ABSTRAK Santri pada era digital saat ini banyak melakukan akses informasi ke internet dan media s... more ABSTRAK Santri pada era digital saat ini banyak melakukan akses informasi ke internet dan media sosial. Bahkan anak anak dapat memengang HP selama 8 jam. Yang menjadi kekhawatiran kita bersama adalah merebaknya konten-konten untuk penyebaran ideologi dan propaganda intoleran dan radikalisme yang menyerang di dunia maya, khususnya di media sosial. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah Asset-Based Community Development (ABCD). Metode ini adalah salah satu metode yang digunakan dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat dimana metode ini fokus pada kekuatan dan asset, dan dirancang untuk merancang pengorganisasian masyarakat, menghubungkan dan memanfaatkan bantuan dari lembaga esternal. Jumlah santri di Pondok Pesantren Annida Kota Cirebon sebanyak 60 orang. Hasil kegiatan penelitian berbasis pengabdian Prodi Aqidah dan Filsafat Islam ini adalah: Pertama, bahwa santri di Pondok Pesantren belum mengetahui cara mengcounter narasi intoleran dan radikalisme secara online, oleh karena itu diperlukan sosialisasi pendidikan cara mengcounter narasi radikalisme dalam membendung konten radikalisme. Kedua, para santri diupayakan dapat melawan konten konten radikalisme dan intoleran dengan membuat website atau menyuguhkan menu-menu toleransi terhadap narasi radikalisme. Setiap santri Annida diharuskan mampu mengetahui narasi-narasi radikalisme. Ketiga, santri Santri Annida yang berjumlah 60 orang hasil dari survei mengatakan siap membuat media online yang bertujuan untuk mengcounter narasi-narasi intoleran di internet dan media sosial.
Dengan befikir filsafat, kita dapat mengatasi kerumitan hidup. Hal ini dapat terjadi karena denga... more Dengan befikir filsafat, kita dapat mengatasi kerumitan hidup. Hal ini dapat terjadi karena dengan memahami apa itu filsafat, maka kita dapat menggunakannya atau menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak mengarah kepada jalur yang tidak pernah diharapkan sebelumnya. Beragam permasalahan bisa selesai dengan sendirinya, jika setiap orang Indonesia mau berfilsafat, yakni menjadikan filsafat sebagai jalan hidup, terlepas dari profesi sehari-hari mereka. Pengetahuan itu digunakan untuk menyempurnakan kehidupannya, termasuk dalam hal ini karakter kinerjanya. Sebab konsekuensi dari pandangan filsafat itu sangat penting dan menentukan sikap orang terhadap dirinya sendiri, terhadap orang lain, dunia, dan Tuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana filsafat moral dapat diaplikasikan dalam membentuk karakter kinerja di masyarakat usia produktif. Hasil dari penelitian adalah gejala-gejala kelemahkarsaan seorang individu dapat diminimalisir bahkan dihila...
Al Burhan: Jurnal Kajian Ilmu dan Pengembangan Budaya Al-Qur'an
Islamic Philosophy is a complex and multifaceted discipline that has undergone significant evolut... more Islamic Philosophy is a complex and multifaceted discipline that has undergone significant evolution over the centuries. In recent years, there has been a growing interest in the study of Contemporary Islamic Philosophy, reflecting the need to engage with the challenges facing Muslim communities in the modern world. This paper aims to provide a critical overview of the current trends in Contemporary Islamic Philosophy, focusing on key debates, developments, and applications of the discipline. The paper is based on a review of the literature in the field, and will provide insights into the ways in which contemporary scholars are reinterpreting classical Islamic thought and adapting it to the present-day context. The paper will also explore the relationship between Contemporary Islamic Philosophy and other related fields, such as Islamic studies, philosophy, religious studies, and social sciences.
