Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia (JIKSI)
E-ISSN: 2745-8555
Vol. 2, No. 2, Agustus 2021
122
Penerapan Terapi Reminiscence pada Lansia
dengan Kecemasan
1
2
Ninda Sutiara Zella , Apri Rahma Dewi , Anto Surya Prasetya
3
1,2,3
Program Studi D III keperawatan STIKes Panca Bhakti
Email:
[email protected]
Abstract
The elderly are individuals who are risk psychosocial problems, one of psychosocial problems
is anxiety. Factors that affect anxiety in the elderly changes in the psychological condition of
the elderly. Anxiety defined as a state anxiety in dealing with uncertain and uncertain situations
regarding its ability to deal with an object. Anxiety in the elderly can be overcome with
Reminiscence therapy. Reminiscence therapy is a therapy with the process of collecting back
one's memories in the past, so reminiscence therapy is a suitable therapy for the elderly. The
aim of this study was to identify and analyze the application of reminiscence therapy in elderly
with anxiety problems. This research method use a case study method. The research subjects
were two people according to the inclusion criteria. The instrument of this research used the
TMAS (Taylor Minnesota Anxiety Scale). The results showed that reminiscence therapy could
reduce anxiety in the elderly, the results of research a decrease in anxiety scores before being
given therapy in the severe anxiety category and after being given therapy in the moderate
anxiety category. The conclusion of this study is that the administration of reminiscence therapy
can decrease anxiety scores in two elderly.
Key word: Anxiety, Elderly, Reminiscence Therapy
Abstrak
Lansia merupakan individu yang rentan mengalami masalah psikososial salah satunya
kecemasan. Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia diantaranya karena perubahan
kondisi psikologis lansia. Kecemasan sendiri didefinisikan sebagai suatu keadaan tertentu (state
anxiety) dalam menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap kemampuannya
dalam menghadapi suatu objek. Kecemasan pada lansia dapat diatasi dengan terapi
Reminiscence. Terapi Reminiscence merupakan terapi yang dilakukan dengan proses
mengumpulkan kembali memori-memori seseorang pada masa lalu, sehingga terapi
reminiscence merupakan terapi yang cocok untuk lansia. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi dan menganalisa penerapan terapi reminiscence pada lansia dengan masalah
kecemasan. Metode penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Subjek penelitian
sebanyak 2 orang sesuai dengan kriteria inklusi. Instrumen penelitian ini menggunakan
kuesioner TMAS (Taylor Minnesota Anxiety Scale). Hasil penelitian menunjukan bahwa
pemberian terapi reminiscence dapat menurunkan kecemasan pada lansia, dibuktikan dengan
hasi penurunan skor kecemasan sebelum diberikan terapi pada kategori kecemasan berat dan
setelah diberikan terapi kategori kecemasan sedang. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa
pemberian terapi reminiscence dapat menurunkan skor kecemasan pada kedua lansia.
Kata Kunci :Kecemasan, Lansia, Terapi reminiscence
I. PENDAHULUAN
Lanjut usia atau biasa disebut lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.
Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan. Selama kurun waktu hampir
lima dekade, populasi lansia di Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat, pada tahun 2019
persentase lansia mencapai 9,60% atau sekitar 25,64 juta orang (BPS, 2019). Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan, pada tahun 2020, populasi orang berusia di atas 65 tahun
akan mencapai 20% dari populasi dunia, sementara sekitar 70% dari mereka tinggal di negara
berkembang (salehi et al, 2012). Persentase penduduk Indonesia yang berusia diatas 60 tahun
mencapai 7% dari keseluruhan penduduk, oleh sebab itu Indonesia berada pada fase transisi menuju
ke arah penuaan penduduk. Distribusi penduduk lansia pada tahun 2019 di Provinsi Lampung
PENERAPAN TERAPI REMINISCENCE PADA LANSIA DENGAN KECEMASAN
(NINDA SUTIARA ZELLA)
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia (JIKSI)
E-ISSN: 2745-8555
Vol. 2, No. 2, Agustus 2021
123
sebanyak 64,62% lansia muda usia 60-69, lansia madya usia 70-79 tahun sebanyak 26,39%, dan
lansia tua usia 80 keatas tahun sebanyak 8,99% (Profil Kesehatan Provinsi Lampung, 2019).
