Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya
Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya
Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya
PERENCANAAN PEMBEBANAN
JEMBATAN JALAN RAYA
Disampaikan oleh:
Ir. Sigit Maladi, MMT
BAB I
DESKRIPSI
Maksud dan Tujuan
Beban Mati
Beban Hidup
Beban Kejut
Gaya akibat Tekanan Tanah
Beban Sekunder
Beban Angin
Gaya akibat Perbedaan Suhu
Gaya akibat Rangkak dan Susut
Gaya Rem dan Traksi
Gaya akibat Gempa Bumi
Gaya akibat Gesekan pada Tumpuan
Bergerak
Beban Khusus
Gaya Sentrifugal
Gaya Tumbuk pada Jembatan Layang
Gaya dan Beban Selama Pelaksanaan
Gaya Aliran Air dan Tumbukan Benda-
benda Hanyutan
Gaya Angkat
BAB III
PERSYARATAN PELAKSANAAN
Beban Primer (1/5)
(1/5)
Beban Mati
Dalam menentukan besarnya beban mati tersebut, harus
digunakan nilai berat isi untuk bahan-bahan bangunan
tersebut:
Baja tuang, Besi tuang,
Alumunium paduan
Beton bertulang/pratekan,
beton biasa, tumbuk, siklop,
Pasangan batu bata,
Kayu,
Tanah, pasir, kerikil,
Perkerasan jalan beraspal,
Air
Beban Primer (2/5)
(2/5)
Beban Hidup
Macam Beban Hidup
Beban T: beban terpusat untuk lantai kendaraan
Beban D: beban jalur untuk gelagar
Lantai Kendaraan dan Jalur Lalu Lintas
Jalur lalu lintas mempunyai lebar min 2,75 m dan max 3,75 m.
Lebar jalur minimum harus digunakan untuk menentukan beban
D per jalur.
Beban T
Truk yang mempunyai beban roda ganda sebesar 10 ton
Beban D
Beban terbagi rata sebesar q ton per meter panjang per jalur
Beban garis P ton per jalur lalu lintas
Beban Primer (3/5)
(3/5)
Beban Kejut
Untuk memperhitungkan pengaruh getaran-getaran dan
pengaruh dinamis lainnya, tegangan-tegangan akibat beban
garis P harus dikalikan dengan koefisien kejut yang akan
memberikan hasil maksimum.
Koefisien Kejut ditentukan dengan rumus:
K = 1 + 20 / (50 + L)
Dimana:
K = Koefisien kejut
L = Panjang bentang dalam meter
Beban Primer (5/5)
(5/5)
Ketentuan Beban D
Beban hidup per meter lebar jembatan:
Beban terbagi rata : (q ton/m) / (2,75 m)
Beban garis : (p ton) / 2,75 m)
Beban Sekunder (1/3)
Beban Angin
Pengaruh beban angin sebesar 150 kg/m2 pada jembatan
ditinjau berdasarkan bekerjanya beban angin horisontal
terbagi rata pada bidang vertikal jembatan, dalam arah tegak
lurus sumbu memanjang jembatan
Gaya akibat Perbedaan Suhu
Pada umumnya pengaruh perbedaan suhu dapat dihitung
dengan mengambil perbedaan suhu untuk Bnagunan Baja
(300C) dan Bangunan Beton (150C)
Untuk perhitungan tegangan-tegangan dan pergerakan pada
jembatan / bagian jembatan / perletakan akibat perbedaan
suhu dapat diambil nilai Modulus Elastisitas Young (E) dan
koefisien muai panjang ()
Beban Sekunder (2/3)
Gaya Sentrifugal
Konstruksi jembatan yang ada pada tikungan harus
diperhitungkan terhadap suatu gaya horisontal radial yang
dianggap bekerja pada tinggi 1,80 m di atas lantai
kendaraan.
Gaya Tumbuk pada Jembatan Layang
Gaya tumbuk antara kendaraan dan pilar dimaksudkan pada
jembatan-jembatan layang dimana bagian di bawah
jembatan digunakan untuk lalu lintas.
Beban dan Gaya Selama Pelaksanaan
Gaya-gaya khusus yang mungkin timbul dalam masa
pelaksanaan pembangunan jembatan, harus ditinjau dan
besarnya dihitung sesuai dengan cara pelaksanaan pekerjaan
yang digunakan.
Beban Khusus (2/2)
(2/2)
Beban Mati
Beban Mati Primer
Beban mati yang digunakan dalam perhitungan kekuatan
gelagar-gelagar (baik gelagar tengah maupun gelagar
pinggir) adalah berat sendiri pelat dan sistem lainnya yang
dipikul langsung oleh masing-masing gelagar tersebut.
Beban Mati Sekunder
Beban mati sekunder yaitu kerb, trotoir, tiang sandaran, dan
lain-lain, yang dipasang setelah pelat dicor, dan dapat
dianggap terbagi rata di semua gelagar.
Penyebaran Gaya
(Distribusi Beban) (2/2)
(2/2)
Beban Hidup
Beban T
Dalam menghitung kekuatan lantai akibat beban T dianggap
bahwa beban tersebut menyebar ke bawah dengan arah 45
derajat sampai ke tengah-tengah tebal lantai.
Beban D
Dalam menghitung momen dan gaya lintang dianggap
bahwa gelagar-gelagar mempunyai jarak dan kekuatan yang
sama atau hampir sama.
Beban hidup yang diterima oleh gelagar tengah maupun
gelagar pinggir dalam perhitungan momen dan gaya lintang
adalah beban merata dan beban garis
Kombinasi Pembebanan (1/2)