Papers by sholikh al huda
Abstrak Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang ingin memotret fenomena terkait proses, fakto... more Abstrak Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang ingin memotret fenomena terkait proses, faktor, bentuk dan dampak konversi ideologi dikalangan aktifis Muhammadiyah ke FPI di daerah Paciran Lamongan. FPI merupakan salah satu pewujudan dari gerakan Islam Transnasional di Indonesia dengan mengusung ideologi keagamaan radikal, yang sangat berbeda dengan ideologi keagamaan yang dipraktekan oleh Muhammadiyah yaitu moderasi Islam. FPI memiliki model dakwah amar ma‟ruf nahi mungkar yang diaplikasikan secara fisikal-ekstrim dengan cara memaksa, intimidasi dengan swipping kepada kelompok yang dianggap melakukan maksiat. Model dakwah FPI ini disambut dan didukung oleh sebagian aktifis Muhammadiyah di Paciran Lamongan, padahal secara ideologi dan strategi dakwah kedua kelompok ini berbeda. Dan menariknya Muhammadiayah di Pantura secara ideologi dan jaringan dakwahnya sangat kuat dibanding dengan daerah-daerah lain di Jawa Timur tetapi mengapa sebagian aktifisnya muda konversi ideologi. Feno...
Humanities & Social Sciences Reviews, 2019
Purpose: This paper is the result of field research that aims to describe the model of tolerance ... more Purpose: This paper is the result of field research that aims to describe the model of tolerance among Muslims, Christians, and Hindus in the Balun Village Turi District of Lamongan Regency Indonesia. In addition, this research wants to encounter the International opinion which thinks that Lamongan as Terrorist Village. Methodology: The data are analyzed using multidisciplinary science, meaning depending on the data obtained, if obtained religious data then the analysis used is the study of religion and so forth. Result: The results of the study are: the first, Balun's religious paradigm in understanding his religious doctrines is an inclusive sub-paradigm. The second, the cultural background of tolerance in Balun is the factor of understanding the inclusive, sub-inclusive religious doctrines, pluralist political policies, tolerant socio-cultural traditions, the different religious traditions of marriage. The built tolerance models are: the first is the Plural Village Structure ...
Tuisan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran persepsi dan respon sikap aktivis mahasiswa di L... more Tuisan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran persepsi dan respon sikap aktivis mahasiswa di Lamongan terhadap gerakan Islam radikal (ISIS). Gerakan ISIS menjadi fenomena internasional dan nasional yang banyak dikecam oleh masyarakat. Kecaman tersebut disebabkan aksi dakwah yang digunakan dengan simbol Islam namun prilakunya sangat jauh dengan nilai-nilai Islam (membunuh, merampok, dll). Penyebaran ISIS juga luar biasa massif dikalangan masyarakat termasuk dikalangan kaum muda (mahasiswa), banyak terlibat. Sehingga fokus penelitian ini adalah para aktivis mahasiswa di Lamongan. Dengan memfokuskan pada aktivis mahasiswa, kita akan dapat mengetahui (memahami) pandangan mereka, maka kita dapat melakukan antisipasi atau kebijakan berkaitan dengan program deradikalisasi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara mendalam, dokumentasi. Informan peneitian adalah aktivis mahasiswa di Lamongan. Analisa data yang digunakan dengan analisa data multidisiplin keilmuan. Hasil penelitian, pertama: secara garis besar pandangan para aktivis mahasiswa (IMM, HMI, PMII) Lamongan adalah menolak akan aksi-aksi yang dilakukan oleh gerakan Islam radikal (ISIS), karena aksi-aksi kekearasn yang dilakuakn ISIS bertentangan dengan idologi gerakan mereka dan tidak sesuai dengan ajaran Islam yang rahmatalil'alamin penuh dengan tolerasi moderasi dan penuh kesantunan. ISIS hanya memanfaatkan Islam sebagai alat legitimasi untuk memenuhi kepentingan ekonomi-politiknya, karena dengan menggunakan Islam diharapkan dapat dukungan dari umat Islam di seluruh dunia. Kedua, respon aktivis mahasiswa (IMM, HMI, PMII) Lamongan terbagi dua, respon secara internal dan respon secara ekstrenal (Pemerintah). Pertama, respon secara internal dari ketiga gerakan mahasiswa tersebut (IMM, PMII, HMI) memiliki kemiripan yang sama, yaitu untuk merespon gerakan ISIS dengan dilakukan adalah penguatan internal kader dengan mengintefsikan kajian-kajian