Pertandingan tinju Yunani Kuno
Juga dikenal sebagai | Pertandingan tinju Olimpiade Kuno |
---|---|
Fokus | Memukul |
Kekerasan | Benturan penuh |
Negara asal | Yunani |
Kesenian keturunan | Tinju |
Olahraga olimpik | Kuno |
Pertandingan tinju Yunani Kuno adalah sejenis olahraga kuno dari setidaknya abad ke-8 SM (berdasarkan puisi Iliad karya Homer) yang dilaksanakan dalam berbagai konteks sosial di Yunani. Sebagian besar bahan sumber mengenai tinju Yunani Kuno yang diketahui ada berada dalam kondisi tidak lengkap atau sekadar legenda sehingga sulit untuk mengetahui peraturan pertandingan, adat dan sejarah olahraga ini dengan rinci. Meskipun begitu, jelas bahwa pertarungan tinju menggunakan sarung tangan tinju merupakan bagian penting dari kebudayaan atletik Yunani Kuno sepanjang zaman klasik awal.
Perlengkapan
[sunting | sunting sumber]Hingga sekitar 500 SM himantes digunakan sebagai pelindung buku jari dan tangan. Himantes merupakan tali kulit yang terbuat dari kulit lembu dengan panjang sekitar 3 hingga 3,7 meter yang membungkus mengelilingi tangan dan buku jari beberapa kali.
Pada sekitar 400 SM sphairai mulai digunakan. Sphairai sangat mirip dengan himantes. Perbedaan terbesarnya adalah adanya bantalan di bagian dalam dan kulit di bagian luarnya lebih keras.[1]
Tak lama setelah sphairai mulai digunakan, oxys juga diperkenalkan dalam tinju. Oxys terdiri dari beberapa balutan kulit tebal yang mengelilingi tangan, pergelangan tangan, dan lengan bawah. Bulu domba dikenakan di lengan bawah untuk menghapus keringat. Penahan yang terbuat dari kulit dikenakan hingga lengan bawah untuk memberikan dukungan yang lebih besar kala meninju dan buku jari juga diperkuat dengan kulit.[2]
Korykos adalah ekivalen dengan kantong tinju modern, digunakan untuk latihan di Palaestra dan diisi dengan pasir, tepung, atau padi-padian.
Peraturan
[sunting | sunting sumber]Peraturan tinju Yunani Kuno yang diterima sejarawan saat ini diketahui berdasarkan referensi dan gambar-gambar bersejarah. Sedikitnya sumber dan bahan referensi yang tersisa mengakibatkan peraturan-peraturan tersebut hanya bisa diduga.[3]
- Tidak boleh merangkul atau bergulat
- Pukulan apapun menggunakan tangan diizinkan namun tidak boleh mencungkil menggunakan jari
- Ring tinju tidak digunakan
- Tidak ada ronde atau batasan waktu
- Kemenangan diputuskan ketika salah seorang petinju menyerah atau tak mampu melanjutkan pertandingan
- Tidak ada klasifikasi berat; lawan dipilih secara acak
- Para petinju boleh memilih untuk saling memukul tanpa boleh bertahan jika pertandingan berjalan terlalu lama