Zenodo (CERN European Organization for Nuclear Research), Nov 15, 2022
Penelitian ini membahas representasi nilai budaya Madura dalam novel Damar Kambang karya Muna Mas... more Penelitian ini membahas representasi nilai budaya Madura dalam novel Damar Kambang karya Muna Masyari dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di kelas XII SMA/SMK dengan pendekatan antropologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel Damar Kambang karya Muna Masyari terdapat lima nilai budaya yang dianalisis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Djamaris, dkk. Nilai tersebut meliputi nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan yang terdiri dari nilai taat beribadah, berdoa, percaya pada takdir, dan percaya kekuatan gaib, nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam yang terdiri dari nilai pemanfaatan alam dan keindahan alam, nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat terdiri dari nilai musyawarah, gotong royong, dan kepatuhan, nilai budaya dalam hubungan manusia dengan manusia lain terdiri dari nilai harapan, tolong menolong, kehormatan, tanggung jawab, kasih sayang, kepatuhan, dan kesetiaan, dan nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri kerja keras, harga diri, kenyamanan.
The International Journal of Social Sciences World (TIJOSSW), Aug 16, 2021
This article discusses the ideology of Indonesian novels that represent inter-ethnic and inter-re... more This article discusses the ideology of Indonesian novels that represent inter-ethnic and inter-religious relations in Bali. The main question posed in this article is what ideology is contained behind the novels of interethnic and interreligious relations in Bali in Indonesian literature. There are 14 novels of interethnic and interreligious relations in Bali that are studied in this article, published from the 1930s to the 2010s. The novels were analyzed by Michel Foucault's theory of discourse power with the descriptive-analytic analysis method. The results of the analysis show that the novels of interethnic and interreligious relations in Bali imply two tendencies of ideas that underlie the birth of the text. First, there is an effort to sow the spirit of Indonesianness, especially in the novels of the colonial period. Second, awareness of the values of multiculturalism as a response to the multicultural facts of the nation. This awareness is strongly reflected in the novels of the post-reformation period.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan representasi wacana hukum adat pengucilan sosial d... more Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan representasi wacana hukum adat pengucilan sosial dalam novel <em>Incest </em>karya I Wayan Artika dan (2) untuk mengungkap relasi kuasa di balik wacana hukum adat pengucilan sosial dalam novel <em>Incest </em>karya I Wayan Artika. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif tekstual. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kepustakaan dengan teknik baca, teknik simak, dan teknik catat. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode deskriptif analitik, yaitu mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Metode hasil analisis data disajikan dengan menggunakan metode informal. Dari penelitian ini dihasilkan dua simpulan, yaitu (1) novel <em>Incest </em>merepresentasikan wacana hukum adat Bali <em>kembar buncing</em> atau <em>manak salah</em> yang menimbulkan diskriminasi<em>, </em>(2) relasi kuasa di balik wacana hukum...
This article discusses the ideology of Indonesian novels that represent inter-ethnic and inter-re... more This article discusses the ideology of Indonesian novels that represent inter-ethnic and inter-religious relations in Bali. The main question posed in this article is what ideology is contained behind the novels of interethnic and interreligious relations in Bali in Indonesian literature. There are 14 novels of interethnic and interreligious relations in Bali that are studied in this article, published from the 1930s to the 2010s. The novels were analyzed by Michel Foucault's theory of discourse power with the descriptive-analytic analysis method. The results of the analysis show that the novels of interethnic and interreligious relations in Bali imply two tendencies of ideas that underlie the birth of the text. First, there is an effort to sow the spirit of Indonesianness, especially in the novels of the colonial period. Second, awareness of the values of multiculturalism as a response to the multicultural facts of the nation. This awareness is strongly reflected in the novels ...
