Adaptasi Psikologis Nifas

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

PROSES

ADAPTASI
PSIKOLOGIS
MASA NIFAS
A.Perubahan Psikologi
Adaptasi psikologi ibu nifas
melalui tahapan seperti yang
dikemukakan oleh Reva Rubin
(1963), yaitu :
1. Fase Taking-In
2. Fase Taking – Hold
3. Fase Letting Go
Fase Taking - In
Masa ketergantungan  1-2 hari PP
Dalam memenuhi kebutuhannya ibu sangat
tergantung pada orang lain  bersikap pasif
Segala sesuatu berfokus pada diri sendiri
Terkenang pengalaman saat melahirkan
Kebutuhan  istirahat & makan
Gangguan Psikologi yang mungkin dirasakan ibu :
► Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa
yang diinginkan tentang bayinya.
► Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan
fisik yang dialami ibu.
► Rasa bersalah karena belum bisa menyusui
bayinya.
► Suami/keluarga yang mengkritik ibu tentang
cara perawatan bayinya.
Fase Taking - Hold
Masa ketergantungan  hari ke-3 s/d 10
PP
Fokus perhatian mulai meluas pada
bayinya
Mandiri dalam perawatan diri sendiri
Terbuka dalam menerima nasehat 
perawatan diri & bayinya
Saat terbaik memberikan konseling
Tenaga ibu meningkat & merasa nyaman
Fase Letting Go

Meningkatnya kemandirian
dalam perawatan diri dan
bayinya
Ibu sibuk dengan tugas-tugas
sebagai IRT
B.Post Partum Blues
Dapat diartikan sebagai “ kemurungan
sehabis melahirkan bayi “, berlangsung
kira-kira hari ke-3 s/d 5 PP.
1. Dasar-dasar fisiologis yang mempengaruhi
terjadinya post partum blues :
Perubahan hormonal yang cepat  laktasi
 emosi menjadi labil
Ketidak nyamanan fisik : after pain,nyeri
laserasi,pembesaran payudara,kurang
tidur.
Kehilangan fisik yang nyata setelah
melahirkan  rasa duka cita
Psikologis  pemisahan wanita dari
keluarga & bayinya
komentar & prilaku  kritik  perasaan
tidak aman/ketidakmampuan dalam
peranya sebagai seorang ibu
► Faktor umur dan paritas (jumlah anak)
► Pengalaman dalam proses kehamilan dan
persalinan
► Latar belakang psikologi wanita yang
bersangkutan seperti :tingkat pendidikan,
status perkawinan, kehamilan tidak
diinginkan, gangguan kejiwaan sebelumnya,
sosial ekonomi
► Kecukupan dari lingkungannya. Ingat
SURGA!!!!!
► Perubahan peran sebagia istri dan ibu
► Problem anak
2. Tanda dan Gejala
 Emosi yang labil  Emosional
 Sedih, khawatir, cemas, mudah tersinggung
 Merasa kehilangan semangat & mudah marah
 Sedih tanpa sebab, menangis berulang kali
 Cenderung menyalahkan diri sendiri
 Gangguan tidur dan nafsu makan  kelelahan
 Mood mudah berubah,perasaan bersalah,
perasaan terjebak (marah pada pasangan dan
bayinya)
 Sangat pelupa
3. Penanganannya
1. Lakukan rawat gabung (Rooming In)
2. Kontak segera, terus menerus serta
kedekatan fisik dengan bayinya
3. Pastikan ada yang menemani ibu &
bayinya selama beberapa hari/minggu
4. Beri kesempatan ibu u/bertanya &
menceritakan apa yang terjadi selama
proses persalinan
5. Biarkan ibu mengungkapakan apa yang
dirisaukannya
6. Beri dukungan/dorongan pada ibu
untuk merawat bayinya  puji & ajar
7. Libatkan ibu dlm perawatan bayinya
8. Gunakan obat-obat/jamu/upacara
tradisional atau sesuai kepercayaan
setempat
9. Belajar tenang (tekhnik relaksasi)
10.Berolahraga ringan
11.Bergabung dengan kelompok ibu-ibu
baru
C.Depresi Masa Nifas
Post Partum blues tidak tertangani dengan baik
 depresi nifas
Tanda dan Gejala :
Tidak bisa tidur, tidak nafsu makan
Merasa tidak mampu merawat diri dan bayinya
Berfikir u/mencederai diri dan bayinya
Halusinasi tdk berfikir jernih
Perilaku aneh
Menolak bayi yang dilahirkannya
Penanganannya :
1. Dukungan keluarga dan lingkungan
sekitar.
2. Memerlukan pengobatan khusus 
rujuk ke ahli psikiatri (psikiater)
3. Kolaborasi dgn dokter untuk
pemberian anti dapresan
4. Pasien dengan percobaan bunuh
diri sebaikany tidak tinggal
sendirian di rumah
5. Jika diperlukan lakukan perawatan RS
6. Tidak dianjurkan untuk rooming
in/rawat gabung dengan bayinya
Interaksi yang menyenangkan, misalnya:

1. Sentuhan pada tungkai dan muka bayi


secara halus dengan tangan ibu.
2. Sentuhan pada pipi
3. Tatapan mata bayi dan ibu
4. Tangisan bayi
Ikatan ibu dan bayi bisa tertunda karena :

1. Prematuritas
2. Bayi atau ibu sakit
3. Cacat fisik
B. Respon Ayah dan Keluarga
IBU
Jam pertama PP saat yg peka bagi ibu
 kontak yg erat dgn bayi 
mempermudah proses penjalinan
hubungan batin
Tanpa memandang umur,paritas & status
perkawianan  ibu akan memperlihatkan
tingkah laku dgn menyentuh bayi,
merangkul & berbicara u/mengomentari
Emosi ibu kadang bercampur baur.Untuk
memperlihatkan kegembiranan/kebahagian 
tertawa,berbicara bahkan menangis,
u/memperlihatkan kekecewaan tidak ingin
menyentuh bayinya
Sebagian ibu ingin segera menyusui bayinya,
sebagian lagi tidak ingin menyentuh bayinya
yang belum dimandikan,masih basah dan
kadang masih berlumur darah.
AYAH
Ayah akan merasakan kepuasan/bangga yang
mendalam, sangat gembira  ingin
menyentuh & menggendong bayinya.
Emosi ayah lebih baik dari ibu jika bayi
tersebut tdk sesuai harapan (cacat,mati atau
jenis kelamin tidak sesuai)  akan berfokus
u/membantu ibu melupakan hal tersebut.
Keluarga lainnya
Akan membantu ibu dalam pemenuhan
kebutuhannya dan bayinya
Respon Positif
• Ayah dan keluarga menyambut kelahiran
bayinya dengan sangat suka cita karena
sebagai anggota baru dalam keluarga
dianggap sebagai anugerah yang sangat
menyenangkan
• Ayah bertambah giat dalam mencari nafkah
karena ingin memenuhi kebutuhan bayinya
dengan baik
• Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam
merawat bayi
• Ada sebagian ayah/keluarga yang lebih
mencintai ibu-ibu yang melahirkan anak yang
telah lama diidam-idamkan
Respon Negatif
• Keluarga/ayah tidak menginginkan kelahiran
bayinya karena tidak sesuai dengan keinginan
• Kurang bahagia dengan kegagalan KB
• Ayah merasa kurang mendapat perhatian dari
istrinya karena semua perhatian dicurahkan
ke bayinya
• Kecemasan dalam membina dan membiayai
kebutuhan hidup keluarga
• Rasa malu ayah/keluarga kepada anaknya
(bayi yang cacat, bayi yang dilahirkan dari
hasil hubungan haram)
C. Sibling Rivally
Kelahiran seorang bayi  perubahan peran
& hubungan dalam keluarga (misal: saudara
kandung/anak yang lebih besar) atau lebih
dikenal dengan “ Sibling RivallY “.

Sibling Rivally adalh kompetisi antara


saudara kandung untuk mendapatkan cinta
kasih, afeksi dan perhatian dari satu atau
kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan
pengakuan atau suatu yang lebih.
Penyebab Sibling Rivally
• Kompetensi (kemampuan) kaitannya dengan
kecemburuan
• Ciri emosional
• Sifat perasa anak seusia 2-3 tahun (apa yang
disenangi adalah miliknya)
• Kelemahan perkembangan (kemampuan
berbahasa, interaksi sosial.
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut
dapat diupayakan hal sbb:
1. Atur jarak kehamilan
2. Masa prenatal  ajak anak u/mengunjungi
klinik, kenalkan calon adiknya lebih awal.
3. Sesudah kelahiran  libatkan dlm
perawatan adiknya,beri penjelasan bahwa
“adik bayi” butuh bantuannya
4. Pembagian peran & tanggung jawab oleh
ibu dan ayah terhadap kasih sayang sang
kakak.
5. Orangtua tidak perlu langsung
campur tangan kecuali jika
terdapat tanda2 akan terjadi
kekerasan fisik.
6. Orangtua harus dapat
memberikan otoritas kepada
anak2 sedemikian rupa
sehingga menyelesaikan
masalah dengan anak2 bukan
unuk anak2
• Cara memisahkan dua anak yang konflik
menjurus ke fisik, tidak boleh menyalahkan
salah satu akan tetapi keduanya dihargai
seakan sama-sam benar.
• Jika anak memperebutkan benda yang
sama (tekhnik pengajaran agar keduanya
dapat menggunakan secara bergantian
secara adil dan menggembirakan)
• Memberi kesempatan pada anak untuk
mengungkapkan apa yang dirasakan
tentang saudaranya.
• Jangan memberikan tuduhan tertentu
tentang negatifnya sifat anak
• Kesabaran dan keuletan serta contoh-
contoh yang baik dari perilaku orangtua
sehari-hari adalah cara pendidikan anak
yang paling bagus
Peran Bidan dalam mengatasi hal ini :
• Membantu menciptakan terjadinya ikatan
ibu dan bayinya dalam jam pertama
sesudah kelahiran
• Memberikan dorongan pada ibu dan
keluarga untuk memberikan respon positif
tentang bayinya, baik melalui sikap
maupun ucapan dan tindakan.

Anda mungkin juga menyukai