Publications - Lingkungan Tambang by Muhammad Sonny Abfertiawan
Development of mine pit and overburden disposal has caused dynamic changes in the catchment area ... more Development of mine pit and overburden disposal has caused dynamic changes in the catchment area of Ukud River, one of the rivers that flow through Lati Mining Operation. The maximum discharge of the river reached 13m 3 /second and the catchment area occupied a total area of 1901.7 hectares. Since the mining operations started, the river discharge fluctuations have changed considerably. In addition, the catchment area that was dominated by overburden disposal area contained sulphide minerals that potentially degrade the water quality of Ukud River due to the formation of acid mine drainage. Hydrological studies are essential to investigate potential environmental impacts of the mining activities. This study was conducted to determine the characteristics of the hydrologic systems in the mining area using semi-distributed models that can be used to simulate the river flow within catchment area.
Column leach tests in the laboratory have been conducted for overburden samples from Lati coal mi... more Column leach tests in the laboratory have been conducted for overburden samples from Lati coal mine in East Kalimantan, Indonesia. The samples consist of three different rock types, namely, potentially acid forming mudstone, non-acid forming mudstone and sandstone. Six columns were prepared for simulation of different layering scenarios between the rock types with one control column. This experiment was aimed to study the performance in controlling the acid mine drainage generation with different rock layer configuration and was conducted over 26 weeks.
Lati Mine Operation (LMO) merupakan salah satu area penambangan yang dimiliki oleh PT Berau Coal ... more Lati Mine Operation (LMO) merupakan salah satu area penambangan yang dimiliki oleh PT Berau Coal yang berlokasi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. LMO memiliki potensi pembentukan air asam tambang (AAT) yang cukup besar jika dibandingkan dengan area pertambangan lainnya yang dimiliki dan dioperasikan oleh PT Berau Coal. Hasil model geokimia LMO menunjukan ratio potential acid forming (PAF) material dan Non Acid Forming (NAF) material yakni 70:30. Hal ini membuat terbatasnya material NAF yang dapat digunakan sebagai capping dalam pencegahan AAT di timbunan batuan penutup. Selain itu, beban pengolahan di Water Monitoring Point (WMP) menjadi cukup besar sebelum dialirkan ke badan air penerima. Upaya peningkatan sistem pengelolaan AAT terus dilakukan agar dapat meminimalkan potensi dampak negatif pembentukan AAT. Penelitian dan pengembangan sistem pengelolaan AAT di LMO dilakukan baik dalam skala laboratorium maupun skala lapangan. Identifikasi potensi pembentukan AAT dilakukan dalam skala laboratorium melalui static dan kinetic test terhadap sampel batuan baik berasal dari area penambangan maupun area timbunan batuan penutup. Performa jangka panjang dari penelitian ini terus dipantau untuk mengevaluasi perilaku pembentukan AAT. Dalam aspek upaya pencegahan, penelitian terhadap metode capping dilakukan dalam skala laboratorium dan lapangan dengan menggunakan material NAF dan sisa abu pembakaran (fly dan battom ash). Penggunaan NAF sebagai material capping dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas ketebalan lapisan dan kemampuan netralisasi batuan NAF. Sedangkan material fly dan battom ash digunakan sebagai potensi alternatif yang dapat digunakan sebagai lapisan atau campuran material PAF. Sistem pengolahan AAT baik menggunakan metoda pasif maupun aktif juga dikembangkan untuk mencari alternatif terbaik yang efektif dan efisien dalam meningkatkan kualitas air. Metoda pasif yang dikembangkan meliputi limestone channel, SAPS, dan wetland. Sedangkan metode aktif yang dikembangkan yakni pengapuran secara konvensional, mekanik, dan semi mekanik. Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode penelitian yang telah dan sedang dilakukan di LMO yang bertujuan untuk mengembangkan sistem pengelolaan AAT di LMO.
Kata kunci: air asam tambang, pencegahan, pengolahan
Lati Mine Operation (LMO) merupakan salah satu area pertambangan yang dimiliki dan dioperasikan o... more Lati Mine Operation (LMO) merupakan salah satu area pertambangan yang dimiliki dan dioperasikan oleh PT Berau coal yang berlokasi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. LMO memiliki potensi pembentukan air asam tambang (AAT) dengan ratio material pembentuk asam (potentially acid forming/PAF) dan material bukan pembentuk asam (Non Acid Forming/NAF) sebesar 70:30 berdasarkan model geokimia batuan. Berbagai upaya baik pencegahan maupun pengolahan terus dikembangkan untuk meminimalkan potensi pembentukan AAT. Berbagai upaya pengolahan secara aktif maupun pasif dilakukan di LMO untuk memenuhi baku mutu lingkungan yang berlaku sebelum dialirkan ke badan air penerima. Pengolahan pasif dikembangkan oleh PT BC untuk mengolah dan mencegah AAT yang terbentuk di saluran disposal. Sistem wetland dan limestone dengan menggunakan prinsip subsurface flow dan surface flow dibangun di daerah tangkapan LMO. Sedangkan sistem pengolahan aktif dikembangkan dengan menggunakan metoda lime injection mekanik dan lime injection konvensional. Pemantauan kualitas harian yang meliputi pH, debit, sulfat, asiditas, alkalinitas, konsentrasi Fe dan Mn dilakukan untuk mengevaluasi performa masing-masing sistem pengolahan. Makalah ini mendeskripsikan performa, kelebihan, dan kekurangan masing-masing sistem pengolahan baik passive maupun active treatment yang dapat dijadikan referensi dalam pengembangan sistem yang lebih efektif dan efisien dalam pengelolaan AAT.
Kata kunci: air asam tambang, pengolahan aktif, pengolahan pasif
Abstrak
Disposal Q03 merupakan area penimbunan overburden Pit East yang berada di sub-catchment A... more Abstrak
Disposal Q03 merupakan area penimbunan overburden Pit East yang berada di sub-catchment A9 Sungai Ukud. Simulasi melalui pendekatan catchment area menunjukan bahwa sub-catchment A9 memiliki beban keasaman yang tinggi. Perancangan sistem penyaliran di Disposal Q03 bertujuan untuk melakukan pengelolaan aliran air permukaan atau limpasan sehingga aliran air dapat terkontrol dengan baik. Hal ini dapat mengurangi dampak erosi yang dapat menggerus material disposal yang dapat menyebabkan interaksi material sulfida, air dan oksigen. Sistem penyaliran akan diintegrasikan dengan sistem pengolahan air asam tambang yakni menggunakan limestone channel. Disain sistem penyaliran terintegrasi ini dapat mengurangi dampak timbulnya air asam tambang di area disposal. Upaya pengelolaan AAT di Disposal Q3 merupakan bagian dari upaya pengembangan pengelolaan AAT melalui pendekatan catchment area. Pendekatan catchment area dapat memperlihatkan pengaruh setiap sub-catchment area terhadap aliran sungai. Pendekatan ini diharapkan dapat diintegrasikan kedalam proses perencanaan penambangan. Karakteristik catchment area merupakan pertimbangan yang penting dalam perencanaan penambangan terutama dalam penentuan lokasi dan disain penimbunan batuan penutup.
Kata kunci: aat, timbunan, sistem penyaliran
Lati coal mine in Kalimantan, Indonesia su ers from Acid Mine Drainage (AMD) because its overburd... more Lati coal mine in Kalimantan, Indonesia su ers from Acid Mine Drainage (AMD) because its overburden and interburden are dominated by potentially acid forming (PAF) material. One of the methods employed to prevent the formation of Acid Mine Drainage in the overburden dump area is encapsulation or capping of the PAF material. It is conducted by creating a barrier system which encapsulates the acidic overburden in order to minimize oxygen di usion and surface water in ltration. This paper discusses the studies conducted to develop the most appropriate method of AMD management, particularly for the implementation of encapsulation method. The studies to be reviewed are compaction characteristics, NAF layer and the potential to use coal combustion ash.