This article discusses the representation of Bali in inter-ethnic relations novels by Indonesian ... more This article discusses the representation of Bali in inter-ethnic relations novels by Indonesian authors published in the pre-independence period. The main question in this article is how is the representation of Bali in the inter-ethnic relations novels in the pre-independence period, and what is the historical, social context behind the representation? To answer the questions, a study was conducted on four Indonesian novels in the pre-independence period, namely <em>Kintamani</em> (1932) authored by Imam Soepardi, <em>Lejak</em> (1935) authored by Soe Lie Piet, <em>I Swasta Setahun di Bedahulu</em> (1938) authored by Anak Agung Pandji Tisna, and <em>Djangir Bali</em> (1942) authored by Nur Sultan Iskandar. The analysis was carried out using Stuart Hall's representation theory with Michel Foucault's discourse and descriptive-analytical methods. The research results show that novels on interethnic relations in the pre-independe...
The article reveals the linguistic aspects in Umbu Landu Paranggi’s rhymes. With structural appro... more The article reveals the linguistic aspects in Umbu Landu Paranggi’s rhymes. With structural approach and stylistic method, the analysis of linguistic aspects included phonology, morphology, syntax and semantics. The results of the analysis of Umbu’s rhymes showed the tendency of strong dynamics, in terms of form, phonology, morphology, syntax and semantics. Umbu truly utilized the wealth and possibilities the language has to build up poetic effects in his rhymes. Semantically, Umbu’s rhymes implied the messages about ‘the world within the self’. With the choices of themes, idioms and language styles that prioritized silence, love and longing, Umbu conveyed the message about the importance of holding dialog with the self in interpreting all life dynamics.
The article reveals the hegemony of Balinese custom and its resistance in Gde Aryantha Soethama’s... more The article reveals the hegemony of Balinese custom and its resistance in Gde Aryantha Soethama’s short stories. The objects of the study were short stories collected in an anthology Mandi Api (2006). The research specifically aimed to reveal a number of problems related to the discourse of Balinese custom in Gde Aryantha Soethama’s short stories, namely (1) describing the representation of the hegemony of Balinese custom Gde Aryantha Soethama’s short stories; (2) describing the representation of resistance to Balinese custom Gde Aryantha Soethama’s short stories; (3) revealing the writer, Gde Aryantha Soethama’s view on the dynamics of Balinese custom as represented in his short stories. Applying sociological approach with Fairclough three dimensional model as the method of critical discourse analysis, the study was focused on three dimensions, namely texts (speech, visual imaging or the combination of the three), discourse practices which involve the production and consumption of text and social practices. The result of the study showed that Gde Aryantha Soethama’s short stories represented the hegemony and resistance in the dynamics of Balinese culture, including the hegemony of caste system, the hegemony of Balinese customary law and the hegemony of Balinese custom. The hegemony of Balinese custom brought out both strong and weak resistances. However, the resistance eventually strengthened the hegemony of Balinese custom. The representation of hegemony and resistance in the dynamics of Balinese culture reflected in Gde Aryantha Soethama’s short stories was the writer’s effort to invite the readers, especially the Balinese, to review the practices of Balinese custom and culture.
Takdir kota adalah perubahan. Dinamis selalu menjadi ciri terpenting suatu kota karena di sinilah... more Takdir kota adalah perubahan. Dinamis selalu menjadi ciri terpenting suatu kota karena di sinilah pertemuan berbagai nilai, tempat segala semangat beradu. Setiap denyut pertumbuhan suatu kota senantiasa diikuti dengan kehadiran nilai-nilai luar. Nilai-nilai luar itu kemudian bertegur sapa dengan nilai-nilai tradisi. Pertemuan itu sering kali menimbulkan ketegangan, tetapi tak jarang pula menjelma wujud nilai baru dalam semangat akulturasi. Denpasar, kota terpenting di Provinsi Bali, juga tak luput dari keniscayaan semacam itu. Denpasar kerap menjadi simbol ketegangan tiada henti antara modernitas dan tradisionalitas. Akan tetapi, Denpasar juga menjadi lambang modernitas yang sekaligus tradisional.
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mendeskripsikan jenis-jenis fokalisasi yang digunakan dalam no... more Penelitian ini bertujuan (1) untuk mendeskripsikan jenis-jenis fokalisasi yang digunakan dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini, (2) mendeskripsikan keterkaitan fokalisasi dengan unsur-unsur intrinsik lainnya, dan (3) relevansi fokalisasi novel Tempurung dalam pembelajaran sastra di SMA/SMK. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kepustakaan dengan teknik baca dan teknik catat. Data dianalisis dengan metode deskriptif analititk. Dari penelitian ini dihasilkan tiga temuan: (1) novel Tempurung karya Oka Rusmini kecenderungannya menggunakan fokalisasi intern dengan bentuk persona “aku”, (2) fokalisasi dalam novel Tempurung muncul dalam berbagai bentuk, yaitu cakapan langsung, solilokui, komentar pencerita, dan lakuan yang dapat berkaitan langsung dengan aspek tokoh dan gaya bahasa, dan (3) fokalisasi novel Tempurung karya Oka Rusmini memiliki relevansi dengan pembelajaran sastra di SMA/SMK, yaitu sebagai pengayaan bahan aja...
Artikel populer ini membahas tentang potret Klungkung (Bali) dalam puisi Indonesia. Pembacaan ter... more Artikel populer ini membahas tentang potret Klungkung (Bali) dalam puisi Indonesia. Pembacaan terhadap 34 puisi Indonesia menemukan kecenderungan citra kejayaan masa silam Klungkung. Puisi-puisi tentang Klungkung mengukuhkan citra Klungkung sebagai rumah sejarah. Klungkung tempo dulu merupakan pusat pemerintahan sekaligus pusat kebudayaan Bali. Mulai dari zaman Gelgel hingga zaman Smarapura, Klungkung senantiasa menjadi orientasi kultural maupun politik masyarakat Bali.
Takdir kota adalah perubahan. Dinamis selalu menjadi ciri terpenting suatu kota karena di sinilah... more Takdir kota adalah perubahan. Dinamis selalu menjadi ciri terpenting suatu kota karena di sinilah pertemuan berbagai nilai, tempat segala semangat beradu. Setiap denyut pertumbuhan suatu kota senantiasa diikuti dengan kehadiran nilai-nilai luar. Nilai-nilai luar itu kemudian bertegur sapa dengan nilai-nilai tradisi. Pertemuan itu sering kali menimbulkan ketegangan, tetapi tak jarang pula menjelma wujud nilai baru dalam semangat akulturasi. Denpasar, kota terpenting di Provinsi Bali, juga tak luput dari keniscayaan semacam itu. Denpasar kerap menjadi simbol ketegangan tiada henti antara modernitas dan tradisionalitas. Akan tetapi, Denpasar juga menjadi lambang modernitas yang sekaligus tradisional.
This article conveys the discourse of social exclusion in a short story entitled "Kubur Wayan Tan... more This article conveys the discourse of social exclusion in a short story entitled "Kubur Wayan Tanggu" (K-W-T) written by Gde Aryantha Soethama. The problems discussed in the article are the discourse construction of a customary sanction called "Kasepekang" or social exclusion featured in the short story, its relation with the discourse of social exclusion in the island's customary society, and the writer's view on the customary sanction. Through van Fairclough's method of critical discourse analysis, it is revealed that KWT is a cohesive and coherent fiction discourse. In terms of discourse practices, it is a strong and whole short story. In social practices, the short story represents the hegemony of the custom of Bali that makes a lot of people feel helpless. The resistance against "kasepekang" customary sanction through an unexpected way shows that imposing the sanction brings new problems. The short story reflects the empirical reality about the public discourse on the controversy surrounding the implementation of "kasepekang" customary sanction.
