar yang berkaitan
dengan produk dan proses produksinya.
2. Memperbaiki produk- produk dan jasa perusahaan yang sudah
ada.
3. Menemukan penggunaan-penggunaan baru bagi produk
perusahaan saat ini.
4. Mengembangkan berbagai produk baru
5. Mengurangi biaya produksi melalui perbaikan operasi
perusahaan
6. Mengadakan pengujian dan spesifikasi bagi operasi dan bahanbahan yang dibeli
7. Menganalisis produk perusahaan-perusahaan pesaing
8. Menemukan penggunaan yang menguntungkan dari sisa-sisa
bahan dan produk sampingan (byproduct)
Penelitian Dan Pengembangan Produk (Product Research and
Development) dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu;
1. Penelitian murni (pure research)
Penelitian/riset murni adalah riset untuk mendapatkan
pengetahuan dasar yang dilaksanakan demi untuk mencari
pengetahuan itu sendiri. Hanya ada sedikit sekali perusahaan
yang sanggup membiayai pelaksanaan riset semacam ini.
Penelitian murni meliputi penelitian untuk pengetahuan, dalam
Manajemen Operasi 45
hal ini akan meliputi ruang lingkup yang luas, fundamental dan
disusun untuk keperluan ilmu pengetahuan serta tidak untuk
keperluan/suatu tujuan komersial tertentu.
Biaya yang tinggi dan kurangnya atau kecilnya tingkat kepastian,
terbatasnya hasil-hasil yang nil dan lain sebagainya merupakan
ciri penelitian/riset murni. Oleh karena penelitian murni tidak
mempunyai tujuan-tujuan komersial maka pada umumnya
dipandang sebagai kemewahan.
2. Penelitian diterapkan (applied research)
Penelitian yang diterapkan ditujukan terutama untuk
menyelesaikan suatu masalah, atau untuk kemajuan komersial.
Penelitian ini adalah penelitian ilmu pengetahuan dengan tujuan
untuk membuat desain suatu produk sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan terlebih dahulu. Dalam praktek seringkali
hal ini berarti mencari cara untuk mengatasi hambatan terhadap
proses dan bahan dalam desain produknya. Hasil dari riset
praktis adalah lebih nyata dan dapat dipetik lebih cepat
dibandingkan dengan riset murni. Jadi riset semacam ini jauh
lebih menarik bagi perusahaan industri. Namun demikian ia tetap
dapat memakan biaya yang sangat tinggi, dan kebanyakan
perusahaan lebih suka mengontrakkan pekerjaan ini pada
lembaga riset, universitas, dan akademi.
Macam penelitian dan pengembangan produk, yaitu;
1. Penelitian produk
Penelitian produk bertitik berat pada perubahan atau perbaikan
barang yang sudah ada untuk lebih disesuaikan terhadap
keinginan dan kebutuhan konsumen.
Tujuan utama penelitian produk adalah;
- Untuk mengusahakan agar produk yang dihasilkan dapat
selalu sesuai dengan kehendak konsumen
- Untuk menciptakan suatu produk yang baru
Manajemen Operasi 46
2. Penelitian proses
Penelitian terhadap proses produksi meliputi usaha-usaha
perbaikan terhadap proses produksi yang dilaksanakan untuk
membuat suatu jenis produk tertentu (penelitian proses ini
meliputi baik proses yang sedang dilaksanakan maupun
penciptaan proses-proses baru).
3. Penelitian servis management
Tujuan penelitian ini adalah untuk menyajikan data yang
terperinci kepada management di dalam bidang tertentu dan
memperoleh dasar yang sehat untuk membantu management di
dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini mempelajari hal-hal
yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan baik
perkembangan di bidang produksi, finansial, organisasi interen,
organisasi eksteren dan sebagainya.
Waktu-waktu sebelumnya perusahaan tidak (belum) berpikir
tentang adanya per-mintaan atau tuntutan pelayanan yang baik
dari para konsumen.
Penyebabnya karena;
- Pada saat tersebut jumlah perusahaan belum begitu banyak,
sehingga belum banyaknya produk atau jasa yang
ditawarkan.
- Semakin kritisnya pihak konsumen.
- Perkembangan teknologi dan perekonomian masyarakat.
- Penelitian Produk, adalah merupakan suatu penelitian tentang
produk apa dan produk yang bagaimana yang disukai oleh
para konsumen.
Pengembangan Produk adalah merupakan suatu penelitian
terhadap produk yang sudah ada untuk dikembangkan lebih jauh
lagi agar mempunyai tingkat kegunaan yang lebih tinggi,
dan/atau lebih disukai oleh para konsumen.
Dilihat dari lokasi penelitian yang dilaksanakan serta obyek
Manajemen Operasi 47
penelitian, maka penelitian semacam ini dapat merupakan; (1),
penelitian lapangan (survey konsumen) atau merupakan (2)
penelitian laboratorium, atau bahkan akan dilaksanakan (3)
kedua-duanya (gabungan).
Penelitian dalam laboratorium perusahaan pada umumnya akan
menyangkut masalah-masalah teknis dari produk yang
bersangkutan, antara lain; (1) car a pembuatannya, (2) campuran,
atau (3) senyawa yang digunakan, dan lain sebagainya.
Pengembangan
produk
ini
meliputi
beberapa
hal;
(l)pengembangan kualitas, (2) pengembangan bentuk dan desain
produk, (3) pengembangan kegunaan, dan lain sebagainya.
Penelitian dan pengembangan produk dalam perusahaan ini
diharapkan dapat selalu menghasilkan produk baru dari
perusahaan yang bersangkutan.
Adapun yang dimaksud dengan produk baru adalah produk yang
mempunyai salah satu atau beberapa kriteria berikut ini:
a. Terdapat perubahan-perubahan kecil dari produk yang telah
diproduksikan oleh perusahaan tersebut, misalnya adanya
perubahan pembungkusan atau pengepak- kan, perubahan
ukuran, perubahan karena adanya beberapa variasi
tambahan, dan lain sebagainya (misalnya obat, sabun).
b. Terdapat perubahan total dari produk yang telah
diproduksikan oleh perusahaan yang bersangkutan, misalnya
perubahan sistem atau subsistem produk tersebut.
(perubahan sistem mesin dari mobil atau motor yang baru,
penggantian lampu tabling menjadi transistor untuk
amplifier dan lain sebagainya, perubahan tekhnologi yang
dipergunakan oleh produk tersebut dan lain sebagainya
(misalnya: electric system & remote control!central
/oc£pada mobil)
c. Produk yang sudah diproduksikan oleh perusahaanManajemen Operasi 48
perusahaan yang lain (perusahaan-perusahaan pesaing),
akan tetapi belum pernah diproduksikan oleh perusahaan
yang bersangkutan.
d. Produk yang belum pernah diproduksikan oleh perusahaanperusahaan dalam negeri, walaupun produk tersebut sudah
ada dan sudah dipasarkan di negara- negara yang lain
e. Produk yang sama sekali belum pernah diproduksikan, baik
di dalam negeri maupun di luar negeri. Produk semacam ini
benar-benar merupakan produk baru atau penemuan baru
dalam arti kata yang sebenar-benarnya.
Produk baru yang dimaksud di sini adalah merupakan produk
baru dari perusahaan yang melakukan penelitian dan
pengembangan produk tersebut, sehingga akan ter-dapat suatu
kemungkinan bahwa suatu produk tersebut. merupakan produk
baru dari suatu perusahaan, tetapi bagi perusahaan lain bukan
merupakan produk baru lagi.
D. Seleksi Produk
Apabila suatu perusahaan melaksanakan penelitian produk,
akan terdapat kemungkinan bahwa dari hasil penelitian yang
dilaksanakan tersebut menunjukkan bahwa produk yang disenangi
oleh para konsumen terdiri dari beberapa macam produk. Namun
karena keterbatasan perusahaan, maka perusahaan diperhadapkan
kepada pemilihan produk apa saja yang direncanakan dapat
diproduksikan.
Seleksi produk ini dapat dilaksanakan dengan berbagai cara,
antara lain; (1) dengan melihat kepada jumlah nilai dari seluruh
faktor yang berhubungan dengan produk tersebut, atau (2) dengan
menyusun penilaian dan kemudian memper-bandingkan nilai dari
masing-masing produk tersebut.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam seleksi
Manajemen Operasi 49
produk antara lain;
1) Nilai guna dari produk
2) Kemungkinan pengembangan produk
3) Fasilitas produksi yang diperlukan
4) Fasilitas perusahaan
5) Proyeksi permintaan produk
6) Proyeksi penjualan industri
7) Proyeksi penjualan perusahaan
8) Potensi keuntungan produk
9) Jalur distribusi perusahaan
10) Posisi persaingan
11) Potensi peningkatan penjualan
12) Siklus umur produk
Tabel 3. Contoh diagram penilaian terhadap masing-masing factor
No
Produk BX- 303 -220
SR R
C T ST
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Nilai guna dari produk
Kemungkinan
pengembangan
Fasilitas produksi yang diperlukan
Fasilitas perusahaan
Proyeksi permintaan produk
Proyeksi penjualan industri
Proyeksi penjualan perusahaan
Potensi keuntungan produk
Jalur distribusi perusahaan
Posisi persaingan
Potensi peningkatan penjualan
Siklus umur produk
Tabel 4. Bagan Profil Produk Bar
No ProdukBX-303-225
1
Nilai guna dari produk
i
i
i
i
i
i
i
i
i
i
i
i
SR
R
C
T
ST
i
Manajemen Operasi 50
2 Kemungkinan pengembangan produk
i
3 Fasilitas produksi yang diperlukan
i
4 Fasilitas perusahaan
i
5 Proyeksi permintaan produk
i
6 Proyeksi penjualan industri
i
7 Proyeksi penjualan perusahaan
i
8 Potensi keuntungan produk
i
9 Jalur distribusi perusahaan
i
10 Posisi persaingan
i
11 Potensi peningkatan penjualan
i
12 Siklus umur produk
i
Keterangan:
SR = Sangat Rendah diberi nilai 1
R = Rendah diberi nilai 2
C = Cukup diberi nilai 3
T = Tinggi diberi nilai 4
ST = Sangat Tinggi diberi nilai 5
Dengan kuantiflkasi nilai setiap produk akan dapat diketahui
jumlah nilainya masing-masing, sehingga perusahaan akan dapat
memilih beberapa produk yang diperlukan yang mempunyai nilai
tinggi dalam penilaian yang dilaksanakan tersebut.
E. Proses Research and Development
Proses Research and Development (R & D) adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan tujuan R & D (explorasi and screening).
Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa tujuan yang akan
dicapai harus:
a. dapat menyumbang pada pencapaian tujuan perusahaan;
b. dapat dijalankan, tidak muluk, sesuai dengan kapasitas yang
ada;
c. sesuai dengan minat perusahaan ingin memasuki business
yang mana, berapa perkembangannya, berapa market share
Manajemen Operasi 51
yang diinginkan, stabilitas yang dikehendaki.
2. Apakah kegiatan R & D seirama dengan kesempatan yang
terbuka pada masa dating (spesifikasi)
Penentuan kemungkinan/kesempatan yang terbuka dan yang
bersaingan untuk menentukan strategi yang akan diambil
nantinya (spesifikasi). Dalam hal ini perlu diingat:
a. forecast tentang kemajuan teknologi;
b. sekarang kita berada pada tingkat teknologi yang mana,
bagaimana pesaing?
c. apakah sebenamya keinginan/kebutuhan konsumen yang
sekarang dan konsumen potensial; sedapat mungkin kita
menciptakan permintaan dengan memberi sifat unik pada
produk, bisa menjadi substitusi, dan Iain-lain.
3. Strategi yang perlu diambil (pengembangan dan pengujian)
Strategi mempertimbangkan usaha-usaha pesaing (usaha
pengembangan dan pengujian). Dengan demikian perusahaan
bisa saja:
a. menitikberatkan R & D-nya: dengan modal cukup, selalu
menyempurnakan design., memperbaiki kegunaan (fungsi)
produk. Hendaknya di sini diingat, bahwa perusahaan
mungkin memproduksikan berbagai produk; persaingan
demikian; tidaklah efektif apabila diusahakan memperbaiki
dan
mengem- bangkan semua produk; perlu
dipertimbangkan penetrasi pasar, salah satu atau produkproduk tertentu saja;
b. memilih timing yang cukup dapat dipertanggungjawabkan:
dengan menggunakan merek dagang yang sudah dikenal
masyarakat, kita dapat setiap waktu mengintrodusir produk
baru;
c. untuk beberapa barang industri penting adanya saluran
distribusi, pengujian, pengiklanan; pada pokoknya
Manajemen Operasi 52
perusahaan harus mampu melakukan seleksi proyek, sebab R
& D biayanya cukup mahal; bila gagal, rugi besar, tetapi ada
pengalaman; bila berhasil biaya-biaya dapat ditutup dengan
penghasilan yang diperoleh darinya.
Dengan evaluasi alternatif proyek dapat diketahui proyek mana
yang dipilih untuk dilaksanakan.
4. Penciptaan norma-norma evaluasi proyek-proyek penelitian
sesuai dengan tujuan perusahaan.
Kita dapat memperhitungkan (memperkirakan) berapa kiranya
modal investasi yang diperlukan untuk R & D, berapa
pengeluaran selanjutnya (servise) dan berapa kiranya penerimaan
yang akan diperoleh darinya.
Dengan metode rate of return on investment dan net present
value kita bisa menentukan proyek R & D mana yang perlu
dijalankan.
a. R & D pada produk sekarang.
1) memperbaiki kualitas, sedang harga tetap;
2) menurunkan harga dengan kombinasi faktor produksi
yang lebih sedikit, menghasilkan kuantum yang sama,
serta R & D pada proses produksi;
3) untuk penggunaan lain.
b. R & D pada produk baru:
1) perlu survai pasar untuk mejajagi kebutuhan konsumen;
2) menyiapkan teknologi barii;
3) pengiklanan dan test,
F. Proses pengembangan produk baru
Pengembangan produk baru oleh perusahaan dilakukan
melalui beberapa tahap yaitu :
1. Pencarian gagasan
Sumber utama untuk mendapatkan gagasan pembuatan prcxluk
Manajemen Operasi 53
baru adalah pasar dan ketersediaan teknologi. Selain itu juga
dapat dicapai melalui observasi terhadap produk yang ada saat
ini, pendapat para ahli, penyalur, pesaing, dan orang-orang di
bagian penjualan.
2. Seleksi Produk
Tidak semua gagasan yang muncul perlu dikembangkan menjadi
produk baru. Ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi, antara
lain: potensi pasar, kelayakan finansial, dan kesesuaian operasi.
Tujuan dilakukan seleksi produk adalah untuk menghindari
diproduksinya produk-produk yang kurang menguntungkan bagi
perusahaan. Untuk membantu dalam analisis seleksi produk, ada
beberapa cara yang telah dikembangkan. Salah satunya adalah
dengan membuat daftar penilaian (scoring) terhadap faktorfaktor penimbang. Faktor-faktor penimbang dalam seleksi
produk adalah: volume penjualan, perlindungan patent,
persaingan, bahan mentah, kualitas produk, dan resiko teknis.
Hasil penilaian akan merekomendasikan calon produk tersebut
sangat baik, baik, cukup baik, jelek atau sangat jelek.
3. Desain produk pendahuluan
Desain pendahuluan biasanya diadakan untuk pengembangan
beberapa alternatif desain yang memenuhi ciri-ciri konseptual
produk terpilih. Sebagai contoh, bila perusahaan memutuskan
untuk memproduksi lemari es, maka pertanyaan-pertanyaan
tentang model, kapasitas penyimpanan, ukuran motor dan lain
sebagainya akan dihadapinya. Bila desain pendahuluan disetujui,
bagian penelitian dan pengembangan produk (R&D) perlu
membuat prototype-prototype untuk analisis selanjutnya.
4. Pengujian (testing)
Pengujian terhadap prototype ditujukan untuk mengetahui sejauh
mana produk tersebut dapat diterima pasar, dan kelayakan
prototype secara teknis. Salah satu cara untuk menilai potensi
Manajemen Operasi 54
pasar adalah dengan melakukan uji pasar. Prototype produk baru
dilempar ke sekelompok konsumen untuk dicoba, guna
mengetahui pendapat mereka.
5. Desain Akhir
Dalam tahap desain akhir, spesifikasi produk dan komponenkomponennya serta gambar-gambar perakitan disusun. Hal ini
menjadi dasar bagi proses produksinya. Sebagai hasil pengujian
prototype, dapat saja terjadi perubahan-perubahan tertentu pada
desain akhir.
G. Siklus Hidup Produk (product life cycle)
Pembahasan tentang desain produk tidak terlepas dari
pembahasan tentang siklus hidup produk. Siklus hidup produk
adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa setiap produk baru
yang ditawarkan kepada masyarakat akan melewati suatu siklus
kehidupan yang terdiri dari beberapa tahapan dalam suatu periode
waktu. Tiap tahap dalam siklus hidup produk dapat membuka
kesempatan baru atau menimbulkan masalah baru bagi manajemen
produksi. Oleh karena itu, perlu diketahui posisi produk kita dalam
siklus hidupnya agar dapat diputuskan untuk tetap mempertahankan
desain yang ada atau membuat rencana perbaikan desain dan
pengembangan produk yang lebih baik.
Siklus hidup produk biasanya terdiri dari 4 tahapan, yaitu
tahapan pengenalan, tahap pertumbuhan, tahap kejenuhan dan tahap
penurunan.
Siklus Hidup Produk
1. Tahap pengenalan
Pada tahap pengenalan produk baru, operas! penjualan belum
bekerja dengan baik. Masih terdapat masalah kelambatan dalam
perluasan kapasitas produksi. Masalah-masalah teknis yang
belum teratasi, dan harga jual yang masih relatif tinggi.
Manajemen Operasi 55
2. Tahap pertumbuhan
Dalam tahap ini, produk diperbaiki dan distandarisasi. Karena itu
lebih dapat diandalkan dan harga jual dapat lebih ditekan,
sehingga konsumen akan cenderung untuk memburunya.
Kuantitas penjualan perusahaan akan meningkat cukup besar.
3. Tahap kejenuhan (maturity)
Kebanyakan produk yang ada di pasar sekarang seperti televisi,
radio, alat rumah tangga, berada dalam tahap kejenuhan. Produkproduk
tersebut
telah
"matang"
keandalannya
dan
performancenya, dengan harga yang wajar serta tidak terjadi perubahan besar dari tahun ke tahun. Volume penjualan mulai
menurun pertambahannya karena setiap orang telah memiliki
produk tersebut, sehingga penjualan sangat bergantung pada
penggantian (replacement) dan penambahan penduduk.
4. Tahap penurunan (decline)
Hampir semua produk akan sampai pada tahap penurunan dalam
permintaan, bila produk-produk tersebut digantikan oleh produk
yang baru. Namun demikian tidak semua produk akan
mengalami tahap ini. Misalnya pisau, gunting, sendok dan garpu.
Produk-produk ini telah dikenal sejak lama, akan tetapi pisau
listrik dan gunting listrik tidak menggantikan pisau dan gunting
yang terdahulu. Namun karena kebanyakan produk akan sampai
pada akhir kehidupannya, rnaka perusahaan harus bekerja terus
untuk mengembangkan produk baru agar dapat menggantikan
tempat produk-produk yang telah hilang.
H. Perencanaan Produk baru
Sebagaimana telaha dinyatakan di atas, bahwa setiap produk
mempunyai siklus hidup. Biasanya siklus-hidup barang modal lebih
panjang daripada barang konsumsi. Siklus-hidup ini terdiri dari
empat periode:
Manajemen Operasi 56
a. Periode peluncuran, di mana produk diperkenalkan,
dipromosikan dan dikedepankan secara perlahan-lahan.
b. Periode pertumbuhan, di mana produk mulai laku, dan nilai
penjualannya meningkat dengan cepat, pulang modal, dan laba
meningkat dengan cepat
c. Periode kematangan, di mana produk masih tetap laku namun
nilai penjualannya dan laba meningkat secara perlahan-lahan.
d. Periode kejenuhan, di mana produk mulai kehilangan tenaga
pendorongnya yang emula, penjualannya berkembang lebih
lambat dan laba mulai statis.
e. Periode kemunduran atau kemerosotan, di mana produk mulai
kurang laku, nilai penjualannya dan laba pun mulai menurun
dengan cepat.
Jadi fungsi perencanaan produk bertujuan untuk mempunyai
sejumlah produk di mana yang satu menyusul dibelakang yang lain,
sehingga ketika produk yang lama mulai mundur, produk berikutnya
sudah mulai dengan periode peluncurannya. Ini berarti bahwa riset
selalu mencari produk baru untuk disalurkan ke dalam siklus ini.
Keputusan Perencanaan Pra-peluncuruanPromosi Pertumbuhan Kematangan Kejenoban Kemerosotan
VOLUME
PENJUALAN
Perencanaan
Perencanaan arus kas
laba
Beberapa
biaya
Biayabiaya
yang
berat
Pulang
modal Laba
meningkat
dengan
cepat
Laba
meningkat
Laba
dengan
stalls
perlahanlahan
Operasi
keuangan
Investasi
pabrik
Operasi
pemasaran
LTsaha
Laporan
Persetujnan Pengiklanan Prornosi
Promosi
promosi
Konsolidasi
riset pasar desain
dimulai
berencana
ban
dipertahankan
Laba
menurun
Usaha
dikurangi
Manajemen Operasi 57
Desain
pertama
Desain
Value
engineering
Modifikasi
Mulai
Desain
Pengembanganpengemba
final
ngan
Operasi
produksi
Operasi
Merencana pilot
proses dan proyek
atat
Melatih
kerja
Desain
ulangan
Desain
ulangan
Jangka
Umpan
Produksi
Usaha
produksi
balik
dari Mengurangi Mendesain
berjalan
membuat
lebih
langganan biaya
kembali
mengganggu kualitas
singkat
yang
produksi
analisa nilai
laugi hakugan khusus
Biaya lebih
pertama
tinggi
Gambar 9. Analisis Siklus Hidup Produk
Setiap perusahaan yang membuat sesuatu produk mempunyai
pilihan yang berikut ini:
a. Membeli cara pembuatannya dari sumber di luar perusahaan
melalui cara kontrak atau lisensi.
b. Menciptakan sendiri produk yang baru sama sekali.
c. Menugaskan pihak lain menciptakan produk yang baru
d. Mengembangkan produk yang lebih baik berdasarkan desain
yang sudah ada.
e. Menugaskan pihak lain untuk mengembangkan produk yang
lebih baik.
Keharusan untuk mengambil salah satu di antara ke lima cara
bertindak ini timbul dari kenyataan yang tidak dapat dihindarkan
lagi, yaitu bahwa perusahaan bersifat dinamis, bahwa produk dan
bahan selalu bertambah bagus, dan dengan demikian setiap produk
mempunyai siklus hidup yang dapat diukur. Kadang-kadang muncul
suatu produk yang istimewa dan yang berusia sangat panjang, akan
tetapi hal ini sedemikian jarangnya terjadi sehingga untuk tujuan
perencanaan haras diabaikan. Jadi adalah penting untuk mempertimbangkan suatu sistem yang dirancang secara teliti guna
menghadapi masalah menemukan produk baru yang akan dibuat.
Pemasaran
Perencanaan Strategi
Perusahaan
Manajemen Operasi 58
Desain
Riset Dasar
Produksi
Riset Dasar
Pengembangan
Riset Praktis
Pedoman : pernyataan niat
Hasil: desain baru, data produk baru
Gambar 10. Sistem perencanaan produk baru
Diagram sederhana dari sistem perencanaan produk baru di atas
menunjukkan pedoman arah umum dari usaha riset dan desain,
bersama-sama dengan umpan balik dari data desain produk baru.
a. Perusahaan menetapkan strategi untuk menghadapi kemungkinan
untuk menghadapi kemajuan teknologi selama suatu jangka
waktu yang panjang.
b. Riset pasar menunjukkan arah penting di mana usaha riset yang
ternyata berhasil akan segera membuahkan hasil.
c. Riset dasar menunjukkan bidang teknologi yang kira-kira dapat
ditembus
d. Riset praktis (applied research) memperluas penemuan pkok dan
menerapkannya ke bidang industri tertentu.
e. Desain dan pengembangan menghasilkan spesifikasi produk baru
berasal dari riset praktis ataupun langsung dari perencanaan
pasar.
Jadi sistem perencanaan produk baru saling berkaitan dengan gagasan
produk baru yang dimulai pada beberapa titik yang dikembangkan untuk
akhirnya diproduksi dan dilempar ke pasar.
Manajemen Operasi 59
BAB III
LOKASI PABRIK
Sebelum mendirikan bangunan pabrik, setiap investor akan
diperhadapkan dengan pertanyaan; di manakah bangunan pabrik tersebut
akan didirikan? Pertanyaan tersebut memerlukan jawaban yang tepat,
karena bangunan pabrik yang didirikan di suatu wilayah membawa
konsekuensi tersendiri bagi kelancaran proses produksi, kemudahan
pemasaran, dan tinggi-rendahnya beban biaya yang harus dikeluarkan.
Kesemuanya ini pada akhimya akan mempengaruhi besar-kecilnya
keuntungan yang diperoleh.
Pemilihan lokasi berarti menghindari sebanyak mungkin segisegi negatif, dan mendapatkan lokasi dengan paling banyak faktor-faktor
positifhya. Penentuan lokasi yang tepat akan meminimumkan beban
biaya jangka pendek maupun jangka panjang, dan ini akan
meningkatkan daya saing perusahaan. Tanpa perencanaan lokasi yang
tepat, dapat meng-akibatkan perusahaan beroperasi dengan tidak efisien
dan efektif. Misalnya, karena kesulitan mendapatkan tenaga kerja dan
bahan baku, biaya pengangkutan yang mahal, biaya pemasaran yang
tinggi, atau bahkan penolakan oleh masyarakat setempat atas kehadiran
pabrik tersebut. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan perlu lebih
berhati-hati dan melakukan analisa-analisa yang lebih baik agar
kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul dapat diperkecil atau
dihilangkan sama sekali.
A. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan
lokasi pabrik
Faktor-faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
lokasi pabrik untuk masing-masing perusahaan berbeda. Walaupun
demikian, secara umum dapat diidentifikasi sejumlah variabel yang
Manajemen Operasi 60
menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan lokasi pabrik. Secara
teoritis seluruh faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik
dapat dipisahkan menjadi dua jenis, yaitu faktor utama (faktor
primer) dan faktor bukan utama (faktor sekunder). Pemberian
klasifikasi ini adalah ditinjau dari segi kepentingan industri pada
umumnya, dan bukan terhadap kepentingan perusahaan yang akan
didirikan secara individual.
1. Faktor utama dalam pemilihan lokasi pabrik
Faktor utama, adalah faktor-faktor yang pasti akan diperlukan
oleh seluruh jenis industri yang ada. Dengan demikian, tidak ada
satu perusahaan pun yang tidak memerlukan faktor-faktor ini.
a. Lokasi bahan baku
Perusahaan memerlukan bahan baku untuk diolah menjadi
barang setengah jadi atau barang jadi. Bahan baku ini perlu
diangkut dari daerah asalnya ke pabrik untuk diolah lebih
lanjut. Perusahaan berkepentingan untuk menempatkan
lokasi pabriknya dekat dengan sumber bahan mentah apabila
bahan mentah memiliki bobot yang cukup berat dan susut
cukup besar dalam proses produksi. Hal ini dapat ditemui
pada pabrik semen, kayu, kertas dan baja. Selain itu, bila
bahan mentahnya mudah rusak maka akan lebih baik bila
lokasi pabriknya ditempatkan dekat dengan bahan mentah.
Misalnya, industri buah-buahan dan sayuran dalam kaleng.
Ketiadaan bahan baku akan mempunyai akibat terhentinya
pelaksanaan kegiatan produksi dalam perusahaan. Apabila
kegiatan produksi terhenti, maka hal ini akan mengakibatkan
kegiatan yang lain dalam perusahaan menjadi terhenti pula.
Dengan kata lain, apabila perusahaan kehabisan bahan baku,
maka kelang-sungan hidup dari perusahaan tersebut akan
menjadi terancam pula.
Pabrik dengan lokasi yang jauh dari sumber bahan baku akan
Manajemen Operasi 61
menimbulkan berbagai macam resiko, antara lain;
a) Resiko sehubungan dengan angkutan bahan dari sumber
bahan baku sampai ke gudang pabrik, antara lain;
- resiko kerusakan dalam angkutan (bahan-bahan yang
mudah rusak, misalnya pengalengan ikan)
- resiko biaya angkutan (biaya angkutan tinggi)
- resiko kehilangan dalam angkutan
- resiko keterlambatan
- resiko kecelakaan, dan lain sebagainya
b) Resiko-resiko keterlambatan informasi tentang bahan
baku, antara lain; perubahan-perubahan tentang harga
bahan baku jumlah bahan baku yang masih tersedia
keterlambatan penawaran bahan baku, dan lain
sebagainya.
b. Lokasi pasar
Yang dimaksud dengan lokasi pasar di sini adalah pasar dari
produk yang akan dihasilkan. Dekat dengan pasar, akan
membuat perusahaan dapat memberikan pelayanan yang
lebih baik kepada para pelanggan, dan mengurangi biaya
distri-busi. Perlu juga dipelajari, apakah pasar perusahaan
tersebut luas atau hanya melayani sebagian kecil masyarakat,
sifat barang mudah rusak atau tahan lama, dan berat serta
proporsi biaya transportasi atau distribusi terhadap total
biaya.
Sifat dan daya tahan produk perusahaan akan merupakan
faktor yang perlu dipertimbangkan. Apabila lokasi pabrik
jauh dari lokasi pasar produk perusahaan, maka masalah daya
tahan serta sifat produk perusahaan akan menjadi mutlak
perlu untuk dipertimbangkan. Produk perusahaan yang tidak
tahan lama (misalnya makanan segar) akan meminta
perhatian khusus di dalam pengang-kutan produk yang
Manajemen Operasi 62
bersangkutan. Dengan demikian, maka pabrik yang dekat
dengan pasar akan banyak memperoleh keuntungan,
sedangkan pabrik yang didirikan pada lokasi yang jauh dari
lokasi pasar produk perusahaan akan men-derita berbagai
macam kerugian.Lokasi pabrik akan lebih menguntungkan
apa-bila dipilih mendekati lokasi sumber bahan baku dan
sekaligus mendekati lokasi pasar.
Jika terjadi bahwa perusahaan harus memilih apakah
mendekati lokasi sumber bahan baku tetapi jauh lokasi pasar,
atau mendekati lokasi pasar tetapi menjauhi lokasi sumber
bahan baku. Dalam keadaan yang demikian maka
pertimbangan-pertimbangan berikut ini yang harus
diperhatikan;
a) Biaya angkutan
Apabila biaya angkutan bahan baku lebih murah daripada
biaya angkutan produk perusahaan untuk setiap ekivalen
unit, maka pabrik tersebut akan lebih menguntungkan
apabila didirikan mendekati lokasi pasar produk
perusahaan yang bersangkutan.
b) Kemudahan pengangkutan
Apabila pengangkutan bahan baku ini lebih mudah
daripada pengangkutan produk perusahaan, maka
perusahaan akan lebih menguntungkan men-dirikan
pabriknya mendekati pasar produk perusahaan tersebut.
c) Resiko pengangkutan
Apabila resiko pengangkutan yang ada (misalnya
kerusakan dan kehilangan) dari bahan baku adalah lebih
rendah daripada resiko pengangkutan barang jadi, maka
perusahaan akan lebih menguntungkan mendirikan
pabriknya dekat dengan sumber bahan baku.
d) Daya tahan
Manajemen Operasi 63
Apabila daya tahan bahan baku lebih rendah (lebih jelek)
daripada daya tahan produk, maka akan menguntungkan
apabila didirikan mendekati sumber bahan baku.
e) Adanya penambahan atau pengurangan volume dari
bahan baku menjadi barang jadi dalam proses produksi.
Apabila di dalam pelaksanaan kegiatan produksi dalam
perusahaan yang bersangkutan terdapat penambahan volume
yang cukup berarti, maka akan lebih menguntungkan
didirikan mendekati lokasi pasar produk yang bersangkutan
(misalnya Pabrik minuman dalam botol, akan mempunyai
penambahan volume dalam proses produksi. Dengan
demikian perusahaan minuman akan cenderung untuk
mendekati pasar).
c. Fasilitas transportasi
Tersedianya fasilitas transportasi baik lewat darat, udara dan
air akan melan-carkan pengadaan faktor-faktor produksi dan
menyalurkan produk perusahaan. Karena fasilitas transportasi
sangat besar pengaruhnya dalam operasi perusahaan, maka
tidak mengherankan jika para investor cenderung untuk
menanam-kan modalnya di daerah yang sudah cukup
memadai sarana dan prasarana transportasinya.
Transportasi ini akan menyangkut;
- Pengangkutan bahan baku dari sumbemya ke
gudang/pabrik
- Pengangkutan barang jadi dari pabrik ke pasar/konsumen
- Pengangkutan para karyawan yang bekerja di dalam
pabrik/ perusahaan
Pada umumnya sarana transportasi dapat dibagi menjadi
empat macam, yaitu;
a) Sarana transportasi melalui darat
Pengangkutan melalui darat ini dapat dibagi menjadi dua
Manajemen Operasi 64
macam, yaitu . Pengangkutan dengan mempergunakan
kereta api Kelebihannya :
- Volume yang diangkut cukup besar (misahiya Pabrik
gula)
- Goncangan yang ditimbulkan relatif sedikit
Kelemahannya :
- Jalur angkutan yang tidak fleksibel
- Tempat pemberhentian yang tidak dipilih pada
sembarang tempat akan berakibat penggunaan
angkutan ini kadang-kadang tidak akan sampai pada
tujuan akhir. Tempat pemberhentian kereta api adalah
tempat-tempat yang telah ditentukan, sehingga tidak
dapat berhenti pada sembarang tempat sebagaimana
angkutan melalui jalan raya. Dengan demikian, harus
ditambah angkutan jenis lain (melalui jalan raya) agar
pengangkutan bahan atau barang tersebut dapat
sampai ke tempat tujuan.
- Pengangkutan melalui jalan raya
Kelebihannya :
Jalur angkutan lebih fleksibel. Barang/bahan yang
diangkut akan dapat langsung berangkat dari tempat
pengiriman dan dapat langsung mencapai tempat
tujuan tanpa harus mempergunakan sarana angkutan
yang lainnya lagi.
Kelemahannya :
• Volume angkutan tidak sebesar kereta api
• Terdapat goncangan yang cukup pada proses
pengangkutannya
b) Sarana transportasi melalui laut.
Untuk pengiriman antar pulau, biaya angkutan laut akan
lebih murah, namun waktu yang diperlukan untuk
Manajemen Operasi 65
pengangkutan menjadi lebih lama.
c) Sarana transportasi melalui udara.
Kelebihan yang meoncolok dari angkutan jenis ini adalah
cepatnya proses penangkutan atau singkatnya waktu yang
diperlukan. Namun volume angkutnya terbatas dan biaya
angkutnya tinggi. Perusahaan yang mempergunakan jenis
angkutan ini adalah perusahaan persurat-kabaran.
d) Sarana transportasi khusus (pipa saluran pengiriman).
Karena sifatnya, maka barang atau bahan yang dapat
dikirim melalui sarana ini hanya terbatas untuk barang
cair atau gas saja. Perlu diingat bahwa investasi untuk
membuat sarana pengiriman khusus ini cukup besar.
(misalnya Pengiriman melalui pipa bawah tanah/laut
seperti yang dilakukan oleh Pertamina dari Cilacap ke
Yogya, PDAM, dan sebagainya).
Adapun yang dimaksud dengan fasilitas pengangkutan atau
sarana transportasi di sini bukanlah hanya tersedianya jalan
kereta api, truck, pick up, dan lain sebagainya, melainkan
termasuk juga fasilitas jalan raya yang tersedia, lokasi
setasiun kereta api, lokasi pelabuhan baik laut maupun udara
berikut fasilitas-fasilitas lain yang ada pada masing-masing
tempat tersebut (misalnya situasi dan kondisi gudang yang
tersedia, keamanan penyimpanan barang, dsb).
d. Tersedianya tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja yang memadai merupakan hal yang
mendasar. Lokasi pabrik dengan sumber tenaga kerja yang
banyak akan menjadi pertimbangan terutama bagi
perusahaan-perusahaan yang akan memperkerjakan tenaga
kerja dalam jumlah besar (padat karya).
Penggunaan tenaga kerja yang tidak memenuhi persyaratan
akan menimbulkan berbagai hambatan dan kesulitan dalam
Manajemen Operasi 66
pelaksanaan proses produksi dari perusahaan yang
bersangkutan.
Klasifikasi tenaga kerja:
a) Tenaga kerja ahli dan terlatih
Pada umumnya dibutuhkan oleh perusahaan dalam
jumlah yang sedikit Imbalan gaji yang diterima adalah
cukup besar berikut fasilitas-fasilitas lain akan diberikan
oleh perusahaan
b) Tenaga kerja ahli dan tetapi belum terlatih
Persoalannya hampir sama dengan tenaga kerja di atas,
hanya saja dalam hal imbalan agak berkurang.
c) Tenaga kerja tidak ahli dan tetapi terlatih
Pada umumnya perusahaan akan memerlukan jenis
tenaga kerja ini dalam jumlah yang cukup besar.
Beberapa tugas yang dapat dibebankan kepada karyawan
jenis ini adalah operator mesin, tugas-tugas lain yang
memerlukan
ketrampilan
khusus
tetapi
cukup
memerlukan bekal pengetahuan teori sedikit saja.
Pada umumnya para karyawan akan mendapatkan
imbalan dalam jumlah yang lebih rendah dari para
karyawan ahli dalam perusahaan yang bersangkutan, dan
fasilitas lain yang diperoleh juga akan sangat terbatas.
d) Tenaga kerja tidak ahli dan tidak terlatih
Tenaga kerja jenis ini akan terdapat di mana-mana
sehingga di manapun perusahaan akan mendirikan
pabriknya, di daerah tersebut akan tersedia tenaga kerja
jenis ini. Dengan demikian, tenaga kerja yang diperlukan
untuk bahan pertimbangan di dalam pemilihan lokasi
pabrik adalah jenis tenaga kerja tidak ahli tetapi terlatih.
e. Pembangkit tenaga
Untuk menjalankan mesin dan peralatan produksi yang
Manajemen Operasi 67
berada di dalam pabrik dari suatu perusahaan tertentu,
diperlukan adanya suatu pembangkit tenaga. Pada umumnya
tenaga yang diperlukan oleh pabrik ini adalah dalam jumlah
yang cukup besar. Untuk mendapatkan pembangkit tenaga
dalam jumlah yang cukup besar dapat dipergunakan dua
macam jalan, yaitu mempergunakan jasa PLN, atau
mengusahakan sumber pembangkit tenaga sendiri.
Ada jenis-jenis perusahaan terutama yang dalam proses
produksinya mem-butuhkan suplay pembangkit tenaga baik
berupa tenaga air, listrik, angin dan sebagainya. Misalnya,
industri kertas, karet, gula dan tenun sangat memerlukan air
dalam jumlah besar. Oleh karena itu perlu diperhatikan
ketersediaan sumber tenaga yang murah dan mencukupi pada
lokasi yang dipilih.
2. Faktor bukan utama dalam pemilihan lokasi pabrik
Faktor bukan utama, adalah merupakan suatu faktor yang sangat
diperlukan oleh suatu jenis industri tertentu, namun faktor ini
belum tentu diperlukan pula oleh jenis industri yang lain.
1) Rencana masa depan
Pabrik yang didirikan diharapkan akan dapat berkembang
pesat, sehingga akan mendukung perkembangan perusahaan
yang bersangkutan. Pemilihan lokasi pabrik ini tidak hanya
akan dipergunakan untuk jangka pendek, melainkan juga
untuk jangka panjang. Hal lain yang perlu diperhatikan
tentang rencana ke depan menyangkut kebutuhan sumber
daya dan kemungkinan perubahan teknologi
2) Kemungkinan ekspansi perusahaan
Apabila pabrik yang didirikan perusahaan tersebut dapat
melaksanakan operasinya dengan baik, maka terdapat
kemungkinan yang besar bahwa perusahaan yang
bersangkutan akan dapat berkembang dengan baik pula.
Manajemen Operasi 68
Untuk me-nunjang perkembangan perusahaan tersebut pada
umumnya akan dilaksanakan perluasan perusahaan, ini
berarti bahwa perusahaan tersebut akan menambah
kapasitasnya. Dengan demikian, perusahaan yang
bersangkutan akan menambah kapasitas pabrik yang ada,
sehingga untuk keperluan tersebut diperlukan adanya
cadangan tanah yang disediakan untuk melaksanakan
perluasan pabrik. Dengan kata lain dalam pemilihan lokasi
pabrik, sebaiknya juga dipertimbang-kan tersedianya tanah
yang cukup guna perluasan pabrik di masa depan.
Apabila ternyata pada suatu saat pabrik yang telah didirikan
tersebut memerlu-kan adanya perluasan, sedangkan tanah di
sekitar pabrik tersebut tidak me-mungkinkan lagi untuk
dipergunakan, misalnya telah dipergunakan oleh perusahaan
atau lembaga yang lain, maka akan terdapat dua
kemungkinan yang dapat ditempuh.
Pertama, adalah dengan mendirikan gedung bertingkat.
Dalam hal ini tentunya disertai dengan adanya resiko biaya
pembangunan gedung yang lebih mahal dibandingkan
dengan gedung yang tidak bertingkat.
Kedua, adalah mendirikan pabrik baru, yang lokasinya
terpisah dari pabrik yang lama. Oleh karena itu lokasi pabrik
yang dipilih harus mampu menampung kemungkinankemungkinan tersebut di atas.
3) Kemungkinan Perluasan Kota
Rencana perluasan kota perlu dijadikan bahan pertimbangan
oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga pabrik yang
akan didirikan akan tetap sesuai dengan perkembangan kota
yang ada. Apabila hal ini tidak diperhatikan, akan terdapat
resiko bahwa pabrik tersebut pada suatu saat sudah tidak
diperbolehkan beroperasi pada lokasi yang dipilih oleh
Manajemen Operasi 69
karena sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masyarakat
sekitamya. Atau terdapat kemungkinan yang lain, yaitu
pabrik tersebut akan terpotong karena terkena pelebaran jalan
yang dilaksanakan dalam kota tersebut.
Pada umumnya pendirian pabrik di Indonesia terutama yang
didirikan oleh perusahaan kecil dan menengah belum begitu
banyak memperhatikan faktor kemungkinan perluasan kota.
Seringkali suatu pabrik yang sudah didirikan, beberapa waktu
berikutnya dengan terpaksa harus berpindah tempat atau terkena pelebaran jalan. Misalnya Perusahaan karoseri atau
bengkel las di pinggiran kota.
Tidak tersedianya tempat parkir yang cukup serta kebisingan
suara yang ditimbulkan akan sangat tidak sesuai dengan
lingkungan sekitarnya apabila daerah sekitarnya menjadi
tempat pemukiman atau pusat pertokoan. Arus lalu lintas
yang cukup padat, juga akan menambah ketimpangan yang
terjadi antara pabrik tersebut dengan lingkungannya. Jadi
perlu memperhatikan master plan untuk pembangunan kota,
dengan melihat dan mempelajari master plan akan dapat
diketahui lokasi mana yang diperuntukkan bagi daerah
industri, lokasi mana yaiig diperuntukkan bagi daerah
pemukiman, dan lokasi mana yang akan dipergunakan
sebagai jalur hijau.
4) Terdapat fasilitas servis bagi perusahaan/pelayanan mesin
dan peralatan produksi.
Hal ini penting terutama bagi pabrik-pabrik yang tidak terlalu
besar, yang tidak memiliki bengkel sendiri untuk
memperbaiki mesin dan peralatan produksinya.
Suatu pabrik yang melaksanakan kegiatan produksi, tentunya
akan memerlukan berbagai macam pelayanan perbaikan
terhadap mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan.
Manajemen Operasi 70
Hal ini berhubungan erat dengan masalah pemeliharaan dari
mesin-mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan
dalam perusahaan tersebut. Fasilitas pelayanan perawatan
mesin dan peralatan produksi yang diperlukan dalam hal ini
adalah meliputi perawatan rutin maupun perbaikan-perbaikan
yang perlu dilaksanakan dalam perusahaan tersebut. Bagi
perusahaan yang tidak atau belum mempunyai fasilitas
pelayanan mesin dan peralatan produksi sendiri, maka
perawatan dan pemeliharaan mesin dan peralatan produksi
sepenuhnya dikerjakan para tekhnisi di luar perusahaan
bersangkutan.
Beberapa perusahaan menengah dan perusahaan besar, pada
umumnya akan menyediakan bagian atau unit pelayanan dan
perawatan mesin dan fasilitas produksi dalam pabrik, namun
tidak demikian halnya dengan perusahaan menengah dan
perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh karena apabila
volume kerja dari unit pelayanan dan perawatan mesin dan
peralatan produksi ini tidak seimbang dengan biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk investasi unit tersebut, maka
ini berarti akan mengurangi potensi keuntungan.
5) Terdapat fasilitas pembelanjaan perusahaan
Untuk kepentingan permodalan yang diperlukan, maka
pabrik yang akan didiri-kan oleh perusahaan akan lebih baik
apabila lokasinya berdekatan dengan fasilitas pembelanjaan
perusahaan yang ada.
Adapun yang dimaksud dengan fasilitas pembelanjaan
perusahaan adalah ter-dapatnya lembaga-lembaga keuangan
serta lembaga-lembaga lain yang dapat membantu
pembelanjaan perusahaan pada umumnya. Misalnya terdapat
pasar modal, bank-bank, koperasi simpan-pinjam, dlsb.
6) Terdapat persediaan air yang cukup
Manajemen Operasi 71
Pada umumnya air dibutuhkan oleh semua pabrik. Hanya
saja, banyaknya air yang dibutuhkan oleh satu pabrik berbeda
dengan pabrik lainnya. Kebutuhan air untuk pabrik ini akan
dapat beraneka ragam, misalnya untuk; pembangkit tenaga
listrik cadangan, pelaksanaan proses produksi, keperluan
karyawan, dll.
Beberapa perusahaan tertentu akan memerlukan jumlah air
yang cukup besar guna pelaksanaan proses produksi. Hal ini
disebabkan karena air tersebut akan dipergunakan sebagai
salah satu faktor yang akan terlibat langsung di dalam
pelaksanaan produksinya, sehingga tanpa adanya air dalam
jumlah yang cukup akan mengakibatkan terhentinya proses
produksi. Contoh pabrik yang memerlukan jumlah air dalam
volume yang cukup besar, antara lain; pabrik kertas, pabrik
aci tapioka, pabrik karton, pabrik es batu, pabrik minuman,
perusahaan perikanan, perusahaan penyamakan kulit, dlsb.
7) Terdapat keamanan lingkungan
Untuk keselamatan aset yang dimiliki perusahaan maka
lokasi yang cukup terjamin keamanan lingkungannya.
Keamanan lingkungan ini sebaiknya diper-timbangkan oleh
manajemen perusahaan dengan seksama, sehingga pabrik
yang didirikan tersebut akan dapat beroperasi tanpa
mendapatkan gangguan keamanan yang tidak dikehendaki.
8) Biaya tanah dan gedung
Pada umumnya biaya tanah yang harus dikeluarkan untuk
mendapatkan lahan yang cukup serta mendirikan gedung
pabrik ini akan berbeda-beda antara suatu daerah dengan
daerah yang lainnya. Secara umum, besar dan kecilnya biaya
tanah dan gedung ini akan berhubungan secara langsung
dengan jumlah kebutuhan akan tanah dan gedung dari
perusahaan yang bersangkutan.
Manajemen Operasi 72
9) Sikap masyarakat setempat
Kesediaan masyarakat suatu daerah menerima segala
konsekuensi, baik positif maupun negatip didirikannya suatu
pabrik di daerah tersebut merupakan suatu syarat untuk dapat
atau tidaknya didirikan pabrik tersebut di daerah itu. Pada
umumnya sikap masyarakat ini dapat dibagi menjadi tiga
golongan; a). Sikap masyarakat yang setuju dan
menghendaki didirikannya pabrik dari perusahaan ini di
daerah masyarakat tersebut b). Sikap masyarakat yang acuh
tak acuh atau tidak ambil peduli dengan didirikannya pabrik
dari perusahaan ini di daerah masyarakat tersebut c). Sikap
masyarakat yang tidak setuju atau menolak didirikannya
pabrik dari perusahaan ini di daerah masyarakat tersebut.
Tingkat perekonomian dari masyarakat setempat dan
sekitamya juga akan mempunyai pengaruh terhadap pabrik
yang didirikan perusahaan pada lokasi tersebut. Tingkat
perekonomian yang cukup tinggi akan berarti masyarakat
tersebut akan dapat menjadi pasar potensial dari perusahaan
tersebut, Semakin tinggi tingkat perekonomian masyarakat
tersebut, semakin besar pula potensi pasar perusahaan pada
daerah tersebut.
10) Iklim dan suhu udara
Beberapa perusahaan tertentu yang karena sifat proses
produksinya, hanya dapat didirikan pada daerah-daerah
tertentu saja, yaitu daerah yang mempunyai suhu udara
tertentu, sinar matahari tertentu dan kelembaban udara
tertentu, dan lain sebagainya. Contohnya pembiakan jamur
merang di daerah dingin.
11) Keadaan tanah
Untuk perusahaan-perusahaan yang keterlibatannya dengan
tanah ini besar, misalnya perusahaan yang bergerak di bidang
Manajemen Operasi 73
pertanian, perkebunan, batu bata, keramik dan sebagainya,
pertimbangan keadaan tanah ini harus lebih cermat lagi.
Bahkan masalah keadaan tanah ini akan diadakan analisis
yang cukup cermat sampai pada unsur yang terkandung
dalam tanah tersebut.
12) Peraturan pemerintah daerah setempat.
Masing-masing daerah mempunyai peraturan tersendiri yang
mengatur masalah pembagian daerah untuk industri,
pemukiman, jalur hijau, dan lain sebagainya. Daerah industri
inipun akan terbagi lagi menjadi beberapa jenis industri tertentu, sehingga belum tentu semua jenis industri dapat
memperoleh ijin pen-dirian pada setiap lokasi dalam daerah
yang bersangkutan.
B. Tahapan penentuan lokasi pabrik :
Langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh pihak
manajemen perusahaan dalam rangka pemecahan masalah penentuan
lokasi suatu pabrik, adalah sebagai berikut.
a. Mengadakan penelitian lapangan untuk mengumpulkan
informasi atau data-data terutama tentang berbagai yang
berpengaruh terhadap penentuan lokasi pabrik seperti yang telah
dikemukakan di atas.
b. Dari hasil pengumpulan data tersebut, maka langkah berikut
adalah melakukan penilaian terhadap data yang terkumpul, baik
data kualitatif, maupun data kuantitatif.
c. Pengambilan keputusan dari hasil penilaian dan evaluasi
terhadap daerah tersebut sebagai rencana lokasi pabrik.
C. Cara penilaian lokasi pabrik
Penilaian lokasi pabrik dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain penilaian secara kulaitatif, dan penilaian dengan
Manajemen Operasi 74
pendekatan biaya transportasi.
a. Penilaian secara kualitatif
Cara penilaian kualitatif dilakukan dengan membuat beberapa
kategori atas hasil temuan yang ada. Misalnya, sangat baik, baik,
sedang, dan sangat kurang. Selanjutnya, dari hasil penilaian
tersebut dibuat skoring sehingga dapat ditentukan altematif yang
paling baik untuk dipilih.
Agar lebih jelas dapat ditelusuri melalui contoh kasus berikut ini.
Sebuah perusahaan akan mendirikan pabrik baru, dengan tiga
altematif lokasi yaitu daerah A, B, dan C. Dari hasil penelitian
lapangan maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 5. Lokasi pabrik yang akan dipilih
Daerah
No.
Variabel yang diteliti
A
B
C
1
2
3
4
5
Bahan baku
Tenaga kerja
Pasar
Bahan bakar
Lingkungan masyarakat
sb
b
s
sb
k
B
sb
sb
b
b
b
b
sk
b
sb
Keterangan:
sb = sangat baik; b = baik; s = sedang; k = kurang; sk = sangat
kurang
Agar dapat dilakukan penilaian maka data yang ada perlu
dikuantitatifkan dengan cara memberi skor. Misalnya :
Sangat baik
=5
Baik
=4
Sedang
=3
Kurang
=2
Sangat kurang
=1
Berdasarkan skor tersebut, maka dapat ditentukan nilai dari
Manajemen Operasi 75
masing-masing daerah altematif sebagai berikut:
Tabel 6. Nilai masing-masing daerah yang akan dipilih
No
1
2
3
4
5
A
B
C
HASIL
SKOR
PENILAIAN NILAI Poiat I Posit I, Poin I
Sangat baik
5
2 10 2 10 1t
5
Baik
4
1
4
3 12 3
12
Sedang
3
1
3
0
0
0
0
Kurang
2
1
2
0
0
0
0
Sangat kurang
1
0
0
0
0
1
1
Jumlah
5 19 5 22 5
18
Hasil perhitungan tersebut di atas menunjukkan daerah B
memilki nilai paling tinggi. Karena itu, daerah B yang akan
dipilih.
Tabel 7. Posisi daerah yang akan dipilih
No Daerah
Nilai
Rangking
01
A
19
2
02
B
22
1
03
C
18
3
b. Penilaian secara kuantitatif
Penilaian secara kuantitatif dilaksanakan terhadap data-data hasil
penelitian yang detail menyangkut dana dan pembiayaan serta
keuntungan yang diperoleh dari masing-masing alternatif daerah
usulan. Data-data yang diperlukan meliputi :
- besarnya investasi,
- besarnya penjualan yang akan dicapai,
- biaya-biaya yang akan dikeluarkan untuk bahan baku, tenaga
kerja, overhead,
- serta biaya umum dan operasi,
- keuntungan yang didapat pada investasi tersebut.
Manajemen Operasi 76
Cara penilaian ini sering disebut dengan pendekatan fmansial
manajemen atau evaluasi proyek.
c. Pendekatan biaya transportasi
Suatu darerah dapat dipilih berdasarkan penilaian bahwa daerah
tersebut dapat meminimalkan biaya pengangkutan yang akan
dikeluarkan. Karena itu, pendekatan ini hanya didasarkan pada
salah satu aspek yaitu biaya transportasi.
Model transportasi ini merupakan salah satu alat pengambilan
keputusan dalam riset operasi yang ditemukan pada tahun 1941
oleh FL Hitchcock. Model transportasi terdiri atas 3 metode
pemecahan, yaitu metode stepping stone, MODI, dan Vogel's
approximation (VAM). Dalam uraian selanjutnya dalam materi
ini hanya akan membahas metode stepping stone. Sedangkan
kedua metode yang lain dapat pembaca dalami dalam buku/mata
kuliah riset operasi.
Langkah-langkah pemecahan dengan metode stepping stone
meliputi:
1) Penyusunan matriks transportasi sebagai matriks pendataan
yang berisi data-data keadaan daerah supply dan demand.
2) Pemecahan pemula dari matriks transportasi. Prinsip dasar
dalam pemecahan ini adalah pengisian setiap sel yang
dimulai dari kiri atas ke kanan bawah (north west corner
rule).
3) Menghitung jumlah biaya pengangkutan dari alternatif yang
telah ditentukan dalam pemecahan pemula.
4) Pengujian biaya transportasi dari pemecahan pemula.
Pengujian dilakukan dengan cara mengisi sel air yang belum
terisi, lalu menghitung perubahan biaya yang terjadi. Bila
ternyata masih terjadi pengurangan biaya maka perlu
diadakan re-alokasi. Sebaliknya, bila hasil pengujian
menunjukkan bahwa biayanya tetap atau meningkat, maka
Manajemen Operasi 77
alokasi tersebut telah optimal.
5) Bila hasil pengujian pada langkah ke-4 menunjukkan bahwa
alokasinya belum optimal, maka perlu dilakukan re-alokasi,
sampai mencapai hasil alokasi yang optimal.caranya dengan
mengulangi langkah ke-1 sampai dengan langkah ke-4.
Untuk mempermudah pemahaman, maka berikut ini akan
disajikan sebuah contoh kasus transportasi. Misalkan suatu
perusahaan memiliki 3 buah pabrik di W, H dan P, dengan
kapasitas produksi masing-masing sebagai berikut:
Tabel 8. Kapasitas produksi lokasi pabrik yang akan dipilih
Pabrik
Kapasitas produksi tiap bulan (ton)
W
H
P
Jumlah
90
60
50
200
Hasil produksi dari ke tiga pabrik tersebut di atas dimaksudkan
untuk mengisi kebutuhan tiga buah gudang penjualan masingmasing di A, B dan C. kebutuhan tiap-tiap gudang adalah sebagai
berikut:
Gudang
Kebutuhan tiap bulan (Ton)
A
B
C
Jumlah
50
110
40
200
Biaya transportasi dari masing-masing pabrik ke gudang
(dinyatakan dalam ribuan rupiah per ton) adalah sebagai berikut:
Biaya transportasi dari masing-masing pabrik ke gudang
Manajemen Operasi 78
(dinyatakan da;a, ribuan rupiah per ton) adalah sebagai berikut :
Tabel 10. Biaya transportasi dari pabrik ke gudang
Dari
A
B
C
W
20
5
8
H
15
20
10
P
25
10
19
Penyelesaian.
Penyelesaian contoh kasus tersebut di atas dimulai dengan
membuat matriks transportasi sebagai berikut.
Tabel 11. Matriks transportasi 1
DARI
KE GUDANG GUIDANG GUDANG
A
B
C
PABRIK W
KAPASITAS
PABRIK
20
5
8
90
15
20
10
60
PABRIK P
25
10
19
50
KEBUTUHAN
GUDANG
50
110
40
200
PABRIK H
Langkah berikutnya adalah mulai mengisi matriks transportasi
sebagai pemecahan semula dengan prinsip dari kiri atas ke kanan
bawah, sebagai berikut:
Tabel 12. Matriks transportasi 2
KE GUDANG GUIDANG GUDANG KAPASITAS
DARI
A
B
C
PABRIK
PABRIK W
20
5
8
90
50
40
Manajemen Operasi 79
PABRIK H
15
20
10
60
10
19
50
40
200
60
PABRIK P
25
10
KEBUTUHAN
GUDANG
50
40
110
Selanjutnya dilakukan kalkulasi biaya transportasi untuk alokasi
tersebut di atas sebagai berikut:
50 (20) + 40 (5) + 60 (20) + 10 (10) + 40 (19) - 3260
Langkah selanjutnya adalah menguji apakah alokasi tersebut
sudah optimal atau belum. Caranya dengan melakukan pengisian
sel-sel yang sudah terisi (sel air), yang diambil dari sel-sel yang
sudah terisi (sel baru).
- sel WC =+ WC- PC + PB-WB = 8-19+10-5=
-6
-selHA =+ HA-WA + W B- HB - 15 - 20 + 5 - 20 =-20
-selHC =+ HC - PC + PB-HB = 10- 19+10-20 = -19
-sel PA = + PA -WA + WB- PB - 25 - 20 + 5 - 10= -0
Hasil pengujian di atas menunjukkan, bahwa biaya transportasi
masih dapat dikurangi, yaitu dengan cara mengisi sel-sel air yang
memiliki nilai negatif. Untuk itu perlu dilakukan re-alokasi
dengan mengisi terlebih dahulu sel air yang memiliki nilai
negatif terbesar, sebagai berikut:
Tabel 13. Re-alokasi biaya transportasi 1
KE GUDANG GUIDANG GUDANG KAPASITAS
DARI
A
B
C
PABRIK
PABRIK W
20
5
8
90
90
PABRIK H
15
20
10
60
50
10
Manajemen Operasi 80
PABRIK P
25
10
10
KEBUTUHAN
GUDANG
50
19
50
40
200
40
110
Biaya transportasi yang harus ditanggung pada tahapan ini
adalah:
90 (5) + 50 (15) + 10 (20) + 10 (10) + 40 (19) = 2260
selanjutnya diadakan pengujian biaya transportasi seperti yang
telah dilakukan di atas:
-selWA = + WA-WB + HB-HA = 20 – 5 + 20 – 15 = 20
sel WC = + WC - PC + PB - WB = 8 – 19 + 10 – 5 = -6
sel HC = + HC - PC + PB - HB = 10 – 19 + 10 – 20 = -19
selPA =+ PA -HA + HB- PB = 25 – 15 + 20 – 10 = 20
hasil pengujian pada tahap inipun menunjukkan bahwa alokasi
belum optimal. Karena itu, perlu dilakukan re-alokasi lagi
sebagai berikut:
Tabel. 13. Re-alokasi biaYa transp0rtasi 2
KE GUDANG GUIDANG GUDANG KAPASITAS
DARI
A
B
C
PABRIK
PABRIK W
20
5
8
90
50
40
PABRIK H
15
20
10
60
60
PABRIK P
25
KEBUTUHAN
GUDANG
50
10
10
19
50
40
200
40
110
Biaya transportasi yang harus dikeluarkan menurut alokasi ini
adalah sebagai 90 (5) + 50 (5) + 10 (10) + 20 (10) + 30 (19) =
2070
Manajemen Operasi 81
Lokasi Pabrik, cara penilaian, metode pemilihan, dan model
transportasi pengujian biaya transportasi sebagai berikut:
-selWA ='+ WA-WB + PB - PC + HC-HA=
= 20-5+10+19+10-15 = 1
-sel WC = + WC - PC + PB - WB 8- 19+10- 5= -6
-sel HB = + HB - HC + PC - PB = 20- 10+19- 10- 19
-sel PA = + PA - HA + HC – PC = 25- 15 +10- 19= 1
Biaya transportasi yang harus ditanggung pada tahapan ini
adalah:
60 (5) + 30 (8) + 50 (15) + 10 (10) + 50 (10) = 1890 pengujian
biaya transportasi:
-selWA = + WA-WC + HC - HA = 20- 8+10-15= 7
-selHB = + HB-WB +WC- HC = 20-5+8-10=13
-sel PA = + PA - HA + HA - WC + WB - PB = 25-15+10 + 8 +
5-10 = 7
-sel PC = + PC - PB +WB- WC = 19-10+5- 8= 6
Hasil pengujian memperlihatkan bahwa alokasi tersebut di atas
telah optimal, karena semuanya bernilai positif. Jadi total biaya
transportasi sebesar 1890 merupakan biaya terendah.
D. Metode Pemilihan Lokasi Pabrik
Ada dua macam metode pemilihan lokasi pabrik, antara lain;
a. Metode penilaian dari berbagai faktor yang mempengaruhi
pemilihan lokasi pabrik
Di dalam pemilihan lokasi pabrik dengan menggunakan
metode ini, maka kepada semua faktor-faktor yang (dianggap)
mempunyai pengaruh terhadap kelancaran operasi pabrik yang
bersangkutan akan diberikan penilaian.
Di dalam melaksanakan penilaian terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik ini, pada umumnya
Manajemen Operasi 82
manajemen perusahaan yang bersangkutan akan memberikan
nilai terhadap besarnya pengaruh tersebut dalam beberapa
tingkat, misalnya sangat baik., baik, cukup, kurang, dan sangat
kurang. Atas dasar penilaian ini manajemen perusahaan akan
dapat menentukan daerah mana yang sekiranya merupakan
daerah yang terbaik untuk didirikannya perusahaan yang
bersangkutan.
Pemilihan lokasi pabrik dengan mempergunakan metode
penilaian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi lokasi
pabrik ini pada umumnya sangat sering dipergunakan oleh
perusahaan-perusahaan kecil dan menengah.
b. Metode perbandingan biaya
Metode perbandingan biaya ini akan dilaksanakan dengan
memperbandingkan biaya (biaya investasi dan distribusi) yang
harus dikeluarkan pada masing-masing altematif daerah yang
akan dipilih. Biaya yang diperbandingkan ini akan meliputi baik
biaya investasi maupun biaya operasi dari pabrik yang akan
didirikan tersebut. Manajemen perusahaan akan memilih
altematif daerah yang mempunyai biaya (investasi dan operasi)
yang paling rendah.
Di dalam metode perbandingan biaya ini dikenal dua
model pemilihan, yaitu:
1) dengan memperbandingkan secara langsung besarnya biaya
(investasi dan operasi) dari masing-masing daerah yang akan
dipilih tersebut, berdasarkan atas satu tingkat kapasitas
tertentu saja,
2) dengan memperbandingkan besarnya biaya (investasi dan
operasi) pada masing-masing altematif daerah yang akan
dipilih tersebut berdasarkan beberapa tingkat kapasitas yang
mungkin akan dapat dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan. Dengan kata lain, dengan model ini proporsi
Manajemen Operasi 83
biaya tetap dan biaya variabel untuk masing-masing daerah
akan diperhitungkan pula sebagai dasar pengambilan
keputusan di dalam pemilihan lokasi pabrik.
Di dalam praktek manajemen perusahaan yang akan mendirikan
pabrik tersebut akan mempergunakan kedua metode tersebut
secara bersama-sama, kemudian dilakukan pertimbanganpertimbangan di mana sebaiknya lokasi yang dipilih untuk
mendirikan pabrik tersebut.
E. Model transportasi
Metode transportasi adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk
yang sama ke tempat-tempat tujuan secara optimal. Distribusi ini
dilakukan sedemikian rupa sehingga permintaan dari beberapa tujuan
dapat dipenuhi dari beberapa tempat asal (sumber), yang masingmasing dapat memiliki permintaan atau kapasitas yang berbeda.
Alokasi ini harus mem-pertimbangkan biaya pengangkutan yang
bervariasi karena jarak dan kondisi antar lokasi yang berbeda.
Dengan menggunakan metode transportasi, maka diperoleh suatu
lokasi yang dapat meminimalkan total biaya transportasi atau total
waktu pengiriman. Di samping kegunaannya untuk mengatur
distribusi pengiriman barang, metode transportasi juga dapat
digunakan untuk masalah-masalah lain, misalnya penjadwalan dalam
proses produksi, penempatan persediaan, atau pembelanjaan modal.
Model transportasi dalam hal ini merupakan suatu model yang akan
dapat dipergunakan untuk berbagai tempat tujuan. Masing-masing
sumber tersebut mempunyai kapasitas tertentu sehingga akan dapat
melaksanakan pengiriman dalam jumlah tertentu pula. Setiap daerah
tempat tujuan akan mempunyai jumlah permintaan tertentu pula,
yang kemungkinan antara satu tempat tujuan dengan tempat lain
akan berbeda jumlahnya. Besarnya biaya pengiriman per unit barang
Manajemen Operasi 84
yang akan dikirim kemungkinan besar akan berbeda pula dari
masing-masing sumber kepada masing tempat tujuan tersebut.
Secara umum pemecahan permasalahan dengan menggunakan model
transportasi ini akan dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
a. Penentuan alokasi pengiriman;
b. Tes optimasi. Bila sudah optimal berarti selesai. Bila belum
optimal, lakukan langkah c;
c. Re-alokasi. Setelah itu lakukan langkah b.
Dengan mempergunakan model transportasi ini, manajemen
perusahaan akan dapat menentukan pola pengiriman barang yang
tepat sehingga biaya pengiriman barang dari masing-masing tempat
tujuan dapat ditekan menjadi serendah-rendahnya.
Alokasi pengiriman barang
Uraian dan contohsoal
Sebagaimana diketahui, persoalan pengiriman barang ini akan
muncul apabila perusahaan yang bersangkutan mempunyai beberapa
daerah sumber (pabrik atau gudang penyimpanan) yang akan menjadi
pengirim barang serta mempunyai daerah tempat tujuan (gudang atau
pasar produk perusahaan) yang akan menjadi daerah tempat tujuan, jika
perusahaan yang bersangkutan hanya mempunyai satu sumber serta
satu daerah tujuan saja, maka persoalan alokasi pengiriman barang ini
tidak akan muncul dalam perusahaan yang bersangkutan.
Untuk dapat menyelesaikan permasahan alokasi pengiriman
barang ini, maka beberapa data harus dapat dikumpulkan oleh
perusahaan tersebut. Data yang harus dikumpulkan meliputi beberapa
data, yaitu:
a. Jumlah pengiriman serta kapasitas masing-masing sumber.
b. Jumlah daerah tempat tujuan dan besarnya permintaan yang ada dari
masing-masing tempat tujuan.
c. Besarnya biaya angkut per unit dari masing-masing sumber dan
Manajemen Operasi 85
masing-masing tempat tujuan yang akan dicapai.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang mempunyai beberapa
gudang barang jadi (sumber) yang akan dipergunakan sebagai sumber
pengiriman barang ke beberapa tempat tujuan. Gudang tersebut adalah Si,
S2, 83, dan S4. Sedangkan tempat tujuannya TI, T2, T3, T4, dan T5. Biaya
pengiriman per unit barang dari masing-masing sumber ke masing-masing
tempat tujuan serta besarnya kapasitas masing-masing dan besarnya
permintaan dari masing-masing tempat tujuan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Kapasitas, sumber, tempat tujuan, dan biaya pengiriman
Tujuan Sumber
T1
T2
T3
T4
T5
Kapasitas
s,
40
30
20
10
15
3.000
S2
25
53
25
20
40
2.500
S3
35
50
40
30
10
2.000
S4
10
30
20
60
25
2.500
Permintaan
2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Langkah pertama dalam menyelesaikan problema tansportasi
adalah alokasi dari sumber ke tempat tujuan. Dalam hal ini perlu diingat
besarnya kapasitas masing-masing sumber serta besarnya permintaan dari
masing-masing tempat tujuan. Dengan demikian masing-masing
sumber dapat melaksanakan pengiriman barang sesuai kapasitas yang
tersedia ke tempat tujuan sesuai dengan besarnya permintaan.
Pedoman yang paling sering untuk digunakan dalam penentuan
lokasi pengiriman yang pertama disebut dengan north west corner rule
(aturan sudut kiri atas). Alokasi dimulai dari sudut kiri atas bergerak ke
kanan dan ke bawah, sehingga semua kapasitas sumber yang tersedia
dapat dimanfaatkan untuk dikirimkan ke tempat yang memerlukannya.
Pedoman ini paling sederhana, namun belum menjamin apakah
alokasi yang dilaksanakan tersebut sudah mendekati optimum atau
belum. Dengan pedoman ini, setidaknya masing-masing sumber dapat
dimanfaatkan untuk digunakan sebagai sumber pengiriman barang.
Berdasarkan pedoman sudut kiri atas tersebut maka alokasi ini akan dapat
Manajemen Operasi 86
dilaksanakan sebagaimana dalam Tabel 17.
Tabel 17 Alokasi Pengiriman
T,
S1
S2
S3
84
Permintaan
T4
T,
Kapasitas
2.000
1.000 1.500
1.000 500
T2 '
T3
1.500
500
2.000
3.000
2.500
2.000
2.500
2.000
2.000 2.000
2.000
2.000
Berdasarkan alokasi 1, maka biaya pengiriman total yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini.
Tabel 18. Biaya pengiriman untuk alokasi 1
No.
Sumber
Tujuan
01
S,
T,
02
03
04
05
06
07
08
S,
S2
S2
S3
S3
S4
S4
T2
T2
T3
T3
T4
T4
T5
Jumlah
Jumlah Unit
Biaya per Unit(Rp)
Jumlah Biaya (Rp)
2.000
40
80.000
1.000
1.000
1.500
500
1.500
500
2.000
30
35
25
40
30
60
25
30.000
35.000
37.500
20.000
45.000
30.000
50.000
10.000
327.500
Total biaya yang diperlukan untuk pengiriman barang pada alokasi 1
tersebut sebesar Rp 327.500. Permasalahannya adalah apakah dengan
pola pengiriman atau pola alokasi ini perusahaan telah memperoleh
biaya pengiriman yang paling rendah? Hal ini perlu dibuktikan dengan
tes optimisasi, sehingga diketahui apakah pola pengiriman barang
sudah mencapai biaya yang paling minimal ataukah belum? Apabila
dari hasil tes optimisasi ini diketahui bahwa alokasi pengiriman barang
tersebut sudah optimal maka pekerjaan penyelesaian problema
transportasi ini berarti sudah selesai.
Manajemen Operasi 87
BAB IV
BANGUNAN PABRIK
Tujuan didirikannya bangunan pabrik adalah untuk melindungi
karyawan yang bekerja di dalam perusahaan yang bersangkutan, juga
untuk melindungi bahan-baku, bahan setengah jadi, bahan jadi, mesin
dan peralatan produksi dari kerusakan akibat panas dan hujan, dan
kehilangan. Oleh karena itu, bangunan yang akan didirikan harus
direncanakan terlebih dahulu agar dapat memenuhi tujuan tersebut.
Dalam perencanaan bangunan harus ditentukan bagaimana bangunan
tersebut dibuat. Apakah bangunan tersebut di buat bertingkat atau tidak.
Hal ini harus disesuaikan dengan keadaan mesin dan peralatan produksi
yang akan dipergunakan, serta sifat proses produksinya.
Produk yang akan dihasilkan akan ikut mempengaruhi bentuk
bangunan pabrik yang akan dibangun. Perusahaan yang menghasilkan
produk makanan berbeda bentuk bangunan pabriknya dengan
perusahaan yang menghasilkan semen. Selain itu, lantai yang
dipergunakan dan kebersihan yang diperlukan juga berbeda diantara
kedua jenis perusahaan tersebut.
Peralatan proses produksi seringkali akan mempengaruhi
bangunan pabrik yang akan didirikan. Misalnya sebuah mesin potong
dari perusahaan percetakan memerlukan konstruksi lantai yang cukup
kuat untuk menyangga beban mesin tersebut. Tentunya pengusaha tidak
menginginkan terjadinya kerusakan bangunan pabrik yang disebabkan
kesalahan pemasangan pada saat pembangunannya.
A. Perencanaan bangunan pabrik
Mengingat akan pentingnya bangunan pabrik bagi kelancaran proses
produksi perusahaan, maka perlu diadakan perencanaan yang baik
terhadap bangunan pabrik tersebut. Perencanaan bangunan pabrik
yang dilaksanakan secara baik akan memberi berbagai manfaat,
Manajemen Operasi 88
seperti yang diuraikan di bawah ini.
a. Manfaat perencanaan bagunan pabrik
Suatu bangunan yang direncanakan secara baik akan
memberikan banyak keuntungan. Adapun manfaat dari
perencanaan bangunan pabrik yang baik antara lain, dapat:
- mempermudah jalannya proses produksi,
- membantu penurunan biaya-biaya pemindahan bahan
(material handling),
- menekan jumlah persediaan barang setengah jadi,
- memperoleh penggunaan luas lantai (pabrik) yang efektif,
- menambah tingkat keamanan kerja dari para karyawan
perusahaan,
- menaikkan tingkat produktivitas kerja para karyawan
perusahaan,
- membantu untuk menghindarkan beberapa pengeluaran
kapital yang tidak begitu penting,
- menekan jumlah waktu yang dipergunakan untuk
pelaksanaan proses produksi,
- menyederhanakan prosedur pengawasan atas pelaksanaan
proses produksi,
- mengurangi terjadinya kelambatan ataupun kemacetan di
dalam pelaksanaan
- proses produksi, menekan biaya pemeliharaan yang harus
dikeluarkan untuk gedung yang bersangkutan, memperbesar
tingkat fleksibilitas dari gedung pabrik tersebut,
- memperbesar kesenangan kerja, meningkatkan moral pekerja,
mengurangi turn
- over pekerja, kesemuanya akan bermuara pada peningkatan
produktivitas tenaga kerja.
b. Beberapa pertimbangan dalam perencanaan bangunan pabrik
Ada beberapa faktor yag perlu dipertimbangkan ketika hendak
Manajemen Operasi 89
menyusun bangunan pabrik. Faktor-faktor tersebut meliputi :
1) Fleksibilitas.
Yang dimaksud dengan fleksibilitas gedung adalah apabila
bangunan tersebut memerlukan beberapa perubahan, maka
perubahan tersebut akan dapat Perencanaan bangunan
pabrik, hubungan bangunan pabrik dengan layout
dilaksanakan tanpa mengakibatkan gangguan yang cukup
berarti bagi proses produksi yang sedang dilaksanakan, dan
hanya memerlukan biaya perubahan yang relatif kecil.
Fleksibilitas bangunan pabrik yang tinggi memungkinkan
pemanfaatan gedung tersebut untuk jangka waktu yang lebih
panjang dan tingkat kegunaan yang tinggi pula, walaupun
terjadi perubahan teknologi untuk pengolahan atau
pelaksanaan proses produksi sekalipun.
2) Kemungkinan perluasan perusahaan.
Perencanaan gedung pabrik harus diarahkan pada masa yang
akan datang. Hal yang tidak dap at dihindari adalah
kemungkinan berkembangnya usaha sehingga memerlukan
perluasan yang membutuhkan tambahan bahan, peralatan,
maupun tenaga kerja.
Volume produksi yang semakin bertambah akan
mengakibatkan perusahaan harus menambah mesin-mesin
dan peralatan produksi lainnya. Bertambahnya volume bahan
baku, barang setengah jadi dan barang jadi akan berakibat
gudang perusahaan yang bersangkutan tidak dapat
menampungnya lagi. Untuk keperluan perluasan perusahaan
ini, maka gedung pabrik yang lama harus diperluas lagi atau
mungkin diperlukan bangunan pabrik yang baru. Apabila
pada saat pembangunan gedung pabrik yang pertama hal
tersebut tidak dipertimbangkan, maka akan terjadi kesulitan
di dalam pelaksanaan perluasaan gedung pabrik tersebut.
Manajemen Operasi 90
3) Fasilitas-fasilitas bagi karyawan.
Fasilitas-fasilitas yang dimaksud di sini adalah fasilitas yang
akan dapat meningkatkan moral kerja dan gairah kerja dari
para karyawan perusahaan yang bersangkutan. Sebagai
contoh, fasilitas untuk olah raga, tempat istirahat kayrawan,
cafetaria, rekreasi dan hiburan. Dengan adanya fasilitasfasilitas seperti ini diharapkan mampu meningkatkan moral
kerja dan gairah kerja para karyawan.
4) Halaman parkir.
Halaman parkir dalam perusahaan sering kali dilupakan
ketika menyusun perencanaan bangunan pabrik. Kondisi ini
menyebabkan kendaraan-kendaraan yang datang selalu parkir
di jalan umum yang menyebabkan terganggunya arus
lalulintas.
Sebaiknya di dalam penyusunan perencanaan bangunan
pabrik ini perlu dipertimbangkan tersedianya halaman parkir
bagi kendaraan perusahaan maupun kendaraan yang datang
dan pergi dari perusahaan tersebut. Seberapa luasnya
halaman parkir yang disediakan oleh perusahaan ini akan
sangat tergantung kepada banyaknya kendaraan yang
diperkirakan akan mempergunakan halaman parkir tersebut.
5) Kamar mandi dan kamar kecil.
Penyediaan kamar mandi dan kamar kecil mutlak diperlukan
dalam setiap gedung pabrik, baik untuk kepentingan staf
pimpinan perusahaan, para tamu perusahaan, maupun untuk
kepentingan karyawan perusahaan sendiri.
6) Peralatan untuk tanda bahaya.
Peralatan untuk tanda bahaya amat diperlukan dalam setiap
gedung pabrik. Sejak awal sudah harus direncanakan di mana
penempatannya. Tanda bahaya ini secara umum akan dapat
dipisahkan menjadi dua hal, yaitu bahaya yang tidak terduga
Manajemen Operasi 91
dan bahaya operasional. Bahaya yang tidak terduga ini
misalnya bahaya kebakaran, gempa dan lain sebagainya,
sedangkan bahaya operasional adalah bahaya atau kecelakaan
yang dapat ditimbulkan oleh mesin dan peralatan produksi di
dalam pelaksanaan operasi produksi. Contohnya, sentral
alarm, pintu darurat dan sebagainya.
7) Kekuatan dan daya tahan lantai
Oleh karena berat dari mesin dan peralatan produksi ini
beraneka ragam, maka kekuatan dan daya tahan lantai yang
akan dipergunakan untuk menyangga mesin dan peralatan
produksi tersebut hamslah diperhitungkan dengan cermat.
Perhitungan berat dan getaran dari masing-masing mesin dan
peralatan
produksi
ini
sangat
diperlukan
guna
mempersiapkan kekuatan dan daya tahan lantai yang akan
dipergunakannya.
B. Hubungan antara bangunan pabrik dan layout pabrik.
Perencanaan bangunan pabrik memiliki kaitan erat dengan
tata ruang pabrik (plant layout). Ini berarti perencanaan bangunan
pabrik harus disesuaikan dengan jenis mesin dan peralatan produksi
yang akan dipakai serta bagaimana susunan peralatan produksi
tersebut. Selain itu, urutan operasi proses produksi juga perlu
diperhatikan dalam pembuatan bangunan pabrik.
Di dalam kenyataannya, sebagian besar layout yang ada di
dalam pabrik ini mengalami beberapa perubahan, sehingga kadangkadang sudah tidak sesuai lagi dengan rencana layout yang disusun
sebelum bangunan pabrik tersebut didirikan. Dengan demikian,
maka sebaiknya bangunan pabrik perlu direncanakan dengan teliti
dengan mempertimbangkan layout pabrik yang akan dipergunakan.
Apabila nantinya terdapat perubahan layout, maka diharapkan
perubahan tersebut hanyalah merupakan perubahan kecil saja yang
Manajemen Operasi 92
tidak memerlukan adanya perubahan bangunan pabrik yang telah
didirikan. Oleh karena itu, maka sebaiknya data tentang layout
pabrik yang akan dipergunakan oleh perusahaan yang bersangkutan
sangat perlu untuk dipergunakan sebagai bahan masukan untuk
penyusunan perencanaan bangunan pabrik tersebut.
Beberapa persoalan dari layout pabrik yang berhubungan
dengan bangunan pabrik, antara lain :
a. Material handling
Pada umumnya pemindahan bahan-bahan, barang setengah jadi
maupun barang jadi dalam pabrik (material handling) akan
berhubungan erat dengan bangunan pabrik yang didirikan oleh
perusahaan yang bersangkutan. Apabila perusahaan yang
bersangkutan akan memperguna-kan ban berjalan untuk keperluan
material handling, maka di dalam bangunan pabrik tersebut harus
disiapkan dan disediakan tempat untuk pemasangan ban berjalan.
Demikian pula apabila perusahaan yang bersangkutan akan
mempergunakan tangga berjalan (untuk ruang pamer atau toko
perusahaan yang bersangkutan), maka segala peralatan tangga
berjalan tersebut ikut direncanakan pemasangannya seiring dengan
pembangunan pabrik.
b. Penerangan
Penerangan dengan mempergunakan penerangan alami (sinar
matahari) akan berhubungan erat dengan konstruksi bangunan
pabrik tersebut. Pembuatan jendela-jendela sebagai upaya untuk
mendapatkan penerangan yang cukup akan perlu didesain sejalan
dengan bangunan pabrik yang bersangkutan.
c. Ventilasi
Pemasangan ventilasi yang cukup di dalam bangunan pabrik akan
ikut menentukan suhu udara yang ada di dalam pabrik yang
bersangkutan. Pemasangan ventilasi ini tentunya harus
dilaksanakan sejalan dengan pendirian bangunan pabrik. Hal ini
Manajemen Operasi 93
disebabkan, apabila ternyata kemudian ventilasi ini dirasakan
kurang jumlahnya setelah pabrik tersebut berdiri, maka untuk
menambahnya akan diperlukan waktu dan biaya tambahan yang
cukup besar, dan juga akan mengganggu jalannya proses produksi
dari perusahaan yang bersangkutan.
d. Produk perusahaan
Produk dari perusahaan yang bersangkutan akan turut
mempengaruhi bentuk bangunan pabrik yang akan didirikan.
Perusahaan yang memproduksi kertas akan memerlukan bangunan
pabrik yang berbeda dengan perusahaan yang memproduksi
makanan kalengan. Di samping itu, lantai yang dipergunakan serta
kebersihan yang diperlukan oleh perusahaan yang menghasilkan
makanan akan berbeda pula dengan perusahaan yang lain
(misalnya perusahaan mebel).
e. Peralatan produksi
Peralatan proses produksi yang dipergunakan seringkali akan
mempengaruhi bangunan pabrik yang didirikan. Sebuah mesin
potong dari perusahaan percetakan akan memerlukan dasar lantai
yang cukup kuat. Apabila mesin dan peralatan produksi tersebut
diletakkan di atas lantai dengan kekuatan normal, maka lantai
tersebut tidak akan mampu menyangga beban tersebut.
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas, terlihat bahwa walaupun
bangunan pabrik belum dibangun, tetapi secara konseptual dan
skematis sudah harus diketahui jenis mesin dan peralatan produksi
yang akan dipakai dan dibuat skema layout pabrik, dan ini menjadi
masukan dalam merancang jumlah serta ukuran ruangan yang akan
dibangun.
C. Jenis-jenis bangunan pabrik
Secara umum terdapat empat jenis bangunan pabrik, yaitu :
1. Gedung tidak bertingkat (single story)
Manajemen Operasi 94
Bangunan gedung pabrik tidak bertingkat (satu lantai)
merupakan bangunan yang paling umum digunakan oleh
perusahaan-perusahaan kecil dan menengah, serta sebagian
perusahaan-perusahaan besar. Hal ini disebabkan oleh karena
biaya pembangunan gedung relatif murah, biaya permeter
persegi lantai yang murah, serta poses pembangunan gedung
lebih mudah dan cepat. Kecenderungan untuk membuat gedung
tidak bertingkat dengan bentuk bujur sangkar, terutama pada
daerah-daerah di mana harga tanah relatif masih murah dan
cadangan tanah untuk perluasan pabrik pada umumnya masih
tersedia dalam jumlah yang lebih dari cukup. Tujuan pemakaian
gedung seperti ini adalah mendapatkan jumlah biaya keseluruhan
(over all costs) untuk tiap meter persegi ruang kerja yang
termurah.
Di dalam gedung tidak bertingkat umumnya akan lebih mudah
untuk mendapatkan penerangan alami (sinar matahari). Dengan
memberi-kan ventilasi yang cukup, maka gedung tersebut akan
mendapatkan penerangan dan sirkulasi udara yang cukup pula.
Pada gedung yang tidak bertingkat, pembuatan ventilasi untuk
mendapatkan penerangan alami lebih mudah dilaksanakan bila
dibandingkan dengan gedung bertingkat. Hal ini disebabkan
penerangan alami untuk gedung tidak bertingkat dapat dibuat
dari segala sisi (termasuk dari atas), sedangkan pada gedung bertingkat hanya akan diperoleh dari samp ing saja.
2. High bay and monitor building
Adalah gedung yang tidak bertingkat (single story) yang dibuat
sedemikian rupa untuk memberi ruangan gerak di atas kepala
yang maksimum (maximum overhead space). Bila konstruksinya
baik, maka hampir semua dindingnya yang vertikal dapat diberi
jendela untuk mendapatkan penerangan alam. Gedung yang
berbentuk monitor biasanya dipakai oleh perusahaan-perusahaan
Manajemen Operasi 95
yang membutuhkan pertukaran hawa segar yang baik dan suatu
ruangan di atas kepala (overhead room) yang luas yang
memungkinkan mesin derek dan fasilitas yang berada di atas
kepala (overhead facilities) lainnya dapat bekerja.
