Populisme Islam telah menjadi diskusi hangat di Indonesia pasca munculnya Fenomena Ahok dalam Pil... more Populisme Islam telah menjadi diskusi hangat di Indonesia pasca munculnya Fenomena Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Pada waktu itu, masa populisme Islam yang kecewa terhadap sistem karena telah melahirkan kesenjangan melampiaskan kekecewaannya pada serangkaian Aksi Bela Islam I, II, dan III. Fenomena gerakan populisme Islam tidak hanya terjadi di Jakarta, diskusi populisme Islam juga berkembang dalam konstestasi Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018. Salah satu pasangan calon yang disinyalir memanfaatkan gelombang populisme Islam ini adalah Sudrajat dan Ahmad Syaikhu (Asyik). Pasangan yang diusung oleh Gerindra dan PKS ini diuntungkan untuk mendapat suara masa populisme Islam karena partai pengusung pasangan Asyik adalah partai yang mendapat citra sebagai partai pro umat Islam. Namun sayangnya keuntungan ini belum terkonsolidasi secara masif. Ujaran tagar 2019 Ganti Presiden yang dibawa oleh pasangan Asyik dalam debat kedua Pilgub Jabar diyakini sebagai salah satu upaya untuk mengk...
IN:
Studi Orientalisme Barat tidak hanya bertujuan untuk studi ilmiah, namun seperti yang Edward... more IN:
Studi Orientalisme Barat tidak hanya bertujuan untuk studi ilmiah, namun seperti yang Edward Said katakan dalam bukunya, Orientalisme, terdapat hubungan antara studi Ketimuran dengan praktik imperialisme dan hegemoni budaya di negara-negara Timur, dengan modus operandi: Barat berusaha mewakili realitas dunia Timur dalam perspektif Barat sehingga memberi mereka legitimasi untuk menyuarakan nilai-nilai apa yang dianggap baik untuk diterapkan di dunia Timur, sehingga Timur yang kita kenal hari ini merupakan Timur yang "di-Timur-kan". Orientalisme menciptakan dominasi kekuasaan politik (kolonisasi dan pembentukan wacana imperialisme), kekuasaan intelektual (mendidik bangsa Timur dengan sains Barat dan memarjinalkan praktik pedagogis yang telah mapan di Timur), kekuasaan kultural (dominasi dan adopsi cara pandang Barat dalam memaknai kultur Timur), serta kekuasaan moral (berkaitan dengan apa yang baik dan buruk bagi bangsa Timur). Praktik orientalisme tersebut tidaklah berhenti seiring berakhirnya praktik kolonialisme, namun dominasi budaya dan nilai-nilai Barat hadir dengan kemasan baru, yakni berupa representasi media massa atas realitas dunia "Timur". Pasca tragedi 9/11, Islam dan komunitas Muslim menjadi korban demonisasi dari aksi teror yang tidak pernah mereka benarkan, baik oleh masyarakat Barat maupun oleh sesama Muslim.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemunculan fenomena stigmatisasi fundamentalisme dan radikal... more Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemunculan fenomena stigmatisasi fundamentalisme dan radikalisme pada kelompok masyarakat tertentu pasca kejadian 9/11, dimana peneliti mengindikasikan adanya relasi kuasa berupa penegasan atas gagasan ‘Clash of Civilization’ (Benturan Antarperadaban) sebagaimana topik yang pernah diangkat oleh Samuel Huntington pada bukunya dengan judul yang sama: ‘The Clash of Civilization and Remaking of World Order’ yang pertama kali diterbitkan pada 1996. Peneliti memandang bahwa pemunculan stigmatisasi terhadap beberapa kelompok Islam berkorespondensi dengan realita empiris berupa kemunculan aksi-aksi terorisme yang dilakukan oleh sebagian dari kalangan umat Muslim, terutama yang dilakukan oleh pelaku yang berlatar belakang identitas Arab.
Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatann (Perppu ormas) sebagai perubahan ata... more Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatann (Perppu ormas) sebagai perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2017 menimbulkan banyak pro dan kontra di masyarakat, sehingga memunculkan dinamika politik yang tidak stabil belakangan ini. Melalui Perppu ini pemerintah mempunyai kewenangan lebih untuk mengontrol organisasi kemasyarakatan, yang dalam penerapannya mengabaikan proses hukum yang sebelumnya telah diatur dalam UU Nomor 17 Tahun 2013. Pemerintah juga melakukan penilaian sepihak dalam menerbitkan Perppu ini, yang dimana Perppu hanya dapat dikeluarkan dalam ihwal keadaan genting. Namun pada faktanya, klaim pemerintah mengenai keadaan genting ini tidak benar-benar terbukti. Melalui Perppu ini juga pemerintah sudah melakukan pembubaran terhadap organisasi yang bertentangan dengan Perppu ini, yang dalam hal ini adalah Hizbut Tahrir Indonesia. Sehingga Perppu ini dianggap sebagai bentuk pencederaan terhadap demokrasi, dan konsep pemisahan kekuasaan.
Populisme Islam telah menjadi diskusi hangat di Indonesia pasca munculnya Fenomena Ahok dalam Pil... more Populisme Islam telah menjadi diskusi hangat di Indonesia pasca munculnya Fenomena Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Pada waktu itu, masa populisme Islam yang kecewa terhadap sistem karena telah melahirkan kesenjangan melampiaskan kekecewaannya pada serangkaian Aksi Bela Islam I, II, dan III. Fenomena gerakan populisme Islam tidak hanya terjadi di Jakarta, diskusi populisme Islam juga berkembang dalam konstestasi Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018. Salah satu pasangan calon yang disinyalir memanfaatkan gelombang populisme Islam ini adalah Sudrajat dan Ahmad Syaikhu (Asyik). Pasangan yang diusung oleh Gerindra dan PKS ini diuntungkan untuk mendapat suara masa populisme Islam karena partai pengusung pasangan Asyik adalah partai yang mendapat citra sebagai partai pro umat Islam. Namun sayangnya keuntungan ini belum terkonsolidasi secara masif. Ujaran tagar 2019 Ganti Presiden yang dibawa oleh pasangan Asyik dalam debat kedua Pilgub Jabar diyakini sebagai salah satu upaya untuk mengk...
IN:
Studi Orientalisme Barat tidak hanya bertujuan untuk studi ilmiah, namun seperti yang Edward... more IN:
Studi Orientalisme Barat tidak hanya bertujuan untuk studi ilmiah, namun seperti yang Edward Said katakan dalam bukunya, Orientalisme, terdapat hubungan antara studi Ketimuran dengan praktik imperialisme dan hegemoni budaya di negara-negara Timur, dengan modus operandi: Barat berusaha mewakili realitas dunia Timur dalam perspektif Barat sehingga memberi mereka legitimasi untuk menyuarakan nilai-nilai apa yang dianggap baik untuk diterapkan di dunia Timur, sehingga Timur yang kita kenal hari ini merupakan Timur yang "di-Timur-kan". Orientalisme menciptakan dominasi kekuasaan politik (kolonisasi dan pembentukan wacana imperialisme), kekuasaan intelektual (mendidik bangsa Timur dengan sains Barat dan memarjinalkan praktik pedagogis yang telah mapan di Timur), kekuasaan kultural (dominasi dan adopsi cara pandang Barat dalam memaknai kultur Timur), serta kekuasaan moral (berkaitan dengan apa yang baik dan buruk bagi bangsa Timur). Praktik orientalisme tersebut tidaklah berhenti seiring berakhirnya praktik kolonialisme, namun dominasi budaya dan nilai-nilai Barat hadir dengan kemasan baru, yakni berupa representasi media massa atas realitas dunia "Timur". Pasca tragedi 9/11, Islam dan komunitas Muslim menjadi korban demonisasi dari aksi teror yang tidak pernah mereka benarkan, baik oleh masyarakat Barat maupun oleh sesama Muslim.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemunculan fenomena stigmatisasi fundamentalisme dan radikal... more Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemunculan fenomena stigmatisasi fundamentalisme dan radikalisme pada kelompok masyarakat tertentu pasca kejadian 9/11, dimana peneliti mengindikasikan adanya relasi kuasa berupa penegasan atas gagasan ‘Clash of Civilization’ (Benturan Antarperadaban) sebagaimana topik yang pernah diangkat oleh Samuel Huntington pada bukunya dengan judul yang sama: ‘The Clash of Civilization and Remaking of World Order’ yang pertama kali diterbitkan pada 1996. Peneliti memandang bahwa pemunculan stigmatisasi terhadap beberapa kelompok Islam berkorespondensi dengan realita empiris berupa kemunculan aksi-aksi terorisme yang dilakukan oleh sebagian dari kalangan umat Muslim, terutama yang dilakukan oleh pelaku yang berlatar belakang identitas Arab.
Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatann (Perppu ormas) sebagai perubahan ata... more Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatann (Perppu ormas) sebagai perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2017 menimbulkan banyak pro dan kontra di masyarakat, sehingga memunculkan dinamika politik yang tidak stabil belakangan ini. Melalui Perppu ini pemerintah mempunyai kewenangan lebih untuk mengontrol organisasi kemasyarakatan, yang dalam penerapannya mengabaikan proses hukum yang sebelumnya telah diatur dalam UU Nomor 17 Tahun 2013. Pemerintah juga melakukan penilaian sepihak dalam menerbitkan Perppu ini, yang dimana Perppu hanya dapat dikeluarkan dalam ihwal keadaan genting. Namun pada faktanya, klaim pemerintah mengenai keadaan genting ini tidak benar-benar terbukti. Melalui Perppu ini juga pemerintah sudah melakukan pembubaran terhadap organisasi yang bertentangan dengan Perppu ini, yang dalam hal ini adalah Hizbut Tahrir Indonesia. Sehingga Perppu ini dianggap sebagai bentuk pencederaan terhadap demokrasi, dan konsep pemisahan kekuasaan.
Uploads
Papers by Diki Drajat
Studi Orientalisme Barat tidak hanya bertujuan untuk studi ilmiah, namun seperti yang Edward Said katakan dalam bukunya, Orientalisme, terdapat hubungan antara studi Ketimuran dengan praktik imperialisme dan hegemoni budaya di negara-negara Timur, dengan modus operandi: Barat berusaha mewakili realitas dunia Timur dalam perspektif Barat sehingga memberi mereka legitimasi untuk menyuarakan nilai-nilai apa yang dianggap baik untuk diterapkan di dunia Timur, sehingga Timur yang kita kenal hari ini merupakan Timur yang "di-Timur-kan". Orientalisme menciptakan dominasi kekuasaan politik (kolonisasi dan pembentukan wacana imperialisme), kekuasaan intelektual (mendidik bangsa Timur dengan sains Barat dan memarjinalkan praktik pedagogis yang telah mapan di Timur), kekuasaan kultural (dominasi dan adopsi cara pandang Barat dalam memaknai kultur Timur), serta kekuasaan moral (berkaitan dengan apa yang baik dan buruk bagi bangsa Timur). Praktik orientalisme tersebut tidaklah berhenti seiring berakhirnya praktik kolonialisme, namun dominasi budaya dan nilai-nilai Barat hadir dengan kemasan baru, yakni berupa representasi media massa atas realitas dunia "Timur". Pasca tragedi 9/11, Islam dan komunitas Muslim menjadi korban demonisasi dari aksi teror yang tidak pernah mereka benarkan, baik oleh masyarakat Barat maupun oleh sesama Muslim.
Drafts by Diki Drajat
Studi Orientalisme Barat tidak hanya bertujuan untuk studi ilmiah, namun seperti yang Edward Said katakan dalam bukunya, Orientalisme, terdapat hubungan antara studi Ketimuran dengan praktik imperialisme dan hegemoni budaya di negara-negara Timur, dengan modus operandi: Barat berusaha mewakili realitas dunia Timur dalam perspektif Barat sehingga memberi mereka legitimasi untuk menyuarakan nilai-nilai apa yang dianggap baik untuk diterapkan di dunia Timur, sehingga Timur yang kita kenal hari ini merupakan Timur yang "di-Timur-kan". Orientalisme menciptakan dominasi kekuasaan politik (kolonisasi dan pembentukan wacana imperialisme), kekuasaan intelektual (mendidik bangsa Timur dengan sains Barat dan memarjinalkan praktik pedagogis yang telah mapan di Timur), kekuasaan kultural (dominasi dan adopsi cara pandang Barat dalam memaknai kultur Timur), serta kekuasaan moral (berkaitan dengan apa yang baik dan buruk bagi bangsa Timur). Praktik orientalisme tersebut tidaklah berhenti seiring berakhirnya praktik kolonialisme, namun dominasi budaya dan nilai-nilai Barat hadir dengan kemasan baru, yakni berupa representasi media massa atas realitas dunia "Timur". Pasca tragedi 9/11, Islam dan komunitas Muslim menjadi korban demonisasi dari aksi teror yang tidak pernah mereka benarkan, baik oleh masyarakat Barat maupun oleh sesama Muslim.