Trematoda Darah (Schistosoma)

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

TREMATODA DARAH

(SCHISTOSOMA)
Trematoda darah adalah salah satu trematoda yang habitatnya di dalam
darah, trematoda darah merupakan trematoda yang termasuk golongan
anhermaprodit (organ genital terpisah). Trematoda darah terdapat 3
spesies penting yang dapat menimbulkan penyakit, diantaranya:
1. Schistosoma Japanium
2. Schistosoma Mansoni
3. Schistosoma heamatobuim
Schistosoma
Japanicum
Nama penyakit : Pada manusia cacing ini menyebabkan penyakit
skistosomiasis atau bilharziasis.
Morfologi : Cacing dewasa jantan berwarna kelabu atau putih
kehitam-hitaman, berukuran 9,5-19,5 mm x 0,9 mm.
badannya berbentuk gemuk bundar dan pada
kutikulumnya terdapat tonjolan halus samai kasar,
tergantung spesiesnya.
Cacing Benita badan lebih halus dan panjang, berukuran
16,0-26,0 mm x 0,3 mm. Pada umunya uterus berisi 50-
300 butir telur. Cacing termatoda ini hidup di pembuluh
darah terutama dalam kapiler darah dan pena kecil dekat
permukaan selaput lender usus atau kandung kemih.
Patologi dan gejala klinis : Perubahan-perubahan yang terjadi disebabkan oleh 3 stadium
cacing ini, yaitu, serkaria, cacing dewasa dan telur. Yang pating
penting adalah yang disebabkam oleh telur.
1. Masa tunas biologik
2. Stadium akut
3. Stadium manahun
Diagnosis : Diagnosis dibuat dengan menemukan telur didalam tinja, urine atau jaringan
biopsy. Reaksi serologi dapat membantu menegkkan diagnosis.

Pengobatan : Ada beberapa obat yang memengaruhi cacing dewasa ini menghambat
system enzim tertentu, seperti pesenyawaan antimony trivalent yang
menghambat system enzim fosfofruktokinase S.mansoni, sehingga cacing
tersebut tidak dapat memanfaatkan glikogen.

Epidemiologi : Penyakit skistomiasis atau bilharzasis merupakan masalah kesehatan di


berbagai Negara. Penyakit ini berhubungan erat dengan pertanian yang
mendapat air dari irigasi. Infeksi biasanya berlangsung pada waktu orang
bekerja di sawah.
Schistosoma Mansoni
Nama penyakitnya: Pada manusia cacing ini menyebabkan skistosomiasis
usus.
Distribusi geografi: Cacing ini ditemukan di Afrika, berbagai Negara Arab
(Mesir), Amerika Selatan dan Tengah.
Morfologi: Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1 cm dan yang
betina kira-kira 1,4 cm.
Patologi dan gejala klinis: Kelainan dan gejala yang ditimbulkan sama
seperti S.japonicum, akan tetapi lebih ringan.
Pada penyakit ini splenomegali dilaporkan dapat
menjadi berat sekali.
Diagnosis, pengobatan, prognosis dan epidemiologi sama seperti
S.japonicum.
 