3. Gedung bertingkat (multy story)
Bentuk bangunan seperti ini dibuat untuk mendapatkan suatu
ruang kerja yang semaksimal mungkin dari satu meter persegi
tanah. Biasanya gedung-gedung seperti ini terdapat pada daerahdaerah di mana harga tanah relatif mahal. Dengan bangunan
gedung pabrik yang bertingkat ini, perusahaan akan dapat
memanfaatkan setiap meter persegi tanah yang tersedia dengan
semaksimal mungkin.
Walaupun bangunan semacam ini dapat mudah disesuaikan
untuk pembuatan produk-produk ringan, akan tetapi bangunan
bertingkat mempunyai kesulitan dalam pengolahan produkproduk berat. Pemindahan barang lebih sulit pada gedung
bertingkat di mana banyak waktu yang dibutuhkan oleh orangorang dan peralatan dalam memindahkan barang dari tingkat
yang satu ke tingkat lainnya. Selain itu, fleksibilitas gedung
bertingkat pada umumnya rendah.
4. Gedung dengan bentuk khusus (special types)
Perusahaan-perusahaan tertentu, karena sifat proses produksinya
kadang-kadang harus mendirikan gedung khusus untuk
pabriknya. Pada umumnya, pendirian gedung khusus ini
direncanakan untuk keperluan proses produksi di mana di dalam
proses produksi tersebut diperlukan mesin dan peralatan yang
bersifat khusus, dan tidak dapat digunakan untuk keperluan lain.
Gedung seperti ini dalam banyak hal merupakan kombinasi dari
ketiga bentuk gedung terdahulu. Gedung seperti ini dibuat
khusus sesuai dengan kebutuhan proses pengolahan atau peroses
produksi. Karena sifamya khusus, maka gedung seperti ini hanya
Manajemen Operasi 96
diperuntukkan bagi penempatan peralatan produksi yang khusus
pula, sehingga tingkat fleksibilitasnya sangat rendah.
D. Bentuk atap pabrik
Berkaitan dengan masalah perencanaan bangunan pabrik, konstruksi
dan bentuk atap pabrik perlu mendapat perhatian pula. Masingmasing konstruksi dan bentuk atap pabrik harus dipertimbangkan
kegunaannya dalam pelaksanaan proses produksi dari perusahaan
tersebut.
Secara umum bentuk atap pabrik yang biasa digunakan oleh
perusahaan terdiri atas tiga macam yaitu :
a. Atap rata
Gambar 11. Bentuk atap rata
b.
Atap miring, merupakan bentuk atap yang umum digunakan oleh
sebagian besar pabrik di Indonesia.
Manajemen Operasi 97
Gambar 12. Bentuk atap miring
c. Atap lengkung
Gambar 13. Bentuk atap lengkung
E. Lantai bangunan pabrik
Dalam perencanaan bangunan pabrik manajemen perusahaan yang
berhubungan perlu pula memikirkan lantai yang akan digunakan
dalam bangunan tersebut. Untuk itu, jenis lantai dan kekuatannya
disesuaikan dengan jenis beban.
F. Gudang
Beberapa jenis gudang yang perlu diperhatikan dalam hal
penggunaannya antara lain:
a. Gudang barang persediaan
a.
jumlah persediaan besi (safety stock) yang akan
dipergunakan oleh perusahaan,
b.
besarnya jumlah pembelian yang paling ekonomis,
Manajemen Operasi 98
c.
dana yang disediakan oleh perusahaan untuk investasi di
dalam bahan baku tersebut, dan
d.
kebijaksanaan persediaan bahan yang dipergunakan di
dalam perusahaan yang bersangkutan.
Masing-masing faktor ini akan saling berinteraksi di dalam
penentuan jumlah bahan baku yang disimpan di dalam
perusahaan yang bersangkutan.
b. Gudang barang setengah jadi
Di dalam pelaksanaan proses produksi pada suatu perusahaan,
tidak selamanya barang yang mulai diproses pada suatu saat,
akan selesai pada hari yang sama, atau minggu yang sama
ataupun bulan yang sama. Pada umumnya di dalam pelaksanaan
proses produksi selalu terdapat bahan-bahan yang sudah mulai
masuk ke dalam proses produksi dalam perusahaan tersebut,
namun belum dapat diselesaikan menjadi barang jadi. Dengan
demikian pada setiap waktu di dalam perusahaan tersebut akan
selalu ada barang setengah jadi, yaitu bahan yang sudah masuk
ke dalam proses produksi namun belum menjadi barang jadi.
Tingkat penyelesaian dari barang setengah jadi bermacammacam, mulai dari bahan baku yang baru saja masuk poses,
sampai dengan barang yang hampir selesai. Namun demikian,
barang setengah jadi ini tidak dapat dikategorikan sebagai bahan
baku, atau barang jadi, sehingga diperlukan cara dan tempat
penyimpanan secara tersendiri di luar bahan baku dan barang
jadi. Di dalam perusahaan yang proses produksinya terusmenerus, di mana mesin dan peralatan produksi yang
dipergunakan adalah bersifat khusus, persoalan barang setengah
jadi ini kadang-kadang tidak sempat terlihat di dalam pabrik. Hal
ni disebabkan oleh karena barang setengah jadi ini akan
tertempel atau terikat kepada mesin dan peralatan produksi yang
dipergunakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Sebuah pabrik
Manajemen Operasi 99
karton misalnya, barang setengah jadi yang berujud bubur kertas
ini akan tertempel pada mesin cetak karton atau mesin
penghancur kertas. Namun keadaan ini menjadi berbeda apabila
perusahaan mempergunakan proses produksi terputus-putus, di
mana mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan adalah
bersifat umum. Barang setengah jadi ini tidak selalu terikat atau
tertempel di dalam mesin dan peralatan produksi yang
dipergunakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Untuk
perusahaan semacam ini, guna kemudahan di dalam pengawasan,
seringkali proses produksi dilaksanakan sampai tingkat
penyelesaian tertentu, baru kemudian pada hari yang lain
diselesaikan menjadi produk akhir. Contoh perusahaan mebel
yang membuat kursi, akan menyelesaikan kerangka kursi
tersebut untuk jumlah tertentu, baru kemudian pada kesempatan
yang lain akan menyelesaikan pembuatan kursi tersebut. Dengan
demikian tempat penyimpanan untuk barang setengah jadi di
dalam hal ini sangat diperlukan oleh perusahaan yang
bersangkutan.
c. Gudang barang jadi
Gudang barang jadi adalah merupakan gudang yang disiapkan
oleh perusahaan yang bersangkutan untuk menyimpan barang
jadi atau produk akhir.
Pada umumnya, hampir seluruh perusahaan yang ada sudah
mempersiapkan gudang barang jadi ini. Namun suatu hal yang
kadang-kadang belum mendapatkan perhatian dengan semestinya
adalah seberapa besar atau luas gudang yang akan diperuntukkan
bagi penyimpanan barang jadi tersebut ditentukan, serta
persyaratan apa saja yang diperlukan bagi penyiapan gudang
tersebut.
Penentuan luas ruangan dari gudang produk akhir ini akan erat
hubungannya dengan jumlah dari barang jadi yang akan
Manajemen Operasi 100
disimpan di dalam gudang. Sedangkan jumlah dari barang jadi
yang akan disimpan di dalam gudang akan berkaitan dengan pola
penjualan, pola produksi dan kebijaksanaan persediaan produk
akhir yang ditentukan oleh manajemen perusahaan yang
bersangkutan.
Di samping luas (lantai) dari gudang barang jadi tersebut, maka
bentuk dan susunan gudang barang jadi ini sangat perlu pula
untuk dipertimbangkan oleh pihak manajemen perusahaan.
Bentuk, ukuran dan jenis dari produk akhir akan dipergunakan
sebagai dasar pertimbangan di dalam perencanaan bentuk
penyimpanan barang jadi ini. Produk dengan pembungkusan dan
pengepakan yang cukup kuat akan dapat disusun secara
bertumpuk langsung dari lantai gudang. Namun beberapa jenis
produk yang akrena sifatnya tidak dapat diletakkan pada lantai
gudang (karena akan mengakibatkan kerusakan terhadap produk
tersebut), maka lantai gudang tersebut selayaknya diberi lapisan
tertentu, misalnya kayu, plastik, karet, dan lain sebagainya.
Suhu udara yang sesuai dengan produk yang akan dismpan perlu
pula dijadikan bahan pertimbangan untuk penyusunan barang
jadi. Beberapa produk ada yang tidak dapat disimpan dalam
ruang yang terlalu panas, sebaliknya terdapat beberapa produk
lain yang tidak dapat disimpan di dalam ruangan yang terlalu
dingin. Demikian seterusnya, masing-masing produk akan
memerlukan cara penyimpanan yang berbeda. Jadi dalam
penyimpanan barang jadi perlu diperhhatikan sifat-sifat barang
jadi tersebut sehingga tidak mengakibatkan menurunnya kualitas
barang jadi tersebut, atau bahkan dapat menimbulkan kerusakan
terhadap barang jadi yang disimpan dalam gudang perusahaan
tersebut.
d. Gudang perlengkapan produksi
Di dalam pelaksanaan produksi, selain perusahaan memerlukan
Manajemen Operasi 101
mesin dan peralatan, perusahaan tersebut perlu pula
memperhatikan
kelangsungan
penyediaan
perlengkapan
produksi. Walaupun bahan baku tenaga kerja seta mesin dan
peralatan produksi ini sudah secara lengkap disediakan, jika
perlengkapan untuk pelaksanaan produksi tidak tersedia di dalam
perusahaan, maka proses produksi tidak akan dapat dilaksanakan.
Contoh dari perlengkapan produksi, antara lain adalah bahan
bakar minyak (bahan bakar untuk pembangkit tenaga, minyak
bakar, minyak pelumas, dan lain sebagainya), perlengkapan
untuk proses penyelesaian, bahan-bahan pembantu, dan lain
sebagainya. Dengan adanya penyimpanan yang teratur dari
perlengkapan produksi ini, diharapkan penggunaannya berikut
pengawasannya akan dilaksanakan dengan tertib dan teratur.
e. Gudang peralatan khusus
Peralatan khusus ini seringkali dipergunakan oleh perusahaan
besar dan menengah, sehingga harus disimpan dengan baik dan
apabila sewaktu-waktu diperlukan segera dapat dipergunakan
dengan baik pula. Contohnya suku cadang mesin dan peralatan
produksi, pembangkit tenaga listrik cadangan, tabung oksigen,
dan lain sebagainya. Peralatan-peralatan tersebut sebaiknya
disediakan tempat penyimpanan tersendiri. Hal ini perlu
diperhatikan pula terhadap peralatan-peralatan yang dapat
menimbulkan bahaya atau kecelakaan di dalam perusahaan yang
bersangkutan, misalnya tabung oksigen, generator, dan lain
sebagainya.
f. Gudang kantor pabrik
Perencanaan gudang kantor ini seringkali dilupakan oleh
perusahaan menengah dan perusahaan kecil. Betapa pun kecilnya
aktivitas dari suatu kantor perusahaan, namun sebenarnya
penyediaan gudang kantor ini tetap mutlak perlu diadakan.
Hanya saja besar dan kecilnya gudang kantor ini sangat
Manajemen Operasi 102
tergantung pada banyak dan sedikitnya barang-barang yang akan
disimpan di dalam gudang kantor tersebut.
Di dalam pembicaraan tentang gudang pabrik ini, pada
umumnya hanya dibicarakan gudang tertutup (di dalam ruangan),
namun tidak tertutup kemungkinan adanya gudang terbuka, yaitu
gudang yang terletak di luar bangunan. Gudang terbuka mungkin
cukup diberi atap saja sekedar pelindung dari panas dan hujan
(misalnya gudang kayu pada perusahaan mebel atau penggergajian
kayu), atau bahkan hanya disediakan suatu tempat tertentu saja guna
penyimpanan bahan (misalnya jerami untuk bahan baku kertas).
Gudang terbuka ini dapat dipergunakan untuk penyimpanan bahan
atau barang yang tidak mudah rusak oleh perubahan cuaca, atau
bahkan tidak rusak oleh panas dan hujan, atau merupakan tempat
penampungan yang jangka waktu simpannya sangat pendek.
G. Metode penyimpanan
Adapun metode penyimpanan yang dibicarakan di sini adalah metode
penyimpanan yang berada di dalam ruangan tertutup, atau di dalam
sebuah bangunan gudang. Beberapa metode yang dapat dipergunakan
di dalam penyimpanan semacam ini, antara lain adalah:
a. Kotak
Penyimpanan dengan mempergunakan kotak ini pada umumnya
dipergunakan oleh perusahaan yang mempunyai bahan atau
barang yang perlu disimpan dalam bentuk dan ukuran yang
relatifkecil. Bentuk dari bahan atau barang yang disimpan ini
dapat beraneka ragam. Untuk masing-masing jenis bahan atau
barang tersebut disediakan kotak-kotak tersendiri. Contoh bahan
dan peralatan elektronik (transistor, kaspasitor, dan lain
sebagainya), suku cadang kendaraan bermotor (busi, ring, mur,
baut) dan lain sebagainya.
b. Papan rak
Manajemen Operasi 103
Apabila bahan atau barang yang disimpan di dalam gudang
tersebut merupakan bahan atau barang dengan ukuran yang agak
besar, maka penggunaan kotak untuk tempat penyimpanan bahan
atau barang tersebut menjadi tidak cocok lagi. Untuk
melaksanakan penyimpanan bahan atau barang tersebut, masingmasing kotak dibuat dalam ukuran yang lebih besar untuk
kemudian disusun di atas papan rak yang disediakan. Papan rak
ini dapat dibuat dengan kerangka kayu maupun besi. Papan rak
yang dibuat dengan kerangka besi akan memudahkan untuk
mengatur tinggi dan rendahnya masing-masing papan rak
tersebut, karena sudah disediakan beberapa alternatif ketinggian
papan. Hal ini akan menguntungkan perusahaan karena tinggi
rendahnya papan rak tersebut dapat dengan mudah disesuaikan
dengan kebutuhan yang ada.
c. Rak
Umumnya rak ini dipergunakan untuk menyimpan bahan atau
barang yang mempunyai ukuran kecil tetapi panjang. Contohnya,
penyimpanan pipa, besi plat, dsb. Penyimpanan dengan
menggunakan rak ini agak berbeda dengan papan rak, karena
untuk menyimpan dengan rak ini, bahan dan barang cukup diatur
di atasnya tanpa mempergunakan alat lain, sedangkan
penyimpanan dengan papan rak memerlukan kotak-kotak
penyimpanan. Agar penyimpanan dengan mempergunakan rak
ini dapat dilaksanakan dengan baik, bahan atau barang yang
disimpan hendaknya dikelompokkan dalam ukuran panjang dan
besar yang sama. Panjang rak disesuaikan dengan panjang
masing-masing kelompok bahan atau barang tersebut.
d. Sususan atas rak
Untuk bahan atau barang tertentu, penyimpanannya akan lebih
baik dilaksanakan dengan menyusunnya di atas rak. Bahanbahan atau barang-barang seperti kertas, buku, barang-barang
Manajemen Operasi 104
yang dibungkus dengan kotak pembungkus dapat disimpan
dengan cara seperti ini. Besarnya daya tahan bahan atau barang
tersebut terhadap beban di atasnya dapat disesuaikan dengan
tingginya susunan masing-masing bahan tersebut. Untuk
mengatasi hal ini, maka pada setiap ketinggian tertentu dipasang
papan rak sebagai dasar untuk masing-masing susunan ini.
H. Beberapa pertimbangan di dalam perencanaan gudang pabrik
Di dalam perencanaan gudang pabrik, perlu dipertimbangkan
beberapa hal sebagai berikut:
a. Penyimpanan terpusat atau terpisah
Di dalam kebijaksanaan penyimpanan bahan-bahan atau barangbarang di dalam perusahaan, dikenal dua macam cara
penyimpanan yaitu penyimpanan terpusat dan penyimpanan
terpisah. Masing-masing cara penyimpanan ini mempunyai
beberapa kelebihan sendiri-sendiri, sehingga manajemen
perusahaan akan dapat memilih cara mana yang paling sesuai
dengan kebutuhan perusahaan. Beberapa kelebihan dari cara
penyimpanan terpusat ini antara lain:
e. mudahnya menyusun perencanaan produksi,
f. mudahnya mengendalikan persediaan yang ada,
g. mudahnya mengendalikan kualitasbahan yang disimpan
tersebut.
h. Sedangkan beberapa kelebihan penyimpanan terpisah, antara
lain:
i. mudahnya pengecekan terhadap bahan yang disimpan,
j. memudahkan pengaturan penyimpanan,
k. dapat mengusahakan efisiensi penggunaan gudang dengan
baik.
Masing-masing perusahaan akan dapat memanfaatkan masingmasing kelebihan cara penyimpanan ini dalam ukuran yang
Manajemen Operasi 105
berbeda-beda, sehingga sebaiknya manajemen perusahaan
tersebut memilih salah satu cara yang paling cocok dengan
kondisi perusahaan yang bersangkutan.
b. Ventilasi dan pertukaran udara
Dalam perencanaan gudang pabrik, manajemen perusahaan
seharusnya mempersiapkan gudang pabrik dengan ventilasi dan
pertukaran udara yang cukup. Hal ini akan sangat berpengaruh
baik terhadap bahan-bahan dan barang-barang yang disimpan di
dalam gudang pabrik, maupun terhadap para karyawan
perusahaan yang bertugas di dalam gudang tersebut. Di dalam
pengaturan bahan atau barang yang disimpan, diusahakan agar
karyawan akan dapat berjalan dengan mudah serta pemindahan
bahan dan barang tersebut dapat dilaksanakan dengan mudah.
Manajemen Operasi 106
BAB V
LAYOUT PABRIK
Setiap perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil
akan menghadapi masalah layout. Semua fasilitas untuk produksi baik
mesin-mesin, buruh dan fasilitas lainnya harus disediakan pada
tempatnya masing-masing supaya dapat bekerja dengan baik.
Penyusunan layout berkaitan erat dengan masalah proses produksi,
karena itu layout yang kurang tepat akan mempengaruhi kelancaran
proses produksi, yang pada gilirannya akan menurunkan efisiensi.
Penempatan fasilitas produksi yang kurang tepat akan membawa
kerugian bagi perusahaan, antara lain berupa :
1. bahan-bahan dalam pabrik bergerak lambat sekali, di mana urutan
proses berliku-liku karena susunan mesin dan peralatan yang ada,
2. handling cost tinggi karena semakin banyak perpindahan,
3. gedung dan tempat produksi selalu penuh dengan bahan-bahan atau
hasil produksi yang sedang dikerjakan,
4. ruangan tempat produksi, mesin-mesin dan fasilitas lainnya disusun
secara tidak teratur sehingga mengganggu kelancaran proses
produksi,
5. service area sempit dan letaknya tidak memuaskan,
6. bahan-bahan dalam proses sering rusak atau hilang,
7. sering mengalami kegagalan dalam menyelesaikan produksi tepat
Manajemen Operasi 107
pada waktu yang telah ditentukan,
8. tempat penerimaan barang-barang tidak dapat segera dikosongkan
sehingga memperlambat pembongkaran barang-barang yang tiba di
pabrik.
Semua kerugian ini akan menimbulkan biaya yang tinggi baik terjadi
pada satu bagian pabrik atau di seluruh pabrik.
A. Pengertian layout pabrik (plant layout)
Layout pabrik adalah susunan letak dari mesin-mesin dan peralatan
produksi di dalam pabrik. Layout yang baik dapat diartikan sebagai
penyusunan yang teratur dan efisien semua fasilitas pabrik dan
pekerja (personil) yang ada di dalam pabrik.
Plant Layout is a plan of, or the act of planning, an optimum
arrangement of industrial facilities, including personnel, operating
equipment, storage space, materials handling equipment, and all
other supporting service, along with the design of the best structure
to contain these facilities (James M. Moore).
Fasilitas pabrik tidak saja mencakup mesin-mesin, tetapi juga service
area termasuk tempat penerimaan dan pengiriman barang, tempat
maintenance, gudang dan sebagainya. Selain itu juga harus
diperhatikan efisiensi dan aspek keamanan para pekerja. Dengan
kata lain, plant layout mencakup kondisi di dalam gedung dan juga
di luar gedung. Susunan layout yang baik membuat; karyawan dapat
bekerja dengan baik, dan aliran proses produksi dapat berjalan
dengan lancar.
Layout fasilitas harus dirancang untuk memungkinkan perpindahan
yang ekonomis dari orang-orang dan bahan-bahan dalam berbagai
proses dan operasi perusahaan. Jarak angkut hendaknya sependek
mungkin dan pengambilan serta perletakan produk-produk dan
peralatan diminimalkan. Hal ini seharusnya menghasilkan
minimisasi biaya penanganan dan transportasi, seperti juga
penurunan waktu proses kerja dan mesin menganggur.
Manajemen Operasi 108
Tujuan layout fasilitas dan proses produksi adalah penggunaan
ruangan yang seefektif mungkin, meminimumkan biaya penanganan
bahan dan jarak angkut, menciptakan kesinambungan dalam proses
produksi, menyederhanakan proses produksi, mendorong semangat
dan efektivitas kerja para karyawan, menjaga keselamatan karyawan
dan barang-barang yang sedang diproses, serta menghindari berbagai
bentuk pemborosan.
Perencanaan layout, material handling dan keseimbangan kapasitas
Perlunya Perencanaan Layout, karena adanya beberapa hal:
a. adanya perubahan dari desain produk,
b. adanya produk baru,
c. adanya perubahan volume permintaan,
d. fasilitas produksi yang ada telah ketinggalan jaman,
e. adanya kecelakaan-kecelakaan dalam proses produksi,
f. kondisi kerja yang tidak memuaskan,
g. pemindahan lokasi pasar produk perusahaan,
h. penghematan-penghematan biaya.
B. Tujuan Perencanaan Layout.
Tujuan perencanaan Layout adalah terdapatnya susunan tata letak
yang paling optimal dari fasilitas-fasilitas produksi yang tersedia di
dalam perusahaan.
Tujuan perencanaan Layout mencakup beberapa hal:
a. Simplikasi dari proses produksi;
- effisiensi penggunaan peralatan produksi dapat ditingkatkan,
Pengaturan Layout ini tidak terbatas kepada mesin dan
peralatan produksi yang terikat erat dengan proses produksi
dalam perusahaan, melainkan juga mencakup peralatan lain
yang terkait dengan pelaksanaan proses produksi di dalam
perusahaan yang bersangkutan. Misalnya peralatan material
handling, peralatan untuk pemeliharaan mesin, dan berbagai
Manajemen Operasi 109
peralatan penunjang lainnya.
- Pengurangan waktu tunggu dalam pelaksanaan proses
produksi (production delays)
- penumpukkan barang dalam proses dapat dikurangi. Hal ini
sering terjadi karena terdapatnya ketidakseimbangan dari
masing-masing mesin dan peralatan produksi. Keluaran dari
salah satu bagian akan menjadi masukan bagi bagian yang
lain.
- pemeliharaan fasilitas produksi menjadi lebih mudah
- peningkatan produktivitas perusahaan
b. pengurangan biaya pemindahan bahan atau barang
Dengan perencanaan layout yang baik, maka jarak angkut bahan,
barang dalam proses, dan barang jadi diusahakan menjadi
seminimal mungkin. Di samping itu untuk pengangkutan bahan
baku, barang setengah jadi, dan barang jadi yang dirasakan berat
di dalam pabrik akan diusahakan untuk diangkut dengan
memper-gunakan alat-alat pemindahan bahan yang sesuai
dengan tempat, frekuensi, jarak, volume, dan beban masingmasing bahan yang akan dipindahkan tersebut.
Untuk keperluan pemindahan bahan baku, barang setengah jadi,
dan barang jadi di dalam pabrik di samping jarak angkut yang
perlu diperpendek, maka lebar jalan, dan daya tahan jalan perlu
pula direncanakan dengan baik.
c. tingkat perputaran persediaan barang setengah jadi tinggi.
Perencanaan keseimbangan kapasitas mesin dan peralatan
produksi dari suatu bagian dengan bagian lainnya akan dapat
menekan terjadinya penumpukan barang setengah jadi. Tingkat
perputaran barang setengah jadi yang tinggi (yang dihasilkan dari
penekanan jumlah persediaan barang setengah jadi) akan berarti
bahwa dana yang ditanamkan perusahaan di dalam barang
setengah jadi akan menjadi berkurang atau lebih kecil. Bila
Manajemen Operasi 110
terjadi penumpukkan barang setengah jadi, maka tingkat
perputaran barang setengah jadi akan menjadi rendah dan dana
yang harus ditanamkan di dalam persediaan barang setengah jadi
akan menjadi tinggi. Dengan kata lain, effisiensi persediaan
barang setengah jadi di dalam perusahaan tersebut menjadi
sangat rendah.
d. terdapat keamanan kerja dan kepuasan karyawan
e. pengeluaran kapital yang tidak penting dapat dihindarkan
f. produktivitas kerja para karyawan bertambah
Perencanaan layout, material handling dan keseimbangan kapasitas
C. Tujuan dari Penyusunan layout
Tujuan dari penyusunan layout, antara lain;
1. pemanfaatan peralatan pabrik yang optimal;
2. penggunaan jumlah tenaga kerja yang minimum;
3. aliran bahan dan produk jadi yang lancar;
4. kebutuhan persediaan yang rendah;
5. pemakaian ruang yang efisien;
6. ruang gerak yang cukup untuk operasional
pemeliharaan;
7. biaya produksi dan investasi modal yang rendah;
8. fleksibilitas yang cukup untuk menghadapi perubahan;
9. keselamatan kerja yang tinggi;
10. suasana kerja yang baik.
maupun
D. Klasifikasi Perencanaan Layout
Klasifikasi layout akan membedakan berbagai jenis layout yang ada
atau yang dapat dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan pada
umumnya, sedangkan perencanaan layout membedakan sejauhmana
bagian atau seksi yang terlibat di dalam penerapan layout yang akan
disusun oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan.
Manajemen Operasi 111
Klasifikasi perencanaan layout dapat dibedakan menjadi;
a. Adanya perubahan kecil di dalam layout yang sudah ada
Beberapa perubahan kecil dari layout yang dipergunakan ini
disebabkan oleh karena beberapa alasan :
l.
adanya beberapa penemuan metode kerja baru yang
mengakibatkan perubahan-perubahan kecil di dalam
pelaksanaan kerja karyawan,
m.
adanya unsur kebosanan terhadap tata ruang yang ada
sehingga diperlukan perubahan kecil,
n.
adanya perubahan selera pimpinan terhadap tata ruang
yang ada, dan lain sebagainya.
Perubahan ini kadang-kadang hanya merupakan pergeseranpergeseran tempat kerja, atau perubahan letak fasilitas kerja para
karyawan di dalam ruangan yang sama, dan tidak melibatkan
bagian atau seksi yang banyak.
b. Adanya penambahan fasilitas produksi yang baru.
Penambahan jumlah permintaan akan berakibat kepada
peningkatan jumlah produksi. Jumlah produksi yang berangsurangsur naik ini sampai pada kapasitas tertentu tidak akan dapat
diikuti lagi oleh karena kapasitas mesin dan peralatan produksi di
dalam perusahaan yang bersangkutan sudah tidak memadai lagi.
Dengan kata lain, penambahan luas produksi di dalam
perusahaan ini sudah harus diikuti dengan penambahan luas
perusahaan.
Dengan adanya penambahan mesin dan fasilitas produksi, maka
pihak manajemen perusahaan perlu mempertimbangkan layout
bagi mesin dan peralatan produksi yang baru tersebut. Di dalam
hal ini harus dipertimbangkan dua hal, yaitu yang pertama
menyusun perencanaan layout bagi mesin dan peralatan produksi
yang baru, dan yang kedua adalah menggunakan layout yang
sudah ada untuk mesin dan peralatan produksi lama yang masih
Manajemen Operasi 112
dipergunakan. Perencanaan layout ini semata-mata bagi mesin
dan peralatan produksi yang baru saja, tidak merubah layout
untuk fasilitas produksi yang lama. Mesin dan peralatan produksi
yang sudah ada dan dipergunakan di dalam perusahaan tersebut
tidak akan dirubah letak dan kedudukannya, sehingga
pelaksanaan proses produksi yang sedang berjalan sama sekali
tidak terganggu. Keadaan semacam ini pada umumnya dijumpai
pada perusahaan yang pelaksanaan produksinya menggunakan
mesin dan peralatan yang bersifat khusus. Dalam hal ini
penambahan mesin dan peralatan tersebut merupakan suatu unit
mesin yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan proses
produksi dari dan sampai pada tahap tertentu. Dalam
penyelesaian proses produksi pada tahap tersebut sepenuhnya
akan diselesaikan dengan mesin dan peralatan produksi yang
baru, sementara mesin dan peralatan produksi yang lama akan
dipergunakan sebagaimana mestinya.
c. adanya perubahan karena tambahan fasilitas produksi yang baru.
Pada perusahaan yang mempergunakan mesin-mesin yang
bersifat umum, di mana dari satu mesin akan dipergunakan untuk
mempro-duksikan beberapa jenis produk. Oleh karena mesin dan
peralatan produksi yang baru mempunyai hubungan langsung
dengan mesin dan peralatan produksi yang lama. Dengan
demikian, mesin dan peralatan produksi yang baru harus dapat
diintegrasikan dengan mesin dan peralatan produksi yang lama,
sehingga produktivitas masing-masing mesin dan peralatan
produksi yang dipergunakan (baik mesin dan peralatan produksi
lama maupun baru) dapat dipertahankan pada tingkat yang
tinggi.
