Showing posts with label News. Show all posts
Showing posts with label News. Show all posts

01 March 2013

One Ummah, One Flag, One War!


Syabab.Com - Setelah pekan lalu pihak sekuler berupaya menolak penamaan aksi revolusi yang akan menuntut penegakkan Khilafah ini, akhirnya aksi Revolusi Syam "Jumat Satu Umat Satu Bendera Satu Peperangan" akan digelar di seluruh kota dan daerah di Suriah hari ini Jumat, 01/03/2013.
Aksi penegasan bahwa umat Islam sebagai satu umat, satu bendera yakni rayatul uqab Rasulullah Saw. serta, satu peperangan terhadap para penyerang Islam, mendapat dukungan dari kaum Muslim di seluruh penjuru dunia. Ini akan menunjukkan bahwa sesungguhnya umat Islam ini benar-benar umat yang satu di seluruh penjuru dunia.

Sejak pekan lalu, para aktivis dan para ulama telah menyatakan dukungan atas penamaan aksi Jumat Satu Umat Satu Bendera Satu Peperangan ini di mana di dalamnya akan diserukan penegakkan Khilafah di bumi Syam sebagai pusat negeri kaum Mukmin.

Warga sudah mulai melakukan persiapan menyambut aksi di awal bulan Maret, di mana tepat 89 tahun lalu sudah kaum Muslim hidup tanpa keberadaan Khilafah, sebuah sistem pemerintahan yang akan menyatukan seluruh kaum Muslim, penerap syariah, penegak risalah, yang diserukan warga Syam.

Sementara itu, kaum Muslim di Masjid Al-Aqsa, Jumat pekan lalu, telah mengawali aksi dengan tema yang sama, Jumat Satu Umat Satu Bendera Satu Peperangan, sebagai bukti dukungan Baitul Maqdis terhadap rakyat Syam untuk mengembalikan panji-panji Rasulullah Saw, menegakkan Khilafah serta mampu membebaskan al-Aqsa yang terkepung oleh penjajah Yahudi Israel.

Aksi yang sama juga digelar oleh kaum Muslim di Eropa, seperti di Denmark. Mereka tidak kalah dengan kaum Muslim di negeri-negeri Muslim. Ribuan massa dari berbagai kota di Eropa tersebut berjalan menulusuri kota Copenhagen sambil meninggikan panji-panji royatul uqab Rasulullah Saw, panji hitam bertuliskan kalimah "Laa ilaaha ilallah muhammad rasulullah".

Hari Jumat ini, selain kaum Muslim di seluruh kota di Suriah akan meneriakkan tema yang sama "Satu Umat Satu Bendera Satu Peperangan" yang semakin mempertegas seperti dalam yel-yel mereka bahwa "revolusi kami, revolusi Islam", aksi serupa juga akan diselenggarakan oleh kaum Muslim di berbagai negeri untuk mendukung perjuangan penegakkan Khilafah di bumi Syam.

Demikianlah, umat Islam akan terus bangkit, fajar-fajar bersatunya umat Islam di bawah satu bendera, royatul uqob, panji Rasulullah Saw akan segera terwujud di bawah naungan Khilafah Rasyidah sebagai bisyaroh nabawiyah (kabar gembira dari Rasulullah). Insya Allah, semoga kita termasuk diantara para pejuang-pejuangnya, amin.
Rasulullah saw. bersabda: 

لاَ يَزَالُ مِنْ أُمَّتِي أُمَّةٌ قَائِمَةٌ بِأَمْرِ اللهِ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ»

وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ قَالَ عُمَيْرٌ فَقَالَ مَالِكُ بْنُ يُخَامِرَ قَالَ مُعَاذٌ وَهُمْ بِالشَّأْمِ فَقَالَ مُعَاوِيَةُ 

«هَذَا مَالِكٌ يَزْعُمُ أَنَّهُ سَمِعَ مُعَاذًا يَقُولُ وَهُمْ بِالشَّأْمِ

“Akan senantiasa ada sebagian orang dari umatku yang terus menegakkan urusan agama Allah. Tidak sampai memadaratkan mereka orang-orang yang menelantarkan mereka atau yang menentang mereka hingga tiba keputusan Allah (Hari Kiamat), sementara mereka tetap dalam keadaan seperti itu.” Umair mengatakan bahwa Malik ibn Yukhamir pernah mengatakan bahwa Mu’adz berkata, “Mereka itu ada di Syam.” Mu‘awiyah berkata, “Malik mengaku bahwa dia mendengar Mu’az pernah berkata, ”Mereka itu ada di Syam.” (HR. al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
Credit: Syabab.com
Share:

13 December 2012

Wajib tonton!


Bismillahi Al-Rahman Al-Raheem,
"Legislation is not but for Allah. He has commanded that you worship not except Him. That is the correct religion, but most of the people do not know." (Quran, Surat Yusuf 12:40)

We are the leaders of the following brigades:
- Ansar Al Sharia Brigade
- Abdullah Ibn El-Zubeir Brigade
- The Men of Allah Brigade
- The Martyr Mustafa Abdul-Razzaq's Brigade
- Swords of The Most Compassionate Brigade

Through our belief in the obligation of working to give full authority to the Islamic Shariah in all aspects of life and all government institutions, and as a request from us to gain Allah's pleasure (swt): We declare our formation of the coalition of The Supporters of the Khilafah in the sector of West Reef Aleppo. And we make a pledge to Allah (tabaaraka wa ta'aala), that we will strive actively to overturn the criminal, kaafir Baath regime. And that we will object to the conspiracies of the plotters, both internal and external (to Syria), and to bring down their sly plan: the plan of a civil democratic state. And that we will work with the sincere people of our Ummah to establish the Islamic Khilafah state, and to use it to end decades of colonisation and enslavement. And to return to the way we were -- as the nobles of the East and the West.

And indeed we invite our brothers who are fighters in the sincere brigades that they walk our path, and to declare their release from being tied to these new agents. And we warn them against offering compromises in their religion, for the sake of receiving money or weapons. Because certainly, therein lies their destruction.
"And to Allah belongs the depositories of the heavens and the earth, but the hypocrites do not understand." (Quran Surat Al Munafiqoon 63:7)

And Allah (azza wa jal) has guaranteed that He will support us if we support Him, and if we work to establish his upright religion and Shariah. Allah says:
"O you who have believed, if you support Allah , He will support you and plant firmly your feet." (Quran Surat Muhammad 47:7)

Allahu Akbar, All honour belongs to Allah.
Takbeer: Allahu Akbar! x3
The pledge: We swear by Allah, The Magnificent x2
That We will be trustworthy guardians of Islam x2
And that We will worship Allah and never associate partners with him x2
And that we will never settle with anything other than the Khilafah system x2
And even if we give in its way much [fighting] and souls x2
And Allah is over what we say a Witness x2
Takbeer: Allahu Akbar! x2
Share:

11 March 2012

Make Joseph Kony Famous!


Korang tau pasal Joseph Kony? Ramai orang yang telah "Make Him famous". Kalau korang belum tau kan, korang cepat-cepat cari kat google or search video pasal dia kat youtube. Saya dah tengok waktu hari Khamis hari tu. Sekarang, video pasal dia dah mencecah berpuluh-pulu juta tau.

Ramai yang dah buat kempen pasal dia. Satu dunia tau. Sebenarnya nak bagi orang tau yang dia tu penjenayah yang paling dikehendaki! Saya tak pasti betul ke idak cerita tu. Tapi, saya tertanya-tanya juga, kenapa kes pasal dia orang hebohkan sangat. Kes pembunuhan umat Islam tak kecohkan pula!

Diorang ni tak nampak ke yang pemimpin no 1 dunia telah bunuh banyak orang, kenapa tak heboh dan kecoh pula?! Saya memang tak puas hati pasal ni. Dah berapa banyak darah membasahi bumi disebabkan PEMIMPIN umat Islam tidak membela dan tidak menjadi perisai kepada umat.
"Indeed, the Imam (Khaleefah) is a shield, from behind whom you fight and by whom you are protected." [Muslim]
Sekarang ni, ada ke umat terbela dan dibela? Langsung tak ada. Pemimpin asyik suruh orang jaga, bela, lindungi dia je. Padahal, jadi pemimpin adalah tugas yang paling berat kat dunia. Sampai gunung-ganang, apabila Allah nak bagi tugas memimpin kat dia, dia takut. Ni, manusia suka nak pikul tapi langsung hancur dunia ni dibuatnya.

Berbalik pada tajuk, korang nak tau lebih lanjut pasal si Kony, korang tengoklah video pasal dia. Barulah korang akan faham. Allahu'alam.
Share:

24 January 2012

Rakyat Libya Tuntut Ditegakkannya Syariat Islam


Lebih dari 3.000 warga Libya Jumat kemarin (20/1) melakukan aksi di timur kota Benghazi, menuntut hukum syariah Islam menjadi sumber konstitusi masa depan negara Afrika Utara tersebut.
“Islam! Islam!, “Teriak para demonstran, dengan beberapa massa mengacungkan Al-Quran, seorang wartawan AFP melaporkan dari lokasi.

Sebuah pernyataan pers yang didistribusikan pada aksi itu menyerukan sebuah pasal yang mengidentifikasi Islam sebagai agama negara yang akanditambahkan ke dalam konstitusi.
Pasal harus non-negotiable dan tidak berubah dalam referendum yang akan datang terkait konstitusi, pernyataan itu mengatakan.

“Para pengunjuk rasa yang menyerukan hukum syariah sebagai sumber hukum yang secara jelas dinyatakan dalam konstitusi,” kata Fakhri al-Ghaith, seorang tokoh Islam Libya, yang hadir di Tahrir Square Benghazi mengatakan kepada AFP.

Demonstran juga menyatakan oposisi terhadap rencana untuk membuat Libya menjadi negara federal. Kepala Dewan Transisi Nasional Libya, Mustafa Abdul Jalil, telah menyatakan pada tanggal 23 Oktober tahun lalu bahwa syariah akan menjadi sumber utama perundang-undangan di negara Libya yang baru.

 “Kami sebagai sebuah negara Muslim telah mengambil syariah Islam sebagai sumber hukum, karenanya setiap hukum yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam secara hukum batal,” kata Abdul Jalil.

Dia membuat deklarasi tiga hari setelah pembunuhan Muammar Qaddafi yang mengakhiri konflik berdarah melawan pemerintahannya yang meletus Februari lalu dari Benghazi dan menyebar di seluruh negeri.
Selain Benghazi, ratusan Islamis juga melakukan aksi di dalam Tripoli dan di Sabha di gurun selatan negara itu.

Di Tripoli Aljazair Square, Islamis membakar “Buku Hijau,” buku pegangan Gaddafi tentang politik, ekonomi dan kehidupan sehari-hari, untuk menggarisbawahi bahwa Al-Quran harus menjadi sumber utama undang-undang negara.

Para demonstran Islam mencakup anggota Ikhwanul Muslimin dan kelompok Salafi, yang lebih memilih negara yang terinspirasi oleh syariah.

Aksi Ppotes ini menawarkan sekilas masa depan politik Libya di mana partai-partai Islam dan sekuler diharapkan untuk bersaing merebut kursi dalam majelis nasional yang dijadwalkan akan dipilih pada bulan Juni untuk merancang konstitusi bagi negara Afrika Utara itu.

Para ahli percaya bahwa Ikhwanul Muslimin adalah kekuatan politik yang paling terorganisir dan bisa muncul sebagai pemain politik terkemuka di Libya setelah Gaddafi. Demonstran di Aljazair Square juga melambaikan poster yang menuntut sistem keuangan Islam dan larangan adanya riba dan menyerukan sebuah konstitusi yang berasal dari hukum syariah.

Pada bagian lain, deputi Gubernur Bank sentral Libya bulan lalu mengatakan hukum yang mengatur perbankan Islam akan diterbitkan pada kuartal pertama 2012, namun menekankan bahwa bank-bank baik konvensional maupun syariah akan diizinkan untuk beroperasi di Libya.

“Kami ingin menjalankan hidup kami sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, baik itu ekonomi, politik atau hubungan kami dengan negara-negara lain,” kata Abdul Basit Ghuwaila, seorang pengkhotbah di sebuah masjid Tripoli. “Kebanyakan orang berpikir Islam adalah hanya tentang hukuman yang keras.”(eramuslim.com)

Credit : Hizbut Tahrir Indonesia
Share:

08 January 2012

Rakyat Diumpan Wang Untuk Raih Undi

Manfaat dan ganjaran terus digunakan di dalam memancing hati rakyat untuk menyokong parti masing-masing. Di Shah Alam baru-baru ini, Timbalan Pengerusi Barisan Nasional (BN) Selangor, Datuk Seri Noh Omar berkata, BN akan memastikan Selangor terus maju dengan pembangunan jika kembali menawan negeri itu pada pilihan raya umum ke-13.