Keywords: discourse, social exclusion, critical discourse analysis
Tulisan-tulisan dalam buku ini menunjukkan penulisnya sebagai guru Bahasa Indonesia yang kritis s... more Tulisan-tulisan dalam buku ini menunjukkan penulisnya sebagai guru Bahasa Indonesia yang kritis sekaligus juga optimistis. Sikap kritis Tribana dapat dibaca dalam tulisannya seputar gagasan tentang pembelajaran sastra. Mulai dari soal ujian praktis sastra, bacaan sastra dengan konten berbau pornografi dan pornoaksi, dilema siswa menyikapi ambiguitas materi sastra dalam Ujian Nasional, termasuk telaah kritisnya terhadap sejumlah karya sastra. Tribana memang bersuara kritis terhadap kebijakan berkaitan dengan pembelajaran sastra di sekolah, tetapi dia tidak berhenti pada kritik, apalagi keluh kesah. Selain menawarkan solusi, Tribana juga mengimplementasikan berbagai gagasan dan solusi yang ditawarkannya sendiri saat mengajar di kelas.
Sang Juara yang menghimpun tulisan para siswa, alumni dan guru SMA 1 Kuta Selatan pantas diapresi... more Sang Juara yang menghimpun tulisan para siswa, alumni dan guru SMA 1 Kuta Selatan pantas diapresiasi dengan rasa bangga dan bahagia. Terbitnya Sang Juara sebaiknya tidak semata dipandang sebagai sebuah dokumentasi, tetapi juga dilihat sebagai sebentuk upaya merawat tradisi berpikir. Dalam membangun peradaban, budaya olah pikir merupakan fondasi penting.
Makalah ini mengkaji aspek sosiologis Legenda Ki Pasek Badak (LKPB) yang cukup populer di kalanga... more Makalah ini mengkaji aspek sosiologis Legenda Ki Pasek Badak (LKPB) yang cukup populer di kalangan masyarakat di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Fokus analisis pada representasi konflik dan resolusi konflik yang terkandung dalam LKPB. Melalui analisis secara dialektik, yakni hubungan teks dan konteks, terungkap bahwa LKPB merupakan relasi kekuasaan antara I Gusti Agung Putu yang merepresentasikan bangsawan Bali-Baru dan Ki Pasek Badak yang merepresentasikan bangsawan Bali-Kuno. Konflik kekuasaan yang bersifat elitis diselesaikan melalui model resolusi konflik yang menempatkan kedua tokoh sama-sama terhormat dan sama-sama bermartabat. Dengan demikian LKPB merupakan bentuk kearifan lokal dalam penyelesaian konflik dengan prinsip sama-sama menang (win-win solution).
This study discused the kasepekang discourse (social exclusion sanction in Balinese custom) in B... more This study discused the kasepekang discourse (social exclusion sanction in Balinese custom) in Balinese literary fiction works. Of the seven works were made the objects of study, diverse views on customary sanctions kasepekang are discovered. However, by using sociological approach and dialectical analysis method, this study reveals the spirit of Balinese reform, especially in terms of applying the customary sanction of kasepekang, which is considered to be not in accordance with the present situation within the fictional Balinese authors.
Key words : discourse, kasepekang, fiction, Balinese authors
Tatkala dihubungi panitia dan diminta menjadi pembicara dalam sarasehan ini, saya sungguh terkeju... more Tatkala dihubungi panitia dan diminta menjadi pembicara dalam sarasehan ini, saya sungguh terkejut. Saya merasa jauh dari kelayakan untuk tampil sebagai pembicara. Alasan utamanya, saya tidak memiliki kapasitas untuk berbicara mengenai sebuah peristiwa sejarah yang dalam ingatan kolektif masyarakat Bali mendapat tempat begitu agung. Saya bukanlah pakar sejarah. Saya tidak memiliki latar belakang disiplin ilmu sejarah. Saya bukan pula pengamat politik yang bisa memberikan perspektif politik pada peristiwa politik masa lalu. Pun, saya bukan pengamat sosial budaya yang bisa menghadirkan kajian dari aspek sosial dan budaya terhadap sebuah kejadian di masa lampau.
