Askep Perioperatif Pada Kasus Bedah Ortopedi
Askep Perioperatif Pada Kasus Bedah Ortopedi
Askep Perioperatif Pada Kasus Bedah Ortopedi
bedah ortopedi
Pengertian
• Orthopedik adalah cabang ilmu bedah yang berhubungan
dengan pemeliharaan dan pemulihan fungsi sistem
rangka, persendiannya, dan stuktur yang berkaitan.
Berhubungan dengan koreksi deformitas sistem
muskuloskeletal; berhubungan dengan orthopedik
(Dorland, 1998).
• Bedah orthopedi adalah suatu tindakan bedah untuk
memullihkan kondisi disfungsi muskuloskeletal seperti,
fraktur yang tidak stabil, deformitas, dislokasi sendi,
jaringan nekrosis dan terinfeksi, sindrom kompartemen,
serta sistem muskuloskeletal (Brunner & Suddart).
Jenis jenis pembedahan
• Artoskopi
• Pemasangan pen
• Penggantian sendi
• Fusi tulang
• Osteotomi
• Operasi perbaikan tendon dan ligamen
Macam macam gangguan ortopedi
1. Fraktur Adalah pemisahan atau patahnya tulang
2. Bedah rekontruksi wajah
3. Amputasi: Pada umumnya amputasi disebabkan oleh kecelakaan,
penyakit, dan gangguan kongenital. Untuk tujuan perencanaan
asuhan ini, amputasi adalah pengangkatan melalui bedah atau
traumatik pada tungkai. Amputasi ekstremitas bawah dilakukan
lebih sering dari pada amputasi ekstremitas atas
4. Penggantian sendi total
Penggantian sendi diindikasikan unuk kerusakan sendi peka
rangsang dan nyeri yang tak hilang (contoh; degeneratif
dan artritis reumatoid; fraktur tertentu (contoh, leher femur),
ketidakstabilan sendi panggul kongenital
Komplikasi
1. Syok hipovolemik
2. Atelaktasis dan pneumonia
3. Retensi urine
4. Infeksi
5. Trombosis vena profunda
Penatalaksanaan
• Banyak pasien yang mengalami difungsi muskuloskletal harus
menjalani pembedahan untuk mengoreksi masalahnya. Maslah
yang dapat dikoreksi meliputi stabilisasi, fraktur, deformitas,
penyaki sendi, jaringan infeksi atau nekrosis, gangguan peredaran
darah (missal : sindrom kompartemen) adanya tumor. Prosedur
pembedahan yang sering dilakukan adalah meliputi reduksi
terbuka dengan fiksasi interna (ORIF : open reduction and internal
fixation) untuk fraktur antroplasti, menisektomi, dan penggantian
sendi untuk masalah sendi, amputai untuk masalah extremitas
berat (missal : ganggren trauma pasif). Sasaran kebanyakan bedah
orthopedic adalah memperbaiki fungsi dengan mengembalikan
gerakan dan stabilitas sertamengurangi nyeri dan distabilitas.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan urin
3. Pemeriksaan radiologi
4. Scan tulang
5. Scan computed tomography (ct)
6. MRI
7. Analisis cairan synovial
Asuhan keperawatan bedah ortopedi
• Pengkajian
Identifikasi klien terdiri dari nama, jenis kelamin,
usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan
dan alamat.
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan head to toe
b. Mengidentifikasi tipe fraktur/lokasi muskuloskletal yang terganggu
c. Inspeksi daerah mana yang terkena
-Deformitas yang nampak jelas
-Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera
-Laserasi
-Perubahan warna kulit
-Kehilangan fungsi daerah yang cidera
d. Palpasi
– Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran
– Krepitasi
– Nadi, dingin
– Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur/ daerah yang akan dibedah
Diagnosa keperawatan
• Berdasarkan pendapat Altman (1999) dan Smeltzer (2002)
diagnosa keperawatan pada klien Pre Operatif adalah
– Nyeri berhubungan dengan fraktur, masalah ortopedi,
pembengkakan atau inflamasi.
– Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
pembengkakan, alat yang mengikat, atau gangguan aliran balik
vena.
– Defisit perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemandirian.
– Gangguan citra tubuh, harga diri, atau kinerja peran berhubungan
dengan masalah muskuloskeletal.
– Hambatan moblitas fisik berhubungan dengan nyeri,
pembengkakan atau peggunaan alat imobilisasi.
• Diagnose keperawatan Intraoperatif
– Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan proses
pembedahan
• Diagnosa Keperawatan Post Operatif
– Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, pembengkakan
dan imobilisasi.
– perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
pembengkakan alat yang mengikat, atau gangguan aliran darah.
– Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
hilangnya kemandirian.
– Hambatan moblitas fisik berhubungan dengan nyeri,
pembengkakan, prosedur pembedahan, adanya alat imobilisasi.
Intervensi pre operatif
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Tindakan Rasional
1. Nyeri berhubungan Tujuan : 1. Mengobservasi tanda-tanda 1. Mengetahui tanda-tanda
dengan fraktur, Setelah dilakukan tindakan vital pasien vital pasien
masalah ortopedi, keperawatan selama 1x24 jam 2. Tingkatkan kenyamanan untuk 2.Tehnik nonfarmalogik dapat
pembengkakan, nyeri dapat berkurang atau mengurangi nyeri klien dengan meminimalkan atau
atau inflamasi. teratasi. mengajarkan cara mengurangi nyeri , relaksasi
Kriteria Hasil: nonfarmakologik/psikilogik, mengurangi ketegangan otot.
1. Klien melaporkan nyeri misal distraksi,relaksasi. 3.Untuk mempertahankan
berkurang. 3. Atur periode istirahat tanpa energi pasien dan
2. Penurunan skala nyeri / terganggu. mengurangi nyeri pasien
skala nyeri 1 4. Meninggikan ekstremitas yang 4.Untuk memperbaiki aliran
3. Menyatakan bahwa obat bengkak. balik vena
yang dipakai efektif dalam 5. Kolaborasi 5. Kolaborasi dapat
mengontrol nyeri Pemberian analgesik sesuai mempercepat proses
4. Dapat bergerak dengan orde kesembuhan.
rasa nyaman yang bertambah.
2. Perubahan perfusi Tujuan : 1.Kaji status neurovaskuler ( misal 1.Mengetahui perubahan
jaringan perifer Setelah diberikan tindakan warna kulit, suhu, pengisian perfusi jaringan perifer dari
berhubungan keperawatan selama 1x24 kapiler, denyut nadi, rasa nyeri, pasien.
dengan jam Perfusi jaringan normal. edema, parastesi, dan kekuatan
pembengkakan, alat Kriteria Hasil : otot )