"Selangor dulu maju tetapi sekarang kotor,” katanya semasa berucap selepas melawat ruang-ruang pameran di Karnival Sayangi Selangor di i-City, Seksyen 7, yang diadakan baru-baru ini sempena menyambut kedatangan tahun baru.

Beliau berkata, Selangor menjadi kotor selepas keputusan kerajaan negeri menamatkan kontrak pengurusan sisa pepejal dan pembersihan awam daripada Alam Flora Sdn Bhd dan melantik kontraktor-kontraktornya sendiri. Katanya, BN menyedari mengenai kelemahan itu dan akan memperbaikinya jika diberi peluang menerajui kembali Selangor.

Hairan, apakah hak Noh Omar untuk mempertikaikan hak kerajaan negeri kerana kuasa untuk melantik kontraktor adalah di bawah kerajaan negeri. Walaubagaimanapun, sekiranya kontraktor yang dilantik tidak menjalankan tugas dengan baik, maka kerajaan negeri harus bertanggungjawab untuk menegur, memberi amaran kepada kontraktor terbabit untuk memperbaiki keadaan. Jadi, adakah wajar menukar kerajaan negeri hanya dengan sebab kegagalan syarikat kontraktor menjalankan tugas dengan baik?

Jika dilihat daripada kenyataan awal, ianya jelas bahawa niat parti kerajaan memerintah ingin merampas kembali negeri Selangor adalah kerana ia merupakan negeri ‘lubuk’ untuk pelbagai  projek utama. Ini tidak menghairankan kerana Negeri Selangor merupakan gerbang masuk utama ke Malaysia selain merupakan negeri yang menarik banyak pelaburan asing. Jadi, sudah tentulah negeri ini menjadi salah satu fokus utama pihak kerajaan mahupun pembangkang. Apatah lagi, dengan pilihan raya umum ke-13 yang semakin hampir, segala kelemahan pihak lawan akan dibongkar habis-habisan walaupun ianya sekadar isu sampah.

Mengenai kenyataan Menteri Besar Selangor, Tan Sri Abdul Khalid Ibrahim yang mendakwa peruntukan RM2.7 bilion untuk Selangor tahun ini daripada kerajaan Persekutuan adalah wang rakyat dan bukannya wang BN, Noh berkata lagi, keadaan itu juga sama dengan pemberian wang RM100 kepada warga emas oleh kerajaan negeri Selangor di mana ia adalah wang rakyat dan bukannya wang Pakatan Rakyat.

Noh kemudiannya menyatakan bahawa ini berbeza dengan BN yang telah menyelesaikan bantuan awal persekolahan bernilai RM100 seorang dan dijangka memberikan Bantuan Rakyat 1Malaysia (BR1M) berjumlah RM500 bagi setiap isi rumah yang berpendapatan bawah RM3,000 sebulan pada bulan hadapan.

 Inilah wajah sebenar para pemimpin hari ini disebalik segala bantuan yang diberikan oleh mereka. Tuduh-menuduh ini secara tidak langsung mendedahkan sikap sebenar mereka di dalam mengurusi kepentingan rakyat. Walhal, peranan pemimpin itu adalah untuk menjaga dan memelihara kepentingan rakyat. Sebagaimana hadis daripada Rasulullah SAW:

Imam (pemimpin) itu adalah pemelihara, dan dia akan dipertanggungjawabkan dari apa yang dipeliharanya (rakyatnya)” [HR Bukhari].

Jadi, setiap pemberian kepada rakyat itu seharusnya dilihat sebagai sebahagian daripada tanggungjawab kerajaan kepada rakyatnya dan bukan mengharapkan jaminan untuk kekal memerintah dengan memenangi hati rakyat. Wallahua’lam.

Credit: MyKhilafah
Share:

14 August 2011

wajib baca : Propaganda masa ini

SERANGAN MISIONARIS KE ATAS UMAT ISLAM 

[SN272] Nampaknya bulan Ramadhan kali ini telah dicemari dengan politik kotor pihak tertentu yang begitu ghairah memainkan isu serbuan Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS) ke atas Gereja Methodist Damansara Utama yang dikatakan menjemput 12 orang Muslim ke majlis makan malam (berbuka puasa) anjurannya. Ekoran serbuan tersebut, Menteri Besar Selangor, Datuk Seri Khalid Ibrahim dikecam hebat oleh media dan kumpulan penyokong kerajaan kerana tindakannya yang dikatakan tidak berpihak kepada JAIS, manakala tindakan Datuk Dr. Hasan Ali selaku Pengerusi Jawatankuasa Tetap Hal Ehwal Islam, Adat Istiadat Melayu dan Kemudahan Awam Selangor, yang menyokong tindakan JAIS, dipuji habis-habisan oleh media dan penyokong UMNO.

Tanpa melepaskan peluang keemasan ini, UMNO terus menggunakan akhbar dan kumpulan penyokong mereka untuk terus melaga-lagakan PAS dengan PKR dan DAP dalam isu ini. PAS pula melihat isu ini sebagai sengaja dibangkitkan UMNO bagi menutup kes-kes penyelewengan yang dibongkar oleh PAS berkenaan pendaftaran mykad oleh JPN dan SPR menjelang pilihan raya umum ke-13. PAS bagaimanapun sedang berusaha untuk mengadakan pertemuan dengan JAIS dan juga pihak gereja sebelum menyatakan apa-apa pendirian berkenaan isu ini.

Pada 3 Ogos lalu, akhbar melaporkan yang Gereja Methodist ini telah menganjurkan majlis makan malam dengan menjemput 12 orang Islam yang, selain dilakukan secara tertutup, terdapat banyak perkara lain yang mencurigakan yang menunjukkan ada usaha-usaha dari pihak gereja untuk memurtadkan umat Islam. Namun, hingga kini masih belum ada kenyataan dari pihak gereja atau pengakuan dari mereka yang hadir berhubung apa yang sebenarnya telah berlaku. JAIS diberitakan sedang menyiapkan laporan rasmi mengenainya. Persoalan ini pada hakikatnya bukanlah suatu yang rumit untuk diselesaikan sekiranya pihak kerajaan benar-benar serius dalam menanganinya. Masalahnya, pihak kerajaan UMNO-BN hanya lebih berminat mengapi-apikan isu ini dalam usaha untuk menjatuhkan kredibiliti dan pemerintahan kerajaan negeri, kalau boleh!

Serangan Misionaris Di Dunia Islam

Jika benar ada usaha untuk memurtadkan orang Islam oleh pihak gereja, hal ini walaupun serius, tetapi tidaklah memeranjatkan kita. Al-Qur’anul Kareem telah pun menjelaskan kepada kita bahawa “Orang-orang Yahudi dan Nasrani itu tidak akan senang kepada kamu sehinggalah kamu mengikuti milah mereka” [TMQ al-Baqarah (2):120]. Sejarah telah membuktikan bahawa kumpulan mubaligh Kristian (misionaris) ini sememangnya amat aktif dalam usaha mereka untuk menjauhkan umat dari akidah dan ajaran Islam. Malah salah satu sebab rosaknya pemikiran umat Islam sehingga jatuhnya Daulah Islam (Khilafah) suatu waktu dahulu adalah hasil usaha misionaris ini. Serangan misionarris telah berlaku seawal abad ke-16 di mana mereka memulakan gerakan penyesatan dengan mengatasnamakan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Untuk memastikan kejayaan program ini, mereka telah menyediakan belanja yang sangat besar. Mereka bergerak untuk mencapai dua target utama:-

(i) Memisahkan dunia Arab dari Daulah Uthmaniyah dalam rangka membunuh Daulah Islam, dengan menggunakan istilah ‘Negara Turki’ untuk Daulah Uthmaniyah bagi membangkitkan fanatisme kesukuan

(ii) Menjauhkan kaum Muslimin dari ikatan yang hakiki, iaitu ikatan akidah Islam. Dari dua tujuan ini, tujuan pertama telahpun dicapai manakala tujuan yang kedua tetap diteruskan hingga ke hari ini. Faktor yang memotivasi orang-orang Eropah membentuk pusat perguruan misionaris di dunia Islam adalah pengalaman mereka pada Perang Salib. Pengalaman-pengalaman itu menyedarkan mereka bahawa kaum Muslimin sangat kuat dan tidak dapat dikalahkan di medan perang.

Barat lalu mengkaji rahsia kekuatan umat Islam dan mereka menemui jawapannya iaitu ‘akidah Islam’-lah yang selama ini menjadi pemberi kekuatan yang luar biasa pada tubuh umat Islam. Hukum-hakam Islam yang diterapkan oleh Daulah Khilafah telah menjalin kerjasama yang erat di antara warganegara Islam dan juga non-Muslim. Oleh yang demikian, setelah berfikir keras, kuffar penjajah ini menemui jalan untuk menghancurkan umat Islam iaitu melalui perang pemikiran. Perang pemikiran ini dijalankan melalui program misionaris. Langkah awalnya adalah dengan menarik para pemeluk agama Kristian agar bekerjasama dengan Barat. Seterusnya, menanam keraguan ke dalam diri setiap Muslim terhadap agama Islam serta menggoncangkan akidah mereka. Projek mega ini diwujudkan dengan langkah-langkah yang cukup tersusun dan konkrit oleh mereka.

Di akhir abad ke-16M mereka mendirikan markas misionaris di Malta. Markas itu dijadikan pengkalan serangan misionaris terhadap dunia Islam di mana dari sinilah kekuatan misionaris dikerahkan. Setelah menetap cukup lama di Malta dan mulai merasa keperluan memperluaskan gerakan, mereka berpindah ke Syam pada tahun 1625M. Gerakan mereka pada mulanya masih sangat terbatas tetapi sudah mampu mendirikan sekolah-sekolah kecil dan menyebarkan sebahagian dari buku-buku keagamaan kepada penduduk setempat. Mereka bersikap simpati dengan membantu menyelesaikan kesusahan-kesusahan masyarakat yang timbul akibat penindasan, pengusiran dan peperangan.

Para misionaris ini tinggal di sana hingga tahun 1773M, sehinggalah perguruan-perguruan misionaris kaum Kristian Jesuit dihapuskan dan lembaga-lembaga mereka ditutup, kecuali beberapa perguruan misionaris yang lemah seperti Perguruan Misionaris ‘Azariyyin. Pengaruh dan misi para misionaris terputus dan kedudukan mereka tidak tampak kecuali di Malta hingga tahun 1820M, iaitu ketika mereka berhasil mendirikan pusat gerakan misionaris yang pertama di Beirut. Setelah mula bergerak di Beirut, mereka menghadapi banyak kesulitan, akan tetapi mereka tetap konsisten dan terus melanjutkan gerakannya. Perhatian mereka yang utama masih terfokus pada misi keagamaan manakala perhatian terhadap masalah pendidikan masih lemah.

Pada tahun 1834M, delegasi-delegasi misionaris sudah tersebar luas ke seluruh Syam. Di Desa ‘Antsurah, Lebanon, telah dibuka satu pusat misionaris. Kemudian dari Malta dikirimkan delegasi-delegasi Amerika ke Beirut untuk mencetak buku-buku sekaligus menyebarkannya. Seorang misionaris Amerika yang sangat terkenal, Eli Smith, menggerakkan misi ini dengan bersungguh-sungguh. Di Malta, aktiviti misionarisnya mendapat sambutan dari penduduk setempat. Pada tahun 1827M, Smith datang ke Beirut tetapi dia tidak tinggal lama dan pulang semula ke Malta kerana bimbang dengan keselamatannya di samping tidak mampu bersabar dengan cabaran di sana. Kemudian pada tahun 1834M, dia kembali lagi ke Beirut dan bersama isterinya, telah membuka sekolah untuk perempuan. Dia bertekad memusatkan hidupnya untuk bekerja di Beirut secara khusus dan di Syam secara umum.

Seluruh aktiviti ini saling membantu dalam membangkitkan gerakan misionaris. Ibrahim Pasha yang menerapkan program-program pendidikan tahap pertama (dasar) di Syria - yang diilhamkan dari program pendidikan di Mesir, yang diambil dari program pendidikan dasar di Perancis - telah membuka peluang keemasan bagi para misionaris untuk mengembangkan sayap mereka. Mereka segera memanfaatkannya dan masuk ke dalam bidang pendidikan bersandarkan visi misionaris.

