RCA Dan FMEA-dr Santi-ARSAMA-KARS

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 156

Bimbingan

PENGGUNAAN
RCA DAN FMEA

Dr. dr. Santi Anugrahsari, SpM, MSc, FISQua


Penerapan lean manufacturing di perusahaan

Banyak aktivitas analisis

Terutama saat melakukan perbaikan berkelanjutan


(Kaizen)

Menemukan akar penyebab melalui pertanyaan mengapa


hal tersebut terjadi.

Metodologi proses yang digunakan untuk mengidentifikasi


sumber utama masalah.
8
Root Cause Analysis (RCA) pertama kali
diperkenalkan oleh National Aeronautics
and Space Administration (NASA) pada
tahun 1950.

RCA
•RCA berfungsi untuk mengidentifikasi dan
mengkategorikan permasalahan yang menjadi
penyebab terjadinya sesuatu pada sebuah
peristiwa. Dalam proses identifikasi dan
kategorisasi, informasi yang dijelaskan tidak hanya
“apa” dan “bagaimana” namun juga mengakomodir
“ kenapa” sebuah peristiwa itu terjadi
Rooney, James J. and Houvol, Leo N Vandon. (2004)
RCA

RCA digunakan untuk menindaklanjuti tingkat


risiko tinggi dan ekstrim (kategori kuning dan
merah) Diagram kronologis
Reaktif/ Kejadian spesifik

“Apa yang telah terjadi?” Fokus pada kegagalan Mencegah kegagalan


sistem muncul kembali
RCA
Root Cause Analysis (RCA) adalah proses untuk Proses RCA standar untuk mengidentifikasi
mengidentifikasi faktor penyebab yang mendasari penyebab kesalahan medis dan dengan
variasi kinerja. demikian memungkinkan institusi kesehatan
Dalam kasus kesalahan medis, variasi kinerja ini mengembangkan strategi untuk mengurangi
dapat mengakibatkan kejadian sentinel. kesalahan di masa depan

Proses RCA bertujuan untuk tidak menyalahkan


Diadopsi secara luas di sektor bisnis, teknik, dan individu tetapi untuk mengidentifikasi
industri, bidang medis penyimpangan dalam proses tingkat sistem yang
dapat direstrukturisasi untuk mencegah bahaya
pasien dan mengurangi kemungkinan kejadian
Mengidentifikasi akar penyebab kesalahan medis dapat sentinel di masa mendatang.
mengarahkan kebutuhan akan pelatihan dan sumber daya
tambahan dengan lebih baik.
TUJUAN
David Cousins, Root cause analysis in context of WHO International Classification for Patient Safety, NHS Commisioning board
Kapan melakukan RCA
• RCA dilakukan pada peristiwa
berisiko tinggi dan berdampak tinggi,
seperti peristiwa sentinel atau insiden
yang memiliki tingkat Insiden Severity
rating 1 .

• Proses RCA tidak boleh dilakukan


untuk insiden yang melibatkan
tindakan kriminal atau membutuhkan
tindakan disipliner.

Clinical incident investigations - root cause analysis


KAPAN MEMULAI RCA ?

• Bila setelah dilakukan risk grading, suatu laporan Insiden


termasuk dalam kriteria SENTINEL EVENT
○ Didasarkan pada laporan insiden
○ Didasarkan pada Risk Matrix Grading

• Lalu bagaimana dengan kasus2 non-sentinel?


○ Dilakukan analisis sederhana dengan cepat, tetapi tetap
memenuhi kaidah-kaidah RCA
Risk Grading Matrix

Potential Concequences
Frekuensi/
Insignificant Minor Moderate Major Catastropic
Likelihood
1 2 3 4 5

Sangat Sering Terjadi


Moderate
(Tiap mgg /bln) Moderate High Extreme Extreme
5
Sering terjadi
(Bebrp x /thn) Moderate Moderate High Extreme Extreme
4
Mungkin terjadi
Moderate
(1-2 thn/x) Low High Extreme Extreme
3
Jarang terjadi
Moderate
(2-5 thn/x) Low Low High Extreme
2
Sangat jarang sekali (>5
Moderate
thn/x) Low Low High Extreme
Dapat teratasi
1 dengan Manajer tingkat harus Review terinci dan & Review terinci
perbaikan prosedur menilai konsekuensi tindakan segera harus dan & tindakan
perihal biaya untuk diambil oleh manajer senior segera perlu
mengendalikan risiko dilakukan pada
tersebut tingkat Direksi
DAMPAK KLINIS / CONSEQUENCES / SEVERITY

Level DESKRIPSI CONTOH DESKRIPSI


1 Insignificant Tidak ada cedera
2 Minor Cedera ringan
Dapat diatasi dengan pertolongan pertama,

3 Moderate Cedera sedang


Berkurangnya fungsi motorik / sensorik / psikologis
atau intelektual secara reguler dan tidak berhubungan
dengan penyakit yang mendasarinya
Setiap kasus yang memperpanjang perawatan

4 Major Cedera luas / berat


Kehilangan fungsi utama permanent (motorik,
sensorik, psikologis, intelektual) / irreguler, tidak
berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya

5 Cathastropic Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan


penyakit yang mendasarinya
PENERAPAN RCA
Type of Factor Example
Seorang pasien dengan antikoagulan menerima vaksinasi pneumokokus intramuskular, mengakibatkan hematoma
dan rawat inap yang berkepanjangan. Rumah sakit berada di bawah tekanan peraturan untuk meningkatkan tingkat
Institutional/regulatory
vaksinasi pneumokokusnya.

Seorang perawat mendeteksi kesalahan pengobatan, tetapi dokter mencegahnya untuk melaporkannya.
Organizational/management

Kurangnya peralatan yang sesuai untuk melakukan histeroskopi, staf ruang operasi berimprovisasi menggunakan
Work environment peralatan dari set lain. Selama prosedur, pasien menderita emboli udara.

Seorang ahli bedah menyelesaikan operasi meskipun diberitahu oleh seorang perawat dan ahli anestesi bahwa
Team environment ujung kateter hisap hilang. Ujungnya kemudian ditemukan di dalam pasien, membutuhkan operasi ulang.

Seorang perawat yang terlalu banyak bekerja secara keliru memberikan insulin alih-alih obat antinausea, yang
Staffing mengakibatkan koma hipoglikemik.

Seorang magang salah menghitung dosis setara MS Contin kerja panjang untuk pasien yang telah menerima
Vicodin. Pasien mengalami overdosis candu dan pneumonia aspirasi, yang mengakibatkan dirawat ICU yang
Task-related
berkepanjangan.

Orang tua dari seorang anak laki-laki salah membaca instruksi pada sebotol asetaminofen, menyebabkan anak
Patient characteristics mereka mengalami kerusakan hati.

PSNet
Root cause analysis (RCA) digunakan untuk mengidentifikasi
faktor penyebab

Akar penyebab mengevaluasi kejadian sentinel yang


mengakibatkan cedera atau kematian fisik atau psikologis.

Kejadian sentinel memicu penyelidikan yang mengidentifikasi


penyebab dan meningkatkan sistem dan proses untuk
mengurangi kemungkinan kejadian berulang.

Rodziewicz TL, Houseman B, Hipskind JE. Medical Error Reduction and Prevention. [Updated 2022 Dec 4]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499956/
 Melalui proses RCA, RS dapat mengoptimalkan
perawatan pasien dan menerapkan langkah-langkah
untuk memitigasi kejadian buruk yang membahayakan
keselamatan pasien.

Selain meningkatkan keselamatan dan kualitas pasien,


tujuan RCA mencakup pengoptimalan aliran proses dan
hasil.

JC mengidentifikasi serangkaian kejadian sentinel yang


mengakibatkan kematian atau hilangnya fungsi secara
permanen yang tidak terkait dengan kondisi medis yang
mendasarinya.

