MATERI Pertemuan 10

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

H A N PR I ME R, S EK U N D E R ,

PENCE GA
TERSIER K L I E N D E N G A N
PENYALAH GU N A A N N A P Z A
H, S.K EP ., NE RS., M.K E P.
NURIDHA FAUZIYA
• HTTPS://BABELPROV.GO.ID/CONTENT/GUBERNUR-SERUKAN-KEPADA-PARA-SISWA-UNTUK-HINDARI-
NAPZA-DAN-CEGAH-PEMAKAIAN-OBAT-TERLARANG
NAPZA
Napza adalah singkatan dari
narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya, meliputi zat alami atau
sintetis yang bila dikonsumsi
menimbulkan perubahan fungsi fisik
dan psikis, serta menimbulkan
ketergantungan (bnn, 2009).
NAPZA
napza (narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif) adalah zat yang apabila masuk
ke dalam tubuh manusia akan
mempengaruhi system saraf pusat (spp)
sehingga menimbulkan perubahan
aktivitas mental, emosional, dan perilaku
penggunanya dan sering menyebabkan
ketagihan dan ketergantungan terhadap
zat tersebut (hidayat, 2005).
• narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun bukan
sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran
dan hilangnya rasa.

• berdasarkan undang-undang no.35


tahun 2009, jenis narkotika dibagi ke
dalam 3 kelompok, yaitu
1. narkotika golongan i,
2. golongan ii, dan
3. golongan iii.
NARKOTIKA
• narkotika golongan i adalah: narkotika yang paling berbahaya daya adiktifnya sangat tinggi.
golongan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian
atau ilmu pengetahuan. contohnya ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan lain-lain.

• narkotika golongan ii adalah: narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat
untuk pengobatan dan penelitian. contohnya adalah petidin dan turunannya, benzetidin,
betametadol, dan lain-lain.

• narkotika golongan iii adalah: narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat
untuk pengobatan dan penelitian. contohnya adalah kodein dan turunannya.
PSIKOTROPIKA
• psikotropika adalah zat atau obat bukan
narkotika, baik alamiah maupun sintetis, yang
memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
normal dan perilaku.

• psikotropika adalah obat yang digunakan oleh


dokter untuk mengobati gangguan jiwa
(psyche)
PSIKOTROPIKA
• undang-undang no.5 tahun 1997 psikotropika 4 golongan, yaitu :
• golongan i adalah: psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya
untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya. contohnya adalah mdma, ekstasi, lsd, dan stp.

• golongan ii adalah: psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian. contohnya adalah amfetamin, metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.

• golongan iii adalah: psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian. contohnya adalah lumibal, buprenorsina, fleenitrazepam,

• golongan iv adalah: psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian. contohnya adalah nitrazepam (bk, mogadon, dumolid), diazepam, dan lain- lain.
BAHAN/ZAT ADIKTIF
• golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain
narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan
ketergantungan. contohnya: rokok, kelompok alkohol
dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan

• zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton,


cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan dicium,
dapat memabukkan.
PENYALAHGUNAAN NAPZA
• sebetulnya napza banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya
menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit. tetapi karena efeknya “enak” bagi
pemakai, maka napza kemudian dipakai secara salah, yaitu bukan untuk pengobatan
tetapi untuk mendapatkan rasa nikmat.

• penyalahgunaan napza adalah penggunaan napza yang bersifat patologis, paling sedikit
telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga menimbulkan gangguan dalam
pekerjaan dan fungsi social.

