0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
57 tayangan69 halaman

Pemicu 4

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 69

SIGNAL TRANSDUKSI

DALAM ILMU BIOLOGI, SIGNAL TRANSDUKSI ADALAH


PROSES DIMANA SEL MERUBAH SUATU SIGNAL ATAU
STIMULUS MENJADI BENTUK LAIN, BERUPA REAKSI BIOKIMIA
YANG MELIBATKAN ENZIM DAN SECOND MASSANGER.

DALAM BEBERAPA PROSES TRANSDUKSI, BERUPA


PENINGKATAN SEJUMLAH ENZIM DAN MOLEKUL LAINNYA
MENJADI RANGKAIAN ALUR SIGNALING DALAM PROSES
AWAL STIMULUS, SEPERTI DALAM TAHAP RANGKAIAN
SIGNALING CASCADE, ATAU SUATU ALUR SECOND
MASSANGER, SERING MENGHASILKAN SUATU RANGSANGAN
KECIL TETAPI MENGHASILKAN
1. Signal Transduksi
Adalah kemampuan sel dalam merubah signal atau stimulus
menjadi bentuk lain, berupa rangkaian reaksi biokimia yang
melibatkan enzim dan second massanger.
2. Second messenger
Adalah senyawa dengan berat molekul rendah , bersifat
diffucible, yang berguna bagi signal massanger sebagai
pemroses signal.
Second massanger mensintesis dan melepaskan reaksi
enzimatis yang menghasilkan signal eksternal, yang diterima
oleh suatu transmembran reseptor.
Ada tiga bentuk dasar second massanger:
1. Hidrophobik molekul
contoh : Diacyl gliserol, IP3, sebagai efektor protein.

2. Hidrofilik molekul
contoh : cAMP; cGMP, Ca 2+ yang terdapat pada
sitosol .

3. Gas NO dan CO dapat melakukan diffusi menembus sitosol


dan membran sel.
Reseptor
Adalah suatu protein, pada sel membran sitoplasma atau
nukleus yang mengikat protein tertentu (ligand).
Struktur dan fungsi membran sel mengandung protein yang
berperan sebagai reseptor, kanal ion dan enzim.
Untuk dapat menimbulkan respon, molekul sinyal ekstraseluler
mengikat reseptor yang spesifik pada sel
Ada 2 jenis reseptor
1. Reseptor permukaan sel
- tersisip dalam membran plasma
- untuk molekul sinyal hidrofilik, yang besar

2. Reseptor intraseluler
- terdapat di dalam sel
- untuk molekul signal hidrofobik, yang kecil
- merupakan protein regulator yang mengaktifkan gen
- Contoh molekul sinyal: hormon steroid, hormon tiroid,
retinoids, vitamnin D, dll
2 Jenis Reseptor pada Sel
Satu molekul signal mempunyai reseptor yang berbeda pada sel yang berbeda
Contoh: Asetilkolin, di sel otot muskel mengikat reseptor permukaan sel
di sel otot jantung mengikat reseptor intraseluler

Molekul sinyal yang hidrofobik dan kecil, selain dapat mengikat reseptor
intraseluler, juga dapat mengikat enzim di dalam sel,
Misalnya: gas NO, diikat oleh enzim guanil siklase di sel otot
Selanjutnya, enzim mengubah GTP menjadi cGMP untuk
relaksasi otot
Transduksi sinyal pada tingkat sel
Melalui:

-Reseptor permukaan sel:


* Ion channel-linked receptor
* G protein-linked receptor
* Enzyme-linked receptor

-Reseptor intraseluler
Reseptor permukaan sel
Molekul sinyal ekstraseluler menimbulkan perubahan pada reseptor, tanpa
harus masuk ke dalam sel.
Ada 3 klas reseptor permukaan sel:
A. Reseptor yang mengikat kanal ion (Ionotropic Receptor)

Sinyal + Reseptor

Kanal terbuka

Masuk dan keluarnya ion

pengaruh yang
bersifat elektris
B. Reseptor yang mengikat “GTP-binding Protein” (G-Protein)

Sinyal/ligan + Reseptor mengikat G-protein

aktifasi G-protein

Aktifasi enzim Aktifasi kanal ion

Perubahan konsentrasi Perubahan permeabilitas


mediator intraseluler ion pada membran plasma
C. Reseptor yang mengikat enzim (Enzym-linked receptor)

Sinyal/ligan + reseptor mengikat enzim

Aktifasi unit katalitik dari bagian ujung


reseptor, yang berbeda di dalam sel
Reseptor yang mengikat G-protein

Proses “signaling” melalui reseptor yang mengikat G-protein

-terbesar dari reseptor pemukaan sel


-Ditemukan pada semua eukariota
-Memperantarai respon dari banyak molekul sinyal, seperti hormon,
neurotransmitter, lokal mediator.
-strukturnya: protein transmembran yang membentuk 7 lipatan
(seven-pass transmembrane protein)
- Mengikat trimerik G-protein (GTP-binding protein)
G-protein (“GTP-binding protein”)
-Terdiri dari 3 sub unit: α, ß, dan γ
- Dalam keadaan tidak ada stimulasi dari molekul sinyal:
Reseptor dan G-protein tidak aktif  tidak ada kontak antar keduanya
- Ketika ada molekul sinyal
kontak antara reseptor dan G-protein
 GDP pada subunit α diganti oleh GTP
 terjadi disosiasi antara subunit α dan ßγ
 subunit α dan ßγ menjadi aktif  mengatur aktifitas target protein di
membran plasma
Lamanya ikatan subunit-subunit tsb pada target protein menentukan
kuat/lemahnya pengaruh molekul sinyal pada sel tsb.
G protein-linked receptor

A. Ketika tidak ada stimulus,


reseptor dan G protein
inaktif dan terpisah
B. Ketika signal ekstraseluler
terikat dgn reseptor,
terjadi perubahan
konformasi pada reseptor;
G protein terikat reseptor
C. Perubahan pada α-subunit
menyebabkan GDP
digantikan oleh GTP,
selanjutnya menyebabkan
α-subunit terpisah dari βγ-
subunit
Target molekul dari G-protein

1. Kanal ion
Contoh: Asetilkolin  menyebabkan disosiasi α dan ßγ

aktif

Mengikat kanal

Kanal terbuka

2. Enzim yang terikat pada membran plasma


a. Adenil siklase
merubah ATP cAMP
cAMP
- molekul sinyal intraseluler yang berperan sebagai mediator sinyal
- molekul yang larut dalam air, membawa sinyal dari membran dalam
sitoplasma ke inti sel atau bagian lain di dalam sel
- cepat di sintesis dan di degradasi
sintesis degradasi
ATP cAMP AMP
Adenil siklase phophodiesterase
Mekanisme transduksi sinyal
yang diperantarai oleh cAMP
sebagai meditor sinyal

Protein kinase A inaktif

cAMP

Protein kinase A aktif


3 grup G protein:
PKA aktif:
•Mengaktifkan protein pengatur transkripsi gen, sehingga terjadi
transkripsi gen tertentu
•Memfosforilasi glykogen menjadi glukosa

