Infeksi 2021

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 64

INFEKSI PADA

KEHAMILAN DAN NIFAS

FERRY ARMANZA, dr, SpOG(K)-ONK.


DEP-KSM OBSTETRI & GINEKOLOGI
FK ULM – RS ULIN BANJARMASIN
2021
INFEKSI PADA KEHAMILAN
•INFEKSI VIRUS :
•CYTOMEGALOVIRUS
•RUBELLA
•HERPES GENITALIS
•VARICELLA-ZOSTER
•HEPATITIS
•HIV-AIDS
•COVID-19
•INFEKSI PROTOZOA :
•TOXOPLASMOSIS
•MALARIA
•INFEKSI NIFAS
INFEKSI PADA KEHAMILAN
•Ibu hamil (bumil) peka thd terjadinya infeksi mikro-organisme.
•Fisiologis : sistem imun bumil menurun, akibat toleransi sistem imun ibu
thd bayi yg merupakan jaringan semi-alogenik.
•Bayi intra uterin : membentuk sistem imun pd UK 12 mgu, meningkat dan
UK 26 mgu hampir sama dgn bumil.
•Infeksi : bakteri, virus, parasit, penularan secara intrauterin, persalinan
atau pasca lahir.
•Transmisi : transplasental atau melalui aliran darah / amnion.
TOKSOPLASMOSIS KONGENITAL
•Transmisi Toksoplasma kongenital 🡪terjadi bila infeksi
toksoplasmosis akut terjadi selama hamil.
•Parasitemia🡪parasit mencapai plasenta.
•Diagnosis pranatal :
•Dilakukan pada UK 14-27 mgu (TM-II)
•Kordosintesis dan Amniosintesis
•Pembiakan darah janin / cairan ketuban 🡪 isolasi parasit 🡪 PCR
deteksi DNA T. gondii. ELISA 🡪 deteksi Ab IgM janin spesifik.
Diagnosis
•Adanya IgM janin spesifik (antitoksoplasma) dari darah janin.
•Ditemukanparasit pada kultur atau inokulasi tikus dan DNA dari T. gondii
dgn PCR darah / cairanketuban.
•Skrining serologik maternal 🡪 dilanjutkan kordosintesis atau amniosintesis,
bila satu dari 4 syarat di bawah ini terpenuhi :
•Antibodi IgM (+)
•Serokonversi dgn interval 2-3 mgu 🡪 perubahan dari seronegatif menjadi
seropositif IgM dan IgG
•Titer IgG tinggi ≥ 1/1024 (ELISA)
•Aviditas IgG ≤ 200
Terapi dan Pencegahan
•Kehamilan dgn infeksi akut:
•Spiramisin : aktif thd takizoit, menekan transmisi transplasental.
Dosis 2-4 g/hari (oral) dalam 4 dosis utk 3 minggu.
•Pirimetamin : fenilpirimidin obat antimalaria, bersama sulfadiazin
bekerja sinergik memblokir jalur metabolisme asam folat parasit,
mengganggu pertumbuhan takizoit parasit. Diberikan selama 21 hari,
dosis pirimetamin 1 mg/kg/hari (oral) 3-4 hari, sulfadiazin 50-
100mg/kg/hari (oral) dalam 2 dosis.
Terapi dan Pencegahan

•Toksoplasma kongenital :
•Sulfadiazin dosis 50-100 mg/kg/hari dan pirimetamin 0,5-1mg/kg setiap 2-4 hari
selama 20 hari.

•Penderita imunodifisiensi :
•Sulfadiazin danPirimetamin dosis SDA.

•Profilaksis :
•Tindakan paling efektif berupa perlindungan atas populasi yang berisiko seperti
ibu hamil dengan seronegatif.
Upaya profilaksis

•Dianjurkan makan daging dan sayuran yang dimasak. Ookista mati dgn
pemanasan 90ºC selama 30 detik.