Klasifikasi perencanaan layout yang ketiga ini mempuyai
perbedaan dengan perencanaan layout yang kedua (adanya
penambahan fasilitas produksi yang baru). Pada klasifikasi yang
Manajemen Operasi 113
kedua, perencanaan layout akan mencakup mesin dan peralatan
produksi yang baru saja, sedangkan pada klasifikasi yang ketiga
(adanya perubahan karena tambahan fasilitas produksi yang
baru) perencanaan layout yang disusun akan mencakup baik
mesin dan peralatan produksi yang baru maupun perubahanperubahan layout dari mesin dan peralatan produksi yang lama.
Namun keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu
terdapatnya layout yang tepat bagi perusahaan sehingga
produktivitas akan dapat dipertahankan pada tingkat yang cukup
tinggi.
d. pembangunan pabrik baru.
Pendirian pabrik yang bam di dalam perusahaan ini dapat
merupakan salah satu dari dua kemungkinan berikut : merupakan
perluasan dari pabrik yang sudah didirikan sebelumnya, di mana
pendirian ini akan dapat dilaksanakan pada lokasi yang sama
(berdampingan) dengan pabrik yang sudah ada, ataupun pada
lokasi lain yang sama sekali terpisah dengan lokasi pabrik yang
sudah ada merupakan pabrik yang baru bagi perusahaan. Dalam
hal ini pabrik baru tersebut dapat merupakan perluasan unit
usaha dari perusahaan (semula perusahaan sudah mempunyai
pabrik lain yang mempunyai produk yang berbeda dengan
pabrik yang didirikannya ini), atau memang merupakan pabrik
dari perusahaan yang baru didirikan.
E. Jenis-jenis layout
Jenis-jenis layout dalam suatu pabrik, antara lain;
a. Layout produk/Iayout garis (product layout/line layout).
Layout produk ini merupakan penyusunan letak fasilitas produksi
yang didasarkan kepada urutan proses dari bahan baku sampai
menjadi produk akhir. Penempatan mesin dan peralatan produksi
akan didasarkan kepada urutan proses yang ada di dalam
Manajemen Operasi 114
perusahaan. Mesin yang mempunyai urutan proses yang
berdekatan akan diletakkan pada tempat yang berdekatan pula,
sebaliknya mesin yang urutan prosesnya berjauhan akan
diletakkan pada tempat yang agak jauh pula.
Pada umumnya, produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang
mempergunakan layout garis ini akan merupakan produk-produk
standar, dan variasi produk yang ada akan relatif kecil apabila
diperbandingkan
dengan
jumlah
unit
produk
yang
diproduksikan.. Produk yang dihasilkan akan merupakan produk
dengan jenis yang sama, atau kelompok jenis yang sama, dengan
mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan adalah yang
bersifat khusus.
C = Mesin Pembentuk
D = Mesin Pemotong
E = Mesin Pemanasan
F = Mesin Pelubang
G = Mesin Gerinda
H = Mesin Pemanasan
I = Mesin Pemotong
J = Mesin Pembentuk
K = Mesin Pelubang
L = Mesin Gerinda
M = Mesin Perakit
N = Bagian Penerimaan Bahan
O = Bagian Pengiriman Ke Luar
P = Gudang Barang Jadi
= Proses produk I
= Proses produk II
Keuntungan dari tata letak produk;
1. aliran material yang simpel dan langsung,
2. persediaan barang dalam proses yang rendah,
Manajemen Operasi 115
3.
4.
5.
6.
7.
8.
total waktu produksi per unit yang rendah,
tidak memerlukan skill tenaga kerja yang tinggi,
kebutuhan material handling yang rendah,
pengawasan proses produksi yang lebih mudah,
dapat menggunakan mesin khusus atau otomatis,
dapat menggunakan ban berjalan (conveyor), karena aliran
(route) material sudah fixed (tertentu), sehingga material
handling lebih cepat dan material handling cost lebih rendah
(murah),
9. kebutuhan material dapat diperkirakan dan dijadwalkan
dengan lebih mudah.
Kelemahan dari tata letak produk ;
1. kerusakan pada sebuah mesin dapat menghentikan produksi,
2. perubahan desain produk dapat mengakibatkan tidak
efektifhya tata letak yang bersangkutan,
3. apabila terjadi bottle neck dapat mempengaruhi proses
keselumhan,
4. biasanya memerlukan investasi mesin dan peralatan yang
besar,
5. karena sifat pekerjaannya yang monoton dapat mengakibatkan
kebosanan.
b. Layout proses/layout fungsional (process layout/functional layout).
Layout proses atau layout fungsional ini merupakan susunan tata
letak dari fasilitas produksi yang didasarkan atas kesamaan
proses dari proses produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan
yang bersangkutan. Mesin dan peralatan yang mempunyai fungsi
yang sama dikelompokkan dan ditempatkan dalam satu tempat/
ruang tertentu. Layout semacam ini biasanya dipergunakan untuk
perusahaan yang memenuhi pesanan di mana banyak terdapat
pesanan-pesanan yang berbeda baik bentuk, kualitas maupun
Manajemen Operasi 116
jumlahnya.
Perusahaan yang mempergunakan layout fungsional ini pada
umumnya adalah perusahaan yang mempergunakan mesin dan
peralatan produksi yang bersifat umum. Mesin dan peralatan
produksi dengan proses tertentu akan dapat dipergunakan untuk
menghasilkan berbagai macam produk tertentu. Sesuai dengan
keadaan tersebut, maka pada umumnya perusahaan yang
mempergunakan layout semacam ini adalah perusahaan di mana
variasi produk akan relatif lebih besar daripada jumlah unit
produk yang dihasilkannya. Produk yang dihasilkan ini bukannya
produk yang tidak distandardisir, melainkan standar produksi
yang dipergunakan dalam perusahaan tersebut (terutama standar
bentuk dan ukuran produk) akan berjumlah cukup banyak
sehingga produk yang dihasilkan akan mempunyai variasi yang
besar. Bagi perusahaan yang mempergunakan layout proses ini,
pengawasan terhadap pelak-sanaan proses produksi perlu
dilaksanakan dengan lebih teliti. Hal ini disebabkan oleh karena
di dalam layout fungsional ini pelaksanaan proses produksi pada
umumnya mempunyai urutan yang tidak selalu sama.
Keuntungan dari tata letak proses adalah :
1. memungkinkan utilisasi mesin yang tinggi,
2. memungkinkan penggunaan mesin-mesm yang multiguna
sehingga dapat dengan cepat mengikuti perubahan jenis
produksi,
3. memperkecil terhentinya produksi yang diakibatkan oleh
kerusakan mesin,
4. sangat fleksibel dalam mengalokasikan personel dan
peralatan,
5. investasi yang rendah karena dapat mengurangi duplikasi
peralatan,
6. memungkinkan spesialisasi supervisi.
Manajemen Operasi 117
Kelemahannya :
1. meningkatnya kebutuhan material handling karena aliran
prosesnya
yang
beragam
dan
tidak
dapat
digunakannya ban berjalan,
2. pengawasan produksi yang lebih sulit,
3. meningkatnya persediaan barang dalam proses,
4. total waktu produksi per unit yang lebih lama,
5. Perencanaan layout, material handling dan keseimbangan
kapasitas
6. memerlukan skill yang lebih tinggi,
7. pekerjaan routing, penjadwalan dan akunting biaya yang lebih
sulit,
karena
setiap
ada
order
baru
harus
dilakukan/perhitungan kembali.
c. Layout posisi tetap (fixedposition layout).
Tata letak posisi tetap dipilih apabila karena ukuran, bentuk
ataupun karakteristik lain menyebabkan produknya tidak mungkin
atau sukar untuk dipindahkan. Dengan demikian produk tetap di
tempat, sedangkan mesin, peralatan, dan tenaga kerjanya yang
mendatangi produk. Tata letak seperti ini biasanya terdapat pada
pembuatan kapal laut, pesawat terbang, lokomotif, atau proyekproyek konstruksi.
Keuntungan tata letak posisi tetap :
1. berkurangnya gerakan material,
2. adanya kesempatan untuk melakukan pengayaan tugas,
3. sangat fleksibel, dapat mengakomodasi perubahan dalam
desain produk, bauran produk, dan volume produksi,
4. dapat memberikan kebanggaan pada pekerja karena dapat
menyelesaikan seluruh pekerjaan .
Kelemahannya :
1. gerakan personel dan peralatan tinggi,
2. dapat terjadi duplikasi mesin dan peralatan,
Manajemen Operasi 118
3. memerlukan tenaga kerja yang berketrampilan tinggi,
4. biasanya memerlukan ruang yang besar dan persediaan barang
dalam proses yang tinggi, memerlukan koordinasi dalam
penjadwalan produksi.
F. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk menyusun layout
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan di dalam menyusun layout
pabrik, antara lain:
a. Produk yang dihasilkan.
Mengenai produk yang dihasilkan ini perlu diperhatikan:
o.
Besar dan berat produk tersebut. Kalau produknya besar
dan berat maka memerlukan handling yang khusus, seperti
fork truck atau conveyor.
p.
Sifat dari produk tersebut, yaitu apakah mudah pecah atau
tidak, apakah mudah atau cepat rusak, dan sebagainya.
b. Urutan produksinya. Faktor ini penting terutama bagi product
layout, karena penyusunannya didasarkan pada urut-urutan
produksi (operation sequence}.
c. Kebutuhan akan mangan yang cukup luas (special requirement).
Dalam hal ini diperhatikan luas ruangan pabrik, tingginya, dan
sebagainya.
d. Peralatan/mesin-mesin itu sendiri. Apakah mesin-mesinnya
berat, kalau berat maka diperlukan lantai yang kokoh.
e. Maintenance dan replacement. Mesin-mesin harus ditempatkan
sedemikian rupa sehingga maintenancenya mudah dilakukan dan
replacementnya juga mudah.
f. Adanya keseimbangan kapasitas (balance capacity).
Misalnya: Mesin roti:
Mesin I
Mesin II
2000
5000
Dalam hal ini tidak ada balance sehingga ada waste
Manajemen Operasi 119
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Juga diperhatikan hambatan-hambatan yang ada. Keseimbangan
kapasitas harus diperhatikan terutama dalam product layout,
karena di sini mesin-mesin diatur menurut urut-urutan proses
(sequence process).
Minimum movement: dengan gerak yang sedikit maka costnya
akan lebih rendah.
Aliran dari material. Sebenamya alian ini dapat digambarkan,
yaitu merupakan arus yang harus diikuti oleh suatu product pada
waktu dia dibuat, gambar mana sangat penting bagi perencanaan
lantai, atau ruangan pabrik (floor plan).
Employee area : tempat kerja buruh di pabrik harus cukup luas,
sehingga tidak mengganggu keselamatan dan kesehatannya serta
kelancaran produksi.
Service area (seperti cafetaria, WC, tempat istirahat, parkir, dan
sebagainya). Service area perlu diatur sedemikian rupa sehingga
dekat dengan tempat kerja di mana dia sangat dibutuhkan.
Waiting area, yaitu untuk mencapai flow material yang optimum,
maka perlu diperhatikan tempat di mana harus disimpan barangbarang sambil menunggu proses selanjutnya.
Plant climate : udara dalam pabrik harus diatur, yaitu harus
sesuai dengan keadaan product dan buruh, jangan terlalu panas
atau terlalu dingin, dan jangan merusak kesehatan buruh.
Flexibility : perubahan-perubahan dari product atau proses,
mesin-mesin, dan sebagainya hampir tidak dapat dihindarkan,
karena sesuai dengan perkembangan teknologi, sehingga layout
harus dibuat sedemikian rupa dapat flexible.
G. Cara melakukan plant layout:
Pekerjaan layout tidak dapat dikerjakan sendiri oleh satu orang.
Pekerjaan ini membutuhkan suatu usaha pemikiran bersama dan
terkoordinir baik antara semua bagian di dalam pabrik. Sebenaraya
Manajemen Operasi 120
pekerjaan layout ini tidak sukar tetapi memerlukan suatu pendekatan
(approach) yang sistematis dan consistence. Di dalam membuat
layout yang baru semua faktor yang telah disebutkan di atas harus
benar-benar diperhatikan atau dipertimbangkan, terutama faktor
yang penting seperti: flow material, product, peralatan/mesin-mesin
(equipment), minimum movement, dan sequence (urutan) dari
operasi produksi. Di dalam melakukan plant layout ini ada beberapa
tahapan yang dilalui di dalam melakukan plant layout, yaitu :
a. Plant Inventory
Tahap pertama di dalam menentukan layout sebuah pabrik yang
baru, atau merubah layout yang telah ada adalah membuat:
1) Daftar mesin: membuat daftar semua mesin atau peralatan
yang diperlukan, dapat dimasukan pula peralatan untuk
extension di kemudian hari.
2) Ukuran mesin: bentuk dan ukuran mesin-mesin secara garis
besar harus jelas. Perencanaan layout, material handling dan
keseimbangan kapasitas
3) Gambar-gambar mesin (menurut skala). Gambar-gambar ini
tidak perlu secara mendetail, cukup dengan kotak-kotak
menurut skala. Dengan demikian dapatlah digambarkan
suatu situasi yang over all dengan mesin-mesin yang telah
ditentukan, di dalam skala yang cukup jelas.
b. Group outline
Di dalam menggambar perlu diperhatikan pula macam-macam
mesin secara kelompok (group), terdiri dari mesin-mesin yang
sama dan ukuran yang sama.
c. Alat-alat pembantu
Yang dimaksudkan dengan alat-alat pembantu adalah alat-alat
yang diperlukan untuk membantu jalannya produksi seperti lori
(trolleys) untuk transport, tool boxes, dan Iain-lain.
d. Metode investigation
Manajemen Operasi 121
Dari hasil method study, layout suatu mesin, operator dan alatalat pembantu dapat digambarkan dan diskala. Ruang
bergeraknya hasil produksi dan alat-alat transport dari dan ke
mesin serta ruangan-ruangan untuk gang-gang harus cukup lebar
sehingga tidak menghalangi kegiatan pengangkutan. Demikian
pula harus dijaga jangan sampai ruangan-ruangan banyak yang
terbuang.
e. Daerah mesin
Ruangan untuk maintenance harus ditambahkan pada ruangan
kerja mesin. Demikian pula dengan ruangan tempat hasil
pembongkaran akibat perbaikan. Jadi ruangan yang dibutuhkan
untuk: operasi, membawa material work in process dan hasil
produksi ke dan dari mesin, bekas hasil pembongkaran, dan
maintenance.
f. Machine block plan
Pengaturan mesin sesuai dengan proses produksi terdiri dari
kumpulan mesin-mesin dalam bentuk machine block plan.
Kumpulan-kumpulan mesin ini dapat terdiri dari mesin-mesin
yang sejenis atau terdiri dari suatu kelompok (group) mesin
untuk suatu tahap produksi.
g. Shop floor lay-out
Di dalam menentukan layout dari machine block perlu ditinjau
dari segi: flow of production, pembagian gang, dimensi machine
shop, kedudukan dari penghalang yang tak dapat bergerak seperti
tiang-tiang atau kolom-kolom, dan penempatan dari gudang
(stores).
Susunan peralatan (fasilitas) pabrik, akan mempengaruhi.
effisiensi perusahaan, pembentukan laba perusahaan, dan
kelangsungan perusahaan. Tujuan Layout adalah untuk
memperkembangkan sistem produksi sehingga dapat mencapai
kebutuhan kapasitas dan kualitas dengan rencana yang paling
Manajemen Operasi 122
ekonomis.
H. Pemindahan material (materials handling) dan Keseimbangan
kapasitas
a. Materials Handling
Perencanaan layout yang cermat namun tanpa disertai dengan
perencanaan kegiatan pemindahan material yang lengkap akan
mengakibatkan perencanaan layout tersebut menjadi sia-sia
untuk diterapkan dalam perusahaan tersebut. Oleh karena itu di
dalam penyusunan perencanaan layout pabrik, perencanaan
tentang kegiatan pemindahan material ini akan dipergunakan
sebagai salah satu masukan sehingga peralatan pemindahan
material yang diperlukan akan dapat direncanakan tempat dan
kedudukannya sehingga pelaksanaan proses produksi di dalam
perusahaan tersebut akan dapat berjalan dengan baik.
Dilihat dari status bahan yang diproses dalam perusahaan, maka
pemindahan material ini meliputi bahan baku dan bahan
pembantu, barang setengah jadi, dan barang jadi. Bila dilihat dari
segi material yang dipindahkan, akan dapat diperinci menjadi
bahan dalam karung, bahan dalam satuan unit, dan bahan dalam
kotak atau bungkus. Sedangkan apabila dilihat dari segi si fat
bahan yang dipindahkan, akan dapat dipisahkan menjadi bahanbahan yang berupa benda cair, benda padat, dan benda gas. Dalam
perencanaan pemindahan material ini manajemen perusahaan harus
dapat melihat bahan apa saja yang akan dipindahkan dalam proses
produksi tersebut, sehingga dengan demikian akan dapat disusun
suatu perencanaan pemindahan material berikut peralatan yang
diperlukannya dengan cermat.
Keuntungan yang diperoleh dari suatu perencanaan
pemindahan material yang baik:
1) Penghematan biaya produksi.
Manajemen Operasi 123
Penghematan biaya produksi ini akan dapat diperoleh dari:
penurunan biaya persediaan, penggunaan ruangan yang
lebih efisien, dan kenaikkan produktivitas perusahaan.
2) Pengurangan sisa afval.
Pengurangan sisa afval ini akan didapatkan oleh perusahaan
tersebut apabila: material yang dipergunakan diawasi dengan
cermat, baik sebelum dipindahkan maupun setelah
dipindahkan, menghindarkan diri
dari bahaya yang
mungkin timbul
selama proses pemindahan material
tersebut, peralatan pemindahan material yang dipergunakan
perusahaan sejauh mungkin selalu sesuai dengan material
yang dipindahkan.
3) Menaikkan luas produksi.
Luas produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan akan
bertambah dengan adanya peralatan pemindahan material yang
tepat. Hal ini akan dapat dilihat dari adanya : kenaikan
produktivitas kerja para karyawan, kenaikan effisiensi
penggunaan mesin yang disebabkan oleh tidak adanya
keterlambatan bahan, proses produksi yang lancar (smooth),
peningkatan pengawasan produksi.
4) Peningkatan kondisi kerja karyawan.
Pemindahan material yang tepat di dalam perusahaan akan
dapat meningkatkan dan memperbaiki kondisi kerja para
karyawan perusahaan. Hal ini akan dapat dicapai apabila :
keamanan kerja menjadi lebih baik, waktu tunggu para
karyawan menjadi berkurang karena arus material dapat
berjalan dengan baik, cara kerja para karyawan bertambah
baik dengan adanya peralatan pemindahan material yang
cukup baik, para karyawan perusahaan akan menjadi
bertambah tingkat ketelitiannya, oleh karena dengan
peralatan pemindahan material ini apabila para karyawan
Manajemen Operasi 124
tidak bekerja dengan teliti dan hati-hati akan dapat
menimbulkan kecelakaan para karyawan tersebut.
5) Distribusi material akan berjalan dengan baik.
turunnya tingkat kerusakan bahan baku, barang setengah
jadi maupun barang jadi di dalam proses pemindahan material
tersebut, terdapatnya beberapa perbaikan dalam urutan proses
produksi, perbaikan letak gudang perusahaan, peningkatan
efisiensi dari penerimaan bahan dan pengiriman barang.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan peralatan untuk pemindahan material:
1. Produk
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan tentang produk
perusahaan ini adalah bentuk dan ukurannya, jumlah unit ratarata yang harus dipindahkan, daya tahan terhadap getaran dan
benturan, bentuk dari bahan baku, barang setengah jadi yang
harus dipindahkan, dlsb.
2. Pabrik
Dalam hal ini harus dipertimbangkan lokasi pintu, lokasi
tangga ke lantai berikut, daya tahan lantai, jalur yang
tersedia untuk kegiatan pemindahan material tersebut, letak
kolom bangunan pabrik, dlsb.
3. Proses produksi
Proses produksi yang diikutsertakan dalam pemilihan peralatan
pemindahan bahan ini adalah urutan proses produksi yang
dipergunakan dalam perusahaan, arah dari pemindahan
material, perlengkapan produksi yang diperlukan, dan lain
sebagainya.
4. Peralatan pemindahan bahan
Dalam hal ini akan dipertimbangkan tentang luas lantai yang
diperlukan oleh masing-masing peralatan pemindahan material
Manajemen Operasi 125
yang akan digunakan perusahaan, sumber tenaga yang
diperlukan oleh peralatan pemindahan material ini, harga dari
masing-masing peralatan tersebut, dan lain sebagainya.
Beberapa peralatan pemindahan bahan yang biasa
digunakan: conveyor (stationary), overhead traveling crane,
forklift, traktor tangan, portable conveyor, hoist, traktor industri,
overhead conveyor, mobile crane, platform truk pendek, dan
platform truk tinggi.
b. Keseimbangan kapasitas
Keseimbangan kapasitas (line balancing) merupakan
usaha untuk mengadakan keseimbangan kapasitas antara satu
bagian dengan bagian yang lain di dalam perusahaan. Masalah
keseimbangan kapasitas ini sangat terasa pada perusahaan yang
mempergunakan proses produksi terus-menerus, atau perusahaan
yang menggunakan layout produk. Hal ini disebabkan oleh karena
urutan proses produksi selalu sama, sehingga terdapat kepastian
hubungan input-input yang ada di dalam perusahaan tersebut.
Output atau keluaran dari salah satu bagian perusahaan semacam
ini akan selalu menjadi input atau masukan untuk bagian yang
lain. Misalnya sebuah pabrik kertas. Dalam pelaksanaan proses
produksinya sebenamya ada terdapat tiga kegiatan yang sangat
utama, yaitu pembuatan pulp sebagai bahan baku kertas yang
dilaksanakan dengan mesin pulp, kegiatan pembuatan kertas yang
dilaksanakan dengan mesin pencetak kertas. dan kegiatan
pemotongan dan penyususnan kertas jadi yang dikerjakan dengan
mempergunakan mesin potong. Masing-masing mesin tersebut akan
lebih baik apabila mempunyai tingkat kapasitas yang sama atau
hampir sama, sehingga pelaksanaan proses produksi dari bahan
baku sampai menjadi produk akhir tersebut akan menjadi lancar.
Manajemen Operasi 126
BAB VI
LINGKUNGAN KERJA
Lingkungan kerja adalah suatu lingkungan di mana para
karyawan bekerja atau melaksanakan tugas dan pekerjaannya seharihari, sedangkan kondisi kerja merupakan kondisi di mana karyawan
tersebut bekerja. Para karyawan yang bekerja dalam perusahaan sudah
dengan sendirinya akan dipengaruhi oleh lingkungan kerja di mana
karyawan tersebut berada. Lingkungan kerja para karyawan bermacammacam keadaannya. Ada lingkungan kerja yang menyenangkan
sehingga para karyawan dapat bekerja dengan tenang dan tingkat
produktivitas tinggi, namun adapula lingkungan kerja yang tidak
menyenangkan, membosankan atau menjengkelkan di mana tingkat
produktivitas karyawan akan menjadi amat rendah.
Lingkungan kerja yang tidak memuaskan karyawan secara tidak
langsung dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Dalam
lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, para karyawan akan
bekerja dengan moral kerja dan gairah kerja yang rendah. Keadaan
seperti ini akan mendorong terjadi kesalahan karyawan dalam
melaksanakan pekerjaannya pada tingkat yang lebih tinggi, sehingga
akan mengakibatkan turunnya tingkat produktivitas perusahaan.
Manajemen Operasi 127
Secara umum aspek-aspek pembentuk lingkungan kerja terdiri
dari: pelayanan karyawan, kondisi kerja dan hubungan antar
karyawan dalam perusahaan. Masing-masing aspek tersebut
hendaknya mendapat perhatian penuh dari pihak manajemen
perusahaan sehingga tingkat produktivitas kerja perusahaan dapat
dipertahankan pada tingkat yang tinggi.
A.
Pelayanan karyawan
Para karyawan yang bekerja dalam perusahaan merupakan
pelanggan internal dari perusahaan yang bersangkutan. Agar
mereka mau mencurahkan seluruh keahlian yang ada pada dirinya
untuk kemajuan perusahaan, tentunya perlu diciptakan suatu
kondisi kerja yang kondusif. Pelayanan karyawan ini akan meliputi
beberapa hal, yaitu pelayanan makan atau makanan, pelayanan
kesehatan bagi para karyawan dan keluarganya, serta penyediaan
kamar mandi atau kamar kecil di mana para karyawan tersebut
bekerja.
a. Pelayanan makanan karyawan
Karyawan yang bekerja pada perusahaan sudah tentu
membutuhkan makanan dan minuman untuk mengganti
energi dan kalori yang telah dikeluarkan. Bagi perusahaan
yang mempekerjakan karyawan dalam jumlah terbatas,
barangkali masalah pelayanan makan karyawan tidak menjadi
masalah yang berarti, karena mereka dapat mencari sendiri ke
berbagai rumah makan yang ada di sekftar pabrik. Kondisi
yang berbeda akan dihadapi oleh perusahaan yang
mempekerjakan karyawan dalam jumlah besar. Mereka akan
kesulitan untuk mencari tempat makan pada waktu yang sama,
ketika jam istirahat tiba. Selain itu, perusahaan akan
kehilangan banyak waktu kerja yang akan berdampak pada
menurunnya produktivitas kerja karyawan.
Manajemen Operasi 128
Bentuk-bentuk pelayanan makan karyawan dalam perusahaan,
antara lain:
1. Kafetaria dalam pabrik
Membuat kafetaria dalam pabrik merupakan salah satu
alternatif yang dapat dipilih untuk melayani kebutuhan
makan karyawan. Adanya kafetaria, dapat memberikan
keuntungan ganda bagi perusahaan, walaupun tujuan utama
pendirian kafetaria tersebut adalah untuk memberikan
pelayanan makan dan minum bagi karyawan. Dengan
demikian profit dari penghasilan kafetaria ini bukan
merupakan tujuan utama.
2. Toko makanan dalam pabrik
Hampir sama dengan point satu di atas perusahaan dapat
memberikan pelayanan makan kepada karyawannya dengan
membuat toko makanan dalam pabrik. Perbedaannya adalah
di toko makanan tidak disediakan ruangan untuk makan.
Dengan demikian, para karyawan dipersilahkan untuk
mencari sendiri tempat makan setelah membeli makanan dan
minuman di toko makanan tersebut.
3. Kereta makan
Perusahaan juga dapat menggunakan kereta makan untuk
melayani kebutuhan makan minum para karyawannya.
Altematif ini biasanya dipilih oleh perusahaan yang
mempekerjakan
karyawan
yang
acapkali
tidak
meninggalkan tempat pekerjaannya. Misalnya, para operator
komputer, operator telepon dan sebagainya.
4. Mesin pelayanan otomatis
Mesin pelayanan otomatis merupakan salah satu alternatif
yang dipilih oleh kebanyakan perusahaan moderen.
Pimpinan perusahaan tinggal memasang beberapa unit
mesin pelayanan otomatis di dalam pabriknya untuk
Manajemen Operasi 129
melayani kebutuhan makan minum para karyawannya, yang
pengoperasiannya dilakukan dengan menggunakan sejenis
koin khusus.
b. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan karyawan dalam perusahaan dapat
ditempuh dengan berbagai cara:
1. Penyediaan tenaga medis (dokter)
Kebanyakan perusahaan-perusahaan besar mengadakan
kontrak kerja dengan tenaga medis untuk melayani
kesehatan para karyawannya. Adapula perusahaan yang
bukan saja menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi
karyawan saja, melainkan seluruh anggota keluarga dari
karyawan yang bersangkutan.
2. Pemberian tunjangan kesehatan
Cara lain yang bisa ditempuh oleh perusahaan untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada karyawannya
adalah memberikan tunjangan kesehatan setiap bulannya.
Dengan cara ini, maka karyawan sendiri yang harus mencari
tempat pelayanan kesehatan ketika ia membutuhkannya.
c. Kamar mandi dan WC
Kamar mandi dan WC merupakan hal sepele, namun penting
bagi pelayanan karyawan. Penyediaan kamar mandi dan WC
yang memadai merupakan hal yang mutlak diperlukan. Kiranya
dapat dibayangkan apa yang bakal terjadi bila suatu
perusahaan yang mempekerjakan karyawan dalam jumlah
besar dengan waktu kerja yang panjang, tetapi tidak
menyediakan fasilitas kamar mandi dan WC bagi para
karyawannya.
d. Fasilitas rekreasi
Ada perusahaan tertentu yang menyediakan fasilitas rekreasi
bagi karyawannya. Pimpinan perusahaan percaya bahwa
Manajemen Operasi 130
rekreasi akan meningkatkan motivasi kerja yang berdampak
pada peningkatan produktivitas. Fasilitas rekreasi bermacammacam, misalnya berupa sarana olahraga tenis meja,
bulutangkis, bilyard dan sebagainya. Selain itu, dapat juga
berupa penyediaan alat-alat musik dan sarana hiburan lainnya.