Lati coal mine is one of four mine sites owned and operated by PT. Berau Coal located in East Kal... more Lati coal mine is one of four mine sites owned and operated by PT. Berau Coal located in East Kalimantan. The mine is suffering from acid mine drainage (AMD) problem since most of the overburden as well as inter-burden materials are classified as potentially acid forming. Ukud River is located in the southern part of Lati mine site. The catchment area covers a total area of 1738.67 Ha consisting of 48.6% min e disturbed area and 51.4% of natural area. The river has been indicated to be impacted by AMD with pH value of 3-4 since in the past operation there was no segregation between potentially acid forming material and non-acid forming material when dumping the overburden. in this catchment. The hydrological responses in the river are strongly influenced by the dynamics of catchment area. Ukud's catchment area is divided into 11 sub-catchments. Monitoring has been conducted to evaluate the behavior of water quality flowing from each sub-catchment. Low pH has been measured in almost all monitoring points except one point representing the undisturbed natural condition with pH of 7.01. In 2009, the water quality simulation was conducted to identify the critical sub-catchment with highest contributors for AMD, i.e. sub-catchments A1, A8 and A10. Continuous monitoring campaign has shown that in 2013 the main contributors are sub-catchment A1 (active mine pit) and A7 (temporarily abandoned mine pit). The dynamic change of Ukud's catchment area due to mine pit opening, waste dump enlargement as well as mine dewatering system are the challenges in AMD management. AMD treatment effort and reclamation of disturbed area should be integrated with the mine planning.
Pencegahan air asam tambang (AAT) dapat dilakukan dengan melakukan upaya covering material yang b... more Pencegahan air asam tambang (AAT) dapat dilakukan dengan melakukan upaya covering material yang berpotensi membentuk AAT (Potentially Acid Forming/PAF) dengan menggunakan material yang tidak berpotensi (Non Acid Forming/NAF). Sehingga dapat menghentikan atau mengurangi kontak antara mineral besi sulfida dengan udara dan/atau air. Namun, keberadaan material NAF seringkali tidak ditemukan dalam jumlah yang banyak untuk dapat mengisolasi seluruh material PAF. Oleh karena itu, diperlukan material lain sebagai alternatif dalam pencegahan pembentukan AAT. Salah satu material yang memiliki potensi untuk dapat digunakan yakni fly ash dan bottom ash yang merupakan hasil pembakaran batubara di PLTU. Sebuah penelitian dilakukan dengan beberapa variasi campuran fly ash dan bottom ashserta pelapisan material fly ash terhadap material PAF. Hasil pengujian leachate pada kolom pencampuran bottom ash diperoleh nilai pH yang berfluktuasi dengan rentang 4-7. Pada kolom pencampuran fly ash, nilai pH cenderung stabil pada rentang 8-9. Sedangkan pada kolom pelapisan fly ash (10%) diperoleh nilai pH sebesar 9,5 dan terus turun hingga pH sebesar 2,5 di akhir penelitian. Pada kolom pelapisan fly ash (20% dan 30%), nilai pH di akhir penelitian stabil pada kisaran nilai 6. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan penambahan Fly ash dan bottom ash dapat meningkatkan nilai pH, menurunkan nilai DHL, serta TDS air lindian hasil oksidasi mineral dalam batuan. Penambahan fly ash juga dapat memperkecil laju infiltrasi air melalui material, sedangkan bottom ash dapat memperbesar laju infiltrasi karena ukuran yang cukup besar. Kata kunci:air asam tambang,fly ash, bottom ash
Teaching Documents by Muhammad Sonny Abfertiawan
Publication - Environmental Engineering by Muhammad Sonny Abfertiawan
Jurnal Ilmu Lingkungan, 2019