Qirā?āt sab?ah yang diyakini mayoritas ulama sebagai wahyu ilahi di tangan Zamakhshar&#... more Qirā?āt sab?ah yang diyakini mayoritas ulama sebagai wahyu ilahi di tangan Zamakhsharī dan Abū Ḥayyān menjadi polemik. Zamakhsharī sebagai pengkritik qira?at berhadapan dengan Abū Ḥayyān sebagai pembela qira?at. Pertanyaan utama disertasi ini mengapa qirā?āt sab?ah melahirkan polemik antara Zamakhsharī dan Abū Ḥayyān. Untuk menjawab pertanyaan utama tersebut, disertasi ini menganalisis konstruksi pengetahuan yang menjadi akar perbedaan keduanya. Dengan metode dan pendekatan hermeneutik Gadamer dan Habermas, penulis mengungkap konstruksi pengetahuan itu dengan menelusuri latar belakang sosial, budaya, ideologi (mazhab teologi dan mazhab nahu/nah{w) serta kepentingan yang dibawa keduanya. Temuan pokok penelitian disertasi ini adalah sejarah kehidupan, tradisi, jaringan sosial budaya, ideologi dan kepentingan yang melingkupi seseorang ?termasuk Zamakhsharī dan Abū Ḥayyān- mempengaruh...
Artikel ini membahas produk penafsiran Muhammad Husain Thabathaba‟i dan Muhammad Asad berupa ayat... more Artikel ini membahas produk penafsiran Muhammad Husain Thabathaba‟i dan Muhammad Asad berupa ayat tentang mukjizat dalam QS. Ali Imran (3): 49. Dengan pendekatan hermeneutika Gadamer, artikel ini mengupas sejarah pengaruh, pra-pemahaman, dan horizon yang dibangun dari dua penafsir tersebut. Dua penafsir menghasilkan penafsiran yang berbeda tentang wacana mukjizat. Thabathaba‟i memahami ayat tersebut secara harfiyah, apa adanya. Artinya, Thabathaba‟i meyakini bahwa dengan ijin Allah, mukjizat itu mungkin terjadi. Muhammad Asad memahami ayat tersebut bermakna simbolis dan alegoris. Keduanya mewakili kecenderungan cara berfikir, Thabathaba‟i cenderung abstrak metafisis. Kedua, cenderung pada pemikiran rasional-empiris.
Tulisan ini menunjukkan bahwa tradisi, jaringan sosial budaya, ideologi, dan kepentingan membentu... more Tulisan ini menunjukkan bahwa tradisi, jaringan sosial budaya, ideologi, dan kepentingan membentuk cara pandang terhadap pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang qirā’āt sab‘ah. Az-Zamakhsyarī (w. 538 H/ 1143) kritis terhadap qirā’āt sab‘ah karena ia berlatar belakang muktazilah yang menilai bahwa sebagianragam bacaan qirā’āt sab‘ah merupakan produk ijtihad ulama. Muktazilah juga beranggapan bahwa tidak semua qiraah merupakan bagian dari Al-Qur’an. AzZamakhsyarī juga berpihak kepada mazhab nahwu Basrah yang memposisikan kaidah bahasa sebagai “hakim” yang menentukan. Jika ada qiraah yang tidak sesuai kaidah, qiraah tersebut dihukumi sebagai qiraah syāż. Di pihak lain, Abū Ḥayyān (w. 745 H/ 1344) membela qirā’āt sab‘ah karena Abū Ḥayyān berlatar belakang Asy‘ariyyah. Aliran teologi ini menilai qirā’āt sab‘ah sebagai qiraah mutawatir sehingga tabu untuk dikritik. Abū Ḥayyān berpihak kepada mazhab nahwu Kufah yang menilai apa pun yang berasal dari ungkapan orang Arab—tak terkecuali qir...
