Amarindra
Amarindra อมรินทรา | |
---|---|
Ratu permaisuri Siam | |
Masa jabatan | 6 April 1782 – 7 September 1809 |
Penobatan | 21 Juni 1782 |
Kelahiran | Samut Songkhram, Kerajaan Ayutthaya | 15 Maret 1737
Kematian | 25 Mei 1826 Bangkok, Siam | (umur 89)
Pasangan | Phutthayotfa Chulalok (Rama I) |
Keturunan | Phutthaloetla Naphalai (Rama II) & 9 anak lainnya |
Wangsa | Chakri Dynasty |
Ayah | Tong |
Ibu | Princess Rupsirisophak Mahanaknari |
Agama | Buddha |
Amarindra (bahasa Thai: อมรินทรา; RTGS: Amarinthra; menyandang nama Nak Na Bangxang; 15 Maret 1737 – 25 Mei 1826) adalah Ratu Permaisuri Raja Phutthayotfa Chulalok (Rama I), yang mendirikan Dinasti Chakri. Nama lahirnya adalah Nak (นาค). Ia adalah putri dari warga Suku Mon yang kaya[1] dari Bang Chang di Provinsi Samut Songkhram.
Biografi
[sunting | sunting sumber]Nak lahir pada tahun 1737. Ia adalah anak dari seorang patron lokal bernama Thong dan istrinya San yang berasal dari Bang Chang. Ia lalu menikah dengan Thong Duang sang Luang Yokkrabat dari Ratchaburi (kemudian menjadi Raja Rama I) sekitar 1760 an dan menolak lamaran Raja Ekathat sebagai selir. Ia memiliki tiga putra dan tujuh anak perempuan dari pernikahannya dengan Thong Duang. Adiknya, Nuan, menikah dengan Bunnag, nenek moyang dari Keluarga Bunnag.
Thong Duang memperoleh gelar Somdet Chao Phraya dari Raja Taksin pada tahun 1776. Pada tahun 1779, sang Somdet Chao Phraya melakukan kampanye militer ke Vientiane dan mengambil anak perempuan Raja Suriyavong dari Vientiane yang bernama Kamwaen sebagai selirnya. Kamwaen lalu dijadikan Somdet Chao Phraya dan lebih disayang ketimbang Nak. Suatu hari, ia memukul Kamwaen dengan tongkat kayu lalu Kamwaen mengadu ke Somdet Chao Phraya. Sang Somdet Chao Phraya marah karena insiden ini dan mengancam untuk membunuh Nak dengan pedang.[2] Karena bantuan dan pembelaan dari anaknya, Chim (yang nantinya menjadi Rama II) Nak berhasil kabur ke Istana Thonburi untuk tinggal bersama anaknya Chimyai yang menjadi selir Raja Taksin.
Setelah insiden ini, Nak dan Somdet Chao Phraya tidak pernah mengupayakan kedamaian. Lady Nak tetap tinggal di Istana Thonburi dengan anak perempuannya hingga anak perempuannya tersebut meninggal pada tahun 1779. Ia lalu merawat cucu-cucunya (anak dari anak perempuannya) termasuk Pangeran Kasatranuchit. Somdet Chao Phraya kemudian menjadi Raja Rama I pada tahun 1782 dengan merebut kekuasaan Raja Taksin dan melakukan eksekusi terhadap keturunan Raja Taksin kecuali Pangeran Kasatranuchit karena ia adalah cucu Raja Rama I. Lady Nak dan cucunya tersebut pindah ke kediaman lamanya dan tidak menerima gelar kerajaan apapun. Ia juga beberapa kali berkunjung ke Istana Raja untuk mengunjungi putri-putrinya. Pada tahun 1809, Raja Rama I meninggal dan digantikan oleh Raja Rama II yang merupakan anak dari Lady Nak. Raja Rama II lalu memberikan gelar kepada Lady Nak sebagai Ratu dan Ibu Suri Krom Somdet Phra Amarindramat (bahasa Thai: กรมสมเด็จพระอมรินทรามาตย์). Ibu Suri Nak lalu tinggal di Istana Raja. Namun, Pangeran Kasatranuchit ditemukan dalam barisan pemberontak dan dieksekusi bersama dengan keturunan dan saudaranya. Ia masih hidup kala cucunya naik takhta sebagai Raja Nangklao (Rama III). Ratu Amarindra meninggal pada tahun 1826.
Ratu Amarindra kemudian dinaikkan gelarnya sebagai Somdet Phra Amarindra Boromma Rajini (bahasa Thai: สมเด็จพระอมรินทราบรมราชินี) oleh Raja Vajiravudh (Rama VI).
Keturunan
[sunting | sunting sumber]Ratu Amarindra melahirkan total 10 anak sebagai keturunan Raja Rama I; tiga anak laki-laki dan tujuh anak perempuan
- Seorang Putri (meninggal saat masa Kerajaan Ayutthaya)
- Seorang Pangeran (meninggal saat masa Kerajaan Ayutthaya)
- Putri Chimyai (?–1779) selir Raja Taksin
- Pangeran Chim (1767–1824) Pangeran Isarasundhorn, Wakil Raja Rama I, kemudian menjadi Raja Rama II
- Putri Chaem (1770–1808) Putri Sisunthornthep
- Seorang Putri (meninggal saat masa Kerajaan Thonburi)
- Pangeran Chui (1773–1817) Pangeran Senanurak Wakil Raja Rama II
- Seorang Putri (meninggal saat masa Kerajaan Thonburi)
- Seorang Putri (meninggal saat masa Kerajaan Thonburi)
- Putri Prapaiwadi (1777–1823) Putri Thepayawadi
Gelar dan gaya
[sunting | sunting sumber]- 1737 – ? Nona Nak
- ? – 1782 Thanphuying Nak (seimbang dengan gelar suaminya Somdej Chao Phraya)
- 1782 – 1809 Ratu permaisuri Siam (dalam masa takhta suaminya ia tidak mendapat gelar Ratu secara resmi, tapi ia diakui rakyat sebagai ibu dari banyak Pangeran dan Putri penerus kerajaan)
- 1809 – 1824 Yang Mulia Ratu Amarindra, Ibu Suri Siam
- 1824 – 1826 Yang Mulia Ratu Amarindra, Nenek Suri Siam
- Yang Mulia Ratu Amarindra (diberikan secara anumerta oleh Raja Rama VI)
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ (Thai) เหตุที่มอญอพยพ Diarsipkan 2012-02-07 di Wayback Machine.; Mon wives and mothers of kings Diarsipkan 25 February 2008 di Wayback Machine.
- ^ คึกฤทธิ์ ปราโมช, ม.ร.ว.. โครงกระดูกในตู้. กรุงเทพฯ: สำนักพิมพ์สยามรัฐ, พิมพ์ครั้งที่ 8 พ.ศ. 2547.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- PERIODE RATTANAKOSIN Diarsipkan 2016-03-03 di Wayback Machine.
- Ratu dan pendamping utama di Dinasti Chakri Diarsipkan 2006-07-14 di Wayback Machine.
- Steeped in tradition Diarsipkan 2017-02-27 di Wayback Machine.
Amarindra Lahir: 15 Maret 1737 Meninggal: 25 Mei 1826
| ||
Gelar kebangsawanan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Batboricha (dari Thonburi) |
Ratu permaisuri Siam 1782–1809 |
Diteruskan oleh: Sri Suriyendra |