Singh G, Patel RH, Boster J. Root Cause Analysis and Medical Error Prevention.
[Updated 2022 Aug 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK570638/
 Bunuh diri pasien: setiap pasien yang menerima perawatan
(termasuk perawatan gawat darurat), perawatan, atau layanan
Peristiwa sentinel juga dapat dianggap sebagai dalam pengaturan perawatan kesehatan atau 72 jam setelah
salah satu dari berikut ini, meskipun peristiwa ini pemulangan mereka.
tidak menyebabkan kematian atau cedera parah:  Bayi cukup bulan mengalami kematian yang tidak terduga.
 Seorang bayi diserahkan ke keluarga yang salah.
 Penculikan pasien yang menerima perawatan, perawatan, atau
layanan.
 Kawin lari pasien dalam pengaturan perawatan kesehatan, yang
menyebabkan bahaya bagi mereka.
 Reaksi transfusi hemolitik yang membutuhkan pemberian
produk darah.
 Pemerkosaan, penyerangan, atau pembunuhan siapa pun di
tempat kejadian di tempat perawatan kesehatan.
 Salah Pasien, salah lokasi, atau prosedur yang salah untuk
semua prosedur invasif, termasuk pembedahan.
 Retensi benda asing yang tidak diinginkan pada pasien
setelah operasi.
 Fluoroskopi berkepanjangan dengan dosis kumulatif ke
bagian tubuh yang salah.
 Kebakaran, nyala api, atau asap, panas, atau kilatan tak
terduga yang terjadi selama perawatan pasien.
 Kematian ibu intrapartum.
 Morbiditas ibu yang parah.
Menurut tinjauan data yang dikumpulkan oleh JC, terdapat kategori
umum kesalahan klinis yang mengakibatkan kematian pasien, yang dapat
dicegah melalui analisis akar penyebab, telah diidentifikasi.

Termasuk salah tempat operasi, bunuh diri pasien, komplikasi bedah,


penundaan perawatan medis, kesalahan pengobatan, dan pasien jatuh.

Peristiwa sentinel ini menyebabkan proporsi morbiditas dan mortalitas


yang signifikan di lingkungan rumah sakit.
 Operasi di tempat yang salah merupakan penyebab utama
kesalahan medis yang dapat dikurangi melalui berbagai pos
pemeriksaan keamanan sebelum operasi.

 Jenis kesalahan ini paling sering dicatat dalam operasi


ortopedi.
 Faktor risiko termasuk beberapa ahli bedah yang terlibat
dalam perawatan bedah atau transfer ke ahli bedah lain untuk
perawatan pasien, beberapa prosedur pada satu pasien,
tekanan kendala waktu, dan keadaan unik yang
membutuhkan posisi yang tidak biasa atau khusus selama
SALAH PASIEN, SISI, PROSEDUR
prosedur bedah.

 Jenis kesalahan ini dapat dengan mudah dikurangi dengan


memastikan tindakan pra-operasi yang tepat seperti memberi
label pada lokasi bedah yang benar dengan pena yang tidak
dapat dihapus atau menandai secara khusus lokasi non-bedah
sebelum operasi.

 Radiografi intraoperatif juga dapat membantu dalam


membantu pembedahan yang benar selama prosedur.
BUNUH DIRI

Bunuh diri pasien adalah penyebab kematian yang fatal, umumnya


terlihat dalam pengaturan perawatan psikiatri.

Beberapa metode pengurangan risiko dapat diimplementasikan


untuk kejadian yang merugikan ini, termasuk memastikan
lingkungan terkendali bebas dari bahan berbahaya, observasi
pasien yang sering, komunikasi yang efektif, staf yang memadai di
fasilitas, penilaian bunuh diri saat masuk, evaluasi psikiatri reguler,
dan penilaian kehadiran barang selundupan.
KETERLAMBATAN PERAWATAN

Keterlambatan dalam perawatan medis adalah efek samping yang


dapat dicegah yang dapat mengakibatkan kematian pasien dan
cedera permanen.

Hal ini dapat terjadi akibat kesalahan diagnosis, keterlambatan


hasil tes diagnostik, kurangnya staf atau ketersediaan dokter,
keterlambatan pemenuhan pesanan, pengobatan yang tidak
memadai, dan keterlambatan pelayanan gawat darurat.

Penting untuk mengenali akar penyebab ini dan menerapkan


langkah-langkah untuk meningkatkan ketepatan waktu,
kelengkapan, dan memeriksa keakuratan komunikasi medis untuk
mencegah kesalahan tersebut.
KESALAHAN PEMBERIAN OBAT

 Kesalahan pemberian obat adalah kejadian yang tidak


diinginkan yang umum dan dapat dihindari yang dapat
terjadi pada berbagai tingkat perawatan pasien, yang
melibatkan banyak individu dalam tim perawatan pasien
multidisiplin.

 Alat pencegahan utama untuk jenis kesalahan ini adalah


komunikasi.

 Penting untuk memiliki protokol standar untuk komunikasi


antara dokter, perawat, apoteker, dan dokter lain yang
terlibat dalam perawatan pasien untuk memastikan bahwa
pasien menerima obat yang benar dengan dosis, rute, dan
frekuensi yang sesuai.
KESALAHAN PEMBERIAN OBAT
Peresepan Azitromisin untuk pasien yang alergi terhadap eritromisin kemudian pasien
mengalami anafilaksis akut dan meninggal.

Rumah sakit melakukan penyelidikan akar penyebab dan tindakan dikembangkan untuk
mendidik seluruh staf medis tentang interaksi obat-obat.

RCA dirancang untuk membantu menemukan penyebab kesalahan dan sampai ke sumbernya.
untuk menemukan penyebab tersembunyi atau penyebab kesalahan.
Individu dalam tim RCA berfokus terutama pada sistem dan proses, bukan pada tindakan
individu.

Tim mengidentifikasi perubahan dalam sistem dan proses yang akan meningkatkan kinerja dan
mengurangi insiden kejadian sentinel yang sama.

RCA harus mengarah pada rencana aksi yang mencakup strategi yang mengidentifikasi dan
mengurangi risiko kejadian serupa di masa depan.

Karena keselamatan pasien adalah tujuan lembaga kesehatan, pelaporan harus didorong.
Informasi dari laporan harus dibagikan dan dipublikasikan ke seluruh organisasi untuk
mencegah kesalahan di masa mendatang.
Rodziewicz TL, Houseman B, Hipskind JE. Medical Error Reduction and Prevention. [Updated 2022 Dec 4]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499956/
PASIEN JATUH

Pasien jatuh merupakan sumber kesalahan


konstan dalam RS yang paling sering
mempengaruhi lansia.

Penting untuk mengenali pasien dengan risiko


jatuh yang lebih tinggi dan mengambil
tindakan pencegahan keamanan yang tepat.

Protokol standar dapat mengurangi tingkat


jatuh dengan memastikan lingkungan yang
aman bagi pasien yang rawan risiko.
Untuk dianggap sebagai RCA yang kredibel, laporan akhir
harus mengikuti serangkaian standar, antara lain:

 Partisipasi pimpinan organisasi dan pemangku kepentingan


utama yang terlibat dalam proses/sistem yang ditinjau.
 Penjelasan menyeluruh dari semua temuan.
 Pertimbangan literatur yang relevan atau berlaku.
 Akurasi dan konsistensi internal, tanpa kontradiksi atau
pertanyaan yang tidak terjawab.
“ALUR MANAJEMEN
RISIKO”
Identifikasi risiko Incident / Accident / Screening

48 jam
Grading risiko

Investigasi & Analisis risiko

Evaluasi risiko
Tidak
Kelola
risiko
Ya

Eliminas Kontrol : Hindari Transfer


i Mitigasi / risiko risiko KEPUTUSAN
risiko Reduksi
risiko
1 : Lengkapi laporan ditempat Kejadian
ALUR
INVESTIGASI Reporting
INSIDEN 2 : Ka Bgn membuat Grading Awal