Kemudian gerakan ini berkembang ke bidang percetakan dan tumbuh sebagai sebuah ‘gerakan pendidikan’. Dengan gerakan ini, mereka mampu mempengaruhi hati rakyat Daulah Islam (Muslim mahupun non-Muslim) atas nama kebebasan beragama. Di antara kaum Muslimin, Nasrani dan Druze, mula diadakan aktiviti keagamaan yang berkaitan dengan akidah. Tidak puas hanya dengan gerakan melalui sekolah-sekolah dan dakyah yang dibawa melalui penerbitan dan persoalan kemanusiaan, mereka menyiapkan langkah yang lebih maju dengan mendirikan kelompok-kelompok pengkajian.

Pada tahun 1842M sebuah lembaga yang bertugas mendirikan kelompok pengkajian ilmiah di bawah pimpinan delegasi Amerika telah dibentuk. Kelompok ini bekerja sesuai dengan program-program para delegasi tersebut. Selama lima tahun, hingga tahun 1847, lembaga ini memantapkan posisinya dengan mendirikan kelompok pengkajian yang diberi nama Jam’iyyatu al-Funuun wa al-’Uluum (Kelompok Kajian Sastera dan Pelbagai Ilmu). Anggotanya adalah Nashif al-Yazji dan Butrus al-Bustaniy. Keduanya merupakan Nasrani Lebanon yang direkrut atas nama Nasrani Arab. Anggota lain adalah Eli Smith dan Cornelius van Dyke dari Amerika, serta Kolonel Churchill dari Britain.

Pada mulanya, tujuan kelompok pengkajian ini masih samar, akan tetapi, dalam perkembangan berikutnya objektif lembaga pengkajian ini sedikit demi sedikit mulai tampak. Mereka cuba  menyebarkan ilmu dan tsaqafah asing (Kristian dan Barat) kepada tokoh-tokoh masyarakat, sebagaimana mereka menyebarkan ilmu dan tsaqafah asing di sekolah-sekolah untuk kalangan masyarakat bawahan. Semuanya dibawa dan dididik dengan pemikiran Barat serta dipandu secara khusus sesuai dengan strategi misionaris mereka.

Meskipun para penggerak kelompok pengkajian ini bekerja keras dan berjuang habis-habisan selama lebih kurang dua tahun, namun mereka masih belum mampu merekrut anggota, kecuali hanya 50 individu yang berasal dari seluruh Syam. Mereka semuanya adalah orang Nasrani dan sebahagian besar adalah penduduk Beirut. Tidak ada dari kaum Muslimin atau kaum Druze atau masyarakat umum yang menyertainya. Setelah lima tahun berjalan sejak penubuhannya, kelompok pengkajian ini mati tanpa meninggalkan apa-apa pengaruh selain keinginan kuat kaum misionaris untuk tetap mendirikan banyak lagi kelompok pengkajian. Atas keinginan yang kuat ini, pada tahun 1850M, didirikan pula kelompok pengkajian lain yang dinamakan al-Jam’iyyatu al-Syarqiyyah (Kelompok Kajian Ketimuran) yang didirikan oleh kaum Jesuit di bawah pimpinan seorang Paderi Jesuit berbangsa Perancis, Henri Debrenier. Semua anggotanya adalah dari kaum Nasrani dan asas jalannya adalah sama seperti kelompok pertama. Akan tetapi, kelompok ini juga tidak mampu hidup lama dan akhirnya terkubur sebagaimana kelompok pengkajian yang pertama.

Pada tahun 1857M, sebuah lagi kelompok pengkajian baru ditubuhkan, kali ini dengan teknik yang baru pula. Dalam kelompok ini tidak ada satu pun warga asing yang menjadi anggotanya. Seluruh pendirinya diambil dari bangsa Arab. Ini membolehkan sebuah  koridor dibuka yang akan menyelaraskan dan menyatukan anggota-anggotanya antara kelompok Muslimin dan kelompok Druze. Mereka semua direkrut dan diberi platform Arab. Kelompok itu diberi nama al-Jam’iyyatu al-’Ilmiyyah al-Suriyyah (Kelompok Kajian Ilmiah Syria). Dengan kelebihan aktivitinya dan platform Arabnya serta tidak adanya anggota dari orang-orang Barat, maka kelompok ini mampu mempengaruhi warga Syria, sehingga ramai penduduk yang bergabung dengannya. Jumlahnya mencapai 150 orang. Di antara pengurusnya yang terkenal adalah Muhammad Arselan dari kaum Druze dan Hussain Behm dari kaum Muslimin. Demikian juga kelompok Nasrani Arab, mereka juga ikut bergabung dengan kelompok ini. Di antara mereka yang terkenal adalah Ibrahim al-Yazji dan Ibnu Butrus al-Bustaniy.

Kelompok ini mampu bertahan lebih lama daripada kelompok-kelompok yang sebelumnya. Di antara program-programnya adalah menyelaras dan mengimbangkan ahli dan membangkitkan rasa nasionalisme Arab dalam jiwa mereka. Namun hakikatnya, tujuan sebenar kelompok ini yang terselindung adalah serangan misionaris terhadap Daulah Islam atas nama ‘ilmu’.

Kemudian pada tahun 1875, di Beirut, dibentuk kelompok pengkajian yang sangat eksklusif (rahsia). Kelompok ini terfokus kepada gerakan pemikiran politik dan banyak menghembuskan idea nasionalisme Arab. Para pendirinya adalah lima pemuda yang pernah dibina dan memperoleh ilmu Protestan di Beirut. Mereka semua adalah orang Nasrani yang menguasai visi-visi misionaris yang mengakar dalam jiwa mereka. Setelah beberapa waktu, mereka mampu menghimpun ramai individu yang bersimpati dengan usaha mereka. Pendapat dan artikel-artikel mereka disebarkan untuk membentuk pandangan yang mengarah pada kebangkitan nasionalis dan kemerdekaan Arab, khususnya di Syria dan Lebanon. Meskipun tujuan gerakan ini terlihat jelas dalam gerakerjanya, namun program  dan berita-beritanya masih tersembunyi dan cita-citanya terus terselindung dan terpendam.

Kelompok atau organisasi (jam’iyah) ini menyeru kepada assabiyyah serta membangkitkan permusuhan orang-orang Arab terhadap Daulah Uthmaniyah yang mereka namakan Negara Turki. Di samping itu, mereka juga berusaha memisahkan agama dari negara dan menjadikan assabiyyah Arab sebagai asas ideologi. Selain memakai ‘baju’ ‘arubah (pan Arabisme), mereka juga banyak merujuk kepada penulisan-penulisan yang mencurigai Turki, yang menurut mereka telah merampas kekhilafahan Islam dari tangan orang-orang Arab. Turki juga dituduh telah melanggar syariat Islam yang mulia dan melanggar batas-batas agama. Tuduhan-tuduhan itu telah membuktikan tujuan mereka dengan jelas, iaitu membangkitkan gerakan melawan Daulah Islam, meragukan kaum Muslimin dalam beragama dan memunculkan gerakan-gerakan politik yang berdiri di atas landasan selain Islam. Mereka juga banyak menerbitkan pelbagai risalah yang disebarkan ke segenap wilayah Arab sesuai dengan misi mereka untuk menjauhkan umat dari agama Islam dan memecah-belahkan kesatuan umat serta meruntuhkan Daulah Islam dari dalam.

Inilah misi mereka yang dijalankan dengan licik sejak dulu hingga kini dalam menyebarkan agama Kristian, mengeksport pemikiran Barat ke Dunia Timur, meragukan kaum Muslimin dalam beragama, merendahkan sejarah Islam dan memuliakan Barat dan peradabannya. Semua itu dilakukan seiring dengan kebencian mereka yang amat sangat terhadap Islam dan kaum Muslimin, untuk menghina Islam dan menganggap umat Islam sebagai kaum ‘barbarian moden’. Gerakan missionaris ini akhirnya berjaya memperolehi hasil mereka dengan terpecah-belahnya kesatuan kaum Muslimin dan Negara Khilafah hasil dari racun assabiyyah yang mereka susupkan ke jiwa setiap Muslim. Usaha mereka tetap berterusan sehingga kini bagi memastikan akidah umat Islam terus melemah dan umat Islam tidak kembali bersatu di bawah naungan satu Negara. Justeru, tidak hairanlah jika usaha-usaha untuk memurtadkan umat Islam terus berlangsung hingga ke hari ini dan ia bukanlah suatu yang rahsia [lihat perbincangan lanjut dalam kitab ad-Daulah al-Islamiyyah, Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani].

Peranan Negara Dalam Menjaga Akidah

Sebuah Negara Islam tidak akan bertolak ansur sama sekali dengan usaha untuk merosakkan akidah umat Islam walaupun Negara sangat menjaga kedudukan warganegara non-Muslim sesuai dengan akad dzimmah yang berlaku. Hal ini kerana Negara Islam ditegakkan atas dasar akidah Islam dan adalah menjadi tanggungjawab Negara untuk membina dan menjaga kemurnian akidah umat Islam. Selain berkewajipan mendidik warganegara dengan kurikulum yang berasaskan akidah Islam, Negara juga wajib membasmi sebarang bentuk penyebaran idea mahupun usaha-usaha yang akan merosakkan akidah umat Islam seperti penyebaran ideologi kapitalisme, sosialisme (termasuk komunisme), pluralisme, sekularisme, kristianisasi dan sebarang bentuk ajaran sesat lainnya. Menurut Syeikh Abdurrahman al-Maliki, hukuman takzir kepada setiap orang yang melakukan aktiviti penyebaran ideologi atau pemikiran kufur adalah dipenjara dari 2-10 tahun, jika dia adalah seorang non-Muslim. Tetapi jika dia adalah seorang Muslim, maka kepadanya dikenakan hukuman murtad yakni dibunuh. Dan setiap orang yang melakukan penyebaran agama kufur di tengah-tengah kaum Muslimin, maka ia akan dikenakan uqubat yang serupa [Nidzamul Uqubat Fil Islam, bab Takzir].

Justeru, di dalam isu ini, apa yang sewajibnya dilakukan oleh pemerintah adalah memanggil dan membicarakan semua pihak yang terlibat, bukannya dengan menuding jari atau mengadu-domba pihak-pihak tertentu demi kepentingan politik kotor. Jika terbukti terdapat usaha untuk memurtadkan umat Islam, maka pihak yang berkenaan wajib dikenakan takzir yang berat. Kepada orang Islam yang terlibat, jika mereka mengaku bahawa mereka telah murtad dan melakukannya dengan sedar dan sukarela, maka mereka wajib disuruh bertaubat dan kembali ke pangkuan Islam. Jika mereka tidak mahu kembali, maka hukuman ke atas mereka adalah bunuh, sesuai dengan sabda Nabi SAW,
“Barangsiapa yang menukar agama (Islam) mereka, maka bunuhlah dia” [HR Bukhari].
Begitulah sepatutnya Negara menjaga akidah umat Islam dan mengekang sebarang usaha untuk menyesatkan umat Islam. Namun realiti pemerintah sekular Malaysia hari ini hanyalah lebih kepada berlagak hero yang kononnya menjaga Islam, walhal merekalah perosak Islam dan umat Islam. Mereka adalah pemerintah yang telah mencampak hukum Islam dari perundangan negara dan menerapkan undang-undang kufur serta membiarkan kekufuran dan kemaksiatan merajalela! Masihkah kalian tidak melihat semua kerosakan yang dilakukan pemerintah ini wahai kaum Muslimin?
 
Share:

04 June 2011

Rakyat Terus Menjadi Korban

[SN263] “Kenaikan tarif tidak membebankan rakyat”, begitulah intipati tajuk yang menghiasi muka depan Utusan Malaysia dan juga Berita Harian beberapa hari lepas. Dalam pengumuman tarif baru elektrik yang berkuat kuasa 1 Jun 2011, seramai 4.4 juta daripada 5.94 juta pengguna tidak mengalami kenaikan bil elektrik mereka jika menggunakan kurang daripada 300 kilowatt sejam (kWj) tenaga itu sebulan. Kata Perdana Menteri, kenaikan tarif itu perlu demi menggalakkan syarikat-syarikat tenaga melabur dalam bidang cari gali minyak serta gas dan penerokaan sumber tenaga baru. Melalui pelan rasionalisasi subsidi yang diumumkan, kerajaan meluluskan permohonan Tenaga Nasional Berhad (TNB) untuk menaikkan taraf asas elektrik sebanyak dua peratus bagi menampung kos pembekalan semasa [UM 01/06/11]. Kenaikan tarif elektrik pada kali ini sebahagian besarnya adalah disebabkan oleh kenaikan harga gas asli kepada sektor tenaga daripada RM10.70/mmBTU kepada RM13.70/mmBTU berkuat kuasa 1 Jun 2011.

Salah satu komponen utama lain dalam kos bahan api TNB ialah kos arang batu (48.3 peratus daripada campuran kos bahan api pada TK2010). TNB juga memberikan sebab kenaikan harga arang batu sebagai penyebab naiknya tarif elektrik [BH 31/05/11]. Walau apa sekalipun justifikasi yang diberikan oleh kerajaan, kita sudah muak dengan segala justifikasi ini kerana hakikatnya ia hanyalah merupakan justifikasi seekor musang untuk memakan sekumpulan ayam. Dengan kata lain, rakyat akan terus menjadi korban kerakusan sebuah kerajaan Kapitalis.

Tanpa perlu mempunyai taraf pendidikan yang tinggi sekalipun, rakyat boleh mencongak dan memahami bahawa kenaikan tarif ini akan hampir pasti mengakibatkan kenaikan harga barang-barang keperluan. Ini kerana, semua industri atau kilang pengeluar produk akan terjejas dengan kenaikan ini, maka sudah tentu mereka tidak akan sanggup menanggung lebihan kos dan kos ini pastinya akan dialih kepada pengguna. Untuk mengalihkan kos ini kepada pengguna, cara yang paling mudah dan amat berkesan ialah dengan menaikkan harga barang keluaran. Apabila pengusaha mula menaikkan harga barang, maka kitaran kenaikan ini akan akhirnya sampai kepada peruncit yang akan melakukan hal yang sama. Sudahnya, penggunalah yang akan menanggung segala beban. Justeru, walaupun Najib mengatakan 75% (4.4 juta) pengguna tidak akan terjejas dengan kenaikan tarif elektrik yang baru ini, namun ‘harga’ kenaikan ini tetap kena dibayar oleh semua 4.4 juta pengguna tersebut. Inilah kehebatan para pemimpin di dalam ‘menipu’ rakyat! Orang seperti Najib dan pak-pak Menteri lainnya, seperti biasa tidak akan terjejas atau terasa walaupun sedikit, dengan kenaikan tarif ini. Apa yang mereka pasti dapat rasakan adalah, kenikmatan kekayaan yang semakin banyak yang mereka dapat kaut dari rakyat hasil dari kenaikan ini! Inilah sifat sebuah kerajaan Kapitalis yang orientasi pemerintahan atau hidupnya adalah untuk meraih sebanyak mungkin kekayaan dari penderitaan orang lain yang berada di bawah kekuasaannya!

Elektrik Sebagai Sebuah Industri, Milik Siapa?

Di dalam sesebuah negara, elektrik sememangnya merupakan suatu keperluan, walaupun mungkin bukan keperluan asas. Untuk keperluan sesebuah negara dan rakyatnya, elektrik perlu dijana dari sumber kuasa yang besar dan tidak boleh tidak ia mesti melibatkan industri. Di antara asas-asas kehidupan ekonomi yang paling penting bagi umat, bangsa atau masyarakat mana pun di dunia ini, adalah industri. Pada masa dahulu, industri-industri hanya terbatas pada industri tradisional. Ketika manusia menjumpai cara menggunakan wap dalam menjalankan mesin, maka bermulalah industri mekanikal menggantikan kedudukan industri manual. Ketika tibanya era penemuan-penemuan moden, maka terjadilah revolusi yang penting dalam bidang industri. Produksi meningkat dengan begitu cepat yang sebelumnya tidak pernah terlintas di fikiran manusia. Industri mekanikal menjadi dasar di antara dasar-dasar kehidupan ekonomi. Revolusi industri ini kemudian terus berkembang pesat dan seterusnya menyingkap kezaliman sistem Kapitalis dengan menampilkan reputasi yang amat buruk. Kezaliman itu tampak jelas dalam eksploitasi para Kapitalis terhadap tenaga para pekerja dalam menciptakan monopoli-monopoli yang mengerikan dengan tertubuhnya perusahaan-perusahaan yang besar. Maka muncullah doktrin Sosialisme yang menawarkan kajian masalah ‘kepemilikan’ industri yakni apakah industri itu milik negara atau milik individu, atau milik negara atau milik umum?

Sebenarnya Islam telah lama menyelesaikan masalah industri dari segi kepemilikan dan hukum-hukum yang terkait dengannya. Islam menjelaskan bahawa hukum asal industri adalah milik individu. Ini bermakna, setiap individu rakyat boleh memiliki industri. Sehubungan dengan ini, maka industri adalah termasuk di dalam milkiyah al-fardiyah (pemilikan individu) dan bukannya milkiyah al-ammah (pemilikan umum) atau milkiyah ad-daulah (pemilikan negara). Dalil atas hal ini adalah bahawa Rasulullah SAW pernah meminta untuk dibuatkan cincin dan juga mimbar untuk baginda. Baginda meminta untuk dibuat cincin dan mimbar tersebut dari orang yang memiliki industri berkenaan sebagai kepemilikan individu. Manusia di masa Rasulullah SAW telah pun memiliki industri dan baginda mendiamkannya (membenarkannya). Ini menunjukkan bahawa Rasulullah SAW telah menetapkan industri sebagai milkiyah al-fardiyah, baik itu industri senjata, besi, kayu dan sebagainya. Tidak ada satu riwayatpun yang melarang tentang pemilikan industri dan tidak ada satu nas pun yang menerangkan bahawa industri itu adalah milik umum, samalah halnya di mana tidak ada satu nas pun yang menerangkan bahawa industri adalah milik negara. Dengan demikian, dalil itu tetap umum bahawa industri adalah termasuk milkiyah al-fardiyah.

Bilakah Industri Bertukar Menjadi Milkiyah Al-Ammah

Perlu difahami bahawa hukum industri diambil mengikut ‘hasil produksi’nya. Ini kerana Rasulullah SAW mengharamkan memerah (memproduksi) minuman keras (khamar) di mana hal ini (memproses khamar) adalah termasuk dalam bidang perindustrian. Dari Anas, ia berkata,

“Rasulullah SAW melaknat 10 orang yang berhubungan dengan minuman keras iaitu pembuatnya, pemesannya....” [HR Ibnu Majah & Tirmizi].

Dari Ibnu Umar, ia berkata,

“Ada sepuluh bahagian yang dilaknat berhubung dengan arak iaitu zatnya, peminumnya, penghidangnya, penjualnya, pembelinya, pembuatnya dan pemesannya” [HR Ahmad].

Industri pemerahan (jus buah) adalah mubah (harus), baik berupa industri pemerahan anggur, epal, oren dan sebagainya. Namun, Rasulullah SAW datang dan mengharamkan industri pemerahan (produksi) khamar. Keharamannya adalah kerana ‘produksi’nya yang menghasilkan khamar. Produksi pemerahan itu haram kerana status hukumnya adalah mengikuti ‘hasil’ pemerahannya. Ini bermakna, status hukum industri adalah bergantung kepada hasil yang diproduksinya. Perlu difahami bahawa hal ini tidak hanya khusus untuk khamar, tetapi meliputi setiap yang haram seperti industri judi, ganja, heroin, pembuatan patung dan seumpamanya.

Dari hadis-hadis yang melaknat pembuat arak, juga pemerahannya, maka dibuatlah kaedah “As-suna’ah ta’khuzu hukma ma tuntijuhu” (status hukum industri adalah mengikuti apa yang diproduksinya). Dalam kaedah ini, pengambilan dalilnya amat jelas. Larangan tentang pemerahan khamar misalnya, bukanlah larangan tentang ‘pemerahan’ itu sendiri, tetapi ia adalah larangan tentang pemerahan (untuk menghasilkan) khamar. Inilah maksud kaedah syarak tersebut, yakni haramnya industri adalah kerana haramnya hasil produknya. Inilah penjelasan dalil bahawa “status hukum industri adalah bergantung kepada apa yang diproduksinya”. Berdasarkan kaedah ini, maka memproduksi apa sahaja yang haram, adalah haram hukumnya. Hal ini termasuklah memproduksi barang-barang yang menjadi milik umum seperti galian, minyak dan seumpamanya yang mana produksinya tidak boleh (haram) dimiliki oleh mana-mana individu.

Seperkara yang tidak boleh dipisahkan dengan industri adalah ‘peralatan’ yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu produk, contohnya bekas yang digunakan untuk menghasilkan arak atau pahat yang digunakan untuk membuat patung dan sebagainya. Status hukum untuk semua peralatan ini adalah mengikuti barang yang dihasilkan. Ini bererti, status hukum kilang/perusahaan yang membuat barang tersebut juga adalah mengikuti apa yang diproduksinya. Maknanya, jika mesin atau bekas yang dibuat itu adalah dibuat untuk kegunaan menghasilkan suatu yang haram, maka semua yang terkait dengan bekas itu adalah haram. Begitu juga jika ada kilang yang dikhususkan untuk memproduksi barang-barang yang termasuk dalam pemilikan umum, maka barang hasil produksinya adalah milik umum dan kilang tersebut adalah termasuk milik umum. Pendek kata, ‘hasil produksi’ kilang akan mengubah ‘status hukum’ kilang sesuai dengan ‘status hukum barang’ yang dihasilkannya.

Dalam hal ini, syarak telah menentukan harta benda yang menjadi milik umum dengan ketentuan/nas yang sangat jelas. Harta benda dalam kategori berikut adalah milik umum dan tidak boleh (haram) menjadi milik individu –

(i) bahan galian yang jumlahnya tidak terbatas,

(ii) sumber daya alam yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki oleh individu secara perseorangan,

(iii) harta benda yang merupakan fasiliti umum di mana jika fasiliti tersebut tidak ada di suatu tempat atau komuniti, persengketaan akan berlaku di dalam komuniti tersebut dalam mencarinya.

Untuk tujuan perbincangan kita, kita hanya akan memfokuskan kepada kategori (ii) dan difokuskan lagi hanya kepada perbincangan tentang tenaga elektrik. Di antara ‘peralatan/barang’ yang dapat diterapkan hukum fasiliti umum adalah penjana kuasa elektrik (seperti penjanakuasa diesel, generator dan lain-lain). Dalam konteks sebuah perusahaan, hukum barang ini berbeza mengikut konteks tujuan penggunaan atau penghasilan tenaga elektrik tersebut. Jika tujuannya adalah untuk menghasilkan elektrik untuk penggunaan sendiri (cahaya lampu dan peralatan elektrik lainnya) maka peralatannya dalam keadaan ini menjadi milkiyah al-fardiyah. Ini kerana, cahaya lampu bukanlah milkiyah al-ammah yang mana ia tidak termasuk ke dalam kategori jika ia tiada, suatu komuniti akan bersengketa untuk mendapatkannya. Cahaya lampu berbeza dengan air, kerana untuk air, terdapat ketetapan langsung dari syarak,

“Manusia itu bersyarikat (bersekutu) dalam tiga perkara (iaitu) air, padang ragut dan api” [HR Abu Daud & Ahmad].

Oleh kerana itu, alat-alat yang digunakan untuk menjana elektrik untuk tujuan memperoleh cahaya lampu adalah termasuk pemilikan individu bukan pemilikan umum. Ini bermakna, boleh bagi mana-mana individu untuk memiliki peralatan penjana elektrik untuk memperoleh cahaya lampu bagi dirinya sendiri atau menjualnya kepada orang lain. Akan tetapi, seseorang itu tidak boleh memasang tiang elektrik dan kabel di jalan umum untuk menyalurkan elektrik ke rumah-rumah, kerana jalan merupakan milik umum.

Sedangkan jika penghasilan elektrik adalah digunakan untuk menjalankan fungsi api seperti memasak, memanas atau melebur logam dan sebagainya, maka elektrik dalam keadaan ini termasuk di dalam pemilikan umum, kerana ia termasuk ke dalam hadis “air, padang ragut dan api”. Yang dimaksud dengan ‘api’ di sini adalah bahan untuk pembakaran dan apa-apa yang terkait dengannya. Atas dasar ini, maka segala peralatan elektrik yang digunakan untuk tujuan mendapatkan fungsi pembakaran adalah milik umum. Dan Negara merupakan satu-satunya pihak yang mengawal dan menjaga (bukan memiliki) pemilikan umum ini.