Schistosoma heamatobuim
Nama penyakitnya: Cacing ini menyebabkan skistosomiasis kadung kemih.
Baboon dan era lain dilaporan sebagai hospes reservoir.
Distribusi geografik: Cacing ini ditemukan di Afrika, Spayol dan diberbagai
Negara (Timur Tengah, lembahNil) tidak ditemukan di
Indonesia.
Morfologi: Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,3 cm dan yang betina
kira-kira 2,0 cm. hidupnya di vena panggul kecil, terutama di vena
kandung kemih. Telur ditemukan di urin dan alat-alat dalam lainya,
juga di alat kelamin dan rectum.
Patologi dan gejala klinis: Kelainan terutama ditemukan pada dingding kadung
kemih. Gejala yang ditemukan adalah hematuria dan dysuria bila
terjadi sistitis. Sindrom disentri ditemukan bila terjadi kelainan di
rectum.
Diagnosis, pengobatan, prognosis dan epidemiologi: Sama seperti pada
skestosomiasis lainnya, hanyanpada penyakit ini telur ditemukan di
dalam urin.
TERMATODA PARU
Nama penyakit: Pada manusia parasite ini menyebabkan paragonimiasis.
Penyebaran geografik: Cacing ini ditemukan di RRC, Taiwan, Korea, Jepang,
Filipina, Vietnam, Thailand, India, Malaysia, Afrika, dan
Amerika Lati.
Morfologi: Cacing dewasa hidup dalam kista di paru. Bentuknya bundar
lonjong menyerupai biji kopi, dengan ukuran 8-12x4-6 mm
dan berwarna coklat tua.
Patologi dan gejala klinis: Karenanya cacing dewasa berada di dalam kista
diparu. Maka gejala dimulai dengan adanya batuk kering
yang lama-kelamaaan menjadi batuk darah.
Diagnose: Dengan cara menemukan telur dalam sputum atau cairan pleura.
Pengobatan: Prazikuantel dan bitionol merupakan obat pilihan.
Epidemiologi: Penyakit ini berhubungan erat dengan kebiasaan makan
ketam tidak dimasak dengan baik.
CESTODA
Cestoda adalah nama yang diberikan untuk kelas cacing pipih
parasite, dari filum Platyhelminthes. Spesies yang terkenal biasa disebut
cacing pita. Cacing pita termasuk subkelas cestoda, kelas cestoidea,
filum platyhelminthes. Cacing dewasanya menempati saluran usus
vertebrata dan larvanya hidup dijaringan vertebrata dan interbrata.
Menusia merupakan hospes cestoda ini dalam bentuk:
1. Cacing dewasa
2. Larva
Sifat-sifat umum:
1. Skoleks
2. Leher
3. Strobila
Diphyllobotrhium latum
Sejarah: Sejak tahun 1602moleh plater di Switzerland.
Nama penyakit: Difilobotriasis.
Distribusi geografik: Parasit ini ditemukan di Amerika, Kanada, eropa, daerah danau di swis,
rumania, tukestan, israel, mancuria, jepang, afrika, malagasi dan siberia.
Morfologi: Cacing dewasa yang keluar dari usus manusia berwarna gading, panjangnya dapat
sampai 10m dan terdiri dari 3000-4000 buah proglotid, tiap proglotid mempunyai alat kelamin
jantan dan betina yang lengkap.
Patologi dan gejala klinis: Gejala berat, mungkin hanya gelaja saluran cerna seperti diare, tidak
nafsu makan, dan tidak enak di perut.
Diagnosis: Dengan menemukan telur atau proglotid nyang dikeluarkan dalam tinja.
Pengobatan: Penderita diberikan obat atabrin dalam keadaan perut kosong, disertai pemberian Na-
bikarbonas, dosis 0,5gr.
Epidemiologi: Penyakit ini di Indonesia tidak ditemukan tetapi banyak dijumpai di negara-negara
yang banyak makan ikan salem mentah atau kurang matang.
 
Sparganosis

Daur hidup: Dalam tubuh manusia sparganum dapat mengembara diotot dan fasia, akan
tetapi larva ini tidak dapat menjadi dewasa.
Patologi dan gejala klinis: Penderita dapat menunjukan sakit lokal, utikaria raksasa yang
timbul secara periodik, edema dan kemerahan yang disertai dengan menggigil, demam dan
hipereossinofilia.
Diagnosis: Dengan menemukan larva di tempoat kelainan. Untuk identifikasi diperlukan
binatang percobaan.
Pengobatan: Dilakukan dengan pembedahan dan pengangkatan larva.
Epidemiologi: Parasit ini ditemukan di Asia Timur dan Asia Tenggara, jepang, Indocina,
Afrika Eropa, Australia, Amerika Utara-Selatan dan Indonesia
CYCLOPHYLLIDEA
Sejarah: Tahun 1782
Daur hidup: Daur hidupnya sama seperti d.latum.
Patologi dan gejala klinis: Infeksi pada bola mata yang relative sering terjadi
diasia tenggara, menyebabkan konjungtifitis disertai bengkak dengan lakrimasi
dan ptosis.
Diagnose: Dengan menemukan larva di tempat kelainan. Untuk identifikasi
diperlukan bintang percobaan.
Pengobatan: dilakukan dengan pembedahan dan pengangkatan larva.
Epidemiologi: Parasite ini ditemukan di Asia Timur dan Asia Tenggara, Jepang,
Indocina, afrika, Eropa, Australia, Amerika utara selatan dan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai