Balunijuk, Merawang, Bangka
Balunijuk | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Kepulauan Bangka Belitung | ||||
Kabupaten | Bangka | ||||
Kecamatan | Merawang | ||||
Kode pos | 33172 | ||||
Kode Kemendagri | 19.01.03.2002 | ||||
Luas | 5089 Ha | ||||
Jumlah penduduk | 4544 jiwa | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
|
Balunijuk adalah desa yang berada di kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Dahulu desa Balunijuk merupakan bentangan hutan dengan kondisi alamnya yang memiliki bukit berada di sebelah selatan antara Desa Kimak dan Desa Baturusa. Dari Desa Kimak, perjalanan menuju Balujijuk ditempuh dengan jalan setapak melintasi hutan melalui sungai, Desa Limbung dan Desa Jadabarin hingga di kawasan perbukitan hutan Jelutung. Tumbuhan yang banyak tumbuh berupa pohon seru, ulin, medang, meranti terentang enau, nira, duren, duku, cempedak, manggis, dan lainnya yang tidak jauh berbeda dengan hutan yang ada di Sumatra dan Kalimantan.
Pembukaan hutan tersebut dipelopori oleh dua tokoh masyarakat dari desa Kimak yaitu Akek Mail dan sahabatnya Akek Sureh, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1910 sampai 1915. Ladang yang baru dibuka tersebut belum memungkinkan untuk dijadikan tempat permukiman penduduk, di mana pada waktu itu masih merupakan pondok (rumah kebun) yang dindingnya terbuat dari kulit kayu sedangkan atapnya terbuat dari daun rumbia. Pada waktu itu, kebun dan hutan merupakan sumber makanan, yang berlimpah untuk lauk. Mereka mendapatkannya dengan cara berburu binatang seperti pelanduk (kancil), kijang, rusa, dan burung. Akeh Mail dan Akeh Sureh beserta teman-temannya setiap habis dari huma/hume (padi) setiap pagi dan sore mereka beramai-ramai mandi di Lelap yang letaknya takjauh dari jalan menuju desa Jadahbahrin. Lama-kelamaan dari masyarakat seberang utara yaitu Kimak berduyun-duyun mencoba membuka hutan tersebut untuk pertanian terutama padi Tugalan, Singkong, Ubi Jalar, Jagung dan palawija lainnya yang digunakan untuk kebutuhan makan sehar-hari. Pembukaan lahan sebagai pertanian kian berlanjut, kali ini dilakukan oleh tokoh masyarakat yang berasal dari Baturusa yaitu H. Satar, dan H. Suleh, yang membuka hutan disebelah timur menjelang tahun 1918. Rute yang dilalui oleh kelompok masyarakat yang berasal dari Baturusa ini, membuka jalan dari desa Pagarawan.
Ekonomi
[sunting | sunting sumber]Balunijuk merupakan desa yang sangat berbeda dengan desa lain yang ada di Pulau Bangka yang terkenal dengan tambang timahnya. Desa ini terkenal sebagai desa penghasil sayuran, bahkan dalam konteks daerah, desa ini dikategorikan sebagai lumbung sayur Bangka. Berbagai jenis sayuran di daerah ini menjadi komoditas dan merupakan penghasilan masyarakat setempat yang menggantungkan hidup dengan bertani sayur.
Jenis sayur yang menjadi kebanggaan masyarakat Balunijuk sangat beragam, mulai dari jenis sayuran hijau sam[ai sayuran kacang-kacangan. Hampir semua jenis sayuran khas indonesia ada di daerah tersebut, seperti sawi hijau, kangkung, bayam, dan holtikultura lainnya, disamping itu ada jenis kacang-kacangan seperti kacang panjang, kacang buncis dan lainnya. hanya beberapa jenis sayuran yang belum bisa diproduksi oleh penduduk Balunijuk karena cuaca dan keadaan lingkungan seperti wortel, kol, dan kentang.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]