B. Kondisi kerja
Kondisi kerja merupakan salah satu aspek lingkungan kerja
yang berpengaruh langsung pada produktivitas kerja. Telah
ditemukan berbagai hasil penelitian yang menunjukan adanya
korelasi dan pengaruh antara kondisi kerja dengan hasil kerja
(produktivitas) para pekerja/karyawan. Kondisi kerja yang baik
akan menunjang pencapaian produktivitas yang tinggi, atau
sebaliknya. Perencanaan kondisi kerja ini akan dilaksanakan selaras
dengan perencanaan layout pabrik yang didirikan tersebut, oleh
karena kondisi kerja ini berhubungan erat dengan layout pabrik
yang didirikan perusahaan yang bersangkutan.
Beberapa kondisi kerja yang dapat dipersiapkan oleh pihak
manajemen perusahaan, yaitu:
1. Penerangan
Dimaksudkan dengan penerangan di sini adalah cukupnya sinar
yang masuk di dalam ruang kerja masing-masing karyawan
perusahaan. Tingkat penerangan yang cukup di dalam ruang kerja
akan mendorong para karyawan untuk bekerja dan hasil kerja yang
diperoleh pun akan menjadi lebih baik. Penerangan dalam pabrik
mempengaruhi produktivitas kerja. Karena itu, penerangan perlu
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan agar para karyawannya
dapat bekerja dengan baik.
Adapun syarat-syarat penerangan yang baik adalah :
1. Sinar terang dan tidak menyi laukan
Sistem penerangan yang baik adalah dapat menghasilkan sinar
Manajemen Operasi 131
yang cukup terang di dalam ruang kerja, tetapi tidak
menyilaukan para karyawan yang bekerja di dalamnya.
2. Distribusi cahaya yang merata
Pemerataan cahaya yang masuk ke dalam ruang kerja sangat
perlu untuk diperhatikan, hal ini akan semakin terasa pada
ruangan yang berukuran besar. Pada ruangan semacam ini,
apabila manajemen salah dalam mengatur letak sumber sinar,
maka bagian-bagian dan ruangan tersebut akan mendapat
distribusi cahaya yang tidak merata. Distribusi cahaya yang
tidak merata juga akan mengakibatkan para karyawan
mengalami kelelahan mata, oleh karena itu di dalam keadaan
demikian para karyawan harus berkali-kali mengadakan
adaptasi di dalam perusahaan tersebut.
Keuntungan dari sistem penerangan baik bagi perusahaan, antara
lain:
1. Kenaikan tingkat produksi
Tingkat produksi yang dilaksanakan akan mengalami kenaikan
berkat adanya penerangan yang cukup pada ruang kerja masingmasing karyawan perusahaan tersebut. Dengan adanya penerangan
yang cukup para karyawan akan dapat melihat dan mengamati
objek pekerjaannya dengan lebih cermat dan cepat. Dengan
demikian karyawan akan dapat menyelesaikan pekerjaannya
dengan waktu yang lebih singkat pula.
2. Perbaikan kualitas pekerjaan para karyawan
Kecermatan pengamatan sangat diperlukan dalam upaya untuk
menaikkan tingkat kualitas kerja. Tanpa adanya pengamatan yang
cermat terhadap objek pekerjaan, sangatlah sulit untuk
memperbaiki kualitas kerja para karyawan tersebut. Dengan
adanya sistem penerangan yang tepat pada masing- masing ruang
kerjamemungkinkan para karyawan untuk dapat melakukan
pengamatan secara cermat.
Manajemen Operasi 132
3)
Pengurangan terjadinya tingkat kecelakaan
Pelaksanaan proses produksi dalam pabrik menuntut adanya
ketelitian dan kehati-hatian karyawan, terutama pada
keadaan di mana digunakan mesin-mesin besar dan bergerak
secara otomatis. Sistem penerangan yang baik memungkinkan
para karyawan untuk dengan mudah melihat, mengenali dan
mematuhi tanda-tanda bahaya yang biasanya dipasang di
sekitar mesin-mesin tersebut. Dengan demikian dapat
mengurangi tingkat kecelakaan kerja yang terjadi.
4) Kemudahan pengamatan dan pengawasan
Dengan digunakannya sistem penerangan yang baik para
karyawan akan dapat melakukan pengamatan dan pengawasan
yang cukup cermat terhadap objek pekerjaan yang
dilakukannya. Hal ini tidak akan dapat dilaksanakan oleh
para karyawan apabila penerangan yang diperlukan dalam
ruang kerjanya tidak memadai.
5). Peningkatan gairah kerja karyawan
Dalam ruang kerja yang gelap para karyawan akan merasa
kurang enak bekerja sehingga menimbulkan kebosanan dan
gairah kerja akan menurun. Dengan penerangan yang cukup,
ruang kerja akan terjaga kebersihannya, karena pengotoran
ruangan yang dan dibersihkan lagi. Mudahnya pengamatan,
bersihnya ruang kerja, serta tempat yang terang dapat
menimbulkan gairah kerja bagi para karyawannya.
6) Tingkat perputaran karyawan akan berkurang
Sistem penerangan yang baik akan mampu mempertahankan
para karyawan karena mereka betah untuk terus bekerja pada
perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan adanya kondisi kerja
yang menyenangkan rendahnya tingkat kecelakaan kerja, dan
tingginya gairah kerja. Dengan demikian, karyawan yang ingin
keluar atau berhenti kerja pun menjadi lebih sedikit.
Manajemen Operasi 133
7)
Kerusakan barang dalam proses berkurang
Adanya sistem penerangan yang baik dapat memudahkan
karyawan mengadakan pengamatan yang baik terhadap objek
pekerjaannya, mempertinggi gairah dan kualitas kerja,
mengurangi tingkat kesalahan, dan mengurangi tingkat
kebosanan. Dengan demikian maka proses produksi akan
berjalan dengan lebih baik, sehingga kerusakan barang dalam
proses akan dapat ditekan serendah-rendahnya.
8) Biaya produksi dapat ditekan
Beberapa keuntungan yang telah diuraikan terdahulu, secara
akumulatif akan memberi sumbangan terhadap penurunan
biaya produksi per satuan. Penurunan biaya produksi akan
memberi banyak keuntungan bagi perusahaan karena produk
dapat ditawarkan dengan harga jual yang lebih bersaing.
b. Sumber penerangan
Secara umum, penerangan yang dapat dipergunakan dalam
perusahaan ini ditinjau dari sumbemya akan dipisahkan menjadi
dua, yaitu penerangan alami dan penerangan buatan. Penerangan
alami adalah sistem penerangan yang dilaksanakan dengan
memanfaatkan sinar matahari, sedangkan penerangan buatan
adalah penerangan dengan mempergunakan energi lain (lampu
minyak dan lampu listrik).
Untuk memperoleh hasil yang memadai di dalam penyusunan
sistem penerangan buatan dalam ruang kerja karyawan, maka
manajemen perusahaan hendaknya mempertimbangkan pengaturan
pemasangan lampu yang dipergunakan di dalam perusahaan yang
bersangkutan. Pemasangan sumber sinar dapat mempengaruhi
efektivitas penyinaran terhadap obyek pekerjaan karyawan. Dalam
hal pemasangan sumber sinar ini, terdapat lima cara, yaitu;
1) Penerangan langsung
Pemasangan sumber sinar di dalam sistem penerangan
Manajemen Operasi 134
2)
3)
4)
langsung merupakan penyinaran langsung dari sumber sinar
terhadap obyek pekerjaan dan para karyawan perusahaan. Di
bawah sinar tersebut akan memperoleh penerangan sebesar
90% sampai 100%, sedangkan pada bagian atas dari sumber
sinar tersebut akan berkisar antara 0% sampai dengan 10%.
Penerangan setengah langsung
Keadaannya hampir sama dengan sistem penerangan langsung,
hanya proporsi penyebaran sinar tersebut agak berbeda, yaitu
60% sampai dengan 90%, untuk area di bawah sumber sinar,
sedangkan di atas sumber sinar tersebut akan berkisar antara
10% sampai dengan 40%.
Penyebaran merata
Sistem penerangan dengan cara penyebaran merata
merupakan penerangan dengan pancaran sinar yang merata ke
dalam seluruh ruangan yang ada di dalam perusahaan tersebut.
Di dalam hal ini tidak akan terdapat perbedaan yang
menyolok baik pada posisi di atas sumber sinar maupun yang
berada di bawah sumber sinar tersebut. Pada umumnya
persentase dari penyebaran sinar adalah berkisar antara 40%
sampai dengan 60%, yang menyebar secara merata ke
seluruh bagian dalam ruangan tersebut.
Penerangan setengah tidak langsung
Sistem penerangan tidak langsung adalah berusaha menerangi
obyek pekerjaan karyawan dengan mempergunakan
pembauran sinar. Pada umumnya sumber sinar akan diarahkan
kepada langit-langit ruangan, dan darinya akan terdapat
pembauran sinar tersebut. Pembauran sinar ini mempunyai
tujuan utama untuk mengurangi silaunya cahaya yang
ditimbulkan oleh sumber sinar. Penerangan setengah tidak
langsung akan mempunyai distribusi kuat penerangan lebih
kurang 60% sampai dengan 90% ke bagian atas dari sumber
Manajemen Operasi 135
sinar dan 10% sampai dengan 40% pada bagian bawah dari
sumber sinar tersebut.
5) Penerangan tidak langsung
Sistem penerangan tidak langsung ini merupakan penerangan
setengah tidak langsung dengan perbedaan distribusi sinar
yang lebih besar lagi. Di dalam penerangan tidak langsung ini,
proporsi sinar di atas sumber sinar adalah 90% sampai dengan
100%, sedangkan besarnya distribusi cahaya di bawah sumber
sinar tersebut hanya berkisar antara 0% sampai dengan 10%.
Pemilihan dari cara pemasangan sumber sinar di dalam
ruang kerja para karyawan perusahaan pada umumnya akan
tergantung kepada persyaratan teknis dari pekerjaan yang
diselesaikan tersebut, kebutuhan para karyawan perusahaan yang
berada di dalam ruang kerja yang bersangkutan, besarnya daya
yang tersedia untuk masing-masing ruangan tersebut.
Pemasangan penerangan langsung dan penyebaran merata
pada umumnya akan memerlukan daya yang lebih kecil apabila
dibandingkan dengan sistem penerangan tidak langsung dan
sistem penerangan setengah tidak langsung.
c. Suhu udara
Suhu udara yang terlalu panas bagi para karyawan akan
dapat menyebabkan turunnya gairah kerja para karyawan tersebut.
Keadaan ini akan menyebabkan para karyawan berbuat kesalahan di
dalam pelaksanaan proses produksi, walaupun hal ini tidak
disengaja dan semata-mata dipengaruhi oleh panasnya suhu udara
yang ada di dalam ruang kerja para karyawan perusahaan tersebut.
Beberapa perusahaan tertentu yang karena persyaratan
teknis dari pelaksanaan proses produksinya akan terus bekerja
pada tingkat temperatur tertentu. Perubahan yang cukup menyolok
dari tingkat temperatur yang ditentukan akan dapat berakibat
negatif terhadap pelaksanaan proses produksi. Perusahaan
Manajemen Operasi 136
semacam ini akan selalu berusaha untuk menjaga temperatur
ruang kerja sesuai dengan persyaratan teknis yang ada untuk
pelaksanaan proses produksinya. Contohnya, perusahaan yang
mempergunakan peralatan produksi yang hanya dapat dipergunakan
pada temperatur rendah adalah seperti computer, electronics
typewriter, dan peralatan electronic lainnya. Kadang-kadang
terjadi pula bahwa proses baru akan dapat menghasilkan output
yang memadai apabila temperatur dalam pelaksanaan proses
produksinya rendah. Contohnya, perusahaan yang memproduksi
jamur merang. Di samping itu, adapula ruang kerja karyawan yang
selalu berada dalam temperatur yang tinggi. Contohnya, perusahaan
pengecoran baja, perusahaan besi beton, dan lain sebagainya.
Di dalam perusahaan yang keadaan ruangan kerjanya
terlalu panas atau terlalu dingin, maka perusahaan yang tersebut
akan memperlengkapi para karyawannya dengan peralatan
khusus tertentu agar dapat mengurangi dampak negatif dari
pengaruh suhu udara tersebut.
Pengaturan suhu udara yang baik di dalam pabrik dapat
dilaksanakan dengan berbagai cara, antara lain meliputi:
1) Ventilasi yang cukup
Bila pabrik dilengkapi ventilasi udara yang cukup memadai,
maka akan terjadi pertukaran udara sehingga dampak
pengotoran udara dalam pabrik dan suhu panas dapat ditekan
serendah-rendahnya.
2) Pemasangan kipas angin
Cara lain untuk mendapatkan pertukaran udara sehingga suhu
udara di dalam pabrik terasa sejuk dan tidak panas adalah
dengan memasang kipas angin. Di samping kipas angin yang
berfungsi sebagai pengatur sirkulasi udara terdapat pula kipas
angin yang juga berfungsi sebagai ventilasi.
3) Pemasangan air conditioning
Manajemen Operasi 137
Alat pengatur suhu udara yang lebih canggih dewasa ini adalah
air conditioning (AC). Air conditioning ini selain berfungsi
sebagai pengatur suhu udara dalam ruang kerja juga berfungsi
sebagai alat untuk mengurangi kelembaban udara dalam
ruangan. Biaya pemasangan air conditioning masih relatif
cukup mahal bagi perusahaan-perusahaan kecil dan menengah.
4) Pemasangan humidifier
Dengan humidifier kelembaban udara di dalam ruang kerja
dapat disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan proses
produksi perusahaan.
d. Bunyi atau suara bising
Lingkungan kerja yang menimbulkan suara yang ribut,
bising dan mengganggu pendengaran pekerja akan membuat
karyawan bekerja dengan tidak nyaman dan tidak berkonsentrasi
penuh. Suara ribut dan bising yang terus-menerus terjadi di dalam
ruang kerja karyawan di dalam jangka waktu yang panjang akan
dapat menurunkan kepekaan pendengaran para karyawan dan juga
akan dapat mengakibatkan penurunan potensi untuk berkomunikasi
di antara para karyawan di dalam perusahaan. Komunikasi yang
lamban dan tidak efektif akan berakibat pula terhadap produktivitas
kerja para karyawan, karena lalulintas informasi di dalam
perusahaan yang bersangkutan menjadi tidak lancar. Untuk
menanggulangi hal ini, maka suara-suara yang mengganggu
tersebut perlu dikendalikan. Ada beberapa cara untuk mengatasi
gangguan suara dalam pabrik antara lain :
1) Pengendalian sumber suara
Suara bising dan ribut dalam pabrik biasanya bersumber dari
peralatan dan mesin produksi yang ada. Karena itu,
pemeliharaan yang baik, perawatan yang teratur, dan
pengecekkan (service) terhadap mesin dan peralatan produksi
pada waktu yang ditentukan secara teratur akan dapat
Manajemen Operasi 138
meminimalisir suara ribut dan bising.
2) Isolasi dari suara
Selain mengendalikan suara seperti yang telah diuraikan
dalam point satu di atas, suara ribut dari mesin-mesin juga
dapat diisolir dalam ruang mesin. Dengan demikian, suara
tersebut tidak mengganggu pekerjaan karyawan lainnya
pada ruangan yang lain. Isolasi dilakukan dengan cara
menutup rapat ruang mesin dengan dinding tembok yang kuat,
pintu dibuat dalam jumlah yang seperlunya dan kedap suara.
3) Penggunaan peredam suara
Pada beberapa ruangan tertentu, misalnya ruang administrasi
umum dan ruang administrasi penjualan seringkali
digunakan alat peredam suara untuk mengurangi suara
bising yang ditimbulkan oleh mesin dan peralatan produksi
dalam pabrik, serta suara-suara lain yang diperkirakan dapat
mengganggu ketenangan dalam ruangan tersebut.
4) Penggunaan sistem akustik
Penggunaan sistem akustik dapat meredam suara-suara yang
mengganggu proses pekerjaan. Sistem ini diterapkan dengan
cara mengatur susunan ruangan sedemikian rupa dengan
mempertim-bangkan sifat-sifat suara dan pantulannya,
sehingga pada ruang-ruang tertentu dapat diminimalisir suarasuara yang tidak dikehendaki.
5) Pemakaian alat pelindung telinga
Untuk ruangan-ruangan tertentu yang tidak bisa dihindari
sama sekali suara-suara ribut dan mengganggu, maka cara
satu-satunya adalah dengan meng-gunakan alat pelindung
telinga. Tujuannya adalah untuk menghindari dampak negatif
dari gangguan suara tersebut terhadap para karyawan yang
bekerja dalam ruangan tersebut.
e. Penggunaan warna
Manajemen Operasi 139
Penggunaan wama di dalam ruang kerja para karyawan
akan dipengaruhi oleh sistem penerangan yang dipergunakan oleh
perusahaan yang bersangkutan. Untuk kepentingan pembauran
sinar (yang dipergunakan di dalam sistem penerangan buatan dengan
cara penerangan tidak langsung), maka warna-wama cerah akan
dapat membantu tercapainya pembauran sinar tersebut dengan baik.
Apabila dipilih warna gelap untuk dasar pembauran sinar, maka
akibatnya akan terlalu banyak sinar yang hilang dalam proses
pembauran sinar yang dilaksanakan dalam ruangan perusahaan yang
bersangkutan.
Pada tabel berikut ini akan disajikan tingkat pemantulan
cahaya dari warna-wama yang sering dipergunakan di dalam
perusahaan-perusahaan besar pada umumnya.
Tabel 19. Perkiraan pemantulan sinar dari warnayang
dipergunakan
No
Permukaan
Warria
Pemantulan
1
Atap/langit-langit
Putih
75% - 80%
2
Dinding atas
Hijau muda
50% - 55%
Kuning muda
50% - 55%
Hijau tua
25% - 35%
Kuning tua
25% - 35%
Hijau sedang
30% - 40%
Kuning sedang
30% - 40%
3
4
5
Dinding bawah
Dasar tempat kerja
Lantai
10% - 20%
Pada dasar pemilihan warna ini mempunyai tujuan untuk
dapat memperjelas pengamatan karyawan perusahaan kepada
obyek pekerjaan. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam
Manajemen Operasi 140
pemilihan warna, antara lain
o warna dari peralatan produksi,
o warna dari bahan dan barang dalam proses, dan
o warna sekeliling ruang kerja di dalam perusahaan yang
bersangkutan.
f. Ruang gerak yang diperlukan
Ruang gerak dari para karyawan yang bekerja dalam suatu
perusahaan tertentu haras diberikan sesuai dengan besar ruangan
yang diperlukan, agar para karyawan tersebut dapat leluasa bergerak
dengan baik. Terlalu sempitnya ruang gerak yang disediakan oleh
perusahaan bagi para karyawannya, akan dapat mengakibatkan
para karyawan tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga
produktivitas kerja para karyawan akan menjadi rendah. Dan
sebaliknya, ruang gerak yang terlalu besar bagi para karyawan
akan dapat menurunkan tingkat produktivitas perusahaan. Ruang
gerak yang terlalu besar akan menimbulkan pemborosan ruangan di
dalam perusahaan tersebut, hal ini berarti terdapatnya
pemborosan di dalam investasi gedung beserta biaya
pemeliharaannya. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, maka
manajemen perusahaan harus dapat menyusun suatu perencanaan
yang tepat untuk ruang gerak yang diperlukan oleh para karyawan
tersebut.
Keamanan kerja
Pada umumnya perencanaan keamanan kerja yang disusun untuk
suatu perusahaan akan berhubungan erat dengan layout pabrik yang
dipergunakan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Keamanan
kerja sangat tergantung kepada mesin dan peralatan produksi yang
dipergunakan serta ruang gerak yang disediakan untuk para
karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Ruang gerak
yang cukup tersedia dan keamanan penggunaan mesin dan
peralatan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan akan
Manajemen Operasi 141
dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja.
Keamanan kerja yang terdapat di dalam sebuah perusahaan
mempunyai hubungan yang erat dengan peningkatan gairah kerja
serta disiplin kerja dari para karyawan. Para karyawan perusahaan
akan merasa aman dan tenteram untuk bekerja dan akan
mempunyai gairah kerja yang tinggi dalam perusahaan yang
keamanan kerja cukup memadai. Sebaliknya, apabila keamanan
kerja dalam suatu perusahaan tidak dapat terjamin, maka para
karyawan akan melaksanakan pekerjaan tanpa dilandasi dengan
gairah kerja yang tinggi, sehingga produktivitas kerja mereka akan
menjadi sangat rendah pula.
Adapun beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab turunnya
tingkat keamanan kerja, antara lain:
1) tidak cukupnya ruang gerak yang diperlukan oleh para
karyawan pada tempat kerja karyawan yang bersangkutan,
2) luas gudang yang tidak memadai, sehingga menyulitkan
proses penyimpanan bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi,
3) tersedianya peralatan pemindahan material yang tidak
memadai, baik dalam jenis maupun dalam kapasitas,
4) tidak kuatnya daya tahan dari lantai yang dipergunakan
sebagai tempat pelaksanaan proses produksi,
5) terdapatnya beberapa
gangguan proses produksi yang
dikarenakan oleh rusaknya lantai pabrik (retak, pecah, dan
berlubang),
6) lantai pabrik yang terlalu licin, sehingga para karyawan
mudah untuk tergelincir, terutama para karyawan yang sedang
membawa beban yang cukup berat,
7) tidak cukupnya jalan keluar masuk dari masing-masing
bagian di dalam perusahaan tersebut, terutama pada saat-saat
ada bahaya,
Manajemen Operasi 142
8) tidak cukupnya jumlah karyawan, sehingga akan terdapat
kesulitan dalam proses pemindahan material dan peralatan
produksi,
9) tidak tersedianya alat pemadam kebakaran di dalam jumlah
yang memadai,
10) tempat kerja para karyawan merupakan daerah bahaya,
11) jumlah ventilasi yang tidak memadai, sehingga pertukaran
udara di dalam ruang kerja para karyawan tidak dapat
terlaksana dengan baik,
12) pemasangan tanda bahaya dalam perusahaan yang tidak mudah
terlihat oleh karyawan dan orang lain yang melewati daerah
tersebut, faktor kehati-hatian para karyawan tersebut.
Beberapa karyawan agak segan untuk mempergunakan alatalat pengamanan dalam pelaksanaan kerja.
Hal-hal tersebut di atas hanyalah merupakan sebagian
contoh saja dari beberapa penyebab terjadinya kecelakaan yang
sering terjadi di dalam perusahaan. Sehubungan dengan hal-hal
tersebut, maka manajemen perusahaan hendaknya dapat menyusun
perencanaan keamanan kerja yang cukup memadai di dalam
perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian tingkat
kecelakaan kerja akan dapat ditekan serendah mungkin, bahkan
niungkin dapat dihilangkan sama sekali.
C. Hubungan antar karyawan
Karyawan yang dipekerjakan dalam perusahaan tidak dapat
diperlakukan sama dengan mesin atau peralatan. Mereka bisa
menjadi faktor pendorong bagi pencapaian tujuan perusahaan, atau
malah sebaliknya sebagai faktor penghambat bagi pencapaian
tujuan perusahaan. Karena itu, pihak manajemen harus mampu
untuk mengelola para karyawan yang ada dengan sebaik-baiknya
agar mereka mau bekerja dengan baik dan mencurahkan seluruh
Manajemen Operasi 143
keahliannya bagi kemajuan perusahaan.
a. Karyawan sebagai individu dan kelompok
Sebagai individu, para karyawan akan bekerja agar
dapat menopang kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, para
karyawan ini apabila tidak memperoleh perhatian dan
pengarahan yang baik oleh pihak manajemen perusahaan,
maka mereka akan cenderung untuk mengejar kuantitas kerja
saja, tanpa memperhatikan kualitas kerja serta kualitas produk
sebagai hasil kerja mereka. Keadaan semacam ini akan
kelihatan di dalam perusahaan yang sistem pengupahannya
didasarkan kepada banyaknya unit yang dihasilkan oleh para
karyawan.
Tujuan seseorang bekerja dalam suatu organisasi
(perusahaan) adalah untuk menggapai ambisi dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
Secara
umum,
kebutuhan
karyawan dapat dikelompokkan atas tiga macam, yaitu:
1. Kebutuhan ekonomis,
Kebutuhan yang bersifat ekonomi antara lain dipenuhi
dengan perolehan gaji dan insentif yang cukup memadai
bagi karyawan yang bersangkutan dan keluarganya.
Dengan demikian, mereka dapat hidup secara layak
sebagaimana yang dijalani oleh orang lain.
2. Kebutuhan sosial,
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat melepaskan
diri dah lingkungan masyarakat di mana ia berada.
Karena itu seorang karyawan juga perlu berinteraksi baik
dengan sesama karyawan, dengan pimpinan, maupun
dengan masyarakat sekitar di mana ia berada.
3. Kebutuhan psikologis.
Selain kedua kebutuhan tersebut di atas, seorang karyawan
juga membutuhkan pujian dan penghargaan atas apa yang
Manajemen Operasi 144
telah diperbuat, dengan begitu ia merasa dihargai sehingga
akan lebih giat lagi bekerja.
Pada umumnya karyawan akan selalu berusaha untuk
mencapai ketiga macam keinginan tersebut. Manajemen
perusahaan yang bijaksana akan selalu mempelajari keinginan
para karyawan, untuk kemudian berusaha mengarah-kannya
sesuai dengan tujuan perusahaan. Di samping pengarahan yang
selayaknya diberikan kepada para karyawan sebagai individu,
maka pengarahan terhadap para karyawan sebagai kelompok
perlu pula dilaksanakan oleh pihak manajemen perusahaan.
Beberapa masalah yang perlu diperhatikan di dalam
pengarahan karyawan sebagai kelompok, antara Iain:
1) Kepemimpinan yang baik
Kepemimpinan yang baik akan mendorong para karyawan
untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya dan
penuh gairah kerja yang cukup tinggi. Sebaliknya
kepemimpinan yang buruk atau jelek akan mengundang
protes dan bahkan pemogokkan kerja dari para karyawan.
Dengan demikian kepemimpinan yang baik ini sudah
merupakan bagian dari pengarahan terhadap para karyawan
yang bekerja dalam perusahaan yang bersangkutan.
2) Informasi yang yang lancar
Informasi yang lancar amat diperlukan oleh karyawan terutama
dalam rangka penyelesaian tugas-tugas yang harus
dilaksanakan. Tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh para
karyawan mungkin belum sepenuhnya dimengerti oleh
mereka. Dengan adanya kelancaran informasi, baik informasi
tentang tugas-tugas karyawan maupun informasi tentang hakhak yang dapat diperoleh para karyawan perusahaan yang
bersangkutan. Sebaliknya, apabila seluruh informasi yang ada
di dalam perusahaan tidak dapat dimengerti oleh karyawan,
Manajemen Operasi 145
3)
4)
5)
maka mereka tidak akan dapat melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya dengan baik. Oleh karena kadangkadang para karyawan tidak tahu tugas apa yang harus
dilaksanakan, dan tugas apa yang harus didahulukan serta
mana yang dapat ditinggalkan untuk sementara waktu.
Hubungan karyawan yang baik
Hubungan karyawan yang baik akan dapat menimbulkan rasa
aman bagi para karyawan di dalam melaksanakan tugas-tugas
yang harus diselesaikan. Selain itu, dengan adanya hubungan
karyawan yang baik, para karyawan dapat menghindarkan
diri dari konflik yang mungkin timbul dalam perusahaan.
Konflik ini selain akan dapat menurunkan tingkat
produktivitas kerja para karyawan juga akan dapat berakibat
terjadinya kerusakan dari mesin dan perlatan produksi yang
dipergunakan di dalam perusahaan yang bersangkutan.
Pengaturan kondisi kerja yang baik
Kondisi kerja yang baik tentunya dapat mempengaruhi
produktivitas kerja para karyawan, sehingga secara tidak
langsung juga akan berpengaruh terhadap peningkatan
produktivitas perusahaan. Dengan adanya pengaturan dan
pemeli-haraan kondisi kerja yang baik ini berarti perusahaan
tersebut berusaha untuk dapat mempertahankan atau bahkan
meningkatkan produktivitas perusahaan.
Sistem pengupahan yang dimengerti
Karyawan pada umumnya menginginkan kejelasan upah atau
gaji yang menjadi haknya. Sistem pengupahan yang mudah
dimengerti oleh karyawan akan mendorong mereka bekerja
dengan lebih baik. Dengan sistem pengupahan semacam ini
para karyawan akan merasa puas dengan upah atau gaji
yang diterimanya, karena mengerti cara perhitungan upah
atau gaji. Sebaliknya, apabila perusahaan menggunakan
Manajemen Operasi 146
sistem upah atau gaji yang sulit dimengerti, maka tidak
mengherankan bila banyak karyawan akan berkeluh kesah atau
merasa tidak puas dengan upah atau gaji yang diterimanya.