Keislaman Moderat dan penguatan pengakaderan melalui DAD (IMM), LK (HMI), PKD (PMII). Kedua, respon secara eksternal (pemeritah) bervariatif, PMII mengatakan pemerintah Lamongan sudah responsif dan maksimal terhadap penanganan isu dan gerakan Islam radikal di Lamongan, sementara aktivis IMM dan HMI, mendorong Pemerintah untuk lebih responsif terhadap aksi-aksi Islam radikal di Lamongan, sehingga dapat meminimalisir citra Lamongan yang selama ini dianggap sebagai Kota Teroris. Key Word: Persepsi, Aktivis Mahasiswa, Gerakan Radikal Islam (ISIS), Lamongan A. Pendahuluan Pasca tragedi WTC tanggal 11 September 2001, peta politik dunia berubah, terutama relasi Timur (Islam) dan Barat. Dampak peristiwa WTC tersebut sampai hari ini masih terasa, terutama berkaitan pandangan dan kebijakan politik dunia Barat terhadap Islam. Islam (Muslim) oleh sebagian besar orang Barat dianggap sebagai agama teroris yang mengajarkan kekerasan (bom bunuh diri) dan pembunuhan. Pada aspek politik, pasca peristiwa tersebut dunia Barat diwakili oleh Amerika Serikat membuat kebijakan internasional yaitu " Perang Melawan Teroris ". Kebijakan ini kemudian diikuti seluruh negara yang berada di bawah kendali Amerika Serikat dan sekutunya untuk " perang melawan teroris ". Dari sinilah peta dunia berubah, karena sasaran tertuduh atau dianggap dalang dari gerakan teroris adalah negara-negara yang mayoritas Muslim terutama negara Timur Tengah (Irak, Libya, Suriah, Yaman, Iran dan bahkan Indonesia). Sehingga sasaran perang Amerika dan sekutunya adalah ke negara-negara Muslim di Timur Tengah dengan melakukan Invansi Militer, seperti di Irak, Libya dan sebagainya.
Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang ingin memotret fenomena terkait proses, faktor, bentu... more Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang ingin memotret fenomena terkait proses, faktor, bentuk dan dampak konversi ideologi dikalangan aktifis Muhammadiyah ke FPI di daerah Paciran Lamongan. FPI merupakan salah satu pewujudan dari gerakan Islam Transnasional di Indonesia dengan mengusung ideologi keagamaan radikal, yang sangat berbeda dengan ideologi keagamaan yang dipraktekan oleh Muhammadiyah yaitu moderasi Islam. FPI memiliki model dakwah amar ma'ruf nahi mungkar yang diaplikasikan secara fisikal-ekstrim dengan cara memaksa, intimidasi dengan swipping kepada kelompok yang dianggap melakukan maksiat. Model dakwah FPI ini disambut dan didukung oleh sebagian aktifis Muhammadiyah di Paciran Lamongan, padahal secara ideologi dan strategi dakwah kedua kelompok ini berbeda. Dan menariknya Muhammadiayah di Pantura secara ideologi dan jaringan dakwahnya sangat kuat dibanding dengan daerah-daerah lain di Jawa Timur tetapi mengapa sebagian aktifisnya muda konversi ideologi. Fenomena ini tentu sedikit banyak akan menganggu konsolidasi Muhammadiyah dan citra Islam di Indonesia. Jenis penelitian adalah kualitatif-fenomenologis, informan penelitian adalah aktifis Muhammadiyah yang aktif di FPI, teknik pengumpulan data wawancara, SGD dan telaah kepustakaan, analisa data menggunakan multidisiplin keilmuan (politik, ideologi, sosiologi, dll). Hasil penelitian proses konversi terjadi melalui jalur kultural, dalam bentuk infiltrasi pemikiran (Ghazwul Fikri), dengan faktor kondisi obyektif masyarkat yang maksit dan kekecewaan terhadap elit Muhamamdiyah, berdampak pada radikalisasi, erosi ideologi dan arabisme tradisi keagamaan dikalangan Muhamamdiyah. A. Pendahuluan Fenomena kebangkitan Islam dewasa ini menjadi fokus kajian yang cukup menarik di kalangan Sarjana Muslim Indonesia. Kebangkitan Islam adalah formulasi dari gejalagejala keagamaan (religiusitas) yang ditandai oleh menguatnya kecenderungan orang Islam untuk kembali kepada ajaran Islam secara formal dalam semua aspek kehidupan. 2 Sampai saat ini belum ada kesepakatan di antara pemikir Islam tentang satu istilah untuk menggambarkan fenomena kebangkitan Islam. Namun, ada sebagian pemikir Islam mencoba mendiskripsikan kebangkitan Islam dengan istilah revivalisme Islam 3 , fundamentalisme Islam, radikalisisme Islam, Islamisme, puritanisme Islam dan ekstremisme Islam. 4 Meskipun fundamentalisme Islam memiliki 1 Prodi Studi Agama-Agama FAI Universtas Muhammadiyah Surabaya 2 Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal (Jakarta: Erlangga, 2002), x 3