Peningkatan populasi lansia di Indonesia yang dapat menimbulkan permasalahan terkait aspek medis,
psikologis, ekonomi, dan sosial (Infodatin, 2016).
Tingginya jumlah lansia diseluruh daerah dapat menimbulkan tingginya angka kesesakitan,
dimana lansia rentan terhadap penyakit degeneratif yang disebabkan penurunan fungsi organ tubuh
lansia dan rentan mengalami gangguan psikologi. Proses menua merupakan proses berkurangnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Pada masa tua,
sedikit demi sedikit seseorang akan mengalami kemunduran fisiologis, psikologis, dan sosial,
perubahan pada lansia akan berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupan termasuk pada aspek
kesehatan. Pada lansia, semua organ tubuh mengalami tingkat penurunan fungsi sehingga banyak
penyakit kronis terjadi pada orang tua termasuk penyakit kardiovaskular (misalnya hipertensi,
penyakit arteri koroner), penyakit tulang (misalnya arthritis, osteoporosis), dan gangguan mental
(seperti kecemasan dan depresi) (Alipour et al, 2009; Mohsen et al, 2020).
Berdasarkan data WHO (Word Health Organization) tahun 2018 menyatakan bahwa sekitar
15% lansia mengalami gangguan kesehatan mental dan Psikologis yang mempengaruhi emosi,
perilaku dan pola pikir. Gangguan yang sering terjadi pada lansia yaitu demensia dan depresi sebanyak
5-7%, gangguan kecemasan sebanyak 3,8% (Puspensos, 2020). M Rizal (2016) mengatakan bahwa
prevalensi lansia di komunitas yang mengalami depresi sebanyak 27,8%, kecemasan 22,8% dan
stress sebanyak 8,7%. Gangguan psikologi yang terjadi pada kelompok lanjut usia yaitu lansia
merasakan kesepian ditengah masyarakat. Kondisi tersebut akan semakin buruk jika ditambah dengan
perekonomian yang sulit dan kondisi sosial yang tidak kondusif sehingga menyebabkan lansia stress
yang berujung pada depresi dan adanya rasa cemas hingga schizophrenia. Apabila gangguan
stress atau depresi pada lansia tidak diatasi maka akan mempengaruhi kondisi kesehatan lansia baik
psiologis bahkan mempengaruhi fisik lansia yang sudah menurun secara fungsi.
Hasil prasurvei pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas satelit Pahoman Bandar Lampung
yang dilakukan terhadap 4 orang lansia di wilayah kerja Puskesmas Satelit, dimana lansia memiliki
kondisi dan keluhan yang hampir sama, yaitu mengalami keluhan fisik yang berupa gangguan
tidur (susah tidur), sedikit kurang nafsu makan,
terkadang
mudah
lelah. Terdapat 2 lansia
mengatakan kesepian karena tidak ada pasangan hidup lagi, sehingga merasa cemas dan tidak nyaman
dengan kondisinya, sering berkeringat, gemetar, gelisah dan khawatir hingga terasa pusing.
Kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan mengenai kekhawatiran
atau ketegangan berupa perasaan cemas menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu
terhadap kemampuannya dalam menghadapi objek terentu (Ghufron & Risnawati, 2012).
Kondisi dengan gangguan kecemasan pada kelompok lanjut usia ini dapat dipengaruhi oleh
masalah fisik dimana fisik mulai melemah, masalah kognitif (intelektual) dimana daya ingat mulai
melemah atau pikun, masalah emosional dimana lansia sering marah apabila ada sesuatu yang
kurang dan masalah spiritual. Adapun dapat dipengaruhi oleh pola prilaku saat muda yang
memnyebabkan stress jangka panjang, seperti tuntutan agar selalu tepat waktu, menyelesaikan
pekerjaan dengan sempurna, tidak percaya dengan orang lain dan sebagainya, sehingga menimbukan
kecemasan dihari tua. Lansia yang mengalami kecemasan ditandai dengan adanya gejala seperti
sering melamun, mudah marah, meras kurang tenang dan merasa gelisah, sehingga kecemasan pada
lansia tersebut perlu diatasi untuk menghindari gangguan pada lansia yang lebih berat hingga
skizofrenia (Khofifah, 2016).