•Skrining serologik pramarital yang dilanjutkan skrining bulanan selama


kehamilan bagi ibu hamil dengan seronegatif 🡪 tergantung keadaan
toksoplasmosis di suatu daerah.
Infeksi Virus

•Hepatitis :
•Virus Hepatitis B (VHB) bumil di Indonesia 1-5%.
•Inf. akut pd kehamilan 🡪 hepatitis fulminan 🡪 mortalitas tinggi pd ibu dan bayi :
abortus dan terjadi HPP krn ggn pembekuan darah akibat ggn fungsi hati.
•Bayi : penularan vertikal (+) setelah dewasa 60-90% akan menjadi pengidap
kronik VHB, 30% kanker hati / sirosis hati 40 thn kemudian.
•Predisposisi penularan vertikal : titer DNA-VHB tinggi, infeksi akut pd TM III,
persalinan lama dan mutasi VHB.
•VHB : infeksi nosokomial pd tenaga medik dan paramedik terutama dari pasien
dgn HBsAg dan HBeAg (+).
Infeksi Virus

•Pencegahan Hepatitis :
•Kewaspadaan universal (universal precaution) : hindari hub seks dan pemakaian
alat / bahan dari pengidap.
•Vaksinasi bagi seluruh nakes.

•Skrining HBs Ag pd bumil :


•Terutama daerah dgn prevalensi tinggi.

•Imunisasi :
•Vaksinasi HB bagi semua BBL.
Penanganan bumil dgn HVB

•Pd inf akut VHB dan hepatitis fulminan (sangat ikterik, nyeri perut
kanan atas, kesadaran menurun, urobilin dan bilirubin (+), SGOT/SGPT
tinggi) 🡪 pervaginam usahakan trauma sekecil mungkin.

•Persalinan tdk berlangsung lama 🡪 meningkatkan transmisi VHB


intrauterin. Pd bumil dgn titer VHB tinggi (3,5pg/ml) atau HBsAg (+) 🡪
dianjurkan SC.

•Laktasi (menyusui bayi) 🡪 tidak masalah.


HIV/AIDS DALAM
KEHAMILAN
PENDAHULUAN
❖ Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam
Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. UNAIDS,
memperkirakan jumlah ODHA di seluruh dunia pada Desember
2004 adalah 35,9-44,3 juta orang. 1

❖ Pada tahun 2009, diperkirakan 860.000 wanita hamil ditemukan


hidup dengan HIV di Afrika Timur dan Selatan, lebih daripada di
daerah lain di dunia. 2
PENDAHULUAN
di Negara Afrika, HIV/AIDS pada anak masih
menempati persentase yang tinggi, yaitu rata-rata 47%
dari total keseluruhan anak hidup dengan HIV, dimana >
90% yang terinfeksi melalui penularan vertikal dari
ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan atau
menyusui.2

Tanpa pengobatan, sekitar 25% -50% dari ibu HIV-


positif akan menularkan virus ke bayi mereka
selama kehamilan, bersalin, atau menyusui. 3
PENDAHULUAN

Risiko penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dikurangi


sampai kurang dari 5% melalui kombinasi langkah-
langkah pencegahan penularan dari ibu ke anak /
PMTCT (Prevention Mother to Child Transmission),
termasuk terapi ARV (antiretroviral) untuk ibu hamil dan
anak yang baru lahir.
➢ Penularan HIV pada
anak :
- 90 % krn MTCT Mengapa PMTCT?
- 10 % krn transfusi
➢ Infeksi HIV dari ibu ke
anak mengganggu
kesehatan anak
➢ Penularan dapat
ditekan sampai 50%
melalui intervensi
feasible, affordable
➢ Memungkinkan
dilakukannya
pencegahan primer
kepada pasangan,
perawatan dan
pengobatan keluarga
PENULARAN HIV
PENULARAN HIV PADA
KEHAMILAN

✓ Faktor virus : makin tinggi titer virus , makin infeksius.


