Academia.eduAcademia.edu

INOVASI DALAM KURIKULUM (Innovation of Curriculum

This article discusses innovation in the educational curriculum. The purpose of this study is to understand the concept of innovation in the curriculum which includes the meaning, characteristics, adoption and implementation of educational innovations in the curriculum. Obtaining data was carried out using a literature review approach related to research problems. Innovation is often associated with change, but not all change is considered innovation. According to Rogers, innovation is an idea, practice or object that is considered new by someone. A new invention can be called an innovation if the new invention has a positive impact and tries to find a solution to the problem at hand. However, the definition of innovation is getting wider, but in essence innovation is a process that is not limited to the creation of new ideas or thoughts. Adoption of innovation usually occurs as a change, either incremental (gradual), radical or transformative (transformation) (Sumual, 2013). Therefore, educational innovations are actually introduced to solve existing problems, then to overcome efficiency and effectiveness, and focus on the system (Prastowo, 2018). There are four main characteristics of innovation, including innovation in education, namely a. has specificity/speciality; b. having characteristics or elements of novelty; c. The innovation program is carried out through a planned program; d. The innovations that are rolled out have a purpose. These innovations will be adopted and implemented in education so that there are 4 aspects that need attention, namely a. innovation implementation stage; b. change agent role; c. accelerating the adoption of innovations; d. re-invention.

INOVASI DALAM KURIKULUM (Innovation of Curriculum) Dr. Bakhrudin All Habsy, M.Pd. , Arbangati Khafidha Al AMin , Sa’uda Salama , Nadia Ama Natuz Zahro⁴ ¹Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya ²Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya ³Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya ⁴Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Korespondensi Penulis. E-mail: [email protected] Abstract This article discusses innovation in the educational curriculum. The purpose of this study is to understand the concept of innovation in the curriculum which includes the meaning, characteristics, adoption and implementation of educational innovations in the curriculum. Obtaining data was carried out using a literature review approach related to research problems. Innovation is often associated with change, but not all change is considered innovation. According to Rogers, innovation is an idea, practice or object that is considered new by someone. A new invention can be called an innovation if the new invention has a positive impact and tries to find a solution to the problem at hand. However, the definition of innovation is getting wider, but in essence innovation is a process that is not limited to the creation of new ideas or thoughts. Adoption of innovation usually occurs as a change, either incremental (gradual), radical or transformative (transformation) (Sumual, 2013). Therefore, educational innovations are actually introduced to solve existing problems, then to overcome efficiency and effectiveness, and focus on the system (Prastowo, 2018). There are four main characteristics of innovation, including innovation in education, namely a. has specificity/speciality; b. having characteristics or elements of novelty; c. The innovation program is carried out through a planned program; d. The innovations that are rolled out have a purpose. These innovations will be adopted and implemented in education so that there are 4 aspects that need attention, namely a. innovation implementation stage; b. change agent role; c. accelerating the adoption of innovations; d. re-invention. Keywords: Innovation, Curriculum, Learning Abstrak Artikel ini membahas mengenai inovasi dalam kurikulum pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami konsep inovasi dalam kurikulum yang mencangkup makna, ciri, adopsi dan penyelenggaraan inovasi pendidikan dalam kurikulum. Dalam memperoleh data dilakukan dengan pendekatan literature review yang berkaitan dengan masalah penilitian. Inovasi sering dikaitkan dengan perubahan, namun tidak semua perubahan dianggap sebagai inovasi. Menurut Rogers, inovasi merupakan ide, praktik, atau benda yang dianggap baru oleh seseorang. Suatu penemuan baru dapat disebut inovasi jika penemuan baru tersebut memberikan dampak positif dan berusaha mencari solusi dari masalah yang dihadapi. Bagaimanapun, pengertian inovasi semakin luas, namun pada intinya inovasi adalah proses yang tidak terbatas pada penciptaan ide atau pemikiran baru. Adopsi inovasi biasanya terjadi sebagai perubahan, baik inkremental (bertahap), radikal atau transformatif (transformation) (Sumual, 2013). Oleh karena itu, inovasi pendidikan sebenarnya diperkenalkan untuk memecahkan permasalahan yang ada, kemudian untuk mengatasi efisiensi dan efektifitas, dan menitikberatkan pada sistem (Prastowo, 2018).  Terdapat empat ciri utama inovasi, termasuk inovasi dalam pendidikan, yaitu a. memiliki kekhasan/khusus; b. memiliki ciri atau unsur kebaruan; c. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana; d. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan. Inovasi tersebut akan diadopsi dan dilaksanakan dalam pendidikan sehingga terdapat 4 aspek yang perlu diperhatikan, yaitu a. tahap pelaksanaan inovasi; b. peran agen perubahan; c. pencepatan adopsi inovasi; d. penemuan kembali (re-invention). Kata kunci: Inovasi, Kurikulum, Pembelajaran PENDAHULUAN Dari masa ke masa, dunia sudah pasti mengalami perubahan. Baik dari bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, maupun pendidikan. Menurut para filosof, perubahan dalam kehidupan manusia adalah hal yang alami dan tidak ada yang abadi di dunia ini selain perubahan itu sendiri. Perubahan pada dunia pendidikan harus mengikuti dinamika sosial masyarakat. Oleh karena itu, inovasi sangat diperlukan dalam bidang pendidikan untuk mengatasi berbagai masalah yang mungkin menghambat proses belajar mengajar. Mengetahui konsep inovasi kurikulum sangat penting bagi guru-guru di sekolah agar dapat menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dengan efektif. Keberhasilan dalam pendidikan bergantung pada seberapa baik guru memahami tugas mereka di sekolah, termasuk pemahaman tentang kurikulum. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk mengajarkan inovasi kurikulum kepada siswa agar dapat memantau perkembangan pendidikan secara akurat. Inovasi kurikulum dan pembelajaran adalah ide, gagasan, atau tindakan baru dalam bidang kurikulum dan pembelajaran yang bertujuan untuk mengatasi masalah dalam pendidikan. Beberapa masalah inovasi kurikulum meliputi relevansi bahan pelajaran dengan kebutuhan siswa, kualitas pembelajaran di sekolah, dan efisiensi dari perspektif internal dan eksternal. METODE Pendekatan dalam penelitian inia adalah pendekatan kajian pustaka atau literature review. Pendekatan ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data dari berbagai literature dengan memiliki hubungan dengan masalah penelitian. Literature tersebut mencangkup makalah, jurnal dan buku. Data yang telah diperoleh dari literature tersebut akan dianalisis untuk memperoleh informasi yang relevan dengan masalah penelitian yaitu inovasi dalam kurikulum yang mencangkup konsep, ciri, adopsi dan pelaksanaan inovasi pendidikan dalam kurikulum. Pendekatan ini dipilih dengan alasan efisiensi dari segi waktu dalam mengumpulkan informasi informasi dari berbagai sumber sehingga dengan beragamnya informasi yang diperoleh diharapkan akan lebih optimal. Pendektan ini juga dilakukan tanpa memakan biaya karena literature literature yang dibutuhkan sebagai sumber informasi dapat mudah diakses secara online. PENGERTIAN INOVASI DALAM KURIKULUM Pengertian inovasi menurut kamus ilmu populer adalah pembaharuan (sains atau ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pengembangan masyarakat). Secara umum inovasi adalah perubahan atau pembaharuan yang ditandai dengan sesuatu yang baru. Pencarian akan sesuatu yang baru muncul dari beberapa faktor, salah satunya adalah upaya untuk memecahkan masalah. Suatu penemuan baru dapat disebut inovasi jika penemuan baru tersebut memberikan dampak positif dan berusaha mencari solusi dari masalah yang dihadapi (Firdasari, 2021).   