cAMP akan memfosforilasi substrat tertentu, tergantung tipe selnya,


sehingga setiap sel mempunyai respon yang berbeda
Contoh:
Adrenalin, di jantung: peningkatan frekuensi & kontraksi otot jantung
di otot muskel: pemecahan glikogen
di jaringan lemak: pemecahan lemak
b. Fosfolipase C
akan merubah Inositolfosfolipid menjadi:
- Inositol trifosfat (IP3), berfungsi membuka kanal Ca 2+ pada
membran Retikulum Endoplasma (RE), sehingga terjadi peningkatan
konsentrasi ion Ca 2+ di sitoplasma.
- Diacylglycerin (DAG), akan megaktifasi protein kinase C (PKC)
untuk variasi respon
Mekanisme transduksi sinyal yang diperantarai oleh
Inositol Fosfolipid
Ca 2+
-mempunyai peran yang penting dan universal di dalam sel
- peningkatan konsentrasinya merupakan respon sel terhadap berbagai
molekul signal, antara lain:
* di sel telur: menginisiasi perkembangan embrio
* di sel otot: menginduksi kontraksi otot
* di sel saraf: menstimulasi sekresi neurotransmitter
Reseptor yang mengikat enzim
-biasanya, molekul signal ekstraseluler yang diperantarainya berguna
untuk mendukung pertumbuhan dan pembelahan sel, diferensiasi sel
dan pertahan hidup  disebut sgb faktor pertumbuhan
Abnormalitas pada proses ”signaling” menggunakan reseptor tipe ini
gangguan pertumbuhan dan pembelahan sel  kanker
2 atau lebih untaian reseptor bergabung membentuk dimer
atau oligomer.
- Pada beberapa kasus, pengikatan ligan pada reseptornya
menginduksi oligomerisasi, pada kasus lain oligomerisasi
terjadi sebelum pengikatan ligan ligan menyebabkan
reorientasi untaian reseptor di dalam membran
Receptor tyrosine kinases
-Paling banyak jenisnya
-Protein sinyal ekstraseluler yg bekerja melalui reseptor
ini bervariasi, spt growth factor dan hormon
Reseptor intraseluler
-merupakan protein regulator yang mengaktifkan gen
- Contoh molekul sinyal: hormon steroid, hormon tiroid,
retinoids, vitamin D, dll
Ligand
Dalam bidang biologi, ligand adalah suatu efektor (penyebab/
pembawa pengaruh).
Suatu molekul yang menempel pada sisi permukaan
makromolekul dengan intermolekuler force, sehingga terjadi
konformasi makromolekul. Apabila terjadi konformasi dapat
mengaktifkan molekul lain.

Ligand mempengaruhi perubahan reseptor (protein).


Reseptor mengalami konformasi menghasilkan perubahan
fisiologi (agones) dan perubahan biologi.
KOMBINASI RESPON TERHADAP SIGNAL

1. Paracrine Signaling :
Signal yang bersifat sebagai lokal
mediator terjadi signal secara cepat.
2. Endocrine signaling :
Kel. Endokrin hormon aliran darah
target sel.
3. Synap signaling :
Signaling yang terjadi pada sel syaraf
Sel syaraf neurotransmiter axon contact
KOMUNIKASI ANTAR SEL
UJUNG SELSARAF
AUTOCRINE

NEROTRANSMITTER

PARACRINE

ENDOKRIN MOLEKUL ADHESI


Bentuk proses pemberian sinyal antar sel

1. Endokrin

Molekul sinyal : Hormon


Mediator sinyal: Peredaran darah
Jarak ke sel target jauh (ke seluruh tubuh)
Contoh: Adrenalin
Kortisol
Estradiol
Glukagon
Insulin
Testosteron
Tiroksin
2. Parakrin

Molekul sinyal : Lokal mediator


Mediator sinyal: Medium ekstraseluler
Jarak ke sel target dekat (sekitar sel)
Contoh: EGF (Epidermale Growth Factor)
PDGF (Platelet-derived Growth Factor)
NGF (Nerve Growth Factor)
Histamin
Gas NO
3. Sinapsis

Molekul sinyal : Neurotransmiter


Mediator sinyal: Axon
Jarak ke sel target jauh (ke seluruh tubuh)
Contoh: Asetilkolin
GABA (Gama-Amino Bitric Acid)
4. Adanya kontak antar sel

Molekul sinyal : molekul signal yang


tergantung adanya kontak
Mediator sinyal: kontak langsung dengan
membran plasma
Jarak ke sel target paling dekat
Contoh: Protein delta (dalam perkembangan
embrio)
Protein dalam respon imun
5. Autokrin
Suatu sel mensekresikan molekul, dan molekul tersebut
bekerja/berpengaruh terhadap sel itu sendiri atau sel-sel lain
yang sejenis.
Molekul sinyal yang sama, pada sel yang berbeda akan memberikan
respon yang berbeda
Contoh: Asetilkolin
Kombinasi molekul sinyal yang berbeda, yang diterima oleh suatu sel,
akan memberikan respon yang berbeda
Gambar : dua alur saat G protein terikat reseptor permukaan membran.

