Kel. 6 Makalah Perawatan Kateter Anak
Kel. 6 Makalah Perawatan Kateter Anak
Kel. 6 Makalah Perawatan Kateter Anak
KELOMPOK IV
SYERINA (PO.71.20.12.0.008)
NUR FALIZA (PO.71.20.12.0.021)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pemasangan dan perawatan
kateter pada anak”ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas “Dr. Andi
Fatmawati,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An.” mata kuliah keperawatan anak, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Pemasangan dan perawatan kateter pada anak” bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
kami menyadari, makalah yang saya tulis ini jauh dari kata sempurna . oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan semi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………………………. 1
A. Kesimpulan ………………………………………………………………... 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk tindakan keperawatan dengan
cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan untuk
membantu mengeluarkan urin dan sebagai bahan pemeriksaan laboratorium (Purnomo,
2012). Kateter uretra biasanya digunakan untuk pasien yang akan menjalani operasi dalam
waktu lama, untuk menilai jumlah urin yang keluar, pasien yang memiliki gangguan pada
sistem berkemih disebabkan karena gangguan saraf maupun sumbatan saluran kemih dan
pasienpasien rawat inap yang tidak dapat bergerak (Geng et al., 2012).
Perawatan kateter urine sangat pentung dilakukan pada klien dengan tujuan untuk
mengurangi dampak negatif dari pemasangan kateterisasi urine seperti infeksi dan radang
pada saluran kemih, dampak lain yang mengganggu pemenuhan kebutuhan dasar manusia
perawatan yang dilakukan meliputi : menjaga kebersihan kateter dan alat vital kelamin,
menjaga kantong penampumg urine dengan tidak meletakan lebih tinggi dari buli-buli dan
tidak agar tidak terjadi aliran balik urine ke buli-buli dan tidak sering menimbulkan saluran
penampung karena mempermudah masuknya kuman serta mengganti kateter dalam jangka
waktu 7-12hari. Semakin jarang kateter diganti, resiko infeksi makin tinggi, penggantian
kateter urine tergantung dari bahan kateter urine tersebut sebagai contoh kateter urine dengan
bahan latteks silicon paling lama dipakai 10 hari,sedang bahan silicon dapat dipakai selama
12 hari.
Pada tahap pengangkatan kateterisasi urine perlu diperhatikan agar balon kateter urine
telah kempis. Selain itu menganjurkan klien menarik nafas untuk mengurangi ketegangan
otot sekitar saluran kemih sehingga kateterisasi urine dapat diangkat tanpa menyebabkan
trauma berlebihan.
Tindakan memasukkan kateter kedalam buli-buli melalui uretra dinamakan kateterisasi
uretra. Indikasi kateterisasi dapat untuk membantu menegakkan diagnosis dan tindakan
terapi.
B. Tujuan
4
Untuk mengetahui bagaimana pemasangan kateter dan bagaimana cara perawatan kateter
yang benar pada anak.
BAB II
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem organ tempat terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (Syaifuddin, 2006).
Ginjal merupakan suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis di
belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada
dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah
kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki
lebih panjang dari ginjal wanita (Syaifuddin, 2006).
Fungsi ginjal menurut Syaifuddin (2006) adalah pemegang peranan penting dalam
pengeluaran zat-zat toksis atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh mempertahankan
keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh, mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme hasil akhir dari protein, ureum, kreatinin dan amoniak.
a) Ureter
Ureter yaitu terdiri dari dua saluran pipa, masing-masing bersambung dari
ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) (Syaifuddin, 2006).
Panjang ureter orang dewasa adalah 25 sampai 30 cm dan diameternya
sekitar 1,25 cm. Bagian ujung atas setiap ureter yang masuk ke dalam ginjal
berbentuk seperti corong. Bagian bawah ureter memasuki kandung kemih di
5
ujung posterior dasar kandung kemih. Di taut antara ureter dan kandung kemih,
lipatan membran mukosa yang berbentuk seperti gelambir bekerja sebagai sebuah
katup untuk mencegah refluk (aliran balik) urine ke ureter (Kozier, 2010).
b) Kandung kemih
Kandung kemih merupakan organ berongga yang terletak di sebuah
anterior tepat di belakang ospubis. Organ ini berfungsi sebagai wadah sementara
untuk menampung urine. Sebagian besar dinding kandung kemih tersusun dari
otot polos yang dinamakan muskulus detrusor. Kontraksi otot ini terutama
berfungsi untuk mengosongan kandung kemih pada saat buang air kecil (urinasi)
(Smeltzer & Bare, 2002).
c) Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar (Syaifuddin, 2006). Panjang uretra
wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan uretra pria dewasa kurang lebih 25 cm
(Purnomo, 2009).