Masalah kesehatan jiwa pada lansia perlu diatasi, mengatasi kecemasan lansia berupa terapi
kenangan atau reminiscence therapy yang merupakan suatu metode yang menggunakan segala panca
indra – penglihatan, perabaan, pengecapan, penciuman, serta pendengaran – untuk membantu lansia
dengan demensia mengingat kejadian, orang, serta tempat di kehidupan lampau. Terapi ini dapat
memberikan rasa kelegaan dari kebosanan Terapi reminiscence salah satu intervensi dengan
menggunakan memori untuk memelihara kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hidup. Terapi
reminiscence memfasilitasi lansia untuk mengumpulkan kembali memori-memori masa lalu yang
PENERAPAN TERAPI REMINISCENCE PADA LANSIA DENGAN KECEMASAN
(NINDA SUTIARA ZELLA)
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia (JIKSI)
E-ISSN: 2745-8555
Vol. 2, No. 2, Agustus 2021
124
menyenangkan sejak masa anak, remaja dan dewasa serta hubungan lansia dengan keluarga,
kemudian dilakukan sharing dengan orang lain (Rahayuni, 2015).
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut serta belum adanya penerapan secara khusus
bagi lansia di wilayah kerja Puskesmas Satelit untuk mengatasi masalah psikologis khusunya masalah
kecemasan. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penerapan terapi reminiscence pada
lansia dengan kecemasan di wilayah kerja Puskesmas Satelit Pahoman Bandar Lampung.
2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian menggunakan desain studi kasus. Penelitian melibatkan dua partisipan
sesuai kriteria inklusi yaitu sudah memasuki usia lanjut yaitu lebih dari 60 tahun, lansia yang
mengalami masalah kecemasan, belum pernah mendapatkan terapi reminiscence, dan bersedia
menjadi responden. Metode pengambilan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecemasan yaitu dengan kuesioner TMAS
Taylor Minnesota Anxienty Scale (TMAS) yang berjumlah 50 pertanyaan, setiap jawaban ya pada
pertanyaan positif bernilai 0 dan jawaban ya pada pertanyaan negatif bernilai 1, begitu sebaliknya dan
ceklist SOP pelaksanaan terapi reminiscence sebagi panduan pelaksaan terapi.
Pelaksanan terapi dengan menerapkan suatu aktivitas mengingat masa lalu dengan
menggunakan lagu-lagu lama, berdiskusi tentang kegiatan masa lalu dan melihat foto-foto kenangan
masa lalu. Pelaksanan terapi dilakukan selama tiga (3) hari dan terapi dilakukan satu kali dalam sehari
selama 30 menit. Tempat penelitian yaitu pada wilayah kerja Puskesmas Satelit Pahoman Bandar
Lampung. Pemberian terapi dilakukan sesuai dengan prinsip etik penelitian yaitu kebermanfaatan dan
menghormati harkat martabat manusia.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Penelitian ini diperoleh dua subjek penelitian yaitu Ny. N dan Ny. Y yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Satelit dengan dengan karakteristik yang dijelasakan pada tabel 1
Tabel 1
Karakteristik Responden (n=2)
No
Identitas
Klien 1
Klien 2
1.
Inisial Nama
Ny. Y
Ny. N
2.
Usia
73 tahun
80 tahun
3.
Agama
Islam
Islam
4.
Jenis Kelamin
Perempuan
Perempuan
5.
Pendidikan
SI
SD
6.
Status Perkawinan
Cerai Mati
Cerai Mati
7.
Pekerjaan
IRT
IRT
8.
Alamat
Kedamaian
Kedamaian
Gambaran kondisi kedua subjek penelitian mengenai kondisi kecemasannya yaitu pada klien
pertama menyebutkan bahwa klien mengatakan merasa khawatir dan cemas, klien sering berkeringat,
apabila berada sendiri di rumah, klien merasa bingung, klien tinggal bersama cucunya dan klien
merasa cemas apabila ditinggal cucunya. Klien merasa fisiknya lemah, sering memiliki pikiran yang
tidak tenang apabila sendiri akan terjadi sesuatu, sehingga merasa cemas. Pernah terjadi konflik
dengan seseorang diwilayahnya, karena masalah pembuangan sampah.