Thabathaba’i mengajukan “gugatan” pemikiran filsafat yang menyatakan bahwa realitas pengetahuan t... more Thabathaba’i mengajukan “gugatan” pemikiran filsafat yang menyatakan bahwa realitas pengetahuan tergantung persepsi subjek seperti apa yang dikatakan kaum shopis “apa yang kita ketahui tak lain hanya sekedar persepsi kita, dan tidak memiliki realitas eksistensinya. Namun, bagi Thabathaba’i, bukan berarti peran subjek tidak ada, karena, menurutnya realitas pengetahuan, secara ontologis pada hakikatnya adalah riil. Sebab, pengetahuan manusia yang didasarkan dari persepsi dirinya sebagi subjek terhadap objek di luar dirinya yang dipersepsikan adalah bersifat kuiditatif (māhīyat). Karena jika tidak demikian, maka dengan sendirinya tidak akan pernah manusia memiliki pengetahuan. Lalu, bagaimana relasi antara realitas pengetahuan kita di dalam mental dengan realitas di luar? Apakah realitas pengetahuan di mental berbeda dangan realitas pengetahuan di alam luar? Pada dasarnya, menurut Thabathaba’i, seluruh objek pengetahuan eksternal tak lain merupakan konsep-konsep mental kita. Namun, k...
Skripsi mi membahas tentang pemikiran Ibn Hazm tentang tarjih sebagai salah satu alternatif penye... more Skripsi mi membahas tentang pemikiran Ibn Hazm tentang tarjih sebagai salah satu alternatif penyelesaian terhadap ta ‘arud al-.ahadis yaitu pertentangan antar hadis-hadis nabi. Dengan metode deskripitf-anaiitis dan pendekatan historis, Penulis menelaah karya monumentalnya, al-Ihkam fi Usul al-A hkam,, untuk mengetahui suatu pesan yang terkandung dalam teks yang dikaji, tentunya yang berkaitan dengan penolakannya terhadap tarjih al-ahadis beserta argument argumennya dan mengungkapkan keterkaitan penolakannya tersebut dengan mazhab zahiri yang dianutnya yang Iebih menitikberatkan pada lahiriah teks. Sebelumnya kami memaparkan pemikiran para ulama menyikapi nas-nas agama terutama hadis-hadis nabi bila ada ketidakselarasan di dalamnya Mereka menyepakati perlu adanya penyelesaian-penyelesaian agar hal itu tidak terjadi lagi. Dalam ha! im, para ulama tersebut mempunyai metode tersendiri, metode pertama al-jam ‘u, para ulama berusaha untuk mengkompromikan dan mengamalkan hadis-hadis yang di pandang bertentangan itu. Metode kedua a!naskh, metode mi dilakukan bila metode pertama sulit untuk direalisasikan. Alnaskh mi meniscayakan adanya hadis yang tidak di amalkan (ai-mansukh) yaitu hadis yang datangnya lebih dulu. Metode ketiga al-tarjih, metode al-tarjih di lakukan bila terlalu sulit melacak mana hadis yang datang lebih dulu dan mana hadis yang datang belakangan. Ibn Hazm dengan metode tarjih ini agak keberatan, rnenurutnya tarjih merupakan bagian dan qyas, dan bersumber dan dugaan semata yang tidak ada landasan dalam nas-nas agama (al-Qur’an dan hadis) dan jma’. Dalam tarjih mi, tidak boleh tidak harus ada salah satu hadis yang diabaikan, dengan dalih hadis tersebut marjuh. lbn Hazm menyatakan ketidak setujuannya dengan alasan bahwa nas-nas agama tidak ada perbedaan di dalamnya dan mempunyai kedudukan dan kekuatan yang sama sehingga inustahil adanya satu nas mengunggulkan nas yang lain. lbn Hazrn sangat kukuh dalarn mempertahankan teks-teks dan nas agama dan berusaha untuk mengkompromikan nas-nas agama, khususnya hadis-hadis nabi, yang dipandang bertentangan. Namun bila ada hadis-hadis nabi, yang jelasjelas bertentangan, ia rnenggunakan metode ai-naskh dengan jalan mengambil hadis yang pertama setelah hukum asal dan tidak mengamalkan hadis yang menerangkan atau bersesuaian dengan hukum asal tersebut.
