Dasar Pengembangan Antibodi

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

KOMPLEMEN

 PENDAHULUAN

• Sebagian besar teknik-diagnostik imunologis dikembangkan atas dasar fakta yang


menunjukkan bahwa suatu antigen dapat berinteraksi dengan antibodi spesifiknya.
• Kebanyakan penyakit akibat infeksi didiagnosis dengan cara mengisolasi dan
mengidentifikasi mikroorganisme penyebabnya di dalam spesimen pasien.
• Pada beberapa kasus, mikroorganisme sukar dikultur dan diisolasi; identifikasi
mikroorganisme sering kali memerlukan teknik yang khusus dan mahal sehingga bukan
merupakan teknik diagnostik yang rutin dikerjakan.

Sumber : Biomed, C., dan Lestari, E. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. Edisi 2
 PENDAHULUAN

• Pada kelainan imunologis tertentu, bahkan tidak ditemukan mikroorganisme sama sekali.
Selain itu, dikenal juga beberapa penyakit imun yang terjadi "alami, sering dinamakan
penyakit autoimun; penyakit ini bukan disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi dapat
dideteksi dengan teknik-diagnostik imunologis.
• Beberapa diantara teknik-teknik tersebut berbasis pada pendeteksian produk-produk
metabolisme spesifik atau antigen/antibodi spesifik.
• Pada penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme, uji imunologis tidak mendeteksi
mikroorganisme secara langsung, tetapi menghasilkan bukti-bukti yang menunjukkan
adanya mikroorganisme tersebut.
 KOMPLEMEN

• Komplemen  Sekelompok protein serum yang membunuh mikro-organisme dan membantu sel imun yang lain.
• Komplemen berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai faktor kemotaktik dan juga
menimbulakn destruksi/lisis bakteri dan parasit. Komplemen rusak pada pemanasan 56°C selama 30 menit.
• Aktivasi komplemen terjadi melalui jalur yang berbeda, classical, lectin dan alternatiue pathways.

Sumber : Kamus Kedokteran Dorland Edis 31 & Bahan Ajar TLM, Imunoserologi PPSDM Kemenkes RI
• Serum normal dapat memusnahkan dan menghancurkan beberapa bakteri Gram negatif atas
kerja sama antara antibodi dan komplemen yang ditemukan dalam serum normal.
• Antibodi diinduksi oleh infeksi subklinis (antara lain flora normal) dan komponen yang
imunogenik.
• Antibodi dengan bantuan komplemen dapat menghancurkan membran lapisan LPS dinding sel.
• Bila lapisan LPS menjadi lemah, lisozim, mukopeptida dalam serum dapat menembus membran
bakteri dan menghancurkan lapisan mukopeptida.

Sumber : Bahan Ajar TLM, Imunoserologi PPSDM Kemenkes RI


• Perubahan dalam kadar komplemen menunjukkan adanya proses penyakit.

• Kadarnya yang meningkat sering ditemukan pada inflamasi akut dan infeksi dan
berhubungan dengan peningkatan AFP (Alfa Feto Protein) yang merupakan antigen
onkofetal, yaitu protein yang diekspresikan dengan kadar tinggi pada sel kanker dan sel
fetal normal.

• Defisiensi komplemen dapat dibagi menjadi defisiensi primer yang ditentukan faktor
genetik dan defisiensi sekunder yang diakibatkan oleh pemakaian komplemen dalam
interaksi antigen-antibodi yang lebih memberikan hubungan dengan patogenesis
penyakit.

Sumber : Bahan Ajar TLM, Imunoserologi PPSDM Kemenkes RI


 INTERAKSI ANTIGEN ANTIBODI

• Interaksi antara antigen antibodi adalah penting dalam respon imun spesifik oleh
karena itu, interaksi antigen antibodi invitro digunakan secara luas untuk
diagnostik yaitu untuk deteksi identifikasi antigen atau antibodi.
• Interaksi antigen antibodi menghasilkan variasi presipitasi (jika antigen soluble);
aglutinasi (jika antigen partikulat) dan aktivasi komplemen.
• Interaksi antigen-antibodi sekunder dapat mengakibatkan presipitasi atau
aglutinasi.
• Reaksi antigen-antibodi dapat terjadi langsung, tetapi kadang-kadang reaksi baru
terjadi apabila ada komplemen.
• Apabila antigen yang ada dalam larutan direaksikan dengan antibodi spesifik, akan
terbentuk kompleks antigen-antibodi yang besar sehingga kompleks mengendap
dan terjadi presipitasi.