• penyalahgunaan napza secara tetap ini menyebabkan pengguna merasa


ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebabkan kerusakan fisik (sumiati,
2009).
Ket.
Ket. Fisik
KETERGANTUNGAN Psikologis
• menurut pasal 1 uu ri no.35 tahun 2009 Gejala putus zat.
ketergantungan adalah kondisi yang
mengalami
ditandai oleh dorongan untuk kerinduan yang
menggunakan narkotika secara terus- Perubahan nafsu makan
sangat kuat untuk
menerus dengan takaran yang Perubahan suasana hati menggunakan
(mood), cepat marah NAPZA tersebut
meningkat agar menghasilkan efek yang walaupun ia tidak
Hidung tersumbat atau
sama dan apabila penggunaannya hidung berair mengalami gejala
dikurangi dan/atau dihentikan secara Mudah lelah dan nyeri fisik
tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan otot
psikis yang khas. Mual dan muntah
Merasa gelisah
Tubuh gemetar
Sulit tidur
DAMPAK PENYALAHGUNAAN NAPZA
•MENURUT ALATAS (2010), PENYALAHGUNAAN NAPZA
AKAN BERDAMPAK SEBAGAI BERIKUT:
• TERHADAP KONDISI FISIK
• TERHADAP KEHIDUPAN MENTAL EMOSIONAL
• TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL
DAMPAK FISIK

Ganja: pemakaian lama Kokain: bisa terjadi aritmia Alkohol: menimbulkan banyak
menurunkan daya tahan jantung, ulkus atau perforasi komplikasi misalnya gangguan
sehingga mudah terserang sekat hidung, jangka panjang lambung, kanker usus,
infeksi. Ganja juga terjadi anemia dan turunnya gangguan hati, gangguan pada
memperburuk aliran darah berat badan. otot jantung dan saraf,
koroner. gangguan metabolisme, cacat
janin dan gangguan seksual.
DAMPAK MENTAL EMOSIONAL

• Intoksikasi alkohol atau sedatif-hipnotik menimbulkan perubahan pada kehidupan


mental emosional yang bermanifestasi pada gangguan perilaku tidak wajar.

• Pemakaian ganja yang berat dan lama menimbulkan sindrom amotivasional.


• Putus obat golongan amfetamin dapat menimbulkan depresi sampai bunuh diri
DAMPAK MENTAL SOSIAL

• Intoksikasi alkohol atau sedatif-hipnotik menimbulkan perubahan pada kehidupan


mental emosional yang bermanifestasi pada gangguan perilaku tidak wajar.

• Pemakaian ganja yang berat dan lama menimbulkan sindrom amotivasional.


• Putus obat golongan amfetamin dapat menimbulkan depresi sampai bunuh diri
UPAYA PENCEGAHAN
• Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan.

• Prefentif secara etimologi berasal dari bahasa latin, prevenire yang artinya dating sebelumatau mengantisipasi atau
mencegah untuk tidak terjadi sesuatu.

• Dalam pengertian yang sangat luas prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja yang dilakukan untik mencegah
terjadinya gangguan, kerugian bagi seseorang atau masyarakat

• Siregar, harahap, & aidha, (2020)


FIVE LEVEL OF PREVENTION
1. HEALTH PROMOTION
• Health promotion atau promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan
dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk
memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan (lawrence green,
1984)

• Promosi kesehatan adalah tahapan yang paling pertama, dalam upaya pencegahan penyakit.
Promosi kesehatan merupakan proses memberikan informasi kesehatan agar masyarakat mau
dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatanya.

• Tujuan dari promosi kesehatan adalah agar masyarakat mau merubah prilakunya yang tadinya
berperilaku tidak sehat menjadi berperilaku sehat.
PREVENTION
Tindakan pencegahan penyakit dibagi menjadi tiga tingkatan sesuai dengan perjalanan penyakit, yaitu:

• Pencegahan primer (primary prevention), yang dilakukan dalam fase ‘pre-patogenesis’ sebelum
proses itu terjadi

• Pencegahan sekunder (secondary prevention), di mana proses penyakit sudah mulai memasuki fase
‘patogenesis’ tapi masih dalam tahap ringan dan belum nyata

• Pencegahan tersier (tertiary prevention), di mana dalam fase ‘patogenesis’ tersebut proses penyakit
sudah nyata dan berlanjut dan mungkin dalam taraf sudah akan berakhir (sembuh, menahun,
kelainan yang menetap atau kematian) (Eliana & Sumiati, 2016)
PRIMARY PREVENTION
• Tahap ‘pencegahan primer’ diterapkan dalam fase ‘pre-patogenesis’, yaitu pada keadaan di mana
proses penyakit belum terjadi atau belum mulai. Dalam fase ini meskipun

• Proses penyakit belum mulai tapi ke 3 faktor utama untuk terjadinya penyakit, yaitu ‘agent’, ‘host’
dan ‘enviroment’ yang membentuk konsep ‘segitiga epidemiologi’ selalu akan berinteraksi yang
satu dengan lainnya dan selalu merupakan ancaman potensial untuk sewaktu-waktu mencetuskan
terjadinya ‘stimulus’ yang akan memicu untuk mulainya terjadi proses penyakit dan masuk
kedalam fase ‘patogenesis’.

• Tahap ‘pencegahan primer’ terbagi menjadi dua sub-tahap yaitu ‘healt promotion’ (pembinaan
kesehatan) dan ‘specific protection’ (perlindungan khusus).
1. Tahap health promotion

• Tujuan utamanya adalah untuk pembinaan atau memajukan (to promote) kesehatan secara umum dan
kesejahteraan hidup individu atau kelompok masyarakat.

• Sebagian besar upaya-upaya tersebut mungkin dapat dicapai melalui ‘pendidikan’ atau ‘penyuluhan’
(komunikasi, informasi dan edukasi), sebagian melalui kegiatan-kegiatan bersama dilapangan, melalui
organisasi atau perkumpulan yang teratur dan terencana (organized & structured) dan sebagian melalui
kegiatan berkategori ‘santai’ dan ‘bebas’.

• Leavell dan Clark menyebutkan beberapa bentuk kegiatan yang termasuk ‘Lealth Promotion’ dan yang
sudah banyak dikembangkan dan sudah tercakup atau terintegrasi dalam berbagai bentuk program
pelayanan kesehatan yang umumnya termasuk kategori ‘primary health care’ maupun ‘basic health
services’ seperti :

• Pendidikan/penyuluhan kesehatan, kondisi kerja yang baik, makanan bergizi, keturunan dan KB,
perkembangan kepribadian, nasehat perkawinan, perumahan sehat, pemeriksaan berkala, rekreasi dan
olah raga
• 2. Specific prtection
• Tahap ini biasanya dimaksudkan sebagai arti ‘pencegahan’ sebagaimana kepada jenis
penyakit atau masalah kesehatan tertentu.

• Biasanya sasarannya adalah individu atau kelompok masyarakat yang berisiko tinggi
(high risk group) terhadap suatu penyakit tertentu.

• Bentuk kegiatan yang termasuk ‘specific protection’ antara lain:


• Imunisasi khusus, perlindungan terhadap kecelakaan, hygiene/kebersihan perorangan,
pemberian makanan khusus, perlindungan tumbuh kembang anak, perlindungan
terhadap karsinogen, sanitasi/kesehatan lingkungan, perlindungan terhadap allergen,
perlindungan terhadap penyakit akibat kerja
SECONDARY PREVENTION
• Upaya pencegahan pada tahap ini berbentuk ‘diagnosis dini dan pengobatan langsung’ (early
diagnosis & prompt treatment). Tahap ini sudah dalam fase ‘patogenesis’ tapi masih pada awal dari
proses penyakit yang bersangkutan (dalam masa inkubasi dan mulai terjadi perubahan anatomis dan
fungsi faaliah, tapi belum menimbulkan keluhan-keluhan, gejala-gejala atau tanda-tanda yang secara
klinis dapat diamati oleh dokter atau penderita sendiri; fase sub-klinis yang masih berada di bawah
‘clinical horizon’)

• Tujuan utama pencegahan pada tahap ini adalah :


• 1) mencegah tersebarnya penyakit ke orang lain dalam masyarakat, terutama pada penyakit menular
• 2) untuk bisa mengobati dan menghentikan berkembangnya penyakit menjadi lebih berat, atau
membatasi ‘disability’ dan agar tidak timbul komplikasi, cacat berubah jadi menahun

• 3) membatasi atau mengehentikan perjalanan / proses penyakit dalam fase dini


• Dalam epidemiologi dan program-program pemberantasan penyakit menular di
masyarakat dikenal upaya-upaya seperti berikut ini:

• 1) upaya penemuan kasus (case finding), baik secara aktif maupun pasif
• 2) screening, naik masal maupun selektif, dan kadang terhadap dasar-dasar ilmu
kesehatan dalam kebidanan

• 3) pemeriksaan khusus dan berkala (periodic selective examination) teruatam tertuju


kepada kelompok tertuju kepada risiko tinggi (selective high risk group)
TERTIERY PROTECTION
• Tahap ini sudah masuk dalam fase ‘patogenesis’ yang secara klinis penyakitnya sudah
nyata dan mungkin sudah lanjut (advanced diseases), atau sebaliknya proses penyakit
dari ‘host’ justru terbalik ke fase penyembuhan (reconvalesence) dan memasuki tahap
pemulihan (rehabilitation)

• Yang termasuk tahap pencegahan tersier adalah


• 1. ‘Disability limitation’ (membatasi ketidakmampuan) dan
• 2. ‘Rehabilitation’ (pemulihan)
Tahap disability limitation
• Biasanya orang tidak akan mengkategorikan ‘disability limitation’ sebagai tindakan
pencegahan lagi karena penyakitnya sudah nyata bahkan mungkin sudah lanjut. Istilah
pencegahan di sini mungkin dapat diartikan sebagai tindakan agar penyakit tidak
berlanjut dan berkembang menjadi lebih parah, dan bila penyakit tersebut sudah
• Dalam stadium lanjut dan parah, maka tindakan pencegahan dapat diartikan agar tidak
menjadi menahun atau berakibat cacat yang menetap, dan akhirnya dapat juga
diartikan sebagai tindakan untuk ‘mencegah’ kematian. ‘Medis-kuratif’

Tahap rahebilytation
• Tindakan ‘pencegahan’ tahap akhir ini merupakan tindak lanjut setelah penderita
berhasil melalui masa ‘diability’ atau ketidakmampuannya dan masuk dalam proses
penyembuhan. Pengertian sembuh
• Penyempurnaan cara pengobatan serta perawatan lanjut
• B. Rehabilitasi sempurna setelah penyembuhan penyakit (rehabilitasi fisik dan mental)
• C. Mengusahakan pengurangan beban sosial penderita, sehingga mencegah
kemungkinan terputusnya kelanjutan pengobatan serta kelanjutan rehabilitasi dan
sebagainya
PENCEGAHAN PRIMER
PENYALAHGUNAAN NAPZA

• Pencegahan primer atau pencegahan dini yang ditujukan kepada mereka, individu,
keluarga, kelompok atau komunitas yang memiliki risiko tinggi terhadap
penyalahgunaan NAPZA, untuk melakukan intervensi agar individu, kelompok, dan
masyarakat waspada serta memiliki ketahanan agar tidak menggunakan NAPZA. Upaya
pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat menghabat
proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik

• Pendidikan/penyuluhan kesehatan, kondisi kerja yang baik, makanan bergizi,,


perkembangan kepribadian, pemeriksaan berkala, rekreasi dan olah raga
PENCEGAHAN SEKUNDER
PENYALAHGUNAAN NAPZA
• Pencegahan sekunder ditujukan pada kelompok atau komunitas yang sudah
menyalahgunakan NAPZA. Dilakukan pengobatan agar mereka tidak menggunakan
NAPZA lagi. Contoh :

• A. Melakukan general check up rutin pada tiap individu


• B. Melakukan berbagai survey. Contoh: survey sekolah, rumah tangga dalam rangka
pemberantasan penyakit menular; penyalahgunaan napza

• C. Pengawasan obat-obatan, termasuk obat terlarang yang diperdagangkan bebas.


Contoh: narkotika, psikofarmaka, dan obat-obat bius lainnya
PENCEGAHAN TERSIER
PENYALAHGUNAAN NAPZA

• Pencegahan tersier ditujukan kepada mereka yang sudah pernah menjadi


penyalahguna NAPZA dan telah mengikuti program terapi dan rehabilitasi untuk
menjaga agar tidak kambuh lagi. Sedangkan pencegahan terhadap penyalahguna
NAPZA yang kambuh kembali adalah dengan melakukan pendampingan yang dapat
membantunya untuk mengatasi masalah perilaku adiksinya, detoksifikasi, maupun
dengan melakukan rehabilitasi kembali.
TERIM A K ASI H

Anda mungkin juga menyukai