✓ Faktor Host (ibu hamil) : sistim kekebalan tubuh, nutrisi, anemia.
✓ Faktor Obstetrik : lama dan cara persalinan.
✓ Faktor bayi : Menyusui
WAKTU & RISIKO PENULARAN HIV
DARI IBU KE ANAK

Masa kehamilan Persalinan Post partum melalui ASI


36 mg- Selama
0-14 mg 14-36 mg kelahiran persalinan 0-6 bln 6-24 bln

1 4 12% 8 7 3
% % % % %

Semua tanpa ASI 15-25 %


Semua dg pemberian ASI sampai 6 bln 25-30 %
Semua dg pemberian ASI sampai 18-24 bln 30-45 %

Source: De Cock KM, et al. JAMA. 2000; 283 (9): 1175-82


Kourtis et al. JAMA 2001; DeCock et al. JAMA 2000
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TRANSMISI HIV
1. FAKTOR VIRUS

Penularan meningkat dengan meningkatnya viral load yaitu 12% pada mereka yang
mempunyai jumlah viral load < 1000 RNA/ ml dibandingkan dengan 29% pada mereka
dengan yang mempunyai jumlah viral load >10.000 RNA/ml.

2. FAKTOR IBU

Penurunan status kekebalan ibu, tercermin dari jumlah CD4. Peningkatan risiko penularan
dari ibu ke anak jika CD4 ibu jumlahnya < 700/mm3. Transmisi meningkat hampir linear
dengan penurunan jumlah CD4.
Faktor Maternal viral
load
■ Merupakan faktor
terpenting
■ Terjadi terutama pada
awal infeksi dan pada
fase AIDS
■ Risiko tertinggi terjadi
ketika
– Terinfeksi sewaktu hamil
tua/menyusui
– Wanita hamil dgn gejala
AIDS
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TRANSMISI HIV
3. FAKTOR OBSTETRIK

Kontak kulit secara langsung, yaitu kontak antara selaput lendir bayi dan ibu melalui
sekresi cairan serviko-vaginal . HIV-1 dalam cairan sekresi serviko-vaginal akan
meningkat 4 kali lipat selama kehamilan. Persalinan melalui operasi sesaria elektif dapat
menyebabkan tingkat transmisi < dari 1%.

4. FAKTOR BAYI

> 30% infeksi HIV perinatal akan terjadi melalui ASI. Selama menyusui, risiko penularan
yang diperkirakan sekitar 30%. Risiko penularan melalui ASI juga tergantung pada faktor-
faktor lain, seperti stadium penyakit ibu, abses payudara, mastitis, puting yang retak .
Mekanisme Penularan HIV dari Ibu
ke Anak / Bayi
• Infeksi melewati plasenta
• Persalinan
• ASI

Sumber Infeksi Rute Infeksi


• Darah Ibu • Sirkulasi Umbilical
• Placenta • Kulit
• Cairan Amnion • Mukosa membran
• Sekresi Cervicovaginal – Sal. Pencernaan
• ASI – Sal. Pernapasan

Simonds RJ, 2000


Dampak HIV pada ibu dan anak
ANAK
●Gangguan tumbuh kembang
●Kematian meningkat
●Penyakit seumur hidup, isu kepatuhan berobat
●Stigma sosial
●Yatim piatu

IBU
●Stigma sosial
●Kematian meningkat
Faktor Risiko Penularan HIV dari Ibu ke Anak

➢ Maternal ➢ Obstetrik
● Viral load yang tinggi ● Kelahiran per vaginam vs Sectio
(>5.000copies/ml misal saat Caesarea
terjadi serokonversi) ● Ketuban pecah dini yg terbengkalai
● Karakteristik Virus ● Perdarahan Intrapartum (Kala II)
● CD4<200/ T limfosit count) ● Chorio amnionitis
● Defisiensi imun ● Prosedur invasif (misal episiotomi,
● Infeksi virus, bakteri, parasit spt forceps, vakum)
malaria saat kehamilan
● Defisiensi vitamin A
● IDUs
➢ Bayi
● Prematuritas (BBLR rendah) < 34
● Banyak pasangan seksual
mg
● ASI/Mastitis
● Luka dimulut bayi
Strategi Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Ke Bayi dan
Kegiatan Pendukungnya
- Penyuluhan HIV/AIDS ;
Perempuan Usia Reproduktif Cegah Penularan HIV - Pelatihan Perubahan
Perilaku ;
- Penyebar luasa n Materi
Cetak tentang
HIV Positif HIV Negatif Pencegahan HIV ;
- La yanan VCT; dll.