3a Low 3b Moderate 3c High 3d Extreme


Ka Bgn / Unit
4a 4b Tim
Investigasi Investigasi 4c
Investigasi Investigasi
Sederhana Sederhana Komprehensif &
1 minggu 2 minggu (RCA) Analisa
Max : 45 hari (1,5 bln)
5 Tim Keselamatan Pasien RS
• Menganalisa Grading / Regrading REDESIGN
SYSTEM

6 Membuat Materi Lap Berkala Feedback bulanan ke Unit


untuk Ke Komite terkait
Pembelajaran Medik (Insiden yg sdh diupdate untuk
membuat Trend Analisis

Semua unit pelayanan / Instalasi


Penyederhanaan Pengelompokan Langkah2 RCA sesuai JCI
21 LANGKAH JCI Edisi 4 7 KELOMPOK LANGKAH JCI Edisi 4

1: Organize a Team
2: Define the Problem INISIASI & RUMUSKAN
3: Study the Problem 1
MASALAH

4: Determine What Happened


TETAPKAN PERISTIWA
5: Identify Contributing Process Factors 2
6: Identify Other Contributing Factors SENTINEL
7: Measure, Collect, Assess Data on Proximate and Underlying
TETAPKAN CRITICAL EVENT /
Causes 3
8: Design and Implement Immediate Changes CMP
9: Identify Which Systems Are Involved—The Root Causes
10: Prune the List of Root Causes 4 TETAPKAN AKAR MASALAH
11: Confirm Root Causes and Consider Their Interrelationships
12: Explore and Identify Risk Reduction Strategies
TETAPKAN UPAYA
Joint Commission
13: Formulate Improvement Actions 5
14: Evaluate Proposed Improvement Actions PENANGGULANGAN RISIKO
International, Root
Cause Analysis in 15: Design Improvements UJI COBA UPAYA
Health Care: Tools 16: Ensure Acceptability of the Action Plan 6
and Techniques, 4th PENANGGULANGAN RISIKO
Edition, Illinois, 2010 17: Implement the Improvement Plan
18: Develop Measures of Effectiveness and Ensure Their Success UJI COBA UPAYA
19: Evaluate Implementation of Improvement Efforts 7 IMPLEMENTASI UPAYA
20: Take Additional Action
PENANGGULANGAN RISIKO
21: Communicate the Results

Tetap menggunakan rincian komponen yang sama


PENYUSUNAN LAPORAN AWAL
RCA

1 Rumusan Masalah

Investigasi Kejadian /
2 Pemetaan Kejadian

Critical Event / Primary Effect /


3 CMP

4 Risiko - Akar Masalah

Penanggulangan Risiko
5
URUTAN AKTIFITAS Bahan dan Cara
PENYUSUNAN LAPORAN RCA
Identifikasi Insiden dan ruang lingkupnya Laporan Insiden, Risk Grading

Tentukan Tim Penelaah SK Tim RCA, Top Mgt


Rumuskan Masalah Laporan Insiden
Kumpulkan Informasi Observasi, dokumen, wawancara

Pilah dan Petakan Infomasi Time line

Identifikasi CMP / Critical Event Brain Storming, time line chart

Identifikasi Akar Masalah Apollo, 5 why, fish bone


Identifikasi Solusi & Rekomendasi Barier Analysis, Change Analysis

LAPORAN HASIL RCA


1

MENGINISIASI DAN MERUMUSKAN MASALAH

1: Menyusun Tim
2: Perumusan Masalah yang Lengkap
a. Membentuk Tim RCA
 Tim dibentuk secara ad hoc, terdiri dari :
1. staf yang berkaitan dengan bidang yang berhubungan dengan kejadian yang tidak diharapkan
2. staf yang memiliki tugas untuk meningkatkan mutu pelayanan.
3. staf yang memililki kewenangan untuk memutus
4. staf yang memiliki pengetahuan yang luas mengenai pelayanan kesehatan.
5. Keikutsertaan staf yang terkait langsung dimungkinkan namun harus disesuaikan dengan kejadian tergantung dengan situasi dan kondisi. Selain itu juga dapat
diikutsertakan, atau
 Jumlah anggota tim tidak lebih dari 9 (Sembilan) orang.
 Ahli dapat dihadirkan dalam pertemuan tim sewaktu-waktu diperlukan.
 Pemimpin atau ketua tim harus merupakan orang yang memiliki pengetahuan, minat dan kemampuan untuk melakukan RCA. Pemimpin berperan sebagai fasilitator
yang mampu membangun komunikasi terbuka dan mengaktifkan partisipasi anggota tim.
 
b. Merumuskan masalah
 Masalah yang akan dianalisis menggunakan RCA adalah kejadian sentinel atau kejadian yang menyebabkan kematian atau cedera berat atau kasus yang setelah
dilakukan grading memerlukan analisis RCA.
 Kejadian yang akan dianalisis berfokus kepada kejadian “salah” bukan mengapa kejadian tersebut terjadi. Merumuskan kejadian dengan menggunakan kata tanya:
Apa, Siapa, Dimana, Kapan dan Bagaimana.
 Kejadian didefinisikan dengan satu-dua kalimat pernyataan yang sederhana. Misal: operasi dilakukan pada area yang salah.

 
2

MENETAPKAN PERISTIWA SENTINEL

3: Mengkaji Masalah
4: Menentukan masalah Apa
5: Identifikasi Faktor Proses yang Berkontribusi
 Melakukan pengumpulan data: kronologis, laporan keselamatan pasien,
wawancara, observasi. Pengumpulan data dicatat dalam bentuk tertulis, foto-
foto, rekaman wawancara, dan rekaman video. Pengumpulan data akan
menghasilkan data berupa pernyataan saksi dan observasi, bukti fisik dan
bukti dokumen.
 Melakukan wawancara dengan menggunakan pertanyaan terbuka dan pada
akhir wawancara dilakukan konfirmasi terhadap hasil wawancara tersebut
untuk memastikan kesesuaian informasi yang dicatat dengan yang
disampaikan saat wawancara.
Melakukan pemetaan urutan kejadian dengan menggunakan satu kalimat berisi
1 subjek dan 1 predikat. Alur berjalan secara linier yang dimulai dari kejadian
yang paling lampau hingga kejadian yang tidak diharapkan
3

TETAPKAN CRITICAL EVENT/


CARE MANAGEMENT PROBLEM

7: Mengukur— Mengumpulkan dan menilai data dan penyebab yang mendasari

8: Merancang dan Menerapkan Perubahan Segera


 Setelah menetapkan alur kejadian dari kejadian masa lampau hingga kejadian yang
tidak diharapkan, maka selanjutnya dilakukan penentuanPE.

 Kejadian kritis disebut juga sebagai Primary Effect, yang merupakan:

1. Peristiwa yang jika tidak ada maka kejadian yang tidak diharapkan tersebut tidak
terjadi.

2. Dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang terdiri dari kata benda dan kata kerja.

3. Memiliki lokasi dan waktu yang dapat ditentukan.

4. Titik awal untuk bertanya MENGAPA di dalam mencari akar masalah (Five Why)

 Menentukan primary effect dapat dilakukan dengan menggunakan analisis komparasi


yaitu mengidentifikasi gap yang terjadi antara proses yang telah ditetapkan
sebelumnya dengan fakta pelaksanaan proses yang menimbulkan kejadian yang tidak
diharapkan.

 Menetapkan primary effect dilakukan berdasarkan kesepakatan anggota Tim.