ABSTRAK Santri pada era digital saat ini banyak melakukan akses informasi ke internet dan media s... more ABSTRAK Santri pada era digital saat ini banyak melakukan akses informasi ke internet dan media sosial. Bahkan anak anak dapat memengang HP selama 8 jam. Yang menjadi kekhawatiran kita bersama adalah merebaknya konten-konten untuk penyebaran ideologi dan propaganda intoleran dan radikalisme yang menyerang di dunia maya, khususnya di media sosial. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah Asset-Based Community Development (ABCD). Metode ini adalah salah satu metode yang digunakan dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat dimana metode ini fokus pada kekuatan dan asset, dan dirancang untuk merancang pengorganisasian masyarakat, menghubungkan dan memanfaatkan bantuan dari lembaga esternal. Jumlah santri di Pondok Pesantren Annida Kota Cirebon sebanyak 60 orang. Hasil kegiatan penelitian berbasis pengabdian Prodi Aqidah dan Filsafat Islam ini adalah: Pertama, bahwa santri di Pondok Pesantren belum mengetahui cara mengcounter narasi intoleran dan radikalisme secara online, oleh karena itu diperlukan sosialisasi pendidikan cara mengcounter narasi radikalisme dalam membendung konten radikalisme. Kedua, para santri diupayakan dapat melawan konten konten radikalisme dan intoleran dengan membuat website atau menyuguhkan menu-menu toleransi terhadap narasi radikalisme. Setiap santri Annida diharuskan mampu mengetahui narasi-narasi radikalisme. Ketiga, santri Santri Annida yang berjumlah 60 orang hasil dari survei mengatakan siap membuat media online yang bertujuan untuk mengcounter narasi-narasi intoleran di internet dan media sosial.
Dengan befikir filsafat, kita dapat mengatasi kerumitan hidup. Hal ini dapat terjadi karena denga... more Dengan befikir filsafat, kita dapat mengatasi kerumitan hidup. Hal ini dapat terjadi karena dengan memahami apa itu filsafat, maka kita dapat menggunakannya atau menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak mengarah kepada jalur yang tidak pernah diharapkan sebelumnya. Beragam permasalahan bisa selesai dengan sendirinya, jika setiap orang Indonesia mau berfilsafat, yakni menjadikan filsafat sebagai jalan hidup, terlepas dari profesi sehari-hari mereka. Pengetahuan itu digunakan untuk menyempurnakan kehidupannya, termasuk dalam hal ini karakter kinerjanya. Sebab konsekuensi dari pandangan filsafat itu sangat penting dan menentukan sikap orang terhadap dirinya sendiri, terhadap orang lain, dunia, dan Tuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana filsafat moral dapat diaplikasikan dalam membentuk karakter kinerja di masyarakat usia produktif. Hasil dari penelitian adalah gejala-gejala kelemahkarsaan seorang individu dapat diminimalisir bahkan dihila...
Al Burhan: Jurnal Kajian Ilmu dan Pengembangan Budaya Al-Qur'an
Islamic Philosophy is a complex and multifaceted discipline that has undergone significant evolut... more Islamic Philosophy is a complex and multifaceted discipline that has undergone significant evolution over the centuries. In recent years, there has been a growing interest in the study of Contemporary Islamic Philosophy, reflecting the need to engage with the challenges facing Muslim communities in the modern world. This paper aims to provide a critical overview of the current trends in Contemporary Islamic Philosophy, focusing on key debates, developments, and applications of the discipline. The paper is based on a review of the literature in the field, and will provide insights into the ways in which contemporary scholars are reinterpreting classical Islamic thought and adapting it to the present-day context. The paper will also explore the relationship between Contemporary Islamic Philosophy and other related fields, such as Islamic studies, philosophy, religious studies, and social sciences.