Sumber : Bahan Ajar TLM, Imunoserologi PPSDM Kemenkes RI


 INTERAKSI ANTIGEN ANTIBODI

• Bila antigen itu terikat pada suatu partikel, misalnya partikel lateks, kuman, eritrosit maupun partikel lain,
maka interaksi antigen-antibodi tersebut menyebabkan terjadinya gumpalan atau aglutinasi. Interaksi
antigen-antibodi sekunder merupakan dasar berbagai jenis teknik uji in vitro, misalnya teknik imunodifusi,
aglutinasi lateks, hemaglutinasi, uji fiksasi komplemen, turbidimetri, nefelometri dan lain-lain.

Sumber : Bahan Ajar TLM, Imunoserologi PPSDM Kemenkes RI


 Complemen fixation Test (CFT)

• Prinsip dasar pemeriksaan ini adalah bila antigen dicampur dengan serum
penderita yang mengandung antibodi yang homolog, dan komplemen, maka
komplemen akan diikat oleh kompleks antigen-antibodi tersebut sehingga tidak
ada sisa komplemen yang bebas.
• Bila kemudian ditambahkan sel darah merah domba yang telah disensitisasi, tak
terjadi hemolisis, maka tes dikatakan positip.
• Sebaliknya bila dalam serum tidak terdapat antibodi yang sesuai (homolog)
dengan antigen, maka tidak akan terjadi ikatan antigen-antibodi, sehingga
komplemen dalam keadaan bebas.
• Bila selanjutnya ditambahkan sel darah merah domba yang tersensitisasi, maka sel
darah domba tersebut dilisiskan oleh komplemen dan tes dikatakan negatif.
• Uji ini tidak rutin dilakukan karena pemeriksaannya rumit dan memerlukan
keahlian tersendiri.
 Imunoturbidimetri

Prinsip : Pengukuran kekeruhan konsentrasi larutan antigen-antibodi kompleks yang terbentuk didalam serum
penderita.

• Reaksi :
Komplemen C3 (sampel)+Ab  Komplemen (pengumpulan kekeruhan)  diukur dengan spektrofotometer 340 nm

Manfaat  Menentukan kekurangan atau kelainan pada protein sistem komplemen yang berkontribusi dalam peningkatan
infeksi atau aktivitas autoimun; memantau aktivitas dan pengobatan penyakit autoimun, serta immune complex-related
disease.

Metode imunoturbidimetri mempunyai kenasaban (korelasi) yang sangat baik tetapi memiliki pembuatan (proses) yang
lama, biaya yang cukup mahal dan memerlukan tenaga kerja yang terlatih. Pengukuran D-Dimer menggunakan cara
menyaring kekebalan (metode imunofiltrasi) untuk menemukan keberadaan reaksi antigen-antibodi yang memiliki
keunggulan proses yang cukup singkat, biaya yang relatif lebih murah dan pengerjaan yang cukup mudah.

Sumber : Jurnal Patologi Klinik & Laboratorium Medik


Imunodifusi radial (teknik Mancini)

• Imunodifusi radial berbasis pada prinsip bahwa terdapat hubungan kuantitatif antara
konsentrasi antigen pada sumur-sumur gel agarosa yang mengandung antibodi dan
diameter lingkaran presipitat yang terbentuk.
• Konsentrasi antigen dalam sampel uji ditentukan berdasarkan kurva-standar yang
dibuat dengan mem-plot diameter2 lingkaran presipitat yang terbentuk pada
serangkaian larutan antigen yang sudah diketahui konsentrasinya.
• Teknik ini dapat dipakai untuk pengukuran komplemen dan immunoglobulin secara
kuantitatif.
1. Biomed, C., dan Lestari, E. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. Edisi 2.
Editor : dr. Albertus Agung Mahode. Terjemahan dari : (Manual Basic Techniques For A Healthy
Laboratory).
2. FKUI, 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara.
3. Dorland, WAN, 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta : EGC, 773

Anda mungkin juga menyukai