4

MENETAPKAN AKAR MASALAH

9: Identifikasi Sistem Mana yang Terlibat—Akar Penyebab


10: Pangkas Daftar Penyebab Akar
11: Konfirmasikan Akar Penyebab dan Pertimbangkan Keterkaitannya
 Titik awal untuk mencari akar masalah dimulai dari Primary Effect dengan menggunakan pertanyaan MENGAPA PRIMARY
EFFECT tersebut terjadi.
 Penyebab dari primary effect dirumuskan dalam dua hal, yaitu AKSI DAN KONDISI.
 AKSI merupakan perbuatan manusia yang menyebabkan terjadinya PE, sedangkan KONDISI adalah faktor-faktor yang
berkontribusi terjadinya PE (akibat).
 Faktor kontribusi tersebut dapat berupa peralatan, lingkungan, informasi dan human factor. Yang dimaksud sebagai
human factor adalah situation awareness, kerja sama tim, kepemimpinan, pengambilan keputusan, stress, kelelahan, dan
komunikasi.
 Setiap AKSI dan KONDISI harus didukung oleh bukti-bukti yang didapat melalui investigasi.
 Dalam menentukan KONDISI dapat dibantu antara lain dengan metode tulang ikan (fish bone method).
 Setiap KONDISI yang diidentifikasi dicari penyebabnya dengan metode 5 WHY yang menghasilkan AKSI dan KONDISI
kembali, dan demikian seterusnya sampai 5 kali. Hanya KONDISI lah yang dicari penyebabnya. Biasanya jika sudah
dilakukan sebanyak lima kali maka akan ditemukan akar masalah.
 Dalam mengidentifikasi KONDISI, tim tetap berfokus kepada proses bukan kepada individu.
 Setelah mengetahui akar masalah, tim mengkaji situasi/proses di dalam pelayanan rumah sakit berkaitan dengan akar
masalah dan penting untuk dikelola.
 Pengelolaan tersebut dilakukan dengan mencari barrier atau penghalang agar kejadian tersebut tidak terulang kembali.
Kategori yang paling umum digunakan:
•Orang: Semua orang yang terlibat dari sebuah proses.
•Metode: Bagaimana proses itu dilakukan, kebutuhan yang spesifik
dari poses itu, seperti prosedur, peraturan dll.
•Material: Semua material yang diperlukan untuk menjalankan proses
seperti bahan dasar, pena, kertas dll.
•Mesin: Semua mesin, peralatan, komputer dll yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan.
•Pengukuran: Cara pengambilan data dari proses yang dipakai untuk
menentukan kualitas proses.
•Lingkungan: Kondisi di sekitar tempat kerja, seperti suhu udara,
tingkat kebisingan, kelembaban udara, dll.
5

TETAPKAN UPAYA
PENANGGULANGAN RISIKO

12: Jelajahi dan Identifikasi Strategi Pengurangan Risiko

13: Merumuskan Tindakan Peningkatan

14: Mengevaluasi Usulan Tindakan Perbaikan


 Strategi menurunkan risiko adalah melalui pendekatan sistem, bukan melalui pendekatan
individu. Terdapat tiga upaya penanggulangan risiko, yaitu:
1. mencegah terjadinya error,
2. melindungi pasien dari dampak error jika terjadi, atau
3. melakukan mitigasi error yang dapat mencederai pasien.
 Yang menjadi titik penekanan pembuatan strategi adalah hal-hal yang paling mungkin untuk
terjadi kegagalan dan harus dieliminasi dari proses tersebut. Dimulai dari situasi/proses
yang berkaitan dengan akar masalah untuk mencegah berulangnya PE dengan menciptakan
penghalang (barrier).
 Penghalang tersebut dapat dilakukan dalam bentuk penghalang fisik, penghalang natural,
penghalang tindakan manusia dan penghalang administrasi, yaitu:
1. Menggunakan sistem proaktif untuk mencegah kegagalan.
2. Membuat sistem yang yang mudah dan aman untuk dilakukan
3. Membuat desain sistem yang paling sulit untuk terjadi kesalahan
4. Prosedur dibuat sederhana dan sesuai standar
5. Membuat suatu sistem yang mampu mendeteksi kegagalan.
6. Membuat prosedur otomatis
7. Pastikan pelatihan dan proses asesmen kompetensi.
8. Memastikan suatu sistem pelaporan non punitive terhadap kejadian nyaris cedera
9. Mengeliminasi titik-titik risiko.
 Dilakukan brainstorming bentuk-bentuk penghalang/barrier dan dibuat skala 1 (paling tidak
efektif) hingga 6 (paling efektif). Menetapkan skala tersebut dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Kemungkinan keberhasilan untuk mencegah terjadi ulangnya kejadian
2. Kesesuaian dengan visi dan misi Rumah Sakit
3. Risiko
4. Mampu laksana
5. Kemungkinan barrier tersebut untuk menimbulkan kejadian tidak diinginkan yang lain
6. Dapat diterima oleh pihak manajemen, dokter dan staf lainnya.
7. Adanya kendala terhadappelaksanaan barrier tersebut.
8. Waktu implementasi
9. Solusi jangka pendek vs solusi jangka panjang
10.Biaya
11. Kemampuan untuk diukur keberhasilannya
 
 Rekomendasi penghalang tersebut disampaikan kepada pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk dilakukan uji coba dan implementasi.
6

UJI COBA UPAYA


PENANGGULANGAN RISIKO

15: Perbaikan Desain

16: Memastikan Penerimaan Rencana Aksi


 Memilih uji coba terhadap barrier/upaya penanggulangan risiko yang paling efektif
 Teknik uji coba dapat menggunakan PDSA (Plan,Do,Study Act), yaitu :
a. Plan (Rencana)
1. Membuat atau mendesain atau mendesain ulang proses atau memperbaiki proses yang
telah ada.
2. Menetapkan cara untuk uji terhadap proses tersebut
3. Menetapkan tolok ukur keberhasilan strategi dan tujuan yang ingin dicapai
4. Menetapkan cara mengumpulkan data untuk menilai keberhasilan
5. Menetapkan tim untuk melakukan pengujian
 
b. Do (Pelaksanaan)
6. Melakukan proses yang akan dilakukan pada area kecil
7. Mengumpulkan data keberhasilan pelaksanaan strategi.
8. Menetapkan hasil pengujian
9. Memutuskan apakah perubahan pada proses berhasil atau tidak
10.Mengidentifikasi pelajaran yang dapat ditarik dari proses uji coba
c. Study (Analisis)

1. Menganalisis hasil dari uji proses

2. Memutuskan apakah perubahan terhadap proses berhasil atau tidak

3. Mengidentifikasi dan menarik pelajaran yang dapat terjadi

 
d. Act (Implementasi)

4. Jika uji coba berhasil, implementasi proses harus dilaksanakan

5. Jika uji coba tidak berhasil, dilakukan modifikasi dan siklus uji coba diulang
kembali

6. Identifikasi pelajaran yang dapat ditarik.

 
 Teknik uji coba proses dapat juga dilakukan dengan Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA).

Tahap dalam melakukan FMEA adalah sebagai berikut:


a. Memilih proses yang berisiko dan membentuk tim

b. Membuat diagram proses tersebut

c. Melakukan “brainstorming” potensi terjadi kegagalan dan menentukan efek yang


dapat terjadi jika proses mengalami kegagalan.

d. Membuat prioritas terhadap bentuk kegagalan yang mungkin terjadi dalam proses.

e. Identifikasi akar masalah dari kegagalan yang mungkin terjadi tersebut.

f. Dilakukan redesain proses.

g. Analisis dan uji proses yang baru tersebut.

h. Proses yang telah diredesain diimplementasi dan tetap dilakukan pengawasan.