Perempuan HIV Cegah Kehamilan - Konseling;


Positif - Sarana Kontrasepsi

Hamil Tidak Hamil


- Pemberian ARV;
- Konseling Kesehatan

Perempuan Hamil HIV (+) Cegah Penularan ke Ibu Hamil


- Konseling Pemberian
Bayi Makanan Bayi ;
- Pe rsalinan yang Aman

Bayi HIV Positif Bayi HIV Negatif

- Pengobatan ARV;
Perempuan Post - Dukungan Psikologis,
- Pengobatan Infeksi
Partum
HIV Positif Sosial & Perawatan
Oportunistik;
- Bantuan Pemeriksaan
Kesehatan;
- Layanan Support Group
- Perawatan Anak,
Imunisasi;
- Bantuan Finansial; dll
PEMBERIAN ARV UNTUK MENGURANGI PENULARAN
HIV DARI IBU KE BAYINYA
Kondisi Klinis Ibu Rejimen untuk Ibu Rejimen untuk Bayi
5 Odha hamil dengan indikasi Sesuai skenario 4, tetapi lebih baik menggunakan regimen
pengobatan ARV tetapi tidak yang paling efektif dari yang ada
mulai menggunakan ARV
6 Odha hamil dengan TB aktif Bila dipertimbangkan untuk mulai
OAT yang sesuai untuk pengobatan ARV,
perempuan hami l tetap gunakan:
- AZT + 3TC + SQV/r ; atau
diberikan - d 4T + 3TC + SQV/r
Bila pengobatan dimulai pada
trimester III, gunakan :
- AZT + 3TC + EFV ; atau
- d4T + 3TC + EFV
Bila tidak akan m enggunakan
pengobatan ARV , ikuti skenario 4.
7 Odha dalam masa persalinan Untuk ibu yang belum diketahui
yang tidak diketahui status HIV status HIV -nya, bila ada waktu,
tawarkan pemeriksaan dan
konseling, bila tidak, lakukan
pemeriksaan dan konseling
segera setelah persalina n
(dengan persetujuan) dan ikuti
skenario 8.
Bila hasil tesnya HIV positif:
- Berikan NVP dosis tunggal; - NVP dosis tunggal 72
jam pertama
bila persalinan sudah t erjadi
jangan berikan NVP tetapi ikuti
skenario 8
atau atau

Odha yang datang pada saat - AZT + 3TC pada saat persalinan
persalinan tetapi belum pernah dilanjutkan hingga 1 minggu - AZT + 3TC selama 1
mendapatkan pengobatan ARV setelah persalinan minggu
8 Bayi lahir dari Odha yang belum - NVP dosis tunggal
pernah me ndapat obat ARV sesegera
mungkin , ditambah
- AZT selama 1 minggu
(usahakan diberikan
sebelum 2 hari)
ACTG 076 Protocol

Antepartum : AZT 300mg 2x/hr atau 200mg 3x/hr


mg 14 sampai melahirkan

Intrapartum : AZT IV 2mg/kg jam pertama,lalu


1mg/kg/jam sampai melahirkan

Postpartum : AZT syrup 2mg/kg tiap 6 jam


Layanan persalinan yang optimal
➢ Tindakan persalinan pada ibu hamil HIV (+) 🡪
operasi sesar terencana pd UK 38 mg mengurangi
transmisi 50-80%.
➢ Keputusan SC terencana tergantung individual
➢ Hindari ketuban pecah > 4 jam.
➢ Hindari episiotomi, forceps.
➢ Pembersihan vagina sebelum dan selama
persalinan.
Metode Persalinan

•Seksio sesar : • Pervaginam :