Menurut Kozier (2010) ada beragam faktor yang mempengaruhi berkemih, diantaranya
yaitu:
6
Bayi dilahirkan tanpa kontrol urine. Sebagian besar akan mengembangkan
kemampuan untuk mengontrol urine pada usia antara 2 dan 5 tahun.
7
lansia untuk bangun di malam hari untuk berkemih dan retensi residu urine, yang
menyebabkan lansia terkena infeksi kandung kemih.
e) Faktor psikososial
g) Obat-obatan
Banyak obat-obatan terutama yang mempengaruhi sistem saraf otonom, mengganggu
proses urinasi normal dan dapat menyebabkan retansi. Diuretik meningkatkan
pembentukan urine dengan mencegah reabsorpsi air dan elektrolit dari tubulus ginjal
ke aliran darah.
h) Tonus otot
Tonus otot sangatlah penting untuk mempertahankan regangan dan kontraktilitas otot
detrusor sehingga kandung kemih dapat diisi secara adekuat dan dikosongkan secara
total. Klien yang memerlukan kateter retensi untuk periode waktu lama mungkin
memiliki tonus otot kandung kemih yang buruk karena drainase urine secara
berkelanjutan mencegah pengisian dan pengosongan kandung kemih secara normal.
8
Tonus otot abdomen dan panggul juga turut berperan: kontraksi otot abdomen
membantu mengosongkan kandung kemih; tonus otot panggul merupakan sebuah
faktor agar dapat menahan urine secara sengaja setelah dirasakan adanya desakan
untuk berkemih.
i) Kondisi patologis
Kateter urine yaitu memasukkan selang karet atau plastik (kateter) ke dalam vesika
urinaria (kandung kemih) melalui uretra (Asmadi, 2008). Kateter urine yaitu tindakan
pemasangan kateter urine yang dilakukan dengan memasukkan selang plastik, karet atau
logam melakui uretra ke dalam kandung kemuh (Potter & Perry, 2006).
9
D. Macam-macam Kateter
Ada tiga macam kateter kandung kemih, yaitu kateter dengan selang pembuangan
satu buah, dengan dua buah dan dengan tiga buah saluran pembuangan. Saluran pembuangan
ini dinamakan lumen. Kateter dengan tiga lumen dengan sendirinya akan memiliki garis
tengah (jadi lebih gemuk) yang lebih besar dibanding kateter dengan satu lumen. Kateter
yang dipakai tergantung pada tujuan memakai kateter tersebut: kateter dengan satu lumen
dipakai untuk tujuan satu kali, kateter dengan dua lumen adalah kateter yang ditinggal tetap
disitu satu lumen dipakai sebagai saluran pembuangan urine, lumen yang lain dipakai untuk
mengisi dan mengosongkan balon yang dipasang pada ujungnya. Balon ini diisi jika kateter
dimasukkan dengan cara yang tepat. Jumlah air destilasi tertentu, yang menyebabkan kateter
tidak dapat tergeser dan tetap berada dalam kandung kemih. Baru setelah kateter akan
dilepas, balon ini harus dikosongkan. Kateter dengan tiga lumen, terutama dipakai untuk
tujuan membilas kandung kemih. Disini satu lumen dipakai untuk memasukkan cairan
pembilas, satu sebagai saluran pembuangan cairan, dan satu untuk balon penampungan
(Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut Kozier (2010), terdapat 4 jenis kateter berdasarkan bahan yang digunakan, yaitu:
1. Kateter plastik : digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel.
2. Kateter latex/karet: digunakan untuk penggunaan/pemakaian dalam jangka waktu singkat
(kurang dari 2 atau 3 minggu).
3. Kateter silikon murni/teflon: untuk penggunaan jangka waktu lama 2-3 bulan karena
bahan lebih lentur pada meatus uretra.
4. Kateter PVC (Polyvinylchloride): sangat mahal, untuk penggunaan 4-6 minggu,
bahannya lembut, tidak panas dan nyaman bagi uretra.
