Mata Kuliah Dosen
Bahasa Indonesia Dr. H. Ridhahani Fidz, M.Pdi
“RAGAM BAHASA”
DISUSUN OLEH KELOMPOK I
Annisa Septiani : 1401250846
Arini Ulpa Rahmah : 1401250847
Erni Riswati : 1401250857
Faridah : 1401250858
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
BANJARMASIN
2014
KATA PENGANTAR
الرَّحِيمِ الرَّحْمنِ اللهِ بِسْمِ
Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Ragam Bahasa” dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para Sahabatnya yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya dan telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang yaitu Addinul Islam.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Study Bahasa Indonesia yaitu Bapak yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini
Pada makalah ini penulis membahas tentang Ragam Bahasa:. Dengan adanya makalah ini semoga dapat memberikan informasi dan pemahaman teladan
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak” begitu pun juga makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Semoga makalah ini memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis khususnya, dan memberikan banyak manfaat kepada pembaca pada umumnya. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw. “Sebaik-baik diantara manusia sekalian, ialah orang yang memberi manfaat kepada orang lain”. Wallahu a’lam bisshawaf
Banjarmasin, 18 Oktober 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang benar, salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan Ejaan maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh karena itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada yang disebut ragam bahasa. Dimana ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan , karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ngobrol, puisi, pidato,ceramah,dll.
Pidato sering digunakan dalam acara-acara resmi. Misalnya pidato pesiden, pidato dari ketua OSIS, ataupun pidato dari pembina upacara. Sistematika dalam pidato pun hendaklah dipahami betul-betul. Agar pidato yang disampaikan sesuai dengan kaidah yang benar. Pidato sama halnya denan ceramah. Hanya saja ceramah lebih membahas tentang keagamaan.kalau pidato lebih umum dan bisa digunakan dalam banyak acara.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut :
Apakah yang dimaksud dengan ragam bahasa ?
Apa saja jenis-jenis ragam bahasa ?
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui ragam bahasa
Untuk mengetahui jenis-jenis ragam bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
RAGAM BAHASA
Pengertian Ragam Bahasa
Yang dimaksud ragam bahasa adalah bentuk atau wujud bahasa yang ditandai oleh ciri-ciri linguistik tertentu, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis. Disamping ditandai oleh ciri-ciri linguistik timbulnya ragam bahasa juga ditandai oleh non linguistik misalnya lokasi atau tempat penggunaannya, lingkungan sosial pemakaiannya, dan lingkungan keprofesian pemakai bahasa yang bersangkutan.
Ragam bahasa terbagi atas: Ragam lisan, ragam tulis, ragam baku, dan ragam tidak baku.
Ragam Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosa kata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide. Contoh ragam lisan antara lain meliputi:
Ragam bahasa cakapan
Ragam bahasa pidato
Ragam bahasa kuliah
Ragam bahasa panggung
http : // imamsetiyantoro. Wordpress. Com /tag / ragam - Lisan / 11.00, Kamis, 15 Oktober
Ciri-ciri ragam bahasa lisan:
Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara
Dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi.
Contoh:
Orang yang berbelanja di pasar .
“Bu, berapa cabenya?”
“Tiga puluh.”
“Bisa kurang?”
“Dua lima saja, Nak.”
Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu.
Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara.
E. Zaenal Arifin dan S Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, Akademika Pressindo, Jakarta, 2010, hlm. 19-20.
Ragam Tulis
Ragam tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) disamping aspek tata bahasa dan kosakata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide. Contoh ragam tulis antara lain meliputi:
Ragam bahasa teknis
Ragam bahasa undang-undang
Ragam bahasa cacatan
Ragam bahasa surat
http : // imamsetiyantoro. Wordpress. Com /tag / ragam - Tulis / 12.00, Kamis, 15 Oktober
Ciri-ciri ragam bahasa tulis:
1). Tidak mengharuskan adanya teman bicara
2).Fungsi gramatikal harus nyata
3).Tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang dan waktu
4).Dilengkapi tanda baca, huruf besar, dan huruf miring
E. Zaenal Arifin dan S Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, Akademika Pressindo, Jakarta, 2010, hlm. 15-18.
Perbandingan wujud bahasa Indonesia ragam lisan dan ragam tulis adalah sebagai berikut:
E. Zaenal Arifin dan S Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, Akademika Pressindo, Jakarta, 2010, hlm. 20-21.
Ragam lisan
Penggunaan bentuk kata
Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mahoni.
Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.
Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi.
Penggunaan kosakata
Saya sudahkasih tahu mereka tentang hal itu.
Mereka lagi bikin denah buat pameran entar.
Pekerjaan itu agak macet disebabkan karena keterlambatan dana yang diterima.
Penggunaan struktur kalimat
Rencana ini saya sudah sampaikan kepada direktur.
Dalam “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.
Karena terlalu banyak saran berbeda-beda sehingga ia makin bingung untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Ragam tulis
a. Penggunaan bentuk kata
Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mahoni.
Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan. Itu.
Fotokopi ijazah harus dilegalisasi oleh pimpinan akademi.
b. Penggunaan kosakata
Saya sudah memberi tahu mereka tantang hal itu.
Mereka sedang membuat denah untuk pameran nanti.
Pekerjaan itu agak macet disebabkan oleh keterlambatan dana yang diterima.
c. penggunaan struktur kalimat
Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
“Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Daerah Istimewa Aceh.
Karena terlalu banyak saran yang berbeda-beda, iamakin bingung untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Ragam baku
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainnya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannnya.
Bahasa baku atau bahasa standar adalah bahsa yang mempunyai nilai komunikatif yang tinggi, yang digunakan dalam kepentingan nasional, dalam situasi resmi atau dalam lingkungan resmi dan pergaulan sopan yang terikat oleh tulisan baku, ejaan baku,istilah/kosakata baku, tata bahasa baku, serta lafal baku.
Untuk dapat menetapkan suatu bahasa baku, diperlukan beberapa tolak ukur. W.A.Stewart mengemukakan empat tolak ukur yang meliputi:
Standardization (standadisasi) yakni kaidah atau patokan sebagai pedoman atau ukuran.
Autonomy (otonomi) ialah kebebasan untuk berkembang.
Historicity (historis) ialah suatu sistem linguistik yang terpercaya dan sejarah pertumbuhannya dapat diketahui.
Vitality (vitalitas) adalah daya hidup linguistik yang bersistem yang didukung oleh pemakaiannya.
http: /violet06. Wordpress. Com/ bahasa-Indonesia-baku-dan-tidak-baku/ 16.20, Jumat,16 Oktober.
Berdasarkan tolak ukur ini, bahasa Indonesia telah berhasil dibakukan dalam hal ejaan istilah, kosakata,dan tata bahasa.
Ragam baku mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.
E. Zaenal Arifin dan S Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, Akademika Pressindo, Jakarta, 2010, hlm. 22-23.
Mantap
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kata rasa dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk kata perasa. Kata raba dibubuhi pe- akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe- akan menjadi perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sikap mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima. Bentuk-bentuk lepas tangan ,lepas pantai, dan lepas landas merupakan contoh pemantapan kaidah bahasa baku.
Dinamis
Dinamis artinya tidak statis, tidak baku. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk mati. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.
Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih baik melalui jalur pendidikan formal (sekolah).
Disamping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca. Contoh kalimat yang tidak cendikia adalah sebagai berikut.
“Rumah sang jutawan yang aneh akan dijual.”
Frasa rumah sang jutawan yang aneh mengandung konsep ganda yaitu rumahnya yang aneh atau sang jutawan yang aneh. Dengan demikian, kalimat itu tidak memberikan informasi yang jelas. Agar mnjadi cendekia kalimat tersebut harus diperbaiki sebagai berikut.
Rumah aneh milik sang jutawan akan dijual.
Rumah milik sang jutawan aneh akan dijual.
Seragam
Ragam baku bersifat seragam. Pada hakikatnya, proses pembekuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembekuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan pramugari. Andai kata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang steward atau stewardes dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku. Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini tidak disepakati untuk dipakai.yang timbul dalam masyarakat ialah pramugara atau pramugari.
Fungsi bahasa Indonesia baku:
Bahasa Indonesia baku berfungsi pemersatu.
Bahasa Indonesia baku mempersatukan atau menghubungkan penutur berbagai dialek bahasa itu. Bahasa Indoesia baku mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan mengatasi batas-batas kedaerahan .
Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penanda kepribadian.
Bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lain.
Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penambah wibawa.
Pemilikan bahasa Indonesia baku akan membawa serta atau pretise. Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku.
Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan .
Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakainya dengan adanya norma atau kaidah yang dikodifikasi secara jelas.
Kriteria kata baku dapat dilihat dari segi lafal, ejaan , gramatika, dan kenasionalannya:
http: //ridwankreatif. Blogspot. com/ 2013/ 05/ kata-baku. Html? M=1.