Signal molekul

Receptor permukaan

G Protein

Enzim

cAMP Intra selluler Ca++


Mediator
( Second Massanger)

Target Sel
Hubungan sinyal molekul dengan Aktivitas PKA, PKB dan PKC
GLUKOSA DARAH
• Glukosa dapat dipakai oleh semua jaringan tubuh,
disimpan :
* hati dan otot Glikogen
* jaringan lemak Triasilgliserol ( TG )
• Sumber glukosa darah :
1. Karbohidrat Makanan
2. Glikogenolisis hepar
3. Glukoneogenesis
• Hormon yg mengatur glukosa darah :
* Insulin
* Hormon dr. klj. Hipofisa anterior : Growth Hormone
* Hormon klj. Medula adrenal : epinefrin, glukagon
• PENGARUH HORMON :

* Keadaan kadar glukosa darah


merangsang sekresi hormon glukagon

* Keadaan kadar glukosa darah merangsang


sekresi hormon insulin

* Keadaan darurat merangsang sekresi


hormon adrenalin
• Glukagon (hati)
Pembentukan cAMP
• Epinefrin (otot)
1. cAMP menghambat Glikogen sinta-
se menghambat glikogenesis
2. cAMP memacu fosforilase
memacu glikogenolisis
• INSULIN :
1. Memacu glikogen sintase
2. Memacu fosfodiesterase yg akan memecah cAMP
menjadi 5’AMP
efek : memacu glikogenesis
menghambat glikogenolisis
Hormon diklasifikasikan berdasarkan reseptor
• Kompleks hormon-reseptor intrasel (hormon golongan I)
Kompleks hormon-reseptor intrasel meliputi hormon steroid dan
hormon tiroid.
• Hormon-reseptor membra sel (hormon golongan II).
Kelompok kompleks hormon-reseptor membran sel
dikelompokkan berdasarkan second messenger.
Hormon yang bekerja dengan second messenger AMP- siklik
adalah CRH, ADH, ACTH, MSH, FSH, LH, TSH, hCG, kalsitonin, PTH,
katekolamin dan Somatostatin.
Hormon yang bekerja dengan second messenger kalsium dan
fosfatidil-inositol bisfosfat (PIP2) adalah TRH, GnRH, Vasopresin,
oksitosin, kolesitokinin, gastrin, katekolamin, angiotensin II dan
PDGF
Hormon yang bekerja dengan second messenger GMP Siklik adalah
ANF (factor atrial natriuretik).
Hormon yang bekerja dengan second messenger tirosin kinase
adalah insulin, IGF-I, EGF, GH, prolaktin, FGF, NGF dan PDGF(Harper
at al, 1979:528).
• Kerja hormon di sel ‘target’ diawali dengan
penerimaan hormon oleh reseptor yang merupakan
protein spesifik. Setelah hormon terikat pada resptor
maka terjadi perubahan pada reseptor sedemikian
rupa sehingga terjadi proses 2 yaitu dengan
pembentukan senyawa lain yang meneruskan sinyal
hormon yang disebut second messenger, kompleks
hormon-reseptor merupakan mediator aktif sebagai
penerus sinyal dan reseptor setelah terikat pada
hormon akan berubah dan bertindak sebagai enzim.
Senyawa second messenger dalam sel meliputi AMP-
siklik, kalsium dan fosfatidil inosida, GMP-siklik dan
kinase/fosfatase (Murray at al, 1999:521).
1. Hormon terikat pada reseptor membran sel
2. Mengaktifkan protein G yang memerlukan fosforilasi
dari ATP/ADP menjadi protein G aktif. Protein G aktif
aktif akan mengaktifkan Adenilat siklase yang akan
menkatalisis ATP menjadi AMP
3. cAMP yang akan menempati protein kina sesebagai
regulator sehingga melepaskan bagian katalitiknya
merubah protein kinase menjadi aktif. Protein kinase
aktif ini yang akan mengaktifkan enzim sehingga
timbul respon seluler.
Dalam hal ini adanya protein G sebagai perantara atau
