Teknologi buku
Teknologi buku adalah perkembangan yang terjadi pada buku sejak ditemukannya teks yang kemudian berevolusi menjadi buku cetak dan sekarang berkembang menjadi buku digital. Era digital merupakan suatu masa di mana hampir sebagian besar masyarakatnya menggunakan sistem digital dalam menunjang kehidupan sehari-harinya. Dalam sistem digital, semua input dikonversi ke dalam bentuk digital dari bentuk analog. Dengan perkembangan teknologi masa kini, penggunaan media digital semakin populer dalam masyarakat dikarenakan efisiensi yang diberikan.
Media digital
[sunting | sunting sumber]Siapapun yang pernah menggunakan ponsel untuk mengunduh e-mail, melakukan voting untuk sebuah acara tertentu, melihat klip video, atau mendengarkan lagu telah merasakan adanya penggabungan media massa konvensional menjadi bentuk media baru melalui kemajuan teknologi digital dan jaringan telekomunikasi. Dampak media digital ini memang memengaruhi budaya kita dengan menawarkan gaya hidup baru, menciptakan lapangan kerja baru dan menghilangkan pekerjaan orang lain, pergeseran kerajaan media, menuntut peraturan baru, dan penyajian isu-isu sosial unik yang baru.[1] Menurut Mirabito dan Morgenstern,[2] teknologi yang baru maupun yang sudah ada saat ini, dalam pengaplikasiannya, mulai membentuk industri komunikasi dan sosial yang baru, contohnya: 1. Generasi terbaru dari PC dapat menghasilkan presentasi multimedia canggih. 2. Optical disk menawarkan peningkatan penyimpanan dan kemampuan produksi. 3. Sambungan telepon adalah saluran untuk luas kolam informasi. 4. Satelit dapat melayani komunikasi sebagai pribadi platform.
Komunikasi melalui media digital
[sunting | sunting sumber]Lebih mendalam sebagai penggunaannya dalam memediasi komunikasi, teknologi komunikasi digital mengkonversi suara, gambar, dan teks ke dalam format yang dapat dibaca komputer dengan mengubah informasi ke dalam string dari digit biner (bit) yang terdiri dari 1 elektronik dikodekan dan 0.[3] Menurut Mirabito dan Morgenstern,[4] komunikasi merupakan sebuah konsep yang menyediakan informasi dalam bentuk kode dengan menggunakan sinyal tertentu. Dengan adanya perkembangan zaman, kode-kode tersebut mulai dikembangkan dengan mengubah media yang digunakan. Dengan teknologi yang mendukung, komunikasi mulai mengalami perubahan yang awalnya bersifat interpersonal, berubah menjadi sebuah konsep yang didasari dengan sebuah media tertentu. Media digital dalam komunikasi memanfaatkan kode-kode komunikasi sehingga segala sesuatu yang akan disampaikan oleh komunikator terlebih dahulu dimanipulasi dalam sebuah bentuk digital sebelum akhirnya disampaikan kepada komunikan.
Jenis-jenis media komunikasi digital
[sunting | sunting sumber]Menurut Straubhaar, LaRose, dan Lucinda Davenport,[5] banyak industri yang memanfaatkan teknologi dan perkembangan zaman sebagai media adopsi untuk menyebarkan informasi. Terdapat beberapa media komunikasi digital meliputi buku, koran, music, radio, film, televisi, internet, public relations, dan advertising. Dalam karya tulis ini, fokus akan diarahkan pada topik buku yang telah dikonversikan ke dalam media digital yang sering disebut juga dengan e-Book, terutama dampak e-Book terhadap aspek akademis serta perbandingannya dengan paper book (p-book).
e-Book
[sunting | sunting sumber]Sebelum adanya e-Book, manusia mengenal buku tradisional atau paper book (P-Book), tetapi sebelum ditemukannya semua itu teknologi terdahulu dalam sejarah buku adalah adanya teks. Penulisan pada kertas ditemukan pertama kali oleh Tsai Lun. Dari situ, sejarah e-Book mulai semakin terlihat perkembangannya setelah era Gutenberg, seorang penemu mesin cetak majalah pada tahun 1456. Pesatnya perkembangan mesin cetak tersebut membuat Benyamin Day pada tahun 1833 berhasil merilis surat kabar pertama yaitu “New York Sun” atau disebut juga “Penny Press”. Namun, perkembangan teknologi menyebabkan banyak pihak yang mulai memanfaatkan keadaan untuk meminimalisasi biaya dan waktu dengan membuat sebuah majalah yang lebih mudah untuk digunakan dan lebih cepat untuk didapatkan. Perkembangan awal e-Book ini sendiri memakan waktu 400 tahun.[6] Secara umum, perubahan tren dari media fisik atau analog menjadi media yang terintegrasi (media digital) seperti e-Book sesuai dengan teori digital technology di mana menurut Mirabito dan Morgenstern,[7] dijelaskan bahwa pada dasarnya perkembangan dari bentuk analog menjadi digital merupakan perkembangan yang menghasilkan perubahan channel dan peralatan yang dibutuhkan untuk mengirimkan informasi dengan menggunakan kode binari tertentu kepada pembaca yang pada akhirnya dapat meminimalisasi usaha untuk mendapatkan informasi yang akan disampaikan. Media digital seperti e-Book itu sendiri dapat dipasarkan dalam beberapa fungsi seperti majalah, buku pelajaran, novel dan buku-buku lainnya walaupun tidak semua jenis buku laku saat dipasarkan dalam bentuk e-Book. Seperti novel yang penggemarnya masih lebih memilih untuk membeli dalam bentuk fisiknya dibandingkan dalam bentuk e-Book. Fenomena e-Book yang sangat menjanjikan ini membuat banyak pihak yang mulai menggunakan sistem e-Book untuk memberikan informasi kepada konsumen mereka, terutama dari kemudahan penggunaan serta kecepatan akses untuk mendapatkan e-Book itu sendiri, walaupun pastinya tidak selamanya e-Book lebih unggul dibandingkan dengan media analog yang berbentuk fisik.
e-Book sebagai media digital
[sunting | sunting sumber]Menurut Wiji Suwarno, e-Book adalah versi elektronik dari buku. Jika buku pada umumnya terdiri dari kumpulan kertas yang berisi teks atau gambar, e-Book berisi informasi digital yang juga dapat berwujud teks atau gambar. Sedangkan menurut Putut Laxman Pendit, e-Book adalah bentuk buku elektronik secara sederhana biasa dilihat dalam bentuk teks yang tersaji dalam bentuk dokumen yang dibuat dengan word processor, HTML, atau XML. Media digital merupakan sebuah media komunikasi yang didasarkan pada sebuah kode-kode digital seperti binary code dan kode modulasi lain yang diadopsi sebagai sebuah medium untuk mengirimkan signal dari komunikator kepada komunikan atau sebaliknya. Mirabito dan Morgenstern: Fenomena e-Book itu sendiri merupakan hasil media digital dari buku yang bersifat analog dan telah memberikan efek bagi beberapa pihak, baik efek positif maupun efek negatif.[8] Bahkan, kemunculan e-Book berpotensi untuk mengubah sistem penerbitan dari para pihak-pihak penerbit buku.[9] e-Book merupakan media digital yang sangat sukses berperan sebagai medium dalam menyalurkan stimulus informasi kepada para pembaca. Dengan dasar teknologi digital, e-Book memang berhasil mencuri perhatian masyarakat luas. Disebabkan oleh kemudahannya dan kepraktisan sistem e-Book. Untuk dapat mengakses e-Book, pastinya dibutuhkan media yang memadani yang dapat membaca format e-Book yang biasanya tersedia dalam bentuk *pdf, *jpeg, *lit, dan *html. e-Book sebagai media digital memang sangat mempermudah masyarakat yang gemar membaca karena pada dasarnya, e-Book membuat sebuah sistem di mana ratusan buku dapat disimpan dalam satu keping cd dengan kapasitas sekitar 700 MB, DVD berkapasitas 4,7 sampai 8,5 GB, maupun Flashdisk. Dampak e-Book juga sebenarnya dirasakan oleh para penerbit-penerbit buku. Menurut Straubhaar, LaRose, dan Lucinda Davenport,[10] pastinya sebagai penerbit akan lebih menguntungkan untuk memasarkan buku dalam bentuk analog dikarenakan sistem pembagian keuntungan di mana seorang penulis buku yang sukses dapat mengharapkan royalti buku antara 8 dan 15% dan sisanya akan diambil oleh pihak penerbit, tergantung pada kualitas isi buku dan kemampuan bernegosiasi. Namun, untuk penulis e-book keuntungan yang didapatkan oleh penulis mencapai 40%. Hal ini membuat banyaknya penulis buku lebih memilih untuk menjual dalam bentuk e-Book namun sulit untuk dapat diterima oleh pihak penerbit. Berbeda dengan buku analog yang lebih mudah diterima oleh pihak penerbit karena lebih menguntungkan.
Esensi e-book sebagai mdia komunikasi
[sunting | sunting sumber]e-Book sebagai media komunikasi pastinya memiliki peranan yang sangat penting. Secara definisi, komunikasi yang berjalan dengan baik adalah komunikasi yang terhindar dari noise atau gangguan sehingga dapat membuat komunikan menerima informasi dan mengerti informasi yang hendak disampaikan dalam sebuah media. Menurut Dominick,[11] proses komunikasi melibatkan sumber, proses encoding, pesan yang akan disampaikan, channel, proses decoding, penerima, potensi respons kembali dan noise. E-Book itu sendiri berada pada proses encoding, decoding dan channel karena dengan adanya e-Book, terjadi perkembangan proses encoding dan decoding yang awalnya pembuatan pesan dalam bentuk analog, berubah menjadi digital. Begitu pula dengan channel yang mengalami perkembangan dengan menggunakan bantuan teknologi. Melihat dari uraian tersebut, pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa, e-Book merupakan media penyampaian informasi. Oleh karena itu, walaupun terdapat dampak positif ataupun negatif pada keberadaan e-Book, namun, esensi utama dari keberhasilan e-Book kembali pada kemampuan komunikator dalam memberikan pesan serta kemampuan komunikan untuk mengerti isi pesan yang disampaikan.
Perbandingan e-book dengan p-book
[sunting | sunting sumber]Beberapa hal ditemukan sebagai hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan antara e-Book dan p-Book sebagai berikut:
- Pemahaman membaca: Menurut penelitian yang dijalankan oleh Dillon dan Gabbar dalam Jeong,[12] dijelaskan bahwa dalam segi pemahaman membaca, penelitian tersebut menemukan bahwa e-Book memiliki keunggulan dibandingkan buku analog. Hal ini terjadi karena kemudahan dalam mencari suatu topik dalam e-Book yang memang lebih mudah. Namun, penelitian lain yang dijalankan oleh Van Oostendorp dan Van Nimwegenm dalam buku Jeong menyatakan hal sebaliknya. Pemahaman membaca dengan p-Book lebih baik dibandingkan dengan media digital karena adanya kompleksitas, desain yang kurang cocok serta sulitnya membaca dengan menggunakan media digital seperti iPad dan handphone. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa baik e-Book maupun p-Book memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
- Kelelahan Mata: Dari sisi kelahan mata, beberapa penelitian seperti yang dijalankan oleh Cushman (1986), Dillon (1994), Nielsen (2000), Kang et al. (2009),[13] menjelaskan bahwa e-Book memiliki kekurangan karena dapat membuat kelelahan mata lebih tinggi dibandingkan dengan buku analog. Walaupun demikian, pada dasarnya, hal tersebut tidak serta merta memastikan bahwa p-Book tidak dapat membuat kelelahan mata.
- Persepsi pembaca: Secara umum, pembaca cenderung merasa bingung ketika mereka membaca teks pada layar. Misalnya, pembaca e-Book mengalami kesulitan memperkirakan panjang kalimat, dan mereka melihat bahwa grafik atau tabel yang sulit untuk dibaca di layar daripada di atas kertas.[14] Sebaliknya, Macedo-Rouet dkk.[15] menunjukkan bahwa, meskipun visibilitas dokumen pelengkap dalam sebuah e-Book lebih sedikit daripada buku analog, namun ada motivasi yang kuat untuk tetap menggunakan e-Book, khususnya, kepuasan dengan e-Book umumnya sangat tinggi. Selain itu, e-Book juga memiliki aksesibilitas dan ketersediaan yang lebih memadai. Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa baik buku dalam bentuk digital maupun analog memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
- Motivasi membaca: Dalam pengaruhnya terhadap minat atau kemampuan membaca, menurut penelitian yang dijalankan oleh Picton,[16] e-Book dan p-Book tidak memiliki perbedaan yang terlalu signifikan dalam memengaruhi minat dan kemampuan membaca karena ternyata minat membaca mayoritas lebih dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Selanjutnya menurut penelitian yang dijalankan oleh Weber dan Cavanaugh,[17] juga dijelaskan bahwa baik buku dalam bentuk e-Book maupun p-Book tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada kenyamanan membaca.
Dampak sosial budaya e-book
[sunting | sunting sumber]Menurut penelitian yang dijalankan oleh Tanner pada tahun 2014 dijelaskan bahwa e-Book memang membawa pengaruh terhadap keadaan sosial dan budaya. Tidak dapat dipastikan dampak positif atau negatif yang terkandung pada e-Book karena pada dasarnya hal tersebut kembali pada persepsi komunikan. Dengan adanya e-Book, gaya hidup masyarakat yang semakin mengutamakan unsur praktis dan ekonomis akan semakin terdukung, walaupun untuk mengakses e-Book, dibutuhkan media teknologi yang memadai. Di Indonesia sendiri, fenomena e-Book membuat perubahan pada keadaan sosial dan budaya dalam aspek akademis. Dengan adanya e-Book, memang budaya pelajar yang awalnya harus meminjam buku ke perpustakaan atau membeli buku ke toko buku mulai mengalami perubahan. Para pelajar yang membutuhkan informasi mengenai buku tertentu dapat langsung membeli buku secara praktis melalui media internet. Hal ini tentunya sangat menghemat waktu pelajar. Biaya untuk mendapatkan akses e-Book juga tidak terlalu mahal dan sangat sepadan jika dibandingkan dengan membeli p-Book (Paper Book) di toko buku. Beberapa segmen pelajar pastinya diuntungkan dengan adanya e-Book, namun, secara semu, kehadiran e-Book juga memberikan dampak yang negatif, terutama di Indonesia yang tidak semua masyarakatnya memiliki kemampuan untuk mengakses internet dan memiliki komputer atau gadget yang memadai untuk mengakses e-Book. Melihat dari hasil analisis yang telah dijalankan, maka dapat disimpulkan bahwa e-Book maupun p-Book memang memiliki keunggulan tersendiri. Dalam segi pemahaman membaca, penelitian tersebut menemukan bahwa e-Book memiliki keunggulan dibandingkan buku analog. Hal ini terjadi karena kemudahan dalam mencari suatu topik dalam e-Book yang memang lebih mudah. Namun, karena adanya kompleksitas, desain yang kurang cocok serta sulitnya membaca dengan menggunakan media digital seperti iPad dan handphone. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa baik e-Book maupun p-Book memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Beberapa kekurangan dari e-Book lebih bersifat teknis seperti kelelahan membaca yang tinggi dibandingkan p-Book. Namun, bukan berarti hal tersebut dapat menjamin bahwa p-Book mampu membuat mata seorang pembaca tidak akan mengalami kelelahan karena pada dasarnya membaca juga akan membuat otot penglihatan akan menjadi lelah. Kekurangan lainnya adalah perasaan bingung saat membaca teks pada layar, baik kebingungan untuk memperkirakan panjang kalimat, maupun tampilan grafik atau tabel yang sulit untuk dibaca di layar daripada di atas kertas. Walaupun begitu, dorongan untuk tetap menggunakan e-Book tetap tinggi, khususnya jika dilihat dari sisi aksesibilitas dan ketersediaan yang lebih memadai. Dilihat dari aspek minat atau kemampuan membaca, dapat disimpulkan bahwa e-Book dan p-Book tidak memengaruhi minat dan kemampuan seseorang untuk membaca. Minat membaca masih dapat mengalami perubahan karena faktor umur, jenis kelamin, serta latar belakang sosial. Kenyamanan membaca juga tidak dipengaruhi oleh kedua media tersebut. Dari esensinya sebagai media komunikasi, walaupun terdapat dampak positif ataupun negatif pada keberadaan e-Book, namun, esensi utama dari keberhasilan e-Book kembali pada kemampuan komunikator dalam memberikan pesan serta kemampuan komunikan untuk mengerti isi pesan yang disampaikan.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Straubhaar, Joseph., LaRose, Robert., Davenport, Lucinda. (2012). Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, Seventh Edition. Canada: Cengage Learning
- ^ Mirabito, M.A. Michael., Morgenstern L. Barbara. (2004). The New Communications Technologies: Applications, Policy, and Impact: Fifth Edition. Oxford: Elsevier
- ^ Straubhaar, Joseph., LaRose, Robert., Davenport, Lucinda. (2012). Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, Seventh Edition. Canada: Cengage Learning. pp. 6
- ^ Mirabito, M.A. Michael., Morgenstern L. Barbara. (2004). The New Communications Technologies: Applications, Policy, and Impact: Fifth Edition. Oxford: Elsevier. pp. 3
- ^ Straubhaar, Joseph., LaRose, Robert., Davenport, Lucinda. (2012). Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, Seventh Edition. Canada: Cengage Learning. pp. 54
- ^ Straubhaar, Joseph., LaRose, Robert., Davenport, Lucinda. (2012). Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, Seventh Edition. Canada: Cengage Learning. pp. 67
- ^ Mirabito, M.A. Michael., Morgenstern L. Barbara. (2004). The New Communications Technologies: Applications, Policy, and Impact: Fifth Edition. Oxford: Elsevier. pp. 18
- ^ Mirabito, M.A. Michael., Morgenstern L. Barbara. (2004). The New Communications Technologies: Applications, Policy, and Impact: Fifth Edition. Oxford: Elsevier. pp. 21
- ^ Dominick, R. Joseph. (2005). The Dynamics of Mass Communication: Media in the Digital Age. New York: McGraw-Hill
- ^ Straubhaar, Joseph., LaRose, Robert., Davenport, Lucinda. (2012). Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, Seventh Edition. Canada: Cengage Learning. pp 65
- ^ Dominick, R. Joseph. (2005). The Dynamics of Mass Communication: Media in the Digital Age. New York: McGraw-Hill
- ^ Jeong, Hanho. (2010). “A comparison of the influence of electronic books and paper books on reading comprehension, eye fatigue, and perception”, Communication Research, Vol. 30 No. 3
- ^ Picton, Irene. (2014). The Impact of ebooks on the Reading Motivation and Reading Skills of Children and Young People. Accesed at: http://www.literacytrust.org.uk/assets/0002/3898/Ebooks_lit_review_2014.pdf
- ^ Eveland, W.P. and Dunwoody, S. (2001), “User control and structural isomorphism or disorientation and cognitive load? Learning from the web versus print”, Communication Research, Vol. 28 No. 1, pp. 48-78
- ^ Macedo-Rouet, M., Rouet, J.-F., Epstein, I. and Fayard, P. (2003), “Effects of online reading on popular science comprehension”, Science Communication, Vol. 25 No. 2, pp. 99-128
- ^ Picton, Irene. (2014). The Impact of ebooks on the Reading Motivation and Reading Skills of Children and Young People. Accesed at: http://www.literacytrust.org.uk/assets/0002/3898/Ebooks_lit_review_2014.pdf
- ^ Weber, C.L., Cavanaugh, T.W., (2006) 'Using eBooks With Gifted and Advanced Readers', Gifted Child Today. 29(4)