Baku dari segi lafal
Lafal baku bahasa indonesia adalah lafal yang tidak “menampakkan” lagi ciri-ciri bahasa daerah atau bahasa asing.lafal yang tidak baku dalam bahasa lisan pada gilirannya akan muncul pula dalam bahasa tulis karna penulis terpengaruh oleh lafal bahasa lisan itu .
KATA BAKU
KATA TIDAK BAKU
atap
atep
enam
anem,enem
semakin
semangkin
dengan
dengen
menggunakan
menggunaken
rapat
rapet
cuma
cuman
duduk
dudu’
gubuk
gubug
Baku dari segi ejaan
Ejaan bahasa Indonesia yang baku telah diberlakukan sejak 1972. Nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Oleh karena itu, semua kata yang tidak ditulis menurut kaidah yang diatur dalam EYD adalah kata yang tidak baku. Yang ditulis sesuai aturan EYD adalah kata yang baku.
KATA BAKU
KATA TIDAK BAKU
ekspres
Ekpres, espres
kompliks
komplik
sistem
Sistim, system
doa
do’a
jumat
jumahat, jum’at
jadwal
jadual
nasihat
nasehat
apotek
apotik
kualitas
kwalitas
kosakata
kosa kata
wali kota
walikota
aktif
aktip
standadisasi
standarisasi
subjudul
sub-judul
Baku dari segi gramatika
Secara gramatikal kata-kata baku harus dibentuk menurut kaidah-kaidah gramatika. Beberapa contoh kata dalam kalimat dari segi gramatika:
Beliau ngontrak rumah di rawamangun
Anaknya sekolah diluar negeri
Gubernur tinjau daerah longsor
Dia punya kedudukkan penting dikantor itu
Tolong bikin bersih ruangan ini
Bentuk baku kata ngontrak pada kalimat 1 adalah mengontrak. Bentuk kata baku sekolah pada kalimat 2 adalah bersekolah. Bentuk baku kata tinjau pada kalimat 3 adalah meninjau; sebuah awalan me-harus digunakan secara konsisten. Bentuk baku kata kedudukkan pada kalimat 4 adalah kedudukan.Lalu, bentuk baku kata bikin bersih adalah bersihkan.
Baku dari Segi Nasional
Kata-kata yang masih bersifat kedaerahan, belum bersifat’’nasional’’ hendaknya jangan digunakan dalam karangan ilmiah. Kalau kata-kata dari bahasa daerah itu sudah bersifat nasional, artinya sudah menjadi bagian dari kekayaan kosakata bahasa Indonesia boleh saja digunakan.
KATA BAKU
KATA TIDAK BAKU
lurus
lempeng
tidak
nggak
sangat
banget
kacau
semrawut
menurut
manut
landai
mudun
bicara
ngomong
Baku dari Bahasa Asing
Kata serapan dari bahasa asing disebut baku kalau ejaannya telah dibuat menurut pedoman penyesuaian ejaan bahasa asing seperti yang disebutkan dalam EYD maupun dalam buku Pedoman Pembentukan Istilah.
KATA BAKU
KATA TIDAK BAKU
standar
standard
standardisasi
standarisasi
kolektif
kolektip
sertifikat
certifikat
analisis
analisa
kuantitas
kwantitas
konsekoen
konsekowen
konduite
kondite
hierarki
hirarki
Ragam Tidak Baku
Pengertian ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Menurut Suharianto bahasa tidak baku (non standart) adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai fungsinya, yaitu dalam pemkaian bahasa tidak resmi.bahasa tidak baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodefikasi, tidak diterima, dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dalam konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan bahasa baku tulis. Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan Ejaan bahasa yang telah Disempurnakan (EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga negara Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang ada.
B. Saran
Sebagai warga negara Indonesia, sudah seharusnya kita semua mempelajari ragam bahasa yang kita miliki, kemudian mempelajari dan mengambil hal-hal yang baik, yang dapat kita amalkan dan kita pakai untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E, Zaenal dan S Amran Tasai. 1995. Cermat Berbahasa Indonesia.
Jakarta : Akademika Pressindo.
Arifin, E, Zaenal dan S Amran Tasai. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia.
Jakarta : Akademika Pressindo.
Junus, Husain dan Aripin Banasuru. 1996. Bahasa Indonesia. Surabaya :
Usaha Nasional.
17