yang mengikat, atau Klien memperlihatkan perfusi 2.Tinggikan ekstermitas yang
gangguan aliran jaringan yang adekuat: bengkak. 2.Untuk memperbaiki aliran
balik vena 1. Warna kulit normal 3. Longgarkan balutan gips yang balik vena
2. Kulit hangat terlalu ketat. Jika peredaran 3. Pelonggaran dapat
3. Respons pengisian kapiler darah mengalami gangguan memperbaiki perfusi
normal (<3 detik) segera lapor ke tim medis jaringan perifer ekstremitas
4. Perasaan dan emosi stabil segera. pasien.
(normal) 4. Memposisikan pasien
5. Edema berkurang senyaman mungkin 4.Posisi yang nyaman dapat
mengurangi keluhan pasien
3. Defisit perawatan diri Tujuan : 1.Observasi tingkat fungsional 1.Melalui observasi yang cermat,
berhubungan Setelah diberikan asuhan pasien setiap pergantian tugas perawat dapat menentukan
dengan hilangnya keperawatan selama 30 menit jaga, dokumentasikan dan tindakan keperawatan yang
kemandirian pasien mampu melakukan laporkan setiap perubahan sesuai untuk memenuhi
perawatan diri secara mandiri 2. Lakukan program penanganan kebutuhan pasien
maupun dengan bantuan. untuk kondisi penyebab 2. Untuk memastikan perawatan
Kriteria Hasil: gangguan muskuloskeletal, yang konsisten
a. Pasien mengungkapakan pantau kemajuan, laporkan
seara verbal kepuasan tentang respon terhadap penanganan
kebersihan tubuh baik respon yang diharapkan
b. Pasien merasa nyaman maupun yang tidak
diharapkan. Penanganan harus
dilakukan secara konsisten 3. Untuk menigkatkan koping
3. Dorong pasien untuk individu dari pasien
mengungkapkan perasaan dan
keluhannya mengenai defisit
perawatan diri 4. Untuk membantu memenuhi
4. Bantu pasien dalam melakukan perawatan diri pasien
perawatan diri
4. Gangguan citra Tujuan : 1.Bina hubungan saling percaya 1. BHSP yang baik dapat
tubuh, harga diri, atau Setelah diberikan asuhan (BHSP) mempermudah dalam
kinerja peran keperawatan selama 1x24 jam 2. Dorong klien mengungkapkan komunikasi dan menambah
berhubungan dengan pasien mampu menunjukkan perasaan dan rasa ketakutan, kepercayaan pasien akan
masalah muskuloskeletal peningkatan citra tubuh 3.Berikan informasi tentang kondisi fisik.
secara maksimal. gangguan msukuloskeletal yang 2.Penjelasan yang baik dapat
Kriteria Hasil: dialami pasien. membuat psien lebih siap
a. Klien mengekspresikan dalam melakukan terapi
kosep diri yang positif: operasi.
b. Mampu menerima 3. Informasi yang akurat
perubahan konsep diri, dapat membantu pasien
sementara maupun menetap. dalam menerima
c. Mampu mendiskusikan perubahan citra tubuh,
perubahan kinerja peran. penurunan rasa diri atau
d. Berpartisipasi dalam ketidakmampuan
pengambilan keputusan melakukan kewajiban
rencana perawatan peran dalam hidupnya.
5. Hambatan moblitas fisik a. Setelah diberikan Asuhan 1. Bantu klien menggerakkan
berhubungan nyeri, Keperawatan Selama 1x24 jam pasien bagian cedera dengan tetap memberikan
pembengkakan atau peggunaan dapat memaksimalkan mobilitas dalam sokongan yang adekuat
alat imobilisasi. batas terapeutik. 2. Ekstermitas yang bengkak ditinggikan dan
Krtiteria Hasil: disokong dengan bantal.
b. Meminta bantuan bila akan 3. Nyeri dikontrol dengan bidai dan berikan
bergerak anti nyeri sebelum digerakkan.
c. Mampu menggunakan alat bantu. 4. Bila pascaoperasi harus menggunakan alat
bantu (tongkat, kursi roda), dan anjurkan
klien untuk latihan
Intervensi intra operatif
a. Meminta bantuan bidai dan berikan anti nyeri 3.Mengurangi rasa nyeri
bila bergerak sebelum digerakkan.
b. Meninggikan 4. Ajarkan pasien
4.Alat bantu membantu
eksternitas yang bengkak menggunakan alat bantu
pasien terbiasa
setelah bergeser. gerak (tongkat, kursi roda),
menggunakan alat bantu
c. Menggunakan dan anjurkan klien untuk
kelak.
alatimobilitas sesuai latihan menggunakan alat
petunjuk bantu
d. Mematuhi
pembatasan
pembebanan sesuai
anjuran.
Evaluasi pre operasi
No. Dx Evaluasi
1 Pasien melaporkan nyeri berkurang:
a. Menggunakan banyak pendekatan untuk mengurangi nyeri
b. Penurunan skala nyeri / skala nyeri 1
c. Dapat bergerak dengan rasa nyaman yang bertambah.
No. Dx Evaluasi