Qirā?āt sab?ah yang diyakini mayoritas ulama sebagai wahyu ilahi di tangan Zamakhshar&#... more Qirā?āt sab?ah yang diyakini mayoritas ulama sebagai wahyu ilahi di tangan Zamakhsharī dan Abū Ḥayyān menjadi polemik. Zamakhsharī sebagai pengkritik qira?at berhadapan dengan Abū Ḥayyān sebagai pembela qira?at. Pertanyaan utama disertasi ini mengapa qirā?āt sab?ah melahirkan polemik antara Zamakhsharī dan Abū Ḥayyān. Untuk menjawab pertanyaan utama tersebut, disertasi ini menganalisis konstruksi pengetahuan yang menjadi akar perbedaan keduanya. Dengan metode dan pendekatan hermeneutik Gadamer dan Habermas, penulis mengungkap konstruksi pengetahuan itu dengan menelusuri latar belakang sosial, budaya, ideologi (mazhab teologi dan mazhab nahu/nah{w) serta kepentingan yang dibawa keduanya. Temuan pokok penelitian disertasi ini adalah sejarah kehidupan, tradisi, jaringan sosial budaya, ideologi dan kepentingan yang melingkupi seseorang ?termasuk Zamakhsharī dan Abū Ḥayyān- mempengaruh...
Artikel ini membahas produk penafsiran Muhammad Husain Thabathaba‟i dan Muhammad Asad berupa ayat... more Artikel ini membahas produk penafsiran Muhammad Husain Thabathaba‟i dan Muhammad Asad berupa ayat tentang mukjizat dalam QS. Ali Imran (3): 49. Dengan pendekatan hermeneutika Gadamer, artikel ini mengupas sejarah pengaruh, pra-pemahaman, dan horizon yang dibangun dari dua penafsir tersebut. Dua penafsir menghasilkan penafsiran yang berbeda tentang wacana mukjizat. Thabathaba‟i memahami ayat tersebut secara harfiyah, apa adanya. Artinya, Thabathaba‟i meyakini bahwa dengan ijin Allah, mukjizat itu mungkin terjadi. Muhammad Asad memahami ayat tersebut bermakna simbolis dan alegoris. Keduanya mewakili kecenderungan cara berfikir, Thabathaba‟i cenderung abstrak metafisis. Kedua, cenderung pada pemikiran rasional-empiris.
Tulisan ini menunjukkan bahwa tradisi, jaringan sosial budaya, ideologi, dan kepentingan membentu... more Tulisan ini menunjukkan bahwa tradisi, jaringan sosial budaya, ideologi, dan kepentingan membentuk cara pandang terhadap pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang qirā’āt sab‘ah. Az-Zamakhsyarī (w. 538 H/ 1143) kritis terhadap qirā’āt sab‘ah karena ia berlatar belakang muktazilah yang menilai bahwa sebagianragam bacaan qirā’āt sab‘ah merupakan produk ijtihad ulama. Muktazilah juga beranggapan bahwa tidak semua qiraah merupakan bagian dari Al-Qur’an. AzZamakhsyarī juga berpihak kepada mazhab nahwu Basrah yang memposisikan kaidah bahasa sebagai “hakim” yang menentukan. Jika ada qiraah yang tidak sesuai kaidah, qiraah tersebut dihukumi sebagai qiraah syāż. Di pihak lain, Abū Ḥayyān (w. 745 H/ 1344) membela qirā’āt sab‘ah karena Abū Ḥayyān berlatar belakang Asy‘ariyyah. Aliran teologi ini menilai qirā’āt sab‘ah sebagai qiraah mutawatir sehingga tabu untuk dikritik. Abū Ḥayyān berpihak kepada mazhab nahwu Kufah yang menilai apa pun yang berasal dari ungkapan orang Arab—tak terkecuali qir...