Pada klien kedua klien mengatakan sering gelisah dan cemas apabila berada sendiri, pada
PENERAPAN TERAPI REMINISCENCE PADA LANSIA DENGAN KECEMASAN
(NINDA SUTIARA ZELLA)
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia (JIKSI)
E-ISSN: 2745-8555
Vol. 2, No. 2, Agustus 2021
125
malam hari sulit tidur dan saat sudah tidur terkadang terbangun dan kembali sulit tidur lagi, klien
mengatakan sering pusing, klien memiliki anak yang tinggal bersamanya. Anaknya bekerja sebagai
karyawan swasta yang bekerja dari pagi hingga petang. Klien pernah melihat kejadian yang tidak
menyenangkan di lingkungan tempat tinggalnya, sehingga selalu kepikiran dan berasumsi akan terjadi
suatu hal dan akhirnya menimbulkan rasa cemas.
Tabel 2
Hasil Pengukuran Kecemasan Sebelum Dilakukan Terapi
Reminiscence di wilayah kerja Puskesmas Satelit (n=2)
No
1.
2.
Klien
Ny. Y
Ny. N
Rata-rata
Skor kecemasan
26
29
27,5
Kategori
Berat
Berat
Berat
Berdasarkan tabel 2. Didapatkan bahwa kecemasan kedua responden yaitu rata- rata pada
kategori kecemasan berat.
Tabel 3
Hasil Pengukuran Kecemasan Setelah Dilakukan Terapi
Reminiscence di wilayah kerja Puskesmas Satelit (n=2)
No
1.
2.
Klien
Ny. Y
Ny. N
Rata-rata
Skor Kecemasan
19
23
21
Kategori
Ringan
Sedang
Sedang
Berdasarkan tabel diatas bahwa tingkat kecemasan setelah di dilakukan terapi reminiscence
kecemasan pada kedua klien rata- rata berada pada kategori kecemasan sedang.
Tabel 4
Hasil Perbedaan Kecemasan Sebelum dan Setelah Dilakukan
Terapi Reminiscence wilayah kerja Puskesmas Satelit (n=2)
No
1
2
Klien
Ny. Y
Ny. N
Rata-rata
Skor Kecemasan
Sebelum
Setelah
26
19
29
23
27,5
21
Selisih
7
6
6.5
Berdasarkan tabel 4. Terdapat penurunan kecemasan antara kedua responden. Pada Ny. Y
sebelum mendapat penerapan memiliki skor kecemasan 26 dengan kaegori kecemasan berat, setelah
mendapat penerapan terapi renimiscane, mengalami penurunan skor menjadi 19 dengan kategori
kecemasan ringan. Pada Ny. N sebelum mendapat penerapan memiliki skor kecemasan 29 dengan
kaegori kecemasan berat, dan setelah mendapat penerapan terapi reminiscence, mengalami penurunan
skor menjadi 23 dengan kategori kecemasan sedang.
Pembahasan
Berdasarkan karakteristik kedua lansia, memiliki jenis kelamin perempuan, menurut Redjeki
(2019) jenis kelamin perempuan memiliki karakteristik kecemasan berat yang lebih tinggi dari pada
laki-laki, kecemasan pada wanita lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki karena lebih aktif dan
PENERAPAN TERAPI REMINISCENCE PADA LANSIA DENGAN KECEMASAN
(NINDA SUTIARA ZELLA)
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia (JIKSI)
E-ISSN: 2745-8555
Vol. 2, No. 2, Agustus 2021
126
eksploratif dalam merespon kecemasannya, sedangkan wanita lebih sensitif dan memilih memendam
semua perasaannya. Kedua klien memiliki status cerai mati, yang ditinggalkan suami menghadap sang
pencipta terlebih dahulu, menurut Sessiani (2018) lansia yang ditinggal oleh pasangannya terjadi
perasaan kesepian yang dapat menimbulkan kecemasan karena kedekatan pasangan hidup dan sebagai
penyemangat bertahan hidup. Ahmed et al (2019) juga menyebutkan lansia yang telah menjanda
mengalami kesepian yang disebabkan tidak adanya teman berbagi dirumah, karena anak cucu
biasanya telah bekerja atau memiliki aktivitas mandiri lainnya, terbatasnya teman bercerita sebab
lingkungan sekitar terbatas jumlah lansiannya, lansia yang tinggal sendirian, juga akses untuk
berkomunikasi secara lansung dengan anak menjadi terbatas.