penerus/perantara sinyal dan mekanisme pengaktifannya
melalui mekanisme kaskade.
Pada gambar 2
• Hormon menempel pada
reseptor, mengaktifkan protein G
• Mengaktifkan enzim fosfolipase C
(Fc).
• Fc mengkatalisis fosfotidil inositol
bisfosfat (PIP2) menjadi
diaselgliserol (DAG) dan fosfatidil
Inositol Difosfat (IP3).
• IP3 merangsang organel retikulum
endoplasma atau mitokondria
yang akan mereaksikan
pengeluaran ion kalsium (Ca2+) ke
sitoplasma.
• DAG mereaksikan protein kinase C
yang akan merangsang
pengaktifan enzim sehingga
timbul respon seluler.
• Ion Ca2+ dapat meningkatkan
protein kinase dan juga dapat
mengaktivasi K-Kinase yang
mengaktivasi protein sehingga
timbul respon seluler
Pada gambar 3, transduksi sinyal tidak memerlukan peran protein G
karena guanilat siklase (GS) terikat pada protein resptor membran.
Setelah hormon terikat apa reseptor, otomatis akan mengaktifkan GS.
• Pada gambar 4
1. reseptor mengikat hormon yang selanjutnya menstimulasi
aktivitas enzim tirosin kinase (TK) yang merupakan bagian
protein hormon.
2. Tirosin kinase mengkatalisis fosforilasi dari residu tirosin yang
terdapat pada protein reseptor sendiri (disebut juga proses
autofosforilasi) menjadi tirosin fosfat yang bersal dari ATP atau
ADP.
3. Tirosin fosfat ini akan meneruskan sinyal hormon. Tirosin
fosfat dapat mempengaruhi :
(1) pada tingkat membran, merangsang pengikatan dengan
molekul (misalnya glukosa, asam amino)
(2) Pada tingkat sitoplasma, berperan dalam pengkatifan
mekanisme tranduksi sinyal yang ada di sitoplasma
(3) Pada tingkat nukleus, berperan dalam mensintesis protein
mRNA melalui proses translasi dan sintesis DNA melalui proses
replikasi untuk mekanisme mitosis.
• Kelenjar pituitary (hipofisis) merupakan suatu
kelenjar kompleks yang mensekresi hormone
peptida. Hormon peptida tersebut sangat
mempengaruhi hampir seluruh fungsi tubuh.
Seluruh sekresi kelenjar pituitari dikontrol oleh
hipotalamus. Hipotalamus dikontrol oleh
rangsang saraf dari otak (Patton & Thibodeau
2010: 546 ; Young, et al. 2006: 328).
• Terbagi menjadi 2:
1. Adenohipofisis
2. Neurohipofisis
Releasing hormone dan inhibiting hormone (factor) diantaranya
adalah (Gartner & Hiatt 2001: 304):
1. TRH (Thyrotropin Releasing Hormone) atau
ThyroidStimulating Hormone-Releasing Hormone, hormon
ini berfungsi merangsang keluarnya TSH (Tiroid Stimulating
Hormone)
2. CRH (Corticotropin Releasing Hormone),hormon ini berfungsi
merangsang keluarnya adrenocorticotropin.
3. SRH (Somatotropin Releasing Hormone), hormon ini
berfungsi merangsang keluarnya somatotropin (Growth
Hormone)
4. GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone)/ LHRH
(LuteinizingHormone Releasing Hormone), hormon ini
berfungsi merangsang keluarnya Luteinizing Hormone (LH)
dan FSH (Follicle Stimulating Hormone)
5. PRH (Prolactin Releasing Hormone), hormon ini berfungsi
merangsang keluarnya prolaktin
6. PIF (Prolactin Inhibitory Factor), hormon ini berfungsi
menghambat sekresi prolaktin
7. Somatostatin, hormon ini berfungsi menghambat sekresi
Growth Hormone.
• Hormon Growth factors (GF) yang berperan penting dalam
tumbuh kembang. GF secara struktural merupakan protein. GF