Pengelolaan air limbah domestik di Indonesia masih dihadapkan dengan cukup banyak tantangan tekni... more Pengelolaan air limbah domestik di Indonesia masih dihadapkan dengan cukup banyak tantangan teknis maupun non-teknis. Beberapa data menunjukkan masih terdapat 10,41% penduduk Indonesia yang memiliki perilaku buang air besar sembarangan dan 32,1% penduduk belum memiliki pengelolaan sanitasi yang layak. Sebagai negara yang memiliki populasi 260 juta jiwa, terbesar keempat di dunia, dan luas mencapai 2 juta km2, Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pengelolaan air limbah domestik yang efektif dan efisien. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang menyeimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Denpasar, sebagai salah satu kota besar pariwisata di Indonesia, memiliki kepentingan terhadap upaya peningkatan pengelolaan air limbah domestik agar tidak memberikan dampak negatif terhadap industri pariwisata. Hasil studi menujukkan bahwa pengelolaan air limbah domestik di Kota Denpasar masih didominasi dengan sistem setempat yakni sebesar 96,8% dari total populasi. Sebesar 3% dari populasi telah dilayani oleh sistem jaringan perpipaan terpusat dan 0,2% populasi masih memiliki perilaku buang air besar sembarangan. Sistem setempat dipandang masih menjadi solusi terbaik dalam pengelolaan air limbah domestik di kota-kota Indonesia. Namun, sistem ini dinilai masih memiliki cukup banyak permasalahan terkait dengan institusi pengelolaan, finansial, infrastruktur pengolahan setempat, dan kebijakan atau regulasi. Oleh karena itu, Kota Denpasar memiliki tantangan yang besar untuk memastikan sistem pengelolaan air limbah domestik dapat berjalan dengan baik. Makalah ini mendeskripsikan kondisi eksisting sistem pengelolaan air limbah domestik setempat di Kota Denpasar yang meliputi sub-sistem pengolahan setempat, sub-sistem pengangkutan lumpur tinja, dan sub-sistem pengolahan lumpur tinja. Penelitian ini dilakukan untuk menjadi dasar dalam pengembangan model pengelolaan air limbah domestik setempat di Kota Denpasar.
Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat (2,13% tiap tahun) dan didukung dengan peningkatan di s... more Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat (2,13% tiap tahun) dan didukung dengan peningkatan di sektor pembangunan perekonomian telah memicu terjadinya perubahan terhadap kualitas lingkungan di Kota Palembang. Salah satu permasalahan yang akan dihadapi ialah peningkatan jumlah timbulan air buangan domestik. Selama ini sarana pembuangan air limbah domestik yang ada berupa pemakaian tangki septik bahkan ada yang langsung dibuang begitu saja ke saluran drainase atau langsung ke badan air penerima yakni Sungai Musi. Perilaku ini akan berpotensi untuk menurunkan kualitas lingkungan.Oleh karena itu, diperlukan suatu instalasi pengolahan air limbah (IPAL) domestik terpusat. Melalui sistem pengelolaan ini diharapkan akan mengurangi beban pencemaran yang terjadinya bada air Sungai Musi. Direncananakan IPAL akan melayani hingga 70% total populasi pada tahap II dengan debit mencapai 1,373 m3/detik. Jumlah penduduk akan diproyeksikan dengan menggunakan metode logaritmik, diperoleh sebesar 1.052.722 jiwa pada tahun 2028.
Parameter utama yang diolah pada IPAL ini adalah BOD5 dan TSS sesuai KepMenLH No.112 tahun 2003, yakni BOD5 sebesar 273 mg/l dan TSS sebesar 248 mg/l. Sistem IPAL yang akan digunakan ialah pengolahan fisika dan biologi dengan kapasitas maksimum pada Tahap I yakni 1,114 m3/detik dan Tahap II sebesar 2,279 m3/detik. Dalam pengolahan biologi terdapat beberapa sistem unit yang akan dijadikan
alternatif pemilihan yakni Complete Mixed Activated Sludge, Oxydation Ditch, dan Aerated Lagoon. Pemilihan alternatif terbaik dilakukan dengan melihat efektifitas pengolahan dan present value annual cost. Dari pertimbangan-pertimbangan ini maka dipilih sistem Complete Mixed Activated Sludge sebagai sistem pengolahan biologi
yang memiliki efektifitas terbaik. Unit-unit yang digunakan pada IPAL ini antara lain bar screen dan grit chamber sebagai pengolahan primer, tangki aerasi dan clarifier sebagai pengolahan sekunder, gravity thickener dan sludge digester sebagai pengolahan lumpur dan bak klorinasi sebagai unit desinfeksi. Total biaya yang diperlukan untuk membangun sistem IPAL ini adalah Rp. 27 milyar atau Rp 17 juta per m3 per detik debit air buangan.