Hasil pengukuran kecemasan sebelum dilakukan terapi reminiscence berdasarkan hasil data
skor kecemasan sebelum dilakukan terapi reminiscence pada NY. Y didapatkan skor kecemasan
sebesar 26 dengan kategori kecemasan berat, Ny. Y mengalami kekhawatiran, kecemasan saat berada
sendiri dirumah, sering berkeringat. PadaNy. N didapatkan skor kecemasan 29 dengan kategori
kecemasan berat. Ny. N merasa gelisah, cemas apabila sendiri didalam rumah, dan sulit tidur pada
malam hari dan sering merasa pusing. Menurut Maharani (2016) sakit kepala atau pusing, merupakan
salah satu tanda fisik mengalami gangguan kecemasan, terkadang hingga mengalami migran yang
cukup parah.
Berdasarkan hasil pengukuran kecemasan menggunakan TMAS kedua klien masuk dalam
kategori kecemasan berat dengan hasil skor 26 dan 29. Hasil pengukuran didapatkan bahwa klien
kedua atau Ny. N memiliki skor kecemasan lebih tinggi dibandingkan dengan Ny. Y. Kecemasan Ny.
N lebih tinggi tersebut terbukti dari hasil wawancara bahwa Ny. N mengalami kecemasan yang
berlebih hingga sulit tidur. Salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu faktor usia, dimana
usia Ny. N memiliki usia lebih tua dibanding Ny. Y. Menurut Carlucci et al (2021) banyak perubahan
yang dialami lansia, sehingga semakin tua usia dapat berakibat banyaknya perubahan yang terjadi
pada lansia tersebut yang menyebabkan terjadinya kecemasan pada lansia. Semakin tua usia dapat
meningkatkan kecemasan sejalan juga dengan penelitian Cybulsky et al (2017) yang menyebutkan
bahwa jenis kelamin dan usia memiliki pengaruh terhadap emosi yang negatif, tingkat kecemasan dan
efikasi diri lansia, sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tua usia maka tingkat kecemasan juga
semakin tinggi.
Kedua klien juga memiliki gejala yang sama yaitu khawatir, gelisah dan cemas apabila sendiri
dirumah, hal tersebut merupakan gangguan kecemasan dengan ketakutan yang menimbulkan reaksi
seketika terhadap ancama yang akan terjadi sekarang yaitu ketakutan yang terjadi tanpa adanya
ancaman. Gejala yang berberda dari kedua klien adalah pada klien pertama sering berkeringat dan
merasa bingung, hal tersebut merupakan gejala biologis kecemasan yang menurut Mila (2020) gejala
kecemasan dibagi secara anlisis fungsional gangguan kecemasan yaitu suasana hati, pikiran, motivasi,
perilaku, gejala biologis. Gejala kecemasan yang dialami pada klien kedua yaitu sulit tidur dan mudah
terbangun saat tertidur serta sering pusing. Gejala yang dialami oleh klien kedua merupakan aspek
fisik yang terjadi akibat adanya kecemasan yang berlebihan. Membagi kecemasan dengan berbagai
aspek yaitu aspek fisik, aspek emosional dan aspek mental atau kognitif.