merupakan protein yang mempunyai aktivitas hormon. GF
berfungsi merangsang proliferasi dan diferensiasi sel-sel
tertentu secara khusus.
• Prolaktin biasa disebut juga hormon Laktogenik,
Hormon Mamotropin dan hormon Luteotropik Prolaktin
sekresinya meningkat bila distimulasi oleh PRIH (Prolactin-release
inhibiting hormone), Estrogen dan Oksitosin dan sekresi menurun
bila dipengaruhi oleh dopamin. Aktivitas prolaktin meningkat
pada masa kehamilan.
Jaringan target dari prolaktin adalah kelenjar mammae dan
meningkatkan pertumbuhan sel kelnjar dan laktogenesis.
Sedangkan prolaktin pada pria perannya belum jelas.
• CS (Chorionic somotomamotropin)
tidak memilki fungsi yang jelas pada manusia, diduga hormon ini
mempunyai aktivitas laktogenik serta luteotropik. Mempunyai efek
metabolik yang secara kulitatif serupa dengan efek metabolik
pada GH yaitu
1. menghambat pengambilan glukosa oleh sel,
2. menstimulasi asam lemak bebas serta pelepasan gliserol,
3. mengaktifkan retensi nitrogen serta kalsium, menyebabkan
ekskresi kalsium dalam urin meningkat
4. Penrunan eksresi fosfor dan kalium dalam urin
• ACTH (Adrenocorticotropic Hormone)
ACTH berfungsi meningkatkan sintesis dan pelepasan
kortikosteroid berupa hormon kortisol dan kortikosteron dari
korteks kelenjar suprarenalis (adrenal).
• FSH (Follicle-stimulating Hormone)
tergolong gonadotropin yang mempengaruhi fungsi dan
pematangan testis dan ovarium
Pada laki-laki
• menstimulasi pertumbuhan saluran seminalis dan
testis dan berperan pada tingkat awal
spermatogenesis. (Kadar FSH ini meningkat pada masa
pubertas, pada masa ini pada wanita jumlahnya dapat
10 kali lipat).
Pada wanita berfungsi
• merangsang folikel sekunder ovarium berkembang
dan mensekresi estrogen,
• merangsang sel Sertoli tubulus seminiferus
memproduksi Androgen Binding Protein (ABP).
• LH (Luteinizing Hormone)
tergolong gonadotropin yang mempengaruhi fungsi dan
pematangan testis dan ovarium.
Pada wanita
• menstimulasi pematangan terakhir dari Folikel Graaf,
ovulasi dan perkembangan korpus luteum,
• membantu FSH merangsang ovulasi, merangsang
pembentukkan korpus luteum,
• merangsang sekresi estrogen & progesterone,
merangsang feedback negative ke hipotalamus untuk
menghambat pembentukkan GnRH.
LH merangsang sel-sel interstisial (nongerminal) guna
menghasilkan androgen androstendion,
dehidroepiandrosteron dan testosteron.
Pada pria
• merangsang pembentukan testosterone oleh
testis,
• mempertahankan spermatogenesis, persiapan
perkembangan alat kelamin tambahan seperti
ductus deferens, prostat dan vesica seminalis.
• LH juga merangsang sel Leydig mensekresi &
melepaskan testosteron, yang akan
merangsang feedback negative ke
hipotalamus untuk menghambat
pembentukkan GnRH.
• TSH ( Thyroid stimulating hormone)
.TSH berfungsi merangsang sintesis dan pelepasan
hormon tiroid yang akan meningkatkan tingkat
metabolisme(Gartner & Hiatt 2001: 305)
• TRH (Thyrotropin Releasing Hormone)
merupakan tripeptida, pada ujung struktur Nterminal
memiliki senyawa piroglutamil, histidil dan prolinamida
dan pada ujung struktur C terdapat amida.TRH tersebar
luas di dalam hipotalamusterutama di nukleus