E. Perawatan Kateter
10
F. Tujuan perawatan kateter
Tujuan perawatan kateter menurut Temple & Johnson (2010) diantaranya yaitu:
1. Kaji adanya episode inkontinensia usus atau laporan dari klien bahwa ia tidak nyaman
pada daerah insersi kateter. (Adanya pengeluaran kemih yang sering juga dapat dikaji).
Rasional: Akumulasi sekresi atau feses menyebabkan iritasi pada jaringan perineum dan
menjadi sumber pertumbuhan bakteri.
b) Selimut mandi
3. Jelaskan prosedur kepada klien. Tawarkan kesempatan untuk melakukan perawatan diri
pada klien.
11
Rasional: Mempertahankan privasi klien.
5. Cuci tangan
8. Letakkan selimut mandi pada seprei tempat tidur sehingga hanya daerah perinium yang
terlihat
b) Pria: Retraksi prepusium, jika tidak disirkumsisi dan pegang batang penis tepat di
bawah glans, pertahankan posisi tersebut selama prosedur.
Rasional: Penutupan labia atau penurunan penis secara tidak sengaja selama proses
pembersihan, memerlukan pengulangan prosedur.
12
12. Kaji meatus uretra dan jaringan di sekelilingnya untuk melihat adanya inflamasi dan
pembengkakan. Catat jumlah, warna, bau dan konsistensinya. Tanyakan mengenai rasa
tidak nyaman atau sensasi terbakar yang dirasakan oleh klien.
Ulangi proses untuk membersihkan labia minora dan kemudian bersihkan di daerah
sekitar meatus uretra dengan gerakan ke arah kateter. Pastikan anda membersihkan
setiap sisi meatus. Keringkan daerah tersebut dengan baik.
b) Pria: Sambil melebarkan meatus uretra, bersihkan daerah di sekitar kateter terlebih
dahulu dan kemudian bersihkan dengan gerakan sirkular di sekitar meatus glans
penis.
Rasional: Tindakan pembersihan dilakukan dari daerah yang kontaminasinya paling
sedikit ke daerah yang kontaminasinya paling banyak.
15. Dengan menggunakan handuk, dan air, bersihkan dengan gerakan sirkular di sepanjang
selang kateter, sepanjang 10 cm.
Rasional: Mengurangi adanya sekresi atau drainase pada permukaan bagian luar kateter.
16. Oleskan salep antibiotik pada meatus uretra dan pada kateter sepanjang 2,5 cm jika
diprogramkan oleh dokter atau merupakan bagian dari kebijakan lembaga.
18. Buang perlengkapan dan sarung tangan yang terkontaminasi serta cuci tangan.
13
19. Catat dan laporkan kondisi jaringan perineum, waktu prosedur dilakukan, respon klien,
dan adanya kelainan yang terjadi.
Rasional: Memberikan data untuk mendokumentasikan prosedur dan menginformasikan
pada staf kesehatan tentang kondisi klien.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kateter adalah suatu selang untuk memasukan dan mengeluarkan cairan. Kateterisasi
urinarius/ kandung kemih adalah memasukkan kateter melalui uretrake dalam kandung
kemih dengan tujuan mengeluarkan urine.
Perawatan kateter urine sangat pentung dilakukan pada klien dengan tujuan untuk
mengurangi dampak negatif dari pemasangan kateterisasi urine seperti infeksi dan radang
pada saluran kemih, dampak lain yang mengganggu pemenuhan kebutuhan dasar manusia
perawatan yang dilakukan meliputi : menjaga kebersihan kateter dan alat vital kelamin,
menjaga kantong penampumg urine dengan tidak meletakan lebih tinggi dari buli-buli dan
tidak agar tidak terjadi aliran balik urine ke buli-buli dan tidak sering menimbulkan saluran
penampung karena mempermudah masuknya kuman serta mengganti kateter dalam jangka
waktu 7-12hari. Semakin jarang kateter diganti, resiko infeksi makin tinggi.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/upload-document?archive_doc=367677205&escape=false&metadata=
%7B%22context%22%3A%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read
%22%2C%22action%22%3A%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C
%22platform%22%3A%22web%22%7D
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/167/jtptunimus-gdl-ananurlail-8325-2-babii.pdf
16