Persoalannya, apakah status hukumnya jika alat janakuasa elektrik digunakan untuk memperoleh cahaya dan juga mendapatkan fungsi pembakaran dalam waktu yang sama? Jawapannya - jika biasanya (fi al-adah) tenaga elektrik digunakan untuk tujuan memperoleh cahaya, maka pada saat itu, alat janakuasa tersebut adalah milkiyah al-fardiyah, sebagaimana penggunaan seharian elektrik di rumah-rumah yang mana secara umum, tenaga elektrik dalam konteks ini sebenarnya digunakan untuk ‘memperoleh cahaya’. Dalam keadaan di mana tenaga elektrik yang disalurkan ke rumah-rumah adalah untuk tujuan memperoleh cahaya (dan membekal tenaga kepada peralatan-peralatan domestik) manakala penggunaan elektrik untuk tujuan memasak dan memanaskan hanyalah ‘rentetan’ dari bekalan tenaga elektrik yang wujud, maka status hukumnya adalah menurut penggunaan asalnya. Status hukum penggunaan tenaga elektrik ‘secara rentetan’ (memasak dan memanaskan) adalah ‘mengikuti’ hukum asal bagi tujuan yang lebih dominan (pemerolehan cahaya dan membekal tenaga kepada peralatan domestik). Namun, sekiranya tenaga elektrik digunakan secara dominan untuk pemanasan (seperti di kilang peleburan dan seumpamanya), manakala penggunaannya untuk ‘cahaya lampu’ hanyalah ‘rentetan’ atau ‘mengikuti’ tujuan utama kewujudan tenaga elektrik di kilang tersebut, dalam keadaan ini, alat janakuasa elektrik seperti ini berstatus milkiyah al-ammah.

Dari segi perbandingan, keadaan ini sama statusnya dengan hukum tanah yang ditanami pepohonan. Jika pohon adalah ‘lebih dominan’ dari tanah, maka status hukumnya dikembalikan kepada pohon sedangkan status hukum tanah adalah ‘mengikuti’ pohon, yang membolehkan ia (pohon) disewakan melalui akad musaqat. Jika tanah adalah ‘lebih dominan’ dari pohon, maka status hukumnya dikembalikan kepada tanah sedangkan status hukum pohon hanyalah ‘mengikuti’, dan ia (tanah) tersebut tidak boleh disewakan. Ringkasnya, status hukum sesuatu itu dikembalikan kepada tujuan aktiviti/objek yang asal (yang lebih dominan), bukan kepada aktiviti/objek ‘rentetan’ atau yang ‘mengikuti’ aktiviti/objek utama.

Namun, sekiranya tenaga elektrik dijana dari janakuasa hidroelektrik (dari sumber kuasa air), maka tidak diragukan lagi bahawa ia termasuk ke dalam kategori milkiyah al-ammah. Dalam hal ini tidak ada bezanya sama ada tujuan elektrik itu dijana untuk memperoleh cahaya lampu mahupun sebagai sebagai pengganti api (fungsi pembakaran). Seseorang itu dilarang memilikinya secara khusus (individu mahupun kumpulan) kerana ini akan menyebabkan terhalangnya orang lain dari memanfaatkannya, sedangkan ia adalah harta yang pelu dimanfaat dan dilindungi bersama. Oleh kerana itu, status hukum tenaga elektrik dalam hal ini adalah termasuk milkiyah al-ammah secara mutlak.

Di antara perusahaan yang juga dapat diterapkan atasnya hukum fasiliti umum adalah perusahaan arang batu. Sebagai bahan bakar, arang batu adalah milkiyah al-ammah sebab ia termasuk di dalam hadis “air, padang ragut dan api”. Begitulah juga dengan segala peralatan yang digunakan untuk mengeluar dan menghasilkan arang batu tersebut, semuanya adalah termasuk milkiyah al-ammah. Status hukum yang sama dapat diterapkan ke atas perusahaan atau industri yang berasal dari minyak bumi seperti industri petrokimia dan gas asli. Perusahaan seperti ini adalah milik umum kerana status minyak bumi dan gas asli itu sendiri adalah milkiyah al-ammah. Oleh kerana perusahaan atau industri tersebut memproduksi sesuatu yang berasal dari minyak bumi, maka industri tersebut merupakan sebahagian dari, dan mengikuti hukum minyak bumi sebagai milkiyah al-ammah.

Khatimah

Wahai kaum Muslimin! Islam mewajibkan pemerintah (negara) untuk memelihara urusan dan kemaslahatan rakyat. Dalam memberikan pelayanan kepada rakyat, negara tidak boleh berfikir untuk mencari untung. Negara bukanlah pihak yang ‘berniaga’ dengan rakyat, tetapi pihak yang ‘menjaga’ rakyat. Yang harus menjadi fokus pemerintah adalah bagaimana memberikan pelayanan kepada rakyat semaksima dan sesempurna mungkin mengikut hukum syarak. Apa jua perkara yang termasuk dalam kategori pemilikan umum, maka wajib bagi kerajaan untuk mengelolanya demi kepentingan rakyat dan haram bagi kerajaan mengaut keuntungan darinya. Segala kekayaan alam tidak boleh (haram) dikuasai oleh kerajaan atau segelintir orang atau pihak swasta. Ia wajib dikelola oleh negara bukan sebagai pemilik, tetapi hanya mewakili rakyat yang mejadi pemilik sebenar kekayaan tersebut. Seluruh hasilnya mesti dikembalikan kepada rakyat, di antaranya adalah dalam bentuk pelbagai pelayanan seperti penyediaan tenaga elektrik secara percuma (atau dengan harga kos) kepada rakyat. Sesungguhnya masalah kenaikan tarif dan semua masalah yang kita hadapi ketika ini adalah berpangkal dari penerapan ideologi Kapitalisme. Selama mana ideologi kufur ini masih terus diterapkan oleh pemerintah, maka selama itulah penderitaan rakyat tidak akan pernah surut. Hanya dengan menghancurkan ideologi buatan manusia ini dan menggantikannya dengan ideologi Islam, barulah umat manusia akan dapat hidup dalam kesejahteraan, dan hal ini tidak mungkin akan berlaku jika bukan Khilafah yang memerintah negara dan dunia ini.
Share:

17 April 2011

JALAN PERUBAHAN TANPA PILIHAN RAYA

[SN256] Pesta demokrasi yang sedang berlangsung secara besar-besaran di negeri Sarawak sekarang akan mencapai kemuncaknya pada 16 April nanti apabila hari mengundi untuk Pilihan Raya Negeri ke-10 tiba. Pilihan raya kali ini menjadi medan penting bagi kedua-dua pihak kerajaan dan pembangkang kerana kejayaan yang diperolehi bakal mencorakkan bukan sahaja kerajaan negeri itu sendiri malah kerajaan Persekutuan juga. Kemenangan di peringkat negeri tentunya akan menjadi penanda aras untuk kedua-dua pihak yang bertanding, dalam merebut kerusi Parlimen dalam pilihan raya umum ke-13 nanti dan seterusnya akan menentukan siapakah yang bakal memerintah Malaysia.

Justeru, tidak hairanlah sekiranya kita melihat kedua-dua pihak bekerja keras siang dan malam di dalam pesta yang dicipta oleh Barat ini demi memastikan kemenangan berpihak kepada mereka. Itu dari satu sisi. Dari sisi yang lain, untuk ke sekian kalinya kita menyaksikan pelbagai pesta maksiat lainnya yang merupakan satu pakej yang tidak terpisah dengan proses demokrasi ini seperti fitnah-memfitnah, keji-mengeji, penipuan, ugutan, rasuah, penyelewengan, kemunafikan dan lain-lain yang berlaku hampir setiap saat dan dapat disaksikan oleh setiap orang yang mempunyai penglihatan. Bagi mereka yang ikhlas dan bertakwa, mual dan muak rasanya apabila membaca atau menonton berita-berita tentang perkembangan pilihan raya yang laporannya sangat menjengkelkan. Kita menyaksikan perpecahan sesama umat Islam secara terang-terangan di mana sifat ukhuwah (persaudaraan), sayang-menyayang, lemah-lembut dan hormat-menghormati sudah tidak wujud sama sekali dan diganti dengan sifat permusuhan dan benci-membenci. Masing-masing berusaha menjatuhkan satu sama lain demi merebut kekuasaan. Semuanya berlaku kerana sebuah proses yang diagung-agungkan yang dipanggil demokrasi dan pilihan raya!!! Sungguh, pesta demokrasi ini bukannya semakin mendekatkan kemenangan Islam, malah semakin menjauhkan pejuang demokrasi dan juga umat Islam dari Islam.

Bagi para penganut sekularisme, demokrasi sememangnya menjadi jalan utuh untuk mereka terus kekal berkuasa dan meraih segala habuan dunia dengannya. Namun sungguh aneh bagi para pejuang Islam yang mengambil jalan demokrasi ini, di mana, walaupun mereka tahu bahawa pilihan raya di dalam demokrasi ini penuh dengan penipuan dan maksiat dan yang paling penting, tidak pernah membawa kemenangan Islam, namun mereka tetap mencintai dan bergelumang dengannya. Mereka sungguh sayang dan tidak mahu melepaskan dakapan mereka terhadap demokrasi seolah-olah Allah SWT sudah tidak menyediakan jalan lain (yang syar’ie) untuk menegakkan Islam kecuali dengan demokrasi! Padahal dari segi fakta sekalipun, revolusi Tunisia dan Mesir baru-baru ini yang berjaya menumbangkan diktator Ben Ali dan Mubarak sesungguhnya menjadi bukti nyata bahawa perubahan pemerintahan boleh berlaku di luar demokrasi dan di luar parlimen! Selama ini, para pejuang dan pendukung demokrasi dari kalangan umat Islam kerap menyatakan bahawa perubahan tidak mungkin dapat dilakukan kecuali dengan terlibat di dalam sistem demokrasi, mengikuti pilihan raya dan duduk di Parlimen. Tidak sedikit dari kalangan pejuang demokrasi ini yang menuding jari kepada parti Islam yang berjuang “di luar demokrasi” sebagai gerakan yang ‘menyusahkan’ mereka, gerakan yang sia-sia, tidak praktikal, tidak berpijak di bumi nyata dan tidak akan berjaya. Namun, dengan tumbangnya rejim Zein al-Abidin Ben Ali (Tunisia) dan Husni Mubarak (Mesir) di hadapan mata mereka sendiri, apakah para pejuang demokrasi ini masih ingin mengatakan bahawa demokrasi dan pilihanraya adalah satu-satunya jalan yang terbaik, praktikal dan benar? Sesungguhnya perubahan rejim selain melalui demokrasi dan pilihanraya ini bukanlah suatu yang baru di mana hal yang sama pernah berlaku di Iran semasa tumbangnya Syah Reza Pahlevi, di Filipina dengan kejatuhan Marcos dan di Indonesia dengan tersungkurnya diktator Soeharto. Apakah umat Islam pejuang demokrasi ini tidak mahu menyedari akan ini semua?

Sedikit Pengajaran Dari Kebangkitan Negara Arab

Setelah revolusi di Tunisia dan Mesir berjaya menumbangkan diktator di negara tersebut, umat Islam di negara-negara Arab lain pun turut bangkit untuk menjatuhkan pemerintah masing-masing yang terkenal kejam dan pembunuh. Di Libya, peperangan masih berlangsung di antara tentera Qaddafi dan umat Islam yang diparahkan lagi dengan kemasukan tentera Amerika Syarikat, Britain dan Perancis. NATO juga telah turut mengirim tentera atas nama menyelamatkan warga sivil, namun ternyata apa yang dilakukan oleh NATO ialah sebaliknya, yakni mereka turut melakukan serangan ke atas umat Islam yang memberontak terhadap Qaddafi. Kejatuhan diktator seperti Ben Ali dan Mubarak telah memberikan semangat yang besar kepada para peserta demonstrasi di negara lain sehingga mereka telah sanggup mengorbankan harta dan nyawa mereka untuk perubahan. Kita kini masih menyaksikan kebangkitan umat Islam di Yemen, Syria, Bahrain dan Algeria dengan menyuarakan aspirasi yang sama iaitu untuk menggantikan rejim opresif yang telah berpuluh tahun menyebabkan mereka menderita. Kesemua kebangkitan dan perubahan ini ternyata berlaku tanpa melalui pilihan raya!