•Tidak konsumsi • Ibu minum ARV
ARV teratur > 6 bulan
•Kadar virus tinggi • Kadar virus
atau tidak diketahui rendah/ minimal
•Indikasi obstetrik • Ketuban pecah dini
Kewaspadaan Standar
DILAKUKAN PADA SEMUA
PENATALAKSANAAN PERSALINAN
•Cuci tangan
•Penggunaan alat pelindung diri untuk mencegah transmisi
infeksi melalui cairan
•Penanganan alat medis tajam, baik dalam penggunaan, serah
terima, penyimpanan maupun pembuangan sebagai limbah
medis
•Penerapan budaya aman dalam kamar operasi dan kamar
bersalin
Penatalaksanaan Persalinan

Seksio sesarea elektif


• Metode persalinan yang memiliki risiko
transmisi terkecil
• Akan mengurangi risiko penularan HIV sebesar
50-66%

Persalinan pervaginam
• Risiko penularan meningkat jika terjadi
Ketuban Pecah Dini
• Bila terjadi KPD 4 jam atau lebih
Informasi saat konseling

Metode Keuntungan Kerugian

• Lama perawatan ibu


Seksio sesarea • Risiko penularan rendah
• Perlu fasilitas & sarana pendukung
elektif • Terencana
• Biaya mahal

• Risiko penularan tinggi


• Mudah dilakukan di sarana
Per vaginam kesehatan terbatas (kecuali bila ibu minum ARV
teratur 6 bulan atau VL tidak
• Biaya murah
terdeteksi)
Strategi IV: MTCT Plus
Menyediakan Perawatan dan Dukungan kepada
Wanita terinfeksi HIV dan keluarganya
Perawatan Medis Dukungan Psikososial
• VCT • Konseling
• Terapi profilaksis • Dukungan spiritual
• Terapi IO • Konseling lanjutan
• HAART • Dukungan masyarakat
• Perawatan paliatif
DEWASA, ANAK-
ANAK DAN
KELUARGA YG
MENGALAMI
DAMPAK HIV

Dukungan HAM dan Dukungan sosioekonomis


Hukum: • Dukungan material
• Partisipasi ODHA • micro-credit
• Mengurangi • Dukungan nutrisi
stigma/diskriminasi
Konseling & pemberian makanan bayi

➢ Untuk mengurangi risiko penularan HIV melalui ASI, ibu


HIV (+) dapat memberikan susu formula kepada bayinya
➢ Pada daerah dimana pemberian susu formula tidak
memenuhi persyaratan AFASS (Affordable, Feasible,
Acceptable, Sustainable & Safe), bayi dapat diberikan
ASI eksklusif selama 4-6 bulan,
➢ Pilihan lain ASI melalui manual. Breast pump dan
pasteurisasi 65 der Cel selama 35 menit
➢ Ibu hamil HIV (+) perlu mendapat konseling sehubungan
dg keputusannya untuk menggunakan ASI / susu
formula
Penularan HIV melalui ASI
SERING TERJADI :
●VL ibu yang tinggi
●Penyakit tingkat lanjut
●Defisiensi imun
●Lama pemberian ASI
●Adanya infeksi payudara
●Adanya fissura pada puting susu

Jarang terjadi
●Ibu yang malnutrisi
●ASI dicampur dg susu formula
●Luka pada mulut bayi
ASI vs Susu Formula

Miotti, dkk: ASI meningkatkan risiko transmisi HIV


Usia 0-5 bulan 0,7%/bulan
usia 6-11 bulan 0,6%/bulan
Usia 12-17 bulan 0,3%/bulan
Leroy, dkk: risiko melalui ASI 3,2 per 100 anak-
tahun
Negara maju direkomendasikan menghindari ASI ibu HIV
Negara berkembang ? Sulit dilakukan
kesulitan dana, air dan botol bersih, norma, pengetahuan
ibu <
Keadaan ibu ➲ Odha yang menyusui risiko kematian tinggi
Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada
Ibu dengan HIV
KARENA ADANYA RISIKO MTCT, MAKA PADA DASARNYA ODHA
PEREMPUAN TIDAK DIANJURKAN UNTUK HAMIL.

Pilihan kontrasepsi dan alasannya


• Vasektomi & Tubektomi Bila tidak ingin anak lagi
Dianjurkan untuk kontrasepsi jangka
• AKDR
panjang
• Suntik & Implant Bukan kontra indikasi
• Spons & Diafragma Kurang efektif
Tidak dianjurkan sebagai alat kontrasepsi
• Kondom tetapi berfungsi sebagai pencegahan IMS /
HIV
PENANGANAN INFEKSI VIRUS
CORONA (COVID-19) PADA
MATERNAL (HAMIL, BERSALIN
DAN NIFAS) DALAM MASA NEW
NORMAL
PENDAHULUAN

•Dilaporkan pertama kali pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China.

•Disebut juga Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2


(SARS- CoV-2)

•Sejak awal Maret 2020 COVID-19 sudah dinyatakan menjadi pandemi


global oleh WHO.
PERMASALAHAN

•Penyebaran yang sangat cepat dan transmisi antar manusia dari COVID-19. (Ro =
2,5)

•Perubahan dan update pedoman nasional terkait COVID-19 pada ibu hamil mengikuti
kondisi terkini sesuai dengan scientific evident.

•Tidak semua FKTP & FKRTL memiliki SDM dan fasilitas kesehatan yang sama
dalam mengelola maternal dengan covid-19

•Ada wilayah dengan penemuan kasus yang masih tinggi sementara ada wilayah
dengan kasus tergolong relatif stabil dan terkendali.

•5.Ketersedian pemeriksaan swab masih terbatas, tidak tersedia disemua fasilitas


kesehatan dengan biaya yang cukup mahal dan belum cepat hasilnya.
SPEKTRUM KLINIS
VIRAL CYCLE AND PREGNANCY
Efek COVID-19 dalam Kehamilan

RCOG, 2020 :
•Kehamilan dan persalinan tidak meningkatkan risiko infeksi

•Perubahan sistem imun fisiologis pada ibu hamil, berhubungan dengan gejala
infeksi COVID-19 yang lebih berat.

•Kebanyakan ibu hamil hanya mengalami gejala cold/flu-like symptoms derajat


ringan – sedang

•> 90% tidak memerlukan terminasi kehamilan

•Risiko meningkat pada kehamilan dengan komorbid


PENGARUH COVID-19 ➢ FETUS

Kesimpulan:
•Berdasarkan data yang terbatas, tidak ada bukti transmisi COVID-19
dari ibu ke janin. (Maret 2020)

•Ibu hamil mungkin berisiko tinggi mengalami komplikasi saluran nafas


yang lebih berat.

•Temuan menunjukkan bahwa, kemungkinan transmisi vertikal


COVID-19 semakin banyak dilaporkan. (April 2020)
PENGARUH COVID-19 ➢ FETUS

•Salah satu kemungkinan teori dibalik rendahnya transmisi vertikal


adalah kurangnya ekspresi angiotensin-converting enzym 2 (ACE-2)
receptor di berbagai jenis sel yang berbeda di antara maternal-fetal
interface.

•ACE 2 receptor sebagai kendaraan SARS-CoV-2 untuk masuknya.

•Adanya transmisi transplasenta tidak bisa disingkirkan.


Skrening & Diagnosis Covid-19 pada Maternal

•Skrining Universal pada semua ibu hamil yang akan melahirkan perlu dilakukan secara
rutin

•Gold standard diagnosis Covid-19♋̀RT-PCR nasopharing & oropharyngeal swab

•Jika tidak dapat dilakukan universal swab maka bisa diganti dengan metode skrining lain

•Metode skrining: gejala klinis, riwayat kontak/perjalanan, rapid test, darah lengkap
(limfopenia, NLR > 5.8), dan CT scan atau foto thoraks