Hasil pengukuran skor kecemasan setelah dilakukan terapi reminiscence kedua subjek
penelitian didapatkan skor kecemasan 19 dengan kategori kecemasan ringan dan pada Ny. N
didapatkan skor kecemasan 23 dengan kategori kecemasan sedang. Setelah dilakukan terapi
reminiscence, Ny.Y mengalami perubahan keluhan yaitu, Ny. Y merasa lebih tenang, bahagia, dan
tidak mudah berkeringat. Pada Ny. N mengalami perubahan pusing yang dirasakannya sudah
berkurang dan lebih nyenyak tidur dimalam hari. Setelah diberikan terapi reminiscence pada Ny. N
gangguan tidur sudah berkurang dibandingkan sebelum diberikan terapi reminiscence, hal tersebut
sejalan dengan penelitian Musavi et al (2017) yang menyebutkan bahwa terapi reminiscence secara
signifikan mempengaruhi kesehatan jiwa, kecemasan dan insomnia, serta fungsi sosial dan depresi
pada wanita. Dapat diatakan bahwa terapi reminiscence dapat mengatasi masalah gangguan tidur.
Setelah dilakukan penerapan selama 3 hari, skor kecemasan pada kedua klien mengalami
penurunan, dimana pada Ny. Y mengalami penurunan skor kecemasan sebanyak 7 dan pada Ny. N
mengalami penurunan sebanyak 6. Pada Ny Y mengalami penurunan yang lebih besar, hal tersebut
PENERAPAN TERAPI REMINISCENCE PADA LANSIA DENGAN KECEMASAN
(NINDA SUTIARA ZELLA)
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia (JIKSI)
E-ISSN: 2745-8555
Vol. 2, No. 2, Agustus 2021
127
dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan dimana Ny. Y memiliki pendidikan terakhir sarjana, dimana
lansia yang memiliki pendidikan tinggi akan mudah menyerap dan mempunyai akses yang lebih baik
terhadap informasi yang diberikan. Ngadiran (2019) menyebutkan bahwa lansia yang memiliki
pendidikan tinggi akan mempunyai akses yang lebih baik terhadap informasi tentang kesehatan, lebih
mandiri mengambil tindakan perawatan, selain itu juga akan mudah menerima informasi baru tentang
kesehatannya dan mampu menyaring hal-hal positif dalam menghadapi kehidupannya. Putri & Nora
(2020) juga menyebutkan bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi reminiscence terhadap
kecemasan dan pengetahuan lansia.
Terapi reminiscence atau terapi kenangan membantu lansia mengingat kembali masa lalu
yang menyenangkan (Wulandari, 2019). Terapi reminiscence salah satu intervensi dengan
menggunakan memori untuk memelihara kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hidup. Dalam
kegiatan terapi penelitian yang dilakukan terapis memfasilitasi lansia untuk mengumpulkan kembali
memori-memori masa lalu yang menyenangkan sejak masa anak, remaja dan dewasa serta hubungan
lansia dengan keluarga, kemudian dilakukan sharing dengan orang lain. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Aulya (2015) bahwa terapi reminiscence berpengaruh secara signifikan dapat
menurunkan tingkat kecemasan pada lansia, dan menyatakan adanya pengaruh antara reminiscence
terhadap tingkat kecemasan dengan mengingat kejadian – kejadian masa lalu.
Terapi reminiscence bertujuan untuk merefleksikan informasi dan pengalaman serta perasaan
yang menyenangkan pada masa lalu dengan cara menggali pengalaman tersebut dengan
menggunakan pertanyaan langsung yang tampak seperti interaksi social. Terapi reminiscence juga
bertujuan untuk membantu beradaptasi terhadap kehilangan dan memelihara harga diri pada klien.
Secara evaluasi terapi reminiscence untuk mengevaluasi masa lalu dan digunakan sebagai
pendekatan pemecahan konflik Manurung (2016). Terapi reminiscence juga efektif mengatasi gejala –
gejala kecemasan yang merupakan dasar penyebab dari depresi pada lansia (Wilson, 2006). Ostrander
(2013) juga menyebutkan bahwa reminiscence therapy dan art therapy merupakan perawatan
terapeutik yang cocok untuk lansia dan memberikan banyak manfaat untuk kelangsungan selama
lansia hidup.
Pada penelitian yang telah dilakukan pada lansia dengan masalah kecemasan di Wilayah kerja
Puskesmas Satelit Pahoman ini, menunjukan bahwa terapi reminiscence yang diterapkan dapat
bermanfaat untuk menurunkan kecemasan pada lansia. Pelaksanaan terapi dengan proses mengenang
kembali pengalaman hidup dan kenangan pada masa lalu dengan menggunakan alat bantu seperti foto,
suara, musik, memento, video, dan bercerita.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa Sebelum dilakukan penerapan terapi
reminiscence, rata-rata kecemasan kedua klien adalah 27,5 dengan kategori kecemasan berat. Setelah
dilakukan penerapan terapi reminiscence, rata-rata kecemasan kedua klien adalah 21, dengan kategori
kecemasan sedang. Berdasarkan hasil keseluruhan bahwa penerapan terapi reminiscence dapat
menurunkan kecemasan pada lansia. Harapnnya terapi reminiscence ini dapat dijadikan salah satu
terapi keperawatan pada lansia yang mengalami gangguan kecemasan dan gangguan psikologis yang
dialami pada lansia, sehingga meningkatkan kualitas hidup lansia.
5. DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, A. I., AI-Lami, F., Al-Rudainy, R., & Khader, Y. S. (2019). Mental disorders among elderly
people in baghdad, iraq, 2017: The journal of health care organization, provision, and
financing. Inquiry, 56 doi:http://dx.doi.org/10.1177/0046958019845960
Alipour F, Sajadi H, Forouzan A, Nabavi H, Khedmati E. (2009). The role of social support in the
anxiety and depression of elderly. Iran J Ageing;4(1)
Aulya. (2015). Pengaruh Terapi Kelompok Reminiscence Terhadap Tingkat Kecemasan di Panti
Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa. 151(1)
Badan Pusat statistik. (2019). Statistik penduduk lanjut usia 2019.
PENERAPAN TERAPI REMINISCENCE PADA LANSIA DENGAN KECEMASAN
(NINDA SUTIARA ZELLA)
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia (JIKSI)
E-ISSN: 2745-8555
Vol. 2, No. 2, Agustus 2021
128
Carlucci, L., Balestrieri, M., Maso, E., Marini, A., Conte, N., & Balsamo, M. (2021). Psychometric
properties and diagnostic accuracy of the short form of the geriatric anxiety scale (GAS-10).
BMC Geriatrics, 21, 1-12. doi:http://dx.doi.org/10.1186/s12877-021-02350-3
Cybulski, M., Cybulski, L., Krajewska-Kulak, E., & Cwalina, U. (2017). The level of emotion
control, anxiety, and self-efficacy in the elderly in bialystok, poland. Clinical Interventions in
Aging, 12, 305-314. doi:http://dx.doi.org/10.2147/CIA.S128717
Ghufron, M. nur, & Risnawati, R. (2012). Teori-teori psikologi (R. Kusumaningratri, ed.).
Yogyakarta: ar-ruzz media.
Infodatin. (2016). Situasi lanjut usia (lansia). Situasi Lanjut Usia (Lansia) Di Indonesia, 1. Retrieved
from http://www.depkes.go.id/resources/dow nload/pusdatin/infodatin/infodatin lansia 2016.pdf
Kemenkes RI. (2019). Terapi Kenangan, Cara Membantu Lansia Mengingat Kembali.
Retrieved
February
22,
2021,
from
https://www.klikdokter.com/infosehat/read/3628090/terapi-kenangan- cara-membantu-lansia-mengingat- kembali
Khofifah, siti nur. (2016). buku Ajar Keperawatan Gerotik kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
M Rizal, A. M., Mustafa, M., Mohd Rizam, A. R., Yusof, K. H., & Noor Azah, A. A. (2016). Factors
influencing the prevalence of mental health problems among malay elderly residing in a rural
community:
A
cross-sectional
study.
PLoS
One,
11(6)
doi:http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0156937
Manurung, N. (2016). Terapi Reminiscence. Jakarta: Tim Bumi Medika.
Mila Nurkamila, M. (2020). Pengaruh Terapi Reminiscence Terhadap Tingkat Kecemasan Lansia
Dengan Hipertensi (Doctoral dissertation, Universitas Kusuma Husada Surakarta).
Musavi, M., Mohammadian, S., & Mohammadinezhad, B. (2017). The effect of group integrative
reminiscence therapy on mental health among older women living in iranian nursing homes.
Nursing Open, 4(4), 303-309. doi:http://dx.doi.org/10.1002/nop2.101
Mohsen Kazeminia, Nader Salari, Aliakbar Vaisi-Raygani, Rostam Jalali, Alireza Abdi, Masoud
Mohammadi, Alireza Daneshkhah, Melika Hosseinian-Far, & Shamarina Shohaimi. (2020).
The effect of exercise on anxiety in the elderly worldwide: a systematic review and metaanalysis. Health and Quality of Life Outcomes, 18(1), 1–8. https://eresources.perpusnas.go.id:2229/10.1186/s12955-020-01609-4
Ngadiran, A. (2019). Hubungan Karakteristik (Umur, Pendidikan, dan Lama Tinggal Di Panti) dengan
Tingkat Kecemasan Lansia di Panti Wreda Charitas Cimahi. Jurnal Ilmu Kesehatan, 13(2).
Novitasari,
D.,
&
Aryana,
K.O.
(2014).
Pengaruh
tehnik
relaksasi
benson
terhadap penurunan tingkat stres lansia di unit rehabilitas sosial wening
wardoyo ungaran. Jurnal keperawatan jiwa vol 1 no 2, 186- 195
Ostrander, A. (2013). Integrating reminiscence therapy and expressive arts therapy as a treatment
technique for working with the elderly (Order No. 3552155). Available from ProQuest
Dissertations & Theses Global: The Humanities and Social Sciences Collection. (1292804077).
Retrieved
from
https://www.proquest.com/dissertations-theses/integrating-reminiscencetherapy-expressive-arts/docview/1292804077/se-2?accountid=25704
PADK. (2018). KEMENKES PADK (Pusat Analisis
Determinan
Kesehatan). Retrieved
March
6,
2021,
from http://www.padk.kemkes.go.id/article/r
ead/2020/04/23/21/hindari-lansia-dari- covid-19.html
Profil Kesehatan Provinsi Lampung. (2019). Dinas kesehatan. (44).
Puspensos. (2020). Mengenal Kesehatan Mental pada Lanjut Usia | Puspensos. Retrieved
May
11, 2021
Putri, M., & Nora, R. (2021). Pengaruh Terapi Reminiscence Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Dan Peningkatan Pengetahuan Pada Lansia Dengan Penyakit Penyerta Dalam
Menghadapi Masa New Normal Covid 19. Media Bina Ilmiah, 16(1), 6221-6230.
Rahayuni. (2015). Pengaruh Terapi Reminiscence Terhadap Stres Lansia di Banjar Luwus Baturiti
Tabanan Bali. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 2(2), 130–138.
PENERAPAN TERAPI REMINISCENCE PADA LANSIA DENGAN KECEMASAN
(NINDA SUTIARA ZELLA)
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia (JIKSI)
E-ISSN: 2745-8555
Vol. 2, No. 2, Agustus 2021
129
Redjeki, G. S., dan Herniwaty, T. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kecemasan
Lanjut
Usia
di
Puskesmas
Johar
Baru
II
Jakarta.
Jurnal
Kesehatan Saelmakers Perdana 2(1)
Salehi L, Salaki S, Alizadeh L.(2012). Health-related quality of life among elderly member of elderly
centers in Tehran. Iran J Epidemiol.;8(1):14–20.
Sessiani, L. A. (2018). Studi Fenomenologis tentang Pengalaman Kesepian dan
Kesejahteraan Subjektif pada Janda Lanjut Usia. Sawwa: Jurnal Studi Gender,
13(2), 203. https://doi.org/10.21580/sa.v13i2.2836
Wilson, L. A. (2006). A comparison of the effects of reminiscence therapy and transmissive
reminiscence therapy on levels of depression in nursing home residents (Order No. 3206563).
Available from ProQuest Dissertations & Theses Global: The Humanities and Social Sciences
Collection.
(304910705).
Retrieved
from
https://www.proquest.com/dissertationstheses/comparison-effects-reminiscence-therapy/docview/304910705/se-2?accountid=25704
Wulandari, D. (2019). Terapi Reminiscence Sebagai Upaya Penurunan Tingkat Kecemasan Pada
LAnsia. 1–2.
PENERAPAN TERAPI REMINISCENCE PADA LANSIA DENGAN KECEMASAN
(NINDA SUTIARA ZELLA)