 
7

IMPLEMENTASI UPAYA
PENANGGULANGAN RISIKO

17: Melaksanakan Rencana Peningkatan


18: Kembangkan Ukuran Efektivitas dan Pastikan Keberhasilannya
19: Mengevaluasi Pelaksanaan Upaya Peningkatan
20: Ambil Tindakan Tambahan
21: Komunikasikan Hasil
 Setelah tim mengidentifikasi apa yang terjadi atau mungkin terjadi,
akar masalah dan aksi perbaikan proses yang akan dilakukan, tim
membuat laporan tertulis agar permasalahan dapat dipahami oleh
pimpinan dan dapat diimplementasi upaya penanggulangan risiko
tersebut.
Ada tantangan dan keterbatasan dalam menggunakan
RCA, dan potensinya masih merupakan peluang
Analisis akar penyebab memiliki implikasi penting dalam
membantu organisasi layanan kesehatan mempelajari
kejadian yang mengakibatkan bahaya pasien atau hasil
klinis yang tidak diinginkan dan mengidentifikasi strategi
untuk mengurangi kesalahan di masa mendatang serta
meningkatkan perawatan dan keselamatan pasien.
Referensi
• Dean L Gano, Apollo Root Cause Analysis: A New Way of Thinking, Apollonian Publications; 2nd
edition (September 29, 1999).
• Richard J Croteau, Root Cause Analysis in Health Care: Tools and Techniques, Fourth Ed, Joint
Commission.
• Prof Herkutanto, RCA, power point.
• Buku Pedoman Pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis) Di Rumah Sakit
FMEA
( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS )
FMEA
Apa itu?

• Metode untuk menentukan peringkat • Mode kegagalan (Apa yang salah?)


dan mengelola risiko • Penyebab kegagalan (Mengapa kegagalan itu
terjadi?)
• Identifikasi risiko
• Efek kegagalan (Apa konsekuensi dari setiap
• Menganalisis risiko kegagalan?)
• Kontrol risiko
Jika tidak ada kejadian, tetapi kita akan
memperbaiki suatu sistem agar minimal
risiko, maka kita bisa lakukan FMEA.
Proaktif
Proses spesifik “Apa yang bisa terjadi?”

02 04 06

01 05
03 Mencegah
Fokus pada potensi
FMEA cocok utuk kegagalan sebelum
Diagram alur proses kegagalan proses suatu
terjadi
tindakan preventif. sistem
Kapan menggunakannya?

• Menganalisa kegagalan
• Apa yang berdampak tinggi atau sering terjadi?
• Peningkatan proses
• Memperkenalkan atau mengubah praktik kerja
• Desain ulang tempat kerja
• lokasi baru, peralatan baru, pergantian staf
2000+:
SEJARAH FMEA Most industries,
including healthcare

1970s:
Aviation, Oil & Gas; Auto industry;
• Tahun 60’ an oleh NASA untuk Food industry
proyek pendaratan manusia ke 1960s:
NASA
bulan.
1949 : US Military

• Diadopsi & dikembangkan


pada industri otomotif di tahun
70’an oleh FORD sebagai suatu
reaksi terhadap menurunnya
mutu & kehandalan produk
otomotif Amerika.
• Tahun 80’ diadopsi oleh banyak industri
yang menekankan pada keselamatan,
kehandalan dan mutu seperti: otomotif,
electronic, penerbangan, komputer.

• AIAG (Automotive Industry Action Group )


dan American Society for Quality Control
(ASQC) menetapkannya sebagai standar
pada tahun 1993.
• Saat ini FMEA merupakan salah satu core
tools dalam ISO/TS 16949:2002 ( Technical
Specification for Automotive Industry ).
FMEA alat analisis risiko di bidang:
1. Swalayan (Chuang, 2010)
2. Petrokimia (Ilangkumaran dan Thamizhselvan, 2010).
3. Penerbangan (Sharma dkk, 2011)
4. Konstruksi (Mohideen dan Ramachandran, 2014),
5. Otomotif (Kolich, 2014)
6. Layanan outsourcing (Liao dan Ho, 2014)
Burgmeier (2002) pertama kali menerapkan FMEA untuk
mengurangi risiko dalam proses pelayanan transfusi darah

Metode FMEA adalah alat yang berguna dalam pemahaman


yang lebih baik tentang seluruh pelayanan prosedur transfusi
darah dan mengidentifikasi potensi kegagalan
Proses Manajemen Resiko Pelayanan Kesehatan
Sejak 1 juli 2001

Joint Commission on Accreditation of


Healthcare Organization (JCAHO)

Setiap rumah sakit yang akan


akreditasi sebagai penilaian mutu

Paling sedikit satu tindakan proaktif


dalam mengkaji risiko setiap tahunnya.
Definisi FMEA :
 Suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur, melakukan penilaian terhadap tiap
model kesalahan / kegagalan dan mencari solusi dengan mencari perubahan desain /
prosedur.
 Metode perbaikan kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan
sebelum terjadi -> meningkatkan keselamatan pasien.
 Proses proaktif, diamana kesalahan dapat dicegah dan diprediksi -> mengantisipasi
kesalahan akan meminimalkan dampak buruk.
 Kelebihan utama dari FMEA yaitu membuat penggunaan dapat fokus pada merancang
ulang proses – proses yang memiliki potensi masalah untuk mencegah terjadinya
kegagalan dikemudian hari.
 Suatu metode yang digunakan untuk mengenali proses yang berisiko tinggi, penyebab
kesalahan dan cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut secara sistematis
PENELITIAN MENGENAI FMEA

1 Daverino et al, 2015 Membantu meningkatkan kesadaran dalam pelaporan kesalahan


pada pelayanan di PICU
2 Jiang , et al, 2015 Menurunkan resiko error pada laboratorium
3 Zhila et al , 2017 Pada pelayanan transfusi darah
4 Lu et al. (2013) FMEA untuk menilai mode kegagalan dan mengidentifikasi tindakan
pencegahan untuk mengurangi hal kritis dalam transfusi darah di
rumah sakit Cina

5 Najafpour et al. (2017) melakukan evaluasi risiko proses transfusi darah dalam pengajaran
rumah sakit umum dengan menggunakan metode FMEA
6 Ofek et al. (2016) menganalisis risiko terkait dengan pengenalan perubahan kebijakan
rumah sakit terkait penggunaan solusi kalium klorida intravena untuk
mengurangi bahaya pasien

7 Aranaz-Andres et al. (2017) Menggunakan FMEA dlm penggunaan oral syringe pada pemberian
obat cair oral .
PENELITIAN MENGENAI FMEA
AUTHOR HASIL
8 Flegar Mestric et al, 2017 Proses pra analitik di lab. FMEA menurunkan risiko kegagalan serta + 50% peningkatan mutu

9 Yuangguang et al, 2017 FMEA pada proses pelayanan Radiosurgery Gamma Knife di Rumah Sakit. Implementasi
pendekatan FMEA pada gamma knife memungkinkan pemahaman yg lebih dalam tentang proses
keseluruhan diantara semua professional terlibat dlm perawatan pasien & membantu
mengidentifikasi kelemahan yg potensial.

10 Arena Jimenez et al , FMEA di ruangan HD menganalisis 21 kesalahan ( 1 di setiap 62 perawatan HD) terutama terkait
2017 Teknik HD dan administrasi obat yg diresepkan.
11 Nasim et al , 2018 FMEA proses pelayanan di ICU yaitu intervensi ECMO ( Extracorporeal Membrane
Oxygenation). FMEA untuk identifikasi kelemahan dan kegagalan dari complex proses,
meningkatkan kualitas pelayanan ECMO

12 Gaur, 2019 FMEA di ruang operasi. Dg FMEA dapat memperbaiki manajemen daftar, atau penjadwalan
ulang, mengurangi waktu pasien, memperbaiki alur pelayanan, memperkuat program bedah one day
care dan mendirikan klinik pra anestesi, meningkatkan keseluruhan atau efisiensi pelayanan operasi
di rumah sakit
Area Terapan FMEA di Bidang Kesehatan
Mengenal Metode FMEA (Failure Mode and Effects Analysis) dan
HFMEA (Healthcare Failure Mode and Effects Analysis)
• Keselamatan pasien pada saat pengobatan -> pemicu National
Center for Patient Safety  (NCPS) -> metode analisis risiko
keselamatan pasien.
• NCPS dibentuk pada tahun 1999 dengan tujuan mengurangi atau
mencegah bahaya yang dapat timbul pada saat perawatan atau
pengobatan di rumah sakit (patientsafety.va.gov).
• NCPS ini berada di bawah 
Veterans Affairs Office of Quality, Safety and Value pemerintah
Amerika Serikat (patientsafety.va.gov).
• Pada tahun 2001 NCPS mulai mempelajari analisis risiko yang dipakai
di industri yaitu FMEA.
• Berdasarkan hasil investigasi, NCPS memandang FMEA tradisional
tidak dapat memenuhi kebutuhan penerapan di kesehatan (DeRossier,
2002).
• NCPS -> dibutuhkan penyesuaian terhadap indikator penilaian risiko
pada FMEA tradisional sesuai dengan kebutuhan kesehatan sehingga
lahirlah konsep HFMEA (Healthcare Failure Mode and Effect Analysis)
Artikel FMEA
FMEA
FMEA memiliki kepraktisan yang tinggi untuk peningkatan kualitas layanan kesehatan dan
pengurangan kesalahan dan telah banyak digunakan untuk meningkatkan proses layanan
kesehatan di rumah sakit.
Dalam penelitian ini mendukung akademisi dan praktisi dalam mengadopsi FMEA secara
efektif untuk secara proaktif mengurangi risiko perawatan kesehatan dan meningkatkan
keselamatan pasien, serta memberikan wawasan kebaruan.