Zenodo (CERN European Organization for Nuclear Research), Nov 15, 2022
Penelitian ini membahas representasi nilai budaya Madura dalam novel Damar Kambang karya Muna Mas... more Penelitian ini membahas representasi nilai budaya Madura dalam novel Damar Kambang karya Muna Masyari dan relevansinya dalam pembelajaran sastra di kelas XII SMA/SMK dengan pendekatan antropologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel Damar Kambang karya Muna Masyari terdapat lima nilai budaya yang dianalisis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Djamaris, dkk. Nilai tersebut meliputi nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan yang terdiri dari nilai taat beribadah, berdoa, percaya pada takdir, dan percaya kekuatan gaib, nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam yang terdiri dari nilai pemanfaatan alam dan keindahan alam, nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat terdiri dari nilai musyawarah, gotong royong, dan kepatuhan, nilai budaya dalam hubungan manusia dengan manusia lain terdiri dari nilai harapan, tolong menolong, kehormatan, tanggung jawab, kasih sayang, kepatuhan, dan kesetiaan, dan nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri kerja keras, harga diri, kenyamanan.
The International Journal of Social Sciences World (TIJOSSW), Aug 16, 2021
This article discusses the ideology of Indonesian novels that represent inter-ethnic and inter-re... more This article discusses the ideology of Indonesian novels that represent inter-ethnic and inter-religious relations in Bali. The main question posed in this article is what ideology is contained behind the novels of interethnic and interreligious relations in Bali in Indonesian literature. There are 14 novels of interethnic and interreligious relations in Bali that are studied in this article, published from the 1930s to the 2010s. The novels were analyzed by Michel Foucault's theory of discourse power with the descriptive-analytic analysis method. The results of the analysis show that the novels of interethnic and interreligious relations in Bali imply two tendencies of ideas that underlie the birth of the text. First, there is an effort to sow the spirit of Indonesianness, especially in the novels of the colonial period. Second, awareness of the values of multiculturalism as a response to the multicultural facts of the nation. This awareness is strongly reflected in the novels of the post-reformation period.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan representasi wacana hukum adat pengucilan sosial d... more Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan representasi wacana hukum adat pengucilan sosial dalam novel <em>Incest </em>karya I Wayan Artika dan (2) untuk mengungkap relasi kuasa di balik wacana hukum adat pengucilan sosial dalam novel <em>Incest </em>karya I Wayan Artika. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif tekstual. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kepustakaan dengan teknik baca, teknik simak, dan teknik catat. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode deskriptif analitik, yaitu mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Metode hasil analisis data disajikan dengan menggunakan metode informal. Dari penelitian ini dihasilkan dua simpulan, yaitu (1) novel <em>Incest </em>merepresentasikan wacana hukum adat Bali <em>kembar buncing</em> atau <em>manak salah</em> yang menimbulkan diskriminasi<em>, </em>(2) relasi kuasa di balik wacana hukum...
This article discusses the ideology of Indonesian novels that represent inter-ethnic and inter-re... more This article discusses the ideology of Indonesian novels that represent inter-ethnic and inter-religious relations in Bali. The main question posed in this article is what ideology is contained behind the novels of interethnic and interreligious relations in Bali in Indonesian literature. There are 14 novels of interethnic and interreligious relations in Bali that are studied in this article, published from the 1930s to the 2010s. The novels were analyzed by Michel Foucault's theory of discourse power with the descriptive-analytic analysis method. The results of the analysis show that the novels of interethnic and interreligious relations in Bali imply two tendencies of ideas that underlie the birth of the text. First, there is an effort to sow the spirit of Indonesianness, especially in the novels of the colonial period. Second, awareness of the values of multiculturalism as a response to the multicultural facts of the nation. This awareness is strongly reflected in the novels ...
This article discusses the representation of Bali in inter-ethnic relations novels by Indonesian ... more This article discusses the representation of Bali in inter-ethnic relations novels by Indonesian authors published in the pre-independence period. The main question in this article is how is the representation of Bali in the inter-ethnic relations novels in the pre-independence period, and what is the historical, social context behind the representation? To answer the questions, a study was conducted on four Indonesian novels in the pre-independence period, namely <em>Kintamani</em> (1932) authored by Imam Soepardi, <em>Lejak</em> (1935) authored by Soe Lie Piet, <em>I Swasta Setahun di Bedahulu</em> (1938) authored by Anak Agung Pandji Tisna, and <em>Djangir Bali</em> (1942) authored by Nur Sultan Iskandar. The analysis was carried out using Stuart Hall's representation theory with Michel Foucault's discourse and descriptive-analytical methods. The research results show that novels on interethnic relations in the pre-independe...