Inovasi sering dikaitkan dengan perubahan, namun tidak semua perubahan dianggap sebagai inovasi. Menurut Rogers, inovasi merupakan ide, praktik, atau benda yang dianggap baru oleh seseorang. Namun, definisi baru ini bersifat relatif karena seseorang baru menganggapnya baru ketika mereka mengetahuinya atau menerimanya. Inovasi muncul ketika ada masalah yang perlu diatasi, dan inovasi (pembaharuan) dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Inovasi haruslah hasil dari pemikiran yang original, kreatif, dan tidak konvensional, dan berfungsi sebagai alternatif untuk memecahkan masalah yang ada. Identifikasi masalah inilah yang mendorong dilakukannya penelitian dan pengembangan atau evaluasi kurikulum yang dirancang untuk menciptakan inovasi (Rogers, 1995). Secara umum, inovasi mengarah pada kata perubahan atau peningkatan suatu proses atau produk, serta cara yang lebih efektif dan efisien dalam melakukan suatu hal. Inovasi dapat diartikan sebagai tindakan untuk memperbarui sesuatu dengan tujuan meningkatkan kualitas atau nilai dari produk atau proses tersebut (Rashin, 2018). Hills dan Gerald menyatakan bahwa Inovasi merujuk pada gagasan, praktek, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang atau kelompok pengguna lain. Selain itu, inovasi juga melibatkan kemampuan untuk menggunakan kreativitas untuk menyelesaikan masalah dan mengejar peluang yang dapat meningkatkan serta memperkaya kehidupan (Hadiyati, 2012). Bagaimanapun, pengertian inovasi semakin luas, namun pada intinya inovasi adalah proses yang tidak terbatas pada penciptaan ide atau pemikiran baru. Ide harus dilakukan melalui proses adopsi, dan adopsi adalah keputusan untuk menggunakan inovasi secara keseluruhan sebagai tindakan yang terbaik. Adopsi inovasi biasanya terjadi sebagai perubahan, baik inkremental (bertahap), radikal atau transformatif (transformation) (Sumual, 2013). Oleh karena itu, inovasi pendidikan sebenarnya diperkenalkan untuk memecahkan permasalahan yang ada, kemudian untuk mengatasi efisiensi dan efektifitas, dan menitikberatkan pada sistem (Prastowo, 2018).  Kurikulum adalah kegiatan yang memuat berbagai kegiatan siswa secara rinci untuk mencapai tujuan pendidikan. Di era globalisasi, perkembangan yang terus menerus menyebabkan berbagai perubahan di segala bidang. Kini kebutuhan dan tuntutan kehidupan kerja di Industri 4.0 membutuhkan tenaga kerja yang kompetitif. Oleh karena itu, lembaga pendidikan dunia pendidikan harus mampu mencetak insan yang berwatak tangguh, bertalenta, kreatif, inovatif dan kompeten di bidang techno-enterprise serta peka terhadap lingkungan lokal dan global (Septermiarti et al., 2023). Bahasa kurikulum diadaptasi dari bahasa Latin, yaitu. currere (infinitive) atau corro (present active) yang artinya run, hurry (transitif) dan of a race (transitif), curir artinya pelari dan curere bermakna landasan pacu. Ungkapan tersebut kemudian diadopsi ke dalam bahasa Inggris, sehingga melahirkan istilah ‘course’, `racecourse` atau `racetrack`. Istilah `course` berarti “a direction or route taken or to be taken”, juga dikenal sebagai landasan pacu atau jarak yang ditempuh dalam suatu balapan lari Kurikulum diartikan pula sebagai running course, specially a chariot race course. Dalam bahasa Perancis disebut “courier” bermakna “to run” (berlari). Perspektif klasik menekankan kurikulum sebagai rencana pelajaran sekolah. Pelajaran dan materi yang harus diambil pada suatu jenjang pendidikan tertentu di suatu sekolah adalah kurikulum. Dari makna yang tersirat dalam rumusan masalah, maka kurikulum diartikan sebagai jumlah mata pelajaran yang harus diselesaikan