“FMEA has high practicality for healthcare quality improvement and error reduction and has been prevalently
employed to improve healthcare processes in hospitals. This research supports academics and practitioners in
effectively adopting the FMEA tool to proactively reduce healthcare risks and increase patient safety, and provides
an insight into its state-of-the-art.”

Liu, C., Zhang, J., Ping, J., & Wang, L. (2020). Failure mode and effects analysis for proactive healthcare risk evaluation: A systematic literature
review. Journal of Evaluation in Clinical Practice, 26(4), 1320-1337. https://doi.org/10.1111/jep.13317
Joint Commission Resources, 2010
FMEA
1.Tetapkan Topik FMEA dan Bentuk Tim
2.Gambarkan Alur Proses, & Brainstorming Modus
Kegagalan / Failure Mode
3.Identifikas Modus Kegagalan & Dampaknya (Hazard
Analysis)
4.Identifikas Prioritas Modus Kegagalan
5.Identifikasi Akar Penyebab Modus Kegagalan
6.Disain ulang Proses
7.Analisis dan Test Proses Baru
8.Implementasi dan Monitor Proses Baru
No LANGKAH OUTPUT
1 Tetapkan Topik FMEA dan Bentuk Tim Topik dan Tim
2 Gambarkan Alur Proses, & Brainstorming Modus Alur Proses tergambar
Kegagalan / Failure Mode
3 Identifikas Modus Kegagalan & Dampaknya (Hazard Modus kegagalan &
Analysis) dampaknya
4 Identifikas Prioritas Modus Kegagalan Daftar Prioritas Modus
Kegagalan
5 Identifikasi Akar Penyebab Modus Kegagalan Akar Penyebab Modus
Kegagalan

6 Disain ulang Proses Proses Baru

7 Analisis dan Test Proses Baru Hasil Uji Coba


8 Implementasi dan Monitor Proses Baru Penerapan Proses Baru
1. Tetapkan Topik FMEA dan Bentuk Tim

 Terpilihnya Topik FMEA


 Terpilihnya TIM Pelaksana untuk
topik tersebut
 Daftar Tim
PEMILIHAN TOPIK FMEA
 Proses spesifik di rumah sakit:
High risk, High volume, High cost
 Didasarkan pada data incident report keselamatan pasien
Data rutin keselamatan pasien

TUJUAN PEMILIHAN TOPIK


Fokus pada proses spesifik yang dianggap prioritas
(hospital specific)
Melakukan tindakan korektif pada proses melalui
redesign proses
BENTUK TIM
Tidak lebih dari 10 orang (idealnya 4 – 8 orang)
2. Gambarkan Alur Proses, & Brainstorming Modus Kegagalan / Failure Mode

1. Alur Proses
Buat Alur Proses, bila perlu dibuat Subproses dan buat masing-
masing diagramnya.
Bila Proses Baru: Bagaimana seharusnya
Bila Proses Lama: Bagaimana saat ini Buat Flowchart
untuk diagram proses
• LANGKAH 2A : GAMBARKAN   ALUR
PROSES
 
Tahapan Proses :
• Jelaskan proses setiap kegiatan sesuai
kebijakan dan prosedur yang berlaku.

• Jika proses terlalu komplek, pilih satu atau


sub proses untuk ditindak lanjuti.
LANGKAH 2B : GAMBARKAN ALUR SUB PROSES
Langkah langkah membuat Flowchart
 Tetapkan titik awal dan akhir dari proses.
 Brainstorm kegiatan dan poin keputusan dalam proses.
 Menentukan urutan kegiatan dan keputusan.
 Gunakan informasi untuk membuat diagram alur.
 Analisis diagram alur.
LANGKAH 3 MENENTUKAN DAMPAK
Menentukan kemungkinan Dampak jika kegagalan
tersebut terjadi dengan Brainstorming / Diskusi
diantara Anggota Tim
•Setelah menggambarkan proses, identifikasi failure modes dari suatu proses.
. Modus Kegagalan
““Perilaku yang dapat mengakibatkan kegagalan”
-“bagaimana bisa gagal?”
-Identifikasi semua modus kegagalan
-beberapa langkah dapat tidak memiliki modus kegagalan
-beberapa langkah dapat memiliki banyak modus kegagalan
•(MODA KEGAGALAN )/ Failures mode adalah suatu perilaku yang dapat
gagal, dan secara umum menjelaskan bagaimana suatu kegagalan terjadi dan
dampaknya terhadap suatu proses.
o Penyebab Kegagalan / Failure Causes [Mengapa kegagalan terjadi]:
Buat daftar semua kemungkinan penyebab untuk setiap mode
kegagalan yang telah anda identifikasi.

•Efek kegagalan / Failure Effect adalah konsekuensi dari failure mode


dan operasional, fungsi atau status dari tahapan proses.
o Efek Kegagalan [Apa konsekuensi dari kegagalan?]: Buat daftar
semua kemungkinan konsekuensi yang merugikan untuk setiap mode
kegagalan yang diidentifikasi
Memilih Skala Peringkat
JCI tidak secara spesifik menentukan “skala” mana yang harus
digunakan dalam menilai modus kegagalan.
Pimpinan dan staf bebas memilih skala yang dipercaya efektif, dan
organisasi harus menggunakannya secara konsisten.
Mis. Organisasi bisa memilih skala 1-10 atau 1-5.
• Tidak masalah, apapun metode (FMEA / HFMEA) dan penentuan
skala ( 1-10 atau 1-5) yang digunakan oleh tim, Anggota tim harus
setuju dan mengerti skala apa yang telah ditetapkan.
• Mis. Jika tim sepakat menggunakan skala 1-10, mereka harus setuju
pada definisi tiap rating.
LANGKAH KE EMPAT
Tetapkan Prioritas Modus Kegagalan
( Risk Priority Numbers / RPN )

• Assess Criticality Score

RPN (Risk Priority Number) Score / CI (Criticality Index)


Prioritize the failure modes based on their RPN / CI
Computer criticality index (CI) :
Occurrence X Severity X Detection

* CI and RPN are the same: but, both terms are used in the literature
MENENTUKAN PROBABILITAS
/ OCCURANCE (O)

•Probabilitas suatu kejadian adalah kemungkinan bahwa sesuatu akan terjadi.