Kata kunci : IPAL, CMAS, BOD5, TSS
Papers by Muhammad Sonny Abfertiawan
Open-cast coal mining, which involves massive excavation and stockpiling of overburden, has the p... more Open-cast coal mining, which involves massive excavation and stockpiling of overburden, has the potential to affect surface water quality. In addition to the potential generation of acid mine drainage owing to the presence of sulfide minerals, mining operations also have the potential to produce water with high total suspended solids (TSS) concentrations. This can occur owing to the presence of clay materials, especially colloidal clays, which prevent solid particles from settling naturally. This study aims to develop an alternative electrocoagulation technology that can be used to remove colloidal clay from mine water. Monopolar batch electrocoagulation was performed at a laboratory scale using aluminum and iron electrodes with variations in the current (0.5, 1, and 2 A) and contact time (15, 30, and 45 min). The results showed that aluminum electrode electrocoagulation, with a current of 2 A and a contact time of 15 min, had a TSS removal efficiency of 99.58%, with concentrations ...
Prosiding Seminar Nasional Teknik Lingkungan Kebumian SATU BUMI
Pertambangan merupakan salah satu industri dengan kompleksitas tinggi yang melibatkan aktivitas d... more Pertambangan merupakan salah satu industri dengan kompleksitas tinggi yang melibatkan aktivitas dan peralatan yang sangat besar dan beragam. Industri ini beroperasi dengan karakteristik yang unik dan spesifik sehingga memiliki tantangan yang berbeda-beda. Selain dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian, industri pertambangan juga memiliki potensi dampak terhadap lingkungan. Isu dampak lingkungan menjadi perhatian serius bagi seluruh pemangku kepentingan. Oleh karena itu, dalam pengoperasiannya, pertambangan harus dapat mengedepankan kaidah penambangan yang baik dengan memperhatikan upaya-upaya pengendalian dampak lingkungan. Salah satu metode penilaian potensi resiko dampak lingkungan yang dapat digunakan di industri pertambangan yakni Life Cycle Assessment (LCA) atau Penilaian Daur Hidup. LCA merupakan metode yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi potensi dampak lingkungan di setiap tahapan kegiatan penambangan dan pengolahan komoditas. Metode ini dapat memberikan info...
Prosiding Temu Profesi Tahunan PERHAPI, 2020
ABSTRAK Di Indonesia, operasional penambangan batubara umumnya melibatkan tenaga kerja dengan jum... more ABSTRAK Di Indonesia, operasional penambangan batubara umumnya melibatkan tenaga kerja dengan jumlah yang besar. Kondisi ini memberikan tantangan tersendiri dalam pengelolaan dampak lingkungan yang berpotensi timbul dari aktivitas manusia. Salah satu potensi tersebut yakni air limbah domestik. Air limbah domestik merupakan air limbah yang berasal dari aktivitas hidup sehari-hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air. Di area operasional pertambangan, air limbah domestik dapat timbul dari area pemukiman karyawan dan perkantoran. Karena potensi dampaknya terhadap lingkungan, air limbah domestik harus diolah sebelum dialirkan ke badan air penerima. Sejak tahun 1990an, diawal operasi penambangan, Kaltim Prima Coal (KPC) telah membangun dan mengoperasiokan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) untuk mengolah air limbah domestik yang bersumber dari pemukiman karyawan dan perkantoran. Terdapat 12 IPALD dengan teknologi lumpur aktif yang beroperasi di area KPC. Lumpur akt...
Indonesian Mining Professionals Journal, 2019
In Indonesia, coal mining operations generally involve a huge number of workers. This condition c... more In Indonesia, coal mining operations generally involve a huge number of workers. This condition causes its own challenges in managing environmental impacts that potentially generated from human activities. One of them is domestic wastewater. Domestic waste water is waste water that comes from activities of daily living of humans related to water usage. In mining operations, domestic wastewater is generated from office and residential areas. Because of the potential impact on the environment, domestic wastewater must be treated before flowing to natural water bodies. Since the beginning of mining operations in 1990s, PT Kaltim Prima Coal has been building and operating Domestic Wastewater Treatment Plant (IPALD) to treat domestic wastewater resulting from offices and residential areas. There are 12 IPALDs with activated sludge technology operating in the PT KPC area. Active sludge is one of the domestic wastewater treatment technologies by utilizing the role of aerobic bacteria to de...
Evergreen, 2016
Development of mine pit and overburden disposal has caused dynamic changes in the catchment area ... more Development of mine pit and overburden disposal has caused dynamic changes in the catchment area of Ukud River, one of the rivers that flow through Lati Mining Operation. The maximum discharge of the river reached 13m 3 /second and the catchment area occupied a total area of 1901.7 hectares. Since the mining operations started, the river discharge fluctuations have changed considerably. In addition, the catchment area that was dominated by overburden disposal area contained sulphide minerals that potentially degrade the water quality of Ukud River due to the formation of acid mine drainage. Hydrological studies are essential to investigate potential environmental impacts of the mining activities. This study was conducted to determine the characteristics of the hydrologic systems in the mining area using semi-distributed models that can be used to simulate the river flow within catchment area.
Uploads
Publications - Lingkungan Tambang by Muhammad Sonny Abfertiawan
Kata kunci: air asam tambang, pencegahan, pengolahan
Kata kunci: air asam tambang, pengolahan aktif, pengolahan pasif
Disposal Q03 merupakan area penimbunan overburden Pit East yang berada di sub-catchment A9 Sungai Ukud. Simulasi melalui pendekatan catchment area menunjukan bahwa sub-catchment A9 memiliki beban keasaman yang tinggi. Perancangan sistem penyaliran di Disposal Q03 bertujuan untuk melakukan pengelolaan aliran air permukaan atau limpasan sehingga aliran air dapat terkontrol dengan baik. Hal ini dapat mengurangi dampak erosi yang dapat menggerus material disposal yang dapat menyebabkan interaksi material sulfida, air dan oksigen. Sistem penyaliran akan diintegrasikan dengan sistem pengolahan air asam tambang yakni menggunakan limestone channel. Disain sistem penyaliran terintegrasi ini dapat mengurangi dampak timbulnya air asam tambang di area disposal. Upaya pengelolaan AAT di Disposal Q3 merupakan bagian dari upaya pengembangan pengelolaan AAT melalui pendekatan catchment area. Pendekatan catchment area dapat memperlihatkan pengaruh setiap sub-catchment area terhadap aliran sungai. Pendekatan ini diharapkan dapat diintegrasikan kedalam proses perencanaan penambangan. Karakteristik catchment area merupakan pertimbangan yang penting dalam perencanaan penambangan terutama dalam penentuan lokasi dan disain penimbunan batuan penutup.
Kata kunci: aat, timbunan, sistem penyaliran
Teaching Documents by Muhammad Sonny Abfertiawan
Publication - Environmental Engineering by Muhammad Sonny Abfertiawan
Parameter utama yang diolah pada IPAL ini adalah BOD5 dan TSS sesuai KepMenLH No.112 tahun 2003, yakni BOD5 sebesar 273 mg/l dan TSS sebesar 248 mg/l. Sistem IPAL yang akan digunakan ialah pengolahan fisika dan biologi dengan kapasitas maksimum pada Tahap I yakni 1,114 m3/detik dan Tahap II sebesar 2,279 m3/detik. Dalam pengolahan biologi terdapat beberapa sistem unit yang akan dijadikan
alternatif pemilihan yakni Complete Mixed Activated Sludge, Oxydation Ditch, dan Aerated Lagoon. Pemilihan alternatif terbaik dilakukan dengan melihat efektifitas pengolahan dan present value annual cost. Dari pertimbangan-pertimbangan ini maka dipilih sistem Complete Mixed Activated Sludge sebagai sistem pengolahan biologi
yang memiliki efektifitas terbaik. Unit-unit yang digunakan pada IPAL ini antara lain bar screen dan grit chamber sebagai pengolahan primer, tangki aerasi dan clarifier sebagai pengolahan sekunder, gravity thickener dan sludge digester sebagai pengolahan lumpur dan bak klorinasi sebagai unit desinfeksi. Total biaya yang diperlukan untuk membangun sistem IPAL ini adalah Rp. 27 milyar atau Rp 17 juta per m3 per detik debit air buangan.
Kata kunci : IPAL, CMAS, BOD5, TSS
Papers by Muhammad Sonny Abfertiawan
Kata kunci: air asam tambang, pencegahan, pengolahan
Kata kunci: air asam tambang, pengolahan aktif, pengolahan pasif
Disposal Q03 merupakan area penimbunan overburden Pit East yang berada di sub-catchment A9 Sungai Ukud. Simulasi melalui pendekatan catchment area menunjukan bahwa sub-catchment A9 memiliki beban keasaman yang tinggi. Perancangan sistem penyaliran di Disposal Q03 bertujuan untuk melakukan pengelolaan aliran air permukaan atau limpasan sehingga aliran air dapat terkontrol dengan baik. Hal ini dapat mengurangi dampak erosi yang dapat menggerus material disposal yang dapat menyebabkan interaksi material sulfida, air dan oksigen. Sistem penyaliran akan diintegrasikan dengan sistem pengolahan air asam tambang yakni menggunakan limestone channel. Disain sistem penyaliran terintegrasi ini dapat mengurangi dampak timbulnya air asam tambang di area disposal. Upaya pengelolaan AAT di Disposal Q3 merupakan bagian dari upaya pengembangan pengelolaan AAT melalui pendekatan catchment area. Pendekatan catchment area dapat memperlihatkan pengaruh setiap sub-catchment area terhadap aliran sungai. Pendekatan ini diharapkan dapat diintegrasikan kedalam proses perencanaan penambangan. Karakteristik catchment area merupakan pertimbangan yang penting dalam perencanaan penambangan terutama dalam penentuan lokasi dan disain penimbunan batuan penutup.
Kata kunci: aat, timbunan, sistem penyaliran
Parameter utama yang diolah pada IPAL ini adalah BOD5 dan TSS sesuai KepMenLH No.112 tahun 2003, yakni BOD5 sebesar 273 mg/l dan TSS sebesar 248 mg/l. Sistem IPAL yang akan digunakan ialah pengolahan fisika dan biologi dengan kapasitas maksimum pada Tahap I yakni 1,114 m3/detik dan Tahap II sebesar 2,279 m3/detik. Dalam pengolahan biologi terdapat beberapa sistem unit yang akan dijadikan
alternatif pemilihan yakni Complete Mixed Activated Sludge, Oxydation Ditch, dan Aerated Lagoon. Pemilihan alternatif terbaik dilakukan dengan melihat efektifitas pengolahan dan present value annual cost. Dari pertimbangan-pertimbangan ini maka dipilih sistem Complete Mixed Activated Sludge sebagai sistem pengolahan biologi
yang memiliki efektifitas terbaik. Unit-unit yang digunakan pada IPAL ini antara lain bar screen dan grit chamber sebagai pengolahan primer, tangki aerasi dan clarifier sebagai pengolahan sekunder, gravity thickener dan sludge digester sebagai pengolahan lumpur dan bak klorinasi sebagai unit desinfeksi. Total biaya yang diperlukan untuk membangun sistem IPAL ini adalah Rp. 27 milyar atau Rp 17 juta per m3 per detik debit air buangan.
Kata kunci : IPAL, CMAS, BOD5, TSS