Benar, pilihan raya boleh merubah sesebuah kerajaan, namun terbukti setakat ini bahawa hal ini amat sukar, di samping melibatkan banyak pelanggaran hukum syarak di dalamnya. Kerajaan yang sedang berkuasa tidak akan sanggup ‘menyerahkan’ kekuasaan mereka dengan begitu mudah melalui sebuah pilihan raya yang telus dan adil. Mereka akan melakukan apa sahaja tindakan keji demi memastikan mereka terus kekal berkuasa, bermula dari penipuan, rasuah, ugutan termasuklah sampai ke tahap pembunuhan, jika perlu. Inilah hakikat pilihan raya di seluruh dunia, apatah lagi di dunia Islam. Negara seperti Mesir, Tunisia, Algeria, Uzbekistan, Afghanistan, Pakistan dan banyak lagi, kesemuanya mengamalkan cara ‘pilihan raya demokratik’ untuk membentuk kerajaan. Namun lihat sahajalah apa yang berlaku di negara-negara ini setiap kali menjelang pilihan raya. Parti-parti kerajaan selalunya menang besar dan pembangkang boleh dikatakan langsung tidak mempunyai peluang untuk menang dan memerintah.

Sebagai contoh, kita telah menyaksikan pada awal tahun 90-an di Algeria bagaimana umat Islam cuba bangkit untuk menolak pemerintah melalui pilihan raya. Parti Front Islamic du Salut (FIS) telah pun berjaya memenangi pilihan raya peringkat pertama dan mereka menang dengan majoriti yang lebih besar pada kali yang kedua. Namun sayangnya kemenangan mereka telah ‘dijawab’ dengan darah dan peluru terhadap anggota-anggota FIS. Dengan dukungan dari Perancis, kerajaan yang sedia ada telah menggunakan tentera yang mereka miliki dan mengisytiharkan bahawa kemenangan FIS adalah tidak sah. Malah lebih buruk, pihak tentera telah melakukan pemburuan, penangkapan dan pembunuhan ke atas anggota-anggota FIS sehingga parti berasaskan Islam yang baru menang itu terus ‘hancur’ dalam sekelip mata sahaja.

Begitu jugalah apa yang berlaku ke atas Hamas di Palestin. Setelah Amerika dan Israel berjaya ‘menjinakkan’ Hamas agar masuk ke dalam pilihan raya, lalu Hamas terus terjerumus ke dalam perangkap kuffar itu dan terjun ke dalam jurang demokrasi. Namun, seluruh dunia mengetahui bahawa setelah Hamas diisytiharkan menang di dalam pilihan raya, kemenangan mereka tidak diiktiraf oleh AS dan Israel dan mereka terus diperangi. Hamas kemudian ‘disibukkan’ dengan perjuangan untuk mendapatkan pengiktirafan bahawa kemenangan mereka melalui proses pilihan raya yang demokratik itu adalah sah.

Senario yang hampir sama boleh dilihat di seluruh dunia umat Islam hatta di Malaysia sekalipun. Kemenangan Pakatan Rakyat di Perak sebagai contoh, melalui pilihan raya yang demokratik telah berakhir dengan amat tragis melalui sebuah proses ‘rampasan kuasa yang sah’ di bawah sistem demokrasi! Malangnya, para pencinta dan pendukung demokrasi dari kalangan gerakan Islam masih tetap setia dengan demokrasi dan pilihan raya dan sanggup di patuk ular dari lubang yang sama walau berpuluh-puluh kali sekalipun!!!

Keberkesanan Dan Kejayaan Perjuangan Di Luar Pilihan Raya Dan Di Luar Parlimen

Sesungguhnya kebangkitan umat Islam yang berlaku di negara Arab adalah sebuah kebangkitan yang baik. Mereka telah digerakkan oleh keinginan untuk berubah setelah sekian lama hidup di dalam penindasan di bawah rejim diktator. Ternyata, mereka sudah tidak percaya atau menunggu proses pilihan raya untuk menumbangkan kerajaan kerana mereka sedar bahawa pilihan raya bukan lagi jalan terbaik untuk mereka dan tidak pernah menjadi jalan terbaik pun! Pendapat umum (ra’yul am / public opinion) yang dibangun secara efektif ternyata mampu menggerakkan masyarakat menuju suatu perubahan. Cumanya, hal itu tidaklah boleh berdiri sendiri kecuali disertai oleh sokongan dari pihak tentera selaku ahlu al-quwwah (pemilik kekuatan). Di sinilah, di dalam perjuangannya, Hizbut Tahrir selalu menyatakan dan menekankan bahawa proses thalabun nusrah (mencari pertolongan) dari ahlu al-quwwah, selain menjadi thariqah (jalan) yang efektif, ia merupakan satu-satunya cara yang syar’ie di dalam meraih kekuasaan, setelah dalam masa yang sama masyarakat dibentuk dengan kesedaran umum (wa’yul am) tentang Islam dan Khilafah sebagai sistem pemerintahan yang sebenar. Dan semua ini dilakukan tanpa kekerasan dan tanpa mengangkat senjata, sesuai dengan thariqah yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah SAW.

Peranan tentera sangat signifikan untuk merealisasikan sebuah perubahan. Keberhasilan perubahan di Tunisia dan Mesir tidak boleh dipisahkan dari keputusan pihak tentera yang berbalik arah dan tidak lagi mendukung rejim yang sedang berkuasa. Hal yang hampir sama sebenarnya terjadi di Indonesia pada detik-detik terakhir kejatuhan Soeharto pada tahun 1998. Tentu lain kesudahannya jika pihak tentera tetap mempertahankan rejim sedia ada, bahkan lebih buruk sekiranya tentera berada dalam keadaan memusuhi rakyat. Demikianlah yang terjadi di Algeria ketika kemenangan FIS. Kini, kita menyaksikan hal yang sama apabila tentera yang setia kepada diktator Libya (Qaddafi) tidak bersama rakyat. Sesungguhnya kunci kemenangan kepada revolusi damai di Tunisia dan Mesir adalah munculnya ra’yul am yang menggerakkan masyarakat dan disertai oleh dukungan dari ahlul quwwah (tentera). Ternyata, segala perubahan damai ini boleh berlaku dan telah berlaku, tanpa sebuah pilihan raya!

Namun sayangnya perubahan di Tunisa dan Mesir telah ‘dicemari’ dengan tangan-tangan kotor Barat dan hanya berlaku sebatas penggantian rejim, bukannya sistem. Padahal, yang menjadi persoalan di kedua-dua negara itu bukanlah sekadar masalah ‘siapa’ yang memerintah, tetapi ‘sistem’ apa yang digunakan untuk memerintah. Sistem kufur-sekular di Tunisia dan Mesirlah yang menjadi pangkal kepada segala kerosakan dan sistem ini masih lagi dipertahankan sekarang kerana yang berlaku hanyalah sebatas penggantian rejim, bukannya penggantian sistem. Sistem kufur-sekular inilah yang memberikan jalan kekuasaan bagi rejim diktator yang menjadi penjilat Barat atas nama demokrasi. Atas nama demokrasi jugalah, Barat masuk ke negara umat Islam dan meletakkan bonekanya untuk menjadi rejim berkuasa mengikut kehendak Barat. Atas nama demokrasi jugalah, Barat dan para penguasa umat Islam berusaha membendung gerakan-gerakan yang menyuarakan penegakan syariah Islam dan Khilafah.

Dari aspek lain, perubahan di Tunisia dan Mesir tidak terjadi sebagaimana yang diinginkan kerana tidak wujud kesatuan misi politik di kalangan umat Islam yang bangkit. Gerakan-gerakan mahupun orang-perorangan yang turut serta di dalam protes, walaupun mereka menginginkan perubahan, namun masing-masing mempunyai visi yang tersendiri. Seperti diketahui, revolusi rakyat (people power) di Mesir diusung oleh pelbagai elemen, ada aktivis Islam seperti Ikhwanul Muslimin, aktivis Hak Asasi Manusia, aktivis parti sekular, kaum buruh, pelajar dan sebagainya. Mungkin mereka sepakat dalam satu hal, yakni untuk menumbangkan Husni Mubarak, namun apa yang jelas adalah mereka tidak mempunyai visi bersama mengenai sistem pemerintahan ideal yang sepatutnya diterapkan.

Dari fenomena ini, ia seharusnya menjadi pengajaran kepada umat Islam bahawa sekarang dan selepas ini, suatu gerakan massa seharusnya dilaksanakan oleh umat Islam melalui satu visi yang sama, yang dikendalikan oleh satu kelompok yang benar dan ikhlas untuk membawa perubahan melalui thariqah (jalan) sebagaimana yang telah dilalui oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Dengan cara ini sahajalah, jika terjadi perubahan, maka perubahan itu akan terjadi tidak hanya sebatas kepada pertukaran rejim (individu penguasanya), namun juga perubahan di dalam sistem pemerintahannya yakni dari sistem pemerintahan kufur-sekular kepada sistem pemerintahan Islam di bawah naungan Khilafah.

Untuk itu, apa yang menjadi seruan Hizbut Tahrir di Tunisia dan Mesir kepada para peserta demonstrasi khususnya dan umat Islam amnya merupakan suatu hal yang amat penting untuk difahami. Seruan Hizbut Tahrir adalah agar perubahan dilakukan bukannya dengan hanya mengganti seorang ejen kepada ejen yang lain, bukan pula dengan mengganti sebuah perlembagaan sekular dengan perlembagaan sekular lainnya, tetapi ia hendaklah perubahan dari satu sistem (sistem kufur) kepada sistem yang lain (sistem Islam). Di Mesir, Hizbut Tahrir menyerukan bahawa perubahan yang sejati hanya akan terjadi ketika Mesir kembali menjadi ibukota umat Islam dengan tegaknya Daulah al-Khilafah ar-Rasyidah, sebagai sebuah negara Islam yang merupakan satu-satunya negara untuk seluruh kaum Muslimin. Perubahan hakiki, dengan tegaknya pemerintahan Islam yang diwajibkan oleh Allah Azza Wa Jalla ini sahajalah yang akan menjamin keamanan dan kesejahteraan buat umat Islam dan yang akan membuatkan darah para pejuang yang gugur itu, tidak gugur dengan sia-sia!

Khatimah

Wahai kaum Muslimin! Sekiranya kalian benar-benar mahukan perubahan di dalam suasana pemerintahan ini, tanyalah diri kita sendiri dan tanyalah kepada saudara-saudara kalian yang lainnya, apakah ‘bentuk’ perubahan yang kita ingini? Adakah kita inginkan perubahan dengan hanya pertukaran seorang pemimpin lama kepada pemimpin yang baru? Atau adakah kita inginkan perubahan dengan pertukaran seorang pemimpin dari parti A kepada pemimpin dari parti B? Apakah kalian tidak melihat selama ini bahawa sudah berlaku dan berlalu berapa puluh kali perubahan kepimpinan melalui setiap pilihan raya yang diadakan, namun hakikatnya tidak pernah berlaku perubahan di dalam ‘sistem’! Sistem kufur-sekular masih tetap membelit umat Islam walaupun parti yang menang adalah dari parti Islam dan sistem Islam masih tetap tidak dapat diterapkan sehingga sekarang. Dengan sejarah dan perkembangan yang berlaku, baik di negara ini mahupun di seluruh dunia yang telah dan sedang kita saksikan, masihkah kalian menaruh harapan dan ingin mengatakan bahawa satu-satunya jalan perubahan yang terbaik adalah melalui pilihan raya di bawah sistem demokrasi? Sedarlah wahai mereka yang masih terlena dan terleka, bahawa sesungguhnya umat Islam tidak pernah dan tidak akan pernah menang, malah Islam tidak pernah dan tidak akan pernah dapat ditegakkan selama mana umat Islam itu masih tetap terbelenggu dengan sihir demokrasi.
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin”? [TMQ al-Mai'dah (5) : 50].
Share:

07 April 2011

Libya: The Muslim armies have moved, but…

As I mingled with journalists outside the London conference organised by Western powers to determine the future of Libya, I came across an Egyptian journalist. I gave him my business card and the statement issued by Hizb ut-Tahrir in Britain regarding western intervention in Libya. He looked at both, recognised Hizb ut-Tahrir and started to talk about how the Islamic Khilafah (caliphate) system cannot be re-established.

Since the issue at hand was the suffering of our brothers and sisters under Gadaffi and the Western powers attempt to determine the future of another Muslim country, I moved the conversation to Libya and the role of Egypt in helping to end the bloodshed there. I talked of Egypt’s huge military capability and that we are one Muslim ummah so should help one another. He replied that Egypt could not get involved and soon after we had to finish our conversation and said our goodbyes.