The article reveals the linguistic aspects in Umbu Landu Paranggi’s rhymes. With structural appro... more The article reveals the linguistic aspects in Umbu Landu Paranggi’s rhymes. With structural approach and stylistic method, the analysis of linguistic aspects included phonology, morphology, syntax and semantics. The results of the analysis of Umbu’s rhymes showed the tendency of strong dynamics, in terms of form, phonology, morphology, syntax and semantics. Umbu truly utilized the wealth and possibilities the language has to build up poetic effects in his rhymes. Semantically, Umbu’s rhymes implied the messages about ‘the world within the self’. With the choices of themes, idioms and language styles that prioritized silence, love and longing, Umbu conveyed the message about the importance of holding dialog with the self in interpreting all life dynamics.
The article reveals the hegemony of Balinese custom and its resistance in Gde Aryantha Soethama’s... more The article reveals the hegemony of Balinese custom and its resistance in Gde Aryantha Soethama’s short stories. The objects of the study were short stories collected in an anthology Mandi Api (2006). The research specifically aimed to reveal a number of problems related to the discourse of Balinese custom in Gde Aryantha Soethama’s short stories, namely (1) describing the representation of the hegemony of Balinese custom Gde Aryantha Soethama’s short stories; (2) describing the representation of resistance to Balinese custom Gde Aryantha Soethama’s short stories; (3) revealing the writer, Gde Aryantha Soethama’s view on the dynamics of Balinese custom as represented in his short stories. Applying sociological approach with Fairclough three dimensional model as the method of critical discourse analysis, the study was focused on three dimensions, namely texts (speech, visual imaging or the combination of the three), discourse practices which involve the production and consumption of text and social practices. The result of the study showed that Gde Aryantha Soethama’s short stories represented the hegemony and resistance in the dynamics of Balinese culture, including the hegemony of caste system, the hegemony of Balinese customary law and the hegemony of Balinese custom. The hegemony of Balinese custom brought out both strong and weak resistances. However, the resistance eventually strengthened the hegemony of Balinese custom. The representation of hegemony and resistance in the dynamics of Balinese culture reflected in Gde Aryantha Soethama’s short stories was the writer’s effort to invite the readers, especially the Balinese, to review the practices of Balinese custom and culture.
Takdir kota adalah perubahan. Dinamis selalu menjadi ciri terpenting suatu kota karena di sinilah... more Takdir kota adalah perubahan. Dinamis selalu menjadi ciri terpenting suatu kota karena di sinilah pertemuan berbagai nilai, tempat segala semangat beradu. Setiap denyut pertumbuhan suatu kota senantiasa diikuti dengan kehadiran nilai-nilai luar. Nilai-nilai luar itu kemudian bertegur sapa dengan nilai-nilai tradisi. Pertemuan itu sering kali menimbulkan ketegangan, tetapi tak jarang pula menjelma wujud nilai baru dalam semangat akulturasi. Denpasar, kota terpenting di Provinsi Bali, juga tak luput dari keniscayaan semacam itu. Denpasar kerap menjadi simbol ketegangan tiada henti antara modernitas dan tradisionalitas. Akan tetapi, Denpasar juga menjadi lambang modernitas yang sekaligus tradisional.