paraventrikularis.
Mekanisme kerja TRH pada hormon/sel/kelenjar
sasaran yang ada pada hipofisis anterior yaitu terutama
mengatur sekresi TSH dari tirotrof
• CRH ( Corticotropin Releasing Hormone)
Mekanisme kerja CRH melalui pengaktifan adenilat siklase yang
membentuk cAMP meningkat dalam intrasel.
Peran CRH peningkatan influks kalsium ke dalam sitosol
kortikotrof, meningkatkan transkripsi gen POMC, peningkatan
sekresi hormon adrenokortikotropik (ACTH) dan produk
pemotongan POMC (prohormon).
• GnRH ( Gonadotroping Releasing Hormone )
GnRH mempengaruhi hipofisis anterior untuk meningkatkan LH
dan FSH. Mekanisme kerja GnRH melalui reseptor spesifik di
membran plasma gonadotrof, menstmulasi fosfolipase C
selanjutnya menghidrolisis fosfotidil inositida membentuk IP3 dan
DAG menyebabkan peningkatan Ca2+ sitosol dan peningkatan LH
dan FSH yang juga mempengaruhi aktivitas ovarium dan testis.
• GHRH ( Growth Hormone Releasing Homone)
Mekanisme aktivitas GHRH melalui reseptor yang mengaktifkan
peningkatan pembentukan cAMP dan peningkatan Ca2+ kalm
adulin kompleks yang akan menstimulasi peningkatan GH.
• GHRIH
disebut juga somatostatin berperan menghambat
sekresi/pelepasan GH dari hipofisis anterior terhadap stimulasi
dari olah raga, hipoglikemi, arginin dan GHRH
• MSH (Melanocyte Stimulating Hormone)
MSH terdiri atas dua peptide MSH-α dan MSH-β yang terdapat
pada hipofisis. MSH merangsang proses melanogenesis,
menstimulasi terjadinya melanosit α dan β membentuk disperse
butiran melanin intrasel, menyebabkan warna kulit kelihatan gelap
atau berpigmen.
• Oksitosin
• Menyebabkan kontraksi otot polos uterus dan menginduksi
partus.
• Fungsi fisiologis yang terutama merangsang kontraksi sel-sel
mioepitel kelenjar mammae dengan meningkatkan aliran ASI ke
dalam duktus alveoliaris maka timbul mekanisme laktasi.
• Oksitosin dan neurofisin I juga diproduksi oleh ovarium di duga
menghambat steroidogenesis.
Oksitosin meningkat selama melahirkan. Oksitosin menybabkan
kontraksi uterus, merangsang otot polos uterus untuk
berkontraksi selama orgasme, meragsang kontraksi uterus saat
proses melahirkan
Kontraksi sel mioepitel kelenjar mammae yang membantu
pengeluaran ASI.Hisapan bayi akan mengakibatkan sinyal ke
hipotalamus, mengakibatkan lebih banyak lagi oksitosin.
• Vasopresin/pitresin/ ADH (Anti Diuretic Hormone)
Vasopresin pada ginjal berfungsi efek anti diuretik (ADH) hipofisis
posterior, menahan cairan tubuh dengan cara meningkatkan
resorbsi air oleh ginjal, diduga mengatur tekanan osmotik,
menyebabkan kontraksi otot polos arteri, sehingga meningkatkan
tekanan darah, diduga mengembalikan tekanan darah normal
setelah terjadinya pendarahan (Gartner & Hiatt 2001: 305)
• Albert et.al.,2008. Molecular Biology of the Cell.
5th ed.
• Mayorga et al., 2000. Ovarian response to
Follicle Stimulating Hormone (FSH) stimulation
depends on the FSH receptor genotype. J clin
Endocrinol Metab 85:3365-3369.
• Seshagiri PB. 2001. Molecular insight into the
cause of male infertility. J BioSci 26(suppl):
429-435
• E.Wulandari.Hormon Sebagai Signal
Transduser.repository.uinjkt.ac.id

Anda mungkin juga menyukai