Why could the Egyptian and Tunisian armies neighbouring Libya not get involved? Why could the Saudi, Kuwaiti or Qatari armies not help to rescue our brothers and sisters from Gadaffi and prevent the West getting involved – to secure their interests – instead? Why is it OK for the West to get involved despite their recent track record of involvement in Iraq and Afghanistan and the resulting death, chaos and destruction? How could I convince my Egyptian brother – and others like him – if I had more time with him?

1) Think as a Muslim not a nationalist. We are one Ummah

With the uprisings in Tunisia, Egypt and elsewhere, we need to discard the thinking that Western powers have to come to our rescue or that international institutions like the United Nations must authorise our actions. Such thinking leaves us paralysed and beholden to carrying out the agendas of the West.

We also have to discard the thinking that Egypt, Tunisia and Algeria are somehow fundamentally different because of the borders drawn up by the colonialists. Respecting these borders has lead to Muslims standing by and watching as their brothers starve or are killed. It is amazing that when chaos, hunger and starvation started to affect Somalia, Muslim countries like Saudi or the Gulf states did not intervene despite the abundance of wealth we have been blessed with.

We must remind people to think Islamicaly about the issues affecting us in the Muslim world. That means looking to Allah’s guidance for solutions, after all, isn’t He (swt) the All Knowing Who sent guidance for every problem we would face?  Islam provides solutions regarding accountable governance, the creation of stable currency, distribution of wealth, public property and several other issues which together builds the vision for an Islamic alternative and real Islamic change.

“The believers, in their love, mutual kindness, and close ties, are like one body; when any part complains, the whole body responds to it with wakefulness and fever.”[Muslim]

2) Islam orders Muslim armies to intervene

So in this case of Libya, Islam commands other Muslims to intervene to help end the tyranny of Gadaffi

“And what is wrong with you that you fight not in the Cause of Allah, and for those weak, ill-treated and oppressed among men, women, and children, whose cry is: “Our Lord! Rescue us from this town whose people are oppressors; and raise for us from You one who will protect, and raise for us from You one who will help.
[TMQ An-Nisa 4:75]

3) Muslim armies are capable

An article titled ‘Libya: allied military assets and main attack sites’ lists the military assets of Muslim countries around Libya
Algeria: 118 Ground attack aircraft

Kuwait: 39 Hornet fighters

UAE: 142 F-16 and Mirage fighters

Qatar: 12 Mirage 2000 fighters

Saudi Arabia: 161 ground attack capable Eagle, Tornado and Typhoon fighters

Egypt: 238 Ground attack aircraft. Operates one of the largest number of F-16s in the world
The 450,000 strong Egyptian army dwarfs the 25,000 forces that Gadaffi was reported to have before the fighting started. Together with the armies and military assets of Saudi, Tunisia and other Muslim countries they are more than capable of over running the remaining pro-Gadaffi forces and saving the people of Libya in conjunction with the forces that have already managed to liberate Benghazi and other parts of Libya.

4) Muslim armies have moved across borders

Some say Muslim armies would never move to save fellow Muslims. Qatar’s Mirage jets are busy flying sorties over Libya under the command and fulfilling the agenda of a Western alliance seeking to preserve its interests in Libya and we have all seen Saudi forces roll into Bahrain to prop up a fellow despot. Prior to this, Egypt, Syria and several Muslim rulers deployed their armies to fight alongside the US and UK in the first Gulf war. So Muslim armies have, and can move but the current Muslim leaders only deploy them to serve the interests of their Western masters, not the interests of Islam or the protection of the Muslim Ummah. So the real problem is the lack of an independent political will which again highlights the need for an independent Islamic political leadership, the Khilafah, which will deploy the armies for the interests of Islam and Muslims.

5) Western intervention

Whilst the Islamic solution is clear and more than feasible, we do not see many Muslims advocating it and putting pressure on the Muslim rulers. The inaction of the rulers and the killings by Gadaffi then allowed the West an excuse to intervene for their interests under the guise of humanitarianism.

If their agenda goes unchallenged, the outcomes would most likely be like those in Afghanistan, Iraq, Bosnia or Kosovo which could include any of the following:

1.         Western troops and bases on the ground in Libya

2.         A constitution that maintains a secular system

3.         A political elite that sustains the west’s interests

4.         Decades of payments for the ‘service’ the west has rendered in helping ‘liberate’ Libya

All of the above would secure western colonial interests in the region, and not those of the Ummah.

That the Muslim armies have not been released to save the people and prevent this new colonial venture is a criminal neglect. Those who have given their blood and their lives did not do so for these aims.

6) Mobilise people power to demand Islamic solutions

The recent uprisings are a good example of achieving ‘the impossible’. Three months ago, who would have predicted that Mubarak, after decades of oppressive rule, would be out of office with Gamal Mubarak nowhere to be seen?

The last few months also shows that rulers are affected by the opinion in society. Those serving in the armies are also affected by the opinion in the society since they are from the society and can face questions from their wives, fathers, sisters and mothers as to why military force is deployed in a particular manner. So it is more important than ever to raise awareness about the Islamic solutions to specific problems and motivate people to demonstrate and demand that those in charge address them or step aside.

In the globalised world, Muslims are connected so every one of us can help to raise awareness and urge people to demonstrate for their demands so that people in Egypt, Tunisia, Saudi and elsewhere demand that their armies intervene in Libya as part of their Islamic duty and also demand that the current rulers, the real obstacles to saving the people of Libya step aside or be removed.

The absence of a sincere and truly independent Islamic political leadership, the Khilafah (Caliphate), which carries out the Islamic injunctions, unites the peoples of the Muslim world and mobilises the armies to help the Muslims in Libya, Somali and elsewhere is the root of the problems that we face. My Egyptian journalist friend cannot simply dismiss this single factor that would bring real change to this region that has, for so long, been in crisis.

Taji Mustafa

Media Representative of Hizb ut-Tahrir in Britain

Sources : Hizbut Tahrir Britain
Share:

01 April 2011

Kekejaman Diktator Libya . .

assalamualaikum . . alhamdulillah , selesai dah pertandingan pidato tu n dah tak de gementar2 dah . syukur ya Allah . ok , hari ni pun saya tak de idea apa nak ditulis , just copy daripada mykhilafah.com . bacalah , fikirlah .

KEKEJAMAN DIKTATOR LIBYA DAN KEENGGANAN PARA PENGUASA KAUM MUSLIMIN MENOLONG LIBYA


[SN255] Sudah hampir dua minggu puak kuffar Barat melancarkan serangan ke atas Libya. Serangan besar-besaran Barat itu diketuai oleh Amerika Syarikat (AS) dengan dibantu sekutu kuatnya Britain dan Perancis. AS langsung tidak mengendahkan kecaman dari Russia dan China yang tidak bersetuju dengan serangan tersebut yang disifatkan sebagai mencabul kedaulatan sebuah negara yang mempunyai kerajaan yang sah dan boleh mengundang ‘perang salib’. Serangan brutal Barat ke atas Libya ini dijustifikasi dengan resolusi 1973 Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) yang meluluskan sebarang bentuk tindakan demi menjaga keselamatan warga sivil Libya dari tindakan ketenteraan Qaddafi.

Melalui serangan terbaru ke atas negara di utara Afrika itu, sekali lagi kita menyaksikan tentera bersekutu Barat telah berjaya menceroboh tanah umat Islam atas dalih undang-undang antarabangsa! Siapa pun yang mempunyai mata hati sesungguhnya dapat melihat bahawa kemasukan AS dan sekutunya ke Libya bukanlah kerana ingin menyelamatkan orang awam atau menghapuskan kediktatoran Qaddafi atau memusnahkan persenjataan tentera Qaddafi, namun ia adalah disebabkan oleh keinginan Barat untuk terus menancapkan kekuasaannya ke atas negara umat Islam dan merampaskekayaan sumber minyak di negara tersebut.

Hal ini sama sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Barat semasa melancarkan serangan ke atas Iraq dan Afghanistan. Ia bukanlah kerana ingin menghapuskan senjata pemusnah besar-besaran (weapon of mass destruction) atau menghapuskan penguasa diktator atau menyelamatkan orang awam, tetapi ia adalah dalam rangka usaha berterusan mereka untuk menguasai negara umat Islam yang terkenal kaya dengan sumber minyak. Kisah-kisah yang lalu menjadi bukti yang amat jelas bagaimana Baratlah yang telah menaikkan penguasa diktator ini dan ‘menjaga’ mereka, membekalkan senjata kepada mereka, membiarkan mereka membunuh rakyat sendiri, memuji mereka dan sebagainya, sehinggalah apabila penguasa diktator ini sudah tidak lagi diperlukan Barat, maka Barat berusaha untuk membuang mereka dengan apa cara sekalipun termasuklah membunuh mereka! Begitulah nasib para penguasa kaum Muslimin yang kejam.Para penguasa penyembah Amerika ini tidak pernah mahu mengambil pengajaran bahawa mereka cuma ibarat tisu kepada AS, yang diguna apabila perlu dan akan dibuang begitu sahaja apabila sudah digunakan.

Pada akhir abad ke 18 semasa Daulah Khilafah tercerai-berai dan selepas kejatuhan Daulah Khilafah secara rasmi pada 28 Rajab 1342H (3 Mac 1924) sehinggalah sekarang, kuffar Barat yang dahulunya diketuai oleh Britain dan kini AS, telah melantik ejen-ejen mereka sebagai penguasa di negara-negara umat Islam. Ejen-ejen ini begitu setia dengan Barat dan memerintah mengikut apa yang Barat arahkan tanpa terpesong sedikitpun dari kehendak Barat. Ejen-ejen ini terkenal dengan kediktatoran dan kebrutalan mereka di mana mereka sanggup (dan telah) membunuh ramai pejuang Islam yang merupakan rakyatnya sendiri, demi memastikan mereka terus kekal berkuasa dan menjadi penyembah tuan mereka yang setia.

Kita telah menyaksikan bagaimana sejak lebih 80 tahun lepas, Barat yang kononnya menampilkan dirinya sebagai pejuang hak asasi manusia, tetapi dalam masa yang sama menunjukkan sokongan yang tidak berbelah bahagi kepada penguasa Muslim yang korup lagi brutal di dalam isu hak asasi manusia. Barat akan sentiasa berdiam diri, malah akan terus menyokong rejim yang jahat ini walaupun kekejaman penguasa ini disaksikan oleh seluruh dunia. Kita melihat bagaimana rejim Saudi, Mesir, Tunisia, Yemen, Syria, Pakistan, Bangladesh, Uzbekistan, Tajikistan dan banyak lagi yang terus mendapat sokongan Barat walaupun kesemua rejim ini terkenal sebagai pembunuh rakyatnya sendiri yang merupakan umat Islam. Inilah sikap hipokrit Barat yang jelas dapat dilihat walau oleh orang yang buta sekalipun!Namun satu hal yang pasti, Barat tidak akan berkompromi sedikitpun dengan ejen-ejen mereka yang bodoh ini apabila ejen-ejen ini sudah tidak dapat memberi manfaat kepada Barat. Inilah yang terjadi kepada Ben Ali dan Mubarak dan kini giliran Qaddafi pula untuk dicampak dengan cara yang hina oleh Barat!

Sesungguhnya umat Islam tidak memerlukan Barat untuk membuang para penguasa diktator ini. Umat Islam yang berada di bawah 57 buah negara gabungan OIC mempunyai kekuatan yang cukup untuk menghapuskan mana-mana diktator. Tentera Mesir sahaja sudah cukup untuk menjatuhkan Qaddafi yang kejam itu, dengan bilangan tentera yang jauh lebih ramai dan persenjataan yang jauh lebih banyak dan canggih berbanding Libya. Namun oleh kerana kesemua pemimpin umat Islam merupakan pengkhianat kepada umat di mana mereka langsung tidak mempedulikan nasib umat Islam di Libya (dan juga di lain-lain negara), maka Barat dapat masuk ke negara umat Islam dengan begitu mudah. Bukan sahaja pemimpin-pemimpin ini hanya pandai berpeluk tubuh melihat umat Islam dibunuh, malah lebih buruk, ada yang menyokong dan membantu memberikan kemudahan kepada tentera bersekutu Barat untuk menyerang Libya! Sungguh, para pemimpin umat Islam yang berjumlah lebih dari 50 orang ini sudah tidak boleh diharap dan sudah hilang ketakwaan dan rasa malu mereka kepada Allah, RasulNya dan kaum Mukmin! Ternyata dan terbukti sekali lagi bahawa negara-negara OIC benar-benar hanya“Oh I See..” sahaja ke atas apa yang menimpa umat Islam di Libya. Sedarlah wahai kaum Muslimin akan pengkhianatan para pemimpin kalian terhadap saudara-saudara kalian!!

Selain pengkhianatan terhadap umat dan kesetiaan para pemimpin ini kepada Amerika, kaum Muslimin juga seharusnya sedar dan seharusnya telah lama sedar bahawa track record Amerika dalam memasuki negara umat Islam sesungguhnya penuh dengan segala bentuk  kepentingan peribadi yang berselindung di sebalik pelbagai ucapan manis! Sejak AS masuk ke Afghanistan pada tahun 2001, sudah tidak terkira berapa ramai orang awam yang terbunuh (baca: dibunuh) oleh AS. Begitu juga di Iraq, sejak pencerobohan tentera AS di tanah kaum Muslimin itu pada 2003, sudah tidak terhitung jumlah orang awam yang menjadi korban keganasan AS. Di Pakistan pula, sehingga kini berita tidak habis-habis melaporkan jumlah warga sivil yang terkorban atas dalih AS untuk memerangi pengganas. Penjara-penjara kejam AS seperti Abu Ghraib, Baghram dan lain-lain penjara rahsia, sudah menjadi ‘rahsia umum’ sebagai tempat seksaan kejam tentera AS ke atas umat Islam. Justeru, adakah masih lagi wujud sebab untuk umat Islam mempercayai AS dalam usahanya memasuki Libya atas alasan menyelamatkan warga sivil?

Sebagai Muslim, kita hendaklah sedar bahawa campurtangan kuffar Barat ke atas negara-negara umat Islam adalah haram dan wajib ditolak. Dengan kebangkitan yang sedang rancak berlaku di negara-negara Arab ketika ini,  umat Islam seharusnya sedar, lebih-lebih lagi pihak tentera, bahawa kita langsung tidak memerlukan bantuan Barat untuk menjatuhkan pemimpin diktator. Tentera umat Islam yang berada di sekitar Libya seperti Mesir dan Algeria wajib bergerak untuk membebaskan Libya dari kejahatan Qaddafi, bukannya sekadar melihat dan membiarkan AS campurtangan dalam urusan umat Islam. Sekiranya tentera berdekatan tidak bergerak (dan ini merupakan dosa atas mereka), maka wajib pula atas tentera Muslim lainnya untuk pergi membantu umat Islam di Libya. Tidakkah para tentera ini sedar bahawa mereka wajib bergerak untuk membantu saudara seakidah mereka tidak kira di bumi mana sekalipun saudara mereka itu berada? Tidakkah para tentera ini membaca ayat-ayat Allah,
“Mengapa kamu tidak mahu berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik lelaki, wanita mahupun anak-anak yang kesemuanya berdoa, ‘Wahai Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau dan berilah kami penolong dari sisi Engkau” [TMQ an-Nisa’ (4):75]?
Cukuplah! Kita sudah tidak lagi dapat mempercayai dan mengharapkan para pemimpin yang ada sekarang untuk menyelamatkan umat Islam. Kita benar-benar memerlukan seorang Khalifah yang akan menggerakkan bala tentera umat Islam ke mana sahaja adanya suara umat Islam yang merintih memerlukan bantuan. Hizbut Tahrir dengan ini sekali lagi menyeru agar kalian berusaha bersama-sama kami ke arah merealisasikan penegakan Daulah Khilafah yang merupakan janji Allah dan kefardhuan ke atas kita semua.

[Berikut adalah terjemahan surat yang dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir Pusat yang disebarkan ke seluruh dunia]
***************************************************************************

Diktator Libya Dengan Pembantaian Berdarahnya Dan Kelemahan Para Penguasa Kaum Muslimin Dalam Menolong Libya; Mereka Bersekutu Dalam Kejahatan Campurtangan Militer Perancis, Britain dan Amerika!

Sejak malam 19-20/3/2011, negara-negara Barat melakukan serangan udara dan melancarkan peluru-peluru berpandu dari laut ke pelbagai sasaran di Libya. Negara-negara Barat itu memanfaatkan kelemahan para penguasa kaum Muslimin, khususnya Mesir dan Algeria untuk menolong warga Libya dan menyelamatkan mereka dari pembantaian Qaddafi yang dilakukan kuncu-kuncunya dan orang-orang upahannya…

Sungguh, hal ini benar-benar satu tragedi, di mana sang diktator Libya dengan pembantaian berdarahnya, telah membuka ruang bagi campurtanganketenteraan Barat di Libya…Sungguh hal ini benar-benar satu tragedi, di mana para penguasa Arab, bahkan seluruh penguasa di negeri-negeri umat Islam, turut bersubahat dalam kejahatan tersebut dengan tidak menolong warga Libya untuk menghadapi diktator (Qaddafi)…Seharusnya para penguasa ini segera mengerahkan pasukan (tentera) untuk menolong Libya, sehingga kediktatorannya dapat dihancurkan dan campurtangan negara-negara Barat di negeri kaum Muslimin dapat dicegah…Dan sungguh hal ini benar-benar satu tragedi, di mana kaum Muslimintelah memasukkan ke dalam rumah-rumah mereka ‘ular berbisa’ untuk mengatasi bahaya!

Sesungguhnya si diktator Libya dengan pembantaian berdarahnya dan para penguasa yang tidak menolong warga Libya dari tangan diktator itu, telah bersekutu dalam kejahatan. Akibatnya, terciptalah alasan bagi Barat untuk melakukan campurtangan secara militer, setelah sebelumnya berlaku campurtangan secara politik melalui Resolusi PBB 1973 dengan dalih menyelamatkan warga sivil Libya. Padahal di saat yang sama, negara-negara Barat itu tidak pernah mengenal erti kemanusiaan, kecuali dengan sebuah ‘bayaran’. Bukan sebarang bayaran, tetapi bayaran keji yang merealisasi kepentingan-kepentingan mereka di negeri-negeri kaum Muslimin!

Wahai kaum Muslimin! Bagaimana saudara-saudara kalian boleh memiliki kehidupan yang tenang jika kalian melupakan firman Allah SWT,
“Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan” [TMQ al-Anfal (8):72]?
Bagaimana umat Islam akan memiliki kehidupan yang tenang jika kalian tidak menolong saudara-saudara seagama kalian yang sedang dizalimi oleh Qaddafi? Bagaimanakah kehidupan umat Islam akan baik jika umat Islam melupakan sabda Rasulullah SAW,
“Seorang mukmin bagi mukmin yang lainnya laksana satu bangunan yang saling kuat menguat antara satu sama lain (sambil) baginda merapatkan jari-jemari baginda antara satu sama lainnya” [HR al-Bukhari]?
Bagaimana umat Islam boleh berdiri di atas kedua kakinya, sementara mereka tidak melihat kedatangan orang yang akan menyelamatkannya dari kediktatoran penguasanyasebaliknya yang datang adalah musuh-musuhnya sendiri?!

Wahai kaum Muslimin! Sesungguhnya musibah yang menimpa sebahagian umat ini adalah akibat para penguasanya. Ia juga adalah akibat sikap berdiamdiri sebahagian umat itu sendiri terhadap kejahatan-kejahatan para penguasa yang zalim dan diktator. Akibatnya umat ini pun ditimpa musibah berupa azab seperti yang terjadi selama ini, belum di akhirat, malah di dunia lagi! Dan sekarang umat Islam sedang melihat musuh-musuhnya mengebom negerinya, mengelilingi langitnya (dengan jet pejuang) dan melanggar kehormatannya, namun sebahagiannya masih tetap diam seolah-olah tidak mendengar firman Allah,
“Dan peliharalah dirimu dari seksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim sahaja di antara kamu. Dan ketahuilah bahawa Allah amat keras seksaanNya” [TMQal-Anfal (8):25].
Jika orang yang zalim dihukum kerana kezalimannya, orang yang dizalimi pula mendapat seksa kerana sikap diamnya terhadap kezaliman. Abu Bakar as-Siddiq ra pernah berkata, aku mendengar Rasul SAW bersabda,
“Sesungguhnya manusia, jika ia melihat orang berbuat zalim lalu ia tidak mencegahnya dengan kedua tangannya, maka hampir-hampir Allah meratakan azab dari sisiNya” [HR Ahmad].
Sesungguhnya para penguasayang berada di kerusi kekuasaan mereka yang palsu dan hampir roboh ini,dengan tanpa segan silu melakukan penumpahan darah, melayani musuh dan menjual negeri dan penduduknya. Bagi penguasa ini, singgahsana mereka adalah 'tuhan-tuhan' mereka.
“Dilaknati Allah-lah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?” [TMQ at-Taubah (9):30].
Si diktator Libya ini tahu bahawa rakyat sudah tidak lagi menginginkannya. Dia juga tahu bahawa British yang telah meletakkannya ke kerusi pemerintahan sejak 40 tahun yang lalu, akan mencampakkannya ke tepi jalan ketika peranannya telah selesai. Dan sekarang peranannya telah atau hampir telah selesai. Sesungguhnya telah banyak pengajaran dari yang lain dan seandainya si Qaddafi ini berakal, nescaya dia akan berundur dari pemerintahannya dan berlalu pergi. Tetapi dia memilih untuk berakhir di atas mayat-mayat kaum Muslimin di Libya dan mengundang campurtangan musuh-musuh kaum Muslimin, tanpa merasa malu kepada Allah, RasulNya dan kaum Mukmin!

Wahai kaum Muslimin! Wahai para penguasa di negeri kaum Muslimin! Wahai penguasa Mesir al-Kinanah! Tiadakah di antara kalian orang yang cerdik dan sedar akan kewujudan suatu masalah sebelum masalah tersebut menjadi serius dan kritikal, lalu ia menggerakkan pasukan tenteranya ke Libya untuk menyelamatkan Libya dari diktator Qaddafi dan mengembalikan senyuman kepada warga Libya?Tiadakah di kalangan kalian orang yang cerdik sehingga ia boleh melenyapkan dalih yang boleh digunakan Barat untuk menjamah langit dan tanah Libya dengan pesawat-pesawat dan peluru-peluru berpandu mereka? Tiadakah di antara kalian orang yang cerdik, sehingga boleh menghentikan campurtangan militer Barat yang menghinakan kaum Muslimin ini? Sungguh, ini benar-benar sebuah tragedi! Dan inilah masalah dunia hari ini di mana orang yang dizalimi tidak menemukan orang yang boleh menyelamatkannya dari orang yang zalim, kecuali musuhnya sendiri! Apakah satu setengah bilion orang Islam tidak mampu menyelamatkan Libya dari kediktatoran Qaddafi, sehingga warga Libya terpaksa memilih musuh mereka untuk menyelamatkan mereka?!

Wahai kaum Muslimin! Belum tibakah masanya bagi kalian untuk memahami apa yang telah dan terus diserukan oleh Hizbut Tahrir, bahawa penegakan Khilafah sahajalahmerupakan satu-satunyacara yang akan menjaga negeri kaum Muslimin dan penduduknya (dari musuh) sekaligus dapat menghancurkan tulang belakang (kekuatan) musuh-musuhnya?
“Sesungguhnya Imam (Khalifah) itu laksana perisai dimana orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung” [HR Muslim].
Wahai kaum Muslimin! Belum tibakah masanya bagi kalian untuk memahami bahawa umat Islam di bawah Khilafah dahulu selalu diminta pertolongannya oleh orang-orang yang dizalimi di dunia untuk menghilangkan kezaliman atas mereka? Namun di zaman sekarang ini, di bawah rejim-rejim boneka dan penguasa-penguasa bodoh (ruwaibidhah), umat Islam sudah tidak lagi mampu menghilangkan kezaliman dari dirinya sendiri. Meskipun demikian, semua peristiwaini telah mendorong berkumandangnya seruan pembebasan. Kegelapan malam akan berakhir danakan disusuli fajar, dengan izinNya. Sesungguhnya Islam memiliki gegaran hebat yang akan mendatangi para penindas dan musuh-musuh Islam dari arah yang tidak mereka sangka!
“Dan Allah berkuasa terhadap urusanNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya” [TMQ Yusuf (12):21].

15 RabiulAkhir 1432H
20 Mac 2011M
Hizbut Tahrir
 
Share:

Chat with me