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mendeskripsikan jenis-jenis fokalisasi yang digunakan dalam no... more Penelitian ini bertujuan (1) untuk mendeskripsikan jenis-jenis fokalisasi yang digunakan dalam novel Tempurung karya Oka Rusmini, (2) mendeskripsikan keterkaitan fokalisasi dengan unsur-unsur intrinsik lainnya, dan (3) relevansi fokalisasi novel Tempurung dalam pembelajaran sastra di SMA/SMK. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kepustakaan dengan teknik baca dan teknik catat. Data dianalisis dengan metode deskriptif analititk. Dari penelitian ini dihasilkan tiga temuan: (1) novel Tempurung karya Oka Rusmini kecenderungannya menggunakan fokalisasi intern dengan bentuk persona “aku”, (2) fokalisasi dalam novel Tempurung muncul dalam berbagai bentuk, yaitu cakapan langsung, solilokui, komentar pencerita, dan lakuan yang dapat berkaitan langsung dengan aspek tokoh dan gaya bahasa, dan (3) fokalisasi novel Tempurung karya Oka Rusmini memiliki relevansi dengan pembelajaran sastra di SMA/SMK, yaitu sebagai pengayaan bahan aja...
Artikel populer ini membahas tentang potret Klungkung (Bali) dalam puisi Indonesia. Pembacaan ter... more Artikel populer ini membahas tentang potret Klungkung (Bali) dalam puisi Indonesia. Pembacaan terhadap 34 puisi Indonesia menemukan kecenderungan citra kejayaan masa silam Klungkung. Puisi-puisi tentang Klungkung mengukuhkan citra Klungkung sebagai rumah sejarah. Klungkung tempo dulu merupakan pusat pemerintahan sekaligus pusat kebudayaan Bali. Mulai dari zaman Gelgel hingga zaman Smarapura, Klungkung senantiasa menjadi orientasi kultural maupun politik masyarakat Bali.
Takdir kota adalah perubahan. Dinamis selalu menjadi ciri terpenting suatu kota karena di sinilah... more Takdir kota adalah perubahan. Dinamis selalu menjadi ciri terpenting suatu kota karena di sinilah pertemuan berbagai nilai, tempat segala semangat beradu. Setiap denyut pertumbuhan suatu kota senantiasa diikuti dengan kehadiran nilai-nilai luar. Nilai-nilai luar itu kemudian bertegur sapa dengan nilai-nilai tradisi. Pertemuan itu sering kali menimbulkan ketegangan, tetapi tak jarang pula menjelma wujud nilai baru dalam semangat akulturasi. Denpasar, kota terpenting di Provinsi Bali, juga tak luput dari keniscayaan semacam itu. Denpasar kerap menjadi simbol ketegangan tiada henti antara modernitas dan tradisionalitas. Akan tetapi, Denpasar juga menjadi lambang modernitas yang sekaligus tradisional.
This article conveys the discourse of social exclusion in a short story entitled "Kubur Wayan Tan... more This article conveys the discourse of social exclusion in a short story entitled "Kubur Wayan Tanggu" (K-W-T) written by Gde Aryantha Soethama. The problems discussed in the article are the discourse construction of a customary sanction called "Kasepekang" or social exclusion featured in the short story, its relation with the discourse of social exclusion in the island's customary society, and the writer's view on the customary sanction. Through van Fairclough's method of critical discourse analysis, it is revealed that KWT is a cohesive and coherent fiction discourse. In terms of discourse practices, it is a strong and whole short story. In social practices, the short story represents the hegemony of the custom of Bali that makes a lot of people feel helpless. The resistance against "kasepekang" customary sanction through an unexpected way shows that imposing the sanction brings new problems. The short story reflects the empirical reality about the public discourse on the controversy surrounding the implementation of "kasepekang" customary sanction.
Keywords: discourse, social exclusion, critical discourse analysis
Tulisan-tulisan dalam buku ini menunjukkan penulisnya sebagai guru Bahasa Indonesia yang kritis s... more Tulisan-tulisan dalam buku ini menunjukkan penulisnya sebagai guru Bahasa Indonesia yang kritis sekaligus juga optimistis. Sikap kritis Tribana dapat dibaca dalam tulisannya seputar gagasan tentang pembelajaran sastra. Mulai dari soal ujian praktis sastra, bacaan sastra dengan konten berbau pornografi dan pornoaksi, dilema siswa menyikapi ambiguitas materi sastra dalam Ujian Nasional, termasuk telaah kritisnya terhadap sejumlah karya sastra. Tribana memang bersuara kritis terhadap kebijakan berkaitan dengan pembelajaran sastra di sekolah, tetapi dia tidak berhenti pada kritik, apalagi keluh kesah. Selain menawarkan solusi, Tribana juga mengimplementasikan berbagai gagasan dan solusi yang ditawarkannya sendiri saat mengajar di kelas.