•Dari skrining dapat dikategorikan pasien suspek atau non covid

•Kasus suspek perlu dilakukan tes diagnostic RT-PCR


ASUHAN ANTENATAL

•Ibu hamil disarankan untuk melanjutkan asuhan antenatal rutin dengan


beberapa modifikasi

•Rekomendasiminimalkonsultasitatapmuka selama kehamilan 6x


(TM 1: 1x, TM 2: 2x, TM 3: 3x). Jika diperlukan dapat melakukan
konsultasi telemedicine (telpon/video call) di luar jadwal yang telah
ditentukan

•Suplementasi asam folat, kalsium, vitamin D dan besi tetap diberikan


sesuai dengan rekomendasi nasional
ASUHAN ANTENATAL
PERSALINAN

•Penilaian saat admisi sesuai standar: beratnya covid, tanda vital, &
kesejahteraan janin

•Kasus konfirmasi dirawat di ruang isolasi ♋̀tim multidisiplin

•Pengawasan saturasi oksigen ibu

•Minimalkan jumlah staf dalam ruangan

•Apabila memungkinkan , continuous NST


Rekomendasi metoda persalinan
MASA NIFAS
Komplikasi pada Masa Nifas

1.Pembengkakan payudara
•Terjadi pada hari ke-2 dan ke-4 setelah
melahirkan pada ibu yang tidak menyui atau
setiap saat ketika memberi ASI dihentikan.

•Tindakan konservatif pemakaian bra yang


ketat, kantung es, analgesik)biasanya efektif.
Bromokriptin dapat diindikasikan dalam kasus
yang membandel
2. Mastitis
•Mastitis adalah infeksi regional pada parenkim payudara,
biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus.

•Tidak umum terjadi, >50% kasus terjadi pada primipara

•Mastitis merupakan diagnosis klinis yang disertai demam,


menggigil, dan eritema payudara fokal unilateral, edema dan
kepekaan. Biasanya terjadi pada minggu ke-3 dan k3-4 masa
nifas.

•Pengobatan: mengatasi sumbatan duktus(dengan melanjutkan


pemberian ASI atau pemompaan ASI), peredaan gejala, dan
pemberian antibiotik oral (biasanya flukloksasilim). Sebanyak
10% ibu akan mengalami abses yang mengharuskan dilakukannya
drainase dengan pembedahan
3. Endometritis
•Endometritis merupakan infeksi polimikroba pada endometrium yang seringkali menyerang miometrium yang ada
dibawahnya.

•Insidensi : <5% setelah persalinan per vaginam, tetapi 5 sampai 10 kali lebih tinggi setelah persalinan melalui bedah sesar

•Faktor resiko: persalinan dengan bedah sesar, ketuban pecah memanjang, pemeriksaanvagina berulang-ulang,
pengangkatan plasenta secara manual dan pemantauan janin internal.

•Endometritis merupakan diagnosis klinis yang ditandai oleh demam, kepekaan uterus, sekret vagina purulen yang berbau
tidak enak, dan atau peningkatan jumlah perdarahan per vaginam. Kondisi ini paling sering terjadi pada hari ke-5 sampai
hari ke-10 setelah persalinan.

•Pengobatan: antibiotik spektrum luas (sampai pasien membai secara klinis dan tidak mengalami demam selama 24-48
jam) dan dilatasi serta kuretase (jika dicurigai adanya hasil konsepsi yang tertinggal).

•Komplikasi: abses, tromboflebitis panggul septik.


4. Fasiitis nekrotikans

•Kondisi merupakan infeksi nekrotik pada fasia superfisial yang menyebar secara cepat
di bagian jaringan dinding abdomen, bokong dan atau paha yang mengarah ke
septikemia dan kegagalan sirkulasi.

Angka kematian ibu akibat kondisi ini mencapai 50%.

•Dignosis : edema pada kulit, perubahan warna menjadi biru-cokelat, atau gangren yang
jelas dengan hilangnya sensasi atau hiperestesia.

•Terapi: diagnosis dini, antibiotik, permbersihan secara agresif dengan pembedahan.


terima kasih

Anda mungkin juga menyukai