atau harus diselesaikan siswa untuk memperoleh ijazah (Sudjana, 2002). Dalam Pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, definisi kurikulum dijelaskan sebagai berikut; ―Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum diartikan sebagai pengalaman belajar. Menurut Zais (1976), definisi ini bertahan sangat lama dan merupakan definisi yang banyak diterima oleh banyak ahli saat ini. Artinya, pengalaman belajar peserta didik merupakan hasil kurikulum yang kita inginkan. Mewujudkan keinginan ini merupakan hal yang harus diupayakan oleh sekolah. Oleh karena kurikulum merancang sesuatu yang ideal, cara yang ditempuh untuk mewujudkannya memerlukan tenaga yang cakap, terampil, dan professional (Asrudifah et al., 2022) CIRI INOVASI DALAM KURIKULUM Terdapat empat ciri utama inovasi, termasuk inovasi dalam pendidikan, yaitu a. memiliki kekhasan/khusus. Suatu inovasi akan memiliki ciri yang khas dalam konteks ide, program, tatanan, sistem, dan termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan. Ciri khusus berarti program inovasi bisa bersifat luas dengan melibatkan banyak orang dengan rentang waktu yang relatif lama. Namun ciri khusus bisa memiliki cangkupan kecil, sederhana, dengan melibatkan orang yang terbatas serta dengan durasi waktu yang terbatas. Sebagai contoh, program guru kelas rangkap (multi grade teachers) yang dianggap memiliki ciri khusus dibanding dengan program sejenis yang ada; b. memiliki ciri atau unsur kebaruan. Suatu inovasi mempunyai karakteristik sebagai buah pikir dan buah karya yang berkadar orisinalitas dan kebaruan. Dengan demikian inovasi juga merupakan suatu proses penemuan (invention) baik berupa ide, gagasan, hasil, sistem, ataupun produk yang dihasilkan; c. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana. Suatu inovasi akan dilakukan melalui proses yang tidak terburu – buru, tetapi kegiatan inovasi tersebut sudah disiapkan secara matang terlebih dahulu dengan program yang jelas dan terencana. Misalnya, ketika akan meluncurkan program Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management), maka tahapan yang dilakukan melalui tahapan yang telah direncanakan sejak awal jadi tidak perlu tergesa-gesa; d. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan. Program inovasi yang akan dilakukan harus memiliki tujuan yang hendak dicapai, termasuk arah dan strategi seperti apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut berdasarkan sistem inovasi yang dilakukan. Suatu inovasi tidak asal digulirkan atau asal berbeda dengan program sebelumnya, inovasi dilaksanakan karena ada tujuan yang hendak dicapai, termasuk tujuan dalam memperbaiki suatu keadaan (Sabdarifanti et al., 2021). Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi: keunggulan relatif (relative advantage), kompatibilitas (compatibility), kemampuan diuji cobakan (trialability), kemampuan diamati (observability) (Suryantiningsih, 2019) Dalam dunia pendidikan, kaitannya dengan inovasi kurikulum biasanya muncul adanya kekhawatiran atau keresahan dari pihak-pihak tertentu tentang penyelenggaraan pendidikan. Sehingga untuk menanggulangi hal tersebut tentunya diperlukan prinsip prinsip dasar inovasi kurikulum (Sukmadinata, 2009). Prinsip prinsip dasar inovasi kurikulum dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Prinsip berorientasi pada tujuan. Dalam inovasi kurikulum pastinya akan diarahkan pada tujuan tertentu yang relevan dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan kurikulum sendiri merupakan penjabaran dan upaya dalam mencapai tujuan satuan pendidikan; b. prinsip relevansi. Dalam inovasi kurikulum haruslah relevan dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, perkembangan dan kebutuhan dari peserta didik serta kesesuaiannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Relevansi yang dimaksud disini mencangkup tujuan, isi dan sistem penyampaiannya; c. prinsip efisiensi dan efektifitas. Inovasi kurikulum juga harus mempertimbangkan efisiensi dan efektifitasannya demi mencapai keberhasilan peserta didik. Efisiensi ini mencakup pengalokasian dana, waktu, tenaga yang ada serta sumber sumber yang tersedia; d. prinsip fleksibilitas (keluwesan). Yang memiliki arti bahwasannya kurikulum memberikan sedikit kebebasan dan kelonggaran dalam melakukan atau mengambil keputusan tentang suatu kegiatan; e. Prinsip Berkesinambungan. Dalam inovasi kurikulum harus memperhatikan prinsip ini karena pada dasarnya kurikulum disusun secara bersinambungan antara aspek, bagian dan kajiannya tersusun secara berurutan serta saling memiliki hubungan; f. Prinsip Keseimbangan. Dalam penyusunan kurikulum memperhatikan keseimbangan proporsi dan fungional dari program dan sub program antara ajaran dengan aspek perilaku yang ingin dikembangkan melalui kurikulum; g. Prinsip Keterpaduan. Dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan, perencanaan terpadu yang merujuk pada masalah dan konsistensi dari setiap unsur unsur kurikulum; h. Prinsip Mutu. Inovasi kurikulum haruslah berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu pendidikan itu sendiri. Karena pada dasarnya jika pendidikan memiliki mutu maka pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan optimal serta akan berorientasi pada hasil pendidikan yang berkualitas. ADOPSI DAN PELAKSANAAN INOVASI PENDIDIKAN DALAM KURIKULUM Menurut Hasbullah (2008:194) setidaknya terdapat 4 (empat) faktor yang cukup berperan dalam mempengaruhi perlunya inovasi pendidikan. Keempat faktor tersebut adalah: visi terhadap pendidikan, faktor pertambahan penduduk, perkembangan ilmu pengetahuan, dan tuntutan adanya proses pendidikan yang relevan. (Dr. H. Rusydi Ananda, M.Pd & Amiruddin, 2017) Selanjutnya dalam adopsi dan pelaksanaan inovasi pendidikan dalam kurikulum dapat dijabarkan sebagai berikut : Tahap Pelaksanaan Inovasi Ada beberapa tahapan proses keputusan inovasi, yaitu :a. Tahap Pengetahuan (Knowledge). Tahap ini yaitu apabila individu/kelompok membuka diri terhadap adanya suatu inovasi; b. Tahap Bujukan (Persuation). Tahap ini berlangsung ketika individu/kelompok mulai membentuk sikap menyenangi atau bahkan tidak menyenangi inovasi; b. Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Making). Tahap dimana individu/kelompok melakukan aktivitas yang mengarah pada keputusan untuk bersikap menerima atau menolak terhadap inovasi; c. Tahap Implementasi (Implementation). Tahap ini berlangsung ketika seseorang atau kelompok menerapkan atau menggunakan inovasi tersebut dalam suatu kegiatan; d. Tahap Konfirmasi (Confirmation). Tahap dimana seseorang atau kelompok mencari penguatan terhadap keputusan inovasi yang dilakukan. Organisasi atau tatanan masyarakat yang baik dan stabil akan mengadopsi suatu inovasi dengan mempertimbangkan syarat-syarat, yaitu: memiliki tujuan yang jelas, memiliki pembagian tugas yang dideskripsikan secara jelas, memiliki kejelasan struktur otoritas atau kewenangan, memiliki peraturan dasar atau peraturan umum, memiliki pola hubungan informasi yang teruji Peran Agen Perubahan Dalam sistem sosial, salah satu komponen penting adalah pemimpin pendapat dan agen perubahan. Peran pemimpin pendapat sangat sering berpengaruh pada perilaku individu. Pemimpin pendapat (Opinion Leaders) adalah suatu tingkat dimana seseorang individu dapat mempengaruhi individu yang lainnya atau mengatur perilaku individu lainnya secara tidak formal ke arah kondisi yang diharapkan sesuai dengan norma yang berlaku. Sedangkan agen perubahan (Agent of Change) merupakan individu yang bisa mempengaruhi pengambilan inovasi klien ke arah yang diharapkan para agent perubahan. Percepatan Adopsi Inovasi Tingkat kecepatan adopsi suatu hasil inovasi akan sangat bergantung pada berapa faktor. Derajat adopsi sangat bergantung pada ciri atau karakteristik dari inovasi itu sendiri. Karakteristik inovasi yang sangat mempengaruhi derajat adopsi tersebut sangat bergantung pada : (1) Adanya keuntungan relatif (relative advantage), artinya sampai sejauh mana inovasi yang diperkenalkan memberi manfaat dan keuntungan bagi perorangan atau masyarakat yang akan mengadopsinya. Keuntungan relatif ini tidak sekedar dapat diamati dari kajian atau aspek ekonomi, sosial, tetapi juga dari aspek lainnya seperti budaya dan teknologi. Suatu inovasi yang diyakini memiliki kemungkinan peluang keuntungan relatif yang semakin tinggi, maka semakin tinggi pula kemungkinan kecepatan adopsi tersebut oleh masyarakat. Misalnya pada saat sekolah memperkenalkan cara program siswa aktif (CBSA) dalam pembelajaran di sekolah, yang pertama dipikirkan oleh komunitas sekolah adalah apakah pendekatan pembelajaran tersebut memiliki keuntungan relative dibandingkan dengan pola pembelajaran sebelumnya? Bila jawabanya ‘ya’ maka bentuk inovasi yang ditawarkan akan dengan cepat direspon oleh para guru ataupun orangtua. (2) Memiliki kekompakan dan kesepahaman (compatibility), yang artinya sejauh mana suatu inovasi dapat kompak dan sejalan dengan sistem nilai yang ada, ataupun sejalan dengan pengalaman masa lalu masyarakat yang akan mengadopsinya. Misalnya, dalam bidang pendidikan pada saat ini banyak bangunan SD yang rusak maka digulirkan program “peduli sekolah’’ dengan melibatkan semua potensi masyarakat termasuk pemerintah dalam pembangunan gedung sekolah. Apakah program tersebut sesuai dengan sistem nilai yang ada, terutama dengan budaya gotong royong masyarakat kita. (3) Memiliki derajat kompleksitas (complexity), artinya sejauh mana derajat kompleksitas, kesulitan, dan kerumitan suatu produk inovasi dirasakan oleh masyarakat. Semakin kecil derajat kerumitan atau semakin gampang dicerna dan dipahami suatu hasil inovasi tersebut, maka akan semakin besar peluangnya untuk diadopsi oleh perorangan atau masyarakat. Misalnya pada waktu akan diperkenalkan penelitian tindakan kelas-PTK (classroom action research) sebagai upaya untuk peningkatkan mutu, apakah program tersebut memiliki tingkat kesulitan dan kompleksitas yang tinggi atau tidak dalam pelaksanaanya disekolah. (4) Dapat di uji cobakan (trialability), yaitu sampai sejauh mana inovasi dapat di uji cobakan keandalannya dan manfaatnya dimana dapat dilihan dan diujicobakan melalui pengalaman lapangan. Misalnya, pada saat ditawarkan pembelajaran kontekstual di sekolah, maka guru akan melakukan praktik PBM yang berciri kontekstual tersebut, apakah mudah untuk diadopsi sehingga guru bisa dengan mudah menguji cobakannya di setiap kelas masing-masing. (5) Dapat diamati (observability), yaitu sampai sejauh mana hasil inovasi dapat diamati. Semakin mudah suatu hasil inovasi untuk diamati, maka akan semakin tinggi peluang hasil inovasi dapat diadopsi. Misalnya, ketika melakukan penggabungan sekolah (school merger) khususnya di SD, dalam upaya meningkatkan efesiensi dan efektivitas pengelolaan pendidikan. Penemuan Kembali (Re-Invention) Re-Invention adalah penemuan Kembali, setelah melalui proses modifikasi. Rogers menulis re-invention adalah tingkat dimana inovasi berubah atau dimodifikasi oleh penggunanya selama dalam proses adopsi dan implementasi. (Ratih, n.d.)Hal itu merupakan sisi lain dari difusi, yaitu proses penyebarluasan inovasi, (Jubaerudin, 2019)tetapi dalam perkembangan dan proses implementasinya mengalami perubahan, penyesuaian, dan modifikasi, sehingga seolah menghasilkan temuan baru (Wahyudin Dinn, 2020). Wahyudin dan Susilana (2020), mengemukakan bahwa persepsi masyarakat terhadap inovasi juga beragam, termasuk karena latar belakang situasi, masalah yang dihadapi, atau kebutuhan suatu individu dan kelompok. Misalnya, salah satu alasan terjadinya penemuan Kembali (re-invention), karena adanya motivasi yang kuat dari pengadopsi yang berkeinginan menjadi “pelaku” bukan hanya “pelaksana” dari suatu ide baru. Para pengadopsi berkeyakinan bahwa mereka lebih memahami dan mengetahui tentang kondisi lokal daripada agen perubahan (agent of change) yang datang. Dalam hal inilah, mengapa penemuan kembali (re-invention) itu sangatlah penting, dimana sebuah inovasi diubah dan disesuaikan dengan situasi setempat. Dalam setiap implementasi inovasi pastilah akan berhadapan dengan kendala yang sering terjadi dan dapat mempengaruhi keberhasilan inovasi kurikulum tersebut. Kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum antara lain adalah: (1) perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi (2). konflik dan motivasi yang kurang sehat (3). lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan (4). keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi (5). penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi (6) kurang adanya hubungan sosial dan publikasi. (Dr. Tjipto Subadi, 2012) Untuk menghindari hal tersebut maka peran guru, administrator, orang tua siswa, dan masyarakat umumnya harus dilibatkan. KESIMPULAN Pengertian inovasi menurut kamus ilmu populer adalah pembaharuan (sains atau ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pengembangan masyarakat). Secara umum inovasi adalah perubahan atau pembaharuan yang ditandai dengan sesuatu yang baru. Suatu penemuan baru dapat disebut inovasi jika penemuan baru tersebut memberikan dampak positif dan berusaha mencari solusi dari masalah yang dihadapi. Bagaimanapun, pengertian inovasi semakin luas, namun pada intinya inovasi adalah proses yang tidak terbatas pada penciptaan ide atau pemikiran baru. Terdapat empat ciri utama inovasi, termasuk inovasi dalam pendidikan, yaitu a. memiliki kekhasan/khusus; b. memiliki ciri atau unsur kebaruan; c. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana; d. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan. Dalam adopsi dan pelaksanaan inovasi pendidikan dalam kurikulum adalah sebagai berikut : (a) Tahap Pelaksanaan Inovasi, (b) Peran Agen Perubahan, (c) Percepatan Adopsi Inovasi, dan (c) Penemuan Kembali (Re-Invention). DAFTAR PUSTAKA Asrudifah, M., Nabila, V., & Nurdini, S. (2022). Inovasi Kurikulum Dalam Pelaksanaan Pembelajaran. Proseding Didaktis: Seminar …, 311–323. http://proceedings.upi.edu/index.php/semnaspendas/article/view/2377%0Ahttp://proceedings.upi.edu/index.php/semnaspendas/article/download/2377/2203 Firdasari, K. (2021). Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 1(1), 1–5. Hadiyati, E. (2012). Kreativitas dan Inovasi; Pengaruhnya Terhadap Pemasaran pada Usaha Kecil. Jurnal Inovasi Dan Kewirausahaan, 135–151. Prastowo, A. (2018). Transformasi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia; Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menuju Kurikulum 2013 Hingga Kurikulum Ganda. JIP: Jurnal Ilmiah PGMI, Vol. 4 N0., 111–125. Rashin, M. A. (2018). Identifikasi Inovasi dan Kinerja Bisnis dalam Meningkatkan Daya Saing. Jurnal Penelitian Pendidikan, 213–219. Rogers. (1995). Diffusion of Innovation. In Frre Press. Septermiarti, I., Amril, & Bakar, A. (2023). Strategi Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 5(1), 1–6. https://doi.org/10.31004/jpdk.v5i1.11879 Sudjana, N. (2002). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah. Sinar Baru Algensindo Pendidikan, T. Sumual, A. K. (2013). Pengaruh Knowledge Management dan Corporate Culture Terhadap Inovasi (Studi pada Bank Sulut Cabang Utama Manado). Jurnal EMBA, Vol. 1 No., 617–625. Dr. H. Rusydi Ananda, M.Pd & Amiruddin, M. P. (2017). Inovasi Pendidikan Melejitkan Potensi Teknologi dan Inovasi Pendidikan (Vol. 53, Issue 9). CV. Widya Puspita Medan. Dr. Tjipto Subadi, M. S. (2012). INOVASI PENDIDIKAN. universitas Muhammadiyah Surakarta. Jubaerudin, J. M. (2019). Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran | Kurikulum dan Pembelajaran. Slideshare. Ratih, M. (n.d.). BAB I Kurikulum. Academia Edu. Sabdarifanti, T., Hanifah, N., Rizqi, A. K., & Artajaya, U. (2021). Inovasi Kurikulum: Materi Pendidikan. JIRA: Jurnal Inovasi Dan Riset Akademik, 2(10), 1460–1476. https://doi.org/10.47387/jira.v2i10.234 Sukmadinata, N. S. (2009). Pengembangan Kurikulum :Teori dan Praktek, (Bandung : Remaja Rosdakarya). 27–110. Suryantiningsih, M. E. (2019). HAND-OUT MATAKULIAH INOVASI DAN DIFUSI PENDIDIKAN. 1. Wahyudin Dinn, S. R. (2020). Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran. Inovasi Pendidikan Dan Pembelajaran, 2(3), 1–45. IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1