Sang Juara yang menghimpun tulisan para siswa, alumni dan guru SMA 1 Kuta Selatan pantas diapresi... more Sang Juara yang menghimpun tulisan para siswa, alumni dan guru SMA 1 Kuta Selatan pantas diapresiasi dengan rasa bangga dan bahagia. Terbitnya Sang Juara sebaiknya tidak semata dipandang sebagai sebuah dokumentasi, tetapi juga dilihat sebagai sebentuk upaya merawat tradisi berpikir. Dalam membangun peradaban, budaya olah pikir merupakan fondasi penting.
Makalah ini mengkaji aspek sosiologis Legenda Ki Pasek Badak (LKPB) yang cukup populer di kalanga... more Makalah ini mengkaji aspek sosiologis Legenda Ki Pasek Badak (LKPB) yang cukup populer di kalangan masyarakat di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Fokus analisis pada representasi konflik dan resolusi konflik yang terkandung dalam LKPB. Melalui analisis secara dialektik, yakni hubungan teks dan konteks, terungkap bahwa LKPB merupakan relasi kekuasaan antara I Gusti Agung Putu yang merepresentasikan bangsawan Bali-Baru dan Ki Pasek Badak yang merepresentasikan bangsawan Bali-Kuno. Konflik kekuasaan yang bersifat elitis diselesaikan melalui model resolusi konflik yang menempatkan kedua tokoh sama-sama terhormat dan sama-sama bermartabat. Dengan demikian LKPB merupakan bentuk kearifan lokal dalam penyelesaian konflik dengan prinsip sama-sama menang (win-win solution).
This study discused the kasepekang discourse (social exclusion sanction in Balinese custom) in B... more This study discused the kasepekang discourse (social exclusion sanction in Balinese custom) in Balinese literary fiction works. Of the seven works were made the objects of study, diverse views on customary sanctions kasepekang are discovered. However, by using sociological approach and dialectical analysis method, this study reveals the spirit of Balinese reform, especially in terms of applying the customary sanction of kasepekang, which is considered to be not in accordance with the present situation within the fictional Balinese authors.
Key words : discourse, kasepekang, fiction, Balinese authors
Tatkala dihubungi panitia dan diminta menjadi pembicara dalam sarasehan ini, saya sungguh terkeju... more Tatkala dihubungi panitia dan diminta menjadi pembicara dalam sarasehan ini, saya sungguh terkejut. Saya merasa jauh dari kelayakan untuk tampil sebagai pembicara. Alasan utamanya, saya tidak memiliki kapasitas untuk berbicara mengenai sebuah peristiwa sejarah yang dalam ingatan kolektif masyarakat Bali mendapat tempat begitu agung. Saya bukanlah pakar sejarah. Saya tidak memiliki latar belakang disiplin ilmu sejarah. Saya bukan pula pengamat politik yang bisa memberikan perspektif politik pada peristiwa politik masa lalu. Pun, saya bukan pengamat sosial budaya yang bisa menghadirkan kajian dari aspek sosial dan budaya terhadap sebuah kejadian di masa lampau.
Makalah ini membedah dua novel karya Frans Nadjira, Jejak-jejak Mimpi dan Keluarga Lara serta seb... more Makalah ini membedah dua novel karya Frans Nadjira, Jejak-jejak Mimpi dan Keluarga Lara serta sebuah novel karya Wayan "Jengki" Sunarta.
Uploads
Papers by I Made Sujaya
Keywords: discourse, social exclusion, critical discourse analysis
Key words : discourse, kasepekang, fiction, Balinese authors
Keywords: discourse, social exclusion, critical discourse analysis
Key words : discourse, kasepekang, fiction, Balinese authors