Thabathaba’i mengajukan “gugatan” pemikiran filsafat yang menyatakan bahwa realitas pengetahuan t... more Thabathaba’i mengajukan “gugatan” pemikiran filsafat yang menyatakan bahwa realitas pengetahuan tergantung persepsi subjek seperti apa yang dikatakan kaum shopis “apa yang kita ketahui tak lain hanya sekedar persepsi kita, dan tidak memiliki realitas eksistensinya. Namun, bagi Thabathaba’i, bukan berarti peran subjek tidak ada, karena, menurutnya realitas pengetahuan, secara ontologis pada hakikatnya adalah riil. Sebab, pengetahuan manusia yang didasarkan dari persepsi dirinya sebagi subjek terhadap objek di luar dirinya yang dipersepsikan adalah bersifat kuiditatif (māhīyat). Karena jika tidak demikian, maka dengan sendirinya tidak akan pernah manusia memiliki pengetahuan. Lalu, bagaimana relasi antara realitas pengetahuan kita di dalam mental dengan realitas di luar? Apakah realitas pengetahuan di mental berbeda dangan realitas pengetahuan di alam luar? Pada dasarnya, menurut Thabathaba’i, seluruh objek pengetahuan eksternal tak lain merupakan konsep-konsep mental kita. Namun, k...
Skripsi mi membahas tentang pemikiran Ibn Hazm tentang tarjih sebagai salah satu alternatif penye... more Skripsi mi membahas tentang pemikiran Ibn Hazm tentang tarjih sebagai salah satu alternatif penyelesaian terhadap ta ‘arud al-.ahadis yaitu pertentangan antar hadis-hadis nabi. Dengan metode deskripitf-anaiitis dan pendekatan historis, Penulis menelaah karya monumentalnya, al-Ihkam fi Usul al-A hkam,, untuk mengetahui suatu pesan yang terkandung dalam teks yang dikaji, tentunya yang berkaitan dengan penolakannya terhadap tarjih al-ahadis beserta argument argumennya dan mengungkapkan keterkaitan penolakannya tersebut dengan mazhab zahiri yang dianutnya yang Iebih menitikberatkan pada lahiriah teks. Sebelumnya kami memaparkan pemikiran para ulama menyikapi nas-nas agama terutama hadis-hadis nabi bila ada ketidakselarasan di dalamnya Mereka menyepakati perlu adanya penyelesaian-penyelesaian agar hal itu tidak terjadi lagi. Dalam ha! im, para ulama tersebut mempunyai metode tersendiri, metode pertama al-jam ‘u, para ulama berusaha untuk mengkompromikan dan mengamalkan hadis-hadis yang di pandang bertentangan itu. Metode kedua a!naskh, metode mi dilakukan bila metode pertama sulit untuk direalisasikan. Alnaskh mi meniscayakan adanya hadis yang tidak di amalkan (ai-mansukh) yaitu hadis yang datangnya lebih dulu. Metode ketiga al-tarjih, metode al-tarjih di lakukan bila terlalu sulit melacak mana hadis yang datang lebih dulu dan mana hadis yang datang belakangan. Ibn Hazm dengan metode tarjih ini agak keberatan, rnenurutnya tarjih merupakan bagian dan qyas, dan bersumber dan dugaan semata yang tidak ada landasan dalam nas-nas agama (al-Qur’an dan hadis) dan jma’. Dalam tarjih mi, tidak boleh tidak harus ada salah satu hadis yang diabaikan, dengan dalih hadis tersebut marjuh. lbn Hazm menyatakan ketidak setujuannya dengan alasan bahwa nas-nas agama tidak ada perbedaan di dalamnya dan mempunyai kedudukan dan kekuatan yang sama sehingga inustahil adanya satu nas mengunggulkan nas yang lain. lbn Hazrn sangat kukuh dalarn mempertahankan teks-teks dan nas agama dan berusaha untuk mengkompromikan nas-nas agama, khususnya hadis-hadis nabi, yang dipandang bertentangan. Namun bila ada hadis-hadis nabi, yang jelasjelas bertentangan, ia rnenggunakan metode ai-naskh dengan jalan mengambil hadis yang pertama setelah hukum asal dan tidak mengamalkan hadis yang menerangkan atau bersesuaian dengan hukum asal tersebut.
Uploads
Papers by fuad nawawi