This paper is the result of field research that aims to describe the model of tolerance among Mus... more This paper is the result of field research that aims to describe the model of tolerance among Muslims, Christians and Hindus in the Balun Village Turi District of Lamongan Regency Indonesia. In addition, this research wants to encounter the International opinion which thinks that Lamongan as Terrorist Village. Generally, religious differences are often used as legitimacy or incentive for conflict and hostility in society. However, the opinion is not always true, religious differences can be a catalyst for the development of cultural tolerance among religious communities, one of which occurred in the Balun Village Turi District Lamongan-east java province. In Balun, there are three religions (Hindu-Christian-Hindu) living in a peaceful and tolerant way so that Balun village is often referred to as "Pancasila Village" or "Inclusive Village", while in other villages the difference becomes the trigger of enmity and conflict. From this phenomenon illustrates a misunderstanding of opinion related Lamongan which is considered as " Kampung Teroris " that is anti-tolerance, it turns out the culture of tolerance among religious people is growing well. Violent religious violence affects inconsistency, especially for minority groups, which in turn affect the integration and unity of the nation. This phenomenon is interesting to be examined, especially on how the tolerance model developed by Balun people is multi-religious, yet it is able to develop a culture of tolerance. This type of research is qualitative-phenomenological, the research participants are Christian, Hindu, Moslems and the government official of Balun village. The data are collected through depth interview with Snowball model, SGD (Small Group Discusion) and literature study. The data are analyzed using multidisciplinary of science, meaning depend on the data obtained, if obtained religious data then the analysis used is the study of religion and so forth. The results of the study are: the first, Balun's religious paradigm in understanding his religious doctrines is an inclusive sub-paradigm. The second, the cultural background of tolerance in Balun is the factor of understanding the inclusive, sub-inclusive religious doctrines, pluralist political policies, tolerant socio-cultural traditions, the different religious traditions of marriage. The built tolerance models are: the first is the Plural Village Structure (Tool). The second is Multicultural (Democratic) Family, the third is " Ngaturi / Kenduri " Multicultural, the fourth is Inclusive Da'wah and the fifth is Multicultural Tombs. Balun village can be seen as an inspiration and a mirror for the people of Indonesia which are prone to conflict between people, so our hope to build a united, tolerant, progressive, peaceful and harmonious Indonesia can be realized.
Perubahan merupakan sebuah keniscayaan yang pasti terjadi di dalam sejarah manusia atau masyaraka... more Perubahan merupakan sebuah keniscayaan yang pasti terjadi di dalam sejarah manusia atau masyarakat. Pendorong perubahan sosial di masyarakat dilatari beragam faktor, ada faktor alam-sosial-agama-politik-ekonomi,budaya dan beragam actor, ada actor individu ataupun keloktif kelompok. Proses perubahan ada yang brsifat evolusi dan ada juga bersifat revolusi. Dan muara dari perubahan sosial ada yang bermuara pada consensus (perjanjian) dan bermuara perubahan total. Salah satu faktor terjadinya perubahan sosial adalah disebabkan karena terjadinya persaingan atau konflik untuk bertahan ataupun untuk merebut kekuasaan (baca: kuasa agama, sosiol, politik dan ekonomi). Perebutan atau konflik ini melibatkan dua kelompok (klas) yang saling berhadapan yaitu klas penindas (bahas Marx kaum Borjuis-pemodal) berhadapan dengan klas tertindas (bahasa Marx kaum Proletar). Tujuan dari konflik itu adalah adanya keinganan untuk saling menguasai (dominasi) dan mempengaruhi (hegemoni). Sehingga dari proses saling menguasi dan mengemoni ada yang menag dan ada yang kalah, dampak dari proses inilah kemudian melahirkan perubahan sosial, meminjam bahasa Marx Sejarah Manusia adalah Sejarah Perjuangan Klas. Maka untuk mengungkap teori Marx pada kajian ini akan dibahas secara detail teori sosialkonflik Marx untuk digunakan membaca sejarah peradaban masyarakat Islam.
Uploads
Papers by sholikh al huda