Terapi Farmakologi Pada Gangguan Urogenitalia
Terapi Farmakologi Pada Gangguan Urogenitalia
Terapi Farmakologi Pada Gangguan Urogenitalia
SALAM KEBAJIKAN
PRESS
TERAPI FARMAKOLOGI PADA
GANGGUAN UROGENITALIA
KELOMPOK
2 FARMAKOLO
Lindshy Raintung Evenli Riung
Deswita Kandati Yosua Abuno GI
Agreysa Hiborang Arcia Ampouw
Martstella Tumundo Chriselda Syatauw KEPERAWATA
Aprianti Mamahit
N
PENGERTIAN TERAPI
FARMAKOLOGI
Farmakologi berasal dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan) jadi farmakologi merupakan
ilmu pengetahuan yang mempelajari obat dan pengaruhnya terhadap makhluk hidup. Farmakologi klinik
adalah ilmu farmakologi yang mempelajari pengaruh kondisi klinis pasien terhadap efikasi obat, misalnya
pada kondisi hamil dan menyusui, neonatus dan anak, geriatrik, inefisiensi ginjal dan hepar. Farmakologi
terapi atau sering disebut farmakoterapi adalah ilmu yang mempelajari pemanfaatan obat untuk tujuan terapi.
Farmakologi terapi atau sering disebut farmakoterapi adalah ilmu yang mempelajari pemanfaatan obat untuk
tujuan terapi. Farmakologi dibedakan menjadi 2, yaitu ;
1. Farmakodinamik
Obat Farmakodinamik obat adalah tentang efek obat baik itu secara biokimia dan fisiologis dan juga
mekanisme kerjanya. Ketika obat mencapai targetnya maka obat tersebut akan memiliki efek
farmakologis yang bertanggung jawab atas efek terapeutik dan juga efek samping serta beberapa efek
lainya yang tidak penting secara klinis.
2. Farmakokinetik
Obat Farmakokinetik adalah ilmu yang menggambarkan perjalanan waktu dari konsentrasi obat dalam
tubuh dengan pemberian dosis tertentu. Ada dua jalur umum pemberian obat yaitu injeksi intravena dan
peroral ekstravaskular. Farmakokinetik obat merupakan gabungan dari berbagai proses yang
berkelanjutan yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi.
CARA PEMBERIAN OBAT
TERDAPAT 6 PRINSIP PEMBERIAN OBAT ;
1. Tepat Pasien
Prinsip pertama dalam pemberian obat yakni melakukan identifikasi identitas pasien. Saat akan memberikan obat, perawat harus
melakukan pengecekan atau identifikasi pada pasien.
2. Tepat Obat
Sebelum obat diberikan, perlu selalu dilakukan verifikasi obat. Terutama jika obat yang akan diberikan oleh perawat tergolong baru,
sesuai dengan namanya dan kegunaannya, tidak dobel atau sebetulnya sudah tidak diperlukan, atau Anda baru saja melihat jenis obat
tersebut diberikan pada pasien.
3. Tepat Dosis
Saat akan melakukan pemberian obat, perawat akan melakukan pengecekan etiket obat sebanyak tiga kali. Dengan ketentuan saat
melihat kemasan obat, sebelum menuangkan atau mengambil obat, serta setelah mengambil dan menuangkan obat. Pastikan jika
perawat telah melakukan etiket tersebut.
4. Tepat Waktu
Baik di rumah sakit ataupun di rumah, perawat atau perawat homecare wajib untuk selalu mengikuti ketepatan waktu pemberian obat
yang telah dijadwalkan dengan maksimal rentang waktu 30 menit.
5. Tepat Rute
Prinsip terakhir adalah cara pemberian obat oleh perawat. Anda bisa mempelajari bagaimana cara obat tersebut akan diberikan,
apakah melalui oral, suntikan, topikal, atau melalui cairan infus.
6. Tepat Dokumentasi
Terakhir, perawat yang memberikan obat harus mendokumentasikan pemberian obat serta kelima prinsip yang telah dilakukan di atas.
Perawat juga harus memastikan setiap tindakan pemberian obat dilakukan sendiri.
CARA PEMBERIAN OBAT
RUTE PEMBERIAN OBAT TERBAGI ATAS 3;
Enteral
1) Oral
Obat melalui oral umumnya disediakan dalam bentuk:
i. Tablet
ii. Kapsul
iii. Obat larutan
iv. Obat suspensi
Tablet tersedia dalam berbagai warna, ukuran, dan bentuk. Beberapa tablet secara khusus dilapisi (coated) untuk berbagai keperluan. Pelapisan (coated) tablet tersebut dilakukan agar obat
tablet dapat dengan aman melalui lambung, mengurangi kemungkinan terdegradasi oleh lambung, dan akhirnya menghasilkan efek yang tidak diinginkan. Pelapis pada tablet juga berfungsi
untuk melindungi obat dari kemungkinan rusak akibat pengaruh kelembaban, cahaya, atau udara selama penyimpanan. Beberapa pelapis sebenarnya mengandung obat, seperti
procainamide; yang lain menyembunyikan rasa tidak enak. Pelapisan juga digunakan untuk memastikan pelepasan dan penyerapan obat yang tepat.
Kapsul adalah bentuk sediaan padat di mana obat dibungkus pembungkus (cangkang) yang keras atau lunak dengan berbagai ukuran dan bentuk. Obat kapsul biasanya dilepaskan lebih
cepat daripada obat tablet. Ada pula obat oral yang sediaannya diberikan dalam bentuk larutan (solution). Obat larutan diserap lebih cepat daripada banyak obat yang diberikan dalam
bentuk padat, namun tingkat obat dalam darah tidak selalu dapat diprediksi. Beberapa obat dalam larutan harus diberikan bersamaan makanan atau makanan ringan untuk meminimalkan
efek iritasi pada mukosa lambung.
Selain obat larutan (solution), ada pula obat suspensi (suspensions). Obat suspensi (suspensions) adalah preparat yang terdiri dari obat yang dihaluskan dalam pembawa yang sesuai
(biasanya air). Obat suspensi harus dikocok sebelum diberikan untuk memastikan keseragaman persiapan dan pemberian dosis yang tepat.
2) Nasogastrik
Obat yang diberikan melalui selang nasogastrik atau gastrostomi langsung masuk ke lambung, tanpa melewati mulut dan kerongkongan (esofagus). Obat biasanya diberikan dalam bentuk
cair karena tablet atau kapsul yang utuh dapat menyebabkan penyumbatan pada selang lambung. Kadang-kadang Perawat menggerus tablet atau membuka isi kapsul pada pemberian
melalui nasogastrik, namun perlu diingat bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi pelepasan obat. Kolaborasi dengan apoteker untuk menentukan tablet mana yang dapat dihancurkan, atau
kapsul mana yang dapat dibuka.
3) Rektal
Pemberian obat enteral melalui rektal dapat memberikan efek lokal atau sistemik.
Ketika dimasukkan ke dalam rektum, obat supositoria melunak, meleleh, atau larut, kemudian melepaskan obat yang terkandung di dalamnya. Rute rektal biasanya dipilih untuk obat-
obatan yang dihancurkan atau diinaktivasi oleh lingkungan lambung, atau usus. Selain itu, rute rektal juga dipilih ketika rute oral dikontraindikasikan akibat muntah atau kesulitan menelan.
Kelemahan dari rute rektal adalah menimbulkan rasa ketidaknyamanan, ketidakpatuhan, dan penyerapan obat yang tidak lengkap atau tidak teratur.
CARA PEMBERIAN OBAT
RUTE PEMBERIAN OBAT TERBAGI ATAS 3;
Parenteral
Pada pemberian parenteral, obat langsung memasuki sistem peredaran darah melalui suntikan, dan bukan melalui penyerapan gastrointestinal.
Rute pemberian ini dipilih bila diinginkan aksi obat yang cepat, ketika pasien tidak kooperatif, tidak sadar, atau tidak dapat menerima pengobatan melalui rute oral, atau ketika obat tidak efektif
dengan cara lain. Obat-obatan parenteral dapat disuntikkan ke dalam sendi, tulang belakang, arteri, vena, dan otot. Namun, rute parenteral yang paling umum adalah rute:
1) Intramuskular (I.M)
2) Intravena (I.V)
3) Subkutan (S.C)
4) Intrakutan (I.C).
Obat yang diberikan secara parenteral dapat dicampur dalam larutan atau suspensi. Kelemahan pemberian obat secara parenteral adalah obat tidak dapat dikeluarkan atau dikurangi dosisnya setelah
disuntikkan. Selain itu suntikan biasanya lebih mahal daripada obat sediaan lain karena memerlukan sterilitas yang ketat.
1) Intramuskular (I.M)
Injeksi I.M disuntikkan pada otot paha (vastus lateralis), otot dorsogluteal (gluteus maximus), lengan atas (deltoid), atau otot ventrogluteal (gluteus medius).
Suntikan I.M biasanya memberikan aksi obat yang berkelanjutan. Rute I.M biasanya dipilih untuk obat-obatan yang mengiritasi jaringan subkutan. Saat
melakukan injeksi obat I.M, perhatikan bahwa obat harus disuntikkan sejauh mungkin dari saraf utama dan pembuluh darah.
2) Intravena (I.V)
Pada rute pemberian obat melalui I.V, larutan obat disuntikkan langsung ke dalam vena (biasanya vena pada lengan bawah). Injeksi IV dapat diberikan
sebagai injeksi tunggal dengan volume kecil (bolus) atau sebagai infus volume besar dengan tetesan yang lambat. Karena obat yang disuntikkan melalui I.V
tidak menemui hambatan penyerapan, rute ini menghasilkan aksi obat yang paling cepat, sehingga penting dalam situasi darurat.
3) Subkutan (S.C)
Rute pemberian obat melalui subkutan digunakan untuk menyuntikkan obat dalam jumlah kecil, biasanya 1 ml atau kurang. Suntikan subkutan biasanya
diberikan di daerah perut, daerah lateral paha anterior, permukaan posterior lengan atas, atau daerah lumbar lateral.
Tempat injeksi harus dirotasi untuk meminimalkan iritasi jaringan apabila pasien sering menerima injeksi subkutan, misalnya pada pasien yang
menggunakan insulin.
4) Intrakutan (I.C)
Tempat yang umum untuk injeksi intrakuan adalah pada kulit lengan dan punggung. Karena hanya sekitar 0,1 ml obat yang dapat diberikan secara intrakutan,
rute I.C jarang digunakan, kecuali dalam prosedur diagnostik dan pengujian, seperti skrining untuk reaksi alergi.
CARA PEMBERIAN OBAT
RUTE PEMBERIAN OBAT TERBAGI ATAS 3;
Transkutan
Dalam pemberian transkutan, obat melintasi lapisan kulit baik dari luar (kulit) atau dari dalam
(mukokutan).
Rute ini meliputi pemberian:
1. Sublingual
2. Inhalasi
3. Oftalmik (mata)
4. Otic (telinga)
5. Nasal (hidung)
6. Topikal
7. Vaginal
TERAPI FARMAKOLOGI PADA
GANGGUAN UROGENITALIA
DEFINISI
Sistem urogenital merupakan sistem yang terdiri dari sistem urinarius dan sistem genitalia. Dimana
sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius bagian atas dan bagian bawah. Traktus urinarius bagian
atas terdiri dari ginjal, pelvis renalis dan ureter, sedangkan traktus urinarius bagian bawah terdiri dari
vesika urinaria dan uretra. Untuk sistem genitalia eksterna pada pria dan wanita berbeda, pada pria terdiri
dari penis, testis dan skrotum; sedangkan wanita berupa vagina, uterus dan ovarium..
Gangguan pada sistem urogenital termasuk serangkaian gangguan mulai dari yang asimptomatik hingga
yang memanifestasikan serangkaian tanda dan gejala. Penyebab gangguan ini termasuk kelainan bawaan,
penyakit menular, trauma, atau kondisi yang melibatkan struktur urin.
CONTOH GANGGUAN
UROGENITALIA
INFEKSI SALURAN KENCING
Infeksi saluran kemih adalah kondisi ketika organ yang
termasuk ke dalam sistem kemih mengalami infeksi. Organ
tersebut bisa ginjal, ureter, uretra, atau kandung kemih.
Namun, infeksi saluran kemih umumnya terjadi di uretra
dan kandung kemih.
Berawal dari ginjal, zat sisa di dalam darah disaring dan
dikeluarkan dalam bentuk urine. Selanjutnya, urine
dialirkan dari ginjal melalui ureter menuju kandung kemih.
Setelah ditampung di kandung kemih, urine akan dibuang
ke luar tubuh melalui saluran yang disebut uretra.
CONTOH GANGGUAN
UROGENITALIA
INFEKSI SALURAN KENCING
Terapi farmakologi yang dapat digunakan pada pasien infeksi saluran
kemih (ISK) salah satunya dengan pemberian antibiotik dengan tujuan
terapi untuk memberantas bakteri penyebab infeksi pada (ISK), antibiotik
yang umumnya digunakan seperti golongan kuinolon, nitrofurantoin,
trimetropimsulfametoksazol (kotrimoksazol), antibiotik golongan penisilin,
seftriakson, sefalosporin, digunakan selama 5-7 hari.
KESIMPULAN
Jadi, Bermacam-macam penyakit memerlukan obat yang berbeda-beda,
begitu pila dengan obatnya selain mempunyai fungsi masing-masing obat juga
mempunyai efek sampingnya masing-masing, dan sebagai perawat kita semua
harus bisa memahami tentang obat.
SESI TANYA
JAWAB
TERIMA
KASIH