Di samping faktor-faktor tersebut di atas, masih banyak
faktor lain yang dapat dipergunakan oleh pihak manajemen
perusahaan untuk dapat memberikan pengarahan kepada para
karyawan. Pengarahan terhadap para karyawan perusahaan sebagai
suatu kelompok sangat perlu diperhatikan oleh pihak manajemen
perusahaan, karena bagaimanapun pelaksanaan proses produksi
akan dilaksanakan dengan cara berkelompok.
b. Penyesuaian segitiga
Sebagaimana diketahui bahwa pengarahan terhadap para
karyawan oleh pihak manajemen perusahaan sangat diperlukan di
dalam suatu perusahaan tertentu. Pengarahan terhadap para
karyawan ini tidak terbatas hanya bagi para karyawan yang sudah
lama bekerja di dalam perusahaan yang bersangkutan, melainkan
juga pengarahan terhadap para karyawan yang baru masuk dan
bekerja di dalam kelompok kerja para karyawan yang sudah ada.
Dengan adanya karyawan baru yang bergabung untuk bekerja di
dalam kelompok yang sudah ada ini akan dapat menimbulkan
berbagai macam tanggapan dari para karyawan yang sudah ada.
Baik tanggapan yang bersifat positif ataupun tanggapan yang
bersifat negatif. Tanggapan para karyawan yang sudah ada di
dalam perusahaan ini akan dapat ikut mempengaruhi jalannya
pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan tersebut.
Tanggapan yang bersifat positif dari karyawan yang sudah
bekerja lama terhadap karyawan baru akan dapat menambah
kelancaran jalannya pelaksanaan proses produksi. Sebaliknya,
tanggapan yang bersifat negatif terhadap parakaryawan baru akan
dapat merusakkan hubungan antar karyawan, sehingga pelaksanaan
proses produksi yang sedang berjalan dapat menjadi terganggu.
Manajemen Operasi 147
c. Peningkatan motivasi kerja
Pelaksanaan proses produksi di dalam suatu perusahaan
akan dipengaruhi oleh produktivitas kerja dari para karyawan.
Tinggi rendahnya produktivitas kerja para karyawan ini akan
mencerminkan produktivitas kerja dari perusahaan yang
bersangkutan. Tingginya produktivitas kerja para karyawan sangat
dipengaruhi oleh kondisi kerja yang ada, minat dan dorongan di
dalam diri karyawan tersebut untuk dapat bekerja dengan baik.
Minat dan dorongan untuk dapat bekerja dengan baik dari dalam diri
para karyawan ini disebut sebagai motivasi kerja.
Motivasi kerja merupakan hal yang sangat penting di
dalam pelaksanaan proses produksi, hal ini karena tingginya
produktivitas dari para karyawan yang bekerja di dalam
perusahaan sebagian besar akan ditentukan oleh kemauan para
karyawan untuk berbuat sesuatu.
Secara etimologis pengertian motivasi kerja berasal dari
kata motif yang artinya kebutuhan, keinginan, atau dorongan
(dari dalam) yang ada pada para karyawan, sedangkan motivasi
adalah kemauan untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Motivasi
kerja seseorang karyawan akan ditentukan oleh intensitas
motifhya. Dengan demikian, di dalam rangka usaha untuk
meningkatkan motivasi kerja para karyawan perusahaan, maka
manajemen perusahaan seharusnya dapat mengetahui kebutuhan
dan keinginan apa yang diperlukan oleh para karyawan atau hal apa
saja yang kiranya akan dapat dijadikan sebagai faktor pendorong
terhadap para karyawan yang bekerja pada perusahaan yang
bersangkutan.
Salah satu teori tentang motivasi yang terkenal dan sering
dipergunakan oleh perusahaan adalah teori hierarki kebutuhan
yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Teori hierarki
kebutuhan ini disusun berdasarkan atas dua anggapan dasar, yaitu:
Manajemen Operasi 148
kebutuhan manusia itu akan tergantung pekada apa yang
dipunyainya, dan kebutuhan manusia itu merupakan suatu hierarki
apabila dilihat dari pentingnya kebutuhan itu.
Kebutuhan manusia menurut Maslow terdiri dari lima
kategori, antara lain:
1) kebutuhan flsiologikal, yaitu kebutuhan dasar bagi
manusia untuk dapat mempertahankan kehidupannya.
Misalnya kebutuhan akan makan, minum, perumahan,
pakaian, dan lain sebagainya.
2) kebutuhan akan rasa aman, meliputi kebutuhan akan adanya
perlindungan dari rasa sakit, ketidakmampuan ekonomis,
keselamatan dan keamanan kerja, keselamatan, keluarga,
dan lain sebagainya.
3) kebutuhan sosial, di dalam hal ini para karyawan mulai
memikirkan adanya kebutuhan bahwa dirinya juga
diperlukan oleh para karyawan yang lain atau
oleh perusahaan. Rasa diterima dalam kelompok, dan
kebutuhan akan rasa saling mencintai termasuk di dalam
kategori kebutuhan sosial ini.
4) kebutuhan untuk memperoleh penghargaan, pengakuan, status,
prestise, dlsb.
5) kebutuhan akan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan
untuk dapat memperkembangkan potensi yang ada dalam
dirinya
sehingga dapat berkembang menjadi semaksimal mungkin.
Contohnya, seorang kepala bagian produksi akan berusaha
untuk dapat menjadi kepala bagian produksi yang baik pula.
Walaupun konsep tentang hierarki kebutuhan ini pada
umumnya dipergunakan oleh banyak perusahaan, namun demikian
tidak menutup adanya beberapa kemungkinan terdapatnya
beberapa hal yang merupakan kelemahan atau kesulitan
Manajemen Operasi 149
1)
pada umumnya akan terdapat kesulitan untuk melihat adanya
hierarki kebutuhan tersebut. Namun demikian nampaknya
terdapat dua macam kebutuhan yang dapat dipisahkan, yaitu
kebutuhan biologis dan kebutuhan yang lain apabila kebutuhan
biologis ini sudah terpenuhi;
2) intensitas tingkat hierarki kebutuhan yang lebih tinggi
untuk individu yang berbeda tentunya akan berbeda pula;
3) dirasakan terdapat kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi
tersebut bukannya semata-mata karena kebutuhan pada
tingkat di bawahnya sudah terpenuhi, melainkan karena
beberapa faktor lain, seperti terdapatnya peningkatan karier,
terdapatnya kenaikan jabatan, dan lain sebagainya;
4) terdapat kesulitan untuk mengukur terpuasinya suatu
kebutuhan yang dirasakan oleh para karyawan tersebut.
Teori yang lain tentang motivasi kerja yang sering pula
dipergunakan di dalam perusahaan pada umumnya adalah teori X
dan teori Y. Teori ini dijelaskan oleh Douglass McGregor yang
pada intinya adalah bahwa sikap dari manajemen perusahaan
terhadap para karyawan yang bekerja pada perusahaan yang
bersang-kutan akan dapat mempengaruhi motivasi kerja para
karyawan tersebut. Di dalam hal ini terdapat dua sikap dasar yang
sering dipergunakan oleh manajemen perusahaan, yaitu sikap yang
berdasarkan pada teori X dan sikap yang berdasarkan teori Y.
Beberapa anggapan dasar yang dipergunakan oleh teori X
ini adalah sebagai berikut.
1) pada umumnya, karyawan yang bekerja dalam
perusahaan adalah karyawan yang tidak suka bekerja,
2) kebanyakan karyawan tidak punya ambisi, tidak punya
tanggungjawab, dan tidak punya inisiatif. Pada umumnya
para karyawan tersebut lebih suka diberikan pengarahan
tentang apa yang harus mereka kerjakan,
Manajemen Operasi 150
3)
4)
5)
pada umumnya karyawan yang bekerja di dalam perusahaan
tidak mampu memecahkan persoalan yang ada secara kreatif,
karyawan pada umumnya akan terdorong untuk bekerja
karena kebutuhan fisiologikal dan kebutuhan akan keamanan,
dengan keadaan karyawan yang bekerja pada perusahaan
tersebut, maka karyawan harus dikendalikan secara ketat.
Dalam keadaan tertentu karyawan yang seringkali harus
dipaksakan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Adapun beberapa anggapan dasar yang dipergunakan oleh
teori Y tersebut, adalah sebagai berikut:
1) pada umumnya karyawan yang bekerja adalah merupakan
suatu hal yang biasa. Bekerja bukanlah merupakan hal yang
luar biasa dan bukan merupakan hal yang tidak disukai;
2) pengendalian terhadap diri sendiri merupakan hal yang sangat
penting di dalam mencapai tujuan perusahaan;
3) pada umumnya sebagian besar dari karyawan yang
bekerja dalam perusahaan mempunyai kemampuan
pemecahan masalah secara kreatif;
4) kebutuhan dirasakan oleh karyawan yang bekerja di dalam
perusahaan tersebut akan meliputi kebutuhan sosial,
kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan
aktualisasi diri selain pada kebutuhan yang lebih rendah;
5) pada umumnya karyawan kreatif dan dapat mengendalikan
dan mengarahkan dirinya sendiri, apabila cara pemberian
motivasi terhadap para karyawan tepat.
Di dalam usaha untuk dapat mengadakan peningkatan
motivasi kerja karyawan ini, sebenarnya masih terdapat beberapa
macam teori motivasi yang lain, antara lain teori dua faktor
(Herzberg), teori ekspektasi (Vroom), teori prestasi (McClelland,
Atkinson), dan lain-lainnya.
Manajemen Operasi 151
d. Tujuan secara terpadu
Para karyawan yang bekerja dalam perusahaan akan
terbagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan tugas-tugas
yang hams dilaksanakan. Para karyawan yang bekerja di dalam
perusahaan ini akan bekerja pada bagian-bagian yang berbeda,
lebih terperinci lagi pada seksi yang berbeda, atau bahkan di dalam
subseksi yang berbeda. Walaupun para karyawan ini bekerja di
dalam sebuah perusahaan yang sama, namun masalah yang
dihadapi dan diselesaikan oleh para karyawan tersebut secara
individual adalah tidak sama.
Pada umumnya para karyawan perusahaan hanya
mengetahui secara pasti tentang persoalan yang dihadapi sehariharinya yang terjadi di dalam bagian atau seksi di mana mereka
bekerja. Tidak jarang terjadi bahwa para karyawan (terutama para
karyawan tingkat menengah ke bawah) tidak mengetahui
permasalahan yang terjadi pada seksi atau bagian yang lain di dalam
perusahaan di mana mereka bekerja. Keadaan semacam ini akan
lebih terasa lagi pada perusahaan-perusahaan besar, di mana kantor
dan tempat kerja dari masing-masing bagian kadang-kadang
dipisahkan oleh jarak yang relatif cukup jauh. Jumlah bagian yang
cukup banyak, permasalahan masing-masing bagian yang cukup
kompleks, kesibukan sehari-hari dalam bagian masing-masing yang
sangat menyita waktu dan tenaga, kadang-kadang mengakibat-kan
para karyawan tidak mengetahui lagi kesibukan dan kegiatan dari
bagian yang lain selain bagian di mana mereka bekerja.
Para karyawan yang bekerja dalam perusahaan biasanya
hanya mengetahui tujuan dari bagian atau seksi di mana mereka
bekerja saja. Demikian pula rencana kerja dan kegiatan yang akan
dilaksanakan, hanya karyawan dari bagian yang bersangkutan saja
yang mengetahuinya. Padahal, di dalam rangka untuk mencapai
tujuan perusahaan secara umum, kadang terdapat pertentangan
Manajemen Operasi 152
kepentingan dari masing-masing bagian, sehingga seringkali terjadi
tujuan jangka pendek dari masing-masing bagian berbeda-beda,
bahkan kadang-kadang tujuan masing-masing bagian ini
mempunyai arah yang tidak selalu sama. Di dalam kedaaan seperti
ini, peranan dari manajemen perusahaan sebagai pembuat
kebijaksanaan dan pengambil keputusan harus benar-benar
ditonjolkan, sehingga para karyawan dapat mengerti tujuan
perusahaan di mana mereka bekerja. Dengan demikian, maka para
karyawan akan dapat mengerti dan memahami, bahwa yang
terpenting adalah pencapaian tujuan perusahaan secara terpadu,
dan bukannya tujuan bagian dalam perusahaan tersebut. Tujuan
yang hendak dicapai oleh bagian yang bersangkutan tidak lain
hanyalah untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan, dan
bukannya sekedar mencapai tujuan bagian yang tidak ada
kaitannya dengan tujuan perusahaan secara umum.
Di dalam jangka pendek, kadang-kadang terjadi adanya
kontradiksi dari tujuan masing-masing bagian di dalam
perusahaan. Namun demikian sebenarnya di dalam jangka panjang
tujuan masing-masing bagian akan menjadi pendukung
tercapainya tujuan perusahaan secara umum.
Adapun beberapa contoh terdapatnya kontradiksi dari tujuan
masing-masing bagian di dalam perusahaan, antara lain:
a. Bagian penjualan
Bagian penjualan dari suatu perusahaan biasanya akan berusaha
untuk melaksanakan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada para
langganan atau konsumen. Hal ini disebabkan karena bagian
penjualan mempunyai tujuan untuk mengadakan penjualan produk
perusahaan sebanyak-banyaknya. Untuk dapat menggairahkan para
calon pembeli terhadap produk perusahaan, maka bagian
penjualan akan mengadakan penjualan secara kredit dengan tingkat
bunga yang serendah-rendahnya dan persyaratan kredit yang
Manajemen Operasi 153
selunak mungkin. Dengan cara ini diharapkan akan meningkatkan
jumlah penjualan produk dari perusahaan yang bersangkutan.
Secara singkat bagian penjualan di dalam perusahaan-perusahaan
pada umumnya menghendaki adanya persyaratan kredit
penjualan yang selunak mungkin, jumlah produk akhir
secukupnya saja, dan variasi produk akhir yang sebanyakbanyaknya
b. Bagian produksi
Bagian produksi akan selalu berupaya untuk dapat berproduksi
pada tingkat yang paling optimal. Pada tingkat produksi yang
optimal ini akan diperoleh berbagai macam penghematan atau
efisiensi produksi di mana biaya produksi per unit produk akan
dapat ditekan menjadi serendah-rendahnya, sehingga harga
jual produk diharapkan akan dapat bersaing dengan produk
sejenis dari perusahaan yang lain. Pelaksanaan proses produksi
akan menjadi sangat efisien apabila produk yang dihasilkan
oleh perusahaan adalah produk tunggal, artinya hanya
terdapat satu produk yang diproduksikan oleh perusahaan
tersebut. Diproduksikannya satu macam produk saja, maka
perusahaan
akan memperoleh kemudahan di dalam melaksanakan proses
produksi dan jumlah produk yang dihasilkan di dalam setiap
periode tersebut adalah besar. Secara ringkas dapat dikatakan
bahwa bagian produksi di dalam perusahaan akan
menghendaki jumlah produk akhir adalah banyak dan variasi
produk akhir hampir tidak ada.
c. Bagian keuangan
Sudah menjadi hal yang sangat wajar apabila bagian keuangan
di dalam suatu perusahaan selalu menjaga agar likuiditas
perusahaan tidak terganggu, atau perusahaan tersebut selalu
dapat memenuhi segala kewajiban finansial jangka pendek.
Manajemen Operasi 154
Hal ini disebabkan oleh karena perusahaan yang dapat menjaga
likuiditasnya akan dapat lebih dipercaya baik oleh para
langganan maupun oleh para leveransir, dan dapat
melaksanakan operasi perusahaan tanpa adanya ketakutan
terhadap ketidakmampuan pembayaran dari perusahaan
tersebut. Perusahaan lain yang mempunyai hubungan
operasional dengan perusahaan tersebut juga merasa aman
karena tidak ada kekhawatiran bahwa perusahaan yang
bersangkutan akan mempunyai tunggakan yang sulit ditagih.
Sehubungan dengan usaha untuk dapat mempertahankan
likuiditas perusahaan dengan sebaik-baiknya dalam kaitannya
dengan penjualan produk perusahaan ini, maka mengingat
kepentingan bagian keuangan perusahaan sebaiknya mengadakan
penjualan produk tersebut dengan pembayaran tunai saja.
Dengan penjualan tunai ini maka perusahaan tidak perlu untuk
mengurusi masalah penagihan piutang perusahaan, yang
kadang-kadang dari seluruh piutang perusahaan yang ada, akan
terdapat sebagian yang tidak dapat ditagih sama sekali. Namun
demikian apabila perusahaan hams melaksanakan penjualan
kredit (mengingat penjualan secara tunai tidak akan mencapai
jumlah penjualan yang memadai), maka penjualan kredit ini
harus dilaksanakan dengan berbagai macam persyaratan
yang cukup ketat. Persyaratan penjualan kredit dari
perusahaan yang cukup ketat bertujuan agar penjualan kredit
tersebut sampai pada saat pembayarannya dapat direalisir
dengan mudah sehingga tidak menyulitkan keadaan keuangan
perusahaan.
Apabila perusahaan mengadakan penjualan kredit dengan syarat
yang sangat lunak dan seleksi pengambil kredit yang sangat
longgar, maka dikhawatirkan pada saat realisasi pembayaran
kredit ini akan mengalami kemacetan dan kesulitan sehingga
Manajemen Operasi 155
akibatnya akan dapat menyulitkan kedaan likuiditas
perusahaan. Di samping persyaratan penjualan kredit dan
seleksi pengambil kredit yang cukup ketat, maka dalam upaya
untuk menjaga likuiditas perusahaan, bagian keuangan sangat
perlu untuk membuat pembatasan anggaran yang akan
dipergunakan oleh bagian-bagian yang lain dalam perusahaan
yang bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh karena tanpa adanya
batas atas dari anggaran untuk masing-masing bagian di dalam
perusahaan, maka masing-masing bagian akan membuat
anggaran pengeluaran yang berlebihan sehingga akan
menimbulkan kesulitan keuangan bagi perusahaan. Secara
singkat bagian keuangan akan berusaha untuk dapat menentukan
batas atas anggaran untuk setiap bagian, dan membuat
parsyaratan penjualan kredit seketat mungkin.
d. Bagian personalia
Bagian personalia di dalam suatu perusahaan pada umumnya akan
menginginkan terdapatnya tingkat perputaran karyawan (labour
turn over) yang rendah. Tingkat perputaran karyawan yang tinggi
akan menyebabkan perusahaan akan mengeluarkan biaya tenaga
kerja yang lebih besar. Biaya penarikan dan pengembangan tenaga
kerja akan semakin besar apabila tingkat perputaran karyawan
dalam perusahaan yang bersangkutan cukup tinggi. Biaya
penarikan dan pengembangan para karyawan tersebut menjadi
tidak sebanding lagi dengan manfaat yang diperoleh perusahaan
apabila para karyawan yang bekerja tersebut dalam waktu yang
relatif pendek sudah keluar dari perusahaan yang bersangkutan. Di
samping itu ketrampilan para karyawan baru akan berbeda dengan
para karyawan yang sudah lama bekerja, sehingga produktivitas
kerja para karyawan secara keseluruhan akan menurun dengan
semakin sering terjadi pergantian karyawan perusahaan.
Untuk mengusahakan agar tingkat perputaran karyawan berada
Manajemen Operasi 156
e.
pada tingkat yang rendah, maka bagian personalia akan berusaha
keras untuk dapat membuat para karyawan selalu loyal kepada
perusahaan yang bersangkutan. Pencapaian hal tersebut dapat
dilaksanakan dengan berusaha memenuhi segala kebutuhan para
karyawan tersebut. Misalnya dengan memberi gaji yang layak,
menyediakan fasilitas olah raga, membuat program rekreasi akhir
tahun, dan lain sebagainya. Dalam usaha untuk mengadakan
peningkatan produktivitas kerja karyawan, bagian personalia
umumnya akan menghendaki batas anggaran setinggi mungkin, dan
penyediaan fasilitas yang cukup untuk para karyawan perusahaan
Bagian pemeliharaan
Bagian pemeliharaan akan selalu berusaha agar mesin dan peralatan
produksi yang dipergunakan selalu berada dalam keadaan siap
pakai dan tidak menimbulkan gangguan di dalam pelaksanaan
proses produksi. Sehubungan dengan kepentingan bagian
pemeliharaan, maka di dalam setiap pembelian mesin dan peralatan
produksi perlu diperhatikan kualitas dari mesin dan peralatan
produksi tersebut. Pemilihan mesin dan peralatan produksi yang
berkualitas tinggi akan diperlukan jumlah dana yang cukup besar
baik untuk pembelian maupun pemeliharaan rutinnya.
Hal-hal tersebut di atas merupakan contoh dari terdapatnya
kontradiksi yang ada pada tujuan jangka pendek dalam suatu
perusahaan. Masing-masing bagian di dalam perusahaan akan saling
menonjolkan tujuan dari bagiannya dan pada umumnya agak kurang
memperhatikan kepentingan bagian yang lain walaupun berada dalam
sebuah perusahaan yang sama. Keadaan ini akan bertambah jelek lagi
apabila hubungan antar karyawan tidak baik, kepentingan yang
diutarakan sudah bukan lagi kepentingan perusahaan melainkan sudah
mengarah kepada pemenuhan kepentingan pribadi dengan
mempergunakan kedok kepentingan bagian perusahaan tersebut.
Manajemen Operasi 157
Keadaan yang buruk di dalam suatu perusahaan akan dapat
dihindarkan dengan cara pemberian pengarahan yang cukup dari
manajemen perusahaan kepada masing-masing bagian yang ada. Perlu
ditekankan bahwa apabila masing-masing bagian di dalam perusahaan
selalu mementingkan tujuan jangka pendek dari bagian yang
bersangkutan, maka tujuan perusahaan secara keseluruhan tidak akan
tercapai. Perusahaan hanya akan dapat mencapai tujuan umumnya
apabila setiap bagian yang ada dapat menyesuaikan tujuan jangka
pendeknya dengan tujuan umum perusahaan. Jadi sebenarnya masingmasing bagian harus melihat dahulu tujuan perusahaan secara umum,
baru kemudian menterjemahkannya ke dalam tujuan masing-masing
bagian. Dengan demikian, maka tujuan perusahaan akan dapat dicapai
secara bersama oleh masing-masing bagian dalam perusahaan.
Penjelasan dan pengarahan pencapaian tujuan secara terpadu
ini akan sangat perlu dilaksanakan dalam rangka pembinaan
hubungan antar karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan.
Tujuan yang perlu dicapai secara bersama-sama adalah tujuan
perusahaan, dan bukan sekedar penonjolan dari tujuan masingmasing bagian.
Rasa persatuan dan kesatuan sebagai karyawan perusahaan
sangat diperlukan untuk dapat menciptakan hubungan karyawan yang
baik. Pada perusahaan-perusahaan besar, di mana dimungkinkan
seorang karyawan sangat sulit untuk berkomunikasi dengan karyawan
pada bagian lain, maka penanaman rasa kebersamaan sebagai satu
kesatuan karyawan mutlak diperlukan. Penanaman rasa kebersamaan ini
akan dapat membuahkan hubungan kerja yang baik sehingga
produktivitas kerja para karyawan akan dapat ditingkatkan menjadi
semaksimal mungkin. Di dalam hal ini kiranya sangat perlu untuk
diingatkan bahwa pembentukan bagian atau departemen di dalam
perusahaan adalah untuk mempermudah tercapainya tujuan umum
perusahaan dan bukan untuk menjauhkannya.
Manajemen Operasi 158
BAB VII
LUAS PRODUKSI DAN POLA PRODUKSI
Salah satu aspek terpenting dalam perencanaan produksi adalah
menentukan berapa unit produk yang akan dihasilkan oleh suatu
perusahaan atau unit bisnis tertentu. Penentuan besaran output ini menjadi
penting, karena berkaitan langsung dengan besarnya keuntungan yang
akan diperoleh nanti. Dengan kata lain, apabila salah dalam
menentukan atau merencanakan jumlah produk yang akan dihasilkan
(atau biasa disebut luas produksi), maka akan dapat meng-akibatkan
keuntungan yang diperoleh menjadi berkurang atau bahkan bisa
mendatangkan kerugian bagi perusahaan.
Perencanaan luas produksi yang kurang tepat dapat
mengakibatkan jumlah produk yang dihasilkan terlalu besar sehingga
semuanya tidak habis terjual. Hal ini akan menjadi beban bagi
perusahaan, karena biaya penyimpanan akan membengkak, dan belum lagi
Manajemen Operasi 159
kerusakan-kerusakan produk yang harus ditanggung perusahaan sebagai
akibat dari over produksi tersebut. Sebaliknya dapat pula terjadi jumlah
yang dihasilkan terlalu kecil sehingga kapasitas peralatan yang ada belum
dimanfaatkan secara optimal. Hal ini akan membawa akibat tingginya
biaya produksi per satuan yang akan menjadi penyebab tingginya harga
pokok produk yang bersangkutan. Jadi jelaslah bahwa luas produksi
perlu direncanakan dengan tepat agar perusahaan dapat mencapai
keuntungan yang sebesar-besarnya.
A. Pengertian Luas Produksi
Luas produksi merupakan jumlah atau volume hasil produksi
yang seharusnya diproduksikan oleh suatu perusahaan dalam suatu
periode. Luas produksi adalah juga suatu ukuran akan berapa banyak
barang-barang yang diproduksi oleh suatu perusahaan. Banyaknya
barang-barang diproduksi, di sini tidaklah berarti hanya terhadap satu
jenis barang saja, tetapi meliputi banyaknya jenis-jenis barang yang
dihasilkan.Jadi pengertian luas produksi merupakan ukuran terhadap
apa dan berapa banyak barang-barang yang diproduksi oleh suatu
perusahaan tertentu. Semakin banyak barang yang diproduksi, baik
jumlahnya maupun jenisnya, semakin besar luas produksinya. Luas
produksi perusahaan perlu direncanakan dan dipertimbangkan dengan
cermat agar tidak terlalu besar atau terlalu kecil.
Luas produksi yang terlalu besar berakibat;
a. investasi besar, baik bahan baku dan bahan penolong atau
bahkan mungkin pula investasi terhadap aktiva tetap
b. merosotnya harga jual
c. bertambahnya biaya penyimpanan atau pergudangan dan
pemeliharaan bahan
d. bagi perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam
produk akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan produk
jenis lain diperluas, karena bahan baku, bahan penolong, tenaga
kerja dan mesin serta peralatan produksi yang dimiliki
Manajemen Operasi 160
akan dikerahkan untuk memproduksi jenis produk yang
bersangkutan.
Luas produksi yang terlalu kecil berakibat;
a. Perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen,
akibanya langganan akan berpindah ke perusahaan lain
b. Harga pokok menjadi tinggi (baik harga pokok produksi
maupun harga pokok penjualan) akibatnya permintaan akan
menjadi berkurang. Hal ini disebabkan karena biaya tetap hanya
dipikul oleh volume produksi yang kecil saja sehingga biaya tetap
per satuannya menjadi tinggi.
Luas produksi adalah kapasitas yang dipergunakan di dalam
perusahaan. Besarnya luas produksi ini dapat berubah-ubah antara
satu periode dengan periode yang lain di dalam jangka pendek.
Untuk mengukur besarnya luas produksi dapat dipergunakan
bermacam-macam variabel, misalnya banyaknya atau jumlah produk
yang diproduksikan, besarnya bahan baku yang dapat diserap,
besarnya jumlah jam kerja tenaga kerja langsung, besarnya jam mesin,
atau besarnya biaya tenaga kerja langsung. Walaupun demikian,
variabel yang umum digunakan adalah banyaknya produk atau
jumlah produk yang dihasilkan.
Agar tidak membingungkan, maka pengertian luas produksi
perlu dibedakan dengan pengertian luas perusahaan, meskipun
luas perusahaan itu merupakan luas produksi yang bersangkutan.
Hal ini terjadi bila luas perusahaanitu ditentukan oleh luas
produksinya (produk yang dihasilkan). Sebab untuk menentukan
luas perusahaan, maka luas produksi bukanlah merupakan satusatunya ukuran, sehingga belum tentu luas produksi merupakan
luas perusahaan. Luas perusahaan merupakan kapasitas yang
tersedia atau kapasitas yang terpasang di dalam suatu perusahaan
tertentu. Perubahan luas perusahaan umumnya akan terjadi dalam
jangka panjang. Variabel yang digunakan untuk mengukur luas
Manajemen Operasi 161
perusahaan sama dengan variabel untuk mengukur luas produksi.
Dengan demikian maka luas produksi bisa sama besarnya dengan
luas perusahaan atau lebih kecil dari luas perusahaan. Luas
perusahaan dapat diukur berdasarkan:
h. Bahan dasar yang dipergunakan
Jumlah bahan dasar yang dapat dikerjakan oleh perusahaan untuk
memproduksi barang-barang dapat dipakai sebagai ukuran luas
perusahaan. Ukuran ini dapat dipakai apabila bahan dasar
tertentu mendominir seluruh proses produksi. Contoh: bahan
dasar susu dalam pabrik mentega dan keju.
i. Barang yang dihasilkan
Ukuran ini dipakai bila perusahaan menghasilkan barang tertentu
yang dibuat dari berbagai bahan dasar yang kurang lebih sama
pentingnya. Contoh: Perusahaan rokok kretek yang membuat
rokok dari tembakau dan cemgkeh.
j. Mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan
Alat-alat produksi tahan lama tertentu yang mengambil
tempat utama dalam perusahaan tersebut.
Contoh: mesin tenun dalam pabrik tekstil.
d. Tanah dalam perusahaan pertanian.
e. Jumlah tenaga kerja yang dipergunakan
Ukuran ini dapat dipakai, di mana bahan dasar yang diolah dan
barang-barang dihasilkan bersifat beraneka ragam. Contoh:
jumlah buruh dalam perusahaan meubel. Atau jumlah buruh
dalam perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan.
Jadi jelaslah bahwa dalam keadaan tertentu suatu perusahaan
mempunyai luas perusahaan yang ditentukan atau diukur dari luas
produksinya. Dalam hal ini luas produksi menjadi penentu dan
menjadi sama dengan luas perusahaan. Sedangkan dalam hal lain
luas perusahaan akan berbeda dengan luas produksinya. Misalnya
suatu jenis perusahaan yang luas perusahaannya ditentukan
Manajemen Operasi 162
berdasarkan banyaknya tenaga kerja, maka banyaknya barang yang
dihasilkan tidak dihiraukan di dalam penentuan luas perusahaannya.
Meskipun pada suatu saat jumlah barang yang dihasilkan oleh
perusahaan hanya sedikit tetapi kalau jumlah tenaga kerja cukup
banyak maka perusahaan tersebut tetap merupakan perusahaan besar.
Selain itu luas perusahaan ditentukan untuk jangka panjang,
sedangkan luas produksi ditentukan untuk jangka pendek. Luas
produksi dapat beruba-ubah pada setiap saat (periode) sedangkan
luas perusahaan tidak.
B. Faktor-Faktor Yang Membatasi Luas Produksi
Luas produksi dibatasi oleh sejumlah faktor. Faktor-faktor kendala
(constraint} ini terdiri atas :
a. Tersedianya bahan baku.
Jumlah bahan baku yang tersedia akan menjadi batasan dalam
penentuan luas produksi. produksi tidak akan dapat
dilaksanakan melebihi jumlah kemampuan bahan baku yang
tersedia. Setiap satuan produk memerlukan sejumlah bahan baku
tertentu dan berbeda dengan keperluan untuk satuan produk yang
lain.
b. Tersedianya kapasitas mesin dan peralatan produksi yang
dimiliki.
Kapasitas mesin merupakan batasan dalam memproduksi
sesuatu produk tertentu. Perusahaan tidak akan dapat
memproduksi barang dengan jumlah yang melebihi kemampuan
mesin-mesin dan peralatan produksi yang dimilikinya. Meskipun
jumlah permintaan yang masuk pada perusahaan tersebut sangat
besar, ataupun jumlah bahan baku yang tersedia besar sekali.
c. Tersedianya tenaga kerja.
Sebagai salah unsur utama dalam pelaksanaan produksi dalam
perusahaan, ketersediaan tenaga kerja merupakan faktor utama
Manajemen Operasi 163
yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan luas produksi.
produksi tidak dapat dilaksanakan melebihi jumlah tenaga kerja
yang tersedia di dalam perusahaan yang bersangkutan.
d. Tersedianya dana.
Jumlah dana yang tersedia atau yang dimiliki oleh perusahaan
untuk keperluan produksi merupakan sumber pembiayaan segala
keperluan perusahaan. Dana yang tersedia akan membatasi
kemampuan perusahaan untuk berproduksi. Sumber pembiayaan
dapat ditambah dengan pinjaman atau kredit dari bank. Uang
kas bersama dengan kredit yang tersedia merupakan batasan
dalam penentuan luas produksi.
e. Batasan permintaan pasar.
Untuk menentukan besarnya permintaan produk perusahaan
diperlukan ramalan (forecasting), terutama ramalan penjualan
(sales forecast). Ramalan ini akan menentukan berapa banyaknya
produk yang dapat terjual pada tingkat harga tertentu. Pada
perusahaan yang memproduksi barang-barang untuk pesanan
jumlah ini dapat diperoleh dari banyaknya pesanan yang masuk.
Sedangkan bagi perusahaan yang memproduksi untuk keperluan
persediaan dan pasar, persoalannya akan menjadi kompleks dan
menuntut adanya ramalan yang teliti.
C. Teknik Penentuan Luas Produksi
Luas produksi dapat ditentukan dengan berbagai cara, yaitu :
a. Pendekatan marginal cost marginal revenue
Marginal cost adalah tambahan biaya yang dikeluarkan sebagai
akibat adanya penambahan volume produksi, sedangkan
marginal revenue adalah tambahan pendapatan yang diperoleh
sebagai akibat adanya tambahan volume produksi. Menurut
pendekatan ini luas produksi optimal dicapai pada saat marginal
cost sama denga marginal revenue (MC = MR). Pada titik ini
Manajemen Operasi 164
perusahaan akan mencapai keuntungan maksimal. Agar lebih jelas
dapat ditelusuri melalui ilustrasi dalam tabel berikut ini:
Tabel20.Analisis Biaya dan Pendapatan Marginal
Harga/
satuan
(Rp)
20
18
18
14
12
10
8
Jumlah
(unit)
Pendapatan
total (Rp)
20.000
40.000
80.000
80.000
100.000
120.000
140.000
400.000
720.000
860.000
1.120,000
1.200.000
1.200.000
1.120.000
Biaya
perunit
(Rp)
140.000
280.000
420.000
560.000
700.000
840.000
980.000
Biaya
Biaya total
tetap
(Rp)
(Rp)
300.000 440.000
300.000 580.000
300.000 720.000
300.000 860.000
300.000 1.000.000
300.000 1.140.000
300.000 1.280.000
Keuntungan
(Rp)
40.000
140.000
240.000
260.000
200.000
60.000
160.000
Pendapatan
marginal
(Rp)
320.000
240.000
140.000
80.000
0
80.000
Biaya
Marginal
(Rpl)
140.000
140.000
140.000
140.000
140.000
140.000
Jadi luas produksi yang dapat menghasilkan keuntungan maksimal
bagi perusaahaan adalah sebesar 80.000 unit.
b. Pendekatan break even point
Luas produksi juga dapat ditentukan dengan menggunakan
analisis break even. Untuk mencari titik break even atau titik
pulang pokok digunakan rumus :
Biaya tetap
BE P = - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1X biaya variabel/harga jual
Penggunaan rumus ini dilakukan jika diasumsikan bahwa hubungan
antara volume produksi/penjualan dengan biaya dan pendapatan
adalah linear. Dengan demikian dalam bentuk grafik pendekatan
ini akan terlihat sebagai berikut:
Manajemen Operasi 165
Gambar 19. Hubungan antara biaya dan pendapatan
Selanjutnya, apabila hubungan antara biaya dan pendapatan tidak linear
maka analisis break even dapat dilaksanakan seperti ilustrasi dalam tabel
dan gambar berikut ini:
Tabel 21. Kuantitas, biaya produksi, harga, pendapatan dan rugi/laba
Harga Pendapatan Biaya Biaya Biaya
Rugi/laba
Kuantitas
total
tetap
variabel
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
0
4
0
400
400
0
(400)
100
4
400
1.000
400
600 (600)
200
4
800
1.300
400
900 (500)
300
4
1.200
1.500
400
1.100
(300)
400
4
1.600
1.600
400
1.200
0
500
4
2.000
1.700
400
1.300
300
600
4
2.400
1.850
400
1.450
550
700
4
2.800
2.100 400
1.700
700
750
4
3.000
2.265
400
1.865
735
800
4
3.200
2.500 400
2.100
700
900
4
3.600
3.600 400
3.200
0
Dalam bentuk grafiks, analisis break even ini nampak sebagai
berikut:
Manajemen Operasi 166
Gambar 20. Grafik analisis break even
Jadi luas produksi optimal menurut pendekatan break even adalah
sebesar 750 unit, dengan jumlah keuntungan sebesar Rp. 735,c. Pendekatan linear programming
Linear programming dapat digunakan untuk menentukan luas
produksi optimal, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang
memproduksikan lebih dari satu jenis produk. Jadi dengan linear
programming dapat ditentukan kombinasi produksi yang dapat
memberikan keuntungan maksimal.
Pemecahan masalah dengan linear programming dapat dilakukan
dalam tiga cara yaitu cara aljabar, cara grafik, dan simpleks. Dalam
pembahsan ini hanya cara grafik yang akan diuraikan, sedangkan
kedua cara yang lain dapat pembaca telusuri pada materi kuliah
riset operasi.
Misalnya, untuk contoh kasus berikut ini: Diketahui kapasitas
mesin 1 tersedia sebanyak 24 jam, mesin 2 sebanyak 26 jam.
Penjualan produksi Xj terbatas 12 satuan sedangkan penjualan
produk X2 tidak terbatas. Waktu produksi pada masing-masing
mesin untuk produk Xi dan X2 sebagai berikut:
Manajemen Operasi 167
Tabel 22. Waktu produksi mesin untuk
produk X
PRODUK X,
Produk X2
Mesin 1
1 jam
2 jam
Mesin 2
2 jam
1 jam
Keuntungan per satuan produk Xi Rp. 6 dan untuk X2 Rp. 4.
Masalah yang dihadapi adalah menentukan jumlah Xi dan X2 agar
diperoleh keuntungan maksimum.
Pemecahan.
Persoalan tersebut di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Max. Z = 6X1 + 4X2
(fungsi tujuari) Dengan
pembatas (kendala):
X1 + 2
X2 ≤
24
2
2X1 +
X2 ≤
26
X1
≤ 12
D. Pengertian pola produksi
Pola produksi adalah distribusi dari produksi tahunan ke
dalam periode yang lebih kecil (misalnya bulanan). Atau dengan
perkataan lain, pola produksi adalah bagaimana jumlah produksi
selama satu tahun ini akan didistribusi ke dalam masing-masing bulan,
Manajemen Operasi 168
minggu, hari, dan sebagainya.
Pola produksi merupakan bagian dari perencanaan produksi
yang menentukan tingkah laku produksi untuk menghasilkan volume
produksi tertentu pada suatu satuan waktu jangka pendek. Dalam
kondisi ini terlihat bahwa tingkat persaingan dalam memasarkan hasil
produksi amatlah ketat, sehingga memaksa setiap perusahaan untuk
mengadakan perencanaan produksi berdasarkan pada perencanaan
penjualan yang akan dicapai perusahaan pada periode tertentu.
Berkaitan dengan perencanaan produksi maka setelah
diadakan perencanaan tentang volume penjualan akan dapat diketahui
berapa besarnya volume produksi yang harus dihasilkan perusahaan
pada suatu periode waktu tertentu. Setelah ditentukan jumlah produksi
pada periode tertentu, maka selanjutnya mendistribusikan ke dalam cara
untuk mencapai volume produksi tersebut apakah sama besarnya setiap
waktu, atau bervariasi dari waktu ke waktu.
E Jenis-Jenis Pola Produksi
Secara umum dikenal tiga macam pola produksi, yaitu pola
produksi konstan, pola produksi bergelombang, dan pola produksi
moderat.
a. Pola Produksi Konstan
Pola produksi konstan (pola produksi yang stabil/lebih
mementingkan adanya stabilitas produksi) adalah suatu distribusi
dari jumlah produksi selama satu tahun ke dalam jumlah produksi
setiap bulan, di mana jumlah produksi dari bulan ke bulan tersebut
adalah sama (konstan) atau relatif sama.
c. Pola Produksi Bergelombang
Pola produksi bergelombang (pola produksi yang menitikberatkan
kepada adanya stabilitas persediaan) adalah suatu distribusi dari
jumlah produksi selama satu tahun ke dalam jumlah produksi setiap
bulan, di mana jumlah produksi dari bulan ke bulan tersebut adalah
Manajemen Operasi 169
selalu berubah mengikuti perubahan tingkat penjualan dalam
perusahaan yang bersangkutan.
d. Pola Produksi Moderat
Pola produksi moderat adalah suatu distribusi jumlah produksi
selama satu tahun ke dalam jumlah jumlah produksi setiap bulan
di mana baik jumlah produksinya maupun jumlah persediaan
barang jadi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan ini
akan berubah-ubah untuk menutup perubahan-perubahan yang ada
di dalam penjualan produk perusahaan tersebut.
Contoh Perhitungan Pola Produksi
Sebuah perusahaan mempunyai rencana penjualan produknya
selama satu tahun adalah sebagai berikut:
Tabel 23. Rencana Penjualan perusahaan
No
Bulan
Penjualan (Unit)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Mi
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
2.000
4.000
5.000
8.000
9.000
8.000
7.000
6.000
4.000
2.000
2.000
3.000
Atas dasar rencana penjualan produk tersebut di atas,
manajemen perusahaan mencoba menyusun perencanaan produksinya
dengan menerapkan ketiga pola produksi tersebut, kemudian diadakan
Manajemen Operasi 170
analisis dari masing-masing pola produksi tersebut sehingga didapatkan
pola produksi yang paling sesuai.
Dari tabel di atas diketahui bahwa perkiraan penjualan selama
satu tahun adalah 60.000 unit. Besarnya persediaan awal barang jadi
pada akhir tahun adalah 10.000, sedangkan rencana persediaan akhir
dari barang jadi adalah sama dengan persediaan awal yang ada, yaitu
sebesar 10.000 unit. Oleh karena besarnya persediaan awal barang jadi
ini sama dengan besarnya rencana persediaan barang jadi tersebut, maka
hal ini akan berarti besarnya jumlah produksi selama satu tahun akan
sama dengan rencana jumlah penjualan selama satu tahun tersebut, yaitu
sebesar 60.000 unit.
Penvelesaiannya:
Pola Produksi Konstgn
Dalam pola produksi ini, tingkat produksi dari suatu bulan dengan bulan
yang lain adalah sama atau relatif sama. Dengan demikian besarnya
jumlah produksi selama satu tahun akan dibagi dalam 12 bulan,
sehingga besarnya produksi setiap bulan adalah sama dengan 5.000 unit.
Jumlah persediaan barang jadi yang ada dalam perusahaan ini akan naik
bertambah atau berkurang, akan tergantung kepada fluktuasi penjualan
produk dalam perusahaan yang bersangkutan. Apabila jumlah
penjualan produk mengalami kenaikan, maka tingkat persediaan
barang jadi yang ada dalam perusahaan ini akan mengalami
penurunan. Demikian pula sebaliknya, apabila jumlah penjualan produk
mengalami penurunan, maka tingkat persediaan barang jadi yang ada
dalam perusahaan ini justru akan mengalami kenaikan.
Tabel 24. Pola produksi konstan
No
Bulan
Persediaan awal
Produksi
Penjualan
Persediaan akhir
Manajemen Operasi 171
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
10.000
13.000
14.000
14.000
11.000
7.000
4.000
2.000
1.000
2.000
5.000
8.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
2.000
4.000
5.000
8.000
9.000
8.000
7.000
6.000
4.000
2.000
2.000
3.000
13.000
14.000
14.000
11.000
7.000
4.000
2.000
1.000
2.000
5.000
8.000
10.000
Persediaan barang jadi yang paling tinggi jumlahnya adalah
sama dengan 14.000 unit, sedangkan jumlah persediaan yang paling
rendah adalah 1.000 unit. Jadi selisih persediaan barang jadi yang
tertinggi dengan yang terendah adalah sama dengan 13.000 unit
Pola Produksi Bergelombang
Dalam pola produksi bergelombang ini jumlah produksi dari
bulan yang satu dengan bulan yang lain akan mengalami kenaikan
atau penurunan yang disesuaikan dengan penjualan produk
perusahaan yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan. Apabila
dalam dalam suatu bula terdapat kenaikan penjualan maka jumlah
produksi dalam bulan tersebut akan dinaikkan pula. Sebaliknya,
apabila jumlah penjualan pada suatu bulan mengalami penurunan,
maka jumlah produksi dalam perusahaan ini akan diturunkan pula.
Tabel 25. Pola Produksi Bergelombang
No.
Bulan
Persediaan awal Produksi
Penjualan
Persediaan
akhir
Manajemen Operasi 172
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
2.000
4.000
5.000
8.000
9.000
8.000
7.000
6.000
4.000
2.000
2.000
3.000
2.000
4.000
5.000
8.000
9.000
8.000
7.000
6.000
4.000
2.000
2.000
3.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
10.000
Jumlah produksi yang tertinggi 9.000 unit, sedangkan yang
rendah adalah 2.000 unit. Jadi selisih produksi yang tertinggi dengan
yang terendah adalah sama dengan 7.000 unit.
Pola Produksi Moderat
Dengan mempergunakan pola produksi moderat ini pengaruh
adanya perubahan-perubahan jumlah penjualan dalam perusahaan
akan didistribusikan kepada tingkat produksi dan jumlah penjualan
dalam perusahaan yang bersangkutan. Apabila terjadi kenaikan
penjualan, maka tingkat produksi akan dinaikkan untuk menutup
sebagian kenaikan penjualan tersebut, sedang sebagian yang lain
akan diambilkan dari persediaan yang ada dalam perusahaan ybs.
Sebaliknya seandainya terjadi penurunan penjualan perusahaan,
sebagian dari penurunan ini akan diikuti oleh penurunan tingkat
produksi, sedangkan sebagian yang lain akan dimasukkan dalam
persediaan barang jadi dalam perusahaan tersebut.
Tabel 26. Pola Produksi Moderat
No
Bulan
Persediaan
Produksi Penjualan Persediaan
awal10.000
akhir
1
Januari
3.000
2.000
11.000
2
Februari
11.000
4.000
4.000
11.000
3
Maret
11.000
5.000
5.000
11.000
Manajemen Operasi 173
4
April
11.000
7.000
8.000
10.000
5
6
7
Mei
Juni
Juli
10.000
8.000
7.000
7.000
7.000
7.000
9.000
8.000
7.000
8.000
7.000
7.000
8
Agustus
7.000
7.000
6.000
8.000
9
September
8.000
4.000
4.000
8.000
10
11
Oktober
Nopember
8.000
10.000
4.000
3.000
2.000
2.000
10.000
11.000
12
Desember
11.000
3.000
3.000
11.000
Jumlah persediaan yang tertinggi adalah 11.000 unit,
sedangkan jumlah persediaan yang terendah adalah 7.000 unit. Di
samping tingkat produksi yang tertinggi adalah 7.000 unit sedangkan
tingkat produksi yang terendah adalah 3.000 unit. Sehingga dengan
demikian selisih antara jumlah persediaan barang jadi dalam
perusahaan tersebut yang tertinggi dan terendah adalah 4.000 unit,
sedangkan selisih tingkat produksi yang tertinggi dengan terendah
adalah 4.000 unit.
Beberapa altematif pola produksi yang dapat dipilih bila
diperbandingkan antara satu dengan yang lain akan kelihatan sbb:
Tabel 27. Alternatif pola produksi yang dipilih
No Pola produksi
1
2
3
Konstan
Bergelombang
Moderat
Persediaao
Tertiaggi Terendah Selisih
Produksi
Tertinggi
Terendah
Selisih
14.000
10.000
11.000
5.000
9.000
7.000
0
7.000
4.000
1.000
10.000
7.000
13.000
0
4.000
5.000
2.000
3.000
F. Faktor-Faktor Penentuan Pola Produksi
Untuk menentukan pola produksi mana yang sebaiknya dipilih
oleh perusaahaan, maka ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
Manajemen Operasi 174
a. Pola penjualan
Volume penjualan akan mempengaruhi pola produksi perusahaan.
Misalnya terjadi suatu pola penjualan yang tidak konstan
(bergelombang), haruskah perusahaan memakai pola produksi
yang bergelombang juga? Jawabnya belum pasti, sebab ini
bergantung dari besamya incremental cost (tambahan biaya) yang
ada pada setiap pola produksi.
b. Incremental Cost
Incremental cost atau pola biaya yang perlu diperhitungkan
meliputi:
1) Biaya perputaran tenaga kerja (labour turn over cost),
yaitu biaya yang diperlukan untuk mencari, mendapatkan,
menarik, melatih, dan mempertahankan tenaga kerja selama
satu periode produksi. Biaya ini akan relatif besar pada
perusahaan yang menggunakan pola produksi bergelombang.
Hal ini disebabkan karena pada pola produksi yang
bergelombang kebutuhan tenaga kerja juga bergelombang
sehingga pada saat-saat tertentu perlu ada tambahan biaya
dan pada saat tertentu perlu ada pengeluaran-pengeluaran
tenaga kerja yang dibutuhkan. Di dalam pola produksi yang
konstan, biaya ini boleh dikata tidak ada atau kecil sekali
sebab kebutuhan tenaga kerja selalu sama
2) Biaya penyimpanan (carrying cost), yaitu biaya
penyimpanan hasil-hasil produksi yang tidak atau belum
laku terjual. Pada saat di mana jumlah yang diproduksi lebih
besar dari volume penjualannya, kelebihan ini perlu disimpan
untuk memenuhi penjualan pada saat berikutnya.
3) Bjaya Jembur (over time premium cost), yaitu tambahan
upah yang diberikan karena adanya kerja lembur yang
disebabkan naiknya volume produksi, dimana volume
produksi ini telah melebihi kapasitas maksimal. Premi atau
Manajemen Operasi 175
tambahan upah yang diberikan ini merupakan upah kerja
lembur (over time premium cost). Biaya ini biasanya
terdapat pada pola produksi bergelombang atau moderat.
4) Biaya sub kontrak (subcontracting cost), yaitu biaya
yang timbul karena perusahaan memesan atau membeli
barang pada perusahaan lain yang membuat/menjual barang
yang diproduksi oleh perusaahaan pemesan/pembeli. Biaya
ini adalah sama dengan harga barang yang dibeli dari
perusahaan lain dikurangi dengan harga pokok barang bila
dibuat/diproduksi sendiri. Hal ini terjadi karena volume
penjualan melebihi kapasitas maksimal produksi.
Perusahaan perlu memesan kepada perusahaan lain untuk
memenuhi kebutuhan dan permintaan langganan agar
mereka tidak lari atau pindah menjadi langganan perusahan
lain.
Dalam menentukan pola produksi mana yang paling tepat dipilih
oleh perusahaan, dapat digunakan analisis biaya tambahan
(incremental cost) dari biaya-bi aya yang telah disebutkan di atas.
Biaya tambahan ini dapat terjadi bila luas produksi dibagi-bagi
dalam periode pendek yang dapat mengakibatkan kenaikan biayabiaya tersebut di atas. Setiap pola produksi akan mempunyai
incremental cost yang berbeda, oleh karena itu pola produksi yang
sebaiknya dipilih oleh perusahaan adalah pola produksi yang
mempunyai incremental cost yang paling rendah.
G. Teknik Perhitungan Penentuan Pola Produksi
Untuk memahami cara perhitungan penentuan pola produksi,
contoh kasus yang diikuti dengan cara pemecahannya sbb:
Misalkan suatu perusahaan mempunyai mesm-mesin produksi dengan
kapasitas maksimum sebesar 5000 unittiap triwulan, sedang kapasitas
normalnya sebesar 4000 unit per triwulan. Pola penjualan yang
dihadapi oleh perusahaan adalah pola penjualan bergelombang, yaitu:
Manajemen Operasi 176
Triwulan I
= 4.000 unit
Triwulan II - 2.000 unit
Triwulan III = 3.000 unit
Triwulan IV = 6.500 unit
Untuk memenuhi penjualan tersebut, perusahaan akan memilih
salah satu dari 3 alternatif pola produksi yang diajukan yaitu :
a. Pola produksi yang konstan sebesar 3.500 unit tiap triwulan.
b. Pola produksi bergelombang mengikuti penjualan yang ada,
selama masih dapat dicapai dengan kapasitas mesin-mesinnya.
c. Pola produksi moderat yang besarnya 3.000 unit pada triwulan I
dan II, sedangkan pada triwulan III dan IV besarnya 4.000 unit.
Data-data lain yang diketahui:
Biaya penyimpanan digudang sebesar Rp. 75,- / unit / triwulan.
Setiap kenaikan produksi sebesar 50 unit per triwulan akan
mengakibatkan tambahan tenaga kerja 2 orang dengan biaya
penarikan tenaga kerja sebesar Rp. 2.000,- / orang. Penarikan
tenaga kerja akan dilakukan sampai pada kapasitas normal,
sedangkan penurunan biaya produksi tidak diperlukan biaya.
Untuk menutup kekurangan produksi dengan volume
pemnjualannya, perusahaan akan mengadakan kontrak
pembelian barang tersebut dari perusahaan lain dengan biaya
sebesar Rp. 50,- / unit.
Upah kerja lembur yang dibayarkan apabila volume produksi
melebihi kapasitas normal adalah sebesar Rp. 50,- / unit kwartal.
Dari data-data tersebut di atas, bagaimanakah pola produksi yang
sebaiknya dilaksanakan oleh perusahaan tersebut.
Penyelesaian:
Penentuan pola produksi mana yang lebih menguntungkan akan
diketahui melalui perhitungan incremental cost dari masing-masing
pola produksi.
Alternatif I: Pola
Manajemen Operasi 177
produksi konstan
1.
Biaya
penyimpanan
Luas produksi dan pola produksi
Triwulan II = (3500 - 2000) x Rp. 75,- = Rp. 112.500,Triwulan III = (3500 - 2000) x Rp. 75,-' = Rp. 112.500,(3500 - 3000) x Rp. 75,- = Rp. 37.500,- Rp. 262.500
Biaya sub kontrak Triwulan 1= (4000 - 3500) x Rp. 50,Rp.
25.000,TriwulanlV = (6500-3500-1500-500)xRp.50 = Rp.
50.000,Rp.75.000,
Jumlah biaya = Rp. 337.500,Altematifll: Pola produksi bergelombang
1. Biaya perputaran tenaga kerja :
Triwulan III - (3000 - 2000 / 50 x 2) x Rp. 2000,- = Rp. 80.000,Triwulan IV = (4000 - 3000 / 50 x 2) x Rp. 2000,- = Rp. 80.000,Rp.
160.000,2. Biaya sub kontrak
Triwulan IV = (6500 - 5000) x Rp. 50,- = Rp. 75.000,3. Biaya lembur
Triwulan IV = (5000 - 4000) x Rp. 50,- = Rp. 50.000,Jumlah biaya = Rp. 285.000,AlternatiflH: Pola produksi moderat
1. Biaya penyiapanan
Triwulan II = (3000 - 2000) x Rp. 75,-= Rp. 75.000,Triwulan III = (3000 - 2000) x Rp. 75,-= Rp. 75.000,Tnwulan IV - (4000 - 3000) x Rp. 75,-= Rp. 75.000,Rp. 225.000,2. Biaya perputaran tenag kerja
Manajemen Operasi 178
Triwulan III = (4000 - 3000 / 50 x 2) x Rp. 2000,- = Rp. 80.000,3. Biaya sub kontrak
Triwulan I - (4000-3000) xRp. 50,-= Rp. 50.000,Triwulan IV= (6500 - 4000 - 1000 - 1000) x Rp. 50,- = Rp. 25.0,Rp. 75.000,-Jumlah biaya = Rp. 380.000,Dari hasil perhitungan tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa pola produksi bergelombang paling menguntungkan karena
memiliki biaya terendah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, A. 1999. Manajemen Produksi, Perencanaan Sistem Produksi,
Buku 1, Pengertian Umum, Perencanaan Produksi,
Perencanaan Lokasi Pabrik, BPFE – Yogyakarta.
----------------. 1986. Manajemen Produksi, Pengendalian Produksi,
Buku 1, Pengendalian Proses, Pengendalian Bahan Baku,
Manajemen Operasi 179
Pengendalian Tenaga Kerja. Edisi ke 4 BPFE – Yogyakarta.
----------------. 1999. Manajemen Produksi, Perencanaan Sistem
Produksi, Buku 2, Perencanaan Letak Fasilitas Produksi,
Perencanaan Lingkungan Kerja, Perencanaan Standar
Produksi. BPFE – Yogyakarta.
----------------. 1999. Materi Pokok Manajemen Produksi 1. Karunika
Universitas Terbuka – Jakarta.
Assauri, Sofyan. 1999. Manajemen Produksi. LPFE – Yogyakarta.
El Qodri, Z.M. dan Supardi.1994. Alat – Alat Analisis Perencanaan
dan Pengawasan Produksi. Andi Offset Yogyakarta.
Gasperz, Vincent. 1999. Production Planning and Inventory Control
(PPIC). Gramedia Pustaka Utama – Jakarta.
Gitosudarmo, H.I, 2001.Manajemen Strategis. BPFE - Yogyakarta.
Handoko, H., 1994. Dasar-dasar Manajemen Produks. BPFE Yogyakarta.
Harding, H.A., 1978. Manajemen Produksi dan Operasi. LPPM – Balai
Aksara Jakarta.
Herjanto, E., 1997. Manajemen Produksi dan Operasi. PT Gramdeia
Jakarta.
Moore, F.G dan Hendrik, Th., 1980. Production and Operations
Management. Richard D. Irwin Inc.
Prawirosentono, Suyadi., 2007. Manajemen Operasi (Operations
Management), Analisis dan Studi Kasus. Edisi ke 4 Bumi
Aksara - Jakarta.
Rangkuti, Freddy. 2004. Manajemen Persediaan, Aplikasi di Bidang
Bisnis. Edisi ke 6 PT Raja Grafindo – Jakarta.
Reksohadiprodjo, S dkk., 1992. Mkebijaksanaan Perusahaan (Business
Policy) Konsep Dasar dan Studi Kasus. Edisi 2 BPFE –
Yogyakarta.
Reksohadiprodjo, S dan Gitosudarmo, I., 1986. Management
Produksi Agribusiness. BPFE – Yogyakarta.
Manajemen Operasi 180
Manajemen Operasi 181