•Pertanyaan kunci pada tahap ini adalah “ Berapa besar kemungkinan bahwa failure
mode atau dampak ini akan terjadi.?’’
• Contoh failure mode yang jarang terjadi misalnya pemberian obat dari produsen obat
yang isinya berbeda dengan apa yang ditulis pada labelnya.
• Sementara failure mode yang sering terjadi misalnya adalah tulisan yang tidak
terbaca pada resep.
Skala Probabilitas Kejadian ( Occurrence = O )

LEVEL DESKRIPSI CONTOH

5 Sangat sering dan pasti Sangat sering muncul, mungkin bebrapa


kali dalam 1 bulan.
4 Sering ( Frequent ) Hampir sering muncul dalam waktu yang
relative singkat ( mungkin terjadi beberapa
lali dalam 1 tahun)
3 Kadang – kadang Kemungkinan akan muncul ( dapat terjadi
( occasioanal )
beberapa kali dalam 1 sampai 2 tahun )
2 Jarang ( Uncommon ) Kemungkinan akan muncul ( dapat terjadi
 
dalam > 2 sampai 5 tahun)

1 Hampir Tidak pernah Jarang terjadi ( dapat tejadi dalam > 5


(Remote )
sampai 30 tahun )
Menentukan Tingkat Keparahan
SEVERITY ( S )

•Keparahan berkaitan dengan keseriusan dampak cedera jika suatu


failure mode terjadi.
•Untuk menentukan tingkat keparahan yang harus diperhatikan bukanlah
failure modenya melainkan dampak apabila failure mode terjadi.
Skala Keparahan (Severity = S)

DESKRIPSI CONTOH
LEVEL

1 MINOR Tidak akan dirasakan / diketahui oleh pasien dan tidak akan
berefek pada proses.
Dapat berdampak pada pasien dan dapat menimbulkan
beberapa efek pada proses.
2 MODERAT Kegagalan dapat mempengaruhi proses pelayanan kesehatan
tetapi menimbulkan kerugian minor .
Dapat berdampak pada pasien dan dapat menimbulkan efekl
yang sangat besar.
3 MAYOR Kegagalan menyebabkan kerugian yang lebih besar terhadap
pasien.
4 MAYOR Dapat membuat pasien mengalami luka parah dan
INJURY menimbulkan efeka yang besar pula pada proses.
5 TERMINAL Sangat berbahaya : kegagalan akan berakibat pada kematian
INJURY dan menimbulkan efek yang sangat besar terhadap proses.
Menentukan Kemudahan Terdeteksi ( Detectability )

• Kemungkinan terdeteksi ( detectability ) adalah nilai


kemudahan suatu hal untuk dapat ditemukan atau di ketahui.
• Pertanyaan kuncinya adalah “ apabila failure mode ini
timbul seberapa mudah mengetahuinya ?”.
• Nilai yang tinggi failure mode sulit untuk diketahui,
sehingga kemungkinan pasien terkena efek kegagalan sangat
tinggi karena tindakan koreksi tidak dapat dilakukan.
• Sementara nilai yang rendah artinya failure mode sangat
mudah untuk diketahui sehingga mengurangi resiko pada
pelayanan.
Tingkat D= Detectabel ( Terdeteksi )
SEV PROB DET
TETAPKAN PRIORITAS
• Setelah melakukan perhitungan RPN maka tim dapat
menetapkan prioritas menggunakan “nilai cut-off”
• Cut-off dapat ditetapkan apabila tidak memiliki banyak
waktu dan sumber daya untuk melakukan perubaha desain
proses
• Misal: jika ditetapkan cut off RPN pada nilai 100, maka
seluruh proses yang memiliki nilai kurang dari 100 tidak
menjadi fokus perubahan
• Catatan: tetap perhatikan proses yg memiliki dampak berat
walau RPN nya tdk mencapai nilai cut-off
LANGKAH KE LIMA
IDENTIFIKASI PENYEBAB MODUS KEGAGALAN

• Mencari kemungkinan penyebab Modus Kegagalan


• Prinsipnya adalah Kegagalan dimasa datang bisa
dicegah.
• Kalaupun tidak dapat dicegah, pasien harus di
proteksi terhadap dampak kegagalan tsb atau
Dampak di mitigasi.
Tahap 6 : Mendisain ulang
kontrol proses/disain
( Rekomendasi /Action )
– Brainstorm tindakan yang bisa mengatasi moda
kegagalan dengan Angka Prioritas Risiko (APR)
tertinggi
 Eliminasi risiko jika memungkinkan
 Minimimalkan/mitigasi risiko jika tidak bisa dieliminasi
 Cari peluang untuk “bukti kegagalan”
Bagaimana kita dapat Mengurangi
Risiko?

– Satu cara untuk mengurangi risiko adalah mengurangi


Angka Prioritas Risiko
 Bisakah kegagalan ini di buat kurang parah?
 Bisakah kegagalan ini dibuat tidak sering terjadi?
 Bisakah kegagalan ini menjadi mudah dideteksi?
Tahap 7 : Analisa dan Uji Proses Baru
• Pengorganisasian untuk implementasi redesain
• Uji Proses Baru
• The Plan-Do-Study-Act (PDSA)
• Analisa, uji, implementasi & monitor proses yang berhubungan
• Untuk menjaga tim agar tetap berada pada langkah kedua terakhir dari
proses FMEA, organisasi bisa menggunakan tools peningkatan mutu seperti
siklus PDSA
PLAN DO
SIKLUS PDSA
STUDY ACT
Redesign proses Lakukan dalam skala Analisis hasil tes Implementasi proses
kecil baru secara permanen

Cara untuk menguji Pengumpulan data Tentukan apakah Atau modifikasi


keberhasilan gagal atau berhasil dengan melakukan uji
coba
Cara mengumpulkan Identifikasi pelajaran Atau tolak dan buat
data keberhasilan yang didapat dari uji desain baru melalui
tersebut pendekatan lain
SDM yang terlibat
Data/indikator yang
dikumpulkan
Bentuk laporan sesuai
kebutuhan organisasi
Tahap 8 : Implementasi dan
Memantau Proses Baru
Implementasi
Rencanakan menerapkan desain baru, termasuk:
a. Sumber daya yang dibutuhkan
b. “time-frame” pelaksanaan
c. Indikator keberhasilan
d. Identifikasi barrier yang mungkin terjadi dan cara mengatasinya
 Tim dapat menggunakan “lesson-learned” dari uji coba
Monitoring dan Evaluasi

a. Menetapkan data atau indikator keberhasilan redesain


proses  laporan keselamatan pasien, indikator mutu dan
keselamatan pasien
b. Membuat acuan pembanding baik internal atau eksternal
c. Melakukan analisis
Memastikan kesinambungan redesain proses

1. Dokumentasi alur atau flowchart redesain yang


mudah dipahami oleh staf
2. Training/retraning dan asesmen kompetensi
3. Monitoring terus menerus
HFMEA
HFMEA https://www.patientsafety.va.gov/
Langkah untuk melakukan HFMEA

Langkah 1 – definisikan topik yang akan menjadi bahan analisa


Langkah 2 – bentuk tim yang akan melakukan analisa
Langkah 3 – deskripsikan proses secara grafis (process mapping)
Langkah 4 – lakukan analisa
Langkah 5 – identifikasi langkah pencegahan masalah dan standar
pengukuran untuk merancang ulang proses.
LANGKAH 1
• Buat definisi lingkup FMEA dengan jelas, dan jabarkan proses-
proses yang akan menjadi bahan studi.
• Lakukan secara tertulis dan sertakan bagan atau grafik bila perlu.
LANGKAH 2
 Bentuk tim yang multidisipliner
 Terdiri atas para ahli dalam subyek yang menjadi fokus dalam
analisa, orang-orang yang terlibat langsung dalam proses yang
menjadi bahan analisa, dan beberapa konsultan yang ahli di bidang
lean healthcare (atau FMEA di rumah sakit), yang akan memberikan
panduan selama dan setelah dilakukannya FMEA.
Figure 1. Healthcare FMEA Process Steps 1 and 2
Step 1. Select the process you want to examine. Define the scope (Be specific and
include a clear definition of the process or product to be studied).

This FMEA is focused


on____________________________________________________________________
_______________

Step 2. Assemble the Team

FMEA Number_____________________________________

Date Started ______________________________________ Date


Completed____________________________________

Team Members_1._________________________________
_4._________________________________

_2._________________________________
_5._________________________________

_3._________________________________
_6._________________________________

Team Leader ____________________________________

Are all affected areas represented? YES NO

Are different levels and types of knowledge represented on the team? YES
NO

Who will take minutes and maintain records?


_________________________________________
LANGKAH 3

Definisikan proses dalam bentuk grafis:


•Buat dan verifikasi sebuah diagram (Flow Diagram) yang menggambarkan aliran
proses (diagram proses vs. kronologis).
•Buat penomoran untuk setiap langkah dalam proses yang teridentifikasi dalam flow
diagram secara berurutan.
•Jika prosesnya kompleks, identifikasi area tertentu yang akan menjadi fokus analisa.
•Identifikasi semua sub-proses dari setiap proses dalam flow diagram, lalu urutkan.
•Buatlah flow diagram yang terdiri atas beberapa sub-proses tersebut.
LANGKAH 4
•Lakukan analisa masalah (hazard analysis)
•Buat daftar failure mode, yaitu proses atau sub-proses yang berpotensi untuk
gagal memenuhi fungsinya dan memberikan hasil yang maksimal.
•Temukan tingkat severity (kerugian) dan probability (kemungkinan)
terjadinya kesalahan.
•Gunakan Decision Tree.
•Buat daftar hal yang menjadi penyebab failure mode.
TINGKAT SEVERITY
Hazard Scoring Matrix
DECISION TREE
LANGKAH 5
• Tentukan tindakan dan pengukuran untuk melakukan tindakan:
• Buat keputusan, apakah harus “mengeliminasi”, “mengontrol” atau “menerima” penyebab dari failure mode.
• Deskripsikan aksi yang dilakukan untuk setiap failure mode yang akan mengeliminasi atau mengontrolnya.
• Identifikasi ‘ukuran tindakan’ yang akan digunakan untuk menganalisa dan menguji proses yang akan
dirancang ulang.
• Tentukan siapa orang  atau tim yang akan bertanggung jawab untuk melakukan aksi lanjutan untuk mencegah
terjadinya failure.
• Lakukan konfirmasi kepada top-management untuk mengetahui apakah mereka menyetujui rencana tindakan
tersebut.
• Dukungan dari manajemen sangatlah penting untuk keberhasilan program improvement apapun, di organisasi
manapun.
HFMEA Subprocess Step Title and Number
HFMEA Step 4 - Hazard Analysis HFMEA Step 5 - Identify Actions and Outcomes
Scoring Decision Tree Analysis

Responsible

Concurrence
Management
Action
Failure Mode: First

Person
Type

Single Point

Detectability
Actions or Rationale for

Weakness?
Evaluate failure mode

Probability

Haz Score
Potential Causes (Control, Outcome Measure

Measure ?

Proceed?
before determining Stopping

Existing
Severity
Accept,

Control
potential causes
Eliminate)
Jadi, bagaimana cara kerjanya dalam praktik?

Habraken MM, Van der Schaaf TW, Leistikow IP, Reijnders-Thijssen PM. Prospective risk analysis of health
care processes: a systematic evaluation of the use of HFMEA in Dutch health care. Ergonomics.
2009;52(7):809-19
Tujuan
 Untuk mengidentifikasi mode kegagalan
dlm perawatan pasien kritis
dan untuk mengaktifkan sarana dan
prosedur yang diperlukan untuk deteksi.
 Untuk membuat penilaian kuantitatif dari
setiap mode kegagalan.
 Untuk merekomendasikan tindakan yang
ditujukan untuk mengurangi kegagalan
kemungkinan dalam proses perawatan
pasien sakit kritis
Kegagalan tersebut dengan Risk Priority
Number (RPN) lebih tinggi dari 300.
Pemilihan nomor tersebut ditentukan oleh
kompleksitas pasien yang sakit kritis.
Alat FMEA digunakan di ICU Gregorio
Rumah Sakit Universitas Umum Marañón
(HGUGM).

Kegunaan FMEA untuk meningkatkan keamanan mobilisasi


pada pasien sakit kritis
Process analysis

Selection of the team


• Tim terdiri dari 4 dokter, 9
perawat terdaftar (RN), dan 3
perawat praktik berlisensi (LPN)
ICU.
• Mayoritas memiliki pengalaman
lebih dari 5 tahun bekerja di
unit tersebut.
• Tiga pertemuan 1 jam diadakan.
Risk assessment
(1) Kegagalan: Apa yang salah?
(2) Mode kegagalan: Bagaimana bisa gagal?
• Sesi brainstorming dilakukan dengan staf ICU (3) Penyebab: Mengapa bisa gagal?
(dokter, RN, dan LPN), dengan tujuan mengumpulkan
(4) Efek: Apa konsekuensi dari kegagalan
informasi dan mencapai kesepakatan mengenai
potensi kegagalan dan efek yang mungkin terjadi itu?
selama proses berlangsung. (5) Keseriusan: Apa yang mungkin menjadi
akibat dari
kegagalan pasien?
(6) Kejadian: Berapa probabilitas kegagalan
itu
mungkin terjadi?
(7) Probabilitas deteksi: Berapa probabilitas
mendeteksinya?
Improvement actions mobilization in bed
• Sebanyak 91 mode kegagalan
injeksi intravitreal,
• Dua puluh failure mode
dianggap memiliki risiko yang
cukup besar, telah dieksplorasi.
• Rekomendasi diusulkan untuk
mengurangi risiko ini, sebagian
besar berkaitan dengan pasien,
staf, persiapan ruangan dan
peralatan, prosedur injeksi dan
pemulangan pasien.
2
Untuk melakukan tinjauan mitigasi risiko injeksi intravitreal
• Tim terdiri dari 6 dokter mata, dari Prancis,
Jerman, Italia, Spanyol, dan Inggris serta
dari IVEG (Intravitreal ExpertGroup ) yang
melakukan tinjauan HFMEA terhadap
prosedur injeksi intravitreal dengan
bimbingan 3 ahli HFMEA Italia.
ARTIKEL MENGENAI FMEA
KARS, Nico A. Lumenta 151
152
KESIMPULAN
• Alat yang berguna untuk menganalisis:
• kegagalan berdampak tinggi
• perubahan kritis pada praktik di tempat kerja
• desain ulang tempat kerja berskala besar
• membutuhkan waktu, sumber daya
• membutuhkan tim multidisiplin (besar) yang memiliki pengetahuan ahli tentang proses
yang sedang di analisis
• membutuhkan keselamatan & kualitas profesional untuk memimpin dan mengarahkan
• Sebagian besar risiko yang akan ditemui dalam perawatan kesehatan melibatkan perilaku:
• peringkat mungkin tidak jelas
• peringkat membutuhkan konsensus di antara tim
• proses konsensus akan membangun kerja sama tim
Daftar Pustaka
https://catalyst.nejm.org/doi/full/10.1056/CAT.18.0197

https://riskonnect.com/healthcare/what-is-risk-management-in-healthcare/

https://dhge.org/about-us/blog/risk-management-in-healthcare

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559326/

Robyn Clay-Williams, CAHO-ISQua Webinar 28: Application of FME A to healthcare risk management, 2023, Macquarie Univ , Sydney, Australia.

Joint Commission Resources, 2010, Failure Mode and effect Analysis, Proactive Risk Reduction
DeRosier, J., Stalhandske, E., Bagian, J.P., & Nudell, T (2002). Using Health Care Failure Mode and Effect Analysis: 
The VA National Center for Patient Safety's Prospective Risk Analysis System(PDF).The Joint Commission Journal on Quality Improvement, Volume
27 Number 5:248-267, 2002.
https://www.patientsafety.va.gov/docs/hfmea/PSQHarticle.pdf
Adopting the Healthcare Failure Mode and Effect Analysis to Improve the Blood Transfusion Processes, January 2012
The International Journal of Industrial Engineering: Theory, Applications and Practice 19(8):320-329
https://www.researchgate.net/publication/260126415_Adopting_the_Healthcare_Failure_Mode_and_Effect_Analysis_to_Improve_the_Blood_Transf
usion_Processes
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai